Uploaded by dianmiranda.co

bahan parasit

advertisement
BAHAN AJAR
PARASITOLOGI VETERINER
(KESTODA)
Pengampu :
Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
Smt Ganjil 2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmatNya, sehingga penyusunan bahan ajar ini dapat diselesaikan.
Bahan ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa semester III yang
memprogramkan mengikuti kuliah PARASITOLOGI VETERINER terutama bisa
mengidentifikasi parasit cacing terutama kelas kestoda yang menginfeksi hewan.
Bahan ajar ini disusun berdasarkan beberapa buku acuan yang dimiliki,
serta dilengkapi dengan acuan lain yang dapat diunggah. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada sejawat yang ikut melengkapi bahan
ajar ini.
Harapan penulis semoga bahan ajar ini bisa memenuhi haparan sesuai
dengan tujuan diatas. Demi penyempurnaan dan kesempurnaannya, bahan ajar ini
akan direvisi setiap tahun dengan menambahkan acuan baru dan disesuaikan
dengan peta perkembangan penyakit.
Denpasar. September 2016
Pengampu
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .........................................................................................
Daftar Isi ..................................................................................................
1. Pendahuluan ...........................................................................................
Klasifikasi
Ordo Cyclophyllidea ....... ...............................................................
Ordo Pseudophyllidea ........................................................................
2. Cestoda Anjing dan Kucing
1. Dipylidium caninum ....................................................................
2. Taenia ........................................................................................
2a.Taenia hydatigena ...............................................................
2b. Taenia multiceps ...................................................................
2c. Taenia ovis ................................................................................
2d. Taenia pisiformis .......................................................................
2e. Taenia serialis ...........................................................................
2f. Taenia taeniaformis ...................................................................
3. Echinococcus ...............................................................................
3a. Echinococcus granulosus .........................................................
3b. Echinococcus multilocularis ... .................................................
4. Diphyllobothrium latum ..................................................................
5. Spirometra mansonoides ...............................................................
3. Cestoda pada Unggas...........................................................................
1. Davainea proglottina .....................................................................
2. Raillietina ......................................................................................
2a. Raillietina cesticellus ..............................................................
2b. Raillietina echinobothrida ......................................................
2c. Raillietina tetragona ................................................................
2d. Raillietina geargiensis ............................................................
3. Amoebotaenia sphenoides .............................................................
4. Choanotaenia infundibulum ..........................................................
5. Hymenolepis ................................................................................
3
Halaman
i
ii
1
10
12
14
16
18
19
20
21
22
23
24
24
26
27
29
31
31
33
33
34
35
37
38
39
40
5a. Hymenolepis carioka ..............................................................
5b. Hymenolepis cantaniana ........................................................
5c. Hymenolepis lanceolata ..........................................................
6. Fimbriaria fasciolaris ...................................................................
4. Cestoda Babi ......................................................................................
Metakestoda pada Babi .......................................................................
5. Cestoda Ruminansia ...........................................................................
1. Moniezia expansa .........................................................................
2. Moniezia benedini ........................................................................
Metakestoda pada Sapi ...............................................................................
Metakestoda pada Domba-Kambing ..................................................
Acuan ...............................................................................................................
40
41
42
43
44
44
46
47
49
51
54
55
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
1
PENDAHULUAN
Cacing (Helminths) berasal dari kata “Greek” Helmins, Helminthos yang
secara umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak (14). Cacing
yang penting dipelajari untuk kedokteran hewan, adalah kelas : (1)
Platyhelminthes (cacing pipih), (2). Nemahelminthes (cacing gilig) dan (3)
Acanthocephala (cacing kepala berduri).
Platyhelminthes memiliki dua kelas terpenting antara lain : Kestoda dan
Trematoda (2,3,5,12).
CIRI UMUM CACING PITA
(2,3,4,5)
 Tubuh umumnya berukuran panjang, pipih dorso-ventral (atas-bawah) berbentuk
seperti pita, bersegmen-segmen (beruas-ruas), tetapi cairan parenkim masih bisa
bergerak bebas melewati segmen, sehingga tidak benar-benar bersegmen atau
bersegmen semu (pseudosegmented) (13), dan tersusun oleh banyak proglotid.
 Tidak memiliki saluran pencernaan.
 Setiap proglottid mengandung 1 dan kadang-kadang 2 pasang organ reproduksi
jantan dan betina (hermaprodite)
 Semua organ tersimpan didalam jaringan parenkim.
1
MORFOLOGI : cacing pita dapat dibedakan menjadi 2 ordo : (1) Ordo
Cyclophyllidea dan (2) Ordo Pseudophyllidea. Ordo Cyclophyllidea berukuran
panjang dari beberapa melimeter sampai beberapa meter. Secara umum tubuhnya
dapat dibedakan menjadi 3 bagian, terdiri dari : Skolek, Leher (neck, colum) dan
strobila yang tersusun oleh beberapa proglottid.
Gambar 1. Struktur karakteristik (khas) Kestoda Ordo Cyclophyllidea (Taylor
dkk, 2007)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Morfologi Skolek
sucker
Kait
a. Skolex tanpa
dipersenjatai kait
b. Skolek dipersenjatai kait
c. Skolek melebar
membentuk
pseudoskolek
1.
SKOLEK, (a, b) berbentuk globuler (bulat), ditemukan 4 buah alat untuk
melekat (“sucker” = acetabula”) yang terletak pada bagian pinggirnya, (b) pada
beberapa jenis dipersenjatai kait, serta fungsinya juga untuk melekat (3,4,5,12),
c. skoleknya melebar dan berlipat-lipat membentuk pseudoskolek, kesemuanya
dimiliki olek cacing pita Ordo Cyclophyllidea
Bothria
Selain itu ada juga skolek yang berbentuk seperti sendok dengan alat
untuk melekat disebut bothria yang dimiliki oleh cacing pita Ordo
Pseudophyllidea
3
Bentuk kait cacing
pita sangat bervariasi,
tetapi secara umum terdiri
dari : sebuah mata kait (b),
sebuah prisai (g) dan
tangkai (h) (6). Bentuk dan
ukuran panjang kait, juga
merupakan dasar identifikasi.
KOLUM (leher, neck), berukuran pendek dan
tidak bersegmen, merupakan awal terbentuknya
proglottid. Proglottid yang baru terbentuk akan
mendorong
proglottid
yang
terbentuk
sebelumnya, sehingga akhirnya terbentuklah
strobila (3,5). Proses pembentukan strobilla
disebut Strobilasi (13)
STROBILA, tersusun oleh beberapa untaian
Proglottid. Dari awal pembentukan proglottid
pada bagian leher, semakin kebelakang setiap
proglottid telah menjadi semakin matang
(mengalami proses pematangan), sehingga
proglottid dapat dibedakan menjadi (3,5,12) :
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
a. Proglottid muda
(immature)
b. Proglottid dewasa
(mature)
c. Proglottid bunting
(gravid)
(a) Proglottid muda (immature) adalah proglottid yang baru terbentuk pada leher
dan alat kelaminnya belum berkembang sempurna, (b) Proglottid dewasa (mature)
adalah proglottid yang organ kelaminnya sudah berkembang dan berfungsi
sempurna, (c) Proglottid bunting (gravid) adalah proglottid yang sudah penuh
mengandung telur (13)
Strobila
tersusun
oleh
beberapa
proglottid yang bentuk dan ukurannya
bervariasi untuk setiap spesies. Pada setiap
proglottid dilengkapi oleh 1 atau 2 pasang
organ reproduksi (organ kelamin) jantan dan
betina (bersifat hermaprodit). Pembuahan interproglotida (pembuahan pada satu proglottid)
dapat terjadi, tetapi pembuahan secara intra
(antara proglotida/pembuahan silang) lebih
umum, karena organ reproduksi jantan (testes)
lebih
cepat
berkembang
sempurna
dibandingkan ovariumnya; sehingga proglottid
yang letaknya lebih ke-anterior akan membuahi ovarium yang terletak lebih di-posterior
(3,5,12). Lubang kelamin (muara kelamin, genital pore, porus genetalis, pori
5
genital) jantan dan betina biasanya berdekatan dan terletak didalam satu legokan
dangkal pada sisi lateral setiap proglottid (6,12) atau disebelah sentral (dibagian
tengah) proglottid (12).
Jika telur sudah dibuahi, maka organ reproduksinya akan mengalami
degenerasi dan tinggalah uterus yang penuh dengan telur (6). Pada kebanyakan
cacing pita, telur tidak keluar satu-persatu, sehingga telur menumpuk didalam
proglottid bunting (gravid). Proglottid bunting kemudian terputus dan keluar dari
dalam tubuh hospes definitif (HD) bersama tinja dan atau proglottid keluar sendiri
secara aktif (3,12), tetapi ada juga telurnya keluar lewat lubang kelamin (12)
Telur, pada awal perkembangan
embrional telur sepenuhnya terbentuk
didalam uterus, sehingga setelah keluar
dari
dalam
uterus,
telur
sudah
mengandung embrio, berbentuk bulat atau
lonjong yang disebut Oncosfer (telur
keseluruhan).
