Uploaded by User73044

analisis hasil belajar

advertisement
MAKALAH
ANALISA HASIL BELAJAR
TENTANG
Standar Penilaian Dalam Perspektif Standar Nasional Pendidikan
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Yang Telah Diberikan Oleh Dosen Pembimbing”
OLEH:
IRMA
SRI DEFI DWI RAHAYU
SHOFWAN ALHAMIDI
Dosen pembimbing : KENNY AGUSTO ARIE WIBOWO, M.Pd
Fakultas / Prodi : Tarbiyah / PAI
Semester : V (LIMA)
INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-ULUM
ASAHAN – KISARAN
TP.2020 – 2021
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................... 2
A. Latar belakang ...................................................................................... 2
PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Konsep Dasar Pendidikan Nasional ..................................................... 3
Standart Nasional Pendidikan .............................................................. 5
Landasar yuridis Formal Sistem Evaluasi dan Standart Penilaian ..... 8
Standart Penilaian Menurut BSNP ....................................................... 15
Standart Penilaian Oleh Pendidik ........................................................ 17
Standart Penilaian Oleh Satuan Pendidik............................................. 21
Tehnik Penilaian Menurut BSNP ......................................................... 23
PENUTUP ........................................................................................................ 25
Kesimpulan ...................................................................................................... 25
Daftar pustaka .................................................................................................. 26
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan yang berlangsung di Indonesia memiliki standar-standar tertentu
dalam pelaksanaannya. Standar ini ditentukan oleh sebuah badan yang disebut
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). BNSP itu sendiri merupakan
lembaga mandiri, professional, independen, yang mengemban misi untuk
mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar
nasional pendidikan.
Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjadi panduan atau acuan untuk
setiap lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan proses pendidikan
dengan standar penilaian yang ada agar tidak ada penyimpangan dan proses
pembelajaran yang tidak sesuai dari pendidikan yang diinginkan. serta sebagai
evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar
peserta didik. Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari standar nasional
pendidikan tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Oleh
karena itu, setiap pendidik harus memahami landasan yuridis maupun landasan
filosopis yang melatar belakangi munculnya standar penilaian, mekanisme, dan
prosedur evaluasi. Termasuk dalam hal tersebut bagaimana pendidik menetapkan
indikator keberhasilan pembelajaran dan merancang pengalama belajar peserta
didik.
2
PEMBAHASAN
Standar Penilaian dalam Perspektif Standar Nasional Pendidikan
A.
Konsep Dasar Pendidikan Nasional
Konsep pendidikan monodisipliner mempunyai banyak kelemahan, karena
melihat pendidikan hanya dari aspek tertentu saja, sehingga orang tidak memiliki
pemahaman yang komprehensif dan utuh tentang pendidikan. Oleh sebab itu,
sebaiknya kita memahami konsep pendidikan berdasarkan sistem dengan
pendekatan multidisipliner. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas berbagai
komponen yang melakukan interaksi (saling memengaruhi), interelasi (saling
berhubungan), interdependensi ( saling ketergantungan), dan interpenetrasi (saling
menerobos) untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen mengandung arti bagianbagian yang mempunyai fungsi tertentu dalam mencapai tujuan sistem. Jika
fungsi-fungsi tersebut bekerja dalam pencapaian tujuan sistem, maka disebut
proses. Dengan demikian, pengertian pendidikan sebagai suatu sistem adalah
suatu keseluruhan yang terdidri atas berbagai komponen pendidikan yang
fungsional untuk mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Dalam pengertian ini terdapat beberapa implikasi, yaitu:
1) Pendidikan merupakan usaha sadar artinya, berbagai tindakan yang
dilakukan pendidik kepada peserta didik harus dilakukan secara sadar atau
sengaja.
2) Pendidikan harus dilakukan secara terencana. Artinya, pendidikan harus
disusun dalam suatu program. Program pendidikan, antara lain: tujuan
3
pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik,
sarana dan prasarana, dana/biaya pendidikan, manajemen pendidikan,
masyarakat, dan evaluasi pendidikan.
3) Pendidikan harus dapat mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang kondusif.
4) Pendidik harus melibatkan peserta didik untuk aktif mengembangkan
potensi dirinya.
5) Pendidikan harus mengarahkan peserta didik untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa
“pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nialinilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”. Selanjutnya, dalam ayat (3) dijelaskan bahwa “sistem
pendidikan nasional adalah kesuluruhan komponen pendidikan yang terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidkan nasional”. Sedangkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional diatur dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “ pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Untuk menyelenggarakan pendidikan nasional, ada beberapa prinsip yang
harus diperhatikan yaitu :
4
1)
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2)
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
3)
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4)
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5)
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6)
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan
B.
Standar Nasional Pendidikan
Dalam Undang-Undang No.20/2003 Bab I Pasal 1 ayat (17) dikemukakan
bahwa “standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Standar nasional pendidikan bukan hanya mengatur tentang standar isi, tetapi juga
standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan
serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh
suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
Salah satu upaya pemerintah untuk melaksanakan Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka ditetapkan Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 1005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam
peraturan ini, khususnya pada Bab II Pasal 2 ayat (1), dijelaskan bahwa terdapat
delapan standar nasional pendidikan, yaitu:
5
1)
Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan kalender pendidikan.
2)
Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di samping
itu, tentunya dalam proses pembelajaran, pendidik harus memberikan
keteladanan. Setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
3)
Standar kompetensi lulusan, adalah klasifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan yang meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, mata kuliah, atau
kelompok mata kuliah.
4)
Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan
prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademi dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
6
berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
professional,
dan
kompetensi sosial.
5)
Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal
tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6)
Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan
pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
7)
Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.
8)
Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Artinya, pemerintah sudah
mengatur bagaimana tahap-tahap melakukan penilaian, langkah-langkah yang
harus ditempuh oleh pendidik, dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi.
7
C.
LANDASAN YURISDIS FORMAL SISTEM EVALUASI DAN
STANDAR PENILAIAN
1.
Undang – Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam Bab I Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan
adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan
terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
Selanjutnya, dalam Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditas dan Sertifikasi, Bagian
Kesatu tentang Evaluasi, Pasal 57, dijelaskan:
 Ayat (1): evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan
secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
 Ayat (2): evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan
dan jenis pendidikan.
Dipertegas lagi dalam Pasal 58:
 Ayat (1): evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk
memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan.
 Ayat (2): evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan
dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh transparan, dan
sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan.
2.
Peraturan Pemerintah R.I.No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Dalam Bab I tentang Ketentuan Umum, Pasal 1, dikemukakan:
 Ayat (11): standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil
belajar peserta didik.
8
 Ayat (17): penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
 Ayat (18): evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan,
dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan
pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pendidikan.
 Ayat (19): ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses
pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar
peserta didik.
 Ayat (20): ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar
dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Selanjutnya, dalam Bab IV tentang Standar Proses, Pasal 19 ayat (3),
dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran
yang efektif dan efisien. Secara teknis, penilaian ini diatur dalam Bab IV Pasal 22,
yaitu:

