MAKALAH ANALISA HASIL BELAJAR TENTANG Standar Penilaian Dalam Perspektif Standar Nasional Pendidikan “Disusun Untuk Memenuhi Tugas Yang Telah Diberikan Oleh Dosen Pembimbing” OLEH: IRMA SRI DEFI DWI RAHAYU SHOFWAN ALHAMIDI Dosen pembimbing : KENNY AGUSTO ARIE WIBOWO, M.Pd Fakultas / Prodi : Tarbiyah / PAI Semester : V (LIMA) INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL-ULUM ASAHAN – KISARAN TP.2020 – 2021 DAFTAR ISI Daftar Isi........................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 2 A. Latar belakang ...................................................................................... 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3 A. B. C. D. E. F. G. Konsep Dasar Pendidikan Nasional ..................................................... 3 Standart Nasional Pendidikan .............................................................. 5 Landasar yuridis Formal Sistem Evaluasi dan Standart Penilaian ..... 8 Standart Penilaian Menurut BSNP ....................................................... 15 Standart Penilaian Oleh Pendidik ........................................................ 17 Standart Penilaian Oleh Satuan Pendidik............................................. 21 Tehnik Penilaian Menurut BSNP ......................................................... 23 PENUTUP ........................................................................................................ 25 Kesimpulan ...................................................................................................... 25 Daftar pustaka .................................................................................................. 26 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan yang berlangsung di Indonesia memiliki standar-standar tertentu dalam pelaksanaannya. Standar ini ditentukan oleh sebuah badan yang disebut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). BNSP itu sendiri merupakan lembaga mandiri, professional, independen, yang mengemban misi untuk mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar nasional pendidikan. Hal ini dilakukan pemerintah untuk menjadi panduan atau acuan untuk setiap lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan proses pendidikan dengan standar penilaian yang ada agar tidak ada penyimpangan dan proses pembelajaran yang tidak sesuai dari pendidikan yang diinginkan. serta sebagai evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian merupakan salah satu bagian dari standar nasional pendidikan tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Oleh karena itu, setiap pendidik harus memahami landasan yuridis maupun landasan filosopis yang melatar belakangi munculnya standar penilaian, mekanisme, dan prosedur evaluasi. Termasuk dalam hal tersebut bagaimana pendidik menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran dan merancang pengalama belajar peserta didik. 2 PEMBAHASAN Standar Penilaian dalam Perspektif Standar Nasional Pendidikan A. Konsep Dasar Pendidikan Nasional Konsep pendidikan monodisipliner mempunyai banyak kelemahan, karena melihat pendidikan hanya dari aspek tertentu saja, sehingga orang tidak memiliki pemahaman yang komprehensif dan utuh tentang pendidikan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita memahami konsep pendidikan berdasarkan sistem dengan pendekatan multidisipliner. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri atas berbagai komponen yang melakukan interaksi (saling memengaruhi), interelasi (saling berhubungan), interdependensi ( saling ketergantungan), dan interpenetrasi (saling menerobos) untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen mengandung arti bagianbagian yang mempunyai fungsi tertentu dalam mencapai tujuan sistem. Jika fungsi-fungsi tersebut bekerja dalam pencapaian tujuan sistem, maka disebut proses. Dengan demikian, pengertian pendidikan sebagai suatu sistem adalah suatu keseluruhan yang terdidri atas berbagai komponen pendidikan yang fungsional untuk mengembangkan kepribadian manusia seutuhnya. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pengertian ini terdapat beberapa implikasi, yaitu: 1) Pendidikan merupakan usaha sadar artinya, berbagai tindakan yang dilakukan pendidik kepada peserta didik harus dilakukan secara sadar atau sengaja. 2) Pendidikan harus dilakukan secara terencana. Artinya, pendidikan harus disusun dalam suatu program. Program pendidikan, antara lain: tujuan 3 pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, sarana dan prasarana, dana/biaya pendidikan, manajemen pendidikan, masyarakat, dan evaluasi pendidikan. 3) Pendidikan harus dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif. 4) Pendidik harus melibatkan peserta didik untuk aktif mengembangkan potensi dirinya. 5) Pendidikan harus mengarahkan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa “pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nialinilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Selanjutnya, dalam ayat (3) dijelaskan bahwa “sistem pendidikan nasional adalah kesuluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidkan nasional”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatur dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Untuk menyelenggarakan pendidikan nasional, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu : 4 1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. 2) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu kesatuan yang sistematik dengan sistem terbuka dan multimakna. 3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. 4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. 