Telur
cacing
pita
karakteristik, didalam oncosfer ditemukan
embrio yang memiliki 3 pasang kait yang
Embrio hexacant
dikenal dengan nama “embrio hexacant”
(embriofor). “Embrio hexacant” dibungkus oleh kulit telur yang terdiri dari :
lapisan paling luar kapsul, kemudian selaput vitelin, embriofor (egg shell =
onchosphere coat (5,6,12) yang sering menghilang sejak masih didalam uterus (12)
Oncosfer
Lapisan luar tubuh, cacing pita adalah tersusun oleh tegumen (bukan
kutikula), sehingga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyerap
(absorptif). Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan maupun sistem
peredaran darah. Makanan diserap langsung melalui dinding tubuhnya. Dibawah
tegumen ditemukan sel-sel otot dan parenkim, sel parenkim merupakan sel
sincitium yang memenuhi ruangan diantara organ-organ (1,3,5,12)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
SISTEMA, sistem syaraf tersusun oleh beberapa
ganglion yang terdiri dari cincin syaraf rostelum yang
ditemukan pada skolek (4), berlanjut dengan 3 serabut syaraf
longitudinal yang terletak pada setiap sisi proglottid (3,12).
Sistem sekresi terdiri dari sel api atau selenosit yang
mengarah ke saluran eferen yang ditemukan sepanjang
strobila sampai pada proglottid terminalnya (paling ujung)
(3,5,12). Sistem reproduksi, bersifat hermaprodit memiliki
organ kelamin jantan (testes) dan betina (ovarium) pada
setiap proglottid (3,4). Testes biasanya berkembang lebih
dahulu (protrandry atau androgini) (4) dan ovarium
memiliki saluran yang akhirnya bermuara pada lubang kelamin (3)
SIKLUS HIDUP, siklus hidup dari cestoda adalah khas (karakteristik),
yaitu TIDAK LANGSUNG, memerlukan Hospes Intermedier (HI)/hospes
perantara. Hospes Definitif (HD) akan mengeluarkan telur atau proglottid bunting
dalam bentuk untaian dan atau tersendiri bersama tinja pada saat defikasi atau
keluar sendiri secara aktif. Proglottid akan segera hancur (mengalami proses
apolysis), sehingga telurnya akan berserakan. Telur apabila termakan oleh HI yang
sesuai, karena pengaruh dari sekresi (lambung, usus, hati dan pankreas) di dalam
saluran percernaannya, Onchosfer akan tercerna sehingga menyebabkan aktifnya
„embrio hexacant‟. “Embrio hexacant‟ dengan kaitnya akan menembus dinding
usus dan akhirnya bersama aliran darah dan atau limfe beredar keseluruh tubuh
menuju tempat predileksi. Pada tempat predileksi „embrio hexacant‟ akan
melepaskan kaitnya dan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi bentuk
peralihan (“meta-kestoda”) (5,12).
7
Bentuk peralihan (Meta-kestoda) cacing pita ada beberapa bentuk antara
lain :
SISTISERKUS (Sistiserkus/Cysticercus/ cacing
gelembung /kista, adalah berupa kantong berisi
cairan mengandung skolek tunggal yang mengalami
invaginasi (tertarik ke dalam), kadang-kadang
disebut juga protoscolex, dan biasanya ditemukan
pada vertebrata (3,5,12).
SISTISERKOID/Sistiserkoid/Cysticercoid,
berbentuk kantong kecil yang hampir tidak ada
rongganya, mengandung skolek tunggal evaginasi
(menjulur ke luar), biasanya ditemukan pada
invertebrata (3,4,5,12).
STROBILOSERKUS, adalah kista berupa kantong
dengan satu skolek yang evaginasi dan telah
memiliki untaian proglottid yang belum dewasa
(aseksual), Proglottid aseksual akan tercerna dan
hancur setelah termakan oleh HD dan hanya
menyisakan scolexnya saja, biasanya ditemukan
pada vertebrata (3,4,5,12).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
MULTICEP (Senurus, Coenurus), merupakan
kista besar mirip dengan sistiserkus, tetapi
mengandung beberapa skolek invaginasi yang
berkembang pada dindingnya, biasanya ditemukan
pada vertebrata (3,4,5,12).
EKINOKOKUS (Kista Hidatida), merupakan kista
besar yang berisi cairan yang dilapisi oleh beberapa
epitel germinal (kapsul induk) pada bagian
endogennya tempat terbentuknya scolex yang
mengalami invaginasi, jika kista pecah kista anak
juga bisa terbentuk pada kapsul induk bagian luar,
biasanya ditemukan pada vertebrata (3,4,5,12).
Jika bentuk peralihan (metakestoda) tertelan oleh hospes definitif, karena
pengaruh sekresi lambung dan saluran cerna, bentuk peralihan akan tercerna dan
skoleknya akan bebas dan menempel pada dinding usus dan proses pembentukan
proglottid segera dimulai (5,12).
9
KLASIFIKASI
Klasifikasi kestoda oleh ahli sistimatika dan evolusi
tetap menjadi perdebatan sampai saat ini. Pada bahan ajar ini
Kelas kestoda yang penting untuk kedokteran hewan adalah :
Ordo Cyclophyllidea dan Pseudophyllidea (5,12,13)
.
Ordo
CYCLOPHYLLIDEA
Ordo Cyclophyllidea memiliki 7 famili utama, antara lain : (1) Taeniidae,
(2) Anoplocephalidae, (3) Dilepididae, (4) Davaineidae, (5) Hymenolepididae,
(6) Mesocestoididae dan (7) Thysanosomidae.
1. Familia TAENIIDAE (Ludwig, 1886), cacing dewasa hidup didalam usus
halus karnivora domestik dan manusia (5,12). Skoleknya memiliki rostelum
yang dipersenjatai oleh 2 baris kait (kecuali Taenia saginata yang tidak
dipersenjatai kait). Proglottid gravid panjangnya lebih panjang dibandingkan
lebarnya (12). Hanya 2 genus yang terpenting dipelajari, dimana yang memiliki
panjang sampai beberapa meter dengan ratusan proglottid adalah genus Taenia,
tetapi yang hanya berukuran panjang beberapa millimeter dan memiliki 3 – 4
proglottid adalah genus Echinococcus (2,4)
2. Familia ANOPLOCEPHALIDAE, merupakan cacing pita khusus menginfeksi
kuda (Anoplocephala dan Paranoplocephala) dan yang menginfeksi
ruminansia (Moniezia) (4,12). Skolek tidak memiliki rostelum dan kait,
proglottid bunting lebarnya lebih panjang dibandingkan panjangnya
(craspedote). Stadium metakestodanya Sistiserkoid ditemukan pada tungau
rumput familia oribatidae (12)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
3. Famili DILEPIDIDAE, dicirikan dengan uterus pada proglottid bunting
digantikan oleh kapsula telur yang berbentuk kantong tranversal yang
mengandung 1 atau banyak telur (4), merupakan cacing pita anjing, kucing
(Dipylidium) dan unggas (Amoebotaenia, Choanotaenia, Metroliasthes).
Skoleknya bisanya memiliki rostelum yang dipersenjatai oleh beberapa baris
kait. Stadium metakestodanya sistiserkoid (12)
4. Famili DAVAINEIDAE, cacing pita terutama berparasit pada burung
(Davainea, Raillietina, Contugnia). Cacing pita jenis ini biasanya memiliki
beberapa baris kait pada rostelum dan sakernya. Stadium metakestodanya
adalah sistiserkoid (12).
5. Familia HYMENOLEPIDIDAE, memiliki strobila khas berbentuk selinder,
menginfeksi burung, manusia dan binatang pengerat (Hymenolepis,
Rodentolepis, Fimbriaria). Stadium metakestodanya sistiserkoid ditemukan
pada artropoda (12)
6. Famili MESOCESTOIDIDAE, Anggota cacing pita dari famili
Mesocestoididae juga kurang penting untuk kedokteran hewan (veteriner),
cacing pita menginfeksi karnivora dan burung, memiliki dua stadium
metacestoda. Pertama adalah cysticercoid ditemukan pada serangga atau
tungau, dan yang kedua bentuk larva tetrathyridium ditemukan pada
vertebrata. Genus Mesocestoides ditemukan pada anjing, kucing dan mamalia
liar, dan Genus Dithyridium pada ayam, kalkun dan burung liar.
7. Famili THYSANOSOMIDAE, terkait erat dengan Anoplocephalidae, famili ini
anggotanya beberapa cacing pita penting pada hewan, ditemukan terutama pada
domba dan ruminansia lainnya (Stilesia, Thysanosoma, Thysaniezia dan
Avitellina).
11
ORDO
PSEUDOPHYLLIDEA
Ordo Pseudophyllidea hanya memiliki 2 genus yang penting untuk
Kedokteran Hewan, yaitu genus : (1). Diphyllobothrium dan (2). Spirometra (5,12)
Mofologi, cacing pita ordo Pseudophyllidea secara umum mirip dengan
ordo Cyclophyllidea, ada 2 perbedaan
yang karakteristik. Pertama, scolex pada
ordo pseudophyllidea berbentuk seperti
sendok, memiliki 2 buah alat untuk
melekatkan diri yang berupa celah otot
longitudinal disebut Bothria dan tidak
memiliki kait, juga tidak memiliki
rostelum (3,4,5). Kolum dan Proglotid sama dengan kestoda ordo cyclophyllidea.