Ayat (1): penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal
19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.

Ayat (2): teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa tes tulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau
kelompok.

Ayat (3): untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
9
teknik
penilaian
observasi
secara
individual
sekurang-kurangnya
dilaksanakan satu kali dalam satu semester.
Khusus mengenai Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Bab X yang
terdiri atas lima bagian, yaitu:
1) Bagian Kesatu: Umum, Pasal 63: Ayat (1): penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
 Penilaian hasil belajar oleh pendidik.
 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
 Penilaian hasil belajar oleh pemerintah.
a)
Ayat (2): penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:
 Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan
 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.
b) Ayat (3): penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Bagian Kedua: Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik, Pasal 64:
a) Ayat (1): penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud
dalam pasal 63 ayat (1) butir (a) dilakukan secara berkesinambungan
untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan
ulangan kenaikan kelas.
b) Ayat (2): penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk:
 Menilai pencapaian kompetensi peserta didik
 Bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan
 Memperbaiki proses pembelajaran.
c) Ayat (3): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan melalui:
10

Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik, serta

Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
d) Ayat (4): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau
bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
e) Ayat (5): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika
dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomorik peserta didik.
f) Ayat (6): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui:

Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik, dan

Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.
g) Ayat (7): Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, BSNP
menerbitkan panduan penilaian untuk:
3.

