KEPERAWATAN BENCANA ANALISIS BENCANA ALAM GEMPA BUMI Dosen Pembimbing : Ns. Kasmawati S.Kep, M.kep Di Susun Oleh Kelompok IV : NAMA : NIM SUKARDI 201702038 KURNIATI 201702018 HESTY PINONTOAN 201702011 ANI 201702003 : PRODI S1 KEPERAWATAN 2017 INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS ST FATIMAH MAMUJU T.A 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kami pamjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang keperawatan bencana Terselesaikannya tugas ini tidak terlepas dari peranan pihak-pihak yang membantu dalam proses penulisan. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Keperawatan Bencana yang membimbing dan membantu dalam penyelesaian tugas kami ini, dan juga buat teman-teman yang selalu memberikan dukungan untuk kami menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulian tugas ini masih sangat sederhana dan masih mempunyai banyak kekurangan. Maka dari itu, besar harapan kami agar tulisan ini dapat diterima dan nantinya dapat berguna bagi semua pihak. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif membangun demi kesempurnaan makalah ini. Mamuju, 05 Oktober 2020 (penulis) BAB I PEMBAHASAN A. Bencana Alam Yang Sering Terjadi Di Sulawesi Barat Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa bumi biasa di sebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Frekuensi suatu wilayah mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu gempa bumi terjadi. Pada gempa bumi palu 28 september 2018 yang mengakibatkan terjadinya Tsunami Palu merupakan pemicu gempa bumi yang sering terjadi di akhir-akhir ini. Pusat gempa bumi yang sering terjadi di antaranya mamasa dan mamuju tengah. Meskipun gempa bumi yang sering terjadi di bawah magnitudo dengan getaran yang tidak terlalu besar dan berdurasi lama, namun sangat merisaukan masyarakat setempat sebagai mana yang terjadi di palu sebelumnya. Oleh karenanya di perlukan kesiapsiagaan dalam melakukan aktivitas kesseharian masyarakat. Di sulawesi barat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir banjir terjadi di kabupaten mamuju pada 22 maret 2018 akibatnya ratusan warga mengunsi. Selain itu warga juga di sibukkan dengan proses evakuasi barang atau benda berharga lainnya ketempat yang aman terhadap banjir. Peristiwa banjir ini di picu oleh meluapnya sungai karema akibat hujan deras yang mengguyur wilayah mamuju. Di tambah lagi dengan pasangnya air laut, sehingga sungai karema meluap karena tidak mampu menahan debit air dan banjir masuk dalam kota mamuju. B. Badan Penanggulangan Nasional Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kepala BNPB mempunyai tugas membangun sistem manajemen logistik dan peralatan serta menyusun Pedomannya. Sistem manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana, merupakan suatu sistem yang menjelaskan tentang logistik dan peralatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi bencana pada masa pra bencana, pada saat terjadi bencana dan pada pasca bencana. Tujuan dari pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana ini adalah untuk memberikan panduan dan pedoman bagi pemangku kepentingan penanggulangan bencana agar bantuan logistik dan peralatan dapat didistribusikan kepada korban bencana secara efektif dan efisien. Maksud pedoman ini agar pengelolaan logistik dan peralatan dalam rangka penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, terpadu dan akuntabel. Pedoman manajemen logistik dan peralatan ini meliputi beberapa aspek tataran kewenangan berdasarkan penyelenggaraan pemerintahan, baik di tingkat nasional, tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/kota. Bagian Kerjasama Antar Lembaga dibawah Biro Hukum dan Kerjasama memiliki tugas fungsi untuk melaksanakan penyiapan bahan koordinasi, pemantauan, analisis evaluasi penyusunan laporan pelaksanaan kerjasama dengan lembaga usaha dan lembaga nasional bidang penanggulangan bencana. Upaya penanggulangan bencana merupakan bentuk tanggung jawab kepada negara dalam melindungi bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Biro Hukum dan Kerjasama BNPB sesuai tugas pokok dan fungsinya merupakan gerbang untuk terjalinnya kerjasama dengan pihak-pihak luar baik dengan Kementerian/Lembaga Nasional, Institusi Pendidikan, Lembaga Masyarakat maupun Dunia Usaha. Penyusunan Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja sama merupakan dasar payung hukum untuk melibatkan pihak luar dalam penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dalam pembentukan draft Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama dasar hukum yang dipakai kementerian/lembaga nasional adalah Peraturan MENPAN RB nomor 80 tahun 2012 tentang Pedoman tata naskah dinas instansi Pemerintah. Dan di lingkungan BNPB pedoman awal pembentukan draf Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerjasama adalah Perka BNPB nomor 7 tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Cukup tanggap dan gerak cepat jika ada bencana gempa bumi dan juga sangat membantu masyarakat dalam mengevakuasi. Solusi yang terbaik selalu menjadi yang no 1 dalam tanggap bencana agar masyarakat senantiasa terbantu dan percaya terhadap BPBN dan BPBD itu sendiri. Selalu mengembangkan trik jitu yang cepat dalav tanggap bencana kalau bisa edukasikan juga kepada masyarakat setempat. C. Pemneritahuan Bencana 5W+1H Liputan6.com, Mamuju Tengah - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat, ada 29 kali gempa susulan usai gempa bumi Magnitudo 5,4 melanda Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Rabu (28/10/2020), pukul 03.43 Wita. BMKG menyebut skala gempa susulan semakin kecil. Staf BMKG Majene, Robby Aprillanda Pradana menjelaskan, gempa susulan merupakan bentuk peluruhan energi gempa utama sampai habis. Gempa terakhir tercatat pada pukul 19.52 Wita dengan titik pusat berada di 44 kilometer Barat Daya Mamuju Tengah. "Jadi magnitudo gempa susulan itu lebih kecil dari gempa utama. Sempat sekali menyentuh skala 5.0 magnitudo sekitar jam 6 pagi," kata Robby kepada Liputan6.com, Rabu malam (28/10/2020). Robby mengimbau masyarakat tetap tenang jika terjadi gempa bumi susulan, terkhusus masyarakat Mamuju Tengah. Ia juga berpesan agar masyarakat tidak mudah terpengaruh kabar hoaks yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. "Rentetan gempa susulan itu tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Tetap memantau perkembangan informasi terbaru dari pemerintah melalui BMKG," ujar Robby. Selain itu, masyarakat juga diminta menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Tetap periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal tidak ada kerusakan akibat guncangan gempa. "Periksa kestabilan bangunan rumah anda sebelum kembali ke dalam rumah," katanya. Gempa bumi dengan Magnitudo 5,4 yang melanda Mamuju Tengah mengakibatkan setidaknya belasan rumah rusak dan seorang ibu hamil meninggal dunia setelah terjatuh ketika menyelamatkan diri saat gempa terjadi. What: Peristiwa apa yang terjadi ? Who: Siapa yang terlibat ? Where: Dimana peristiwa tersebut terjadi ? When: Kapan peristiwa terjadi ? Why: Mengapa peristiwa tersebut bisa terjadi ? How: Bagaimana proses kejadiannya ? D. Analisis Terhadap Bencana Gempa Bumi 1. Penyebab Terjadinya Bencana a. Letak Geografis Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama di dunia, yaitu Australia, Eurasia dan Pasifik. Kondisi ini menyebabkan Indonesia sering terjadi gempa bumi tektonik ataupun gempa bumi vulkanik. Gempa bumi bisa terjadi akibat tumbukan antar lempeng utama. Gempa yang terjadi di Indonesia bervariasi, dari skala kecil hingga berskala besar. Bahkan sebagian besar wilayah nusantara sangat rawan terjadinya gempa bumi, seperti Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, laut Maluku, utara Papua dan beberapa daerah lainnya. b. Pergerakan Lempeng Selain letak geografi, salah satu penyebab sering terjadinya gempa di Indonesia karena adanya pergerakan lempeng bumi. Pergerakan lempeng bumi menghasilkan tekanan yang berujung terjadinya gempa. Besar kecilnya gempa tergantung pada besar tekanan yang terjadi karena pergerakan lempeng ini. c. Berada di tengah cincin api Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi cincin api Pasifik. Kondisi geografis ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang rawan letusan gunung berapi, gempa dan tsunami. Cincin api pasifik atau lingkaran api pasifik alias ring of fire adalah daerah yang sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan api pasifik. Tercatat sebanyak 127 gunung berapi aktif terjalin melingkari Nusantara. Dari jumlah itu, 30 di antaranya ada di Pulau Jawa. Itu artinya sekitar 120 juta orang kini hidup dalam bayang-bayang letusan gunung berapi. Dengan jumlah yang sebanyak itu, maka aktivitas vulkanik yang berpotensi menimbulkan gempa akan semakin banyak. Gunung api di Indonesia yang paling aktif adalah Gunung Kelud dan Gunung Merapi. 