Kedua, kulit telurnya tebal berwarna coklat dan
memiliki operkulum (hampir sama dengan kelas trematoda),
setelah keluar dari dalam usus hospes definitif memerlukan
perkembangan embrional sekali lagi sehingga didalam telur
terbentuk korasidium yang memiliki silia (5,6,12)
Siklus hidup : memerlukan 2 hospes
intermedier (HI), telur yang memiliki operkulum
akan keluar bersama tinja, Korasidium akan keluar
dari dalam telur melalui operkulum, karena
memiliki silia akan berenang mencari HI. I.
Korasidium akan menempel pada bagian lunak dari
HI. I, kemudian melepaskan silianya dan
menggunakan kaitnya menusuk bagian lunak dan
menerobos masuk kedalam tubuh HI I. Didalam tubuh HI. I, korasidium akan
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
berkembang menjadi Proserkoid. Jika HI. I termakan oleh HI. II, maka proserkoid
akan berkembang lebih lanjut menjadi Pleroserkoid yang bersifat infektif. Hospes
Definitif akan terinfeksi jika menelan HI. II yang infektif (1,12)
Catatan : Korasidium akan menempel pada bagian lunak (lembut) dari
HI. I, melepaskan silia dan baru menembus kutikula dan berkembang menjadi
Proserkoid. Korasidium akan mati jika 24 setelah keluar dari telur tidak
menemukan HI.I. Berbeda dengan cacing pita ordo cyclophyllidea, dimana
oncosfer tidak bisa berenang dan harus tertelan oleh hospes intermedier I.
13
2.
CESTODA PADA ANJING DAN KUCING
1. Dipylidium caninum (Linnaeus,
1758)
Kelas : kestoda
Ordo : cyclophyllidea
Famili : Dilepididae
Dipylidium
caninum,
berdistribusi
diseluruh dunia, merupakan cacing pita yang
paling umum ditemukan dan berpredileksi di
dalam usus halus anjing dan sebangsanya
(Canidae), kucing dan sebangsanya (Felidae),
serta kadang-kadang pada manusia (terutama
anak-anak (2,3,5,11).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Morfologi : merupakan cacing pita yang berukuran panjang lebih pendek
dibandingkan Taenia spp, berukuran maksimal mencapai lebih dari 50 cm (4,5), 80
cm (12).
Skolek : memiliki rostelum retraktil (bisa
memanjang dan memendek) dipersenjatai 3 – 4 baris
kait berbentuk roset (berbentuk seperti duri mawar)
(4,12).
Proglottid bunting memiliki tanda
yang
menciri
(karakteristik)
berbentuk seperti biji mentimun
(4) atau biji beras (5,12). Pada setiap proglottid ditemukan
organ reproduksi jantan dan betina (bersifat hermaprodite)
dan lubang kelamin dengan jelas terlihat pada setiap sisi
lateralnya (4,5,12). Ovarium dengan glandula vetelina
berbentuk masa pada salah satu sisinya menyerupai
gerombolan buah anggur (4). Proglotid bunting akan terlepas
keluar melalui anus, bergerak berputar-putar dengan bebas
atau melekat pada rambut disekitar anus (3).
Telur tersimpan di dalam kantong
telur (kapsula) berjumlah bisa sampai
30 telur (2,11) berdiameter sekitar 2550 µ (12)
Siklus Hidup ; Tidak langsung.
Proglottid bunting yang baru terlepas dari strobila
aktif bergerak, dan bisa merayap sampai pada
bagian pangkal ekor HD. Oncosfer yang
terkandung didalam kapsula telur (masing-masing
megandung sekitar 20 telur) akan berserakan
setelah terjadinya kehancuran proglottid. Telur
harus termakan oleh HI, seperti : larva pinjal (Ctenocephalides canis,
15
Ctenocephalides felis dan Fulex irritans) serta kutu Trichodectes canis, bentuk
peralihannya adalah sistiserkoid yang ditemukan didalam rongga badannya (3,4,5)
terbentuk setelah 13 hari (2), pada kutu karena parasit permanen (tubuhnya selalu
hangat) memerlukan waktu selama 30 hari, tetapi pada pinjal karena mengalami
perkembangan pupa dalam kepompong) yang berada diluar tubuh hospes
memerlukan waktu lebih lama hingga beberapa bulan (5). Setelah HI infektif
termakan oleh HD, selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa (5). Masa
prepaten selama 2 – 3 minggu (2). Sistiserkoid pada pinjal menimbulkan kematian
dan atau menyebabkan tubuh pinjal menjadi lemah dan lambat, sehingga dengan
mudah dimakan oleh anjing (3)
2. TAENIA (Linnaeus, 1758)
CATATAN
Setiap spesies dari Taenia secara morfologi
adalah serupa, dasar identifiaksi adalah jumlah
percabangan uterus lateral pada setiap proglottid
dewasa serta jumlah dan ukuran kait yang terdapat
pada skoleknya (2)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Ringkasan Identifikasi Spesies Taenia, seperti tabel berikut :
Cacing
Dewasa
HD
hospes
Definit
if
Percabang
an Uterus
Lateral
∑
Ukuran
Kait (µm)
26-44
170-220
110-160
22-32
Taenia
hydatigena
Anjing
5-10
Taenia
multicep
Taenia
ovis
Anjing
20-25
Anjing
18-26
T.pisiformis
Anjing
9-14
Taenia.
serialis
Anjing
20-25
Taenia
kucing
20-25
T. serrata
taeniaformis
24-36
156-188
96-128
34-48
225-294
132-177
26-32
135-175
78-120
26-32
135-175
78-120
µm
17
Metacestoda
HA
hospes
antara
Predileksi
Sisticercus
tenuicollis
Domba,
sapi,
babi
Domba,
sapi
Domba
Peritone
um
Sisticercus
pisiformis
Kelinci
Peritone
um
Sisticercus
serialis
Kelinci
Jaringan
ikat
Cysticercus
fasciolaris
Mencit,
tikus
Hati
Coenurus
cerebralis
Sisticercus
ovis
Strobiloserkus
CNS
Otot
2.a Taenia Hydatigena (Pallas, 1766)
Sinonim : Taenia marginata
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia (4)
Hospes definitif : berparasit didalam saluran
pencernaan : anjing, rubah, musang, cerpelai, sigung,
srigala, hyena (3,4,5,12).
Stadium metacestodanya pada awalnya
ditemukan pada permukaan organ hati dan setelah
lebih dari 4 minggu ditemukan melekat pada
peritoneum (biri-biri, domba, sapi, babi) bentuknya karakteristik berupa gelembung
besar yang disebut sisticercus tenuicollis (3,4,5)
Morfologi : merupakan cacing pita besar
dengan panjang 75 cm sampai lebih dari 5 meter
(3,4,5). Skolek : dengan rostelum yang
dipersenjatai kait berjumlah 26 – 44 yang
tersusun dalam 2 baris (3,4), yang besar
berukuran 170 – 220 mikron dan yang kecil
berukuran
110 – 160
mikron (3).
Proglotid : yang bunting berukuran 10 – 14 X 4
– 7 mm, uterusnya mempunyai 5 – 10 cabang
lateral. Telurnya berbentuk bulat panjang dan
berukuran 38 – 39 X 34 – 35 mikron (3), 36-39
x 31-35 (4)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Siklus hidup : HI ruminansia domestik dan liar, terutama domba dan babi
(4), bentuk peralihannya adalah sistiserkus tennuicollis, ditemukan didalam hati
atau rongga peritoneum (domba, kambing, sapi, babi, tupai) (3). Sistiserkus
tenuicollis berukuran lebih dari 6 cm mengandung satu skolek invaginasi dengan
leher panjang (4), terbentuk 4 minggu setelah infeksi dengan diameter lebih dari 8
cm (5,12).
2.b Taenia multicep (Leske, 1780)
(Sinonim : Multicep multicep).
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia, tetapi tidak
ditemukan di Amerika Serikat dan Selandia Baru
(12).
Hospes definitif : berparasit didalam saluran
pencernaan : anjing, rubah, coyote, jackal dan
srigala.
Hospes intermediernya : domba, kambing, sapi, rusa, babi, kuda dan manusia
(12)
Morfologi, cacing pita dewasa panjangnya
bisa mencapai 100 cm (5). Skolek, berukuran kecil
dengan diameter sekitar 0,8 mm, rostelumnya
dipesenjatai 22-32 kait yang tersusun dalam
lingkaran ganda (12).
Proglottid bunting berukuran 8-12 x 3-4
mm yang uterusnya memiliki 18-26 percabangan
lateral (12). Telurnya khas taenia, berdiameter sekitar 29-37 µm (12).
19
Siklus hidup, onchosfer (embrio
heksacant), ketika dicerna oleh HI (domba) akan
dibawa bersama darah menuju otak atau sumsum
tulang belakang dan berkembang
menjadi
stadium larva Coenurus cerebralis (4,5,15),
tetapi pada kambing juga bisa ditemukan pada
berbagai organ, intra muskuler dan jaringan subkutan (4). Coenurus memerlukan waktu sekitar
delapan bulan untuk mencapai matang (mature)
(5).