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

Kelompok mata pelajaran estetika, dan

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
Bagian Ketiga: Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan, Pasal 65:
a) Ayat (1): Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) butir (b) bertujuan menilai pencapaian
standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran.
b) Ayat (2): Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
11
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
c) Ayat (3): Penilaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mempertimbangkan
hasil
penilaian
peserta
didik
oleh
pendidik
sebagaimana dimaksud dalam pasal 64.
d) Ayat (4): Penilaian hasil belajar sebagimana dimaksud pada ayat (1) untuk
semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan teknologi
dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.
e) Ayat (5): Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama
atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oles
BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan.
f) Ayat (6): Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.
4.
Bagian Keempat: Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah, Pasal 66:
a) Ayat (1): Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam pasal 63
ayat (1) butir (c) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan
secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian
nasional.
b) Ayat (2): Ujian nasional dilakukan secara objektif, berkeadilan, dan
akuntabel.
c) Ayat (3): Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan
sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.
Pada Pasal 67 dikemukakan:
12
1. Ayat (1): Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian
nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalaur
formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan.
2. Ayat (2): Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama
dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
3. Ayat (3): Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
Selanjutnya, dijelaskan dalam Pasal 68 bahwa hasil ujian nasional
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk:
1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
3) Penentu kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan.
4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada stuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kemudian dalam Pasal 69 dikemukakan:
1) Ayat (1): Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah
dan jalur pendidikan nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian
nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari
satuan pendidikan.
2) Ayat (2): Setiap peserta didik sebagimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya.
3) Ayat (3): Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional
setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.
4) Ayat (4): Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian
nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara ujian
nasional.
13
Adapun jenis mata pelajaran ujian nasional untuk setiapa satuan pendidikan
diatur dalam Pasal 70:
1) Ayat (1): Pada jenjang SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat, ujian
nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
2) Ayat (2): Pada program paket A, ujian nasional mencakup mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan.
3) Ayat (3): Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat,
ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
4) Ayat (4): Pada program paket B, ujian nasional mencakup mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan.
5) Ayat (5): Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, ujian
nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program
pendidikan.
6) Ayat (6): Pada program paket C, ujian nasional mencakup mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang
menjadi ciri khas program pendidikan.
7) Ayat (7): Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, ujian
nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program
pendidikan.
Bagian Kelima tentang Kelulusan, Pasal 72:
1. Ayat (1): Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada
pendidikan dasar dan menengah setelah:
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
14
b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan
d) Lulus ujian nasional.
2. Ayat (2): Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikanditetapkan oleh
satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan Menteri.
D.
STANDAR PENILAIAN MENURUT BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN (BSNP)
Dalam UU No 20/2003 Bab IX Pasal 35 ayat (3) dijelaskan bahwa
pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan
pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Keberadaan badan tersebut
diatur dalam PP. 19/2005 Bab XI yang dimulai dari pasal 73, yaitu:
1) Ayat (1): Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan
pencapaian standar nasional pendidikan, dengan peraturan pemerintah ini
dibentuk Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP).
2) Ayat (2): BSNP berkedudukan di ibukota wilayah negara republic
Indonesia yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada mentri.
3) Ayat (3): dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BSNP bersifat mandiri
dan professional.
Mengenai keanggotaan BSNP diatur dalam pasal 74, yaitu:
1) Ayat (1): keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas)
orang dan yang paling banyak 15 (lima belas)orang.
15
2) Ayat (2): anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli dibidang psikometri, evaluasi
pendidikan, kurikulum, dan menejemen pendidikan yang memiliki
wawasan,
pengalaman,
dan
komitmen
untuk
peningkatan
mutu
pendidikan.
3) Ayat (3): keanggotaan BSNP diangkat dan diberhentikan oleh menteri
untuk masa bakti 4( empat) tahun.
Selanjutnya, keorganisasian BSNP diatur dalam pasal 75, yaitu:
1) Ayat (1): BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang
dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak.
2) Ayat (2): untuk membentu kelancaran tugasnya, BSNP didukung oleh
sebuah secretariat yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat departemen
yang ditunjuk oleh menteri.
3) Ayat (3): BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai dengan
kebutuhan.
Adapun tugas dan wewenang BSNP diatur dalam pasal, 76 yaitu:
1) Ayat (1): BSNPbertugas membantu menteri dalam mengembangkan,
memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan.
2) Ayat (2): stndar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan
mengikat semua satuan pendidikan secara nasionalsetelah ditetapkan
dengan peraturan menteri.
3) Ayat (3): untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BSNP berwenang:
a) Mengembangkan standar nasional pendidikan.
b) Menyelenggarakan ujian nasional.
c) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah
dalam penjaminan dan pengendallian mutu pendidikan, dan
d) Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
16
Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya, BSNP telah
menyusun pedoman penilaian yang terdiri atas:
1) Naskah akademik: berisi berbagai kajian kajian teoritis dan hasil-hasil
penelitian yang relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan, ataupun pemerintah.
2) Panduan umum: berisi pedoman dan panduan umum yang berupa ramburambu penilaian yang harus oleh semua guru mata pelajaran. Panduan ini
juga berlaku untuk semua mata pelajaran.
3) Panduan khusus: berisi rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan guru
pada kelompok mata pelajaran tertentu alam menyusun kisi-kisi penilaian
yang menyatu dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi untuk
ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir dan kriteria dari
peserta didik yang dapat dikualifikasikan “baik” dan dapat dinyatakan
lulus pada kelompok mata pelajaran tertentu. Panduan khusus ini terdiri
atas 5 seri, yaitu:
a) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian
c) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi
d) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika, dan
e) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan
E.
STANDAR PENILAIAN OLEH PENDIDIK
Menurut BSNP, standar penilaian oleh pendidik mencakup standar umum,
standar perencanaan, standar pelaksanaan, standar pengolahan dan pelaporan hasil
penilaian serta standar pemanfaatan hasil penilaian.
1.
Standar Umum Penilaian
17
Standar umum penilaian adalah aturan main dari aspek-aspek umum dalam
pelaksanaan penilaian. Untuk melakukan penilaian, pendidik harus selalu
mengacu pada standar umum penilaian. BSNP menjabarkan standar umum
penilaian ini dalam prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik.
b) Informasi yang dihimpun mencakup ranah-ranah yang sesuai dengan
standar isi dan standar kompetensi kelulusan.
c) Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik dilakukan secara
berkala pada kelompok mata pelajaran masing-masing.
d) Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol. Baik
yang bersifat positif maupun negative dalam buku catatan perilaku.
e) Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang
ulangan tengah semester, dan tiga kali menjelang ujian akhir semester.
f) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan.
g) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada pesserta
didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan.
h) Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk
setiap peserta didik yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik
harus pula mencatat semua kinerja peserta didik untuk menentukan
pencapaian kompetensi peserta didik.
i) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai
penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi
(SK) dan standar lulusan (SL).
j) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus
melaporkan kegiatan peserta didik kepada wali kelas untuk dicantumkan
jenis kegiatan pengembangan diri pada buku laporan pendidikan.
18
k) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan
kepada pihak lain tanpa seizing yang bersangkutan maupun orang tua/wali
mulid.
2.
Standar Perencanaan Penilaian
Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip-prinsip
yang harus dipedomani bagi pendidik dalam melakukan perencanaan penilaian.
BSNP menjabarkannya menjadi tujuh prinsip sebagai berikut:
a) Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus
dan rencana pembelajarannya.perencanaan penilaian setidak-tidaknya
meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta
kriteria pencapaian kompetensi.
b) Pendidikan harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar
(KD) sebagai dasar untuk penilaian.
c) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilainnya sesuai
dengan indicator pencapaian KD.
d) Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin mungkin kepada
peserta didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya.
e) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi
penilaian.
f) Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian
yang digunakan.
g) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai peserta
didik.
3.
Standar Pelaksanaan Penilaian
Dalam pedoman umum penilaian yang diusun oleh BSNP, standar
pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi:
19
a) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian
yang telah disusun di awal kegiatan pembelajaran.
b) Pendidik menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada
persyaratan instrument serta menggunakan acuan kriteria.
c) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan.
d) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik
dan komentar yang bersifat mendidik.
4.
Standar Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian
Dalam pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP, standar
pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik meliputi:
a) Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai.
b) Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot
tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
c) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta
menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan
pendidikan masing-masing peserta didik.
d) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan
potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas.
e) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam
rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas.
f) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat
dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan
pendidikan
dengan
mengacu
pada
persyaratan
kelulusan
satuan
pendidikan.
g) pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada
orang tua/wali peserta didik.
5.
Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian
20
Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BNSP, ada
lima standar pemanfaatan hasil penilaian, yaitu:
a) Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan
pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
b) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat
capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak
lanjut yang harus dilakukan.
c) Bagi peserta didik yang belum mencapai standar kelulusan, pendidik harus
melakukan pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat
mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan.
d) Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasan yang
dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat
memberikan layanan pengayaan.
e) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas
kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut.
F.
STANDAR PENILAIAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN
Menurut BSNP ada dua standar pokok yang harus diperhatikan dalam
penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, yaitu:
1) Standar penentuan kenaikan kelas. Standar ini terdiri atas tiga hal pokok,
yaitu:
a) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan
kenaikan kelas.
b) Satuan pendidikan menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal
(SKBM) pada setiap mata pelajaran. SKBM tersebut harus ditingkatkan
secara berencana dan berkala.
c) Satuan pendidikan menyelanggarakan rapat Dewan pendidikan untuk
menentukan kenaikan kelas setiap peserta didik.
2) Standar penentuan kelulusan yaitu :
21
a) Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian
sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEK.
b) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk
menentukan nilai akhir peserta didik pada:

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

Kelompok mata pelajaran estetika, dan

Kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan untuk
menentukan kelulusan.
c) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan
kriteria kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
No.19/2005 pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa peserta didik
dinyatakan lulus dari satuan pendidikn pada pendidikan dasar dan
menengah setelah:

Menyelesaikan seluruh program pembelajaran

Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan
kesehatan

Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan

Lulus ujian nasional.
Dalam hal penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, BSNP
menegemukakan ada dua sistem yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
mempromosikan peserta didiknya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu:
1) Sistem kredit atau bahan belajar, yaitu sistem yang tidak mengenal kelas.
Dalam hal ini peserta didik dapat menyelesaikan program belajarnya
sesuai dengan kemampuan individual. Melalui sistem ini setiap peserta
22
didik dapat menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan
kecepatan masing-masing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa ada
peserta didik yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih cepat karena
memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada juga peserta
didik yang belajar lebih lambat sehingga membutuhkan waktu lebih lama.
2) Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar peserta
didiknya terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini dua tradisi
kenaikan kelas yang dikembangkan, yaitu kenaikan kelas secara otomatis
dan sistem kenaikan kelas. Di Indonesia, pada umumnya masih
menggunakan sistem kenaikan kelas dengan kriteria tertentu.
G.
TEKNIK PENILAIAN MENURUT BSNP
Menurut pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang dapat digunakan,
antara lain:
1) Tes kinerja. Tes ini dapat menggunakan berbagai bentuk, seperti tes
keterampil tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan
sebagainya. Melalui tes kinerja ini, peserta didik mendemonstrasikan
unjuk kerja sebagai perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya.
2) Demonstrasi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data
kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai
3) Observasi. Teknik ini dapat dilakukan secara formal maupun informal.
Secara formal, observasi dilakukan dengan menggunakan instrument yang
sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
peserta didik. Secara informal, observasi dilakukan oleh pendidik tanpa
menggunakan instrument.
4) Penugasan. Teknik ini dapat dilakukan dengan model proyek yang berupa
sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan diselesaikan oleh peserta
didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan baik secara tertulis
maupun lisan. Penugasan ini dapat pula berbentuk tugas rumah yang harus
diselesaikan peserta didik.
23
5) Portofolio. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen
dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan
untuk mengetahui minat, perkembangan belajar, dan prestasi belajar.
6) Tes tertulis. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian (essay)
maupun objektif, seperti: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan
melengkapi.
7) Tes lisan. Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik. Untuk itu,
dalam pelaksanaannya pendidik harus bertatap muka secara langsung
dengan peserta didik. Pendidik juga harus membuat daftar pertanyaan dan
pedoman penskoran.
8) Jurnal, yaitu catatan peserta didik selama berlangsungnya proses
pembelajaran. Jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran termasuk
kekuatan dan kelemahan peserta didik terkait dengan kinerja ataupun
sikap.
9) Wawancara, yaitu cara untu memperoleh informasi secara mendaam yang
diberikan secara lisan dan spontan tentang wawasan, pandangan atau
aspek kepribadian peserta didik.
10) Inventori, yaitu skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap sikap,
minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis ataupun
fenomena yang terjadi.
11) Penilaian diri, yaitu teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik
dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.
12) Penilaian antarteman. Teknik ini dilakukan dengan meminta peserta didik
mengemukakana kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal.
Penilaian ini dapat pula berupa sosiomitri untuk mendapat informasi anakanak favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya.
24
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab I pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa
“pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nialinilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman”.
Selanjutnya, dalam ayat (3) dijelaskan bahwa “sistem pendidikan nasional
adalah kesuluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidkan nasional”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional diatur dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “ pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
25
DAFTAR PUSTAKA
Amir Daien Indrakusuma, 1993, Evaluasi Pendidikan, Malang : Ikip Malang
Arifin Zainal. 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Pt Remaja Rosdakarya
Daryanto, 1999, Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
E. Mulyana, 2006, kurikulum yang disempurnakan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
sudjana Nana, 2006, penilaian hasil proses belajar mengajar, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
(UU.No.20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
26
Download