BAHAN AJAR PARASITOLOGI VETERINER (KESTODA) Pengampu : Drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR Smt Ganjil 2016 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, sehingga penyusunan bahan ajar ini dapat diselesaikan. Bahan ajar ini bertujuan untuk membantu mahasiswa semester III yang memprogramkan mengikuti kuliah PARASITOLOGI VETERINER terutama bisa mengidentifikasi parasit cacing terutama kelas kestoda yang menginfeksi hewan. Bahan ajar ini disusun berdasarkan beberapa buku acuan yang dimiliki, serta dilengkapi dengan acuan lain yang dapat diunggah. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada sejawat yang ikut melengkapi bahan ajar ini. Harapan penulis semoga bahan ajar ini bisa memenuhi haparan sesuai dengan tujuan diatas. Demi penyempurnaan dan kesempurnaannya, bahan ajar ini akan direvisi setiap tahun dengan menambahkan acuan baru dan disesuaikan dengan peta perkembangan penyakit. Denpasar. September 2016 Pengampu Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) DAFTAR ISI Kata Pengantar ......................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................. 1. Pendahuluan ........................................................................................... Klasifikasi Ordo Cyclophyllidea ....... ............................................................... Ordo Pseudophyllidea ........................................................................ 2. Cestoda Anjing dan Kucing 1. Dipylidium caninum .................................................................... 2. Taenia ........................................................................................ 2a.Taenia hydatigena ............................................................... 2b. Taenia multiceps ................................................................... 2c. Taenia ovis ................................................................................ 2d. Taenia pisiformis ....................................................................... 2e. Taenia serialis ........................................................................... 2f. Taenia taeniaformis ................................................................... 3. Echinococcus ............................................................................... 3a. Echinococcus granulosus ......................................................... 3b. Echinococcus multilocularis ... ................................................. 4. Diphyllobothrium latum .................................................................. 5. Spirometra mansonoides ............................................................... 3. Cestoda pada Unggas........................................................................... 1. Davainea proglottina ..................................................................... 2. Raillietina ...................................................................................... 2a. Raillietina cesticellus .............................................................. 2b. Raillietina echinobothrida ...................................................... 2c. Raillietina tetragona ................................................................ 2d. Raillietina geargiensis ............................................................ 3. Amoebotaenia sphenoides ............................................................. 4. Choanotaenia infundibulum .......................................................... 5. Hymenolepis ................................................................................ 3 Halaman i ii 1 10 12 14 16 18 19 20 21 22 23 24 24 26 27 29 31 31 33 33 34 35 37 38 39 40 5a. Hymenolepis carioka .............................................................. 5b. Hymenolepis cantaniana ........................................................ 5c. Hymenolepis lanceolata .......................................................... 6. Fimbriaria fasciolaris ................................................................... 4. Cestoda Babi ...................................................................................... Metakestoda pada Babi ....................................................................... 5. Cestoda Ruminansia ........................................................................... 1. Moniezia expansa ......................................................................... 2. Moniezia benedini ........................................................................ Metakestoda pada Sapi ............................................................................... Metakestoda pada Domba-Kambing .................................................. Acuan ............................................................................................................... 40 41 42 43 44 44 46 47 49 51 54 55 Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 1 PENDAHULUAN Cacing (Helminths) berasal dari kata “Greek” Helmins, Helminthos yang secara umum berarti organisme yang tubuhnya memanjang dan lunak (14). Cacing yang penting dipelajari untuk kedokteran hewan, adalah kelas : (1) Platyhelminthes (cacing pipih), (2). Nemahelminthes (cacing gilig) dan (3) Acanthocephala (cacing kepala berduri). Platyhelminthes memiliki dua kelas terpenting antara lain : Kestoda dan Trematoda (2,3,5,12). CIRI UMUM CACING PITA (2,3,4,5) Tubuh umumnya berukuran panjang, pipih dorso-ventral (atas-bawah) berbentuk seperti pita, bersegmen-segmen (beruas-ruas), tetapi cairan parenkim masih bisa bergerak bebas melewati segmen, sehingga tidak benar-benar bersegmen atau bersegmen semu (pseudosegmented) (13), dan tersusun oleh banyak proglotid. Tidak memiliki saluran pencernaan. Setiap proglottid mengandung 1 dan kadang-kadang 2 pasang organ reproduksi jantan dan betina (hermaprodite) Semua organ tersimpan didalam jaringan parenkim. 1 MORFOLOGI : cacing pita dapat dibedakan menjadi 2 ordo : (1) Ordo Cyclophyllidea dan (2) Ordo Pseudophyllidea. Ordo Cyclophyllidea berukuran panjang dari beberapa melimeter sampai beberapa meter. Secara umum tubuhnya dapat dibedakan menjadi 3 bagian, terdiri dari : Skolek, Leher (neck, colum) dan strobila yang tersusun oleh beberapa proglottid. Gambar 1. Struktur karakteristik (khas) Kestoda Ordo Cyclophyllidea (Taylor dkk, 2007) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Morfologi Skolek sucker Kait a. Skolex tanpa dipersenjatai kait b. Skolek dipersenjatai kait c. Skolek melebar membentuk pseudoskolek 1. SKOLEK, (a, b) berbentuk globuler (bulat), ditemukan 4 buah alat untuk melekat (“sucker” = acetabula”) yang terletak pada bagian pinggirnya, (b) pada beberapa jenis dipersenjatai kait, serta fungsinya juga untuk melekat (3,4,5,12), c. skoleknya melebar dan berlipat-lipat membentuk pseudoskolek, kesemuanya dimiliki olek cacing pita Ordo Cyclophyllidea Bothria Selain itu ada juga skolek yang berbentuk seperti sendok dengan alat untuk melekat disebut bothria yang dimiliki oleh cacing pita Ordo Pseudophyllidea 3 Bentuk kait cacing pita sangat bervariasi, tetapi secara umum terdiri dari : sebuah mata kait (b), sebuah prisai (g) dan tangkai (h) (6). Bentuk dan ukuran panjang kait, juga merupakan dasar identifikasi. KOLUM (leher, neck), berukuran pendek dan tidak bersegmen, merupakan awal terbentuknya proglottid. Proglottid yang baru terbentuk akan mendorong proglottid yang terbentuk sebelumnya, sehingga akhirnya terbentuklah strobila (3,5). Proses pembentukan strobilla disebut Strobilasi (13) STROBILA, tersusun oleh beberapa untaian Proglottid. Dari awal pembentukan proglottid pada bagian leher, semakin kebelakang setiap proglottid telah menjadi semakin matang (mengalami proses pematangan), sehingga proglottid dapat dibedakan menjadi (3,5,12) : Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) a. Proglottid muda (immature) b. Proglottid dewasa (mature) c. Proglottid bunting (gravid) (a) Proglottid muda (immature) adalah proglottid yang baru terbentuk pada leher dan alat kelaminnya belum berkembang sempurna, (b) Proglottid dewasa (mature) adalah proglottid yang organ kelaminnya sudah berkembang dan berfungsi sempurna, (c) Proglottid bunting (gravid) adalah proglottid yang sudah penuh mengandung telur (13) Strobila tersusun oleh beberapa proglottid yang bentuk dan ukurannya bervariasi untuk setiap spesies. Pada setiap proglottid dilengkapi oleh 1 atau 2 pasang organ reproduksi (organ kelamin) jantan dan betina (bersifat hermaprodit). Pembuahan interproglotida (pembuahan pada satu proglottid) dapat terjadi, tetapi pembuahan secara intra (antara proglotida/pembuahan silang) lebih umum, karena organ reproduksi jantan (testes) lebih cepat berkembang sempurna dibandingkan ovariumnya; sehingga proglottid yang letaknya lebih ke-anterior akan membuahi ovarium yang terletak lebih di-posterior (3,5,12). Lubang kelamin (muara kelamin, genital pore, porus genetalis, pori 5 genital) jantan dan betina biasanya berdekatan dan terletak didalam satu legokan dangkal pada sisi lateral setiap proglottid (6,12) atau disebelah sentral (dibagian tengah) proglottid (12). Jika telur sudah dibuahi, maka organ reproduksinya akan mengalami degenerasi dan tinggalah uterus yang penuh dengan telur (6). Pada kebanyakan cacing pita, telur tidak keluar satu-persatu, sehingga telur menumpuk didalam proglottid bunting (gravid). Proglottid bunting kemudian terputus dan keluar dari dalam tubuh hospes definitif (HD) bersama tinja dan atau proglottid keluar sendiri secara aktif (3,12), tetapi ada juga telurnya keluar lewat lubang kelamin (12) Telur, pada awal perkembangan embrional telur sepenuhnya terbentuk didalam uterus, sehingga setelah keluar dari dalam uterus, telur sudah mengandung embrio, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut Oncosfer (telur keseluruhan). Telur cacing pita karakteristik, didalam oncosfer ditemukan embrio yang memiliki 3 pasang kait yang Embrio hexacant dikenal dengan nama “embrio hexacant” (embriofor). “Embrio hexacant” dibungkus oleh kulit telur yang terdiri dari : lapisan paling luar kapsul, kemudian selaput vitelin, embriofor (egg shell = onchosphere coat (5,6,12) yang sering menghilang sejak masih didalam uterus (12) Oncosfer Lapisan luar tubuh, cacing pita adalah tersusun oleh tegumen (bukan kutikula), sehingga mempunyai kemampuan yang tinggi untuk menyerap (absorptif). Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan maupun sistem peredaran darah. Makanan diserap langsung melalui dinding tubuhnya. Dibawah tegumen ditemukan sel-sel otot dan parenkim, sel parenkim merupakan sel sincitium yang memenuhi ruangan diantara organ-organ (1,3,5,12) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) SISTEMA, sistem syaraf tersusun oleh beberapa ganglion yang terdiri dari cincin syaraf rostelum yang ditemukan pada skolek (4), berlanjut dengan 3 serabut syaraf longitudinal yang terletak pada setiap sisi proglottid (3,12). Sistem sekresi terdiri dari sel api atau selenosit yang mengarah ke saluran eferen yang ditemukan sepanjang strobila sampai pada proglottid terminalnya (paling ujung) (3,5,12). Sistem reproduksi, bersifat hermaprodit memiliki organ kelamin jantan (testes) dan betina (ovarium) pada setiap proglottid (3,4). Testes biasanya berkembang lebih dahulu (protrandry atau androgini) (4) dan ovarium memiliki saluran yang akhirnya bermuara pada lubang kelamin (3) SIKLUS HIDUP, siklus hidup dari cestoda adalah khas (karakteristik), yaitu TIDAK LANGSUNG, memerlukan Hospes Intermedier (HI)/hospes perantara. Hospes Definitif (HD) akan mengeluarkan telur atau proglottid bunting dalam bentuk untaian dan atau tersendiri bersama tinja pada saat defikasi atau keluar sendiri secara aktif. Proglottid akan segera hancur (mengalami proses apolysis), sehingga telurnya akan berserakan. Telur apabila termakan oleh HI yang sesuai, karena pengaruh dari sekresi (lambung, usus, hati dan pankreas) di dalam saluran percernaannya, Onchosfer akan tercerna sehingga menyebabkan aktifnya „embrio hexacant‟. “Embrio hexacant‟ dengan kaitnya akan menembus dinding usus dan akhirnya bersama aliran darah dan atau limfe beredar keseluruh tubuh menuju tempat predileksi. Pada tempat predileksi „embrio hexacant‟ akan melepaskan kaitnya dan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi bentuk peralihan (“meta-kestoda”) (5,12). 7 Bentuk peralihan (Meta-kestoda) cacing pita ada beberapa bentuk antara lain : SISTISERKUS (Sistiserkus/Cysticercus/ cacing gelembung /kista, adalah berupa kantong berisi cairan mengandung skolek tunggal yang mengalami invaginasi (tertarik ke dalam), kadang-kadang disebut juga protoscolex, dan biasanya ditemukan pada vertebrata (3,5,12). SISTISERKOID/Sistiserkoid/Cysticercoid, berbentuk kantong kecil yang hampir tidak ada rongganya, mengandung skolek tunggal evaginasi (menjulur ke luar), biasanya ditemukan pada invertebrata (3,4,5,12). STROBILOSERKUS, adalah kista berupa kantong dengan satu skolek yang evaginasi dan telah memiliki untaian proglottid yang belum dewasa (aseksual), Proglottid aseksual akan tercerna dan hancur setelah termakan oleh HD dan hanya menyisakan scolexnya saja, biasanya ditemukan pada vertebrata (3,4,5,12). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) MULTICEP (Senurus, Coenurus), merupakan kista besar mirip dengan sistiserkus, tetapi mengandung beberapa skolek invaginasi yang berkembang pada dindingnya, biasanya ditemukan pada vertebrata (3,4,5,12). EKINOKOKUS (Kista Hidatida), merupakan kista besar yang berisi cairan yang dilapisi oleh beberapa epitel germinal (kapsul induk) pada bagian endogennya tempat terbentuknya scolex yang mengalami invaginasi, jika kista pecah kista anak juga bisa terbentuk pada kapsul induk bagian luar, biasanya ditemukan pada vertebrata (3,4,5,12). Jika bentuk peralihan (metakestoda) tertelan oleh hospes definitif, karena pengaruh sekresi lambung dan saluran cerna, bentuk peralihan akan tercerna dan skoleknya akan bebas dan menempel pada dinding usus dan proses pembentukan proglottid segera dimulai (5,12). 9 KLASIFIKASI Klasifikasi kestoda oleh ahli sistimatika dan evolusi tetap menjadi perdebatan sampai saat ini. Pada bahan ajar ini Kelas kestoda yang penting untuk kedokteran hewan adalah : Ordo Cyclophyllidea dan Pseudophyllidea (5,12,13) . Ordo CYCLOPHYLLIDEA Ordo Cyclophyllidea memiliki 7 famili utama, antara lain : (1) Taeniidae, (2) Anoplocephalidae, (3) Dilepididae, (4) Davaineidae, (5) Hymenolepididae, (6) Mesocestoididae dan (7) Thysanosomidae. 1. Familia TAENIIDAE (Ludwig, 1886), cacing dewasa hidup didalam usus halus karnivora domestik dan manusia (5,12). Skoleknya memiliki rostelum yang dipersenjatai oleh 2 baris kait (kecuali Taenia saginata yang tidak dipersenjatai kait). Proglottid gravid panjangnya lebih panjang dibandingkan lebarnya (12). Hanya 2 genus yang terpenting dipelajari, dimana yang memiliki panjang sampai beberapa meter dengan ratusan proglottid adalah genus Taenia, tetapi yang hanya berukuran panjang beberapa millimeter dan memiliki 3 – 4 proglottid adalah genus Echinococcus (2,4) 2. Familia ANOPLOCEPHALIDAE, merupakan cacing pita khusus menginfeksi kuda (Anoplocephala dan Paranoplocephala) dan yang menginfeksi ruminansia (Moniezia) (4,12). Skolek tidak memiliki rostelum dan kait, proglottid bunting lebarnya lebih panjang dibandingkan panjangnya (craspedote). Stadium metakestodanya Sistiserkoid ditemukan pada tungau rumput familia oribatidae (12) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 3. Famili DILEPIDIDAE, dicirikan dengan uterus pada proglottid bunting digantikan oleh kapsula telur yang berbentuk kantong tranversal yang mengandung 1 atau banyak telur (4), merupakan cacing pita anjing, kucing (Dipylidium) dan unggas (Amoebotaenia, Choanotaenia, Metroliasthes). Skoleknya bisanya memiliki rostelum yang dipersenjatai oleh beberapa baris kait. Stadium metakestodanya sistiserkoid (12) 4. Famili DAVAINEIDAE, cacing pita terutama berparasit pada burung (Davainea, Raillietina, Contugnia). Cacing pita jenis ini biasanya memiliki beberapa baris kait pada rostelum dan sakernya. Stadium metakestodanya adalah sistiserkoid (12). 