5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan B. Standar Nasional Pendidikan Dalam Undang-Undang No.20/2003 Bab I Pasal 1 ayat (17) dikemukakan bahwa “standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Standar nasional pendidikan bukan hanya mengatur tentang standar isi, tetapi juga standar proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Salah satu upaya pemerintah untuk melaksanakan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan ini, khususnya pada Bab II Pasal 2 ayat (1), dijelaskan bahwa terdapat delapan standar nasional pendidikan, yaitu: 5 1) Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan kalender pendidikan. 2) Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di samping itu, tentunya dalam proses pembelajaran, pendidik harus memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan harus melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 3) Standar kompetensi lulusan, adalah klasifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, mata kuliah, atau kelompok mata kuliah. 4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang 6 berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. 5) Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, dan berekreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 6) Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. 7) Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 8) Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Artinya, pemerintah sudah mengatur bagaimana tahap-tahap melakukan penilaian, langkah-langkah yang harus ditempuh oleh pendidik, dan alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. 7 C. LANDASAN YURISDIS FORMAL SISTEM EVALUASI DAN STANDAR PENILAIAN 1. Undang – Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Dalam Bab I Pasal 1 ayat (21) dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya, dalam Bab XVI tentang Evaluasi, Akreditas dan Sertifikasi, Bagian Kesatu tentang Evaluasi, Pasal 57, dijelaskan: Ayat (1): evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Ayat (2): evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan. Dipertegas lagi dalam Pasal 58: Ayat (1): evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Ayat (2): evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. 2. Peraturan Pemerintah R.I.No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Dalam Bab I tentang Ketentuan Umum, Pasal 1, dikemukakan: Ayat (11): standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. 8 Ayat (17): penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Ayat (18): evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban pendidikan. Ayat (19): ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ayat (20): ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan. Selanjutnya, dalam Bab IV tentang Standar Proses, Pasal 19 ayat (3), dijelaskan bahwa setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Secara teknis, penilaian ini diatur dalam Bab IV Pasal 22, yaitu: Ayat (1): penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ayat (2): teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tes tulis, observasi, tes praktik, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Ayat (3): untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, 9 teknik penilaian observasi secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester. Khusus mengenai Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Bab X yang terdiri atas lima bagian, yaitu: 1) Bagian Kesatu: Umum, Pasal 63: Ayat (1): penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh pemerintah. a) Ayat (2): penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. b) Ayat (3): penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2) Bagian Kedua: Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik, Pasal 64: a) Ayat (1): penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) butir (a) dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. b) Ayat (2): penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk: Menilai pencapaian kompetensi peserta didik Bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar, dan Memperbaiki proses pembelajaran. c) Ayat (3): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui: 10 Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik, serta Ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. d) Ayat (4): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. e) Ayat (5): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomorik peserta didik. f) Ayat (6): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dilakukan melalui: Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik, dan Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik. g) Ayat (7): Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk: 3. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; Kelompok mata pelajaran estetika, dan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. Bagian Ketiga: Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan, Pasal 65: a) Ayat (1): Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) butir (b) bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. b) Ayat (2): Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, 11 kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. c) Ayat (3): Penilaian akhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 64. d) Ayat (4): Penilaian hasil belajar sebagimana dimaksud pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. e) Ayat (5): Untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (4), peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oles BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan. f) Ayat (6): Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. 4. Bagian Keempat: Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah, Pasal 66: a) Ayat (1): Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud dalam pasal 63 ayat (1) butir (c) bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. b) Ayat (2): Ujian nasional dilakukan secara objektif, berkeadilan, dan akuntabel. c) Ayat (3): Ujian nasional diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran. Pada Pasal 67 dikemukakan: 12 1. Ayat (1): Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalaur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan. 2. Ayat (2): Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan instansi terkait di lingkungan Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. 3. Ayat (3): Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Selanjutnya, dijelaskan dalam Pasal 68 bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: 1) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; 2) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3) Penentu kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan. 4) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada stuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kemudian dalam Pasal 69 dikemukakan: 1) Ayat (1): Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur pendidikan nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus dari satuan pendidikan. 2) Ayat (2): Setiap peserta didik sebagimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya. 3) Ayat (3): Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP. 4) Ayat (4): Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara ujian nasional. 13 Adapun jenis mata pelajaran ujian nasional untuk setiapa satuan pendidikan diatur dalam Pasal 70: 1) Ayat (1): Pada jenjang SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 2) Ayat (2): Pada program paket A, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan. 3) Ayat (3): Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 4) Ayat (4): Pada program paket B, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Pendidikan Kewarganegaraan. 5) Ayat (5): Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. 6) Ayat (6): Pada program paket C, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. 7) Ayat (7): Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, ujian nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Bagian Kelima tentang Kelulusan, Pasal 72: 1. Ayat (1): Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran 14 b) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaran dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; c) Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan d) Lulus ujian nasional. 2. Ayat (2): Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikanditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan peraturan Menteri. D. STANDAR PENILAIAN MENURUT BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) Dalam UU No 20/2003 Bab IX Pasal 35 ayat (3) dijelaskan bahwa pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan. Keberadaan badan tersebut diatur dalam PP. 19/2005 Bab XI yang dimulai dari pasal 73, yaitu: 1) Ayat (1): Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan pencapaian standar nasional pendidikan, dengan peraturan pemerintah ini dibentuk Badan Standart Nasional Pendidikan (BSNP). 2) Ayat (2): BSNP berkedudukan di ibukota wilayah negara republic Indonesia yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada mentri. 3) Ayat (3): dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BSNP bersifat mandiri dan professional. Mengenai keanggotaan BSNP diatur dalam pasal 74, yaitu: 1) Ayat (1): keanggotaan BSNP berjumlah gasal, paling sedikit 11 (sebelas) orang dan yang paling banyak 15 (lima belas)orang. 15 2) Ayat (2): anggota BSNP terdiri atas ahli-ahli dibidang psikometri, evaluasi pendidikan, kurikulum, dan menejemen pendidikan yang memiliki wawasan, pengalaman, dan komitmen untuk peningkatan mutu pendidikan. 3) Ayat (3): keanggotaan BSNP diangkat dan diberhentikan oleh menteri untuk masa bakti 4( empat) tahun. Selanjutnya, keorganisasian BSNP diatur dalam pasal 75, yaitu: 1) Ayat (1): BSNP dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh dan dari anggota atas dasar suara terbanyak. 2) Ayat (2): untuk membentu kelancaran tugasnya, BSNP didukung oleh sebuah secretariat yang secara ex-officio diketuai oleh pejabat departemen yang ditunjuk oleh menteri. 3) Ayat (3): BSNP menunjuk tim ahli yang bersifat ad-hoc sesuai dengan kebutuhan. Adapun tugas dan wewenang BSNP diatur dalam pasal, 76 yaitu: 1) Ayat (1): BSNPbertugas membantu menteri dalam mengembangkan, memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan. 2) Ayat (2): stndar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan mengikat semua satuan pendidikan secara nasionalsetelah ditetapkan dengan peraturan menteri. 3) Ayat (3): untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BSNP berwenang: a) Mengembangkan standar nasional pendidikan. b) Menyelenggarakan ujian nasional. c) Memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan pengendallian mutu pendidikan, dan d) Merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 16 Dalam rangka menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya, BSNP telah menyusun pedoman penilaian yang terdiri atas: 1) Naskah akademik: berisi berbagai kajian kajian teoritis dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penilaian, baik yang dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, ataupun pemerintah. 2) Panduan umum: berisi pedoman dan panduan umum yang berupa ramburambu penilaian yang harus oleh semua guru mata pelajaran. Panduan ini juga berlaku untuk semua mata pelajaran. 