2.c Taenia Ovis (cobbold, 1869)
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia (4,12).
Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan :
anjing dan karnivora liar lainnya (4,12).
Morfologi : panjang tubuh bisa mencapai 1 meter (3),
2 meter (5). Skolek : ditemukan rostelum yang dipersenjatai dengan 24 – 36 kait
(3,12) yang tersusun dalam 2 baris, kait yang lebih besar berukuran 156 – 188
mikron dan yang lebih kecil berukuran 96 – 128 mikron. Proglottid : percabangan
uterus lateral berjumlah 20 – 25 cabang setiap sisi (3) 11 – 20 cabang (4).
Telurnya : berukuran 34 x 24 – 28 mikron (3), 19 – 31 x 24 – 26 mikron (4)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Siklus hidup : hospes intermediernya : domba, kambing (4,12), bentuk
peralihan adalah sistisekus ovis berukuran panjang 6 mm ditemukan pada (otot
rangka, jantung, hati, diafragma dan maseter) domba dan kambing dan sangat mirip
dengan sistiserkus sellulosa pada babi (3,4) mencapai bentuk infektif setelah 46
hari dan perioda prepatennya selama 60 hari (4)
2.d Taenia pisiformis (Bloch, 1990)
Sinonim : Taenia Serrata
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia (12).
Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan :
anjing dan rubah (2,3,5,12)
Morfologi : panjang cacing bisa mencapai 2
meter (4,12), Skolek : dengan rostelum yang
dipersenjatai dengan 34 - 48 kait (3,4,12) dalam 2
baris, kait yang lebih besar berukuran 225 – 294
mikron dan lebih kecil berukuran 132 – 177 mikron.
Proglotida : yang bunting berukuran 8 – 10 x 4
– 5 mm, uterus memiliki 9 – 14 percabangan lateral
pada setiap sisi. Telur berukuran 43 – 53 X 43 – 49
mikron (4) 36 X 32 mikron (3)
Siklus hidup : pada hospes intermediernya
berpredileksi pada peritoneum dan hati : kelinci,
terwilu (hare) (2,3,5,12), rodensia (4). Bentuk
peralihannya adalah sistisekus fisiformis (2,3,5).
21
2.e Taenia serialis (Gervais, 1847)
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia (12).
Hospes definitif : berparasit didalam saluran
pencernaan : anjing, rubah, dan kanidae
lainnya, sedangkan stadium metakestodanya
Coenurus serialis ditemukan pada jaringan
subkutan dan jaringan ikat intermuskuler
hospes intermedier, seperti : kelinci, terwilu
(hare) dan kadang-kadang pada rodensia dan
manusia (4,12)
Morfologi
: cacing dewasa
panjangnya 72 cm. Skolek : terdapat 2 baris
kait berjumlah 26 – 32 kait, kait yang lebih
besar berukuran 135 – 175 mikron dan yang
lebih kecil panjangnya 78 – 120 mikron.
Proglotid : uterus memiliki 20 – 25
percabangan lateral. Telur : berbentuk bulat
panjang (elip) berukuran 31 – 34 X 29 – 30
mikron (4).
Siklus hidup : bentuk peralihannya coenurus serialis pada kelinci
ditemukan pada daerah subkutan atau jaringan ikat intermuskuler (4,5,12). Kista
mengandung skolek yang memiliki kait yang tersusun secara seri (berbaris) atau
berjejer (12)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
2f. Taenia taeniaformis (Batsch, 1786)
Sinonim : Hydatigera taeniaformis,
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Taeniidae
Distribusi geografis : diseluruh dunia (4,12).
Hospes definitif : berparasit didalam saluran
pencernaan : kucing, lynx, cerpelai, rubah, (4,12)
Morfologi : pada keadaan segar, sakernya menonjol
dan kaitnya terlihat dengan jelas (*), cacing dewasa
pajangnya lebih dari 60 cm. Skolek : besar dan yang
paling menjolok memiliki 2 baris kait. Proglotid :
memiliki ciri yang karakteristik yaitu tidak memiliki
leher dan yang terletak paling ujung posterior
berbentuk “bell”, genta, lonceng. Uterusnya memiliki
5 – 9 percabangan lateral. Telur berukuran 31 – 36
mikron (4,12)
Siklus hidup : hospes intermediernya berpredileksi pada hati : mencit, tikus,
kelinci, tupai (12), bentuk peralihannya adalah sistiserkus fasciolaris
(strobiloserkus) berbentuk seperti kacang tertanam didalam hati (5) dan terbentuk
setelah 30 hari, dan dewasa setelah 60 hari. Jika sistisekus termakan oleh kucing,
bagian strobilanya akan tercerna dan tinggallah skoleknya saja dan segera
menempel dan terbentuk proglottid. Perioda prepaten 36 – 42 hari (4)
23
3. Echinococcus
Kelas : kestoda
Ordo : cyclophyllidea
Familia : Taeniidae
Pendahuluan, sampai saat ini cacing pita genus
Echinococcus belum pernah dilaporkan di Indonesia (*),
merupakan cacing pita terkecil yang menginfeksi hewan
domestik. Genus Echinococcus hanya memiliki 2 spesies,
antara lain : (1) E. granulosus dan (2). E. multilocularis
(1,2,5), ada juga yang melaporkan dapat dibedakan menjadi 4 spesies antara lain :
E. granulosus (Batsch, 1786), E. multilocolaris (Leuckart, 1863), E. oligarthrus
(Deising, 1863) dan E. vogeli (Rausch dan Bernstein, 1972) (4)
3a. Echinococcus granulosus (Batsch, 1986)
Hospes definitif : didalam usus halus anjing, srigala,
kucing dan carnivore lainnya (1,2,3,4),
tersebar diseluruh dunia (4), meliputi
Amerika Utara dan Selatan, Inggris, Timur
Tengah, Australia dan Selandia Baru (11)
Morfologi : ukuran cacing dewasa
bisa mencapai panjang 2 – 6 mm, hanya
tersusun oleh 3-4 proglottid (jarang > 6),
pada usus yang baru dibuka sulit untuk
dilihat secara langsung, oleh karena itu sering terlewatkan saat
melakukan pemeriksaan (4,5,12). Skolek, khas Taenia, memiliki
rostelum yang dipersenjatai 30 – 60 kait yang tersusun dalam 2 baris,
kait yang besar panjangnya 33 – 40 mikron sedangkan yang kecil panjangnya 22 –
34 mikron (3).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Proglottid : nomor 2 dari belakang merupakan proglottid dewasa dan yang
paling belakang adalah proglottid bunting dan biasanya berukuran ½ dari seluruh
panjang strobila (4,5). Ovarium berbentuk ginjal, lubang genital selang-seling tidak
teratur dan normalnya terbuka dibagian posterior pertengahan proglottid dewasa
atau bunting. Testes berjumlah 45 – 65 buah menyebar ke seluruh bagian (1,3,4)
uterus memiliki cabang lateral (3,4). Telur : keluar melalui lubang uterus
(sehingga tidak ditemukan proglotid didalam tinja), bentuknya mirip Taenia spp
ditemukan striasi radial dan embrio memiliki 6 kait dan di alam terbuka tahan
selama 2 tahun (5), berukuran 32 – 36 X 25 – 30 mikron (4,12)
Siklus hidup : Pada Hospes intermediernya
: kambing, sapi, babi, manusia, kangguru
(1,2). Bentuk peralihan adalah kista hydatida
berpredileksi didalam (hati, paru-paru
(2,3,4,5) dan kadang-kadang pada organ lain
termasuk tulang)
(2,3). Echinococcus
granulosus membentuk kista unilocular yang
memiliki ciri kharakteristik (khas) ditandai
dengan dinding kista yang tebal, berlapislapis, membran germinal internal yang tipis;
proto-skolek dan kista anak mengandung
banyak proto-skolek, dapat terbentuk internal;
kista yang terbungkus oleh kapsul jaringan ikat dan tidak menginvasi jaringan di
sekitarnya (11). Kista terbentuk lambat dan setelah beberapa minggu (4), 6-12
bulan (5) berdiameter 5 – 10 cm dan mengandung 16 liter cairan (4), namun pada
tempat yang tidak terbatas seperti para rongga perut ukurannya sangat besar dan
dapat mengandung beberapa liter cairan (5).