5. Familia HYMENOLEPIDIDAE, memiliki strobila khas berbentuk selinder, menginfeksi burung, manusia dan binatang pengerat (Hymenolepis, Rodentolepis, Fimbriaria). Stadium metakestodanya sistiserkoid ditemukan pada artropoda (12) 6. Famili MESOCESTOIDIDAE, Anggota cacing pita dari famili Mesocestoididae juga kurang penting untuk kedokteran hewan (veteriner), cacing pita menginfeksi karnivora dan burung, memiliki dua stadium metacestoda. Pertama adalah cysticercoid ditemukan pada serangga atau tungau, dan yang kedua bentuk larva tetrathyridium ditemukan pada vertebrata. Genus Mesocestoides ditemukan pada anjing, kucing dan mamalia liar, dan Genus Dithyridium pada ayam, kalkun dan burung liar. 7. Famili THYSANOSOMIDAE, terkait erat dengan Anoplocephalidae, famili ini anggotanya beberapa cacing pita penting pada hewan, ditemukan terutama pada domba dan ruminansia lainnya (Stilesia, Thysanosoma, Thysaniezia dan Avitellina). 11 ORDO PSEUDOPHYLLIDEA Ordo Pseudophyllidea hanya memiliki 2 genus yang penting untuk Kedokteran Hewan, yaitu genus : (1). Diphyllobothrium dan (2). Spirometra (5,12) Mofologi, cacing pita ordo Pseudophyllidea secara umum mirip dengan ordo Cyclophyllidea, ada 2 perbedaan yang karakteristik. Pertama, scolex pada ordo pseudophyllidea berbentuk seperti sendok, memiliki 2 buah alat untuk melekatkan diri yang berupa celah otot longitudinal disebut Bothria dan tidak memiliki kait, juga tidak memiliki rostelum (3,4,5). Kolum dan Proglotid sama dengan kestoda ordo cyclophyllidea. Kedua, kulit telurnya tebal berwarna coklat dan memiliki operkulum (hampir sama dengan kelas trematoda), setelah keluar dari dalam usus hospes definitif memerlukan perkembangan embrional sekali lagi sehingga didalam telur terbentuk korasidium yang memiliki silia (5,6,12) Siklus hidup : memerlukan 2 hospes intermedier (HI), telur yang memiliki operkulum akan keluar bersama tinja, Korasidium akan keluar dari dalam telur melalui operkulum, karena memiliki silia akan berenang mencari HI. I. Korasidium akan menempel pada bagian lunak dari HI. I, kemudian melepaskan silianya dan menggunakan kaitnya menusuk bagian lunak dan menerobos masuk kedalam tubuh HI I. Didalam tubuh HI. I, korasidium akan Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) berkembang menjadi Proserkoid. Jika HI. I termakan oleh HI. II, maka proserkoid akan berkembang lebih lanjut menjadi Pleroserkoid yang bersifat infektif. Hospes Definitif akan terinfeksi jika menelan HI. II yang infektif (1,12) Catatan : Korasidium akan menempel pada bagian lunak (lembut) dari HI. I, melepaskan silia dan baru menembus kutikula dan berkembang menjadi Proserkoid. Korasidium akan mati jika 24 setelah keluar dari telur tidak menemukan HI.I. Berbeda dengan cacing pita ordo cyclophyllidea, dimana oncosfer tidak bisa berenang dan harus tertelan oleh hospes intermedier I. 13 2. CESTODA PADA ANJING DAN KUCING 1. Dipylidium caninum (Linnaeus, 1758) Kelas : kestoda Ordo : cyclophyllidea Famili : Dilepididae Dipylidium caninum, berdistribusi diseluruh dunia, merupakan cacing pita yang paling umum ditemukan dan berpredileksi di dalam usus halus anjing dan sebangsanya (Canidae), kucing dan sebangsanya (Felidae), serta kadang-kadang pada manusia (terutama anak-anak (2,3,5,11). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Morfologi : merupakan cacing pita yang berukuran panjang lebih pendek dibandingkan Taenia spp, berukuran maksimal mencapai lebih dari 50 cm (4,5), 80 cm (12). Skolek : memiliki rostelum retraktil (bisa memanjang dan memendek) dipersenjatai 3 – 4 baris kait berbentuk roset (berbentuk seperti duri mawar) (4,12). Proglottid bunting memiliki tanda yang menciri (karakteristik) berbentuk seperti biji mentimun (4) atau biji beras (5,12). Pada setiap proglottid ditemukan organ reproduksi jantan dan betina (bersifat hermaprodite) dan lubang kelamin dengan jelas terlihat pada setiap sisi lateralnya (4,5,12). Ovarium dengan glandula vetelina berbentuk masa pada salah satu sisinya menyerupai gerombolan buah anggur (4). Proglotid bunting akan terlepas keluar melalui anus, bergerak berputar-putar dengan bebas atau melekat pada rambut disekitar anus (3). Telur tersimpan di dalam kantong telur (kapsula) berjumlah bisa sampai 30 telur (2,11) berdiameter sekitar 2550 µ (12) Siklus Hidup ; Tidak langsung. Proglottid bunting yang baru terlepas dari strobila aktif bergerak, dan bisa merayap sampai pada bagian pangkal ekor HD. Oncosfer yang terkandung didalam kapsula telur (masing-masing megandung sekitar 20 telur) akan berserakan setelah terjadinya kehancuran proglottid. Telur harus termakan oleh HI, seperti : larva pinjal (Ctenocephalides canis, 15 Ctenocephalides felis dan Fulex irritans) serta kutu Trichodectes canis, bentuk peralihannya adalah sistiserkoid yang ditemukan didalam rongga badannya (3,4,5) terbentuk setelah 13 hari (2), pada kutu karena parasit permanen (tubuhnya selalu hangat) memerlukan waktu selama 30 hari, tetapi pada pinjal karena mengalami perkembangan pupa dalam kepompong) yang berada diluar tubuh hospes memerlukan waktu lebih lama hingga beberapa bulan (5). Setelah HI infektif termakan oleh HD, selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa (5). Masa prepaten selama 2 – 3 minggu (2). Sistiserkoid pada pinjal menimbulkan kematian dan atau menyebabkan tubuh pinjal menjadi lemah dan lambat, sehingga dengan mudah dimakan oleh anjing (3) 2. TAENIA (Linnaeus, 1758) CATATAN Setiap spesies dari Taenia secara morfologi adalah serupa, dasar identifiaksi adalah jumlah percabangan uterus lateral pada setiap proglottid dewasa serta jumlah dan ukuran kait yang terdapat pada skoleknya (2) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Ringkasan Identifikasi Spesies Taenia, seperti tabel berikut : Cacing Dewasa HD hospes Definit if Percabang an Uterus Lateral ∑ Ukuran Kait (µm) 26-44 170-220 110-160 22-32 Taenia hydatigena Anjing 5-10 Taenia multicep Taenia ovis Anjing 20-25 Anjing 18-26 T.pisiformis Anjing 9-14 Taenia. serialis Anjing 20-25 Taenia kucing 20-25 T. serrata taeniaformis 24-36 156-188 96-128 34-48 225-294 132-177 26-32 135-175 78-120 26-32 135-175 78-120 µm 17 Metacestoda HA hospes antara Predileksi Sisticercus tenuicollis Domba, sapi, babi Domba, sapi Domba Peritone um Sisticercus pisiformis Kelinci Peritone um Sisticercus serialis Kelinci Jaringan ikat Cysticercus fasciolaris Mencit, tikus Hati Coenurus cerebralis Sisticercus ovis Strobiloserkus CNS Otot 2.a Taenia Hydatigena (Pallas, 1766) Sinonim : Taenia marginata Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia (4) Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : anjing, rubah, musang, cerpelai, sigung, srigala, hyena (3,4,5,12). Stadium metacestodanya pada awalnya ditemukan pada permukaan organ hati dan setelah lebih dari 4 minggu ditemukan melekat pada peritoneum (biri-biri, domba, sapi, babi) bentuknya karakteristik berupa gelembung besar yang disebut sisticercus tenuicollis (3,4,5) Morfologi : merupakan cacing pita besar dengan panjang 75 cm sampai lebih dari 5 meter (3,4,5). Skolek : dengan rostelum yang dipersenjatai kait berjumlah 26 – 44 yang tersusun dalam 2 baris (3,4), yang besar berukuran 170 – 220 mikron dan yang kecil berukuran 110 – 160 mikron (3). Proglotid : yang bunting berukuran 10 – 14 X 4 – 7 mm, uterusnya mempunyai 5 – 10 cabang lateral. Telurnya berbentuk bulat panjang dan berukuran 38 – 39 X 34 – 35 mikron (3), 36-39 x 31-35 (4) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Siklus hidup : HI ruminansia domestik dan liar, terutama domba dan babi (4), bentuk peralihannya adalah sistiserkus tennuicollis, ditemukan didalam hati atau rongga peritoneum (domba, kambing, sapi, babi, tupai) (3). Sistiserkus tenuicollis berukuran lebih dari 6 cm mengandung satu skolek invaginasi dengan leher panjang (4), terbentuk 4 minggu setelah infeksi dengan diameter lebih dari 8 cm (5,12). 2.b Taenia multicep (Leske, 1780) (Sinonim : Multicep multicep). Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia, tetapi tidak ditemukan di Amerika Serikat dan Selandia Baru (12). Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : anjing, rubah, coyote, jackal dan srigala. Hospes intermediernya : domba, kambing, sapi, rusa, babi, kuda dan manusia (12) Morfologi, cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 100 cm (5). Skolek, berukuran kecil dengan diameter sekitar 0,8 mm, rostelumnya dipesenjatai 22-32 kait yang tersusun dalam lingkaran ganda (12). Proglottid bunting berukuran 8-12 x 3-4 mm yang uterusnya memiliki 18-26 percabangan lateral (12). Telurnya khas taenia, berdiameter sekitar 29-37 µm (12). 19 Siklus hidup, onchosfer (embrio heksacant), ketika dicerna oleh HI (domba) akan dibawa bersama darah menuju otak atau sumsum tulang belakang dan berkembang menjadi stadium larva Coenurus cerebralis (4,5,15), tetapi pada kambing juga bisa ditemukan pada berbagai organ, intra muskuler dan jaringan subkutan (4). Coenurus memerlukan waktu sekitar delapan bulan untuk mencapai matang (mature) (5). 2.c Taenia Ovis (cobbold, 1869) Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia (4,12). Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : anjing dan karnivora liar lainnya (4,12). Morfologi : panjang tubuh bisa mencapai 1 meter (3), 2 meter (5). Skolek : ditemukan rostelum yang dipersenjatai dengan 24 – 36 kait (3,12) yang tersusun dalam 2 baris, kait yang lebih besar berukuran 156 – 188 mikron dan yang lebih kecil berukuran 96 – 128 mikron. Proglottid : percabangan uterus lateral berjumlah 20 – 25 cabang setiap sisi (3) 11 – 20 cabang (4). Telurnya : berukuran 34 x 24 – 28 mikron (3), 19 – 31 x 24 – 26 mikron (4) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Siklus hidup : hospes intermediernya : domba, kambing (4,12), bentuk peralihan adalah sistisekus ovis berukuran panjang 6 mm ditemukan pada (otot rangka, jantung, hati, diafragma dan maseter) domba dan kambing dan sangat mirip dengan sistiserkus sellulosa pada babi (3,4) mencapai bentuk infektif setelah 46 hari dan perioda prepatennya selama 60 hari (4) 2.d Taenia pisiformis (Bloch, 1990) Sinonim : Taenia Serrata Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia (12). Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : anjing dan rubah (2,3,5,12) Morfologi : panjang cacing bisa mencapai 2 meter (4,12), Skolek : dengan rostelum yang dipersenjatai dengan 34 - 48 kait (3,4,12) dalam 2 baris, kait yang lebih besar berukuran 225 – 294 mikron dan lebih kecil berukuran 132 – 177 mikron. Proglotida : yang bunting berukuran 8 – 10 x 4 – 5 mm, uterus memiliki 9 – 14 percabangan lateral pada setiap sisi. Telur berukuran 43 – 53 X 43 – 49 mikron (4) 36 X 32 mikron (3) Siklus hidup : pada hospes intermediernya berpredileksi pada peritoneum dan hati : kelinci, terwilu (hare) (2,3,5,12), rodensia (4). Bentuk peralihannya adalah sistisekus fisiformis (2,3,5). 21 2.e Taenia serialis (Gervais, 1847) Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia (12). Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : anjing, rubah, dan kanidae lainnya, sedangkan stadium metakestodanya Coenurus serialis ditemukan pada jaringan subkutan dan jaringan ikat intermuskuler hospes intermedier, seperti : kelinci, terwilu (hare) dan kadang-kadang pada rodensia dan manusia (4,12) Morfologi : cacing dewasa panjangnya 72 cm. Skolek : terdapat 2 baris kait berjumlah 26 – 32 kait, kait yang lebih besar berukuran 135 – 175 mikron dan yang lebih kecil panjangnya 78 – 120 mikron. Proglotid : uterus memiliki 20 – 25 percabangan lateral. Telur : berbentuk bulat panjang (elip) berukuran 31 – 34 X 29 – 30 mikron (4). Siklus hidup : bentuk peralihannya coenurus serialis pada kelinci ditemukan pada daerah subkutan atau jaringan ikat intermuskuler (4,5,12). Kista mengandung skolek yang memiliki kait yang tersusun secara seri (berbaris) atau berjejer (12) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 2f. Taenia taeniaformis (Batsch, 1786) Sinonim : Hydatigera taeniaformis, Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Distribusi geografis : diseluruh dunia (4,12). Hospes definitif : berparasit didalam saluran pencernaan : kucing, lynx, cerpelai, rubah, (4,12) Morfologi : pada keadaan segar, sakernya menonjol dan kaitnya terlihat dengan jelas (*), cacing dewasa pajangnya lebih dari 60 cm. Skolek : besar dan yang paling menjolok memiliki 2 baris kait. Proglotid : memiliki ciri yang karakteristik yaitu tidak memiliki leher dan yang terletak paling ujung posterior berbentuk “bell”, genta, lonceng. Uterusnya memiliki 5 – 9 percabangan lateral. Telur berukuran 31 – 36 mikron (4,12) Siklus hidup : hospes intermediernya berpredileksi pada hati : mencit, tikus, kelinci, tupai (12), bentuk peralihannya adalah sistiserkus fasciolaris (strobiloserkus) berbentuk seperti kacang tertanam didalam hati (5) dan terbentuk setelah 30 hari, dan dewasa setelah 60 hari. Jika sistisekus termakan oleh kucing, bagian strobilanya akan tercerna dan tinggallah skoleknya saja dan segera menempel dan terbentuk proglottid. Perioda prepaten 36 – 42 hari (4) 23 3. Echinococcus Kelas : kestoda Ordo : cyclophyllidea Familia : Taeniidae Pendahuluan, sampai saat ini cacing pita genus Echinococcus belum pernah dilaporkan di Indonesia (*), merupakan cacing pita terkecil yang menginfeksi hewan domestik. Genus Echinococcus hanya memiliki 2 spesies, antara lain : (1) E. granulosus dan (2). E. multilocularis (1,2,5), ada juga yang melaporkan dapat dibedakan menjadi 4 spesies antara lain : E. granulosus (Batsch, 1786), E. multilocolaris (Leuckart, 1863), E. oligarthrus (Deising, 1863) dan E. vogeli (Rausch dan Bernstein, 1972) (4) 3a. Echinococcus granulosus (Batsch, 1986) Hospes definitif : didalam usus halus anjing, srigala, kucing dan carnivore lainnya (1,2,3,4), tersebar diseluruh dunia (4), meliputi Amerika Utara dan Selatan, Inggris, Timur Tengah, Australia dan Selandia Baru (11) Morfologi : ukuran cacing dewasa bisa mencapai panjang 2 – 6 mm, hanya tersusun oleh 3-4 proglottid (jarang > 6), pada usus yang baru dibuka sulit untuk dilihat secara langsung, oleh karena itu sering terlewatkan saat melakukan pemeriksaan (4,5,12). Skolek, khas Taenia, memiliki rostelum yang dipersenjatai 30 – 60 kait yang tersusun dalam 2 baris, kait yang besar panjangnya 33 – 40 mikron sedangkan yang kecil panjangnya 22 – 34 mikron (3). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Proglottid : nomor 2 dari belakang merupakan proglottid dewasa dan yang paling belakang adalah proglottid bunting dan biasanya berukuran ½ dari seluruh panjang strobila (4,5). Ovarium berbentuk ginjal, lubang genital selang-seling tidak teratur dan normalnya terbuka dibagian posterior pertengahan proglottid dewasa atau bunting. Testes berjumlah 45 – 65 buah menyebar ke seluruh bagian (1,3,4) uterus memiliki cabang lateral (3,4). Telur : keluar melalui lubang uterus (sehingga tidak ditemukan proglotid didalam tinja), bentuknya mirip Taenia spp ditemukan striasi radial dan embrio memiliki 6 kait dan di alam terbuka tahan selama 2 tahun (5), berukuran 32 – 36 X 25 – 30 mikron (4,12) Siklus hidup : Pada Hospes intermediernya : kambing, sapi, babi, manusia, kangguru (1,2). Bentuk peralihan adalah kista hydatida berpredileksi didalam (hati, paru-paru (2,3,4,5) dan kadang-kadang pada organ lain termasuk tulang) (2,3). Echinococcus granulosus membentuk kista unilocular yang memiliki ciri kharakteristik (khas) ditandai dengan dinding kista yang tebal, berlapislapis, membran germinal internal yang tipis; proto-skolek dan kista anak mengandung banyak proto-skolek, dapat terbentuk internal; kista yang terbungkus oleh kapsul jaringan ikat dan tidak menginvasi jaringan di sekitarnya (11). Kista terbentuk lambat dan setelah beberapa minggu (4), 6-12 bulan (5) berdiameter 5 – 10 cm dan mengandung 16 liter cairan (4), namun pada tempat yang tidak terbatas seperti para rongga perut ukurannya sangat besar dan dapat mengandung beberapa liter cairan (5). 