Pada suatu pagi ketika jelo jempiring sedang mengoyak beras datanglah I Gusti Jelantik, yaitu suami dari Jero Jempiring I Gusti Jelantik; Adinda, adinda diam disini. Akanda akan pergi ke kerajaan Jero Jempiring; Iya kanda, hati-hati dijalan Setelah sampai di kerajaan (Buleleng) I Gusti Jelantik; *hormat* salam raja.. salam brahmana Gusti Ngurah Made Karangasem; salam juga patih.. *gestur mempersilahkan duduk* silahkan duduk. Bagaimana kabar rakyat buleleng sekarang patih? I Gusti Jelantik; Yang saya tahu, rakyat Buleleng sekarang sehat dan makmur Tahun 1843, Belanda yang diwakili oleh Huskus koopman mengadakan perjanjian terkait penghapusan Hak Tawan Karang. Huskus Koopman beserta pasukan Belanda datang ke kerajaan Buleleng Prajurit Istana; untuk apa kamu kesini?! Huskus Koopman; calm down calm down, aku kesini untuk menemui raja, ada hal penting *gestur santai* Prajurit Istana; apa kalian sudah buat janji?! *posisi defensif (mencondongkan tombak tepat di depan Koopman) Huskus Koopman; belum! *sebutnya dengan tegas* Prajurit Istana: baiklah tunggu sebentar! ********* Prajurit Istana; *hormat kepada Gusti Ngurah Made Karangasem* maaf tuanku, ada Belanda datang kesini untuk bertemu dengan anda Gusti Ngurah Made Karangasem; *gestur bertanya kepada I Gusti Ketut Jelantik* Baiklah, suruh mereja kesini! Prajurit Istana; Baiklah tuanku.. *hormat* Belanda pun datang dipandu oleh prajurit istana Huskus Koopman; *berjabat tangan kepada Gusti Ngurah Made Karangasem, I Gusti Ketut Jelantik* Gusti Ngurah Made Karangasem; silahkan duduk. *gestur tangan menpersilahkan duduk* Huskus Koopman; *duduk diatas meja dengan tidak sopan* saya kesini untuk memberi tahu anda bahwa saya ingin mengadakan kerjasama dengan anda. Gusti Ngurah Made Karangasem; kerjasama apa yang kau maksud?! *nada marah* Huskus Koopman; *meminta surat pada prajurit, lalu dibacakan olehnya isi surat itu* kami pihak Belanda ingin melakukan kerjasama dengan kerajaan Buleleng untuk meniadakan hukum Hak Tawan Karang terhadap Belanda. Apakah kau setuju dengan perjanjian kami? Gusti Ngurah Made Karangasem; *meminta pendapat kepada I Gusti Ketut Jelantik* baiklah, saya setuju dengan perjanjian yang kau buat. *Huskus Koopman dan Gusti Ngurah Made Karangasem saling berjabat tangan* Huskus Koopman; ok, terimakasih saya pergi dari sini. Gusti Ngurah Made Karangasem; baiklah, silahkan pergi. Belanda pun pergi dari kerajaan Buleleng dan akhirnya Gusti Ngurah Made Karangasem menyetujui perjanjian terkait peniadaan Hak Tawan Karang. Tahun 1844 terjadi perampasan kapal-kapal Belanda di pantai Prancah dan Sangsit. Belanda menuntut kerajaan Buleleng meniadakan Hak Tawan Karang sesuai dengan perjanjian tahun 1843. Belanda datang ke kerajaan Buleleng dan menemui I Gusti Ketut Jelantik seraya berkata; tuan mengapa raja kau tidak menepati perjanjian yang kita buat?! I Gusti Ketut Jelantik; baik, saya akan membicarakan ini pada raja. Belanda; jika raja kau tidak menepati janjinya, maka kalian akan menerima akibatnya!. I Gusti Ketut Jelantik; berani sekali kau mengancam?!?! *dengan nada marah* *lalu berjalan kedalam istana* I Gusti Ketut Jelantik; *hormat* maaf tuan, saya ada berita dari Belanda mereka meminta anda menepati perjanjian yang telah anda sepakati. Gusti Ngurah Made Karangasem; *mengangguk* ***** Prajurit Istana; maaf tuanku, ada kapal terdampar milik Belanda. Gusti Ngurah Made Karangasem; rampas kapal dan barang mereka! Prajurit istana; baiklah tuanku Kapal Belanda kembali dirampas oleh pihak kerajaan Buleleng karena hal tersebut Belanda marah Dan memutuskan untuk menyerang kerajaan Buleleng. 