25
3b. Echinococcus multilocularis (Leukart, 1863)
Sinonim : Alveocaoccus multilocularis
Distrubusi : belahan bumi utra, Eropa Tengah dan Timur
khususnya Canada dan Uni Soviet (4). Hospes definitif :
didalam usus halus rodensia, rubah (paling sering), tetapi
juga pernah ditemukan menginfeksi anjing dan carnivora
lainnya (3,5). Tersebar di Eropa, Jepang, Alaska, Kanada
dan Amerika Serikat (11)
Morfologi : sangat mirip dan berukuran lebih kecil
dibandingkan E. granulosus (4), panjangnya 1 – 4 mm (3), tersusun
oleh 2-6 proglottin. Proglottid matang mempunyai 17 – 26 testes
yang kesemuanya terletak di sebelah posterior atau setinggi lobang
kelamin yang letaknya sedikit ke-anterior dari pertengahan proglottid
(3,1). Uterusnya seperti kantong tanpa cabang lateral (3)
 Siklus hidup : bentuk peralihannya adalah kista hydatid ditemukan
pada rodensia (terutama voles dan kancil) dan mamalia lain termasuk
manusia, berbentuk alveoli-alveoli terdiri dari banyak kista kecil yang
saling berhubungan dan berkembang biak dengan cara bertunas
eksogen (3). E. multilocularis menghasilkan kista multilokular yang
memiliki tanda karakteristik, dinding kista tipis; tunas kista berasal dari lapisan
germinal dan menginfiltrasi (menyusup) jaringan disekitarnya (11)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
4. Diphyllobothrium latum (Luhe, 1910).
Kelas : kestoda
Ordo : pseudophyllidea.
Famili : Diphyllobothridae.
Hospes definitif, berparasit didalam usus halus manusia,
anjing, kucing, (1,3,4,5,11,12) babi (4), beruang kutub (12)
dan mamalia pemakan ikan lainnya, menyebar terutama
didaerah baltik, Amerika Utara dan Uni Soviet (4,11), di
Filandia, Eropa Tengah, Italia, Jepang (11).
Morfologi, merupakan cacing pita
besar dengan panjang bisa mencapai 15
meter (3), 20 meter (2,4,5,12) berwarna
putih kekuningan (12) dan mempunyai
4.000 proglottid dan tumbuh rata-rata 2 cm
setiap harinya (3,4). Scolex, berbentuk
sendok tidak bersenjata dan memiliki 2
celah longitudinal yang berotot yang
disebut bothria sebagai alat perlekatannya (5,12).
Proglotid, dewasa dan bunting lebarnya lebih
panjang dibandingkan panjangnya (craspedote)
(1,5,12), pada keadaan segar dibagian tengah setiap
proglottid ditemukan titik hitam “central marking”
(merupakan uterus dan telur) (4), lubang kelamin
terletak dibagian tengah setiap proglotid (1,5,12).
Uterusnya melingkar berbentuk „rosette‟ (seperti
bunga mawar).
27
Telurnya berbentuk membulat (oval), berwarna
kekuningan dan mempunyai operkulum berukuran
70 X 45 mikron keluar telus menerus melalui
lubang kelamin (1,4). Anjing dan kucing mungkin
tidak penting sebagai sumber infeksi, karena
kebanyakan telur yang dikeluarkan infertil (3,4)
Siklus hidup :
telur
secara
terus
menerus keluar melalui
lubang kelamin dan
bukan keluar karena
terlepasnya
proglottid
bunting, setelah telur
semua keluar, beberapa
proglottid tua baru keluar
bersama tinja dan karena
saat
pengeluarannya
tidak menentu sehingga
sering
terlewatkan
(5,11).
Telur
berkembang didalam air dan
setelah beberapa minggu
akan menetas dan keluarlah coracidium yang bisa bergerak (5). Coracidium jika
termakan oleh HI. I seperti : copepoda anggota dari genus Diaptomus akan
berkembang menjadi larva stadium I yang dikenal dengan procercoid. HI.II adalah
ikan air tawar, jika memakan HI. I yang yang mengandung procercoid, di dalam
tubuh HI. II akan berkembang menjadi plerocercoid yang bersifat infektif. Jika
ikan terinfeksi termakan oleh ikan yang lebih besar, plerocercoid memiliki
kemampuan untuk mempertahankan dirinya pada hospes yang baru. Siklus hidup
akan komplit (berlangsung penuh) ketika hospes definitif memakan hospes
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
intermedier II yang infektif dalam keadaan mentah atau dimasak tidak cukup
matang . Perioda prepaten adalah selama 4 minggu (4) 5 - 6 minggu (1)
Catatan : Diphyllobothrium latum hampir sama
dengan Spirometra, bedanya uterusnya melingkar
berbentuk roset (3)
Catatan : strobila tumbuh rata-rata 2 cm setiap hari, jika cacing bisa hidup
selama 10 tahun (umur yang bisa dicapai), maka bisa diprediksi panjang cacing
bisa mencapai 7 km dan memproduksi 2 milyar telur (2,3,4).
5. Spirometra mansonoides (Mueller, 1937)
Predileksi, cacing berpredileksi didalam usus halus kucing,
kadang-kadang anjing (3,5), babi dan mamalia lain (3) serta
sebagai hospes paratenik pernah ditemukan pada kelompok
vertebrata kecuali ikan, termasuk manusia (11).
Morfologi, dan siklus hidupnya mirip dengan
Diphyllobothrium latum (5), merupakan cacing pita relatif
kecil sampai berukuran sedang. Pada Scolex, ditemukan
bothria berbentuk celah lebar tetapi dangkal dan sedikit
berotot. Proglotid, lebarnya lebih panjang dibandingkan
panjangnya, uterusnya berbentuk spiral sederhana dan
tidak pernah berbentuk roset (3)
Siklus hidup, procercoid ditemukan pada HI.I Copepoda genus Cyclops
(1), krustacea (5) dan plerocercoid ditemukan pada HI. II di ASIA adalah kelinci,
kodok dan burung (1)
29
Catatan : Spirometra mansonoides hampir sama
dengan Diphylobothrium latum, bedanya uterusnya
melingkar berbentuk spiral (3)
Kadang-kadang, manusia dapat terinfeksi oleh plerocercoid melalui air
minum yang terkontaminasi crustacea yang mengandung procercoid atau karena
makan plerocercoid yang menginfeksi hospes seperti babi. Zoonosis stadium larva
plerocercoid pada manusia dikenal dengan sparganosis (Sparganum adalah nama
awal ditemukan untuk plerocercoid), ditandai dengan adanya larva yang
panjangnya hingga mencapai 35 mm pada jaringan otot dan jaringan subkutan,
terutama daerah periorbital, menyebabkan edema dan peradangan (5).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
3
. CESTODA PADA UNGGAS
1. Davainea proglotina (Davaine, 1860)
Sinonim : Taenia proglottina (13)
Kelas : kestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Davaineidae
Hospes definitif : merupakan cacing pita yang paling patogen
yang berpredileksi didalam usus halus (duodenum) : ayam,
burung merpati dan berbagai burung gallinaceus lainnya di
sebagian besar dunia (2,3,4,5,12).
31
Morfologi : cacing dewasa berukuran
mikroskopis (panjangnya 0,5 – 3 mm), berbeda dengan
Amoebotaenia karena hanya tersusun oleh 4 – 9 proglottid.
Skolek : memiliki rostelum yang dipersenjatai dengan 4 –
19 kait yang panjang berukuran 7-8 mikron tersusun dalam
2 baris. Asetabulanya juga dipersenjatai dengan kait yang
berukuran lebih kecil dan mudah lepas tersusun dalam 4 – 5
baris. Proglottid, organ kelamin sepasang dan lubang
kelamin letaknya teratur selang seling pada setiap sisi
lateralnya. Telurnya berbentuk bulat berdiameter 28 – 40
mikron terbungkus tunggal didalam kapsula telur dan
hampir selalu memenuhi parenkim proglotida bunting
(2,3,4,12).
Siklus Hidup : HI adalah siput Gastropod genus
(agrolimax, Arion, Cepaea dan Limax) dan bentuk
peralihannya adalah sistiserkoid (3,4,5,12) terbentuk
setelah 2 – 4 minggu, dan cacing akan melepaskan
proglotid gravid 2 minggu setelah infeksi (masa prepaten
selama 2 minggu) (2,4,3)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
2. RAILLIETINA
Merupakan cacing pita yang paling umum menginfeksi usus halus ayam. Pada
Skolek : ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berbentuk palu yang
tersusun dalam lingkaran ganda. Asetabulanya juga kadang-kadang dipersenjatai
dengan kait kecil dan bergenerasi yang tersusun dalam beberapa lingkaran. Pada
proglotid bunting. ditemukan kantong parenkimatosa, masing-masing dengan satu
atau beberapa telur (3)
Spesies, ada 4 spesies yang penting antara lain :
(1) Raillietina cesticillus
(2) Raillietina echinobothrida
(3) Raillietina tetragona dan
(4) Raillietina giargiensis (4)
2a. Raillietina cesticellus (Molin, 1858)
Sinonim : Skrjabini cesticillus
Kelas : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Davainea
Distribusi geografis : diseluruh dunia (12)
Hopes definitif : cacing pita yang paling umum
menginfeksi usus halus bagian anterior ungas peliharaan (4)
(ayam, kalkun, ayam mutiara) (12).
33
Morfologi : panjangnya umumnya 4 cm dan jarang sampai
berukuran 15 cm. Skolek : karaktaristik dengan rostelum
lebar (2,3,12,13) dipersenjatai 400 – 500 kait kecil
berbentyuk palu tersusun dalam dua baris. Asetabulanya
bulat kecil tanpa dipersenjatai (2,3,12). Proglottid :
mengandung beberapa kapsula telur, masing-masing kapsul
berisi telur tunggal dengan diameter 75 – 90 µm (12)
Siklus hidup : HI. kumbang tinja, kumbang tanah dan kumbang hitam
genus (Amara, Anisotarus, Bradycellus, Calathus, Choeridium, Cratacanthus,
Harpalus, Paecilus, Pterostichus, Selenophorus, Stenolaphus, Stenocellus dan
Zabrus (4,3). Bentuk peralihannya adalah sistiserkoid terbentuk setelah 20 hari (4).
Perioda prepatenya berkisar sekitar 2-3 minggu (12)
2b. Raillietina echinobothrida (Megnin, 1880)
Kelas : kestoda
Ordo : cyclophyllidea
Famili : Davaineidae
Distribusi geografis : tersebar diseluruh dunia (12)
Hospes definitif: merupakan cacaing pita yang patogen
pada unggas, berpredileksi di dalam usus halus ayam,
kalkun, dan unggas lainnya (3,4).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Morfologi : serupa dengan R.
tetragona (4), panjangnya bisa mencapai ukuran
lebih dari 25 cm. Pada Skolek ditemukan
rostelum yang dipersenjatai 200 kait berukuran
panjang 10 – 13 mikron dalam dua baris (2,3)
dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan R.
tetragona (4). Asetabulanya juga dipersenjatai
kait berjumlah 8 – 10 baris yang agak besar dan
memiliki garis bagan yang melingkar (2,3).
Kolum tidak jelas setelah skolek. Proglotid :
proglottid bunting sering terlepas pada bagian
pertengahannya yang ukurannya semakin
mengecil (4). Telur, setiap kapsula telur berisi
6 – 12 telur (2) berukuran sekitar 75 x 95 µm. Sering menimbulkan nodula pada
tempat melekatnya yaitu pada dinding usus (2).
Siklus hidup : HI adalah semut genus : Pheidole (vinelandica, pallidula)
dan Tetramorium (caespitum, semilaeve). Bentuk peralihannya adalah sistisercoid
dengan perioda prepaten selama 20 hari (3,4)
2c. Raillietina tetragona (Molin, 1858)
Kelas : kestoda
Ordo : cyclophyllidea
Famili : Davaneidae
Distribusi geografis : tersebar diseluruh dunia
Hospes definitif : berpredileksi pada ½ bagian belakang usus
halus ayam, ayam mutiara dan unggas lainnya (3,12), merpati
(4,12).
35
Morfologi : merupakan salah
satu cacing pita terpanjang yang
menginfeksi unggas, berukuran panjang
bisa mencapai lebih dari 25 cm
(2,3,4,13) dengan lebar 3 mm (13).
Skolek : lebih kecil dibandingkan R.
echinobothrida, ditemukan Rostelum
yang dipersenjatai 100 kait dengan
a. Skolek R. tetragona, b skolek R.
ukuran 6 – 8 mikron dalam satu atau
echinobothrida (Soulsby, 1982)
dua baris. Asetabulanya berbentuk
b.
bulat telur juga dipersenjatai oleh kait
yang mudah lepas dalam 8 – 10 baris
yang ukurannya lebih kecil (2,3).
Kolum tidak jelas setelah skolek (2).
Proglotid : lubang genital biasanya
selalu unilateral (sepihak) dan setiap
kapsula telur berisi 6 – 12 telur (4),
yang lebih banyak dibandingkan R. cesticellus dan R. echinobothrida, berukuran
65 x 90 µm (12).
Siklus hidup : HI adalah semut dari genus Pheidola dan tetramorium, stadium
metakestodanya adalah sistiserkoid (3,4). Perioda prepaten pada ayam selama 13 –
31 hari (4).
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
2d. Raillietina geargiensis (Reid dan Nugara,
1961).
Kelas : kestoda
Ordo : cyclophyllidea
Famili : Davaneidae
Penyebaran geografis : ditemukan menginfeksi kalkun liar
dan domestik di Selatan Amerika Serikat (4).
Hospes difinitif : berpredileksi pada 1/3 pertengahan usus
halus dari kalkun (2,13) dan tidak menginfeksi ayam (2).
Morfologi : cacing bisa berukuran panjang 15-38 cm dengan lebar 3,5 cm.
Pada Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berjumlah 230 kait yang
tersusun dalam dua baris dengan panjang 12 – 23 mikron. Asetabulanya juga
dipersenjatai dengan 9 – 10 kait tersusun melingkar berukuran 8 – 13 mikron (13).
Proglotid : setiap kapsula telur berisi 8 – 10 telur yang berdiameter 27 – 48 mikron
(2).
Siklus hidup : HI adalah semut Pheidola venelandica, bentuk
peralihannya sistiserkoid (2,13)
Catatan : cacing hanya bisa hidup selama 10
minggu, perioda prepatennya selama 3 minggu. Seekor
kumbang bisa mengandung 1.000 sistiserkoid (2)
Spesies lain dari genus Raillietina, antara lain : R. williamsi (Fuhrmann,
1932) pada kalkun liar di Amerika Serikat; R. magninumida (Jones, 1939) pada
unggas-guinea di Amerika Serikat, cysticercoid dari spesies ini berkembang di
dalam tanah dan kumbang tinja; dan R. ransomi (Williams, 1931) pada kalkun
domestik di Florida dan kalkun liar ditempat lain di Amerika Serikat: penjelasan
lebih rinci spesies-spesies tersebut diberikan oleh Reid (1962) (4).
3. Amoebotaenia sphenoides (Linstow, 1872)
37
Sinonim : Amoebotaenia cuneata
Kelas : Cestoda
Famili : Dilepididae
Penyebaran geografis : diseluruh dunia
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus
halus ayam atau unggas domestik (3,4,5,13).
Morfologi : merupakan cacing pita berukuran
kecil dengan panjang jarang lebih dai 4 mm dan lebar 1
mm, tersusun oleh lebih dari 20 proglottid yang semakin
kebelakang semakin melebar terutama di pertengahan
tubuhnya dan setelah itu ukurannya mulai semakin
berkurang, sehingga cacing terlihat mengarah segi tiga
(2,4,5,12).
Skolek ditemukan Rostelum yang
dipersenjatai dengan 12 – 14 kait (2,12) berukuran
panjang 25-38 µm (13). Proglotid : organ kelaminnya
tunggal, lubang kelamin biasanya bermuara selang
seling tidak menentu pada tepi atas ujung anterior.
Uterus berbentuk kantong dan berlobus (2,4). Telur
berbentuk bulat dengan diameter lebih dari 42 mikron
dengan kulit yang bergranulasi (2). Tidak dianggap patogen, kecuali jika jumlah
cacing yang menginfeksi sangat banyak (5)
Siklus hidup : HI adalah cacing tanah genus Allolobophora, Eisenia,
Pheretina (3,4,13, Ocnerodrilus (3,4), ocnerodrilus dan Lumbricus (13). Bentuk
peralihan adalah sistiserkoid berkembang selama 2 minggu dan masa prepatennya
sekitar 4 minggu (3,4)
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
4. Choanotaenia infundibulum(Bloch, 1779)
Kelas : kestoda
Ordo : Cyclyphyllidea
Famili : Dilepididae
Hospes definitif : berpredileksi pada ½ bagian anterior usus
halus ayam dan kalkun (3,4,5). Morfologi : tubuh cacing bisa
mencapai panjang 20 cm (5), 23 cm (3,4,13) dengan ciri
karakteristik setiap proglottid yang berada disebelah posterior
ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan yang di anteriornya, sehingga nampak
tepinya seperti gergaji (3,4,5,12). Skolek : ditemukan
rostelum yang dipersenjatai satu baris kait berjumlah 16 – 20
berbentuk selinder (4 berukuran panjang 25-30 µm. Proglotid
: organ kelaminnya sepasang pada setiap segmen, lubang
kelamin selang-seling secara teratur pada setiap sisi proglottid
(4,12), uterusnya berbentuk kantong. Telur berbentuk bulat
telur, berukuran sekitar 45 x 55 µm (12) dan memiliki filamen
panjang yang khas (4,12,13).
Siklus hidup : HI adalah lalat rumah (Musca domestica) dan berbagai
kumbang (3,5) dari genus (Aphadius, Calathus, Geotrupes dan Tribolium) (3).
Bentuk peralihan adalah sistiserkoid (3) terbentuk setelah 3 – 8 minggu dan perioda
prepaten selama 3 – 5 minggu (2)
5. Genus HYMENOLEPIS
39
Anggota dari genus ini sangat kecil, berpredileksi didalam usus halus
burung, mamalia kecil (2). Skoleknya : terdapat rostelum yang memiliki kait
dalam satu lingkaran, alat penghisapnya tidak memiliki kait. Proglotid : testes
berjumlah 3 buah, susunannya bervariasi dan ovariumnya tunggal (3). Sampai saat
ini spesies yang penting untuk kedokteran hewan adalah : Hymenolepis carioca
dan (2) Hymenolepis cantaniana
5a. Hymenolepis carioca (de magalhaes, 1898)
Kelas : kestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Hymenolepididae
Penyebaran geografis : sebagain besar belahan dunia
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam,
kalkun, dan burung
lainnya
(12),
dan
dianggap
tidak
pathogen (4)
Morfologi : tubuhnya lebih lembut dan tembus
cahaya merupakan tanda yang menciri
(karakteristik) sehingga mudah dibedakan dengan
Raillietina sp (2,3), cacing pita bertubuh selinder,
menyerupai benang, berukuran panjang lebih dari
8 cm (4,12,13) dan lebarnya 0,5 mm. Skolek,
tidak dipersenjatai (12), tetapi ditemukan kantong
rostelum (13). Proglotid : telurnya berbeda setiap spesies, umumnya bulat atau
bulat telur dengan diameter maksimal 80 mikron, berwarna kekuningan (2).