2. Kesiapan Tim Bantuan Penolong Di Bawah ini adalah daftar bantuan atau pertolongan yang sangat dibutuhkan oleh para korban bencana alam / tragedi kemanusiaan dari kita semua yang beruntung tidak ikut menjadi korban, sebagai berikut : a. Bantuan Relokasi Sementara Bagi yang kehilangan tempat tinggal atau yang tidak memungkinkan tinggal di rumahnya, maka perlu diberi tempat tinggal sementara yang layak. Misalkan saja di setiap kota dan kabupaten dibuat suatu apartemen atau mess khusus untuk tempat mengungsi bagi korban bencana. Tentu saja di tempat asal korban tetap dibuat tempat pengungsian layak bagi kepala rumah tangga dan lakilaki yang ingin menjaga aset yang di lokasi bencana. b. Bantuan Kebutuhan Pokok Kebutuhan pokok sehari-hari harus dapat dipenuhi dengan baik seperti makan minum, mandi cuci kakus (mck), sandang pakaian, dan tempat tinggal. Kegagalan memenuhi kebutuhan pokok ini akan membawa dampak buruk seperti penyebaran penyakit berbahaya, perkelahian, kerusuhan, perampasan, penjarahan, bahkan kematian. c. Bantuan Peralatan Darurat Banyak sekali peralatan dan perlengkaan yang dibutuhkan korban bencana untuk dapat bertahan hidup seperti tenda darurat, peralatan masak, genset listrik, lampu darurat, alat-alat berat untuk evakuasi korban, pompa air darurat, peralatan medis, selimut, peralatan makan minum, dan lain sebagainya. d. Bantuan Perbaikan Fisik Segala kerusakan aset pribadi (rumah) dan fasilitas umum (jalan, jembatan, jaringan listrik, jaringan telepon, saluran air, dan lain sebagainya harus kita bantu semaksimal mungkin untuk mendapatkan perbaikan yang cepat, terutama fasilitas umum dan fasilitas sosial. Dengan kembalinya fasum, fasos dan rumah warga maka kehidupan dapat kembali normal. e. Bantuan Bimbingan Konseling, Rohani dan Moral Dengan adanya bencana bisa menyebabkan orang menjadi stres, depresi dan juga gila. Yang tidak stress pun juga harus kita berikan dukungan moril agar dapat membantu meningkatkan semangat para korban bencana agar kuat menghadapi cobaan dan siap kembali hidup seperti sedia kala. f. Bantuan Transportasi Untuk menyalurkan bantuan untuk korban bencana, untuk memindahkan korban bencana dari satu tempat ke tempat lain, untuk membawa peralatan serta perlengkapan bencana dibutuhkan para korban, dan lain sebagainya butuh alat transportasi yang efektif. Jika jalan darat dan air rusak dan tertutup, maka harus bisa melewati jalur udara. g. Bantuan Tim Penolong Untuk menyelamatkan para korban bencana yang masih terperangkap di dalam reruntuhan, dibutuhkan tim khusus seperti tim sar beserta tim medis. Tim penolong akan membantu korban-korban yang butuh bantuan segera dengan bermodalkan keterampilan yang telah dikuasai. h. Bantuan Pengamanan Polisi harus datang dan sigap membatu mengamankan aset-aset para korban bencana alam dan juga aset-aset milik pemerintah yang ada di wilayah bencana. Tidak menutup kemungkinan akan terjadinya penjarahan masal, perampokan, pencurian, pengrusakan, dan lain-lain. Akan percuma bila tidak ada yang menjaga ketertiban para korban bencana karena bisa merusak kegiatan bantuan korban bencana yang telah ada. i. Bantuan Kesehatan Setelah bencana alam terjadi biasanya akan muncul orang-orang yang terluka baik secara fisik maupun mental. Mereka butuh pertolongan medis yang memadai. Jika tidak mampu, maka perlu dirujuk ke rumah sakit. Kondisi kesehatan lingkungan yang biasanya buruk di tempat pengungsian juga perlu ditanggulangi agar tidak menyebabkan penyebaran penyakit yang berbahaya. j. Bantuan Modal Untuk kembali bisa memulai hidup yang baru pasca bencana alam/ tragedi kemanusiaan, para korban bencana perlu diberikan suatu bantuan finansial agar bisa mencukupi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan lainnya seperti dulu sebelum terjadinya bencana. Para korban yang kehilangan mata pencaharian pun juga perlu dimodali atau diberi pekerjaan agar bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 3. Alat Pertolongan a. Standar minimal jenis peralatan penanggulangan bencana No Nama Alat Instansi 1 Tenda komando BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 2 Tenda pleton BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 3 Tenda regu BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 4 Tenda keluarga BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 5 Tenda Posko kesehatan BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 6 Mobil komando BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 7 Mobil ambulance BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 8 Mobil rescue BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 9 Mobil operasional BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 10 Mobil truck BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 11 Truc trailer BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 12 Motor Trail BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 13 Mobile water treatment BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 14 Toilet mobile BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 15 Mobil daour umum lapangan BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 16 Mobil BBM BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 17 Mobil tangki air BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 18 Water pillow BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 19 Instalasi penjernih air BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 20 Velbet BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 21 Dapur umum BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 22 Alat komunikasi BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 23 Genset + lampu sorot BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 24 Tukang kayu BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 25 Tukang batu BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 26 Tukang electronik BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 27 Vertical recue BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga 28 Mega phone BNPB/BPBD/Instalasi/Lembaga b. Standar minimal peralatan penanggulangan bencana yang tersedia apabila terjadi bencana gempa bumi : Standar minimal peralatan penanggulangan bencana genpa bumi, meliputi : No Nama Alat Instansi 1 Jaws of life BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 2 Life detector BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 3 Buldozer BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 4 Scope Loader BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 5 Beco BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 6 Chainsau kayu BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 7 Concrete breaker BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 8 Garpu loader BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 9 Jembatan balley BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 10 ClamShell BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 11 Hand sprayer pump BNPB/BPBD/Instansi/Lembaga 4. Cara Penanggulangan Bencana Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) membagikan beberapa hal untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak gempa bumi, baik itu terjadi ketika kita berada di dalam ruangan maupun luar rungan. Berikut adalah beberapa hal yang harus diterapkan untuk mengatasi dampak gempa bumi. a. Membuat Bangunan yang Tahan Gempa Hal pertama yang dianjurkan BMKG untuk mengatasi dampak gempa adalah meminta masyarakat untuk memastikan struktur dan letak rumah agar dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi. Pastikan bangunan yang dibangun memiliki ciri bangunan yang tahan akan gempa bumi.Setelah bangunan tersebut terbangun, Anda juga masih harus mengevaluasi dan merenovasi ulang bila ada struktur bangunan yang kurang sesuai agar terhindar dari bahaya gempa bumi. Sedari awal memang seharusnya masyarakat memahami gempa bumi, dan daerah mana saja di Indonesia yang rawan gempa. Setelah itu, masyarakat perlu memastikan kembali bangunan yang dihuni atau ditempatinya memiliki ciri bangunan yang tahan gempa sehingga jika terjadi musibah gempa bumi dapat teratasi dengan baik. b. Mengatur Kembali Tata Letak Ruangan Hal kedua yang harus Anda terapkan untuk mengatasi dampak gempa adalah dengan mengatur kembali tatak letak ruangan Anda dirumah dengan lebih efisien. Misalnya saja, perabotan seperti kursi, meja, ataupun lemari, diatur supaya menempel pada dinding. Caranya bisa dipaku, diikat, dan lain sebagainya. Tujuannya, adalah agar menghindari kejatuhan, roboh, ataupun bergeser jika terjadi gempa bumi. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Pastikan juga untuk selalu mematikan gas, air, serta listrik apabila memang tidak sedang digunakan. c. Mencegah Jatuhnya Barang-Barang Berat Kemudian yang harus Anda lakukan untuk mengatasi dampak gempa adalah dengan mencegah jatuhnya barang-barang berat. Seperti yang kita ketahui, penyebab celaka yang paling banyak menimpa korban gempa bumi adalah akibat kejatuhan material dari bangunan saat mereka berdiam. Oleh karena itu, cegahlah jatuhnya barang-barang tersebut dengan mengatur benda yang berat sebisa mungkin pada bagian bawah, bukan di atas. Lalu, pastikan juga cek kestabilan benda yang digantung karena dapat jatuh sewaktu-waktu ketika gempa terjadi, seperti lampu gantung dan kipas angin. d. Mengikuti Pelatihan Pencegahan Gempa Jika kita membandingkan peristiwa gempa bumi yang terjadi di Indonesia dan di Jepang, dapat dilihat terdapat perbedaan yang signifikan mengenai jumlah korban. Hal itu tidak bisa dilepaskan karena masyarakat Indonesia sendiri kurang memiliki persiapan sedemikian rupa ketika menghadapi kasus seperti itu. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak gempa bumi, sebaiknya sedini mungkin untuk mengikuti pelatihan gempa bumi karena akan diajarkan berbagai pengenalan tentang gempa, tsunami, dan tindakan apa saja yang harus dilakukan. Hal ini tentunya juga harus didukung upaya dari pemerintah pusat untuk memberikan penyuluhan pecegahan bencana sejak sedini mungkin e. Sedia Perlengkapan Wajib Baik Di Rumah atau Di Kantor Hal berikutnya yang harus dilakukan untuk mengurangi dampak gempa bumi adalah dengan menyediakan berbagai perlengkapan wajib seperti kotak P3K, senter, makanan suplemen, air yang cukup, dll. Hal ini akan sangat membantu apabila terjadi musibah yang tidak mengenal waktu Itulah beberapa hal yang bisa diterapkan untuk mengatasi dampak gempa bumi. Pastikan juga rumah Anda dilindungi dengan asuransi Mega Rumah dari Mega Insurance untuk memberikan proteksi menyeluruh dalam segala kondisi mulai dari kebakaran, kerusuhan, banjir, kebongkaran, angin topan, gempa bumi, tsunami hingga kejatuhan pesawat terbang 5. Dampak yang Timbul Akibat Gempa Bumi Akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi ini ada yang bersifat menguntungkan manusia tetapi ada juga yang merugikan manusia. Tetapi kebanyakan bersifat merugikan manusia. Akibat gempa bumi tersebut antara lain adalah: a. Terangkatnya mineral ke permukaan bumi Gempa bumi dapat mengakibatkan terangkatnya mineral – mineral yang ada di dalam lapisan bumi. Hal ini dikarenakan oleh proses tektonik yaitu pergerakan lempeng bumi atau pergerakan sesar. Sesar dapat menyebabkan lapisan bumi terangkat ke permukaan. Sesar ini disebut dengan sesar naik. Tetapi tidak semua proses gempa yang disebabkan oleh sesar atau jenis – jenis patahan ini dapat mengangkat mineral – mineral yang ada di dalam bumi. Hanya lapisan yang mengandung mineral dan juga memang terdapat sesar aktif yang memotong lapisan mineral tersebut. b. Terjadinya Tsunami Gempa bumi yang menjadi penyebab tsunami ini berjenis gempa tektonik yang terjadi karena adanya pergerakan lempeng akibat dari adanya arus konveksi yang terjadi di dalam bumi dan pusat titik gempanya berada di dasar lautan. Gelombang tsunami yang terjadi dapat merusak dan menenggelamkan apa saja yang ada di pesisir pantai sekitar sumber gempa sampai beberapa kilometer ke daratan tergantung dari besar kecilnya kekuatan gempa dan dekat tidaknya pusat titik sumber gempa dari permukaan. Jika gelombang tsunami ini sering terjadi pada suatu daerah maka tidak menutup kemungkinan daerah tersebut akan terkena dampak abrasi dan erosi pantai. c. Terjadinya Jenis – Jenis Longsor Gempa bumi mengakibatkan getaran atau guncangan tanah (ground shaking) yang disebabkan oleh karena adanya gerakan endogen. Getaran tanah ini menyebabkan tanah dan massa batuan keluar dan akhirnya terjadi penyebab tanah longsor pada lapisan tanah dan batuan yang ada diatasnya. d. Terjadinya Banjir Air yang terdapat didalam waduk, atau danau dapat keluar dan mengalir dalam jumlah besar sehingga menjadi penyebab banjir ketika gempa terjadi. Jenis – jenis Banjir ini terjadi karena ketika gempa, fungsi danau atau waduk menjadi rusak karena air dalam waduk atau danau mengalir ke berbagai arah atau tumpah kembali dan keluar dan memenuhi manfaat sungai-sungai dibawahnya. 