25 3b. Echinococcus multilocularis (Leukart, 1863) Sinonim : Alveocaoccus multilocularis Distrubusi : belahan bumi utra, Eropa Tengah dan Timur khususnya Canada dan Uni Soviet (4). Hospes definitif : didalam usus halus rodensia, rubah (paling sering), tetapi juga pernah ditemukan menginfeksi anjing dan carnivora lainnya (3,5). Tersebar di Eropa, Jepang, Alaska, Kanada dan Amerika Serikat (11) Morfologi : sangat mirip dan berukuran lebih kecil dibandingkan E. granulosus (4), panjangnya 1 – 4 mm (3), tersusun oleh 2-6 proglottin. Proglottid matang mempunyai 17 – 26 testes yang kesemuanya terletak di sebelah posterior atau setinggi lobang kelamin yang letaknya sedikit ke-anterior dari pertengahan proglottid (3,1). Uterusnya seperti kantong tanpa cabang lateral (3) Siklus hidup : bentuk peralihannya adalah kista hydatid ditemukan pada rodensia (terutama voles dan kancil) dan mamalia lain termasuk manusia, berbentuk alveoli-alveoli terdiri dari banyak kista kecil yang saling berhubungan dan berkembang biak dengan cara bertunas eksogen (3). E. multilocularis menghasilkan kista multilokular yang memiliki tanda karakteristik, dinding kista tipis; tunas kista berasal dari lapisan germinal dan menginfiltrasi (menyusup) jaringan disekitarnya (11) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 4. Diphyllobothrium latum (Luhe, 1910). Kelas : kestoda Ordo : pseudophyllidea. Famili : Diphyllobothridae. Hospes definitif, berparasit didalam usus halus manusia, anjing, kucing, (1,3,4,5,11,12) babi (4), beruang kutub (12) dan mamalia pemakan ikan lainnya, menyebar terutama didaerah baltik, Amerika Utara dan Uni Soviet (4,11), di Filandia, Eropa Tengah, Italia, Jepang (11). Morfologi, merupakan cacing pita besar dengan panjang bisa mencapai 15 meter (3), 20 meter (2,4,5,12) berwarna putih kekuningan (12) dan mempunyai 4.000 proglottid dan tumbuh rata-rata 2 cm setiap harinya (3,4). Scolex, berbentuk sendok tidak bersenjata dan memiliki 2 celah longitudinal yang berotot yang disebut bothria sebagai alat perlekatannya (5,12). Proglotid, dewasa dan bunting lebarnya lebih panjang dibandingkan panjangnya (craspedote) (1,5,12), pada keadaan segar dibagian tengah setiap proglottid ditemukan titik hitam “central marking” (merupakan uterus dan telur) (4), lubang kelamin terletak dibagian tengah setiap proglotid (1,5,12). Uterusnya melingkar berbentuk „rosette‟ (seperti bunga mawar). 27 Telurnya berbentuk membulat (oval), berwarna kekuningan dan mempunyai operkulum berukuran 70 X 45 mikron keluar telus menerus melalui lubang kelamin (1,4). Anjing dan kucing mungkin tidak penting sebagai sumber infeksi, karena kebanyakan telur yang dikeluarkan infertil (3,4) Siklus hidup : telur secara terus menerus keluar melalui lubang kelamin dan bukan keluar karena terlepasnya proglottid bunting, setelah telur semua keluar, beberapa proglottid tua baru keluar bersama tinja dan karena saat pengeluarannya tidak menentu sehingga sering terlewatkan (5,11). Telur berkembang didalam air dan setelah beberapa minggu akan menetas dan keluarlah coracidium yang bisa bergerak (5). Coracidium jika termakan oleh HI. I seperti : copepoda anggota dari genus Diaptomus akan berkembang menjadi larva stadium I yang dikenal dengan procercoid. HI.II adalah ikan air tawar, jika memakan HI. I yang yang mengandung procercoid, di dalam tubuh HI. II akan berkembang menjadi plerocercoid yang bersifat infektif. Jika ikan terinfeksi termakan oleh ikan yang lebih besar, plerocercoid memiliki kemampuan untuk mempertahankan dirinya pada hospes yang baru. Siklus hidup akan komplit (berlangsung penuh) ketika hospes definitif memakan hospes Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) intermedier II yang infektif dalam keadaan mentah atau dimasak tidak cukup matang . Perioda prepaten adalah selama 4 minggu (4) 5 - 6 minggu (1) Catatan : Diphyllobothrium latum hampir sama dengan Spirometra, bedanya uterusnya melingkar berbentuk roset (3) Catatan : strobila tumbuh rata-rata 2 cm setiap hari, jika cacing bisa hidup selama 10 tahun (umur yang bisa dicapai), maka bisa diprediksi panjang cacing bisa mencapai 7 km dan memproduksi 2 milyar telur (2,3,4). 5. Spirometra mansonoides (Mueller, 1937) Predileksi, cacing berpredileksi didalam usus halus kucing, kadang-kadang anjing (3,5), babi dan mamalia lain (3) serta sebagai hospes paratenik pernah ditemukan pada kelompok vertebrata kecuali ikan, termasuk manusia (11). Morfologi, dan siklus hidupnya mirip dengan Diphyllobothrium latum (5), merupakan cacing pita relatif kecil sampai berukuran sedang. Pada Scolex, ditemukan bothria berbentuk celah lebar tetapi dangkal dan sedikit berotot. Proglotid, lebarnya lebih panjang dibandingkan panjangnya, uterusnya berbentuk spiral sederhana dan tidak pernah berbentuk roset (3) Siklus hidup, procercoid ditemukan pada HI.I Copepoda genus Cyclops (1), krustacea (5) dan plerocercoid ditemukan pada HI. II di ASIA adalah kelinci, kodok dan burung (1) 29 Catatan : Spirometra mansonoides hampir sama dengan Diphylobothrium latum, bedanya uterusnya melingkar berbentuk spiral (3) Kadang-kadang, manusia dapat terinfeksi oleh plerocercoid melalui air minum yang terkontaminasi crustacea yang mengandung procercoid atau karena makan plerocercoid yang menginfeksi hospes seperti babi. Zoonosis stadium larva plerocercoid pada manusia dikenal dengan sparganosis (Sparganum adalah nama awal ditemukan untuk plerocercoid), ditandai dengan adanya larva yang panjangnya hingga mencapai 35 mm pada jaringan otot dan jaringan subkutan, terutama daerah periorbital, menyebabkan edema dan peradangan (5). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 3 . CESTODA PADA UNGGAS 1. Davainea proglotina (Davaine, 1860) Sinonim : Taenia proglottina (13) Kelas : kestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Davaineidae Hospes definitif : merupakan cacing pita yang paling patogen yang berpredileksi didalam usus halus (duodenum) : ayam, burung merpati dan berbagai burung gallinaceus lainnya di sebagian besar dunia (2,3,4,5,12). 31 Morfologi : cacing dewasa berukuran mikroskopis (panjangnya 0,5 – 3 mm), berbeda dengan Amoebotaenia karena hanya tersusun oleh 4 – 9 proglottid. Skolek : memiliki rostelum yang dipersenjatai dengan 4 – 19 kait yang panjang berukuran 7-8 mikron tersusun dalam 2 baris. Asetabulanya juga dipersenjatai dengan kait yang berukuran lebih kecil dan mudah lepas tersusun dalam 4 – 5 baris. Proglottid, organ kelamin sepasang dan lubang kelamin letaknya teratur selang seling pada setiap sisi lateralnya. Telurnya berbentuk bulat berdiameter 28 – 40 mikron terbungkus tunggal didalam kapsula telur dan hampir selalu memenuhi parenkim proglotida bunting (2,3,4,12). Siklus Hidup : HI adalah siput Gastropod genus (agrolimax, Arion, Cepaea dan Limax) dan bentuk peralihannya adalah sistiserkoid (3,4,5,12) terbentuk setelah 2 – 4 minggu, dan cacing akan melepaskan proglotid gravid 2 minggu setelah infeksi (masa prepaten selama 2 minggu) (2,4,3) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 2. RAILLIETINA Merupakan cacing pita yang paling umum menginfeksi usus halus ayam. Pada Skolek : ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berbentuk palu yang tersusun dalam lingkaran ganda. Asetabulanya juga kadang-kadang dipersenjatai dengan kait kecil dan bergenerasi yang tersusun dalam beberapa lingkaran. Pada proglotid bunting. ditemukan kantong parenkimatosa, masing-masing dengan satu atau beberapa telur (3) Spesies, ada 4 spesies yang penting antara lain : (1) Raillietina cesticillus (2) Raillietina echinobothrida (3) Raillietina tetragona dan (4) Raillietina giargiensis (4) 2a. Raillietina cesticellus (Molin, 1858) Sinonim : Skrjabini cesticillus Kelas : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Davainea Distribusi geografis : diseluruh dunia (12) Hopes definitif : cacing pita yang paling umum menginfeksi usus halus bagian anterior ungas peliharaan (4) (ayam, kalkun, ayam mutiara) (12). 33 Morfologi : panjangnya umumnya 4 cm dan jarang sampai berukuran 15 cm. Skolek : karaktaristik dengan rostelum lebar (2,3,12,13) dipersenjatai 400 – 500 kait kecil berbentyuk palu tersusun dalam dua baris. Asetabulanya bulat kecil tanpa dipersenjatai (2,3,12). Proglottid : mengandung beberapa kapsula telur, masing-masing kapsul berisi telur tunggal dengan diameter 75 – 90 µm (12) Siklus hidup : HI. kumbang tinja, kumbang tanah dan kumbang hitam genus (Amara, Anisotarus, Bradycellus, Calathus, Choeridium, Cratacanthus, Harpalus, Paecilus, Pterostichus, Selenophorus, Stenolaphus, Stenocellus dan Zabrus (4,3). Bentuk peralihannya adalah sistiserkoid terbentuk setelah 20 hari (4). Perioda prepatenya berkisar sekitar 2-3 minggu (12) 2b. Raillietina echinobothrida (Megnin, 1880) Kelas : kestoda Ordo : cyclophyllidea Famili : Davaineidae Distribusi geografis : tersebar diseluruh dunia (12) Hospes definitif: merupakan cacaing pita yang patogen pada unggas, berpredileksi di dalam usus halus ayam, kalkun, dan unggas lainnya (3,4). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Morfologi : serupa dengan R. tetragona (4), panjangnya bisa mencapai ukuran lebih dari 25 cm. Pada Skolek ditemukan rostelum yang dipersenjatai 200 kait berukuran panjang 10 – 13 mikron dalam dua baris (2,3) dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan R. tetragona (4). Asetabulanya juga dipersenjatai kait berjumlah 8 – 10 baris yang agak besar dan memiliki garis bagan yang melingkar (2,3). Kolum tidak jelas setelah skolek. Proglotid : proglottid bunting sering terlepas pada bagian pertengahannya yang ukurannya semakin mengecil (4). Telur, setiap kapsula telur berisi 6 – 12 telur (2) berukuran sekitar 75 x 95 µm. Sering menimbulkan nodula pada tempat melekatnya yaitu pada dinding usus (2). Siklus hidup : HI adalah semut genus : Pheidole (vinelandica, pallidula) dan Tetramorium (caespitum, semilaeve). Bentuk peralihannya adalah sistisercoid dengan perioda prepaten selama 20 hari (3,4) 2c. Raillietina tetragona (Molin, 1858) Kelas : kestoda Ordo : cyclophyllidea Famili : Davaneidae Distribusi geografis : tersebar diseluruh dunia Hospes definitif : berpredileksi pada ½ bagian belakang usus halus ayam, ayam mutiara dan unggas lainnya (3,12), merpati (4,12). 35 Morfologi : merupakan salah satu cacing pita terpanjang yang menginfeksi unggas, berukuran panjang bisa mencapai lebih dari 25 cm (2,3,4,13) dengan lebar 3 mm (13). Skolek : lebih kecil dibandingkan R. echinobothrida, ditemukan Rostelum yang dipersenjatai 100 kait dengan a. Skolek R. tetragona, b skolek R. ukuran 6 – 8 mikron dalam satu atau echinobothrida (Soulsby, 1982) dua baris. Asetabulanya berbentuk b. bulat telur juga dipersenjatai oleh kait yang mudah lepas dalam 8 – 10 baris yang ukurannya lebih kecil (2,3). Kolum tidak jelas setelah skolek (2). Proglotid : lubang genital biasanya selalu unilateral (sepihak) dan setiap kapsula telur berisi 6 – 12 telur (4), yang lebih banyak dibandingkan R. cesticellus dan R. echinobothrida, berukuran 65 x 90 µm (12). Siklus hidup : HI adalah semut dari genus Pheidola dan tetramorium, stadium metakestodanya adalah sistiserkoid (3,4). Perioda prepaten pada ayam selama 13 – 31 hari (4). Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 2d. Raillietina geargiensis (Reid dan Nugara, 1961). Kelas : kestoda Ordo : cyclophyllidea Famili : Davaneidae Penyebaran geografis : ditemukan menginfeksi kalkun liar dan domestik di Selatan Amerika Serikat (4). Hospes difinitif : berpredileksi pada 1/3 pertengahan usus halus dari kalkun (2,13) dan tidak menginfeksi ayam (2). Morfologi : cacing bisa berukuran panjang 15-38 cm dengan lebar 3,5 cm. Pada Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai kait berjumlah 230 kait yang tersusun dalam dua baris dengan panjang 12 – 23 mikron. Asetabulanya juga dipersenjatai dengan 9 – 10 kait tersusun melingkar berukuran 8 – 13 mikron (13). Proglotid : setiap kapsula telur berisi 8 – 10 telur yang berdiameter 27 – 48 mikron (2). Siklus hidup : HI adalah semut Pheidola venelandica, bentuk peralihannya sistiserkoid (2,13) Catatan : cacing hanya bisa hidup selama 10 minggu, perioda prepatennya selama 3 minggu. Seekor kumbang bisa mengandung 1.000 sistiserkoid (2) Spesies lain dari genus Raillietina, antara lain : R. williamsi (Fuhrmann, 1932) pada kalkun liar di Amerika Serikat; R. magninumida (Jones, 1939) pada unggas-guinea di Amerika Serikat, cysticercoid dari spesies ini berkembang di dalam tanah dan kumbang tinja; dan R. ransomi (Williams, 1931) pada kalkun domestik di Florida dan kalkun liar ditempat lain di Amerika Serikat: penjelasan lebih rinci spesies-spesies tersebut diberikan oleh Reid (1962) (4). 3. Amoebotaenia sphenoides (Linstow, 1872) 37 Sinonim : Amoebotaenia cuneata Kelas : Cestoda Famili : Dilepididae Penyebaran geografis : diseluruh dunia Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam atau unggas domestik (3,4,5,13). Morfologi : merupakan cacing pita berukuran kecil dengan panjang jarang lebih dai 4 mm dan lebar 1 mm, tersusun oleh lebih dari 20 proglottid yang semakin kebelakang semakin melebar terutama di pertengahan tubuhnya dan setelah itu ukurannya mulai semakin berkurang, sehingga cacing terlihat mengarah segi tiga (2,4,5,12). Skolek ditemukan Rostelum yang dipersenjatai dengan 12 – 14 kait (2,12) berukuran panjang 25-38 µm (13). Proglotid : organ kelaminnya tunggal, lubang kelamin biasanya bermuara selang seling tidak menentu pada tepi atas ujung anterior. Uterus berbentuk kantong dan berlobus (2,4). Telur berbentuk bulat dengan diameter lebih dari 42 mikron dengan kulit yang bergranulasi (2). Tidak dianggap patogen, kecuali jika jumlah cacing yang menginfeksi sangat banyak (5) Siklus hidup : HI adalah cacing tanah genus Allolobophora, Eisenia, Pheretina (3,4,13, Ocnerodrilus (3,4), ocnerodrilus dan Lumbricus (13). Bentuk peralihan adalah sistiserkoid berkembang selama 2 minggu dan masa prepatennya sekitar 4 minggu (3,4) Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 4. Choanotaenia infundibulum(Bloch, 1779) Kelas : kestoda Ordo : Cyclyphyllidea Famili : Dilepididae Hospes definitif : berpredileksi pada ½ bagian anterior usus halus ayam dan kalkun (3,4,5). Morfologi : tubuh cacing bisa mencapai panjang 20 cm (5), 23 cm (3,4,13) dengan ciri karakteristik setiap proglottid yang berada disebelah posterior ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan yang di anteriornya, sehingga nampak tepinya seperti gergaji (3,4,5,12). Skolek : ditemukan rostelum yang dipersenjatai satu baris kait berjumlah 16 – 20 berbentuk selinder (4 berukuran panjang 25-30 µm. Proglotid : organ kelaminnya sepasang pada setiap segmen, lubang kelamin selang-seling secara teratur pada setiap sisi proglottid (4,12), uterusnya berbentuk kantong. Telur berbentuk bulat telur, berukuran sekitar 45 x 55 µm (12) dan memiliki filamen panjang yang khas (4,12,13). Siklus hidup : HI adalah lalat rumah (Musca domestica) dan berbagai kumbang (3,5) dari genus (Aphadius, Calathus, Geotrupes dan Tribolium) (3). Bentuk peralihan adalah sistiserkoid (3) terbentuk setelah 3 – 8 minggu dan perioda prepaten selama 3 – 5 minggu (2) 5. Genus HYMENOLEPIS 39 Anggota dari genus ini sangat kecil, berpredileksi didalam usus halus burung, mamalia kecil (2). Skoleknya : terdapat rostelum yang memiliki kait dalam satu lingkaran, alat penghisapnya tidak memiliki kait. Proglotid : testes berjumlah 3 buah, susunannya bervariasi dan ovariumnya tunggal (3). Sampai saat ini spesies yang penting untuk kedokteran hewan adalah : Hymenolepis carioca dan (2) Hymenolepis cantaniana 5a. Hymenolepis carioca (de magalhaes, 1898) Kelas : kestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Hymenolepididae Penyebaran geografis : sebagain besar belahan dunia Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam, kalkun, dan burung lainnya (12), dan dianggap tidak pathogen (4) Morfologi : tubuhnya lebih lembut dan tembus cahaya merupakan tanda yang menciri (karakteristik) sehingga mudah dibedakan dengan Raillietina sp (2,3), cacing pita bertubuh selinder, menyerupai benang, berukuran panjang lebih dari 8 cm (4,12,13) dan lebarnya 0,5 mm. Skolek, tidak dipersenjatai (12), tetapi ditemukan kantong rostelum (13). Proglotid : telurnya berbeda setiap spesies, umumnya bulat atau bulat telur dengan diameter maksimal 80 mikron, berwarna kekuningan (2). Siklus hidup : belum diketehui sepenuhnya (13) HI adalah kumbang tinja dan kumbang tepung (genus Aphodius, Cheoridium dan Inisotarsus) dan mungkin juga lalat kandang (3), Milipedes (Fontaria dan Junus), pinjal Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) (Ctenocephalides) dan copepoda (Cyclop) (2), bentuk peralihannya adalah sistiserkoid (3), cacing menjadi dewasa pada tubuh hospes memerlukan waktu selama 2-4 hari setelah infeksi (13) 5b. Hymenolepis cantaniana (Polonio, 1860) Kelas : kestoda Famili : Hymenolepididae Penyebaran geografis : sebagain besar belahan dunia Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus ayam, kalkun, ayam hutan, burung puyuh dan burung lainnya (12). Morfologi, cacing pita bertubuh selinder, berukuran panjang hingga 2 cm (12,13) dan lebar 1 mm (13). Skolek, ditemukan adanya rostelum yang diperenjatai kait. Siklus hidup, belum lengkap (13), baru diketahui HI kumbang (Scarabeidae) (12,13), setiap kumbang dapat terinfeksi 100 atau lebih sistiserkoid (13) dan perioda prepaten selama 3-4 minggu (12) 5c. Hymenolepis lanceolata (Weinland, 1858) Sinonim : Drepanidotaenia lanceolatum 41 Kelas : kestoda Famili : Hymenolepididae Penyebaran geografis : seluruh dunia Hospes definitif : berpredileksi didalam usus halus bebek dan angsa (12). Morfologi, cacing pita bertubuh selinder, berukuran panjang hingga 15-20 cm, lebar proglottid biasanya lebih panjang dibandingkan panjangnya (crapedote) (12) Siklus hidup, HI krustacea copepoda aquatic, perioda prepaten selama 3-4 minggu (12) 6. Fimbriaria (Frohlich, 1802) Kelas : kestoda Ordo : Cyclophyllidea Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Famili : Hymenolepididae Hospes definitif : hanya ditemukan satu spesies Fimbriaria fasciolaris (Fallas, 1781) yang berpredileksi didalam usus halus (duodenum) ayam, itik (13), angsa, dan berbagai burung anseriformes liar lainnya. Morfologi : cacing pita dewasa panjangnya 2,5 – 4,2 cm dengan lebar 1,5 cm (4,12) 5-43 cm dengan lebar 1-5 mm (13). Cacing mengalami pelebaran di bagian anterior mulai daerah leher yang khas yang disebut “pseudoskoleks’ berbentuk pelebaran yang berlipatlipat yang berfungsi sebagai perlekatan (4,12,13), dan segmentasi strobilanya kurang jelas (13). Rostelumnya dipersenjatai dengan 10-12 kait berukuran panjang 1727 µm (13) Siklus hidup : HI adalah krustacea Copepoda (Cyclop dan Diaptomus vulgaris) dan Amfipoda (Hyalella) (2,3), Hospes definitif akan terinfeksi jika meminum air yang mengandung HI infektif (13). 4. CESTODA BABI 43 Babi adalah satu-satunya ternak yang sampai saat ini tidak terinfeksi oleh salah satu jenis cacing pita, tetapi di dalam jaringan (otot) mungkin terinfeksi oleh bentuk meta kestoda ETIOLOGI dan HOSPES DEFINITIF Taenia solium berpredileksi pada usus manusia Taenia hydatigena berpredileksi pada usus anjing – kucing Echinococcus granulosus, berpredileksi pada usus anjing – kucing Sumber : (4,5,8) META KESTODA dan PREDILEKSI Sistiserkus cellulosa, berpredileksi pada otot jantung, lidah, pipi, interkoste, diafragma, paha, lengan atas, paruparu, hati dan ginjal Sistiserkus tenuicollis, berpredileksi dengan menggantung pada hati, omentum, mesenterium dan paru-paru Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati, paru, paru, jarang pada limfa dan ginjal Sistiserkus cellulose berbentuk gelembung bulat telur dengan ukuran 610 X 5-10 mm dengan satu kepala (skoleks) invaginasi ke dalam gelembung, berwarna putih susu (4) di Bali oleh masyarakat dikenal dengan “ beberasan” karena bentuk, warna dan ukurannya hampir sama dengan biji beras. Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara menggantung pada hati, omentum, mesenterium dan paru-paru Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati, paru, paru, jarang pada limfa dan ginjal Siklus hidup dan Cara penularan, seperti yang telah dijelaskan terdahulu (4,7). 5. CESTODA RUMINANSIA 45 Cacing pita yang menginfeksi sapi adalah Moniezia dan yang terpenting adalah : (1) M. expansa dan (2). M. benedini. Kunci identifiaksi lebar segmen, letak dan bentuk kelenjar interproglotida 1. Moniezia expansa Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Kelas : cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Anoplocephalidae Predileksi : cacing tersebar diseluruh dunia, paling sering berparasit didalam usus domba, kambing dibandingkan sapi (2,3,4,5). Morfologi makroskopis : cacing bisa mencapai panjang 2 – 6 meter. Skolek : tidak memiliki rostelum dan asetabulanya tidak dipersenjatai, berukuran 0,36 – 0,8 mikron. Proglotid : lebarnya dapat mencapai 1,6 cm yang lebih panjang dibandingkan dengan panjangnya (craspedote), lubang kelamin terletak pada kedua tepi lateral proglottid. Ovarium dan kelenjar vitelin berbentuk melingkar pada setiap sisinya dan testes menyebar diseluruh bagian. Pada setiap batas belakang segmen ditemukan sebaris kelenjar interproglotida berbentuk roset (seperti bunga mawar) (2,3,4) memanjang memenuhi lebar dari proglottid (hanya terlihat pada spesimen yang sudah diwarnai) (11). Telurnya : bentuknya bersudut atau bisa berbentuk segi tiga dengan diameter sekitar 56 – 67 mikron (2,3.4,11) 47 Siklus hidup : tidak lagsung, HI berbagai jenis tungau rumput (Oribatid) (5,11,12), termasuk genus : Ceratozetes, Galumna, Oribartula, Peloribates, Pergalumna, Protoscheroribates, Scheloribates, Scutovertex dan Zygoribatula (5). Bentuk peralihannya adalah Sistisercoid terbentuk setelah 1 – 4 bulan, perioda prepaten selama 6 minggu dan lama hidup cacing selama 3 bulan (5,11). Catatan : Untuk membedakan dengan Moniezia benedini, glandula interproglotidanya panjang pada bagian akhir setiap proglottid. Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) 2. Moniezia benedini Predileksi : usus halus Kelas : kestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Anoplocephalidae Pendahuluan, cacing pita tersebar diseluruh dunia, berpredileksi di dalam usus halus sapi, domba dan ruminansia dan paling umum pada sapi dibandingkan dengan yang lainnya (3). Morfologi : hampir sama dengan M. expansa, bedanya panjangnya lebih dari 4 meter, proglottid lebih lebar berukuran 2,6 cm yang lebih panjang dibandingkan panjangnya (craspedote), kelenjar interproglotida, berupa barisan pendek menutupi pertengahan proglotida dan tidak seperti M. expanza tersusun memanjang disebelah posterior setiap segmen. Telurnya berbentuk segi empat berukuran 75 mikron (3,4,5). 49 Siklus hidup : Hospes intermediernya berbagai jenis tungau rumput (Oribatid), termasuk genus : Ceratozetes, Galumna, Oribartula, Peloribates, Pergalumna, Protoscheroribates, Scheloribates, Scutovertex dan Zygoribatula. Bentuk peralihannya adalah Sistisercoid (3) terbentuk setelah 4 minggu. Perioda prepaten 37 – 40 hari (4) Catatan untuk membedakan dengan Moniezia expansa : glandulla interproglotidanya berukuran pendek tersusun dalam dua baris pada bagian akhir setiap segmen Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) META KESTODA Dalam jaringan (otot) sapi mungkin terinfeksi oleh beberapa jenis meta kestoda diantaranya ; sistiserkus bovis (inermis), sistiserkus tenuicollis dan kista hydatigena (echinococcus) ETIOLOGI ETIOLOGI dan HOSPES DEFINITIF Taenia saginata berpredileksi pada usus manusia Taenia hydatigena berpredileksi pada usus anjing – kucing Echinococcus granulosus, ber- predileksi pada usus anjing - kucing T. multiceps, berpredielksi didalam usus halus anjing Sumber : (4,5,8) META KESTODA dan PREDILEKSI Sistiserkus bovis (inermis), berpredileksi pada otot pipi, paha, punduk, jantung, lidah, diafragma, jar. Lemak kerongkongan, hti, paru, kelenjar linfe Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara menggantung pada hati, omentum, mesenterium dan paru-paru Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati, paru, paru, jarang pada limfa dan ginjal Coenurus cerebralis, berpredileksi didalam susunan saraf pusat (otak) Sistiserkus bovis (inermis) berbentuk gelembung (kantong berisi cairan) lonjong, berukuran 5-9 mm, berwarna putih atau abu-abu dan terlihat ada bintik kecil berwarna kekuningan (merupakan skoleks cacing pita) menonjol kedalam gelembung (4,8), di Bali dikenal masyarakat dengan istilah “beberasan” (karena bentuk dan ukurannya 51 menyerupai biji beras Sistiserkus tenuicollis berbentuk gelembung (kantong berisi cairan) berwarna putih, berukuran 1 – beberapa inci dan kadang-kadang bisa pecah (8) dan skoleks berleher panjang. Kista pada hati dapat mencapai ukuran 8,5x5 mm, berbentuk menyerupai biji mentimun dan skoleksnya belum tumbuh (6). Gejala klinis, pernah teramati terjadi defresi, kelemahan dan malas bergerak (4), hypersensitivitas moncong, kelumpuhan lidah dan kekejangan (Batan dkk), demam, pulsus meningkat, pernafasan cepat dan dangkal (terengah-engah), diare dan biasanya mati setelah 3 minggu (8) Kista hydatida (echinococcus) berbentuk lonjong kadang-kadang tunggal atau ganda, berukuran 10-15 mm (8). Pada hati manusia pernah ditemukan kista dengan garis tengah 50 cm dan berisi cairan sejumlah 14 liter (6). Gejala klinis, terjadi perdarahan hati (pada permukaan hati terlihat tempat penembusan (invasi) metakestoda) dan jika hati di bedah banyak ditemukan sistiserkus, gejala klinis yang pernah teramati lemah, demam ringan, nafsu makan berkurang dan bisa menimbulkan kematian mendadak (akibat peradangan hati) (8). jika kista kecil dan tiak menekan organ tidak memperlihatkan gejala klinis, tetapi pernah dilaporkan jika berpredileksi pada jantung, otak dan organ vital berakibat kematian (8), jika berpredileksi pada hati dan paru-paru manusia baru pathogen dengan gejala klinsi terjadi gangguan pernafasan dan pembesaran perut. Apabila kista pecah, bisa menimbulkan shok anaphylaxis dan kematian (5), Kelainan berupa neoplasma atau ulserasi pernah ditemukan karena terjadi penekanan dan infiltrasi pada orgam-organ (8) Coenurus cerebralis (T. multiceps), Patogenesis dan gejala klinis. Pada anak domba, jika sejumlah besar setadium belum dewasa bermigrasi menuju otak dapat terjadi meningoencephalitis akut. Infeksi yang lebih umum adalah bersifat kronis ditemukan adanya satu atau dua coenuus pada di otak 4-6 bulan setelah infeksi. Ada peningkatan kerusakan jaringan otak pada lokasi coenurus berkembang. Tanda-tanda klinis neurologis yang teramati terhuyung „gid‟ dan tergantung pada lokasi kista pada sistem saraf pusat (otak). Paling sering kista terletak di wilayah pariental pada permukaan atas dari belahan otak. Hewan akan mengalami sakit Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) pada salah satu sisi kepalanya dan memutar kearah sisi yang terkena. Mungkin mengalami kebutaan mata pada sisi yang berlawanan. Jika parasit ini terletak pada bagian anterior dari otak, hewan akan memegang kepala, dada dan berjalan dengan kaki diangkat tinggi , atau berjalan lurus sampai menabrak dinding dan terus berjalan sampai beberapa waktu. Pergerakannya cenderung terbalik jika kista ditemukan pada ventrikel. Jika kista ditemukan pada otak kecil, hewan tersebut hyperaesthetic, jalannya tersentak-sentak atau sempoyongan dan dapat tersungkur. Jika kista ditemukan pada sumsum tulang belakang dapat menyebabkan paresis progresif pada salah satu atau kedua kaki belakang. Tanda-tanda klinis dapat selang-seling (intermitten), tetapi hewan semakin tidak mau makan dan mengalami kekurusan (4). 53 META KESTODA DOMBA dan KAMBING Domba – kambing hanya terinfeksi oleh satu jenis cacing pita yaitu Moniezia expansa, sedangkan pada jaringan otot bisa ditemukan bentuk meta kestodanya ETIOLOGI dan HOSPES DEFINITIF Taenia ovis, berpredileksi pada usus halus anjingkucing Echinococcus granulosus, ber- predileksi pada usus anjing – kucing T. multiceps, berpredielksi didalam usus halus anjing Taenia hydatigena berpredi- leksi pada usus anjing – kucing Sumber : (4,5,8) META KESTODA dan PREDILEKSI Sistiserkus ovis, berpredileksi pada jantung, jaringan ikat longgar, esophagus, jarang pada paru-paru Kista hydatida (echinococcus), berpredileksi pada hati, paru, paru, jarang pada linfa dan ginjal Coenurus cerebralis, berpredileksi didalam susunan saraf pusat (otak) Sistiserkus tennuicolli, berpredileksi secara menggantung pada hati, omentum, mesenterium dan paru-paru Coenurus cerebralis, Siklus hidup, onchosfer (embrio heksacant), ketika dicerna oleh HI (domba) akan dibawa bersama darah menuju otak atau sumsum tulang belakang dan berkembang menjadi stadium larva Coenurus cerebralis (4,5,15), tetapi pada kambing juga bisa ditemukan pada berbagai organ, intra muskuler dan jaringan sub-kutan (4). Setelah dewasa kista mudah dikenali sebagai kista besar berisi cairan dengan diameter lebih dari 5,0 cm yang mengandung skolek berkapsul pada dinding internalnya (5,15). Didalam sistem saraf pusat, Bahan Ajar, Parasitologi Veteriner (Cestoda) Coenurus memerlukan waktu sekitar delapan bulan untuk mencapai matang (mature), tanda-tanda klinis yang umum terjadi adalah tergantung pada lokasi kista atau bersarnya kista, diantaranya : berputar-putar, kelainan penglihatan (visual), keanehan gaya berjalan, hyperaesthesia atau paraplegia. Sindrom klinis sering dikenal sebagai 'gid (5). Operasi pengangkatan kista adalah memungkinkan, jika kista terletak pada permukaan otak. Kista dapat dideteksi dengan melubangi tengkorak lokal, atau dengan pemeriksaan neurologis rinci. Namun, untuk banyak kasus tidak ada pengobatan (5). Sistiserkus tenuicolis : sisticercus pada hati nyata menyebabkan perdarahan dan salurannya mengalami fibrosis, kadang-kadang ditemukan sistiserkus yang mengandung kaseus atau telah mengalami kalsifikasi, berdampak pengafkiran hati di rumah potong(4). Acuan Baker, D.G (2007). Flynn‟s Parasites of Laboratory Animals. 2nd Ed. Blackwell Publishing. Ballweber, L.R (2001). Veterinary Parasitology. Butterwoth-Heinemann Publications. Bowman, D.D (1999). Georgi‟s Parasitology for Veterinarians. 8 th Ed. Saunders an Imprint of Elsevier Science Brotowidjojo, M.D (1987). Parasit dan Parasitisme. Edisi Pertama. PT. Melton Putra, Jakarta Dunn, A.M (1978). Veterinary Helminthology. 2nd Ed. William Heinemann Medical Books. LTD London Levine, N.D (1995). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gajah Mada University Press. Levine. N.D (1990). Parasitologi Veteriner. Terjemahan Gatut Ashadi. Gadjah Mada University Press. Morgan, B.B and P.A. Hawkins (1960). Veterinary Helminthology. 6th Ed. Burgess Publishing Company. Minneapolis. USA. Nugroho (1983). Penyakit Ayam di Indonesia. Jilid II. Eka Offset Semarang. 55 Soekardono S. dan Partosoedjono S. (1989). Parasit-parasit Ayam. Pt. Gramedia. Jakarta. Soulsby, E.J.L (1982). Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th Ed. Bailliere Tindal London. Supan Kusumamiharja (1992). Parasit dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan Hewan Piaraan di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan. Taylor, M.A., R.L. Coop dan R.L. Wall (2007). Veterinary Parasitology. 3 th Ed. Blackwell Publishing Ltd. Urquhart, G.M; J. Armour; J.L. Duncan; A.M. Dunn and F.W. Jennings (1985). Veterinary Parasitology. Longman Scientificf and Technical.