TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog

advertisement
TERAPI RASIONAL EMOTIF
Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*
Terapi Rasional Emotif merupakan salah
satu dari sekian banyak pendekatan yang dapat
digunakan dalam psikoterapi. Terapi Rasional
Emotif
(TRE) sendiri lebih berorientasi pada
proses
berpikir
dan
bertindak,
ketimbang
perasaan. Dalam proses berpikir ini termasuk
didalamnya adalah
memahami,
menangkap permasalahan,
menganalisa
untuk
selanjutnya
memutuskan tindakan apa yang dirasa lebih tepat.
Ide Dasar
Beberapa ide dasar yang menjadi landasan pemahaman TRE, diantaranya
adalah :
1. adanya asumsi bahwa individu dilahirkan dengan potensi positif maupun
negatif. Dengan dua kutub potensi tersebut, individu dapat mengembangkan
diri, memahami diri dan orang lain serta berinteraksi dengan lingkungan
secara harmonis. Namun demikian individu juga berpotensi untuk berperilaku
yang disfungsional seperti merusak dan menghambat diri juga lingkungan.
2. TRE tidak bersandar pada nasib / takdir. TRE percaya bahwa individu
mempunyai kekuatan untuk
mengaktualisasikan segenap potensi yang
dimiliki sampai dengan mengubah “takdir”
sesuai dengan apa yang
diinginkannya.
3. Individu memiliki kecenderungan untuk ingin segera memenuhi hasrat dan
dorongan yang ada didalam diri
Dan akan segera menyalahkan bila hasrat
atau dorongan tersebut tidak terpenuhi.
4. TRE berpendapat bahwa individu memiliki konsistensi antara proses pikir
dan tidakannya. Sedalam apapun kondisi emosi yang sedang terjadi, proses
kognisi tetap terus berperan.
5. Individu tidak sepenuhnya didorong oleh fungsi biologis dan naluri. Hal ini
disebabkan karena individu memiliki potensi untuk memahami, menentukan,
dan mengevaluasi arah tindakannya.
Teori Kepribadian
Rangkuman pandangan TRE tentang individu adalah :
1 Berpikir dan bertindak irasional (neurosis) adalah wajar bila suatu saat
menimpa kita, yang bersumber pada
kondrat manusia sebagai makhluk
sosial yang harus hidup selaras dengan individu lain.
2. Keyakinan yang tidak rasional yang ditanamkan pada masa kanak – kanak
akan menjadi psikopathologi bila kelak tumbuh menjadi individu dewasa.
3. Baik emosi positif maupun negatif yang ditampakkan dalam suatu perilaku
merupakan hasil dari proses pikir sebelumnya. Oleh karenanya, gangguan
emosi merupakan produk dari hal – hal negatif yang dipikirkan sebelumnya.
4. TRE berasumsi bahwa individu yang mudah menyalahkan , kemungkinan
besar lebih mudah mengalami gangguan neurotik dan psikotik, karena
menyalahkan merupakan inti sebagian besar gangguan emosi. Individu harus
belajar menerima diri dengan segala kekurangannya, dan punya keyakinan
untuk mengubah diri bila salah.
5. Bila individu merasa ditolak lingkungan, dengan bantuan terapis harus
bangkit dari perasaan ketidak berdayaannya tersebut.
6. Perlu sekali menjadi individu yang dewasa yang ditunjukkannya dengan
gagasan dan idenya yang diterima secara lingkungan
7. Individu harus benar – benar kompeten dan berprestasi bila menginginkan
untuk dihormati.
8. Individu dengan perilaku negatif
perlu sekali mendapat konsekuensi
(hukuman) atas tindakannya tersebut.
9. Masa lalu menjadi determinan bagi tingkah laku individu pada saat ini dan
yang akan datang.
Aplikasi Teori dalam Contoh Kasus
Dalam TRE teori ABC tentang kepribadian sangat penting diterapkan.
Dimana A merupakan fakta, perilaku, sikap atau peristiwa sebagai hal yang
mengaktifkan, C merupakan konsekuensi atau reaksi emosional. Adapun
B merupakan keyakinan individu tentang A yang mengakibatkan terjadinya
C, yakni reaksi emosionalnya.
Seorang istri menjadi depresi karena
berselingkuh.
mengetahui bahwa suaminya
Dari teori ABC yang ada, dapat diketahui bahwa depresi ini
terjadi bukan akibat perselingkuhan itu sendiri, melainkan karena keyakinan
istri tersebut tentang perselingkuhan sebagai sumber atau sebab kegagalan
dan kehilangan kepercayaan dirinya. Keyakinan akan kegagalan perkawinan
dan kehilangan kepercayaan diri (pada B) sebagai penyebab terjadinya
depresi (pada C), jadi bukan peristiwa perselingkuhan itu sendiri (pada A).
Gangguan emosional terjadi
karena adanya keyakinan yang tidak logis
secara akumulatif seperti “ nasibku memang sial”, Aku tidak berharga”, dll,
yang diinternalisasi.
Dengan TRE, gangguan emosional tersebut dapat diperbaiki dengan
membantu mengubah
respons emosional yang disfungsional dengan
mendorong memandang secara lebih jelas apa yang dikatakan si istri tentang
dirinya (pada B), Sistem keyakinan – tentang stimulus yang mengenai dirinya
(pada A) dan mengajari secara aktif dan tegas membantah (pada D).
Dapat dikatakan TRE mengkonfrontasikan langsung keyakinan yang
irrasional,
membahasnya dan kemudian membantahnya. Dalam hal ini D
merupakan metode ilmiah yang membantu si istri membantah keyakinan yang
irrasional yang mengakibatkan gangguan emosi dan tingkah laku. (Disarikan
dari beberapa sumber).
*Dosen Fak. Psikologi – USM / Psikolog.
Download