Siklus hidup : belum diketehui sepenuhnya (13) HI adalah kumbang tinja
dan kumbang tepung (genus Aphodius, Cheoridium dan Inisotarsus) dan
mungkin juga lalat kandang (3), Milipedes (Fontaria dan Junus), pinjal
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
(Ctenocephalides) dan copepoda (Cyclop) (2), bentuk peralihannya adalah
sistiserkoid (3), cacing menjadi dewasa pada tubuh hospes memerlukan waktu
selama 2-4 hari setelah infeksi (13)
5b. Hymenolepis cantaniana (Polonio, 1860)
Kelas : kestoda
Famili : Hymenolepididae
Penyebaran geografis : sebagain besar belahan dunia
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus
ayam, kalkun, ayam hutan, burung puyuh dan burung
lainnya (12).
Morfologi, cacing pita bertubuh selinder, berukuran
panjang hingga 2 cm (12,13) dan lebar 1 mm (13).
Skolek, ditemukan adanya rostelum yang diperenjatai
kait.
Siklus hidup, belum lengkap (13), baru diketahui HI
kumbang (Scarabeidae) (12,13), setiap kumbang dapat terinfeksi 100 atau lebih
sistiserkoid (13) dan perioda prepaten selama 3-4 minggu (12)
5c. Hymenolepis lanceolata (Weinland, 1858)
Sinonim : Drepanidotaenia lanceolatum
41
Kelas : kestoda
Famili : Hymenolepididae
Penyebaran geografis : seluruh dunia
Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus
bebek dan angsa (12).
Morfologi, cacing pita bertubuh selinder, berukuran
panjang hingga 15-20 cm, lebar proglottid biasanya
lebih panjang dibandingkan panjangnya (crapedote)
(12)
Siklus hidup, HI krustacea copepoda aquatic,
perioda prepaten selama 3-4 minggu (12)
6. Fimbriaria (Frohlich, 1802)
Kelas : kestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Famili : Hymenolepididae
Hospes definitif : hanya ditemukan satu spesies Fimbriaria fasciolaris (Fallas,
1781) yang berpredileksi didalam usus halus (duodenum) ayam, itik (13), angsa,
dan berbagai burung anseriformes liar lainnya.
Morfologi : cacing pita dewasa panjangnya 2,5 – 4,2
cm dengan lebar 1,5 cm (4,12) 5-43 cm dengan lebar
1-5 mm (13). Cacing mengalami pelebaran di bagian
anterior mulai daerah leher yang khas yang disebut
“pseudoskoleks’ berbentuk pelebaran yang berlipatlipat yang berfungsi sebagai perlekatan (4,12,13), dan
segmentasi strobilanya kurang jelas (13). Rostelumnya
dipersenjatai dengan 10-12 kait berukuran panjang 1727 µm (13)
Siklus hidup : HI adalah krustacea Copepoda (Cyclop dan Diaptomus vulgaris)
dan Amfipoda (Hyalella) (2,3), Hospes definitif akan terinfeksi jika meminum air
yang mengandung HI infektif (13).
4.
CESTODA BABI
43
Babi adalah satu-satunya ternak yang sampai saat ini tidak terinfeksi oleh
salah satu jenis cacing pita, tetapi di dalam jaringan (otot) mungkin terinfeksi oleh
bentuk meta kestoda
ETIOLOGI dan
HOSPES
DEFINITIF
Taenia solium
berpredileksi pada usus
manusia
Taenia hydatigena
berpredileksi pada usus
anjing – kucing
Echinococcus
granulosus, berpredileksi pada usus
anjing – kucing
Sumber : (4,5,8)
META KESTODA dan PREDILEKSI
Sistiserkus cellulosa, berpredileksi pada otot jantung,
lidah, pipi, interkoste, diafragma, paha, lengan atas, paruparu, hati dan ginjal
Sistiserkus tenuicollis, berpredileksi dengan menggantung
pada hati, omentum, mesenterium dan paru-paru
Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati,
paru, paru, jarang pada limfa dan ginjal
Sistiserkus cellulose berbentuk gelembung bulat telur dengan ukuran 610 X 5-10 mm dengan satu kepala (skoleks) invaginasi ke dalam gelembung,
berwarna putih susu (4) di Bali oleh masyarakat dikenal dengan “ beberasan”
karena bentuk, warna dan ukurannya hampir sama dengan biji beras.
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara menggantung pada hati,
omentum, mesenterium dan paru-paru
Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati, paru, paru, jarang
pada limfa dan ginjal
Siklus hidup dan Cara penularan, seperti yang telah dijelaskan terdahulu
(4,7).
5.
CESTODA RUMINANSIA
45
Cacing pita yang menginfeksi sapi adalah Moniezia dan yang terpenting
adalah : (1) M. expansa dan (2). M. benedini.
Kunci identifiaksi
lebar segmen, letak dan bentuk kelenjar
interproglotida
1. Moniezia expansa
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Kelas : cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Anoplocephalidae
Predileksi : cacing tersebar diseluruh dunia, paling sering berparasit didalam usus
domba, kambing dibandingkan sapi (2,3,4,5).
Morfologi makroskopis : cacing bisa mencapai panjang 2 – 6 meter.
Skolek : tidak memiliki rostelum dan asetabulanya tidak dipersenjatai, berukuran
0,36 – 0,8 mikron. Proglotid : lebarnya dapat mencapai 1,6 cm yang lebih panjang
dibandingkan dengan panjangnya (craspedote), lubang kelamin terletak pada
kedua tepi lateral proglottid. Ovarium dan kelenjar vitelin berbentuk melingkar
pada setiap sisinya dan testes menyebar diseluruh bagian. Pada setiap batas
belakang segmen ditemukan sebaris kelenjar interproglotida berbentuk roset
(seperti bunga mawar) (2,3,4) memanjang memenuhi lebar dari proglottid (hanya
terlihat pada spesimen yang sudah diwarnai) (11). Telurnya : bentuknya bersudut
atau bisa berbentuk segi tiga dengan diameter sekitar 56 – 67 mikron (2,3.4,11)
47
Siklus hidup : tidak lagsung, HI berbagai jenis tungau rumput (Oribatid)
(5,11,12), termasuk genus : Ceratozetes, Galumna, Oribartula, Peloribates,
Pergalumna, Protoscheroribates,
Scheloribates, Scutovertex dan
Zygoribatula
(5).
Bentuk
peralihannya adalah Sistisercoid
terbentuk setelah 1 – 4 bulan,
perioda prepaten selama 6
minggu dan lama hidup cacing
selama 3 bulan (5,11).
Catatan :
Untuk membedakan dengan Moniezia benedini, glandula
interproglotidanya panjang pada bagian akhir setiap proglottid.
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
2. Moniezia benedini
Predileksi : usus halus
Kelas : kestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Famili : Anoplocephalidae
Pendahuluan, cacing pita tersebar diseluruh dunia, berpredileksi di dalam
usus halus sapi, domba dan ruminansia dan paling umum pada sapi dibandingkan
dengan yang lainnya (3).
Morfologi : hampir sama dengan M. expansa, bedanya panjangnya lebih
dari 4 meter, proglottid lebih lebar berukuran 2,6 cm yang lebih panjang
dibandingkan panjangnya (craspedote), kelenjar interproglotida, berupa barisan
pendek menutupi pertengahan proglotida dan tidak seperti M. expanza tersusun
memanjang disebelah posterior setiap segmen. Telurnya berbentuk segi empat
berukuran 75 mikron (3,4,5).
49
Siklus
hidup
:
Hospes
intermediernya berbagai jenis tungau
rumput (Oribatid), termasuk genus :
Ceratozetes,
Galumna,
Oribartula,
Peloribates, Pergalumna, Protoscheroribates,
Scheloribates, Scutovertex dan Zygoribatula.
Bentuk peralihannya adalah Sistisercoid (3)
terbentuk setelah 4 minggu. Perioda prepaten
37 – 40 hari (4)
Catatan untuk membedakan dengan Moniezia expansa : glandulla
interproglotidanya berukuran pendek tersusun dalam dua baris pada bagian akhir
setiap segmen
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
META KESTODA
Dalam jaringan (otot) sapi mungkin terinfeksi oleh beberapa jenis meta
kestoda diantaranya ; sistiserkus bovis (inermis), sistiserkus tenuicollis dan kista
hydatigena (echinococcus)
ETIOLOGI
ETIOLOGI dan HOSPES
DEFINITIF
Taenia saginata berpredileksi
pada usus manusia
Taenia hydatigena berpredileksi pada usus anjing –
kucing
Echinococcus granulosus,
ber- predileksi pada usus
anjing - kucing
T. multiceps, berpredielksi
didalam usus halus anjing
Sumber : (4,5,8)
META KESTODA dan PREDILEKSI
Sistiserkus bovis (inermis), berpredileksi pada otot pipi,
paha, punduk, jantung, lidah, diafragma, jar. Lemak
kerongkongan, hti, paru, kelenjar linfe
Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara
menggantung pada hati, omentum, mesenterium dan
paru-paru
Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati,
paru, paru, jarang pada limfa dan ginjal
Coenurus cerebralis, berpredileksi didalam susunan
saraf pusat (otak)
Sistiserkus bovis (inermis) berbentuk gelembung
(kantong berisi cairan) lonjong, berukuran 5-9 mm, berwarna
putih atau abu-abu dan terlihat ada bintik kecil berwarna
kekuningan (merupakan skoleks cacing pita) menonjol
kedalam gelembung (4,8), di Bali dikenal masyarakat dengan
istilah “beberasan” (karena bentuk dan ukurannya
51
menyerupai biji beras
Sistiserkus tenuicollis berbentuk gelembung (kantong berisi cairan)
berwarna putih, berukuran 1 – beberapa inci dan kadang-kadang bisa pecah (8) dan
skoleks berleher panjang. Kista pada hati dapat mencapai ukuran 8,5x5 mm,
berbentuk menyerupai biji mentimun dan skoleksnya belum tumbuh (6). Gejala
klinis, pernah teramati terjadi defresi, kelemahan dan malas bergerak (4),
hypersensitivitas moncong, kelumpuhan lidah dan kekejangan (Batan dkk),
demam, pulsus meningkat, pernafasan cepat dan dangkal (terengah-engah), diare
dan biasanya mati setelah 3 minggu (8)
Kista hydatida (echinococcus) berbentuk lonjong
kadang-kadang tunggal atau ganda, berukuran 10-15 mm (8).
Pada hati manusia pernah ditemukan kista dengan garis tengah
50 cm dan berisi cairan sejumlah 14 liter (6). Gejala klinis,
terjadi perdarahan hati (pada permukaan hati terlihat tempat
penembusan (invasi) metakestoda) dan jika hati di bedah banyak
ditemukan sistiserkus, gejala klinis yang pernah teramati lemah,
demam ringan, nafsu makan berkurang dan bisa menimbulkan kematian mendadak
(akibat peradangan hati) (8). jika kista kecil dan tiak menekan organ tidak
memperlihatkan gejala klinis, tetapi pernah dilaporkan jika berpredileksi pada
jantung, otak dan organ vital berakibat kematian (8), jika berpredileksi pada hati
dan paru-paru manusia baru pathogen dengan gejala klinsi terjadi gangguan
pernafasan dan pembesaran perut. Apabila kista pecah, bisa menimbulkan shok
anaphylaxis dan kematian (5), Kelainan berupa neoplasma atau ulserasi pernah
ditemukan karena terjadi penekanan dan infiltrasi pada orgam-organ (8)
Coenurus cerebralis (T. multiceps), Patogenesis dan gejala klinis. Pada anak
domba, jika sejumlah besar setadium belum dewasa bermigrasi menuju otak dapat
terjadi meningoencephalitis akut. Infeksi yang lebih umum adalah bersifat kronis
ditemukan adanya satu atau dua coenuus pada di otak 4-6 bulan setelah infeksi.
Ada peningkatan kerusakan jaringan otak pada lokasi coenurus berkembang.
Tanda-tanda klinis neurologis yang teramati terhuyung „gid‟ dan tergantung pada
lokasi kista pada sistem saraf pusat (otak). Paling sering kista terletak di wilayah
pariental pada permukaan atas dari belahan otak. Hewan akan mengalami sakit
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
pada salah satu sisi kepalanya dan memutar kearah sisi yang terkena. Mungkin
mengalami kebutaan mata pada sisi yang berlawanan. Jika parasit ini terletak pada
bagian anterior dari otak, hewan akan memegang kepala, dada dan berjalan dengan
kaki diangkat tinggi , atau berjalan lurus sampai menabrak dinding dan terus
berjalan sampai beberapa waktu. Pergerakannya cenderung terbalik jika kista
ditemukan pada ventrikel. Jika kista ditemukan pada otak kecil, hewan tersebut
hyperaesthetic, jalannya tersentak-sentak atau sempoyongan dan dapat tersungkur.
Jika kista ditemukan pada sumsum tulang belakang dapat menyebabkan paresis
progresif pada salah satu atau kedua kaki belakang. Tanda-tanda klinis dapat
selang-seling (intermitten), tetapi hewan semakin tidak mau makan dan mengalami
kekurusan (4).
53
META KESTODA
DOMBA dan KAMBING
Domba – kambing hanya terinfeksi oleh satu jenis cacing pita yaitu
Moniezia expansa, sedangkan pada jaringan otot bisa ditemukan bentuk meta
kestodanya
ETIOLOGI dan
HOSPES DEFINITIF
Taenia ovis, berpredileksi
pada usus halus anjingkucing
Echinococcus granulosus,
ber- predileksi pada usus
anjing – kucing
T. multiceps, berpredielksi
didalam usus halus anjing
Taenia
hydatigena
berpredi- leksi pada usus
anjing – kucing
Sumber : (4,5,8)
META KESTODA dan PREDILEKSI
Sistiserkus ovis, berpredileksi pada jantung,
jaringan ikat longgar, esophagus, jarang pada
paru-paru
Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi
pada hati, paru, paru, jarang pada linfa dan ginjal
Coenurus cerebralis, berpredileksi didalam
susunan saraf pusat (otak)
Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara
menggantung pada hati, omentum, mesenterium
dan paru-paru
Coenurus cerebralis, Siklus hidup, onchosfer (embrio heksacant), ketika
dicerna oleh HI (domba) akan dibawa bersama darah menuju otak atau sumsum
tulang belakang dan berkembang menjadi stadium larva Coenurus cerebralis
(4,5,15), tetapi pada kambing juga bisa ditemukan pada berbagai organ, intra
muskuler dan jaringan sub-kutan (4). Setelah dewasa kista mudah dikenali sebagai
kista besar berisi cairan dengan diameter lebih dari 5,0 cm yang mengandung
skolek berkapsul pada dinding internalnya (5,15). Didalam sistem saraf pusat,
Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda)
Coenurus memerlukan waktu sekitar delapan bulan untuk mencapai matang
(mature), tanda-tanda klinis yang umum terjadi adalah tergantung pada lokasi kista
atau bersarnya kista, diantaranya : berputar-putar, kelainan penglihatan (visual),
keanehan gaya berjalan, hyperaesthesia atau paraplegia. Sindrom klinis sering
dikenal sebagai 'gid (5). Operasi pengangkatan kista adalah memungkinkan, jika
kista terletak pada permukaan otak. Kista dapat dideteksi dengan melubangi
tengkorak lokal, atau dengan pemeriksaan neurologis rinci. Namun, untuk banyak
kasus tidak ada pengobatan (5).
Sistiserkus tenuicolis : sisticercus pada hati nyata menyebabkan
perdarahan dan salurannya mengalami fibrosis, kadang-kadang ditemukan
sistiserkus yang mengandung kaseus atau telah mengalami kalsifikasi, berdampak
pengafkiran hati di rumah potong(4).
Acuan
Baker, D.G (2007). Flynn‟s Parasites of Laboratory Animals. 2nd Ed. Blackwell
Publishing.
Ballweber, L.R (2001). Veterinary Parasitology. Butterwoth-Heinemann
Publications.
Bowman, D.D (1999). Georgi‟s Parasitology for Veterinarians. 8 th Ed. Saunders an
Imprint of Elsevier Science
Brotowidjojo, M.D (1987). Parasit dan Parasitisme. Edisi Pertama. PT. Melton
Putra, Jakarta
Dunn, A.M (1978). Veterinary Helminthology. 2nd Ed. William Heinemann
Medical Books. LTD London
Levine, N.D (1995). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gajah Mada
University Press.
Levine. N.D (1990). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gadjah
Mada University Press.
Morgan, B.B and P.A. Hawkins (1960). Veterinary Helminthology. 6th Ed. Burgess
Publishing Company. Minneapolis. USA.
Nugroho (1983). Penyakit Ayam di Indonesia. Jilid II. Eka Offset Semarang.
55
Soekardono S. dan Partosoedjono S. (1989). Parasit-parasit Ayam. Pt. Gramedia.
Jakarta.
Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated
Animals. 7th Ed. Bailliere Tindal London.
Supan Kusumamiharja (1992). Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan
Hewan Piaraan di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan.
Taylor, M.A., R.L. Coop dan R.L. Wall (2007). Veterinary Parasitology. 3 th Ed.
Blackwell Publishing Ltd.
Urquhart, G.M; J. Armour; J.L. Duncan; A.M. Dunn and F.W. Jennings (1985).
Veterinary Parasitology. Longman Scientificf and Technical.
Download