7 maret 1848 Belanda menyerang kerajaan Buleleng dibawah pimpinan mayor jendral van der wijck namun berhasil digagalkan oleh I Gusti Ketut Jelantik dengan siasat raja pura-pura menyerah. Prajurit Istana 1; ada apa ini? Belanda sudah datang. Prajurit istana 2; mari kira laporkan kepada tuan. *mereka berlari kedalam istana dengan tergesa-gesa* Prajurit Istana; *hormat* maaf tuanku, pasukan Belanda akan segera menyerang. Gusti Ngurah Made Karangasem; *terperangah* kenapa pasukan Belanda menyerang kita?. Baiklah, segera kumpulkan pasukan kita. Prajurit Istana;*hormat* baiklah, tuanku. *berlari keluar istana* Setelah mendengar kabar dari Prajurit Istana, Gusti Ngurah Made Karangasem menjadi panik oleh kedatangan Belanda. Ia menyusun strategi untuk mengalihkan perhatian Belanda dengan pura-pura menyerah agar I Gusti Ketut Jelantik bisa dengan mudah menyerang Belanda disaat mereka lengah. Pasukan Belanda dibawah pimpinan Van der Wijck datang dan menyerang Gusti Ngurah Made Karangasem. *Gusti Ngurah Made karangasem mengangkat kedua tangan keatas kepala yg berarti menyerah* Van der Wijck: hahahahah *tertawa meremehkan* I’ll kill you, loser!. I Gusti Ketut Jelantik beserta Prajurit datang dan seraya berkata “mati kalian disini!!* Belanda pun panik karena serangan mendadak tersebut. Van der Wijck berhasil melarikan diri dari istana sedangkan para prajuritnya tidak. Belanda mengalami kekalahan dalam perperangan ini. Seorang perwira Belanda bernama Rochussen mengirim surat kepada Van der Wijck yang isinya; “jangan menyerah sebelum dapat menghancurkan benteng jagaraga”. Seluruh prajurit istana berkumpul untuk mendengarkan nasihat I Gusti Ketut Jelantik “ baiklah, saya memerintahkan kalian untuk jangan berbangga dulu atas kemenangan ini, mungkin saja mereka akan menyerang balik “. Di kediaman Van der Wijck Prajurit Belanda: lapor! *hormat* ada kiriman surat dari letnan Rochussen. Van der Wijck: give it to me. *prajurit menyerahkan surat tersebut* Isi dari surat tersebut adalah “ good morning jendral Van der Wijck, saya letnan Rochussen tidak akan pernah menyerah sebelum dapat menghancurkan benteng jagaraga”. Setelah membaca isi surat tersebut Van der Wijck pun memutuskan untuk memberi kepercayaan kepada Mayor A.V Michels untuk menyerang kerajaan Buleleng. Michels datang untuk bertemu dengan Van der Wijck dan Van der Wijck berkata “pada perang kemarin kita kalah karena ulah licik inlander, *menyerahkan pedang* you must destroy jagaraga castle” dan Michels pun menjawab “ with my pleasure *tersenyum* dan kali ini aku yakin kita akan menang”. Van der Wijck; ok, kau bisa pergi sekarang. Tahun 1849 Belanda menyerang kerajaan Buleleng dibawah pimpinan Mayor A.V Michels. Ketika pasukan Belanda sedang bersiap-siap untuk melakukan penyerangan ke kerajaan Buleleng Michels berkata “jika diperang kemarin kita kalah dan kehilangan banyak prajurit, maka diperang kali ini kita harus menang dan menghancurkan benteng jagaraga!” Belanda pun mulau melancarkan aksinya untuk menyerang kerajaan Buleleng, tetapi sebelum mereka menyerang Michels mengutus salah satu prajuritnya untuk memata-matai Gusti Ngurah Made Karangasem untuk mengetahui apa strategi yang mereka rencanakan. Setelah mengetahui strategi kerajaan Buleleng, Belanda pun mulai menyusun strategi untuk menyerang. ***** Gusti Ngurah Made Karangasem dan I Gusti Ketut Jelantik beserta prajurit melakukan doa sebelum perang. Setelah selesai berdoa Gusti Ngurah Made Karangasem memberi kata-kata motivasi pada prajuritnya “meskipun darah kita menetes sampai ibu pertiwi, jangan sampai kita menyerah kepda Belanda *ucapnya dengan semangat yang berkobar-kobar* “. Belanda melancarkan serangannya dari Pantai Sangsit lalu menuju kerajaan. Perperangan pun dimulai dengan sangat sengit, banyak prajurit yang gugur dalam perperangan ini baik dari pihak Belanda maupun Kerajaan Buleleng namun karena persenjataan Belanda lebih maju maka perperangan ini dimenangi oleh Belanda