3) Panduan khusus: berisi rambu-rambu penilaian yang harus dilakukan guru pada kelompok mata pelajaran tertentu alam menyusun kisi-kisi penilaian yang menyatu dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi untuk ulangan akhir semester, cara menentukan skor akhir dan kriteria dari peserta didik yang dapat dikualifikasikan “baik” dan dapat dinyatakan lulus pada kelompok mata pelajaran tertentu. Panduan khusus ini terdiri atas 5 seri, yaitu: a) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia b) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran estetika, dan e) Panduan penilaian kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan E. STANDAR PENILAIAN OLEH PENDIDIK Menurut BSNP, standar penilaian oleh pendidik mencakup standar umum, standar perencanaan, standar pelaksanaan, standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian serta standar pemanfaatan hasil penilaian. 1. Standar Umum Penilaian 17 Standar umum penilaian adalah aturan main dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan penilaian. Untuk melakukan penilaian, pendidik harus selalu mengacu pada standar umum penilaian. BSNP menjabarkan standar umum penilaian ini dalam prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik. b) Informasi yang dihimpun mencakup ranah-ranah yang sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi kelulusan. c) Informasi mengenai perkembangan perilaku peserta didik dilakukan secara berkala pada kelompok mata pelajaran masing-masing. d) Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol. Baik yang bersifat positif maupun negative dalam buku catatan perilaku. e) Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan tengah semester, dan tiga kali menjelang ujian akhir semester. f) Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. g) Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada pesserta didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan. h) Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk setiap peserta didik yang berada di bawah tanggung jawabnya. Pendidik harus pula mencatat semua kinerja peserta didik untuk menentukan pencapaian kompetensi peserta didik. i) Pendidik melakukan ulangan tengah dan akhir semester untuk menilai penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi (SK) dan standar lulusan (SL). j) Pendidik yang diberi tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan kegiatan peserta didik kepada wali kelas untuk dicantumkan jenis kegiatan pengembangan diri pada buku laporan pendidikan. 18 k) Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan kepada pihak lain tanpa seizing yang bersangkutan maupun orang tua/wali mulid. 2. Standar Perencanaan Penilaian Standar perencanaan penilaian oleh pendidik merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik dalam melakukan perencanaan penilaian. BSNP menjabarkannya menjadi tujuh prinsip sebagai berikut: a) Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana pembelajarannya.perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria pencapaian kompetensi. b) Pendidikan harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai dasar untuk penilaian. c) Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilainnya sesuai dengan indicator pencapaian KD. d) Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin mungkin kepada peserta didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya. e) Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian. f) Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan. g) Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai peserta didik. 3. Standar Pelaksanaan Penilaian Dalam pedoman umum penilaian yang diusun oleh BSNP, standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi: 19 a) Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang telah disusun di awal kegiatan pembelajaran. b) Pendidik menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada persyaratan instrument serta menggunakan acuan kriteria. c) Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari kemungkinan terjadinya tindak kecurangan. d) Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik. 4. Standar Pengolahan dan Pelaporan Hasil Penilaian Dalam pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP, standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik meliputi: a) Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai. b) Penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. c) Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan masing-masing peserta didik. d) Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas. e) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas. f) Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan. g) pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang tua/wali peserta didik. 5. Standar Pemanfaatan Hasil Penilaian 20 Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BNSP, ada lima standar pemanfaatan hasil penilaian, yaitu: a) Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). b) Pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang harus dilakukan. c) Bagi peserta didik yang belum mencapai standar kelulusan, pendidik harus melakukan pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan. d) Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan. e) Pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut. F. STANDAR PENILAIAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN Menurut BSNP ada dua standar pokok yang harus diperhatikan dalam penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, yaitu: 1) Standar penentuan kenaikan kelas. Standar ini terdiri atas tiga hal pokok, yaitu: a) Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan kenaikan kelas. b) Satuan pendidikan menetapkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) pada setiap mata pelajaran. SKBM tersebut harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. c) Satuan pendidikan menyelanggarakan rapat Dewan pendidikan untuk menentukan kenaikan kelas setiap peserta didik. 2) Standar penentuan kelulusan yaitu : 21 a) Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEK. b) Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan nilai akhir peserta didik pada: Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian Kelompok mata pelajaran estetika, dan Kelompok mata pelajaran jasmani olahraga dan kesehatan untuk menentukan kelulusan. c) Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan kriteria kelulusan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 72 ayat (1) yang menyatakan bahwa peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikn pada pendidikan dasar dan menengah setelah: Menyelesaikan seluruh program pembelajaran Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan Lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Lulus ujian nasional. Dalam hal penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, BSNP menegemukakan ada dua sistem yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mempromosikan peserta didiknya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu: 1) Sistem kredit atau bahan belajar, yaitu sistem yang tidak mengenal kelas. Dalam hal ini peserta didik dapat menyelesaikan program belajarnya sesuai dengan kemampuan individual. Melalui sistem ini setiap peserta 22 didik dapat menyelesaikan dan memilih program belajarnya dengan kecepatan masing-masing. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa ada peserta didik yang dapat menyelesaikan beban belajar lebih cepat karena memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi, tetapi ada juga peserta didik yang belajar lebih lambat sehingga membutuhkan waktu lebih lama. 2) Sistem kenaikan kelas (grade) adalah sistem yang program belajar peserta didiknya terstruktur dalam paket-paket kelas. Dalam sistem ini dua tradisi kenaikan kelas yang dikembangkan, yaitu kenaikan kelas secara otomatis dan sistem kenaikan kelas. Di Indonesia, pada umumnya masih menggunakan sistem kenaikan kelas dengan kriteria tertentu. G. TEKNIK PENILAIAN MENURUT BSNP Menurut pedoman umum BSNP, teknik penilaian yang dapat digunakan, antara lain: 1) Tes kinerja. Tes ini dapat menggunakan berbagai bentuk, seperti tes keterampil tertulis, tes identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan sebagainya. Melalui tes kinerja ini, peserta didik mendemonstrasikan unjuk kerja sebagai perwujudan kompetensi yang telah dikuasainya. 2) Demonstrasi. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai 3) Observasi. Teknik ini dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara formal, observasi dilakukan dengan menggunakan instrument yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik. Secara informal, observasi dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrument. 4) Penugasan. Teknik ini dapat dilakukan dengan model proyek yang berupa sejumlah kegiatan yang dirancang, dilakukan dan diselesaikan oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus dilaporkan baik secara tertulis maupun lisan. Penugasan ini dapat pula berbentuk tugas rumah yang harus diselesaikan peserta didik. 23 5) Portofolio. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar, dan prestasi belajar. 6) Tes tertulis. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara uraian (essay) maupun objektif, seperti: benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan dan melengkapi. 7) Tes lisan. Teknik ini menuntut jawaban lisan dari peserta didik. Untuk itu, dalam pelaksanaannya pendidik harus bertatap muka secara langsung dengan peserta didik. Pendidik juga harus membuat daftar pertanyaan dan pedoman penskoran. 8) Jurnal, yaitu catatan peserta didik selama berlangsungnya proses pembelajaran. Jurnal berisi deskripsi proses pembelajaran termasuk kekuatan dan kelemahan peserta didik terkait dengan kinerja ataupun sikap. 9) Wawancara, yaitu cara untu memperoleh informasi secara mendaam yang diberikan secara lisan dan spontan tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. 10) Inventori, yaitu skala psikologis yang digunakan untuk mengungkap sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis ataupun fenomena yang terjadi. 11) Penilaian diri, yaitu teknik penilaian yang digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal. 12) Penilaian antarteman. Teknik ini dilakukan dengan meminta peserta didik mengemukakana kelebihan dan kekurangan teman dalam berbagai hal. Penilaian ini dapat pula berupa sosiomitri untuk mendapat informasi anakanak favorit dan anak-anak yang terisolasi dalam kelompoknya. 24 PENUTUP KESIMPULAN Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang tersebut dikemukakan bahwa “pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nialinilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Selanjutnya, dalam ayat (3) dijelaskan bahwa “sistem pendidikan nasional adalah kesuluruhan komponen pendidikan yang terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidkan nasional”. Sedangkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional diatur dalam Bab II pasal 3 yang berbunyi “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 25 DAFTAR PUSTAKA Amir Daien Indrakusuma, 1993, Evaluasi Pendidikan, Malang : Ikip Malang Arifin Zainal. 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bandung : Pt Remaja Rosdakarya Daryanto, 1999, Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta E. Mulyana, 2006, kurikulum yang disempurnakan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya sudjana Nana, 2006, penilaian hasil proses belajar mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya (UU.No.20/2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional) 26