6. Rencana Tindak Lanjut Setelah proses penyusunan rencana kontinjensi dan dihimpun dalam suatu dokumen resmi (dokumen daerah), tahap selanjutnya adalah kegiatan/langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi kejadian bencana. Dalam hal ini dituntut peran aktif dari masing-masing sektor, disamping diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik. a. Simulasi/Gladi Untuk menguji ketepatan Rencana Kontinjensi yang dibuat, maka perlu dilakukan uji coba dalam bentuk simulasi atau gladi. Dalam gladi ini diusahakan supaya besaran dan skalanya mendekati peristiwa/kejadian yang di-skenario-kan. Apabila tidak memungkinkan, dapat diambil sebagian dari luas yang sesungguhnya. b. Pemutakhiran Data 1) Kegiatan-kegiatan dalam rangka rencana tindak lanjut ini disusun dalam tabel yang memuat tahapan-tahapan dan para pelaku/sektor-sektor serta waktu pelaksanaan kegiatan. 2) Inventarisasi dan pemeliharaan ketersediaan dan kesiapan sumber daya, sarana dan prasarana yang ada di tiap daerah dilakukan secara berkala. 3) Pertemuan-pertemuan berkala untuk kaji ulang dalam rangka pemutakhiran data dan asumsi-asumsi dampak bencana atau proyeksi kebutuhan sumberdaya. 4) Menyusun prosedur-prosedur tetap yang sifatnya dapat mendukung pelaksanaan/aktivasi rencana kontinjensi yang telah disusun. Melakukan pemantauan secara periodik terhadap ancaman dan peringatan dini beserta diseminasinya. c. Transisi Setelah selesai penyusunan rencana kontinjensi, terdapat 2 (dua) kemungkinan, yaitu terjadi bencana atau tidak terjadi bencana. 1) Apabila terjadi bencana: a) Jenis bencana yang terjadi sama/sesuai dengan jenis ancaman sebagaimana diperkirakan sebelumnya, maka rencana kontinjensi diaktivasi/diaplikasikan menjadi Rencana Operasi Tanggap Darurat. Rencana operasi tersebut menjadi pedoman bagi POSKO untuk penanganan darurat yang didahului dengan kaji cepat untuk penyesuaian data dan kebutuhan sumberdaya. b) Jenis bencana yang terjadi tidak sama dengan jenis ancaman yang diperkirakan dalam rencana kontinjensi, maka komponen kebutuhan sumberdaya mengalami perubahan sesuai dengan jenis ancaman dan kebutuhan berdasarkan hasil kaji cepat. 2) Beberapa hal yang perlu dilakukan apabila bencana terjadi: a) Rapat Koordinasi Segera setelah terjadi bencana, dilakukan rapat koordinasi penanggulangan bencana untuk melakukan hal-hal berikut: aktivasi Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) menjadi POSKO. penetapan dan pengiriman Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lapangan untuk melakukan pertolongan, penyelamatan dan evakuasi serta kaji cepat (rapid assessment) untuk pendataan korban, kerusakan/kerugian, kebutuhan dan kemampuan sumberdaya serta prediksi perkembangan kondisi ke depan. Hasil kerja TRC menjadi acuan untuk melakukan tanggap darurat dan pemulihan darurat prasarana dan sarana vital. Pelaksanaan Operasi Tanggap Darurat Sektor-sektor yang telah dibentuk segera melaksanakan tugas tanggap darurat sampai dengan kondisi darurat pulih/kembali ke kondisi normal. b) Evaluasi Evaluasi berkala/rutin dilakukan terhadap pelaksanaan operasi tanggap darurat, yang hasilnya antara lain berupa: pemecahan masalah-masalah yang dihadapi. perpanjangan masa tanggap darurat (jika diperlukan). pernyataan secara resmi berakhirnya tanggap darurat. 3) Apabila tidak terjadi bencana: c) Apabila waktu kejadian bencana yang diperkirakan telah terlampaui (tidak terjadi bencana), maka rencana kontinjensi dapat diberlakukan atau diperpanjang untuk periode/kurun waktu tertentu berikutnya. d) Apabila setelah melalui kaji ulang dan perpanjangan masa berlaku ternyata tidak terjadi bencana, rencana kontinjensi dapat di deaktivasi (dinyatakan tidak berlaku) dengan pertimbangan bahwa potensi bencana tidak lagi menjadi ancaman. Rencana kontinjensi yang telah di-deaktivasi dapat diaktifkan kembali setiap saat (aktivasi) jika diperlukan. d. e-entry (kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal) rencana kontijensi merupakan kegiatan yang dilakukan pada kondisi darurat kesiapsiagaan. Re-entry adalah proses kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal. Dengan demikian, setelah kedaruratan berakhir, dapat diketahui kekurangan/kelemahan apa yang terjadi pada saat melaksanakan operasi tanggap darurat. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah memetik manfaat dari perencanaan kontinjensi untuk memperbaiki kekurangankekurangan dalam sistem penanggulangan bencana melalui berbagai kegiatan, misalnya penyusunan kebijakan, pembuatan prosedur tetap/SOP, penyebarluasan/sosialisasi kebijakan dan kegiatan-kegiatan lainnya, dalam rangka penyempurnaan upaya penanggulangan bencana. E. Jurnal Tentang Gempa Bumi Judul Jurnal : Kompetensi dan Kinerja Petugas First Line Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Sulawesi Barat Jurnal kesehatan Andalas tahun 2017 Nama peneliti :Edi Purnomo, Zulhaini Sartika A. Pulungan METODE Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment dengan rancangan one group prepost test design. Subjek penelitian diambil secara purposive sampling setelah diberikan informed consent dan memenuhi kriteria inklusi antara lain terdaftar sebagai petugas garis pertama (first line) Badan Penanggulangan Bencana Prov. Sulawesi Barat, mengikuti pelatihan kompetensi sesuai jadual yang ditentukan. Subjek penelitian berjumlah 33 orang. Pengumpulan data kompetensi dan kinerja diperoleh dengan menggunakan instrumen yang merujuk pada rancangan standar kompetensi kerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Analisis data dilakukan dengan uji paired t-test untuk mengetahui kompetensi sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan, dengan 95% (α 0,05). Data dianalisis secara komputerisasi. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pelatihan terhadap kompetensi dan kinerja petugas first line. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa pelatihan mempengaruhi kompetensi dan kinerja karyawan. Pelatihan yang diberikan kepada karyawan ternyata dapat mendorong karyawan bekerja lebih giat sehingga meningkatkan kinerja setiapkaryawan. Penelitian yang pernah dilakukanmenunjukkan adanya pengaruh metode pelatihan On TheJob Training dan materi pelatihan terhadap kompetensi karyawan; ada pengaruh metode pelatihan On The Job Training dan materi pelatihan terhadap kinerja karyawan, sehingga disimpulkan bahwa kompetensi karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Ada tiga komponen utama pembentukan kompetensi,yaitu pengetahuan yang dimiliki. Pelatihan dan pengembangan dapat memberi manfaat untuk organisasi dan pegawai itu sendiri karena dapat memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja secara terinci dan rutin. Pelatihan merupakan suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang yang menduduki suatu jabatanatau tugas tertentu. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat bahwa pelatihan merupakan setiap aktivitas formal dan informal yang memberikan kontribusi terhadap perbaikan dan peningkatan tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan. Pelatihan sendiri pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap karyawan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas organisasi secara keseluruhan, dengan kata lain tujuan pelatihan adalah meningkatkan kinerja dan pada gilirannya akan meningkatkan dayasaing. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kemauan untuk melakukan sebuah tugas dengan kinerja yang efektif. Semakin baik pendidikan dan pelatihan yang diterima oleh karyawan maka akan semakin meningkat pula kompetensi yang dimiliki dan akan semakin meningkat pula kineja yang akan ditunjukkan olehkaryawan KESIMPULAN Pelatihan pertolongan pertama pada korban bencana meningkatkan kompetensi dan kinerja petugas first line Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Barat. Disarankan untuk mencapai optimalisasi kinerja petugas first line, dilaksanakannya simulasi atau latihan bersama dan seminar penanggulangan bencana terpadu setiap semester. F. Video Benana https://youtu.be/SzAmt4jC77gN BAB II PENUTUP A. Kesimpulan Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa Alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapai, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gellombang panas, hurikan, badai tropis, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. B. Masukan Dan Saran Demikianlah tugas yang kami buat semoga bermanfaat dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penyusunan tugas kami ini mohon di koreksi untuk perbaikan yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA