Buku Ajar PENGANTAR AKUNTANSI 2 Ni Kadek Sinarwati Undiksha Press 5 PENGANTAR AKUNTANSI 2 Penulis: NI KADEK SINARWATI,S.E.,M.Si.,Ak. ISBN : 978-602-1213-78-0 Editor: Dr. ANANTAWIKRAMA TUNGGA A.,S.E.,M.Si.,Ak Penyunting: Prof. Dr. I WAYAN LASMAWAN,M.Pd Desain Sampul dan Tata Letak: I Gusti Ngurah Bagus Dirgayusa S. dan Dewa Kadek Darmada Redaksi: Gedung Jurusan S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Jalan Udayana No.12 (Kampus Tengah) Singaraja Bali, Telp (0362) 22570-23884, Fax. 25735 Email: [email protected] Cetakan pertama, Februari 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis penerbit i Pengantar Akuntansi 2 ii Pengantar Akuntansi 2 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Wara NugrahaNya penulisan Buku Ajar Pengantar Akuntansi 2 ini dapat diselesaikan. Buku Ajar Pengantar Akuntansi 2 ini membahas tentang: Akuntansi Kas, Akuntansi Investasi Pada Surat Berharga, Akuntansi Piutang, Akuntansi Persediaan, Akuntansi Aktiva Tetap, Akuntansi Utang Lancar, Akuntansi Utang Jangka Panjang dan Akuntansi Modal. Buku ini ditujukan kepada mahasiswa, dosen dan siapa saja yang berminat untuk mempelajari materi Pengantar Akuntansi 2. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih apabila pembaca bersedia memberikan kritik saran, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan pada edisi berikutnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses terbitnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat memberikan kontribusi pada khasanah ilmu pengetahuan. Singaraja, Februari 2015 Penulis iii Pengantar Akuntansi 2 DAFTAR ISI LEMBAR HAK CIPTA …………………………………………………………………………. i LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………………. ii KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………… iv BAB I. AKUNTANSI KAS A. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas …………………….. B. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas ……………………………….. C. Catatan Ganda Kas ……………………………………………………………….. D. Laporan Bank ………………………………………………………………………… E. Laporan Rekonsiliasi Bank …………………………………………………….. F. Bank Overdraft …………………………………………………………………….. G. Kas Kecil ……………………………………………………………………………….. H. Selisih Kas …………………………………………………………………………….. I. Penyajian Kas di Neraca ……………………………………………………….. 1 2 4 4 4 11 11 13 14 BAB II. AKUNTANSI INVESTASI PADA SURAT BERHARGA A. Tujuan Investasi Surat Berharga ………………………………………….. B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham ……………………….. C. Pencatatan Investasi Surat Berharga Obligasi ……………………… D. Penilaian Surat Berharga …………………………………………………….. E. Penyajian Surat Berharga ……………………………………………………. F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya ………………………………………… BAB III. AKUNTANSI PIUTANG A. Klasifikasi Piutang ……………………………………………………………….. B. Akuntansi Piutang Dagang ………………………………………………….. C. Piutang Wesel …………………………………………………………………….. D. Penyajian Piutang di Neraca ……………………………………………….. E. Akuntansi Piutang Wesel ……………………………………………………. F. Penyajian Piutang di Neraca ………………………………………………. 20 22 23 29 31 31 36 37 43 46 49 50 iv Pengantar Akuntansi 2 BAB IV AKUNTANSI PERSEDIAAN A. Arti Penting Persediaan …………………………………………………… B. Cara Pencatatan Persediaan ……………………………………………. C. Perhitungan Harga Perolehan Persediaan ……………………….. D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan ……………………. E. Item Yang Termasuk Persediaan ……………………………………… F. Penyajian Persediaan Di Neraca ………………………………………. 53 54 59 66 66 67 BAB V AKUNTANSI AKTIVA TETAP A. Karakteristik Dan Klasifikasi Aktiva Tetap ………………………… B. Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap ……………………… C. Cara-Cara Perolehan Aktiva Tetap ………………………………….. D. Penyusutan Aktiva Tetap ………………………………………………… E. Pengeluaran Selama Pemakaian Aktiva Tetap …………………. 75 76 79 84 88 BAB VI AKUNTANSI UTANG LANCAR A. Definisi Utang Lancar ……………………………………………………… B. Jenis Utang Lancar …………………………………………………………. C. Utang Kontinjensi …………………………………………………………… D. Penyajian Utang Lancar Di Neraca ………………………………….. 93 94 100 101 BAB VII AKUNTANSI UTANG JANGKA PANJANG A. Karakteristik Utang Obligasi ……………………………………………. B. Jenis-Jenis Obligasi …………………………………………………………. C. Akuntansi Obligasi …………………………………………………………. BAB VIII AKUNTANSI MODAL SAHAM A. Definisi Dan Jenis Saham ………………………………………………… B. Menjual Saham Secara Tunai …………………………………………. C. Menjual Saham Secara Pesanan …………………………………….. D. Modal Sumbangan …………………………………………………………. E. Dividen……………………………………………………………………………. F. Penyajian Modal Saham Di Neraca …………………………………. DAFTAR PUSTAKA 104 106 107 116 117 119 120 120 122 v Pengantar Akuntansi 2 BAB I AKUNTANSI KAS Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. E. F. G. H. I. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas Catatan Ganda Kas Laporan Bank Laporan Rekonsiliasi Bank Bank Overdraft Kas Kecil Selisih Kas Penyajian Kas di Neraca Kas merupakan aset yang paling likuid, dan merupakan aset yang pertama kali ada di perusahaan. Kas memiliki tingkat perputaran yang paling tinggi dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Ketika suatu usaha baru didirikan, pemilik menyetorkan modal salah satunya dalam bentuk kas, kemudian kas tersebut dibelikan perlengkapan, peralatan, bahan baku atau barang jadi. Setelah terjadi penjualan barang atau jasa baik secara tunai maupun kredit, maka berikutnya perusahaan akan menerima kas. Terdapat dua kriteria yang harus dipenuhi agar suatu aktiva dapat dinyatakan sebagai kas yaitu: 1. Harus siap digunakan setiap saat untuk membayar semua kewajiban yang ada sekarang, 2. Bebas dari ikatan apapaun yang membatasi penggunaannya untuk membayar utang. A. Pentingnya Pengendalian Intern Terhadap Kas Pada perusahaan yang masih kecil, dimana semua aktivitas perusahaan masih dapat dikendalikan oleh pemilik, pengendalian intern terhadap kas belum begitu diperlukan. Sejalan dengan perkembangan 1 Pengantar Akuntansi 2 perusahaan, semakin besar perusahaan, maka transaksi khususnya yang berkaitan dengan kas akan semakin banyak dan semakin beragam. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dapat dipisahkan menjadi dua kelompok yakni penerimaan dan pengeluaran kas dari dan untuk kegiatan operasi maupun dari kegiatan non operasi. Penerimaan kas dari operasi misalnya penerimaan dari penjualan tunai, penerimaan piutang, setoran modal oleh pemilik, penerimaan pinjaman dan yang lainnya. Penerimaan kas yang berasal dari kegiatan non operasi misalnya penerimaan bunga simpanan di bank, penerimaan hadiah dari undian, penerimaan kas dari penjualan aset tetap yang tidak digunakan lagi dan yang lainnya. Pengeluaran kas untuk kegiatan operasi misalnya pembayaran biaya-biaya operasional seperti pembayaran gaji pegawai, pembayaran sewa, pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dan yang lainnya. Sedangkan pengeluaran kas untuk kegiatan non operasi misalnya pembayaran untuk pembayaran sumbangan, pembayaran pajak atas hadiah dan yang lainnya. Praktik-praktik yang mungkin dilakukan untuk menyelewengkan kas antara lain: 1. Penerimaan kas dari penjualan tunai dicatat lebih rendah dari yang seharusnya. 2. Tagihan yang timbul dari penjualan kredit tidak dicatat 3. Cek untuk kepentingan pribadi dibebankan sebagai biaya perusahaan 4. Lapping atau menunda posting. B. Cara Pengendalian Intern Terhadap Kas Kas memiliki karakteristik yang menarik, yang menyebabkannya mudah untuk diselewengkan. Karakteristik tersebut yakni: tidak ada identitas, mudah dibawa/dipindahtangankan karena bentuknya kecil dan ringan serta dapat ditukar sewaktu-waktu menjadi aktiva non kas. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka penting untuk dilakukan pengendalian intern terhadap kas dengan cara: 1. Pengendalian intern atas penerimaan kas Beberapa cara untuk melakukan pengendalian intern atas penerimaan kas adalah: 2 Pengantar Akuntansi 2 a. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani penerimaan kas. b. Melakukan pemisahan tugas antara individu yang menerima kas, mencatat/membukukan penerimaan kas dan yang menyimpan kas. c. Setiap penerimaan kas harus didukung oleh dokumen. d. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari pelanggan harus disetor ke bank. e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal f. Mengikat karyawan yang menangani penerimaan kas dengan uang pertanggungan. 2. Pengendalian intern atas pengeluaran kas Secara garis besar, berikut ini adalah beberapa penerapan prinsip pengendalian internal atas pembayaran kas dengan menggunakan cek: a. Hanya pejabat tertentu saja yang secara khusus memiliki otorisasi untuk menandatangani cek. b. Adanya pemisahan tugas antara individu yang menyetujui pembayaran kas, melakukan pembayaran kas, dan yang mencatat/membukukan pengeluaran kas. c. Menggunakan cek yang telah bernomor urut tercetak, setiap cek harus dilampiri dengan bukti tagihan. d. Simpanlah blanko cek yang belum terpakai dalam safe deposit box, dan hanya satu orang tertentu saja yang ditunjuk atau memiliki kode akses untuk membukanya. e. Melakukan pengecekan independen atau verifikasi internal. Bandingkan antara cek dengan bukti tagihan dan cocokkanlah dengan laporan bank atau rekening koran bulanan. f. Faktur tagihan (invoices) yang telah dibayat haru segera diberi stempel “Lunas”. Selain itu cara lain untuk melakukan pengendalian intern atas pengeluaran kas adalah dengan penggunaan sistem voucher. Sistem voucher dirancang untuk membantu dalam pelaksanaan pengasan terhadap pengeluaran kas. Sistem ini menetapkan ketentuanketentuan sebagai berikut: (1) Kewajiban perusahaan hanya dapat 3 Pengantar Akuntansi 2 terjadi dari transaksi yang telah disetujui (disahkan) oleh orang yang diberi wewenang oleh perusahaan; (2) prosedur-prosedur yang berkaitan dengan terjadinya kewajiban, yang meliputi verifikasi, pengesahan, dan pencatatan, harus ditetapkan; (3) cek hanya dapat dikleuarkan untuk pembayaran kewajiban yang telah diverifikasi, disahkan, dan dicatat dengan benar; (4) kewajiban harus dicatat pada saat terjadi, dan setiap transaksi pembelian harus diperlakukan sebagai transaksi yang independen. Ketentuan ini harus dipenuhi, meskipun terjadi lebih dari satu transaksi pembelian dari perusahaan yang sama dalam satu bulan atau periode faktur lainnya. C. Catatan Ganda Kas Prinsip bahwa semua kas harus disetrokan ke bank dan bahwa pengeluaran kas, kecuali kas kecil harus menggunakan cek dapat dapat meminimalkan jumlah kas diperusahaan. Jumlah kas minimal dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh karyawan dan perampokan oleh pihak luar. Prinsip ini juga memungkinkan dilakukannya rekonsiliasi karena pencatatan kas dilakukan baik oleh perusahaan maupun oleh bank. Dicatatnya kas oleh dua pihak ini dapat menaikkan kualitas pengendalian intern. D. Laporan Bank Setiap akhir bulan, giran (pemegang rekening giro) menerima laporan bank. Laporan ini berisi informasi cek-cek yang telah diuangkan, setoran-setoran yang telah diterima, dan saldo harian. Laporan bank juga berisi informasi tentang memo debet dan memo kredit. Memo debet adalah pengurangan atas rekening giro, selain dari cek yang dikeluarkan oleh giran. Misalnya memo debet untuk biaya bank dan cek kosong. Memo kredit adalah penambahan saldo rekening giro, selain dari setoran langsung giran. Misalnya memo kredit untuk jasa giro dari bank dan setoran pihak lain. E. Laporan Rekonsiliasi Bank Jika perusahaan membuka rekening giro di bank, akan terpelihara dua catatan yaitu catatan perusahaan dan catatan bank. Karena keduanya mencatat pos yang sama maka seharusnya dua catatan itu 4 Pengantar Akuntansi 2 menghasilkan saldo yang sama. Namun dalam kenyataannya, dua catatan itu tidak pernah sama, sehingga perlu dilakukan rekonsiliasi. Penyebab perbedaan saldo tersebut dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Beda waktu pencatatan Yang dimaksud dengan beda waktu ppencatatan yakni antara pemegang giran dan bank berbeda waktu mencatat transaksi yang sama. Hal ini umumnya terjadi di akhir bulan. Beda waktu pencatatan ini terdiri dari: a. Setoran dalam perjalanan/deposit intransit, yakni setoran perusahaan yang belum diterima oleh bank, misalnya, karena perusahaan melakukan penyetoran pada sore hari, setelah kegiatan pembukuan bank berhenti. Setoran ini sudah menambah saldi di buku perusahaan, tetapi belum menambah saldo di bank. b. Cek yang masih beredar/out standing cek, yaitu cek yang sudah dikeluarkan perusahaan tetapi belum dicairkan ke bank oleh penerima cek. Out standing cek ini sudah mengurangi saldo doperusahaan tetapi belum mengurangi saldo di bank. c. Memo kredit, yaitu penerimaan yang telah diakui dan dicatat oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk dalam memo kredit ini yaitu pendapatan jasa giro dan penerimaan transferan dari pihak lain. d. Memo debet, yaitu pengeluaran yang telah diakui dan dicatat oleh bank, namum belum dicatat oleh perusahaan. Termasuk dalam memo debet ini yakni biaya administrasi bank dan cek kosong. 2. Kesalahan pencatatan Bank atau perusahaan (atau kedua-duanya) telah melakukan kesalahan pencatatan. Sebagai contoh, bank mungkin mengurangi saldo rekening seorang pemegang giro untuk cek yang ditarik oleh pemegang giro yang lain. Sementara itu, pemegang giro mungkin salah mencatat jumlah rupiah cek yang telah diatariknya. Apabila salah satu pihak atau kedua-duanya melakukan kesalahan pencatatan, maka dapat dipastikan bahwa saldo menurut perusahaan tidak akian sama dengan saldo yang tercantum dalam 5 Pengantar Akuntansi 2 laporan bank. Untuk menyamakan saldo tersebut harus dibuat laporan rekonsiliasi bank, setelah laporan rekonsiliasi bank selesai dilanjutkan dengan membuat jurnal penyesuaian dan posting jurnal ke buku besar, sehingga pada buku besar bank yang ada diperusahaan menunjukkan saldo yang sudah sesuai dengan saldo simpanan di bank yang nampak pada laporan rekening koran. Adapun tahap-tahap dalam menyusun laporan rekonsiliasi bank adalah: 1. Tentukan saldo akhir menurut catatan perusahaan/giran dan saldo akhir menurut catatan bank/rekening koran bank. Saldo ini sudah tentu menunjukkan angka yang tidak sama. 2. Tambahkan atau kurangkan pada saldo per bank, hal-hal yang tercantum dalam pembukuan perusahaan tetapi tidak tercantum dalam laporan bank. a. Tambahkan setoran dalam perjalanan/deposi intransit pada saldo per bank. Setoran dalam perjalanan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara setoran-setoran yang tercantum dalam laporan bank dengan daftar penerimaan kas yang terdapat dalam pembukuan perusahaan. Setoran dalam perjalanan adalah setoran yang tercantum dalam pembukuan perusahaan, tetapi tidak tercantum sebagai setoran dalam laporan bank pada bulan yang bersangkutan. Apabila pada bulan yang lalu terdapat setoran dalam perjalanan, maka setoran tersebut akan nampak dalam laporan bank bulan ini. Jika tidak, berarti setoran tersebut telah hilang. b. Kurangkan cek dalam perjalanan/out standing cek dari saldo per bank. Cek dalam perjalanan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara cek-cek yang diuangkan di bank seperti tercantum dalam laporan bank dengan cek-cek yang dikeluarkan perusahaan seperti tercantum dalam jurnal pengeluaran kas. Cek dalam perjalanan adalah cek yang telah dikeluarkan perusahaan tetapi tidak nampak dalam laporan bank, karena penerima cek belum mencairkan cek tersebut ke bank. Pembandingan ini juga merupakan 6 Pengantar Akuntansi 2 3. 4. 5. 6. pengujian bahwa semua cek yang telah dibayar oleh bank adalah merupakan cek perusahaan yang sah dan telah dicatat dengan benar, baik oleh bank maupun oleh perusahaan. Cek dalam perjalanan sangat umum terjadi, sehigga merupakan hal yang paling sering tercantum dalam suatu laporan bank. Tambahkan atau kurangkan saldo perbuku, hal-hal yang tercantum dalam laporan bank, tetapi tidak tercatat dalam pembukuan perusahaan: a. Tambahkan saldo pada saldo per buku (a) penerimaanpenerimaan kas langsung melalui bank dan (2) pendapatan bunga atas saldo giro di bank. Kedua hal tersebut akan dapat diketahui dengan cara membandingkan antara setoransetoran yang tercantum dalam laporan bank dengan penerimaan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan. Kadang-kadang perusahaan belum mencatat kedua hal tersebut, sedangkan bank sudah mencatatnya. b. Kurangkan dari saldo per buku (a) biaya administrasi bank, (b) biaya pencetakan cek, dan (c) pengurangan yang telah dilakukan oleh bank lainnya (misalnya pengurangan karena adanya pengembalian cek kosong atau cek yang telah lewat waktu). Hal-hal tersebut akan dapat diketahui dengan cara membandingkan pengurangan-pengurangan yang terdapat dalam laporan bank dengan catatan perusahaan dalam jurnal pengeluaran kas. Kadang-kadang hal di atas belum dicatat perusahaan sedangkan bank sudah mencatatnya. Hitunglah saldo per bank dan saldo per buku/perusahaan yang telah disesuaikan. Kedua saldo tersebut harus sama. Buatlah jurnal penyesuaian dengan menyesuaian hal-hal penyebab perbedaan saldo yang terdapat pada bagian saldo menurut perusahaan. Perbaiki semua kesalahan yang terdapat dalam pembukuan perusahaan, dan sampaikan pemberitahuan ke bank jika bank telah melakukan kesalahan. Contoh Laporan Rekonsiliasi Bank 7 Pengantar Akuntansi 2 Pada tanggal 1 Oktober 2014, PT. WGAH membuka rekening giro di Bank BNI dengan setoran mula-mula Rp 40.000.000. Saldo menurut PT. WGAH pada akhir Oktober menunjukkan angka Rp 5.051.000 sedangkan menurut BNI saldonya Rp 5.278.000. Setelah dilakukan prosedur rekonsiliasi, diketahui bahwa perbedaan saldo di atas disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Setoran dalam perjalanan Rp 860.000 2. Cek yang masih beredar Rp 820.000 3. Jasa giro yang diberikan bank Rp 8.000 dan biaya bank Rp 10.000 4. Cek sebesar Rp 211.000 yang diterima perusahaan dari PT. Karuna ternyata dananya tidak mencukupi. 5. Bank berhasill menagihkan wesel nominal Rp 500.000. Terhadap jumlah ini dibebankan biaya tagih Rp 20.000 Berdasarkan informasi diatas diminta buatlah: 1. Laporan rekonsiliasi bank 2. Jurnal penyesuaian 3. Buku besar bank BNI pada pencatatan PT WGAH 8 Pengantar Akuntansi 2 1. Laporan Rekonsiliasi Bank PT WGAH LAPORAN REKONSILIASI BANK PER 31 OKTOBER Saldo menurut PT WGAH 5.051.000 Ditambah Penagihan wesel Jasa giro 480.000 Setoran dalam perjalanan 860.000+ 8.000+ 488.000+ Jumlah 5.539.000 Jumlah Dikurangi: Biaya bank 5.278.000 Ditambah Jumlah penambah Cek kosong Saldo menurut BNI 6.138.000 Dikurangi: 211.000 Cek beredar 820.000- 10.000 – Jumlah pengurang 221.000 - Saldo perusahaan yang benar 5.318.000 Saldo bank yang benar ======== 5.318.000 ======== 2. Ayat jurnal penyesuaian Menurut laporan rekonsiliasi bank di atas, saldo kas yang benar adalah Rp. 5.318.000. Prosedur rekonsiliasi bukanlah prosedur untuk membetulkan rekening bank dan rekening lainnya di buku besar. Oleh karena itusaldo rekening-rekening setelah rekonsiliasi tersebut masih tetap menunjukkan saldo-saldo semula. Untuk membetulkan saldo-saldo buku perusahaan kita harus membuat jurnal penyesuaian dan mempostingnya ke rekening-rekening yang bersangkutan. Adapun data untuk membuat jurnal penyesuaian adalah 9 Pengantar Akuntansi 2 laporan rekonsiliasi bank khususnya penyesuaian di bagian saldo menurut perusahaan. Jurnal-jurnal penyesuaian yang dibuat yaitu: Tanggal Keterangan Debet 31 Okt 2014 Bank BNI 480.000 Biaya Bank Kredit 20.000 Piutang wesel 500.000 (mencatat penerimaan piutang wesel dikurangi biaya tagih) 31 Okt 2014 Bank BNI 8.000 8.000 Pendapatan jasa giro (mencatat penerimaan jasa giro) 31 Okt 2014 Piutang PT Karuna 211.000 211.000 Bank BNI (mencatat penerimaan piutang dari PT Karuna ternyata cek dari PT Karuna kosong) 31 Okt 2014 Biaya bank 10.000 Bank BNI Jumlah Pengantar Akuntansi 2 10.000 729.000 729.000 10 10 c. Buku Besar Bank BNI di PT WGAH Tanggal Keterangan Debet Kredit 31 Okt 2014 Saldo sebelum rekonsiliasi 31 Okt 2014 Penerimaan piutang wesel 31 Okt 2014 Pendapatan jasa giro 31 Okt 2014 Cek Kosong PT Karuna 31 Okt 2014 Biaya bank Saldo 5.051.000 480.000 5.531.000 8.000 5.539.000 211.000 5.328.000 10.000 5.318.000 F. Bank Overdraft Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya di bank. Saldo overdraft pada salah satu rekening di bank disajikan sebagai utang lancar di neraca. G. Kas Kecil Salah satu cara pengendalian internal kas adalah segera menyetorkan ke bank semua penerimaan dan jika terjadi pengeluaran kas sebaiknya menggunakan cek/bilye giro. Namun untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil misalnya untuk membeli perangko, vas bunga, alas meja, biaya sosial dan biaya lainnya (yang jumlahnya relatif kecil) penggunaan cek tidak efektif. Alasan perlu dibentuknya sebuah dana kas kecil adalah bahwa pembayaran-pembayaran yang jumlahnya relatif kecil ini, yang sering terjadi, mungkin pada akhirnya juga dapat menjadi suatu jumlah tertentu yang cukup signifikan jika ditotal. Oleh sebab itu agar pengeluaranpengeluaran ini juga tetap dimonitor dengan baik maka pengendalian internal mutlak diperlukan, caranya adalah dengan membentuk sistem dana kas kecil. Untuk membentuk suatu kas kecil, perusahaan harus menaksir jumlah kas yang diperlukan untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya keperluan seminggu atau sebulan. Berikutnya perusahaan mengeluarkan Pengantar Akuntansi 2 11 11 cek dan menguangkannya ke bank untuk mengisi dana kas kecil tersebut. Atas pengeluaran cek ini dibuat jurnal sebagai berikut: Kas kecil xxx Bank xxx Dana kas kecil dikelola oleh seorang petugas yang disebut pemegang kas kecil. Pemegang kas kecil inilah yang bertanggungjawab atas penyimpanan dan pemakaian kas kecil. Setiap pemakaian kas kecil akan mengurangi jumlah kas kecil dan menambah jumlah bukti pengeluaran kas dalam peti kas. Apabila kas kecil hampir habis, maka harus segera diisi kembali. Untuk melakukan pengisian kembali pemegang kas kecil harus menunjukkan bukti-bukti pemakaian kas kecil dan menukarkannya ke kasir perusahaan. Kasir akan membubuhkan cap “Telah Dibayar” pada setiap lembar bukti pemakaian kas kecil. Selanjutnya kasir mengeluarkan cek dan menyerahkannya kepada pemegang kas kecil untuk segera diuangkan. Setelah cek diuangkan maka jumlah saldo kas kecil kembali seperti semula. Pada saat terjadi pemakaian kas kecil, perusahaan belum mencatat transaksi tersebut, tetapi pemegang kas kecil menyimpan bukti pengeluarannya. Jika kas kecil diisi kembali dan kasir mengeluarkan cek untuk mengisinya, maka pada saat itu dibuat jurnal dengan mendebet rekening biaya-biaya dan mengkredit rekening Bank. Pengoperasian kas kecil seperti diuraikan di atas disebut dengan imprest system/sistem dana tetap. Terdapat empat kegiatan pada manajemen kas kecil dengan sistem dana tetap yaitu: 1. Pembentukan kas kecil Kasir PT WGAH menyerahkan cek senilai Rp. 500.000 kepada pemegang dana kas kecil. Dana tersebut diperkirakan untuk membiayai pengeluaran dalam jumlah kecil selama dua minggu. Transaksi tersebut dijurnal Dana Kas Kecil Rp 500.000 Bank Rp 500.000 2. Menggunakan dana kas kecil Sampai dengan minggu kedua dana kas kecil yang terpakai sejulah Rp 240.000, untuk pemakaian dana kas kecil tidak terdapat penjurnalan, Pengantar Akuntansi 2 12 12 melainkan hanya pencatatan memorial yang dibuat oleh pemegang kas kecil dan mengumpulkan bukti pemakaian kas kecil. 3. Mengisi kembali dana kas kecil Pada awal minggu ketiga ketika dilakukan pengisian dana kas kecil, pemegang kas kecil akan menyerahkan bukti pemakaian kas kecil kepada kasir dan menyerahkan dana sebesar Rp 240.000. Pengisian kembali kas kecil tersebut di buatkan jurnal sebagai berikut: Biaya-biaya Rp 240.000 Kas/bank Rp 2400.000 Dengan dilakukan pengisian kembali jumlah saldo kas kecil tetap sejumlah Rp 500.000, selain itu, penjurnalan atas pengisian kembali dimaksudkan untuk mengakui biaya-biaya yang terjadi dan menyajikannya pada laporan laba/rugi dan menunjukkan jumlah kas kecil yang akan dilaporkan di Neraca. 4. Penyesuaian Dalam hal tidak dilakukan pengisian kembali kas kecil pada akhir periode, maka perlu dibuat jurnal penyesuaian. Jurnal penyesuaian ini untuk mengakui biaya sejak pengisian sebelumnya sampai akhir periode. Misalnya pada contoh diatas tidak dilakukan pengisian kas kecil sampai dengan akhir periode, maka jurnal yang dibuat adalah: Biaya-biaya Rp 240.000 Kas Kecil Rp 240.000 Dengan jurnal penyesuaian ini maka jumlah kas kecil yang dilaporkan di Neraca adalah sebesar Rp 260.000 (Rp 500.000- Rp 240.000). Pada hari kerja pertama periode berikutnya jurnal penyesuaian di ata dibuatkan jurnal pembali sebagai berikut: Kas Kecil Rp 240.000 Biaya-biaya Rp 240.000 H Selisih Kas Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan bukti pendukung. Hal ini terjadi karena sulitnya mencari uang receh. Jika selisih kas menguntungkan dimana fisik uang lebih banyak dari bukti pendukung maka akan diakui sebagai pendapat di luar usaha, sedangkan sebaliknya jika fisik bukti pendukung lebih banyak dari fisik Pengantar Akuntansi 2 13 13 uang maka akan diakui sebagai biaya di luar usaha dan rekening lawannya adalah kas kecil. Apabila jumlah selisih kas material, hal ini mungkin disebabkan oleh hal lain diluar kesulitan mencari uang receh. Kondisi tersebut harus disampaikan kepada manajemen dan dicari penyebabnya agar bisa dilakukan tindakan korektif dan preventif. I Penyajian Kas di Neraca Penyajian aktiva lancar dalam neraca disusun berdasarkan tingkat likuditasnya. Kas lebih lancar dibandingkan piutang, piutang lebih lancar dibandingkan dengan persediaan dan seterusnya. Jadi kas merupakan aktiva lancar yang paling lancar. Karena kas merupakan aktiva yang paling lancar yang dimiliki perusahaan, maka kas disajikan pertama/paling atas. Kas terdiri dari kas di bank, kas diperusahaan dan kas kecil. Sedangkan setara kas adalah investasi yang sangat likuid yang dapat dikonversi menjadi uang kas dalam jangka waktu yang sangat segera biasanya kurang dari 3 bulan (90 hari). Investasi ini pada awalnya sengaja dilakukan perusahaan dengan maksud untuk mendapatkan pendapatan dari uangnya kas yang menganggur. Contoh dari setara kas ini adalah sertifikat deposito yang diterbitkan bank, surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki peringkat kredit yang baik (commercial paper), obligasi atau surat utang yang diterbitkan perusahaan, obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah/negara. Rangkuman 1. Pengendalian intern terhadap kas penting dilakukan karena kas merupakan aktiva lancar yang paling mudah diselewengkan, hal tersebut karena kas memiliki karakteristik sebagai berikut: a.Bentuknya kecil, mudah dipindahtangankan dan bobotnya ringan b. Tidak ada identitas siapa pemiliknya 2. Pengendalian intern terhadap kas, dilakukan terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. 3. Pembuatan catatan ganda kas di perusahaan dan di bank merupakan salah satu cara pengendalian intern terhadap kas. Pengantar Akuntansi 2 14 14 4. Jika perusahaan memiliki rekening giro di bank, maka pada setiap akhir periode perusahaan akan menerima laporan bank atau laporan rekening koran. Saldo catatan kas akhir periode di bank menurut versi rekening koran dengan saldo catatan kas di perusahaan tidak pernah sama, dan untuk menyesuaikan catatan tersebut dibuat laporan rekonsiliasi bank. 5. Terdapat dua penyebab perbedaan saldo kas di bank dengan saldo kas menurut catatan bank yakni: (1) beda waktu pencattan dan (2)kesalahan pencatatan. 6. Bank overdraft terjadi ketika pemilik rekening giro/giran mengeluarkan cek atau bilyet giro melebihi saldo rekeningnya di bank. 7. Terdapat dua cara untuk menyelenggarakan kas kecil yakni sistem dana tetap (imprest sistem) dan sistem berubah-ubah (fluktuatif sistem). Untuk tujuan pengendalian intern terhadap kas, metode dana tetap lebih baik digunakan. 8. Yang dimaksud dengan selisih kas adalah perbedaan fisik uang dengan bukti pendukung. 9. Di Neraca kas disajikan pada urutan pertama karena kas merupakan aktiva lancar yang paling lancar. Bahan diskusi 1. Bagaimana pengendalian internal atas penerimaan kas dilakukan? 2. Bagaimana cara pengendalian internal atas pembayaran kas yang menggunakan cek? 3. Bagaimana kas disajikan di neraca? 4. Apa yang dimaksud dengan laporan rekonsiliasi bank dan apa tujuan dibuat laporan rekonsiliasi bank? 5. Mengapa selisih kas dicatat ke dalam rekening pendpatan/biaya non operasional? Pengantar Akuntansi 2 15 15 Latihan soal 1. Pada waktu memeriksa kas PT WGAH anda menemukan kas kecil Rp 2500 (Imprest system). Perusahaan mengadakan pengisian kembali tanggal 15 Januari (sekarang 31 Desember). Dari jumlah kas kecil tersebut menurut perusahaan Rp 1.850 dikeluarkan sebagai biaya, sedangkan menurut pemeriksaan hanya Rp 1.250 dikeluarkan sebagai biaya. Dan pengeluaran lainnya tidak ada buktinya. Diminta buatlah jurnal-jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi yang berhubungan kas kecil di PT WGAH 2. Sebutkan termasuk kelompok kas atau non kas kah, itemitem berikut: a. NSF checks b. Saving account c. Postage stamp d. Postdated checks e. US $ 100 f. Cash on hand g. Cash on sinking fund h. Travel advanced i. Bank overdraft j. Traveller’s checks 3. PT Bintang menyetor kasnya ke bank mandiri setiap hari dalam rekening gironya. Setiap pengeluaran yang jumlahnya relatif besar (diluar penggunaan kas kecil) selalu menggunakan cek. Berikut ini informasi yang berguna untuk menyusun laporan rekonsiliasi bank. a. Saldo kas di bank mandiri per buku PT Bintang pada awal Desember adalah Rp 432.000.000 b. Penerimaan kas selama bulan Desember Rp 1.000.000.000 c. Pengeluaran kas selama bulan Desember Rp 532.000.000 d. Deposit intransit bulan Desember Rp 250.000.000 e. Out standing check bulan Desember Rp 235.600.000 Pengantar Akuntansi 2 16 16 f. Memo debet dari bank untuk biaya bulan Desember Rp 23.400.000 g. Memo kredit dari bank untuk jasa giro Rp 3.200.000 h. Cek PT Lintang sebagai setoan ke PT Bintang langsung disetor ke bank Mandiri sebesar Rp 67.800.000 i. Setoran UD. Bintang sbesar Rp 137.600.000 oleh bank mandiri dicatat sebagai setoran PT Bintang. j. Cek CV Sintang dicatat sebagai cek PT Bintang oleh bank Mandiri sebesar Rp 117.500.000 k. Cek sebesar Rp 96.000.000 oleh kasir PT Bintang dicatat sebesar Rp 69.000.000 cek ini untuk membayar utang dagang ke PT Gemilang l. Menurut rekening giro saldo PT Bintang di bank Mandiri per 31 Desember Rp 926.300.000 Diminta buatlah: a. Laporan rekonsiliasi bank per 31 Desember b. Buatlah jurnal penyesuaian 4. Pada tanggal 2 Januari 2015 anda menemukan bukti-bukti kas kecil sebagai berikut: Uang kertas dan koin Rp 15.160 Kas bon pegawai Rp 45.000 Amplop berisi tiket sepak bola yang ditonton oleh staf Rp 30.000 Voucher untuk servis printer Rp 40.000 Materai Rp 18.000 Voucher untuk telepon Rp 65.000 Cek mundur untuk tanggal 15 Jan 2015 Rp 5.000.000 NSF Cheks Rp 7.000.000 Pegawai menukar cek Rp 9.900.000 Jumlah seluruh kas dan bukti Rp 400.400 Jumlah kas kecil pada buku kas kecil Rp 400.000 Buatlah jurnal yang diperlukan untuk mengakui biaya dan melakukan koreksi atas selisih kas Pengantar Akuntansi 2 17 17 Tgl 1 5 7 10 20 24 25 27 28 28 28 5. PT Gargita membuka rekening giro di Mega pada tanggal 1 Februari 2015. Berikut ini informasi yang berkaitan dengan giro tersebut. Laporan bank untuk bulan Februari sebagai berikut: Bank Mega Jl. Tibung Sari Nomor1 Dalung Badung Laporan Giro Nomor 721020 Atas nama PT Gargita Untuk Bulan Februari 2015 (dlm Rp) Keterangan Debet Kredit Saldo Setoran awal 100.000.000 100.000.000 Setoran 75.000.000 175.000.000 Cek No 0010 40.000.000 135.000.000 Cek No 0011 53.000.000 82.000.000 Setoran 100.000.000 182.000.000 Cek No 0014 25.000.000 157.000.000 Cek No 0013 30.000.000 127.000.000 Setoran 140.000.000* 267.000.000 Cek No 0016 70.000.000 197.000.000 Biaya bank 12.000.000 185.000.000 Jasa giro 15.000.000 200.000.000 *Jumlah ini adalah setoran CV. Gargita yang keliru dicatat oleh Bank sebagai setoran PT. Gargita. Pengantar Akuntansi 2 18 18 Menurut catatan PT Gargita saldo di Bank Mega per 28 Februari adalah Rp 75.000.000 dengan rician sebagai berikut: Setoran awal Rp. 100.000.000 Ditambah: Setoran tambahan Setoran tanggal 4 Rp 75.000.000 Setoran tanggal 19 Rp 100.000.000 Setoran tanggal 28 Rp 50.000.000 + Jumlah setoran Rp 225.000.000+ Saldo sebelum penarikan Rp 325.000.000 Dikurangi: penarikan cek-cek Cek Nomer 0010 Rp 40.000.000 Cek Nomer 0011 Rp 35.000.000 Cek Nomer 0013 Rp 30.000.000 Cek Nomer 0014 Rp 25.000.000 Cek Nomer 0015 Rp 40.000.000 Cek Nomer 0016 Rp 70.000.000 Cek Nomer 0017 Rp 10.000.000+ Jumlah penarikan Saldo kas di Bank per 28 Februari Rp 250.000.000 – Rp 75.000.000 Diminta buatlah: Laporan rekonsiliasi bank dan jurnal penyesuaian Catatan: 1. Jika terdapat perbedaan angka untuk setoran atau cek antara catatan perusahaan dengan bank maka anggaplah kesalahan dilakukan oleh perusahaan. 2. Cek no 0012 dibatalkan Pengantar Akuntansi 2 19 19 BAB II AKUNTANSI INVESTASI PADA SURAT BERHARGA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan memahami: A. Tujuan Investasi Surat Berharga B. Pencatatan Investasi Surat Berharga Saham C. Pencatatan Investasi Surat Berharga Obligasi D. Penilaian Surat Berharga E. Penyajian Surat Berharga F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya Jika perusahaan memiliki kas yang menganggur dalam jumlah material, maka biasanya kas tersebut digunakan untuk berinvestasi dalam surat berharga jangka pendek. Investasi tersebut biasanya berupa pembelian surat berharga saham dan obligasi dengan jangka waktu kurang dari tiga bulan. Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri: 1. Jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari) 2. Mampu menghasilkan laba (Profitable) 3. Mempunyai harga pasar yang relatif stabil 4. Dapat dijual setiap saat (marketable) A. Tujuan Investasi Surat Berharga Tujuan utama dilakukannya investasi surat berharga jangka pendek adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan kas. Jika diuraikan secara rinci tujuan perusahaan melakukan investasi dalam surat berharga adalah: 1. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham (termasuk keuntungan dari selisih harga jangka pendek); banyak perusahaan yang tidak puas dengan tingkat Pengantar Akuntansi 2 20 20 2. 3. 4. 5. suku bunga yang rendah yang ditawarkan oleh deposito bank sehingga perusahaan lebih memilih atau beralih ke alternatif investasi lain (investasi obligasi dan saham) dengan menerima tingkat risiko yang lebih tinggi pula. Jika investor melakukan investasi dalam saham perusahaan akan mendapatkan dividen dan atau keuntungan dari selisih harga jangka pendek (capital gain) bukan untuk mempengaruhi atau mengendalikan perusahaan investee. Jika investor berinvestasi dalam obligasi maka akan diperoleh bunga/kupon. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya meskipun dalam kondisi yang sulit (resei ekonomi); nanti pada saat keadaan perekonomian kurang menguntungkan, investasi ini akan segera dicairkan. Jadi, investasi dilakukan untuk memberikan perusahaan ketersediaan sumber dana yang dapat ditarik kembali pada saat diperlukan. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman; kelebihan kas yang terjadi selama penjualan musiman akan lebih menguntungkan bagi perusahaan apabila diinvestasikan dalam bentuk sekuritas (obligasi dan saham) dibanding disimpan di bank. Nanti, begitu saat penjualan musiman tiba kembali maka investasi ini akan dicairkan dan dananya akan dipakai untuk membeli persediaan barang dagangan. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah, mempengaruhi dewan komisaris, atau untuk mendiversifikasi produk yang ditawarkan; sebagai contoh adalah perusahaan pembuat helm yang menyerahkan pekerjaan pengecatannya kepada sebuah perusahaan khusus, sehingga untuk menjamin kesinambungan dari kontrak pekerjaan pengecatan ini maka perusahaan pembuat helm tersebut mungkin akan membeli 20% hingga 50% kepemilikan saham di perusahaan pengecatan tersebut. Dalam hal ini berarti bahwa alasan perusahaan melakukan investasi dalam saham adalah untuk mempengaruhi perusahaan investee. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain; dalam hal ini perusahaan induk menguasai lebih dari Pengantar Akuntansi 2 21 21 50% kepemilikan saham di perusahaan anak, di mana perusahaan induk melalui investasinya tersebut bermaksud bukan lagi hanya sekedar untuk memperoleh dividen ataupun mempengaruhi perusahaan anak melainkan lebih dari itu, yaitu ingin mengendalikan seluruh aktivitas di perusahaan anak. B. Pencatatan Surat Berharga Saham Pembelian surat berharga (saham dan obligasi) di debet sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga faktur ditambah dengan biaya pembelian meliputi komisi, pajak dan materai. 1. Pembelian surat berharga saham Pembelian surat berharga saham dicatat dengan mendebet surat berharga saham sebesar harga perolehannya. Cara penentuan harga perolehan adalah dengan mengalikan jumlah lembar saham yang dibeli dengan harga perlembar dikalikan kurs kemudian hasilnya ditambah dengan biaya pembelian misalnya biaya komisi dan materai. Contoh Pada tanggal 27 September PT Unilever membeli 2.000 lembar saham PT Gudang Garam dengan harga Rp 11.000 per lembar. Kurs beli saat itu 105% dan biaya pembelian Rp 2.500.000. Jurnal yang dibuat oleh PT Unilever untuk mencatat transaksi pembelian saham tersebut adalah Surat berharga – Saham Rp 25.600.000 Kas Rp 25.600.000 Perhitungan 2.000 lembar x Rp 11.000 x 105% Biaya pembelian Harga perolehan 2.000 lembar saham = 23.100.000 = 2.500.000 = 25.600.000 2. Penerimaan dividen kas Yang dimaksud dengan dividen kas adalah dividen dalam bentuk uang tunai yang diterima oleh perusahaan yang berinvestasi dalam surat berharga saham. Selain dividen kas masih ada dividen lainnya yakni Pengantar Akuntansi 2 22 22 property dividen yakni dividen dalam bentuk aktiva selain kas. Selain itu ada juga dividen yang diterima dalam bentuk saham. Dengan menggunakan contoh soal di atas, jika PT. Gudang Garam membagikan dividen kepada pemegang saham dengan dividen per lembar adalah Rp 5.000 maka jurnal penerimaan kas yang dibuat oleh PT Unilever adalah: Kas Rp 10.000.000 Pendapatan dividen Rp 10.000.000 3. Penjualan kembali Jika obligasi yang telah dibeli kemudian dijual kembali, maka pencatatannya dilakukan dengan mengkredit rekening surat berharga sebesar harga perolehan yang dijual. Selisih harga jual bersih/penerimaan kas bersih dan harga perolehan merupakan keuntungan atau kerugian. Misalnya, surat berharga saham PT Gudang Garam yang dibeli pada tanggal 27 September dijual sebanyak 1.500 lembar pada tanggal 30 November dengan harga jual bersih perlembar Rp 13.500. Jurnal untuk mencatat penjualan ini adalah: Perhitungan (dalam Rp): Harga jual bersih 1.500 lembar x Rp 13.500 Harga perolehan 1.500 lbr (1.500/2.000X25.600.000 Laba penjualan 500 lembar saham =20.250.000 =19.200.0001.050.000 Jurnal: 30 November Kas 20.250.000 Surat berharga saham PT G G 19.200.000 Laba penjualan 1.050.000 Laba rugi yang timbul dari penjualan surat berharga dalam laporan L/R dikelompokkan dalam laba atau rugi di luar usaha. Pengantar Akuntansi 2 23 23 C. Pencatatan Surat Berharga Obligasi 1. Pembelian surat berharga obligasi Pembelian obligasi dicatat dengan mendebet rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan. Harga perolehan diperoleh dengan cara mengalikan kurs dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar kemudian hasilnya ditambahkan dengan biaya pembelian. Contoh soal PT Makmur pada tanggal 1 April 2013 membeli 25.000 lembar obligasi PT Sejahtera dengan nilai nominal Rp 15.000 per lembar. Kurs obligasi 105%. Biaya pembelian Rp 6.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 31 Maret dan 30 September. Pembelian obligasi ini dicatat sebagai berikut: Perhitungan(dalam Rp): Kurs 105% x 25.000 x Rp 15.000 Biaya pembelian Harga perolehan = 393.750.000 = 6.500.000+ = 400.250.000 Jurnal Surat Berharga Obligasi PT Sejahtera Kas 400.250.000 400.250.000 2. Penerimaan bunga Penerimaan bunga atas pembelian obligasi dicatat dengan mengkredit rekening pendapatan bunga. Jumlah pendapatan bunga dihitung dengan cara mengalikan periode bulan, sejak tanggal pembelian sampai dengan tanggal pembayaran bunga kemudian dibagi 12 (jika persentase bunga tahunan), dikalikan dengan jumlah lembar dikalikan harga perlembar dikalikan dengan persentase bunga. Pada tanggal 30 September PT Makmur akan memperoleh pendapatan bunga atas pembelian obligasi PT Sejahtera. Jumlah pendapatan bunga yang diterima PT Makmur pada tanggal 30 September dihitung sebagai berikut: 6/12 x 25.000 x Rp 15.000 x 14% =Rp 26.250.000 Pengantar Akuntansi 2 24 24 Jurnal pada tanggal 30 September Kas Rp 26.250.000 Pendapatan bunga Rp 26.250.000 3. Penjualan kembali Jika obligasi tersebut dijual kembali, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penjualan kembali obligasi tersebut adalahdengan mengkredit rekening surat berharga obligasi sebesar harga perolehan yang terjual. Selisih antara harga jual bersih dengan harga perolehan dicatat dalam rekening laba atau rugi di luar usaha. Misalnya pada tanggal 2 Oktober 2014 seluruh obligasi terjual dengan harga jual bersih Rp 415.000.000 Jurnal yang dibuat pada tanggal 2 Oktober adalah Kas Rp 415.000.000 Surat Berharga-Obligasi PT Sejahtera Rp 400.250.000 Laba penjualan surat berharga Rp 14.750.000 4. Transaksi jual beli obligasi tidak pada tanggal bunga Penjualan maupun pembelian obligasi yang dilakukan pada tanggal yang tidak sama dengan tanggal bunga menimbulkan istilah bunga berjalan. Bunga berjalan adalah bunga yang timbul jika tanggal penjualan atau pembelian obligasi tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga. Lamanya bunga berjalan adalah tanggal bunga terakhir sebelum tanggal transaksi penjualan atau pembelian sampai dengan tanggal transaksi penjualan atau pembelian tersebut. a. Pembelian Misalnya, pada tanggal 1 April PT Gemilang membeli 5.000 lembar obligasi PT Senandung, dengan nominal Rp 10.000 per lembar. Kurs obligasi 110%. Biaya pembelian Rp 2.500.000. Bunga obligasi 14% dibayar tiap 1 Mei dan 1 November. Perhitungan harga perolehan investasi dan jumlah kas yang dibayar oleh PT Gemilang adalah sebagai berikut: Perhitungan harga perolehan 5.000 lembar obligasi PT Senandung: Pengantar Akuntansi 2 25 25 Kurs 110% x 5.000 lbr X Rp 10.000 = 55.000.000 Biaya pembelian = 2.500.000 + Harga perolehan = 57.500.000 Bunga berjalan 5 bulan (1 Nov-1 Apr) 5/12x14%x5.000xRp 10.000 = 2.917.000 + Kas yang dikeluarkan PT Gemilang = 60.417.000 Bunga berjalan yang dibayar tidak boleh diperlakukan sebagai penambah harga perolehan investasi, melainkan hanya sebagai pengurang pendapatan bunga. Terdapat dua cara mencatat bunga berjalan yakni dengan menggunakan pendekatan laba rugi dan pendekatan neraca. 1). Jurnal untuk mencatat pembelian obligasi pada tanggal 1 April dan penerimaan bunga pada tanggal 1 Mei adalah sebagai berikut: Jurnal pembelian 1 April Surat Berharga Obligasi PT S Rp 57.500.000 Pendapatan bunga Rp 2.917.000 Kas Rp 60.417.000 Jurnal penerimaan bunga 1 Mei Kas Rp 3.500.000 Pendapatan bunga Rp 3.500.000* 6/12 x 5.000 lbr x Rp 10.000 x 14% Jika kedua jurnal diposting, maka rekening pendapatan bunga akan bersaldo Rp 583.000. Jumlah ini tepat dengan perhitungan bunga selama satu bulan bagi PT Gemilang (1/12x 5.000 lembar x Rp 10.000 x 14%) 2). Pendekatan Neraca Jika menggunakan pendekatan neraca untuk mencatat bunga berjalan yang timbul pada saat pembelian obligasi, maka jurnal pembelian dan penerimaan bunga dicatat sebagai berikut: Surat berharga obligasi PT S Rp 57.500.000 Pengantar Akuntansi 2 26 26 Piutang bunga Kas Rp 2.917.000 Rp 60.417.000 Ketika menerima bunga untuk pertama kalinya yakni pada tanggal 1 Mei, jurnal yang dibuat sebagai berikut: Kas Rp 3.500.000 Piutang bunga Pendapatan bunga Rp 2.917.000 Rp 583.000 Apabila dua jurnal di atas diposting, maka rekening Piutang Bunga bersaldo nol dan rekening Pendapatan bunga bersaldo kredit Rp 2.917.000. Jadi, dengan pendekatan mana pun untuk mencatat bunga berjalan, pendapatan bunga akan selalu sama yaitu Rp 2.917.000 Penerimaan bunga pada tanggal-tanggal penerimaan bunga berikutnya dilakukan dengan mendebet kas dan mengkredit rekening pendapatan bunga. b. Penjualan Selisih antara harga perolehan dengan harga jual yang terjadi pada saat penjualan investasi sementara obligasi diakui sebagai kerugian atau keuntungan. Bunga berjalan tidak boleh diperhitungkan di dalam menentukan kerugian atau keuntungan penjualan obligasi. Misalnya pada tanggal 1 Juli 1.000 lembar obligasi PT Senandung dijual dengan harga jual bersih Rp 14.000.000. Jurnal yang dibuat oleh PT Gemilang untuk mencatat penjualan surat berharga obligasi tersebut adalah sebagai berikut: Jurnal penjualan tanggal 1 Juli Kas 14.233.300 Surat berharga obligasi PT S Pendapatan bunga Laba penjualan surat berharga Pengantar Akuntansi 2 11.500.000 2.500.000 233.300 27 27 Perhitungan Harga jual bersih 1.000 lembar 14.000.000 Harga perolehan 1.000 lembar: (1.000/5.000)xRp 57.500.000 11.500.000 Laba penjualan obligasi 2.5000.00 Harga jual bersih 14.000.000 Bunga berjalan 2 bulan (1 Mei – 1 Juli) 2/12x14%x 1.000 lembarXRp 10.000 233.300+ Kas yang diterima PT Gemilang 14.233.300 c. Penyesuaian bunga berjalan di akhir periode Masih menggunakan contoh soal PT Gemilang yang membeli surat berharga obligasi PT Senandung, setelah pada tanggal 1 Juli surat berharga obligasi PT Senandung dijual sebanyak 1.000, dengan asumsi sampai dengan tanggal 31 Desember tidak terjadi lagi transaksi penjualan surat berharga obligasi PT Senandung, maka akan terdapat sisa 4.000 lembar surat berharga obligasi PT Senadung yang masih di pegang oleh PT Gemilang. Pada tanggal 31 Desember, disaat PT Gemilang melakukan proses tutup buku, namun tanggal tutup buku tidak bersamaan dengan tanggal penerimaan bunga (karena tanggal pembayaran bunga tiap 1 Mei dan 1 November) maka hak bunga dalam 1 bulan (1 November-31 Desember) perlu dibuatkan jurnal penyesuaian. Besarnya bunga berjalan adalah 2/12x14%x4.000lembarxRp 10.000= Rp 933.300 Jurnal penyesuaian bunga berjalan tanggal 31 Desember Piutang bunga Rp 933.300 Pendapatan bunga Rp 933.300 Pada tanggal 2 Januari periode berikutnya dibuatkan jurnal pembalik, tujuannya adalah untuk mempermudah pencatatan penerimaan bunga tanggal 1 Mei periode berikutnya.. Jurnal pembalik yang dibuat tanggal 2 Januari adalah: Pengantar Akuntansi 2 28 28 Pendapatan bunga Piutang bunga Rp 933.300 Rp 933.300 Jika tidak terjadi penjualan obligasi sampai dengan tanggal 1 Mei, pendapatan bunga yang diterima tanggal 1 Mei adalah 6/12x14%x4.000 lembar x Rp 10.000 = Rp 2.800.000, jurnal yang dibuat Kas Rp 2.800.000 Pendapatan bunga Rp 2.800.000 D. Penilaian Surat Berharga Menurut konsep biaya historis, menyatakan bahwa aktiva, utang modal dan biaya dicatat sebesar harga perolehannya. Dengan menggunakan konsep ini, investasi dalam surat berharga dicatat sebesar harga perolehannya. Namun menurut PSAK No. 13 menyebutkan: “Investasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar”. Yang dimaksud biaya dalam hal ini adalah harga perolehan dan nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu investasi dalam pasar yang aktif. Penilaian surat berharga dengan harga terendah antara harga perolehan/cost dengan harga pasar/market disebut juga dengan metode COMWIL (Cost Or Market Which Ever Is Lower). Apabila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki ternyata lebih rendah dari harga perolehannya dengan selisih yang material, tidak penurunan tersebut tidak bersifat sementara, maka surat berharga yabg dicantumkan dalam aktiva lancar dalam neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya. Di sini akan diakui adanya kerugian yang belum terjadi. Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca. Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan dengan mendebet rekening rugi penurunan nilai surat berharga dan kreditnya cadangan penurunan nilai surat berharga. Rugi penurunan nilai surat berharga termasuk dalam kelompok rugi di luar usaha dalam laporan laba rugi, sedangkan cadangan penurunan nilai surat berharga akan di cantumkan di dalam neraca mengurangi rekening Pengantar Akuntansi 2 29 29 surat berharga. Apabila terjadi penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya maka laba rugi penjualan dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru (sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga). Cara yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar dapat diterapkan kepada surat-surat berharga dengan dua cara: 1. Diterapkan kepada jumlah keseluruhan surat berharga 2. Diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga. Sebagai contoh penerapan cara-cara di atas misal diketahui data investasi surat berharga PT WGAH pada tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut (dlm Rp): Keterangan Harga Harga COMWIL Perolehan pasar masingmasing SB 10.000 lbr obligasi PT Karuna 50.000.000 45.000.000 45.000.000 10.000 lbr saham preferent PT 60.000.000 65.000.000 60.000.000 Nadia, 13% 20.000 lbr saham biasa PT Sasa 40.000.000 47.000.000 40.000.000 Jumlah 150.000.000 157.000.000 145.000.000 Jika metode comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, maka dibandingkan antara Rp 150.000.000 dengan Rp 157.000.000 yang lebih rendah adalah harga perolehannya, sehingga di neraca investasi surat berharga disajikan dengan harga Rp 150.000.000 sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 7.000.000 Jika metode comwil diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga, maka nilai surat berharga di neraca disajikan dengan harga Rp 145.000.000, sehingga kerugian yang diakui adalah sebesar Rp 5.000.000 (Rp 150.000.000-Rp 145.000.000). Misalnya comwil diterapkan kepada keseluruhan surat berharga, jurnal yang dibuat pada tanggal 31 Desember untuk mengakui kerugian penurunan surat berharga adalah: Rugi penurunan surat berharga Rp 5.000.000 Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000 Pengantar Akuntansi 2 30 30 E. Penyajian Surat Berharga Di dalam neraca surat berharga disajikan sebagai aktiva lancar, jika menggunakan metode comwil, surat berharga disajikan sebesar harga perolehannya dikurangi dengan cadangan penurunan nilai surat berharga. Masih menggunakan contoh investasi PT WGAH (comwil secara keseluruhan) surat berharga disajikan dengan nilai Rp 150.000.000 dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000 sehingga nilai bersihnya Rp 145.000.000. F. Penjualan Kembali Surat Berharga Yang Sudah Dicadangkan Penurunan Nilainya Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan. Misalnya tanggal 2 Januari 2015 semua surat berharga PT WGAH dijual dengan harga jual bersih Rp 175.000.000, penjualan surat berharga tersebut di jurnal sebagai berikut: Kas Rp 175.000.000 Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 5.000.000 SB Obligasi PT Karuna Rp 50.000.000 SB Saham Preferm PT Nadia Rp 60.000.000 SB Saham Biasa PT Sasa Rp 40.000.000 Laba penjualan SB Rp 30.000.000 Laba penjualan surat berharga sebesar Rp 30.000.000 dihitung dengan cara sebagai berikut: Harga jual Rp 175.000.000 Harga perolehan Rp 150.000.000 Cadangan penurunan Rp 5.000.000 Nilai bersih Rp 145.000.000Laba penjualan Rp 30.000.000 Apabila tahun 2015 surat berharga dijual tidak sekaligus, maka akan timbul masalah menghitung penurunan nilai untuk tiap jenis surat berharga, terutama bila perhitungannya untuk keseluruhan jumlah surat Pengantar Akuntansi 2 31 31 berharga. Dalam hal penurunan nilai dihitung untuk keseluruhan surat berharga, dan penjualan surat berharga itu tidak sekaligus, maka tiap kali terjadi penjualan surat berharga tidak dilakukan penyesuaian pada rekening cadangan penurunan nilai. Rekening cadangan ini baru akan disesuaikan pada akhir periode. Misalnya tanggal 1 Februari 2015 dijual 10.000 lembar obligasi PT Karuna dengan kurs 110 dan biaya penjualan Rp 1.500.000, perhitungan dan jurnal penjualan obligasi PT Karuna adalah sebagai berikut: Harga kurs (110/100)x 10.000 lbr X Rp 5.000 = Rp 55.000.000 Biaya penjualan Rp 1.500.000 Harga jual bersih Rp 53.500.000 Harga perolehan Rp 50.000.000 Laba penjualan Rp 3.500.000 Jurnal penjualan Kas Rp 55.000.000 SB obligasi PT Karuna Laba penjualan Rp 50.000.000 Rp 3.500.000 Dengan jurnal seperti di atas, rekening cadangan penurunan nilai surat berharga tidak berubah saldonya, yaitu masih sebesar Rp 5.000.000. Saldo in terbawa sampai dengan tanggal 31 Desember 2015. Pada akhir tahun 2015 dilakukan perbandingan antara harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki, sehingga dapat diketahui berapa besar penurunan nilainya. Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan dengan saldo rekening cadangan penurunan nilai surat berharga, dan rekening ini disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember 2015. Misalnya tanggal 31 Desember 2015 harga perolehan surat berharga Rp 100.000.000 sedangkan harga pasarnya Rp 88.000.000. Penurunan nilai yang terjadi sebesar Rp 12.000.000 sedangkan saldo cadangan penurunan yang tersedia dalah Rp 5.000.000, maka jurnal penyesuaian yang dibuat adalah: Rugi penurunan nila surat berharga Rp 7.000.000 Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp 7.000.000 Pengantar Akuntansi 2 32 32 Rangkuman 1. Suatu investasi dalam surat berharga dikatakan sebagai investasi jangka pendek jika memiliki ciri-ciri: (1)jangka waktu penanamannya kurang dari tiga bulan (90 hari), (2) mampu menghasilkan laba (Profitable) (3)mempunyai harga pasar yang relatif stabil (d)dapat dijual setiap saat (marketable). 2. Tujuan Investasi Surat Berharga adalah: a. Untuk memperoleh pendapatan bunga dari investasi obligasi atau dividen dari investasi saham. b. Sebagai antisipasi atau untuk menjamin bahwa perusahaan tetap dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya. c. Memanfaatkan kelebihan kas yang tidak terpakai dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai hasil dari puncak penjualan musiman. d. Untuk menjamin tersedianya bahan mentah. e. Untuk mengendalikan aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dari perusahaan lain. 3. Pencatatan pembelian investasi surat berharga dilakukan dengan mendebet surat berharga sebesar harga perolehannya. 4. Pembelian surat berharga obligasi dimana tanggal pembelian tidak bersamaan dengan tanggal pembayaran bunga akan menimbulkan bunga berjalan. 5. Menurut PSAK No. 13, nvestasi yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar harus dicatat dalam neraca pada nilai terndah antara biaya dan nilai pasar. 6. Jika surat berharga yang sudah dicadangkan penurunan nilainya kemudian dijual, maka cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan. Bahan Diskusi 1. Apa yang dimaksude dengan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas? 2. Apa tujuan perusahaan melakukan investasi pada sekuritas utang dan sekuritas ekuitas? Pengantar Akuntansi 2 33 33 3. Bagaimana pencatatan pembelian investasi pada sekuritas utang dan sekuritas investasi? 4. Apa yang dimaksud dengan bunga berjalan? 5. Bagaimana perlakuan bunga berjalan? 6. Bagaimana penilaian surat berharga? 7. Apa yang disebut dengan metode COMWIL? 8. Jika di kaitkan dengan prinsip akuntansi, prinsip yang manakah yang mendasari comwil tersebut? Latihan soal 1. PT Ganendra mempunyai kebijakan penanaman kas yang menganggur ke dalam surat berharga sejak tahun 2011. Empat tahun sejak 2011 terdapat saldo harga pokok dan harga pasar surat berharga yang dimiliki PT Ganendra sebagai berikut: Akhir tahun Harga Pokok (Rp) Harga Pasar (Rp) 2011 10.000.000 10.500.000 2012 15.500.000 13.000.000 2013 14.000.000 11.000.000 2014 20.000.000 21.250.000 Diminta: Buatlah jurnal untuk menyesuaikan nilai surat berharga setiap akhir tahn selama empat tahun, jika: a. PT Ganendra menggunakan metode market b. PT Ganendra menggunakan metode comwil 2. PT Wiweka menanamkan kas yang sementra menganggur pada surat berharga, sejak tahun 2012 dengan perincian sebagai berikut: Saham PT Ena 40.000 lembar @ Rp 9.150 = Rp 36.600.000 Saham PT Wahyu 5.000 lbr @ Rp 2.600 = Rp 13.000.000 Obligasi PT Leo 3.000 lbr @Rp 10.000 = Rp 30.000.000 + Jumlah Rp 79.600.000 Saham PT Wahyu di jual pada akhir tahun 2014 dengan harga jual Rp 11.500.000. Harga pasar surat berharga tersebut selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 (dlm Rp)adalah sebagai berikut: Pengantar Akuntansi 2 34 34 Jenis surat berharga 2012 2013 2014 Saham PT Ena 39.000.000 31.800.000 34.500.000 Saham PT Wahyu 12.000.000 10.900.000 Obligasi PT Leo 31.000.000 31.500.000 30.100.000 Diminta: Buatlah jurnal-jurnal yang berhubungan dengan surat berharga tersebut selama 3 tahun pemilikan dan penyajiannya di dalam laporan Neraca setiap akhir tahun apabila perusahaan menggunakan metode: a. Harga pokok b. Comwil c. Harga pasar 3. PT Ananta selalu mencantumkan nilai surat berharga pada neraca dengan metode comwil. Pada tanggal 31 Desember 2013 nilai surat berharga tampak pada Neraca sebagai berikut: Surat berharga (harga pokok) Rp 214.500.000 Cadangan penurunan nilai SB Rp (11.800.000) Rp 202.700.000 Keterangan terhadap surat berharga sebagai berikut: Jenis Surat Berharga Lembar/nominal Harga Harga Pokok (Rp) Pasar (Rp) Saham PT Tara 40.000 102.500.000 90.000.000 Saham PT Nara 15.000 25.500.000 22.500.000 Obligasi PT Flow 12% per th Rp 850.000 86.500.000 90.200.000 214.500.000 202.700.000 Jumlah Pada tanggal 30 Juni 2013 saham PT Nara di jual dengan harga pasar Rp 20.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2014 nilai saham PT Tara Rp 2.100 per lembar dan obligasi PT Flow bernilai 96% dari nilai nominalnya. Diminta : buat jurnal penjualan saham dan penyesuaian di akhir tahun 2014. Pengantar Akuntansi 2 35 35 BAB III AKUNTANSI PIUTANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. E. Klasifikasi Piutang Akuntansi Piutang Dagang Piutang Wesel Akuntansi Piutang Wesel Penyajian Piutang di Neraca Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit menimbulkan piutang. Piutang merupakan klaim terhadap pihak lain untuk membayar sejumlah tertentu pada periode tertentu akibat dari penyerahan barang atau jasa pada periode sebelumnya. A. Klasifikasi Piutang Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek. 2. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak dan piutang karyawan. Berdasarkan tingkat formalitasnya, piutang usaha dibedakan menjadi piutang dagang dan piutang wesel. Piutang dagang, timbul sebagai akibat penyerahan barang dagangan atau penjualan barang dagangan secara kredit. Umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga di neraca dikelompokkan sebagai aktiva lancar. Pengantar Akuntansi 2 36 36 Piutang wesel, merupakan piutang yang disertai dengan perjanjian tertulis, sehingga dikatakan bersifat lebih formal dibandingkan dengan piutang dagang. Karena jangka waktunya kurang dari satu tahun maka piutang wesel juga dikelompokkan sebagai aktiva lancar. B. Akuntansi Piutang Dagang Penilaian piutang menyangkut masalah penentuan nilai piutang yang harus disajikan di dalam laporan keuangan, yang meliputi: 1. Pengakuan piutang mula-mula Piutang timbul pertama kali ketika penjualan dilakukan atau pada saat penghasilan (revenue) diakui. Dengan demikian ketepatan pengakuan penjualan akan berakibat pada kesempatan pengakuan piutang mula-mula. Ada tiga cara melakukan pengakuan penjualan yang berpengaruh terhadap pengakuan jumlah piutang mula-mula yaitu: a. Metode kotor Mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila ternyata debitur mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan, bukan sebagai pengurang jumlah piutang. b. Metode bersih Mengakui jumlah piutang setelah dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata potongan penjualan tidak dimanfaatkan oleh debitur, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas jumlah piutang. Kelebihan tersebut dicatat sebagai penghasilan lain-lain atau penghasilan di luar usaha. c. Metode cadangan Mengakui jumlah sebesar jumlah sebelum dikurangi potongan, tetapi penjualan diakui sebesar jumlah setelah dikurangi potongan penjualan. Selisih antara pengakuan piutang dengan penjualan dicatat sebagai cadangan potongan penjualan. Pengantar Akuntansi 2 37 37 Contoh soal: 1) Pada tanggal 1 Desember 2014, PT. Hitankara menjual barang dengan syarat 2/10, n/30 dengan harga Rp 6.000.000, pencatatan piutang dengan menggunakan metode kotor, bersih dan cadangan nampak sebagai berikut (dlm Rp): Metode kotor Metode bersih Piutang 6.000.0000 Piutang 5.880.000 Penjualan 6.000.000 Penjualan 5.880.000 Keterangan Penjualan kotor Pot 2% Piutang bersih Metode cadangan Piutang 6.000.000 Cad pot penj 120.000 Penjualan 5.880.000 6.000.000 120.000 5.880.000 2) Pada tanggal 8 Desember 2014 diterima pelunasan piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober sebesar Rp 3.000.000 dan terjadi penjualan sebesar Rp 3.5000.000. Pencatatan penerimaan piutang dan penjualan tanggal 8 Oktober dengan menggunakan ketiga metode disajikan sebagai berikut: Pencatatan penerimaan pembayaran piutang Metode kotor Kas 2.940.000 Pot Penj 60.000 Piutang 3.000.000 Keterangan Penerimaan piutang 3.000.000 Potongan 2% 60.000 Kas diterima 2.940.000 Metode bersih Kas 2.940.000 Piutang 2.940.000 Keterangan Piutang yang dikredit 50%x5.880.000= 2.940.000 Metode cadangan Kas 2.940.000 Cadangan pot penj 60.000 Piutang 3.000.000 Cadangan pot penjualan yang dibatalkan 50%x120.00=60.000 Pencatatan penjualan Rp 3.500.000 Metode kotor Metode bersih Piutang 3.500.000 Piutang 3.430.000 Penjualan 3.500.000 Penjualan 3.430.000 Penjualan kotor Pot 2% Penjualan bersih 3.500.000 70.000 3.430.000 Metode cadangan Piutang 3.500.000 Cad pot penj 70.000 Penjualan 3.430.000 Cadangan pot penjualan 2%x3.500.000=70.000 3). Pada tanggal 20 Desember 2014, diterima pelunasan saldo piutang dari penjualan tanggal 1 Oktober 2014 sebesar Rp 3.000.000 Pengantar Akuntansi 2 38 38 Metode kotor Kas 3.000.000 Piutang 3.000.000 Metode bersih Kas 3.000.000 Piutang 2.940.000 Penghasilan di luar usaha 60.000 Metode cadangan a)Kas 3.000.000 Piutang 3.000.000 b) Cadangan pot penj 60.000 Pengh di luar usaha 60.000 Pelunasan debitur setelah masa potongan, sehingga potongan tidak diperoleh. 4). Pada tanggal 24 Desember 2014 penjualan barang dengan harga Rp 10.000.000 Metode kotor Metode bersih Piutang 10.000.000 Piutang 9.800.000 Penjualan 10.000.000 Penjualan 9.800.000 Keterangan: Penjualan kotor Potongan 2% Piutang bersih Metode cadangan Piutang 10.000.000 Cad Pot penjualan 200.000 Penjualan 9.800.000 10.000.000 200.000 9.800.000 5) Pada tanggal 31 Desember 2014 penyesuaian untuk rekening piutang Metode kotor Metode bersih Metode cadangan Tidak ada jurnal Piutang 60.000 Cad Pot Penjulan 60.000 Penghasilan di luar usaha 60.000 Penghasilan di luar ush 60.000 penyesuaian Menyesuaikan pot penjualan yang tidak dimanfaatkan pelanggan karena pembayarannya lebih dari 10 hari(setelah masa potongan) Penyajian Piutang di Laporan Keuangan (dlm Rp) Metode kotor Penjualan Kotor Potongan Penj Penjualan bersih Metode bersih LAPORAN LABA/RUGI 19.500.000 Penjualan 19.110.000 60.000 ........ 19.440.000 Pengh di luar usaha 120.000 Metode kotor Aktiva Lancar ........... Piutang 13.500.000 Pengantar Akuntansi 2 Metode bersih NERACA Aktiva Lancar ........... Piutang 13.290.000 Metode cadangan Penjualan 19.110.000 ........ Pengh di luar usaha 120.000 Metode cadangan Aktiva Lancar ........... Piutang 13.500.000 Cad Pot Penj 210.000 Piutang bersih 13.290.000 39 39 2. Pencatatan kerugian piutang Penjualan secara kredit selain memberikan manfaat berupa peningkatan volume penjualan, namun disisi lain juga menimbulkan risiko yakni timbulnya kerugian berupa piutang yang tidak bisa ditagih (macet). Untuk mencatat terjadinya kerugian piutang dapat memilih salah satu dari kedua cara berikut yakni: a. Metode penghapusan langsung Perusahaan yang menggunakan penghapusan langsung atas kerugian piutangnya, tidak perlu memperkirakan besarnya piutang yang kira-kira tidak bisa ditagih, sehingga tidak terdapat rekening cadangan kerugian piutang dalam pembukuannya. Pencatatan atas kerugian piutang dilakukan jika benarbenar ada piutang yang tidak bisa ditagih akibat debitur yang bangkrut atau secara hukum nyata-nyata tidak bisa melakukan pembayaran atas utangnya. Jika ada debitur yang sudah pasti tidak mampu membayar utang dan perusahaan memutuskan untuk menghapus piutang tersebut maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penghapusan piutang itu adalah: Beban kerugian piutang xxx Piutang xxx Perusahaan yang menggunakan metode penghapusan langsung menyajikan piutang di neraca sejumlah bruto, dan pencatatan beban kerugian piutang seringkali tidak bersamaan dengan pengakuan penjualan. Dengan demikian penggunaan metode penghapusan langsung tidak sesuai dengan konsep penandingan dan konservatisme. b. Metode cadangan Secara akuntansi, penggunaan metode cadangan dalam pencatatan kerugian piutang lebih tepat dibandingkan dengan metode penghapusan langsung, terlebih lagi jika jumlah kerugian piutang cukup material. Pengantar Akuntansi 2 40 40 Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang adalah: 1). Jumlah kerugian piutang yang diperkirakan tidak bisa ditagih ditaksir dengan menggunakan dua pendekatan yakni pertama pendekatan neraca, persentase tertentu dikalikan dengan piutang atau dengan menggunakan analisa umur piutang. Kedua pendekatan laba/rugi, persentase tertentu dikalikan dengan penjualan. 2). Setelah diketahui besarnya taksiran kerugian piutang, maka jurnal untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah dengan mendebet beban kerugian piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang. 3). Jika terjadi piutang yang benar-benar tidak bisa ditagih, berarti cadangan kerugian yang dibentuk sebelumnya terpakai dan piutang berkurang, sehingga jurnalnya adalah mendebet cadangan kerugian piutang dan mengkredit piutang. 4). Apabila piutang yang sudah dihapuskan ternyata bisa ditagih, mungkin karena ada niat baik dari debitur untuk tetap menjalin relasi setelah kondisi keuangannya membaik, maka jurnal yang dibuat ada dua yakni: pertama saat ada pernyataan tertulis untuk membayar jurnalnya mendebet piutang dan mengkredit cadangan kerugian piutang, kedua jika sudah diterima pembayaran jurnalnya mendebet kas dan mengkredit piutang. Tujuan dari jurnal pertama mendebet piutang adalah untuk memunculkan kembali rekening piutang yang sudah dihapus pada periode sebelumnya. Perbedaan antara metode penghapusan langsung dengan metode cadangan disajikan sebagai berikut: Transaksi 31-12-2014 PT. WGAH memiliki piutang sebesar Rp 50.000.000 dari jumlah tersebut Rp 500.000 diperkirakan tidak bisa ditagih Pengantar Akuntansi 2 Metode penghapusan langsung Tidak ada jurnal Metode cadangan BKP 500.000 CKP 500.000 41 41 03-03-2015 BKP 100.000 Terdapat piutang kepada UD Piutang 100.000 Karuna senilai Rp 100.000 tidak bisa ditagih dan dihapuskan 12-04-15 Piutang 100.000 UD Karuna menyatakan akan BKP 100.000 melunasi utangnya 15-05-15 Kas 100.000 UD Karuna melunasi utangnya Piutang 100.000 CKP 100.000 Piutang 100.000 Piutang 100.000 CKP 100.000 Kas 100.000 Piutang 100.000 Kembali kepada metode cadangan, sebelumnya disebutkan bahwa besarnya cadangan kerugian piutang ditaksir berdasarkan dua pendekatan yakni: a. Pendekatan neraca Besarnya taksiran kerugian piutang dengan menggunakan pendekatan neraca diperoleh dengan mengalikan persentase tertentu dari jumlah piutang dengan menggunakan analisa umur piutang. Langkahlangkah dalam menyusun analisa umur piutang adalah: 1). Piutang dikelompokkan menjadi dua kelompok yakni piutang yang belum jatuh tempo dan piutang yang sudah jatuh tempo. 2). Piutang yang sudah jatuh tempo dikelompokkan lagi berdasarkan kelompok umur, dengan pegelompokkan umur tiap bulan misalnya 1-30 hari, 31-60 hari, 61-90 hari, 91-120 hari dan di atas 120 hari. 3). Jumlah piutang dalam tiap-tiap kelompok umur kemudian dikalikan dengan taksiran persentase tidak tertagih dengan ketentuan semakin ke kanan atau semakin jauh dari hari jatuh tempo taksiran persentase tidak tertagih semakin besar. 4). Besarnya taksiran persentase tidak tertagih ditentukan secara subjektif oleh manajemen khususnya yang menangani piutang, berdasarkan pengalam sebelumnya atau berdasarkan pengalaman industri sejenis. Pengantar Akuntansi 2 42 42 Berikut adalah contoh daftar umur piutang dari UD. Ganendra per 31 Desember 2014 sebagai berikut: Nama Debitur Jumlah Saldo Piutang(Rp) 20.000.000 35.000.000 15.000.000 19.000.000 23.000.000 11.000.000 12.000.000 135.000.000 Ana Beno Ciko Dini Eri Fika Galuh Jumlah Taksiran Persentase Tak tertagih Total taksiran Tak tertagih Belum Jatuh 1-30 Tempo 15.000.000 4.000.000 20.000.000 2.000.000 14.000.000 1.000.000 10.000.000 5.000.000 13.000.000 2.000.000 6.000.000 4.000.000 8.000.000 3.000.000 86.000.000 21.000.000 1% 2% Sudah jatuh tempo (dlm hari) 31-60 61-90 91-120 860.000 204.000 420.000 >120 500.000 500.000 1.000.000 2.000.000 5.000.000 5.000.000 2.000.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1.000.000 300.000 700.000 6.800.000 6.200.000 8.000.000 7.000.000 3% 4% 5% 10% 248.000 400.000 700.000 Jumlah taksiran kerugian piutang dan jurnal yang dibuat untuk mencatat taksiran kerugian piutang adalah: Beban kerugian piutang Rp 2.832.000 Cadangan kerugian piutang Rp 2.832.000 b. Pedekatan laba/rugi Jika perusahaan menggunakan pendekatan laba/rugi dalam menghitung taksiran kerugian piutangnya, maka persentase tertentu dikalikan dengan jumlah penjualan kredit bersihnya. Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014 UD Ganendra memiliki penjualan kredit bersih Rp 350.000.000 dan misalnya ditentukan taskiran kerugian piutang 1,5% maka besarnya cadangan kerugian piutang adalah 1,5%xRp 350.000.000=Rp 5.250.000 C. Piutang Wesel Piutang wesel merupakan piutang yang lebih formal dibandingkan dengan piutang dagang karena piutang wesel disertai dengan perjanjian tertulis. Surat wesel berbeda dengan promes. Surat Pengantar Akuntansi 2 43 43 utang (promes) adalah sebuah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu yang telah ditetapkan. Adapun perbedaan wesel dengan promes adalah: Letak perbedaan Isi Jumlah penarik dan berkepentingan Pembuat Perlunya akseptasi pihak Wesel Promes Surat perintah untuk Surat janji membayar membayar yang Dua pihak Satu Pemilik piutang Perlu untuk Pemilik utang Tidak Terdapat beberapa istilah dalam transaksi piutang wesel yakni: 1. Nilai nominal Merupakan nilai yang tercantum dalam surat wesel. Nilai ini merupakan nilai awal utang bagi debitur dan nilai awal piutang bagi kreditur. Dinyatakan sebagai nilai awal karena belum ditambah dengan bunga. 2. Jangka waktu wesel Merupakan saat sejak diterbitkannya wesel sampai dengan saat tanggal jatuh tempo. Jangka waktu wesel bisa dinyatakan dalam satuan hari, bulan dan tahun. 3. Tanggal jatuh tempo Tanggal jatuh tempo dapat dinyatakan dengan tiga cara yaitu: a. Atas permintaan Misalnya “Atas permintaan, saya berjanji akan membayar.....”wesel seperti ini dapat ditagih kapanpun. b. Pada tanggal tertentu “Pada tanggal.... saya akan membayar..... c. Pada akhir periode tertentu 1). Setahun setelah tanggal 3 Maret 2015, saya berjanji akan membayar.....” 2). Dua bulan setelah tanggal 12 April 2015, saya berjanji akan membayar....” 3). Sembilan puluh hari setelah tanggal 20 Oktober 2015, saya berjanji akan membayar...” dll Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam satuan bulan, maka tanggal jatuh tempo dihitung dengan jumlah bulan Pengantar Akuntansi 2 44 44 dari tanggal penarikan wesel. Misal wesel yang ditarik tanggal 27 September dengan jangka waktu 2 bulan, maka tanggal jatuh temponya adalah tanggal 27 November. Jika wesel ditari diakhir bulan, maka tanggal jatuh temponya juga diakhir bulan. Misal tanggal penarikan wesel adalah 30 April jangka waktu waktu 4 bulan, maka tanggal jatuh temonya adalah tanggal 31 Agustus. Dalam hal wesel dinyatakan dalam satuan harian, maka ketentuan perhitungan jumlah hari adalah, tanggal penarikan tidak dihitung, namun tanggal jatuh tempo dihitung. Misalnya wesel ditarik tanggal 12 April, jangka waktu 90 hari, maka tanggal jatuh tempo dihitung sebagai berikut: April = 18 hari (tgl 13-tgl 30) Mei = 31 hari Juni = 30 hari Juli = 11 hari tanggal jatuh tempo 11 Juli Jumlah = 90 hari 4. Bunga wesel Bunga wesel dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal wesel dengan tingkan bunga pertahun kemudian dikalikan dengan jangka waktu pecahan dari setahun. Jika dibuatkan rumus nampak sebagai berikut: Bunga wesel = Nilai nominal x Tingkat bunga per th x Jangka waktu pecahan dalam setahun Tingkat bunga yang tertulis dalam wesel adalah tingkat bunga setahun. Faktor jangka waktu dalam rumus di atas, dinyatakan dalam pecahan dari setahun. Misalnya 4 buulan ditulis 4/12, 90 hari ditulis 90/365 (satu tahun dianggap 365 hari, kecuali tahun kabisat dianggap 366 hari). Beberapa contoh perhitungan bunga wesel adalah sebagai berikut: Data dalam wesel Rp 25.000.000,13%, 160 hari Rp 12.000.000,14%, 5 bulan Rp 20.000.000, 15%, 1 tahun Pengantar Akuntansi 2 Perhitungan bunga Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835 Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000 Rp 20.000.000x15%=3.000.000 45 45 5. Nilai jatuh tempo Besarnya nilai jatuh tempo dihitung dengan menjumlahkan nilai nominal dengan besarnya bunga wesel. Data dalam wesel Perhitungan bunga Rp 25.000.000,13%, Rp 25.000.000x15%x160/365=1.643.835 160 hari Rp 12.000.000,14%, Rp 12.000.000x14%x5/12=700.000 5 bulan Rp 20.000.000, 15%, Rp 20.000.000x15%=3.000.000 1 tahun Nilai jatuh tempo Rp 26.643.845 Rp 12.700.000 Rp 23.000.000 D. Akuntansi Piutang Wesel Piutang wesel terjadi karena beberapa penyebab yakni: 1. Penjualan kredit Misalnya tanggal 03 Maret 2015, PT Ganen menjual barang kepada PT Sasa seharga Rp 150.000.000, PT Ganen menginginkan piutang tersebut dibuatkan wesel dengan jangka waktu 2 bulan, bunga 11%. Piutang wesel dicatat sebesar nilai nominalnya, tanpa memandang ada tidaknya bunga. Jurnal yang dibuat oleh PT Ganen adalah: 03 Maret 2015 Piutang wesel Rp 150.000.000 Penjualan Rp 150.000.000 Sedangkan jurnal yang dibuat oleh PT Sasa 03 Maret 2015 Pembelian Rp 150.000.000 Utang wesel Rp 150.000.000 Misal pada tanggal 3 Mei, PT Sasa melunasi utangnya kepada PT Ganen, maka jurnal untuk mencatat pelunasan piutang wesel tersebut adalah: Jurnal yang dibuat oleh PT Ganen 03 Mei 2015 Kas Rp 152.750.000 Piutang wesel Rp 150.000.000 Pengantar Akuntansi 2 46 46 Pendapatan bunga Jurnal yang dibuat oleh PT Sasa 3 Mei 2015 Utang wesel Rp 150.000.000 Biaya bunga Rp 2.750.000 Kas Rp 2.750.000 Rp 152.750.000 Misal pada tanggal jatuh tempo, dalam hal ini pada tanggal 3 mei 2015, PT Sasa tidak dapat melunasi utangnya kepada PT Ganen, maka piutang-utang wesel berubah status menjadi piutang-utang wesel yang menunggak. Jurnal yang dibuat pada tanggal 5 Mei adalah: PT Ganen Piutang wesel yang menunggal Rp 150.000.000 Pendapatan bunga Rp 2.750.000 Piutang wesel Rp 150.000.000 PT Sasa Utang wesel Rp 150.000.000 Biaya bunga Rp 2.750.000 Utang wesel yang menungggak Rp 150.000.000 2. Pemberian pinjaman Misal tagihan PT Ganen kepada PT Sasa sebesar Rp 150.000.000 timbul bukan karena penjualan, melainkan karena PT Ganen memberikan pinjaman kepada PT Sasa. Maka jurnal yang dibuat pada tanggal 03 Maret 2015 adalah: Jurnal yang dibuat PT Ganen: Piutang wesel Rp 150.000.000 Kas Rp 150.000.000 Jurnal yang dibuat PT Sasa Kas Rp 150.000.000 Pengantar Akuntansi 2 47 47 Utang wesel Rp 150.000.000 Pencatatan atas pelunasan dan kemungkinan tidak dibayarnya piutang pada saat jatuh temponya sama dengan cara no 1 di atas. 3. Perubahan dari piutang dagang Misalkan PT Anan memiliki piutang dagang kepada PT Karuna seharga Rp 75.000.000, pada tanggal 12 April PT Karuna mengeluarkan sebuah promes untuk merubah utang dagangnya menjadi utang wesel. Jurnal yang dibuat pada tangggal 12 April adalah: PT Anan Piutang wesel Rp 75.000.000 Piutang dagang Rp 75.000.000 PT Karuna Utang dagang Rp 75.000.000 Utang wesel Rp 75.000.000 Jika piutang wesel belum terbayar diakhir periode (karena memang belum jatuh tempo), maka perlu dilakukan penyesuaian atas pendapatan bunga dan biaya bunga serta piutang dan utang bunga bagi pihak pemegang wesel maupun bagi pihak pembuat wesel. Misalkan PT Weka memberikan pinjaman kepada PT Wahyu pada tanggal 31 Agustus 2014 seharga Rp 200.000.000, kedua pihak menyepakati pinjaman tersebut dibuatkan wesel, dengan bunga 12% jangka waktu 5 bulan. Wesel tersebut akan jatuh tempo pada tanggal 31 Januari 2015. Pada tanggal 31 Desember 2014, kedua pihak akan membuat penyesuaian sebagai berikut: PT Weka Piutang bunga Rp 8.000.000* Pendapatan bunga Rp 8.000.000 PT Wahyu Biaya bunga Pengantar Akuntansi 2 Rp 8.000.000 48 48 Utang bunga Rp 8.000.000 *12%x4/12xRp 200.000.000 E. Penyajian Piutang di Neraca Piutang disajikan di Neraca berdasarkan urutan jatuh temponya. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis piutang, misalnya piutang dagang, piutang wesel dan piutang lain-lain, maka mana diantara piutang tersebut yang jatuh temponya paling singkat, maka piutang tersebut lah yang diletakkan pada urutan paling atas. Piutang disajikan dalam jumlah bruto disertai dengan cadangan kerugian piutang, sehingga dapat diketahui nilai bersih yang dapat direalisasi. Rangkuman 1. Pada PSAK No. 9, Paragraf 07e, piutang diklasifikasikan menjadi: Piutang usaha, merupakan piutang akibat penyerahan barang atau jasa yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. Memiliki saldo normal disebelah debet, diperkirakan akan dapat ditagih dalam jangka waktu relatif pendek. Piutang lain-lain, piutang yang tidak berasal dari kegiatan utama perusahaan misalnya piutang bunga, piutang dividen, piutang pajak dan piutang karyawan. 2.Penilaian piutang menyangkut masalah penentuan nilai piutang yang harus disajikan di dalam laporan keuangan, yang meliputi: a. Pengakuan piutang mula-mula 1). Metode kotor 2). Metode bersih 3). Metode cadangan b. Pencatatan kerugian piutang 1). Metode penghapusan langsung 2). Metode cadangan 3. Terdapat beberapa istilah dalam transaksi piutang wesel yakni: a. Nilai nominal b. Jangka waktu wesel c. Tanggal jatuh tempo Pengantar Akuntansi 2 49 49 d. Bunga wesel e. Nilai jatuh tempo 4. Tiga penyebab timbulnya piutang wesel adalah: a. Penjualan kredit b. Pemberian pinjaman c. Perubahan status dari piutang dagang Piutang wesel dicatat sebesar nilai nominalnya tanpa memperhatikan ada tidaknya bunga. 5. Piutang disajikan di Neraca dalam jumlah bruto disertai dengan cadangan kerugian piutang. Piutang yang jangka waktunya paling singkat disajikan pada urutan paling atas. Bahan Diskusi 1. Apa yang dimaksud dengan piutang? 2. Bagaimana piutang pada umumnya diklasifikasifikan? 3. Dengan menggunakan metode penghapusan langsung, bagaimana jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih? 4. Dengan menggunakan metode pencadangan, bagaimana jurnal yang dibuat untuk mencatat besarnya piutang tak tertagih? 5. Mengapa metode pencadangan dinyatakan lebih baik dari pada metode penghapusan langsung? 6. Apa karakteristik piutang wesel? 7. Bagaimana cara menentukan tanggal jatuh tempo wesel? 8. Apa yang dimaksud dengan dishonorable notes receivable, dan bagaimana perlakuan akuntansinya? 9. Bagaimana cara menentukan besarnya estimasi yang layak atas jumlah piutang tak tertagih? Pengantar Akuntansi 2 50 50 Latihan Soal 1. UD Anan menggunakan cara penghapusan langsung terhadap piutang tak tertagih. Berikut ini piutang yang dihapus selama tahun 2014: Tanggal Piutang Jumlah Piutang Nama Pelanggan 12 April 2012 5.000.000 UD Nugraha 03 Maret 2011 4.000.000 UD Gemilang 23 November 2010 6.000.000 UD Senandung 20 Oktober 2011 2.000.000 UD Weka 27 September 2012 3.500.000 UD Kevin Penjualan kredit tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000, berasar hasil analisis, diperkirakan 1.5% akan tidak tertagih. Akuntan perusahaan menyarankan mengganti metode langsung dengan metode cadangan yang jumlahnya ditentukan dari penjualan kredit. Diminta: a. Apakah saudara setuju dengan usul Akuntan perusahaan, sertai alasan pada jawaban anda. b. Hitung selisih Laba/Rugi pergantian metode tersebut. 2. Tanggal 12 Maret PT Gargitha menjual barang dagangan kepada PT Karuna dengan memperoleh piutang wesel, sebagai berikut: Piutang wesel 60 hari bunga 11%, nominal Rp 65.000.000. Diminta: a. Buat jurnal penyerahan dan pelunasan wesel oleh PT Gargitha dan b. Buat jurnal jika seandainya pada saat tanggal jatuh tempo PT Karuna tidak melunasi piutangnya. 3. Pada akhir tahun 2014, rekening piutang suatu perusahaan bersaldo debet Rp 400.000.000 dan penjualan bersih selama tahun tersebut Rp. 4.750.000.000. Tentukan jumlah kerugian piutang yang harus dibebankan di dalam laporan keuangan, dengan catatan: a. Saldo cadangan penghapusan piutang sebelum penyesuaian Rp 47.500.000 (Kredit). 1). Kerugian piutang diperkirakan 0,5% dari penjualan 2). Dari analisis umur piutang diketahui bahwa taksiran piutang tak tertagih adalah sebesar Rp 337.500.000 b. Saldo cadangan penghapusan piutang sebelum penyesuaian Pengantar Akuntansi 2 51 51 Rp 15.000.000 (Debet). 1). Cadangan penghapusan piutang dinaikkan menjadi 1% dari penjualan bersih. 2). Cadangan ditambah 10% dari saldo piutang di dalam Neraca. 4. Pada tanggal 31 Desember 2014, UD AYA memiliki saldo rekening piutang sebelum penyesuaian Rp 95.950.000 dan saldo cadangan penghapusan piutang Rp 7.500.000. Cadangan penghapusan piutang di dalam Neraca per 31 Desember 2013 ditentukan dengan analisa umur piutang sebagai berikut; Jumlah hari piutang Jumlah piutang (Rp) Kemungkinan tak tertagih (%) Kurang dari 15 hari 33.000.000 2 16-30 hari 25.000.000 10 31-45 hari 20.950.000 20 46-60 hari 10.000.000 30 61-75 hari 5.000.000 40 Di atas 75 hari 2.000.000 100 Diminta: a. Hitung saldo cadangan penghapusan piutang sesudah penyesuaian 31 Desember 2014 yang sebaiknya dicantumkan. b. Hitung nilai bersih piutang yang dapat direalisasi per 31 Desember 2014. c. Buat jurnal penyesuaian per 31 Desember 2014. Pengantar Akuntansi 2 52 52 BAB IV AKUNTANSI PERSEDIAAN Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. E. F. Arti Penting Persediaan Cara Pencatatan Persediaan Perhitungan Harga Perolehan Persediaan Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan Item Yang Termasuk Persediaan Penyajian Persediaan Di Neraca Jenis persediaan antara perusahaan dagang berbeda dengan perusahaan manufaktur. Pada perusahaan dagang, hanya terdapat satu jenis persediaan yakni persediaan barang dagangan. Pada perusahaan manufaktur persediaan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu perediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. A. Arti Penting Persediaan Menurut PSAK, persediaan adalah aktiva yang: 1. Tersedian untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Persediaan meliputi: 1. Barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali 2. Barang jadi yang telah diproduksi 3. Barang dalam penyesuaian yang sedang diproduksi 4. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi Pada neraca persediaan dikelompokkan sebagai aktiva lancar. Manajemen harus mengupayakan investasi pada persediaan se efektif dan se efisien mungkin, karena jika terjadi kelebihan maupun kekurangan persediaan keduanya sama-sama berakibat tidak baik pada perusahaan. Kelebihan persediaan berakibat pada peningkatan biaya Pengantar Akuntansi 2 53 53 penimpanan dan pemeliharaan persediaan, kecepatan kerusakan dan keusangan serta tertanamnya dana pada pembelian persediaan. Kekurangan persediaan menimbulkan risiko kehilangan pelanggan serta pembelian dengan harga yang lebih tinggi akibat lemahnya posisi tawar. Dengan demikian sangat penting bagi manajemen untuk memikirkan berapa jumlah ideal persediaan yang harus tersedia di perusahaan. Pembahasan persediaan pada bab ini difokuskan pada persediaan barang dagangan pada perusahaan dagang. B. Cara Pencatatan Persediaan Pada laporan keuangan baik laporan Laba/Rugi maupun Neraca, dilaporkan nilai persediaan. Jumlah nilai persediaan merupakan perkalian antara jumlah unit dengan harga per unitnya. Untuk mengetahui nilai persediaan terdapat dua cara yang umumnya digunakan yaitu: 1. Cara fisik Menurut cara ini nilai persediaan baru dapat diketahui diakhir periode dengan menghitung jumlah unit persediaan kemudian dikalikan dengan harga per unit. Keunggulan cara ini adalah nilai persediaan yang dilaporkan tepat, namun kelemahannya adalah menggunakan banyak waktu. Cara ini cocok digunakan pada perusahaan yang relatif masih kecil dengan jumlah persediaan tidak begitu banyak jumlah dan jenisnya. Semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti pembelian, ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian, penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan harga pokok penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang bersangkutan. 2. Cara perpetual Dengan cara ini, untuk mengetahui nilai persediaan tidak harus menunggu akhir tahun. Setiap saat diperlukan, nilai persediaan bisa diketahui dari catatan/kartu tiap jenis persediaan. Pada kartu persediaan tercatat mutasi persediaan yang berisikan informasinya Pengantar Akuntansi 2 54 54 tentang kapan barang masuk, berapa jumlahnya yang masuk, kapan barang keluar dan jumlahnya serta berapa masih saldo barang. Pada saat terjadi pembelian maka akan ditulis pada kolom masuk, dan jika terjadi penjualan atau barang rusak maka akan ditulis pada kolom keluar. Untuk mengetahui apakah kartu barang memberikan informasi yang tepat, maka pada akhir periode perlu dilakukan pencocokan jumlah fisik barang dengan jumlah yang tertera pada kartunya. Jika terdapat perbedaan antara fisik barang dengan kartu, maka perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Berikut adalah pencatatan menggunakan cara perpetual yang dilakukan jika perusahaan a. Pembelian Tunai dan Retur Pembelian tunai didebet dengan menggunakan rekening persediaan sebesar harga perolehan (harga faktur ditambah dengan biaya kirim, jika biaya kirim tidak ditanggung oleh penjual). Misalnya tanggal 03 Maret 2014 dibeli tunai 50 unit persediaan barang dagangan @Rp 50.000, jurnal untuk mencatat pembelian tersebut adalah: Tanggal Maret 03 Keterangan Persediaan barang dagangan Kas Debet 2.500.000 Kredit 2.500.000 Apabila tanggal 05 Maret seperlima barang ternyata rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi yang masih bisa dikembalikan, maka jurnal atas retur pembelian tersebut adalah: Tanggal Maret 05 Keterangan Kas Persediaan barang dagangan Debet 2.500.000 Kredit 2.500.000 b. Pembelian Kredit Pembelian kredit biasanya disertai dengan diskon atau potongan pembelian dengan menggunakan tenggang waktu misalnya 2/10, n/30 yang artinya diskon akan diberikan sebesar 2% jika pembayaran dilakukan dalam jangka 10 hari sejak tanggal pembelian. Pembelian seperti itu boleh dicatat sebesar jumlah Pengantar Akuntansi 2 55 55 bruto atau sejumlah neto. Agar lebih praktis, maka pada bab ini pembahasan dilakukan dengan menggunakan cara bruto. Misalnya tanggal 12 April dibeli persediaan barang dagangan sebanyak 60 unit @ Rp 30.000 secara kredit dengan syarat 3/15, n/30. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembelian ini adalah Tanggal April 12 Keterangan Persediaan barang dagangan Utang dagang Debet 1.800.000 Kredit 1.800.000 Jika pembayaran dilakukan di atas tanggal 27 April, artinya pembayaran dilakukan di luar masa potongan, maka jumlah pembayaran sebanyak Rp 1.800.000 dengan jurnal: Tanggal April 28 Keterangan Utang Kas Debet 1.800.000 Kredit 1.800.000 Harga pokok per unit persediaan barang adalah Rp 30.000. Jika tanggal 27 April dilakukan pembayaran, artinya pembayaran dilakukan dalam periode potongan, maka potongan yang diperoleh sebesar 3% x Rp 1.800.000 = Rp 48.000 tidak dicatat sebagai potongan pembelian, namun dicatat sebagai pengurang persediaan. Jurnal untuk mencatat pembayaran utang adalah: Tanggal April 12 Keterangan Utang dagang Persediaan barang Kas Debet 1.800.000 Kredit 48.000 1.752.000 Harga pokok per unit persediaan adalah Rp 1.752.000:60 = Rp 29.200. Dengan cara seperti ini, harga pokok per unit produk berbeda-beda, tergantung dari kapan pembayaran dilakukan. Secara teori, hal ini tidak dibenarkan, namun hal ini dilakukan karena alasan kepraktisan. c. Retur Pembelian Kredit Pada saat pembelian dilakukan secara kredit, kemudian ditemukan ada barang yang dibeli dalam keadaan rusak atau tidak sesuai pesanan, sehingga harus di retur, maka retur harus segera dilakukan sebelum terjadi pembayaran. Misalnya dengan contoh di Pengantar Akuntansi 2 56 56 atas barang dikembalikan misalnya tanggal 15 April sebanyak 10 unit, maka jurnal untuk mencatat retur tersebut adalah: Tanggal April 15 Keterangan Utang dagang Persediaan barang dagangan Debet 300.000 Kredit 300.000 d. Penjualan Tunai dan Retur Terdapat dua jurnal yang harus dibuat jika terjadi penjualan. Jurnal pertama untuk mencatat penerimaan kas dan mencatat nilai penjualan, sedangkan jurnal kedua untuk mencatat harga pokok penjualan (HPP) barang dan mengurangi nilai persediaan. Misalnya tanggal 27 September dijual tunai barang dagangan Rp 7.500.000, harga pokok barang yang dijual adalah Rp 7.000.000. Transaksi ini dicatat sebagai berikut: Tanggal September 27 Keterangan Kas Penjualan (mencatat pendapatan penjualan tunai) Debet 7.500.000 7.500.000 dari 7.000.000 HPP Persediaan (mencatat harga barang yang dijual) Kredit 7.000.000 pokok dari Misalnya tanggal 30 September barang yang dijual tanggal 27 September, di kembalikan oleh pembeli senilai 10% dari penjualan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat retur adalah: Tanggal September 30 Keterangan Retur penjualan Kas (mencatat retur tunai) Debet 750.000 750.000 penjualan 700.000 Persediaan barang dagangan HPP (mencatat harga pokok dari barang yang dikembalikan pelanggan) Pengantar Akuntansi 2 Kredit 700.000 57 57 e. Penjualan Kredit dan Retur Terdapat dua jurnal untuk mencatat penjualan kredit, jurnal pertama mendebet piutang dan mengkredit penjualan untuk mengakui nilai penjualan sebesar harga jual. Jurnal kedua mendebet HPP dan mengkredit persediaan, sebesar harga pkok dari barang yang terjual. Misalnya 12 Maret terjadi penjualan secara kredit sebanyak 75 unit produk dengan harga Rp 15.000 per unit. Harga pokok produk per unit Rp 12.000 Jurnal untuk mencatat penjualan kredit ini adalah: Tanggal Maret 12 Keterangan Piutang dagang Penjualan (mencatat retur penjualan tunai) Debet 1.125.000 Kredit 1.125.000 HPP Persediaan barang dagangan (mencatat harga pokok dari barang yang dikembalikan pelanggan) 900.000 900.000 Misalnya tanggal 15 Maret, sebelum pelanggan membayar, 2% dari barang yang terjual tersebut dikembalikan karena alasan tertentu, maka jurnal untuk mencatat retur penjualan tersebut adalah: Tanggal Maret 15 Keterangan Retur penjualan Piutang dagang (mencatat retur penjualan tunai) Debet 22.500 Persediaan barang dagangan 18.000 HPP (mencatat harga pokok dari barang yang dikembalikan pelanggan) Kredit 22.500 18.000 Penjualan kredit biasanya menawarkan potongan tunai untuk masa pembayaran tertentu, sehingga jumlah kas yang diterima oleh perusahaan penjual lebih kecil daripada nilai nominal piutangnya. Pada saat terjadinya, piutang bisa dicatat sejumlah bruto maupun neto. Pembahasan pada bab ini menggunakan pencatatan piutang sejumlah bruto. Pengantar Akuntansi 2 58 58 f. Penerimaan Kas dari Piutang Kas yang diterima dari pembayaran piutang oleh pelanggan, dicatat dengan mendebet kas, dan mengkredit piutang. Apabila terdapat potongan tunai, maka potongan yang diberikan diakui sebagai potongan penjualan. Misalnya penjualan kredit tanggal 12 Maret bersyarat 3/10, n/30. Tanggal 14 Maret pelanggan melakukan pembayaran, maka jurnalnya adalah: Tanggal Maret 14 Keterangan Kas Potongan penjualan Piutang dagang Debet 1.091.250 33.750 Kredit 1.125.000 C. Perhitungan Harga Pokok Persediaan Menurut prinsip akuntansi aktiva dicatat sebesar harga perolehannya. Dengan demikian persediaan yang merupakan salah satu bagian dari aktiva lancar juga dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan persediaan meliputi harga faktur ditambah biaya angkut pembelian dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian. Semua biaya yang dikeluarkan yang berhubungan dengan persediaan seperti biaya pengurusan pembelian, penerimaan dan penyimpanan seharusnya dimasukkan dalam penentuan harga perolehan. Namun dalam prakteknya sering ditemui kesulitan dalam mengalokasikan biaya-biaya tersebut ke dalam persediaan, sehingga mengacu pada konsep cost and benefit, biaya tersebut dicatat sebagai biaya operasi pada periode terjadinya. Ketika perusahaan menjual barang dagangannya, maka sangat penting untuk mengetahui berapakah harga perolehan dari barang yang akan terjual tersebut?. Jika pembelian hanya dilakukan hanya sekali saja, akan mudah untuk mengetahui harga perolehan dari darang yang akan dijual. Namun kenyataannya pembelian yang dilakukan oleh perusahaan terjadi berkali-kali. Misalnya berikut adalah ringkasan pembelian dan penjualan persediaan selama bulan Maret dari Ganen Pengantar Akuntansi 2 59 59 Tanggal 3 12 23 31 Pembelian 250 unit @ Rp 20.000 50 unit @ Rp 22.000 20 unit @ Rp 21.000 Penjualan 270 unit - Saldo 250 unit 300 unit 30 unit 50 unit Berdasarkan ringkasan di atas maka penting untuk diketahui berapakah harga perolehan per unit atas penjualan tanggal 23, apakah dipakai harga perolehan per unit pembelian tanggal 3 sebesar Rp 20.000 atau harga perolehan per unit pembelian tanggal 12 sebesar Rp 22.000 atau rata-rata harga perolehan tanggal 3 dan tanggal 12? Permasalahan kedua yang penting untuk diketahui jawabannya adalah berapakah harga perolehan per unit sisa 50 unit barang per tanggal 31 Maret apakah harga per unitnya Rp 20.000, Rp 22.000, Rp 21.000 atau rataratanya?. Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui harga perolehan per unit persediaan yang terjual dan harga perolehan per unit persediaan diakhir periode. Cara tersebut adalah: 1. Cara sesungguhnya Dalam metode ini persediaan sebanyak 50 unit ditelusuri keberadaan sesungguhnya atau diidentifikasi secara khusus, sehingga cara ini juga disebut cara identifikasi khusus. Misalnya setelah dilakukan secara sesungguhnya atas persediaan akhir tanggal 31 Maret ditemukan bahwa 50 unit persediaan tersebut berasal dari: 20 unit dari pembelian tanggal 3, 10 unit dari pembelian tanggal 12 dan 20 unit dari pembelian tanggal tanggal 31. Dengan demikian nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan akan dapat dihitung sebagai berikut: Tanggal Jumlah unit HP Per unit(Rp) HP Total (Rp) 03 20 20.000 400.000 12 10 22.000 220.000 31 20 21.000 420.000 Harga Pokok Persediaan akhir 1.040.000 Lalu berapakah nilai harga pokok penjualan bulan Maret?, harga pokok penjualan merupakan harga barang yang tersedia dijual dikurangi dengan harga pokok persediaan akhir. Harga barang yang tersedia dijual UD Ganen bulan Maret adalah: Pengantar Akuntansi 2 60 60 250 unit x Rp 20.000 = Rp 5.000.000 50 unit x Rp 22.000 = Rp 1.100.000 20 unit x Rp 21.000 = Rp 420.000 + Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual Rp 6.520.000 Harga Pokok Persediaan akhir Rp 1.040.000 – Harga Pokok Penjualan Rp 5.480.000 2. Metode asumsi Penghitungan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan secara hati-hati, karena harga pokok persediaan akhir akan disajikan di neraca sedangkan harga pokok penjualan akan disajikan di laporan laba/rugi. Penghitungan keduanya dengan menggunakan cara sesungguhnya/identifikasi khusus, memberikan informasi yang sangat akurat, namun cara tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak praktis dan menghabiskan waktu yang relatif lama. Untuk mengatasi kelemahannya, maka digunakan metode asumsi. Maksunya, persediaan barang tidak diikuti atau tidak ditelusuri arus keluar masuknya, melainkan diasumsikan bahwa barang yang masuk terlebih dulu, harga pokok barang tersebutlah yang keluar atau dijual terlebih dahulu juga, atau diasumsikan barang yang masuk ke gudang terakhir harga pokok barang tersebut yang dijual pertama. Terdapat 3 cara dalam metode asumsi ini yakni metode Rata-rata, FIFO, LIFO dimana ketiga cara ini bisa dilakukan secara fisik maupun perpetual/kartu. Uraian lebih jelas tentang ketiga cara asumsi ini adalah sebagai berikut: a. Rata-rata Metode ini mengasumsikan bahwa harga pokok per unit adalah harga pokok total dibagi dengan jumlah unit barang. Jadi tidak perlu dilakukan penelusuran atas barang yang masih tersisa diakhir periode berasal dari pembelian tanggal berapa. Yang dilakukan hanya tinggal menjuamlahkan nilai persediaan akhir barang kemudian dibagi dengan jumlah unitnya. a1). Rata-rata Fisik Cara ini disebut juga dengan rata-rata berbobot/weighted average . Pengantar Akuntansi 2 61 61 Rumus untuk menghitung harga pokok rata-rata perunit adalah: Harga pokok yang tersedia dijual Harga pokok rata-rata per unit = ------------------------------------------------Total unit barang yang tersedia dijual Dengan menggunakan contoh soal pembelian UD Ganen selama bulan Maret pada halaman sebelumnya, nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan dengan menggunakan cara asumsi ratarata fisik dihitung sebagai berikut: Rata-Rata Fisik Tanggal Jumlah unit Harga Pokok Harga Pokok Per unit(Rp) Total 03 250 20.000 5.000.000 12 50 22.000 1.100.000 31 20 21.000 420.000 Jumlah 270 6.520.000 Harga pokok rata-rata per unit = Rp 6.520.000/270 = Rp 24.148 Jumlah unit persediaan akhir = 50 unit Harga pokok persediaan akhir= 50 unit x Rp 24.148= Rp 1.207.400 Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp 6.520.000 Harga pokok persediaan akhir = Rp 1.207.400 Harga pokok penjualan = Rp 5.312.600 a2). Rata-rata perpetual Cara ini disebut juga rata-rata bergerak atau moving average, di katakan demikian karena rata-ratanya dihitung ulang jika terjadi pembelian baru. Dengan cara ini pencatatan persediaan menggunakan kartu. Berikut adalah contoh kartu untuk menghitung nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Tg l 3 12 23 31 Ket Pembelian Pembelian Penjualan Pembelian Unit 250 50 20 Pengantar Akuntansi 2 Kartu Persediaan Rata-Rata Perpetual Bertambah Berkurang H/U Total Unit H/U Total 20.000 5.000.000 22.000 1.100.000 270 20.333 5.489.910 21.000 420.000 Unit 250 300 30 50 Saldo H/U Total 20.000 5.000.000 20.333 6.100.000 20.336 610.090 20.602 1.030.090 62 62 Nilai barang yang tersedia dijual Harga pokok persediaan akhir Harga pokok penjualan Rp 6.520.000 Rp 1.030.090 Rp 5.489.910 b. FIFO Cara ini mengasumsikan bahwa ketika terjadi penjualan, maka harga pokok yang dikeluarkan/terjual adalah harga pokok dari barang yang pertama kali dibeli/masuk ke gudang. Barang yang masih berada di gudang diakhir periode diasumsikan berasal dari pembelian terakhir. Dengan menggunakan contoh pembelian UD Ganen pada bulan Maret, FIFO fisik dan perpetual di hitung sebagai berikut: b1). FIFO Fisik Persediaan akhir 50 unit berasal dari 20 unit pembelian tanggal 31 dan 30 unit pembelian tanggal 12. Perhitungan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan disajikan sebagai berikut: FIFO Fisik Tanggal Jumlah unit Harga Pokok Harga Pokok Per unit(Rp) Total 31 20 21.000 420.000 12 30 22.000 660.000 Jumlah 50 1.080.000 Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp 6.520.000 Harga pokok persediaan akhir = Rp 1.080.000 Harga pokok penjualan = Rp 5.440.000 Pengantar Akuntansi 2 63 63 b2)FIFO Perpetual Kartu persediaan dengan menggunakan cara FIFO perpetual adalah sebagai berikut: Tg l 3 12 Ket 23 Penjualan 31 Pembelian Pembelian Pembelian Unit 250 50 Kartu Persediaan FIFO Perpetual Bertambah Berkurang H/U Total Unit H/U Total 20.000 5.000.000 22.000 1.100.000 250 20 20 21.000 20.000 22.000 420.000 Nilai barang yang tersedia dijual Harga pokok persediaan akhir Harga pokok penjualan 5.440.000 Unit 250 250 50 Saldo H/U Total 20.000 5.000.000 20.000 22.000 6.100.000 30 30 20 22.000 22.000 21.000 660.000 1.080.000 Rp 6.520.000 Rp 1.080.000 Rp 5.440.000 c. LIFO Cara ini mengasumsikan bahwa jika terjadi penjualan, maka harga pokok barang yang pertama kali terjual/keluar adalah harga pokok dari barang yang terakhir dibeli/masuk digudang. Harga pokok barang yang terdapat digudang diakhir periode, diasumsikan berasal dari pembelian diawal. c1) LIFO Fisik Persediaan akhir 50 unit bersal dari pembelian tanggal 3 dengan harga per unit Rp 20.000 sehingga harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut: LIFO Fisik Tanggal Jumlah unit Harga Pokok Harga Pokok Per unit(Rp) Total 3 50 20.000 1.000.000 Jumlah 50 1.000.000 Harga pokok barang yang tersedia dijual = Rp 6.520.000 Harga pokok persediaan akhir = Rp 1.000.000 Harga pokok penjualan = Rp 5.520.000 Pengantar Akuntansi 2 64 64 c2)LIFO Perpetual Kartu Persediaan dengan menggunakan cara LIFO Perpetual adalah sebagai berikut: Tg l 3 12 Ket 23 Penjualan 31 Pembelian Unit 250 50 Pembelian Pembelian Kartu Persediaan LIFO Perpetual Bertambah Berkurang H/U Total Unit H/U Total 20.000 5.000.000 22.000 1.100.000 50 220 20 21.000 22.000 20.000 420.000 Nilai barang yang tersedia dijual Harga pokok persediaan akhir Harga pokok penjualan 5.500.000 Unit 250 250 50 Saldo H/U Total 20.000 5.000.000 20.000 22.000 6.100.000 30 30 20 20.000 20.000 21.000 600.000 1.020.000 Rp 6.520.000 Rp 1.020.000 Rp 5.500.000 Perbandingan hasil perhitungan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan dengan cara sesungguhnya dan cara asumsi Hasil Sesungguh nya HP Pers Akhir HP Penjualan 1.040.000 5.480.000 Cara yang digunakan Asumsi Rata-Rata FIFO Fisik Perpetual Fisik Perpetual 1.207.400 1.030.090 1.080.000 1.080.000 5.312.600 5.489.910 5.440.000 5.440.000 LIFO Fisik 1.000.000 5.520.000 Perpetual 1.020.000 5.500.000 Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan dengan cara sesungguhnya dan cara asumsi dengan menggunakan asumsi rata-rata, FIFO, LIFO baik fisik maupum perpetual kita dapat simpulkan bahwa: - Nilai tertinggi untuk harga pokok persediaan akhir adalah dengan menggunakan cara asumsi rata-rata fisik, sedangkan nilai terendah dengan menggunakan cara asumsi LIFO fisik. - Nilai tertinggi untuk harga pokok penjualan adalah dengan menggunakan cara asumsi LIFO fisik, sedangkan nilai terendah adalah dengan menggunakan cara asumsi rata-rata fisik. Pengantar Akuntansi 2 65 65 D. Kesalahan Dalam Penghitungan Persediaan Perhitungan persediaan mempengaruhi dua laporan keuangan yakni laporan laba/rugi dan laporan neraca. Perhitungan persediaaan akan mempenagaruhi dua periode, karena persediaan akhir periode ini akan menjadi persediaan awal periode berikutnya. Seperti kita ketahui persediaan merupakan bagian dari aktiva lancar, maka jika salah dalam menghitung persediaan maka nilai aktiva juga disajikan tidak tepat. Pada laporan laba/rugi, kesalahan menghitung nilai persediaan akhir menyebabkan kesalahan menghitung harga pokok penjualan sehingga angka laba kotor dan laba bersih juga salah. Jika ditemukan kesalahan berkaitan dengan persediaan akan dibuatkan jurnal penyesuaian untuk memperbaiki kesalahan tersebut, baik kesalahan diketahui sebelum maupun setelah proses tutup buku berakhir. Jurnal penyesuaian yang dibuat tergantung dari jenis kesalahan yang terjadi. Akun-akun yang dipengaruhi jika kesalahan sebelum tutup buku adalah akun utang dagang, piutang dagang, persediaan, harga pokok penjualan dan persediaan. Kesalahan yang terjadi dapat berupa persediaan dicatat lebih kecil atau lebih besar dari seharusnya. Jika kesalahan ditemukan setelah proses tutup buku, jurnal perbaikan pada perusahaan perorangan atau persekutuan jika persediaan dicatat lebih kecil dari seharusnya adalah: Persediaan xxx Modal xxx Sebaliknya jika kesalahan adalah persediaan dicatat lebih besar dari seharusnya jurnal perbaikan yang dibuat Modal xxx Persediaan. Bagi perusahaan perseroan jurnal perbaikan menggunakan akun laba ditahan. E. Item Yang Termasuk Persediaan Pada tanggal penyusunan laporan keuangan selain diperlukan ketelitian dalam menghitung nilai persediaan yang terdapat di gudang dan sudah pasti menjadi milik perusahaan. Permasalahan lain yang berhubungan Pengantar Akuntansi 2 66 66 dengan persediaan yang memerlukan penangan yang tepat adalah terdapatnya persediaan yang secara fisik tidak terdapat di gudang, namun persediaan tersebut merupakan hak perusahaan sehingga harus dilaporkan di neraca. Persediaan ini disebut dengan barang dalam perjalanan. Selain itu terdapat juga persediaan yang secara fisik terdapat di perusahaan namun persediaan itu bukan hak miliknya perusahaan. Persediaan ini disebut dengan barang konsinyasi atau titipan. 1. Persediaan barang dalam perjalanan Persediaan barang dalam perjalanan terjadi apabila perusahaan membeli barang dari perusahaan lain(berbeda daerah) dengan syarat FOB (Free on Board) shipping point , artinya barang menjadi tanggung jawab pembeli sejak barang tiba di pelabuhan. Walaupun pada tanggal neraca barang masih belum tiba di gudang pembeli, namun barang tersebut harus sudah dilaporkan di neraca pembeli. 2. Persediaan barang konsinyasi Barang konsinya merupakan barang yang dijual secara titipan, dengan maksud meningkatkan volume penjualan serta bagi yang menerima titipan mendapatkan manfaat berupa efisiensi penggunaan modal kerja. Bagi consignor/pihak yang menitipkan, meskipun fisik barang tidak terdapat di gudangnya, karena hak milik atas barang ada pada pihak yang menitipkan, maka barang konsinyasi nampak pada neraca consignor. Sebaliknya bagi consignee pihak yang menerima titipan, meskipun fisik barang terdapat di gudangnya, karena barang tersebut bukan hak miliknya, barang konsinyasi tidak boleh disajikan pada neracanya. F. Penyajian Persediaan Di Neraca Menurut prinsip akuntansi, aktiva disajikan sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya yang dikleuarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Dengan prinsip ini, maka persediaan di sajikan di neraca sebesar harga perolehannya. Pengantar Akuntansi 2 67 67 Selain dengan menggunakan harga perolehan, persediaan juga bisa disajikan dengan cara lain yakni harga terendah antara harga perolehan atau harga pasarnya. Cara ini disebut juga dengan COMWIL (Cost Or Market Whichever Is Lower). Penggunaan cara terendah antara harga perolehan dengan harga pasar mewajibkan perusahaan membuat jurnal penyesuaian untuk mengakui perbedaan harga antara harha perolehan dengan harga pasarnya pada saat dibuat laporan keuangan (di akhir periode). Harga pasar bukan lah harga jual, karena pada saat tersebut persediaan tidak dijual, melainkan hanya mengetahui di pasaran harganya berapa. Sebagai contoh, pada akhir periode persediaan yang masih tersisa di gudang memiliki harga perolehan Rp 18.000.000, sedangkan harga pasarnya adalah Rp 17.500.000, maka di neraca persediaan disajikan dengan harga Rp 17.500.000. Selisih Rp 500.000 diasumsikan terjadi penurunan nilai persediaan dan dicatat dengan jurnal penyesuaian: Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 500.000 Cadangan penurunan nilai persediaan Rp 500.000 Perusahaan tentu memiliki beragam jenis persediaan, sehingga penilaian persediaan dengan menggunakan comwil bisa dilakukan pada tiap jenis persediaan, pada tiap kelompok persediaan maupun pada keseluruhan persediaan. Berikut adalah contoh penilaian persediaan dengan cara comwil. Pengantar Akuntansi 2 68 68 Jenis Persediaan Harga Perolehan (Rp) Kelompok I Kompor Gas Rinai 2.500.000 Kompor Gas HOCK 2.800.000 5.300.000 Kelompok II Setrika Maspion Setrika LG Setrika Toshiba Harga Pasar (Rp) Harga terendah antara Harga perolehan dengan harga pasar (Rp) Setiap Setiap Keseluruhan Jenis Kelompok Persediaan 2.700.000 2.500.000 2.650.000 2.650.000 5.350.000 5.300.000 375.000 350.000 380.000 1.105.000 425.000 325.000 390.000 1.140.000 1.105.000 6.405.000 6.490.000 6.230.000 375.000 325.000 380.000 6.405.000 6.405.000 Selisih Rp 265.000 Antara harga perolehan dengan comwil setiap jenis terdapat selisih Rp 265.000 yang dilaporkan pada laporan laba/rugi sebagai kerugian penilaian persediaan, dan di neraca disajikan sebagai pengurang nilai persediaan dengan nama akun cadangan penurunan nilai persediaan. Jurnal penyesuaian untuk mencatat penurunan nilai persedaiaan adalah: Kerugian penurunan nilai persediaan Rp 265.000 Cadangan penurunan nilai persediaan Rp 265.000 Rangkuman 1. Menurut PSAK, persediaan adalah aktiva yang: a. Tersedian untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. 2. Pencatan persediaan dilakukan dengan dua cara yakni cara fisik dan cara perpetual. Jika perusahaan menggunakan cara fisik maka semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti pembelian, ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian, penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan harga pokok penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang bersangkutan. Keunggulan cara ini adalah nilai persediaan yang dilaporkan tepat, namun kelemahannya adalah menggunakan banyak waktu. Pengantar Akuntansi 2 69 69 3. 4. 5. 6. Semua transaksi yang berhubungan dengan persediaan seperti pembelian, ongkos angkut pembelian, potongan pembelian, retur pembelian, penjualan, potongan penjualan, retur penjualan dan harga pokok penjualan dicatat dengan menggunakan akun yang bersangkutan. Penghitungan harga pokok persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu cara sesungguhnya/identifikasi khusus dan cara asumsi yang terdiri dari rata-rata, FIFO,LIFO baik fisik maupun perpetual Kesalahan dalam menghitung persediaan mempengaruhi laporan keuangan neraca di sisi aktiva khususnya aktiva lancar dan pada laporan laba/rugi kesalahan dalam menghitung nilai persediaan mempengaruhi nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Jika pada tanggal neraca masih terdapat persediaan dalam perjalanan/goods intransit maka penting untuk memperhatikan syarat pembelian. Syarat FOB shipping point menetapkan bahwa hak atas barang berpindah dari penjual kepada pembeli jika barang sudah sampai di pelabuhan. Syarat FOB destination point menetapkan hak atas barang berpindah dari penjual kepada pembeli jika barang sudah tiba di gudang pembeli. Barang konsinyasi tetap merupakan hak consignor meskipun fisik barang terdapat di gudang consignee. Selain dengan menggunakan harga perolehan, persediaan di neraca juga bisa disajikan dengan cara comwil, baik pada tiap jenis, per kelompok maupun secara keseluruhan. Bahan diskusi 1. Bagaimanakan perusahaan mengklasifikasikan persediaannya? 2. Perusahaan dagang secara sistematis akan selalu menyelenggarakan catatan persediaan untuk menentukan berapa besarnya barang dagangan yang tersedia untuk dijual dan juga berapa yang telah laku terjual. Terdapat dua cara yang lazim dipakai untuk mencatat persediaan, jelaskan kedua metode tersebut! 3. Apa yang dimaksud dengan harga perolehan persediaan? 4. Bagaimana status kepemilikan atas barang yang masih dalam perjalanan dan barang konsinyasi? Pengantar Akuntansi 2 70 70 5. Jelaskan pengaruh kesalahan menghitung nilai persediaan terhadap laporan keuangan! 6. Jelaskan cara menghitung harga pokok persediaan dengan menggunakan metode FIFO,LIFO dan Rata-Rata! 7. Dalam kondisi bagaimana perusahaan menyajikan persediaannya di neraca menggunakan metode comwil? 8. Konsep akuntansi apakah yang mendasari perusahaan menggunakan metode comwil? Serta bagaimana jurnal yang dibuat jika terjadi penurunan nilai persediaan? Latihan soal 1. Persediaan awal dan pembelian sepatu merk “Mewah” selama tahun 2014 sebagai berikut: Tanggal unit Harga per unit (Rp) 1 Januari 160 190.000 5 Mei 200 192.000 28 September 200 188.000 13 Desember 140 186.000 Pada perhitungan fisik persediaan tanggal 31 Desember 2014 (perusahaan menggunakan cara fisik) menunjukkan jumlah 190 unit sepatu. Diminta isilah harga pokok persediaan akhir dan harga pokok penjualan menurut metode yang diminta di bawah ini: Cara Penjualan HP Pers. Akhir HPPenjualan LIFO FIFO Rata-rata sederhana Rata-rata tertimbang 2. Laporan Laba/Rugi UD. Ganen berikut ini disajikan pada akhir tahun 2014 sebelum penyesuaian dan tutup buku (perusahaan menggunakan cara fisik) Pengantar Akuntansi 2 71 71 UD Ganen Laporan Laba/Rugi Periode 1 sampai dengan 31 Desember 2014 (Rp) Penjualan bersih 4.862.000.000 HPP Persediaan 1 Januari 2014 1.136.000.000 Pembelian bersih 3.366.500.000+ Barang siap dijual 4.502.500.000 Persediaan 31 Desember 2014 1.178.000.000 – Harga pokok penjualan 3.324.500.000Laba kotor 1.537.500.000 Biaya operasi 1.100.500.000Laba bersih 437.500.000 Kesalahan-kesalahan berikut ini ditemukan oleh akuntan pemeriksa: a. Alat-alat kantor seharga Rp 7.050.000 dihitung sebagai persediaan dalam perhitungan persediaan. b. Persediaan barang seharga Rp 3.750.000 tertanggal 31 Desember 2014 fakturnya sudah diterima pada tanggal tersebut, tetapi barang masih dalam perjalanan (barang datang tanggal 2 Januari 2015). Perusahaan menyepakati dengan penjual menggunakan FOB shipping point dalam pengiriman barang. Jumlah ini tidak di masukkan ke dalam persediaan tanggal 31 desember 2014. c. Pembelian barang seharga Rp 10.750.000 faktur diterima mendahului darang barangnya. Pencatatn atas barang dilakukan dua kali yakni pada saat faktur dan barangnya datang. d. Pesanan penjualan sebesar Rp 12.500.000 pada tanggal 31 Desember 2014 telah dicatat sebagai penjualan, walaupun faktur baru dikirim beserta barangnya pada tanggal 4 Januari 2015. Harga pokok barang tersebut Rp 8.125.000 e. Faktur penjualan sebesar Rp 4.000.000 tertanggal 31 Desember 2014 belum dicatat, walaupun barangnya sudah dikirim dengan syarat FOB shipping point. Harga pokok barang tersebut sudah tidak diperhitungkan dalam perhitungan HPP per 31 Desember 2014. Pengantar Akuntansi 2 72 72 f. Terjadi kesalahan menghitung jumlah angka, sehingga persediaan dicatat lebih besar Rp 6.000.000 dari seharusnya. Diminta: a. Buat jurnal penyesuaian/perbaikan atas kesalahn-kesalahan yang terjadi (semua penjualan dan pembelian selalu dilakukan secara kredit). b. Buat perhitungan perbaikan nilai persediaan per 31 Desember 2014. c. Sajikan laporan Laba/Rugi yang benar. 3. UD Sasa menggunakan cara perpetual dalam mencatat persediaannya. Berikut ini informasi tentang persediaan untuk bulan Oktober 2014. Tanggal Keterangan Unit Harga/unit(Rp) 1 Saldo awal 300 30.000 6 Penjualan 200 10 Penjualan 70 14 Pembelian 300 35.000 22 Pembelian 400 27.000 30 Penjualan 650 Diminta: a. Hitunglah harga pkok persediaan akhir dan harga pokok penjualan dengan menggunakan cara FIFO,LIFO dan Rata-rata!. b. Metode manakah yang menghasilkan harga tertinggi dan harga terendah? 4. UD WGAH menilai persediaan berdasar COMWIL. Berikut adalah saldo persediaan pada akhir tahun 2014. Jenis Persediaan unit Harga Perolehan Per Unit Harga Pasar FIFO Rata-rata Per Unit Televisi TV 1214 7 1.200.000 1.150.000 1.225.000 TV 0303 4 1.100.000 1.175.000 1.075.000 Lemari Pendingin LP 2311 10 2.500.000 2.475.000 2.550.000 LP 2709 6 2.575.000 2.525.000 2.600.000 Pengantar Akuntansi 2 73 73 Air Conditioner AC 2010 8 1.550.000 1.560.000 1.525.000 AC 0910 9 1.490.000 1.575.000 1.500.000 Diminta: a. Hitung nilai persediaan yang akan dicantumkan di neraca dengan dasar comwil jika comwil diterapkan pada persediaan secara: 1) Individu/tiap jenis 2) Kelompok 3) Keseluruhan Asumsikan bahwa cara rata-rata digunakan untuk menentukan harga pokok. b. Ulangi permintaan (a) asumsikan bahwa perusahaan menggunakan cara FIFO untuk menentukan harga pokok. Pengantar Akuntansi 2 74 74 BAB V AKUNTANSI AKTIVA TETAP Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. E. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI AKTIVA TETAP PENENTUAN HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP PENYUSUTAN AKTIVA TETAP PENGELUARAN SELAMA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP Aktiva tetap bagi suatu perusahaan belum tentu menjadi aktiva tetap bagi perusahaan yang lain. Sebagai contoh bagi perusahaan percetakan, mesin foto copy merupakan aktiva tetap, sedangkan bagi perusahaan yang menjual mesin foto copy, maka mesin foto copy tersebut merupakan aktiva lancar atau persediaan barang dagangan.Bagi hotel berbintang, spray dan korden mungkin digunakan dalam jangka waktu kurang dari setahun, sehingga keduanya diklasfikasikan sebagai aktiva lancar. Berbeda dengan hotel melati, mungkin kedua benda tersebut digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun sehingga diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Lalu apa karakteristik aktiva tetap? A. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI AKTIVA TETAP Aktiva tetap adalah yang dibeli dengan tujuan untuk dipergunakan secara aktif di dalam operasional perusahaan dalam rangka mencari laba, dan memberikan masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Berdasarkan ada tidaknya wujud fisik, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap berwujud misalnya tanah, gedung, mesin, kendaraan dan yang lainnya, dan aktiva tetap tidak tidak berwujud misalnya paten, trade mark, copyright, franchise dan goodwill. Berdasarkan terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap yang memberikan masa manfaat Pengantar Akuntansi 2 75 75 terbatas misalnya mesin, kendaraan, gedung dan aktiva tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas contohnya tanah. Pembahasan aktiva tetap pada bab ini difokuskan untuk aktiva tetap berwujud. B. PENENTUAN HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal. Harga perolehan diukur dengan kas yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas, maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak berdasarkan bukti atau data yang tersedia. Apabila harga perolehan telah ditetapkan, maka harga perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aktiva yang bersangkutan. Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktiva tetap, berbeda-beda antara satu aktiva tetap dengan aktiva tetap yang lain. Berikut akan dijelaskan biaya-biaya yang menambah harga perolehan aktiva tetap pada tiap-tiap jenis aktiva tetap. 1. Tanah Harga perolehan tanah terdiri dari: harga beli tunai, biaya balik nama, komisi perantara(kalau ada) dan pajak pembelian. Jika pada saat dibeli tanah dalam kondisi tidak siap digunakan misalnya berbatu, tidak rata, dan ditumbuhi tanaman liar, maka biaya yang dikeluarkan untuk menjadikan tanah siap diisi bangunan, merupakan harga perolehan tanah. Jika tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan, sementara sebelumnya pada tanah tesebut terdapat bangunan tua yang sudah tidak digunakan, maka biaya yang dikeluarkan untuk meratakan bangunan lama juga merupakan penambah harga perolehan. Apabila terdapat beberapa komponen dari bangunan lama yang masih bisa dijual, maka harga jual komponen bangunan lama mengurangi harga perolehan tanah. Pengantar Akuntansi 2 76 76 Contoh UD Ganen membeli sebidang tanah dengan harga Rp 500.000.000 biaya balik nama yang dikeluarkan Rp 2.000.000, pajak pembelian Rp 2.500.000. Untuk membersihkan tanaman liar dikeluarkan biaya Rp 200.000 dan pembongkaran gudang lama Rp 500.000. Genteng yang merupakan atap gudang dijual seharga Rp 300.000. Harga perolehan tanah yang dibeli UD Ganen adalah: Harga beli Rp 500.000.000 Biaya balik nama Rp 2.000.000 Pajak pembelian Rp 2.500.000 Pembersihan Rp 700.000+ Total pengeluaran Rp 505.200.000 Hasil penjualan komponen gudang Rp 300.000 – Total harga perolehan Rp 504.900.000 Jurnal untuk mencatat perolehan tanah adalah Tanah Rp 504.900.000 Kas 504.600.000 2. Gedung Semua pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung harus dibebankan pada rekening gedung. Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka harga perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris. Jika gedung dibangun sendiri, maka harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat gedung, termasuk pembuatan saluran listrik dan air, jasa arsitek dan biaya IMB. Jika pembangunan gedung menggunakan dana pinjaman sehingga menimbulkan biaya bunga, maka biaya bunga boleh dibebankan sebagai harga perolehan gedung, namun pembebanan tersebut hanya selama masa konstruksi. 3. Kendaraan Harga perolehan kendaraan meliputi harga faktur, PPN, biaya pengecetan dan biaya balik nama. Jika terdapat pembayaran pajak kendaraan dan premi asuransi yang dibayar dimuka tidak Pengantar Akuntansi 2 77 77 merupakan komponen harga perolehan, melainkan dibebankan sebagai biaya operasional pada periode yang bersangkutan. Contoh: CV WGAH membeli sebuah kendaraan dengan harga Rp 300.000.000, pengeluaran lain yang berhubungan dengan kendaraan PPN Rp 3.000.000, pengecatan Rp 1.000.000, bea balik nama 1.500.000, premi asuransi kecelakaan dibayar dimuka Rp 1.200.000 dan biaya pengurusan STNK Rp 3.500.000. Perhitungan harga perolehan kendaraan adalah sebagai berikut: Harga faktur Rp 300.000.000 PPN Rp 3.000.000 Pengecatan Rp 1.000.000 Balik nama Rp 1.500.000 Total harga perolehan Rp 302.500.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan kendaraan adalah: Kendaraan Rp 302.500.000 Pajak kendaraan Rp 3.500.000 Asuransi dibayar dimuka Rp 1.200.000 Kas Rp 307.200.000 4. Mesin Harga perolehan mesin meliputi harga beli/faktur, PPN, premi asuransi pengangkutan, biaya pemasangan dan biaya uji coba. Dalam hal uji coba mesin memerlukan pembelian bahan baku, maka harga bahan baku merupakan penambah harga perolehan Jika hasil uji dapat dijual, maka hasil penjualan akan mengurangi harga perolehan. Jika terjadi kesalahan dalam pemasangan, maka biaya untuk memperbaiki kerusakan karena kesalahan pemasangan tidak boleh menambah harga perolehan mesin dan harus dibebankan sebagai biaya di luar usaha pada periode terjadinya. Contoh UD Collour membeli mesin cetak Noritsu dengan harga Rp 250.000.000. PPN 10% dari harga faktur, premi asuransi pengiriman Rp 200.000, biaya pemasangan Rp 500.000. Untuk melakukan uji coba cetak dikeluarkan biaya Rp 300.000 dan hasil uji coba dijual dengan harga Rp 150.000. Pada saat pemasangan Pengantar Akuntansi 2 78 78 karyawan melakukan kecerobohan sehingga timbul kerusakan dan mesin harus direparasi yang menghabiskan biaya Rp 400.000. Perhitungan harga perolehan mesin dan jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin adalah sebagai berikut: Harga faktur Rp 250.000.000 PPN Rp 25.000.000 Premi asuransi pengiriman Rp 200.000 Biaya pemasangan Rp 500.000 Biaya bahan uji coba Rp 300.000+ Jumlah pengeluaran Rp 276.000.000 Penjualan produk hasil uji coba Rp 150.000 – Total harga perolehan mesin Rp 275.850.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin Mesin Noritsu Rp 275.850.000 Biaya di luar usaha Rp 400.000 Kas Rp 276.250.000 C. CARA-CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP Perolehan aktiva tetap memerlukan dana yang relatif besar, oleh karenanya memperoleh aktiva tetap dengan cara tunai relatif barang dilakukan. Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara tunai, maka pencatatan yang dilakukan adalah dengan mendebet aktiva tetap sebesar harga perolehan dan mengkredit kas. Selain dengan cara tunai, beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap adalah: 1. Pembelian Gabungan Ketika perusahaan melakukan pembelian, kadang terjadi pembelian dilakukan untuk beberapa jenis aktiva tetap secara bersamaan dengan harga beli tunggal. Dalam hal seperti itu, penentuan harga perolehan masing-masing aktiva tetap dilakukan dengan cara mengalokasikan total harga perolehan ke masingmasing harga perolehan aktiva tetap. Pengalokasian total harga Pengantar Akuntansi 2 79 79 perolehan ke masing-masing aktiva dapat menggunakan taksiran harga pasar tiap aktiva tetap. Contoh PT Anan membeli aktiva tetap yang terdiri dari gedung, kendaraan dan mesin secara gabungan (lump sum) sebesar Rp 4.000.000.000. Menurut estimasi apraiser nilai pasar masingmasing aktiva tetap adalah gedung Rp 3.500.000.000, kendaraan Rp 300.000.000 dan mesin Rp 350.000.000. Pengalokasian harga perolehan gabungan ke masing-masing aktiva tetap dilakukan dengan cara sebagai berikut: Jenis Aktiva Gedung Kendaraan Mesin Total Taksiran % Harga Pasar (Rp) 3.500.000.000 84.34 300.000.000 7.23 350.000.000 8.43 4.150.000.000 100 Perhitungan Alokasi Harga Perolehan (Rp) 84.34%x4.000.000.000 3.373.600.000 7.23%x4.000.000.000 289.200.000 8.43%x4.000.000.000 337.200.000 4.000.000.000 Jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap tersebut adalah: Gedung Rp 3.373.600.000 Kendaraan Rp 289.200.000 Mesin Rp 337.200.000 Kas Rp 4.000.000.000 2. Pembelian Kredit Pembelian aktiva tetap secara kredit dilakukan dengan alasan ketidaktersediaan kas dalam jumlah besar. Mengingat nilai aktiva tetap yang dibeli secara kredit dalam jumlah yang relatif besar, untuk menjamin kepastian pembayaran, pembeli biasanya akan mendandatangani wesel bayar, yang secara spesifik menyebutkan persyaratan mengenai penyelesaian kewajiban. Bunga atas pembelian kredit tidak termasuk harga perolehan aktiva, melainkan dicatat sebagai biaya bunga pada periode berjalan. CV Ananta membeli sebuah mesin pada tanggal 2 Januari 2015 dengan harga Rp 300.000.000, pembayaran pertama 20% dan sisanya diangsur selama 5 tahun dengan bunga 11% flat pertahun. Pengantar Akuntansi 2 80 80 Jurnal untuk mencatat pembelian mesin tersebut adalah: Tanggal 2 Januari 2015 Mesin Rp 300.000.000 Kas Rp 60.000.000 Utang usaha Rp 240.000.000 Tanggal 2 Februari 2015 (pembayaran angsuran pertama) Utang usaha Rp 4.000.000 Biaya bunga Rp 2.200.000 Kas Rp 6.200.000 Untuk bulan selanjutnya setiap tanggal 2 selalu dibuat jurnal yang sama sampai dengan utang usaha tersebut lunas. Pembelian secara kredit tidak selamanya menyebutkan bunga secara eksplisit. Bunga bisa juga dinyatakan secara implisit atau include di dalam harga perolehan mesin. Contoh Sebuah peralatan memiliki harga tunai Rp 150.000.000, namun jika dibeli secara kredit, kontrak pembelian kredit mewajibkan pembeli membayar uang muka 30% dan sisanya boleh diangsur dengan angsuran per bulan Rp 3.000.000 selama 5 tahun. Jurnal untuk mencata pembelian peralatan adalah: Peralatan Rp 225.000.000 Utang usaha Rp 180.000.000 Kas Rp 45.000.000 Pembayaran angsuran pertama pada bulan berikutnya Utang usaha Rp 3.000.000 Biaya bunga Rp 1.250.000* Kas Rp 4.250.000 *(Rp 225.000.000-Rp 150.000.000) : 60 bulan 3. Sewa Guna Usaha Sewa guna usaha sering juga disebut dengan leasing merupakan cara memperoleh aktiva tetap dengan melakukan sewa namun Pengantar Akuntansi 2 81 81 pada akhir masa kontrak pihak yang menyewakan atau lessor memberikan penyewa atau lessee hak opsi untuk membeli aktiva tetap tersebut(capital lease). 4. Pertukaran Aktiva tetap bisa juga diperoleh dengan cara ditukar yang kadangkadang disertai dengan penambahan pembayaran atau disebut dengan tukar tambah. Menurut PSAK No 16 menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal. Jika nilai wajar/harga pasar baik aktiva lama maupun aktiva baru tidak dapat ditentukan, maka nilai buku aktiva lama bisa digunakan sebagai dasar pencatatan. Dalam hal terjadi laba atau rugi pertukaran aktiva tetap, maka menurut PSAK No 16, laba atau rugi pertukaran aktiva tetap hanya terjadi pada pertukaran aktiva tetap tidak sejenis, sedangkan pada aktiva tetap sejenis tidak terjadi laba/rugi pertukaran karena harga perolehan aktiva tetap yang baru adalah jumlah yang tercatat dari aktiva tetap lama yang dilepaskan. Pertukaran aktiva tetap sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang sama. Sedangkan pertukaran aktiva tetap tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang memiliki sifat dan fungsi yang tidak sama, misalnya truk ditukar dengan mesin atau gedung. 5. Penerbitan sekuritas Perusahaan dapat menerbitkan saham untuk ditukarkan dengan tanah, gedung, mesin atau peralatan, dengan mencatat aktiva tetap tersebut sebesar harga pasar dari aktiva tetap atau surat berharga mana yang lebih andal. Contoh Perusahaan memperoleh peralatan dengan menerbitkan 100.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Harga pasar saham saat terjadi pertukaran adalah Rp 1.250 per lembar. Saat itu perusahaan sulit menentukan nilai pasar peralatan secara objektif. Jurnal untuk mencatat perolehan peralatan adalah: Pengantar Akuntansi 2 82 82 Peralatan Rp 125.000.000 Modal saham Rp 100.000.000 Agio saham Rp 25.000.000 6. Konstruksi (bangun) sendiri Ada beberapa alasan perusahaan membuat atau membangun sendiri aktiva tetap yang diperlukan, diantaranya mengoptimalkan kapasitas atau tenaga kerja yang menganggur, menginginkan aktiva tetap yang lebih berkualitas dan melakukan penghematan. Harga perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri meliputi semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka membangun aktiva tetap tersebut, termasuk biaya bunga jika pembangunan menggunakan dana pinjaman dengan ketentuan sebagai berikut: a. Biaya bunga terhitung mulai ketika pengeluaran pertama kali dilakukan atas proyek dan berlanjut seiring berjalannya proses kontruksi sampai aktiva tetap selesai dibangun dan siap digunakan dalam kondisi normal. b. Tingkat suku bunga yang akan digunakan dalam menghitung besarnya bunga adalah tingkat suku bunga khusus untuk konstruksi. c. Jika periode kontruksi meliputi lebih dari satu periode akuntansi, maka akumulasi pengeluaran juga mencakup kapitalisasi bunga tahun sebelumnya. d. Bunga maksimum yang dapat dikapitalisasi adalah sebesar total bunga yang terjadi selama periode berjalan, atau total bunga selama masa kontruksi. 7. Donasi Menurut prinsip akuntansi aktiva dicatat sebesar harga perolehannya. Namun dalam hal aktiva tetap diperoleh dari donatur maka harga perolehannya akan sangat kecil. Dalam hal ini harga pasar aktiva tetap dapat dipakai sebagai dasar pencatatan aktiva tetap tersebut. Misalnya CV Ananta memperoleh donasi berupa mesin dan peralatan dari pemerintah dengan harga pasar Pengantar Akuntansi 2 83 83 masing-masing Rp 75.000.000 dan Rp 10.000.000. Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap tersebut adalah: Mesin Rp 75.000.000 Peralatan Rp 10.000.000 Modal sumbangan Rp 85.000.000 D. PENYUSUTAN AKTIVA TETAP Penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva tetap selama periode yang memperoleh masa manfaat aktiva tetap tersebut. Penyusutan terjadi ketika aktiva tetap telah digunakan dan merupakan beban pada periode di mana aktiva tetap tersebut digunakan. Penyusutan dilakukan karena masa manfaat dan potensi aktiva tetap semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva tetap tersebut dibebankan menjadi biaya secara bertahap selama masa manfaatnya. Jadi, beban penyusutan adalah pengakuan atas penggunaan manfaat potensial dari suatu aktiva tetap. Sifat beban penyusutan secara konsep tidak berbeda dengan beban yang mengakui pemanfaatan atas premi asuransi ataupun sewa dibayar dimuka selama periode berjalan. Beban penyusutan merupakan beban yang tidak memerlukan pengeluaran kas, karena beban ini merupakan pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi beban selama masa manfaat aktiva tetap tersebut dengan jurnal: Beban penyusutan aktiva tetap xxx Akumulasi penyusutan aktiva tetap xxx Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penysutan aktiva tetap adalah: 1. Harga perolehan aktiva tetap Merupakan semua pengeluaran yang terjadi dalam rangka memperoleh aktiva tetap sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal. 2. Nilai residu atau nilai sisa Merupakan estimasi nilai realisasi pada saat aktiva tetap tersebut tidak dipakai lagi. Besarnya estimasi nilai residu Pengantar Akuntansi 2 84 84 tergantung pada kebijakan manajemen mengenai penghentian aktiva tetap tersebut. 3. Umur ekonomis Merupakan periode waktu di mana perusahaan dapat menggunakan aktiva tetap tersebut tanpa harus mengeluarkan biaya perbaikan secara material. Umur ekonomis berbeda dengan umur teknis. Umur teknis bisa lebih lama daripada umur ekonomis. Meskipun secara teknis aktiva tetap masih dapat digunakan, namun jika aktiva tetap tersebut harus sering di reparasi dengan mengeluarkan biaya yang material maka dapat dinyatakan bahwa aktiva tetap tersebut masih memiliki umur teknis tetapi tidak memiliki umur ekonomis. Jenis-jenis metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari: 1. Metode atas dasar waktu a. Metode garis lurus Jumlah beban penyusutan pada tiap periode selalu sama. Rumus untuk menghitung beban penyusutan adalah: Harga perolehan-Nilai residu Penyusutan = ---------------------------------------Umur ekonomis Misal Awal tahun 2015 Klinik Wiweka membeli peralatan medis seharga Rp 65.000.000 peralatan tersebut diperkirakan memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000. Besarnya penyusutan per tahun= (65.000.000-5.000.000): 5 = Rp 12.000.000. Besarnya penyusutan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019 selalu sama sebesar Rp 12.000.000 sedangkan jumlah akumulasi penyusutan meningkat, dan nilai buku semakin menurun. Besarnya nilai penysutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku nampak sebagai berikut. Pengantar Akuntansi 2 85 85 Akhir Beban penyusutan tahun Akumulasi penyusutan 2015 2016 2017 2018 2019 12.000.000 24.000.000 36.000.000 48.000.000 60.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Nilai buku Akhir tahun 65.000.000 53.000.000 41.000.000 29.000.000 17.000.000 5.000.000 b. Metode jumlah angka tahun Metode jumlah angka tahun mendasarkan pada suatu pemikiran yang menyatakan bahwa biaya yang berkaitan dengan penggunaan aktiva tetap sebagian besar disebabkan oleh dua hal yaitu pemeliharan dan penyusutan aktiva tetap. Secara normal biaya pemeliharaan besar kecil pada tahun awal dan membesar pada tahun berikutnya. Metode ini menginginkan biaya periodik yang berkaitan dengan aktiva tetap realati stabil selama umur ekonomisnya, sehingga untuk mengimbangi biaya pemeliharaan yang semakin lama semakin besar, maka beban penyusutan besar pada tahun awal dan mengecil pada tahun berikutnya. Langkah perhitungan penyusutan dengan metode jumlah angka tahun adalah: 1). Masing-masing tahun diberi angka yang bobotnya sebesar sisa umur aktiva pada tahun yang bersangkutan. Misalnya aktiva tetap yang umur ekonomisnya 5 tahun, tahun pertama diberi angka 5, tahun kedua angka 4 dan seterusnya. Angka-angka ini disebut angka tahun. 2).Jumlahkan angka-angka tahun pada point 1, yakni 5+4+3+2+1= 15 3). Penyusutan masing-masing-masing tahun adalah dengan mengalikan “depreciable cost” dengan angka pecahan. Angka pecahan tersebut, pembilangnya adalah angka tahun pada tahun yang bersangkutan dan penyebutnya adalah jumlah angka tahun. Pengantar Akuntansi 2 86 86 Dengan menggunakan peralatan medis yang dimiliki oleh klinik wiweka, maka tabel perhitungan penyusutannya adalah sebagai berikut: Tahun Pecahan Beban Akumulasi Nilai ke Angka Penyusutan penyusutan Buku Tahun 0 65.000.000 1 5/15 20.000.000 20.000.000 45.000.0002 4/15 16.000.000 36.000.000 29.000.000 3 3/15 12.000.000 48.000.000 17.000.000 4 2/15 8.000.000 56.000.000 9.000.000 5 1/15 4.000.000 60.000.000 5.000.000 Jumlah 15/15 60.000.000 2. Metode atas dasar satuan produksi Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva tetap yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit produk yang dapat dihasilkan oleh aktiva tetap. Harga perolehan-Nilai residu Tarif penyusutan per unit = ------------------------------------Taksiran jumlah produk Dengan cara ini jumlah beban penyusutan tiap periode berubahubah sesuai dengan produk yang dihasilkan. Contoh sebuah mesin cetak yang dibeli pada Januari 2015 dengan harga perolehan Rp 50.000.000, diakhir umur ekonomisnya mesin tersebut diperkirakan laku dijual dengan harga Rp 5.000.000. Taksiran hasil cetakan yang mampu dihasilkan selama umur ekonomisnya adalah 2.500 unit. Rp 50.000.000-5.000.000 Tarif penysutan per unit = ---------------------------------2.500 = Rp 18.000 per unit Misalnya, jumlah produk yang dihasilkan tiap tahun adalah sebagai berikut: Pengantar Akuntansi 2 87 87 Tahun 2015 = 700 Tahun 2016 = 500 Tahun 2017 = 600 Tahun 2018 = 400 Tahun 2019 = 300 Beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku mesin cetak selama umur ekonomisnya adalah: Satuan Beban Akhir Akumulasi Nilai tahun Produk penyusutan penyusutan Buku ke 0 50.000.000 1 700 12.600.000 12.600.000 37.400.000 2 500 9.000.000 21.600.000 28.400.000 3 600 10.800.000 32.400.000 17.600.000 4 400 7.200.000 39.600.000 10.400.000 5 300 5.400.000 45.000.000 5.000.000 Jumlah 2.500 45.000.000 E. PENGELUARAN SELAMA PEMAKAIAN AKTIVA TETAP Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan. Reparasi rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aktiva tetap beroperasi dengan efisien dan dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan. Biaya reparasi rutin umumnya tidak begitu besar jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang selama umur ekonomi aktiva tetap. Biaya ini dibebankan sebagai pengeluaran pendapatan/revenue expenditure selama umur ekonomis aktiva tetap dengan cara mendebet akun biaya pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya pengeluaran rutin tersebut. Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran untuk meningkatkan efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau menambah umur ekonomis aktiva tetap. Pengeluaran ini umumnya dalam jumlah relatif besar namun jarang terjadi. Pengeluaran untuk penambahan dan perbaikan akan meningkatkan investasi perusahaan dalm fasilitas Pengantar Akuntansi 2 88 88 produksi, sehingga disebut pengeluaran modal/capital expenditure. Perlakuan akuntansinya berbeda-beda tergantung pada sifat pengeluarannya. Penambahan, biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik dan kapasitas produksi. Penambahan dicatat dengan mendebet akun aktiva yang mengalami penambahan. Misalnya terjadi penambahan garasi pada suatu gedung, maka pengeluaran tersebut dicatat dengan mendebet akun gedung. Perbaikan, bisa diperlakukan dalam berbagai macam bentuk. Kadang-kadang suatu perbaikan merupakan penggantian suatu subbagian dari suatu aktiva produktif dengan unit yang baru. Misalnya gedung yang dulunya menggunakan kap dari kayu karena sudah lama, maka diganti dengan kap baja ringan. Pengeluaran untuk perbaikan harus didebet ke akun aktiva yang bersangkutan. Contoh UD Ganendra melakukan perbaikan untuk mobil box yang dipakai sebagai armada keliling. Perbaikan besar berupa turun mesin ini, mengeluarkan biaya Rp 10.000.000 mengakibatkan penambahan umur ekonomis mobil tersebut. Pengeluaran ini dicatat dengan mendebet akun akumulasi depresiasi mobil box. Apabila perbaikan tidak menambah masa manfaat dari suatu aktiva tetap, maka pengeluaran untuk perbaikan tersebut dicatat dengan cara yang sama dengan penambahan. Rangkuman 1. Dilihat dari ada tidaknya wujud fisik aktiva tetap dibedakan aktiva tetap tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. Berdasarkan terbatas tidaknya masa manfaat, aktiva tetap dibedakan menjadi aktiva tetap yang memberikan masa manfaat terbatas dan aktiva tetap yang memberikan masa manfaat tidak terbatas. 2. Menurut prinsip akuntansi, aktiva tetap dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan adalah harga beli/faktur ditambah dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva tetap tersebut siap digunakan dalam kondisi normal. Pengantar Akuntansi 2 89 89 3. Selain dengan cara tunai, aktiva tetap juga dapat diperoleh dengan cara: a. Pembelian gabungan b. Pembelian kredit c. Sewa guna usaha d. Pertukaran e. Penerbitan sekuritas f. Konstruksi/bangun sendiri g. Donasi 4. Penyusutan aktiva tetap merupakan alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aktiva tetap selama periode yang memperoleh masa manfaat aktiva tetap tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap adalah : a. Harga perolehan b. Nilai residu c. Umur ekonomis Metode penyusutan aktiva tetap terdiri dari: a. Metode berdasarkan satuan waktu yang terdiri dari metode garis lurus dan angka tahun. b. Metode berdasarkan satuan produksi 5. Selama masa pemakaian aktiva tetap, perusahaan mungkin melakukan pengeluaran-pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan. Reparasi rutin diperlakukan sebagai beban pengeluaran dan dicatat dengan mendebet akun pemeliharaan aktiva tetap pada periode terjadinya. Pengeluaran untuk penambahan aktiva tetap dicatat dengan mendebet akun aktiva tetap yang mengalami penambahan. Pengeluaran untuk perbaikan jika menyebabkan penambahan umur ekonomis aktiva tetap tersebut, pengeluarannya dicatat dengan mendebet akumulasi penyusutan aktiva tetap tersebut, sedangkan jika pengeluaran tersebut tidak menambah umur ekonomis diperlakukan sama dengan penambahan. Pengantar Akuntansi 2 90 90 Bahan Diskusi 1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang harga perolehan termasuk komponen dari masing-masing harga perolehan aktiva tetap tersebut. 2. Untuk aktiva tetap yang diperoleh melalui sebuah pembelian gabungan, bagaimana total harga beli dialokasikan diantara masingmasing aktiva yang dibeli? 3. Aktiva tetap juga dapat diperoleh melalui sewa guna usaha, jelaskan apa yang dimaksud dengan sewa guna usaha? 4. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk mencatat biaya bunga yang terjadi atas dana yang dipinjam untuk keperluan konstruksi atas aktiva yang dibangun sendiri? 5. Bagaimana biaya-biaya yang dikeluarkan atas aktiva tetap diklasifikasikan dan bagaimana perlakuan akuntansinya? 6. Apa makna penyusutan aktiva tetap? 7. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusutan aktiva tetap! 8. Metode apa saja yang digunakan untuk menghitung penyusutan aktiva tetap? 9. Jelaskan perlakuan akuntansi atas aktiva tetap yang diperoleh dengan cara donasi! 10.Jelaskan langkah-langkah penghitungan penyusutan aktiva tetap dengan metode angka tahun! Latihan Soal 1. UD Ananta membeli mesin pada tanggal 2 Januari 2015 dengan harga faktur Rp 25.000.000, biaya angkut dan pemasangan Rp 900.000 dan PPN 10% dari harga faktur. Mesin diperkirakan memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai residu Rp 5.000.000. Diminta: a. Buat jurnal untuk mencatat harga perolehan mesin b. Buat tabel beban penyusutan, akumulasi penyusutan dan nilai buku mesin. 2. Pada tanggal 3 Maret 2014, UD Ganendra membeli mesin, peralatan dan kendaraan secara lumpsum dengan membayar Rp 340.500.000. Pengantar Akuntansi 2 91 91 Harga pasar masing-masing aktiva tersebut jika dibeli secara terpisah adalah sebagai berikut: Mesin Rp 187.500.000 Peralatan Rp 78.000.000 Kendaraan Rp 112.500.000 Diminta: a. Hitunglah harga perolehan masing-masing aktiva tetap tersebut b. Buat jurnal untuk mencatat harga perolehan aktiva tetap tersebut. 3. Pada tanggal 12 April 2014, klinik wiweka membeli sebuah peralatan medis dengan harga Rp 40.000.000. Biaya angkut dan pemasangan masing-masing Rp 500.000 dan Rp 400.000. PPN 10% dari harga faktur. Karena kecerobohan pegawai klinik saat membantu pemasangan, maka terjadi kerusakan pada peralatan sehingga harus dikeluarkan biaya reparasi Rp 250.000. Diminta: a. Hitunglah harga perolehan peralatan medis tersebut. b. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pembelian peralatan medis tersebut. 4. Pada tanggal 2 Januari 2015 PT WGAH membeli sebuah mesin dengan harga Rp 400.000.000. Nilai residu mesin Rp 40.000.000 dengan perkiraan produk sebanyak 1.200.000 unit komponen x. Perusahaan menggunakan metode unit produk untuk menghitung biaya depresiasi. Jika tahun 2014 dan 2015 jumlah komponen x yang dihasilkan masing-masing 15.000 dan 20.000 unit, maka: a. Hitunglah beban penyusutan tahun 2014 dan 2015 b. Buat jurnal untuk mencatat beban penyusutan tersebut. Pengantar Akuntansi 2 92 92 BAB VI AKUNTANSI UTANG LANCAR Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. DEFINISI UTANG LANCAR JENIS UTANG LANCAR UTANG KONTINJENSI PENYAJIAN UTANG LANCAR DI NERACA Dalam rangka mengefisienkan penggunaan kas, seringkali perusahaan melakukan pembelian secara kredit. Pembelian secara kredit memiliki keuntungan yakni perusahaan tidak perlu menyediakan modal kerja dalam jumlah yang relatif besar untuk memenuhi kebutuhan akan barang jasa untuk menjalankan kegiatan operasional usahanya. Pembelian barang dagangan secara kredit umumnya dibayar dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi sehingga menimbulkan utang lancar. A. DEFINISI UTANG LANCAR Menurut PSAK No. 9. Paragraf 21 kewajiban(utang) jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Utang jangka pendek dapat dikelompokkan menjadi: a. Utang yang jumlahnya dapat dipastikan di muka, b. Utang yang jumlahnya tergantung kepada hasil produksi, c. Utang yang jumlahnya ditaskir. Sedangkan menurut Haryono Jusup, kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang), dan (2) dengan menggunakan aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain. Pengantar Akuntansi 2 93 93 B. JENIS UTANG LANCAR Pembelian barang dan jasa yang dilakukan secara kredit dengan pembayaran dalam jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi akan menimbulkan utang lancar. Jenis utang lancar terdiri dari: 1. Utang wesel Pembelian secara kredit yang disertai dengan janji tertulis menimbulkan utang wesel. Utang wesel ada yang yang berbunga ada juga yang tidak berbunga. Jika utang wesel tidak berbunga, maka saat jatuh tempo jumlah yang dibayar sebesar nilai nominal utangnya. a. Utang wesel berbunga Pada tanggal 1 September 2014 UD Gargitha melakukan pembelian secara kredit dengan menandatangani sebuah wesel bernilai nominal Rp 75.000.000, bunga 13,5% per tahun, jangka waktu 6 bulan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat utang wesel tersebut adalah 1 September 2014 Pembelian Rp 75.000.000 Utang wesel Rp 75.000.000 31 Desember 2014 Biaya bunga Rp 3.375.000 Utang bunga Rp 3.375.000 13.5%x4/12xRp 75.000.000 1 Januari 2015 Utang bunga Rp 3.375.000 Biaya bunga Rp 3.375.000 1 Februari saat wesel jatuh tempo Utang wesel Rp 75.000.000 Biaya bunga Rp 5.062.500 Kas Rp 80.062.500 b. Utang wesel tidak berbunga Jika yang ditandatangani oleh UD Gargitha adalah wesel tanpa bunga, maka perusahaan penjual akan memotong diskonto tertentu. Misalnya pada tanggal 1 September 2014, di tanda Pengantar Akuntansi 2 94 94 tangani wesel tanpa bunga dalam jangka waktu 6 bulan, maka nilai nominal wesel adalah Rp 80.062.500, namun nilai barang dan jasa yang diserahkan adlah Rp 75.000.000. Diskonto sebesar Rp 5.062.500 adalah bunga selama 6 bulan. Jumlah ini harus dialokasikan selama 6 bulan sejak wesel ditandatangani sampai dengan pelunasan. Untuk tahun 2014, karena waktunya 4 bulan, maka alokasinya hanya Rp 3.375.000 sisanya Rp 1.687.500 untuk tahun 2015. Jurnal yang dibuat oleh UD Gargitha adalah: 1 September 2014 Pembelian Rp 75.000.000 Diskonto utang wesel Rp 5.062.500 Utang wesel Rp 80.062.500 31 Desember 2014 Biaya bunga Rp 3.375.000 Diskonto utang wesel Rp 3.375.000 (mencatat amortisasi diskonto untuk 4 bulan) 1 Februari 2015 Utang wesel Rp 80.062.500 Kas Rp 80.062.500 (mencatat pelunasan utang wesel) 2. Utang pajak Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah self assesment system yaitu wajib pajak menghitung dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya. Utang pajak yang harus dihitung dan dilaporkan baik bagi wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan adalah: a. PPN Keluaran Jika wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan bertindak selaku Pengusaha Kena Pajak (PKP) maka ketika menyerahkan Barang/Jasa Kena Pajak, wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disebut dengan PPN Keluaran. PPN tersebut kemudian di laporkan dan disetorkan ke kas negara, dimana jumlahnya 10% dari BKP/JKP yang diserahkan. Pengantar Akuntansi 2 95 95 Contoh PT WGAH menyerahkan BKP kepada pembeli dengan harga Rp 25.000.000 belum termasuk PPN, jurnal untuk mencatat penyerahan BKP tersebut adalah Kas Rp 27.500.000 Penjualan Rp 25.000.000 Utang PPN Rp 2.500.000 Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, pada saat dilakukan pelaporan PPN maka jurnal yang dibuat adalah Utang PPN Rp 2.500.000 Kas Rp 2.500.000 b. PPh Badan Terdapat dua ketentuan pajak penghasilan untuk wajib pajak badan. Bagi wajib pajak badan yang memiliki peredaran bruto se tahun di bawah Rp 4.800.000.000 pertahun maka tarif PPh nya adalah 1% dari peredaran bruto. Sedangkan bagi yang memiliki peredaran bruto Rp 4.800.000.000 ke atas, maka PPh terutangnya dihitung dari Penghasilan Kena Pajak (PKP)nya. Setelah jumlah pajak terutang diketahui maka jurnal untuk mencatat utang pajak tersebut adalah: Beban pajak xxx Utang PPh xxx Pembayaran utang pajak pada bulan berikutnya dicatat dengan jurnal: Utang PPh xxx Kas xxx c. PPh Karyawan Utang pajak atas penghasilan karyawan timbul pada saat pembebanan beban gaji. Pada saat perusahaan memperhitungkan beban gaji dan utang pajak atas penghasilan karyawannya, maka jurnal yang dibuat adalah: Pengantar Akuntansi 2 96 96 Beban gaji dan upah xxx Utang gaji dan upah xxx Utang PPh karyawan xxx (jurnal untuk mencatat pembebanan gaji dan upah) Pada saat pembayaran gaji jurnalnya adalah: Utang gaji dan upah xxx Kas xxx (mencatat pembayaran gaji) Jika pajak penghasilan karyawan yang dipotong disetorkan ke kas negara, maka jurnalnya adalah: Utang PPh karyawan xxx Kas xxx 3. Utang dividen Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemilik saham. Dividen terutang pada saat dilakukan pengumuman pembagian dividen. Misalnya pada tanggal 31 Desember 2014, PT WGAH mengumumkan pembagian dividen Rp 2.000 per lembar saham, dengan jumlah saham yang beredar 15.000 lembar. Dividen akan dibayarkan tanggal 1 Februari 2015. Jurnal untuk mencatat pengumuman dan pembayaran dividen adalah sebagai berikut: 31 Desember 2014 Laba ditahan Rp 30.000.000 Utang dividen Rp 30.000.000 1 Februari 2015 Utang dividen Rp 30.000.000 Kas Rp 30.000.000 4. Utang garansi Utang garansi terjadi ketika perusahaan menjual produk yang disertai dengan jaminan garansi atas produk yang dijual tersebut. Utang garansi dicatat pada periode terjadinya penjualan dengan mendebet akun biaya garansi dan mengkredit akun utang garansi. Misalnya Tahun 2014 Ganendra elektrik menjual 2.000 unit barang-barang elektronik dengan harga rata-rata Rp 250.000 per unit. Harga jual ini meliputi garansi satu tahun untuk suku cadang. Pengantar Akuntansi 2 97 97 Di perkirakan bahwa 2% produk akan rusak dengan menggunakan biaya reparasi Rp 40.000 per unit. Di tahun penjulan perusahaan telah menerima klaim garansi sebanyak 10 buah produk dan mereparasinya dengan biaya sebesar Rp 400.000. Tanggal 31 Desember 2014, perusahaan perlu menaksir biaya garansi yang mungkin dikeluarkan di tahun 2015 yang berasal dari penjualan tahun 2014. Perhitungannya sebagai berikut: Penjualan 2.000 unit Persentase taksiran yang rusak 2% Jumlah taksiran yang rusak 40 unit Jumlah unit rusak yang sudah direparasi 10 unit Jumlah unit yang akan direparasi 30 unit Taksiran biaya reparasi per unit Rp. 40.000 Taksiran utang garansi Rp 1.200.000 Jurnal yang dibuat oleh Ganendra Elektrik adalah: Tahun 2014 Kas Rp 500.000.000 Penjualan Rp 500.000.000 (mencatat penjualan 2.000 unit produk dengan harga Rp 250.000 per unit) Biaya garansi Rp 400.000 Persediaan suku cadang/utang gaji Rp 400.000 (mencatat biaya garansi yang telah terjadi) 31 Desember 2014 Biaya garansi Rp 1.200.000 Utang garansi Rp 1.200.000 (mencatat taksiran utang garansi) Pada laporan laba rugi tahun 2014 besarnya biaya garansi yang dilaporkan adalah Rp 1.600.000 yang merupakan bagian dari biaya pemasaran. Pengantar Akuntansi 2 98 98 Tahun 2015, realisasi klaim garansi bisa jadi lebih kecil atau lebih besar dari yang diperkirakan. Selisih biaya garansi yang sesungguhnya dengan yang diperkirakan dicatat dalam akun keuntungan atau kerugian atas biaya garansi. 5. Pendapatan diterima dimuka Penerimaan kas sebelum barang/jasa diserahkan menimbulkan utang yang disebut pendapatan diterima dimuka. Misalnya hotel atau penginapan yang menerima uang muka sebelum tamunya menggunakan fasilitas perusahaan. Demikian juga dengan perusahaan furniture atau konveksi ataupun jenis usaha lainnya, mungkin menerima pembayaran dimuka sebelum barang/jasa diserahkan. Pencatatan atas penerimaan pendapatan dimuka dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut: a. Apabila perusahaan menerima pembayaran dimuka dari pembeli, maka dijurnal dengan mendebet Kas dan mengkredit Pendapatan diterima dimuka b. Apabila barang atau jasa telah diserahkan maka dijurnal dengan mendebet Pendapatan diterima dimuka dan mengkredit Pendapatan. Contoh Tanggal 12 April 2014, UD Ananta Furniture menerima pesanan 500 buah meja belajar dengan harga Rp 75.000 per buah. Pelanggan membayar uang muka pada tanggal tersebut 10% dari nilai pesanan. Tanggal 12 Mei pesanan diserahkan dan UD Ananta menerima pelunasan dari pelanggan. Jurnal yang dibuat oleh UD Ananta Furniture adalah: 12 April 2014 Kas Rp 3.750.000 Pendapatan diterima dimuka Rp 3.750.000* 12 Mei 2014 Kas Pendapatan diterima dimuka Pendapatan Atau Pengantar Akuntansi 2 Rp 33.750.000 Rp 3.750.000 Rp 37.500.000 99 99 Pendapatan diterima dimuka Pendapatan Kas Pendapatan Rp 3.750.000 Rp 3.750.000 Rp 33.750.000 Rp 33.750.000 *500 unitxRp 75.000 DP 10% Jumlah diterima saat pelunasan = Rp 37.500.000 = Rp 3.750.000 = Rp 33.750.000 6. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun ini Kebutuhan perusahaan akan dana dalam jumlah yang besar, dapat dipenuhi dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan meminjam uang di bank dalam bentuk kredit jangka panjang dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo tiap tahunnya merupakan utang jangka pendek atau utang lancar. Misalkan Klinik wiweka meminjam uang di BNI sejumlah Rp 100.000.000 dengan jangka waktu 5 tahun. Pembayaran pokok pinjaman Rp 20.000.000 disertai dengan bunga merupakan utang lancar. C. UTANG KONTINJENSI Kontinjensi atau lebih dikenal dengan peristiwa atau transaksi yang mengandung syarat merupakan transaksi yang paling banyak ditemukan dalam kegiatan bank sehari-hari. Kontinjensi yang dimiliki oleh suatu bank dapat berakibat tagihan atau kewajiban bagi bank yang bersangkutan. PSAK No. 31 mengatur akuntansi untuk transaksi kontinjensi dalam suatu perusahaan. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang. Dengan demikian pada tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut. Kontinjensi adalah suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu perusahaan, Pengantar Akuntansi 2 100 100 100 yang baru akan terselesaikan dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Transaksi yang bersifat kontinjensi (bersyarat) ini belum mengikat bank untuk melakukan tagihan ataupun kewajiban riil saat ini, akan tetapi secara antisipatif kontinjensi tersebut akan menjadi kewajiban atau tidak sangat tergantung terjadi atau tidak terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan kontinjensi ini di masa yang akan datang. D. PENYAJIAN UTANG LANCAR DI NERACA Dalam laporan keuangan neraca utang lancar disajikan dengan cara: 1. Dilaporkan pada sisi sebelah kanan neraca, 2. disajikan sesuai likiuditasnya, sama seperti aktiva, hutang lancar yang dapat dengan segera dibayar maka disajikan dalam urutan yang paling atas, 3. utang terhadap perusahaan afillasi, pemegang saham, karyawan perusahaan harus dipisahkan dari hutang kepada pihak ketiga yang independent, 4. aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan dalam laporan keuangan, 5. utang bersyarat harus dijelaskan di dalam neraca, Rangkuman 1. Menurut PSAK No. 9. Paragraf 21 kewajiban(utang) jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan. Utang jangka pendek dapat dikelompokkan menjadi: a. Utang yang jumlahnya dapat dipastikan di muka, b. Utang yang jumlahnya tergantung kepada hasil produksi, c. Utang yang jumlahnya ditaskir. 2. Jenis utang lancar terdiri dari: a. Utang wesel b. Utang pajak c. Utang dividen d. Utang garansi Pengantar Akuntansi 2 101 101 101 e. Pendapatan diterima dimuka f. Bagian dari utang jangka panjang yang jatuh tempo saat ini 3. Istilah kewajiban bersyarat digunakan untuk menyatakan kewajiban yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidaknya satu peristiwa di masa yang akan datang. Dengan demikian pada tanggal neraca belum terdapat kepastian mengenai ada tidaknya kewajiban tersebut. 4. Ketentuan tentang penyajian utang lancar dineraca adalah: disajikan disisi kanan neraca, sesuai dengan urutan pelunasannya, utang kepada pihak yang independent, harus dipisahkan dengan pihak yang tidak independent, aktiva yang dijaminkan untuk penarikan utang lancar harus diungkapkan dan utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca. Bahan Diskusi 1. Jelaskan bagaimana pencatatan yang dilakukan atas pendapatan diterima dimuka. 2. Jelaskan langkah-langkah untuk menghitung taksiran utang garansi 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan utang kontinjensi 4. Jelaskan bagaimana pencatatan atas utang dividen Latihan Soal 1. Buat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi PT Gargitha berikut ini: 01-10-2014 Membeli mesin dari Toko Egar dengan harga perolehan Rp 30.000.000, dengan ketentuan 25% dibayar tunai dan sisanya dibayar dengan menerbitkan wesel jangka waktu 5 bulan bunga 11% per tahun 31-12-2014 Mencatat pengakuan utang bunga wesel 01-02-2015 Melunasi utang wesel beserta bunganya 2. PT Karuna menjual barang dagangan dengan memberikan garansi selama 1 tahun. Berikut adalah data yang berhubungan dengan penjualan dan taksiran utang garansi tahun 2014. Saldo taksiran1 Desember 2013 Rp 8.500.000 Pengantar Akuntansi 2 102 102 102 Penjualan tahun 2014 Rp 265.000.000 Biaya garansi yang dikeluarkan tahun 2014 Rp 7.125.000 Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya 5% dari nilai penjualan akan dikeluarkan untuk biaya garansi dan perusahaan memutuskan bahwa taksiran tersebut masih layak untuk dipergunakan sebagai dasar dalam memperkirakan biaya garansi yang akan dikeluarkan perusahaan. Diminta: a.Hitunglah taksiran biaya garansi yang harus dibentuk perusahaan pada tanggal 31Desember 2014 b. Buat jurnal untuk mencatat transaksi 1). Pengeluaran biaya garansi tahun 2014 2). Pembentukan taksiran biaya garansi tanggal 31 Desember 2014 3. Pada tanggal 2 Januari 2015 UD Ganendra meminjan uang di BRI sebanyak Rp 300.000.000 dengan bunga 11% per tahun menurun, dengan biaya provisi 2% dan asuransi 1%. Pembayaran pokok pinjaman per tahun Rp 60.000.000 disertai bunga dilakukan sejak 2 Januari 2016 sampai dengan 2 Januari 2020. Diminta: a. Buat jurnal tanggal 2 Januari 2015 dan 2016. b. Bagaimana UD Ganendra menyajikan utang tersebut di Neraca per 31 Desember 2015 dan 2016? 4.Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang berhubungan dengan utang wesel PT WGAH: 01.04.14 Membeli peralatan kantor dengan harga perolehan Rp 10.000.000 dengan syarat 2/10,n/30. 10.04.14 Melunasi 50% utang pembelian peralatan kantor tanggal 1 April. 30.04.14 Sisa utang pembelian peralatan tanggal 01.04.14 dilunasi dengan cara menerbitkan wesel jangka waktu satu tahun, bunga 13% dibayar saat wesel jatuh tempo. 31.12.2014 Mencatat pengakuan utang bunga wesel 30.04.15 Melunasi utang wesel beserta bunganya. Diminta: buat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut. Pengantar Akuntansi 2 103 103 103 BAB VII AKUNTANSI UTANG OBLIGASI Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. KARAKTERISTIK UTANG OBLIGASI B. JENIS-JENIS OBLIGASI C. AKUNTANSI OBLIGASI Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar, misalnya untuk investasi pada aktiva tetap, keperluan ekspansi menyebabkan perusahaan mendanai kebutuhan dananya dengan menggunakan utang jangka panjang. Utang jangka panjang merupakan utang yang pelunasannya dilakukan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun atau pelunasannya dengan menggunakan dana yang bukan dari aktiva lancar. Utang jangka panjang dapat berbentuk utang kredit bank jangka panjang, utang wesel jangka panjang dan utang obligasi. A. KARAKTERISTIK UTANG OBLIGASI Perusahaan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), khususnya PT terbuka (Tbk) memenuhi kebutuhan dananya yang sangat besar dengan menerbitkan surat berharga/sekuritas. Selain surat berharga berupa saham, surat berharga yang umum diterbitkan adalah obligasi. Terdapat beberapa keuntungan bagi debitur memenuhi kebutuhan dananya dengan memilih menerbitkan obligasi dibandingkan dengan menerbitkan saham, karena obligasi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Surat berharga obligasi merupakan surat berharga bersifat utang, artinya pihak yang menjual/menerbitkan obligasi atau yang disebut emiten memiliki utang kepada pihak yang membeli/memegang obligasi atau yang disebut investor. Hubungan antara penjualan dengan pembeli adalah hubungan utang piutang. Pengantar Akuntansi 2 104 104 104 2. Pemilikan obligasi tidak menimbulkan hak suara dalam pengelolaan dalam manajemen perusahaan. 3. Pemilik obligasi akan mendapat keuntungan yang bersifat relatif tetap tergantung dari metode pembayaran bunganya, sedangkan jika membeli saham mendapatkan diviven yang relatif tidak tetap karena dividen yang dibayarkan tergantung dari laba perusahaan. 4. Beban bunga yang dibayarkan oleh pihak penjual obligasi dapat dikurangkan dari perhitungan laba, sehingga jumlah pajak menjadi lebih kecil, sedangkan dividen tidak bisa dikurangkan dalam menghitung laba. Dengan demikian perbedaan obligasi dengan saham adalah sebagai berikut: Letak Obligasi Saham perbedaan Sifat Utang Kepemilikan Hak suara Tidak ada Ada dalam pengelolaan manajemen perusahaan Istilah Bunga Dividen keuntungan Saat pembagian Tergantung Umumnya setelah RUPS keuntungan kesepakatan Stabilitas Stabil Kurang stabil penerimaan keuntungan Dapat tidaknya Bunga yang dibayarkan Dividen yang mengurangi kepada pemegang dibayarkan kepada laba obligasi dapat pemegang saham mengurangi laba tidak dapat mengurangi laba Pengantar Akuntansi 2 105 105 105 B. JENIS-JENIS OBLIGASI Obligasi yang diterbitkan oleh emiten jenisnya beragam, sesuai dengan keinginan emiten. Jenis-jenis obligasi, dilihat dari berbagai segi antara lain: 1. Ditinjau dari segi peralihan: a. Obligasi atas unjuk/bearer bonds Obligasi ini tidak memiliki nama sehingga mudah untuk dialihkan kepada pihak lain. b. Obligasi atas nama/registered bonds Merupakan obligasi yang mencantumkan nama pemiliknya, sehingga memerlukan persyaratan dan prosedur tertentu untuk pengalihannya. 2. Ditinjau dari segi jaminan: a. Obligasi dengan jaminan/secured bonds Merupakan obligasi yang dijamin dengan jaminan tertentu yang dapat berbentuk surat-surat atau aktiva tetap. b. Obligasi tanpa jaminan/unsecured bonds Yakni obligasi yang hanya disertai jaminan kepercayaan. 3. Ditinjau dari segi cara penetapan dan pembayaran bunga: a. Obligasi dengan bunga tetap Merupakan obligasi yang memberikan bunga tetap selama periode tertentu/flat rate. b. Obligasi dengan bunga tidak tetap Merupakan obligasi yang memberikan bunga tidak tetap, bisa menurun/sliding rate atau mengambang/floating rate. c. Obligasi tanpa bunga Yaitu obligasi yang tidak memberikan bunga kepada pemegangnya, keuntungannya diharapkan dari selisih antara nilai pembelian dengan nilai pada saat jatuh tempo. 4. Ditinjau dari segi penerbit: a. Obligasi oleh pemerintah Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah atau perusahaan pemerintah. Obligasi ini disebut juga surat utang negara/SUN. b. Obligasi oleh swasta Pengantar Akuntansi 2 106 106 106 Merupakan obligasi yang diterbitkan oleh pihak swasta. 5. Dilihat dari tanggal jatuh temponya a. Obligasi ber seri Yaitu obligasi yang terdiri atas beberapa seri dengan tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. b. Obligasi sinking fund Yaitu obligasi yang memiliki tanggal jatuh tempo yang sama. C. AKUNTANSI OBLIGASI Akuntansi obligasi meliputi perhitungan dan pencatatan harga obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan, penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan, pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca. Berikut dibahas secara lengkap mengenai hal tersebut. 1. Harga obligasi Harga bligasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu nilai nominal obligasi, suku bunga nominal, suku bunga efektif, periode pembayaran bunga dan tanggal jatuh tempo. Harga obligasi merupakan nilai tunai bunga yang diterima investor selama jangka waktu investasi ditambah nilai tunai obligasi yang akan diterima pada tanggal jatuh tempo. Adapun rumus untuk menghitung harga obligasi adalah sebagai berikut: Harga obligasi pada tahun 0 = SBNxNN SBNxNN (SBNxNN) + N + + ... 1 2 n (1+SBE) (1+SBE) (1+SBE) Keterangan: SBN = suku bunga nominal per periode, yaitu suku bunga yang tercantum pada sertifikat obligasi. SBE = suku bunga efektif per periode, yaitu suku bunga yang berlaku dipasar modal. NN = nilai nominal N = periode ke n Contoh Pada tanggal 2 Januari 2015 PT WGAH membeli obligasi PT Wahyu, nominal Rp 100.000.000. Bunga 13% dibayar tiap Pengantar Akuntansi 2 107 107 107 tanggal 2 Januari. Jatuh tempo 2 Januari 2020. Suku bunga efektif 10%. Berapa harga obligasi? 13% x Rp 100.000.000 13% x Rp 100.000.000 Harga obligasi 2 jan 15= ----------------------------- + ------------------------------ + 1 2 (1+0,1) (1+0,1) = 13% x Rp 100.000.000 ----------------------------- + 3 (1+0,1) = 13% x Rp 100.000.000 ------------------------------ + 5 (1+0.1) = Rp 111.372.360 13% x Rp 100.000.000 ------------------------------ + 4 (1+0,1) Rp 100.000.000 --------------------5 (1+0.1) Harga obligasi bisa di atas nilai nominal, di bawah nilai nominal dan sama dengan nilai nominal. Jika suku bunga nominal lebih tinggi daripada suku bunga efektif, maka obligasi laku di Pasar Modal di atas nilai nilai nominal, dan sebaliknya. Jika suku bunga nominal sama dengan suku bunga efektif maka harga obligasi sama dengan nilai nominalnya. 2. Pembelian Pencatatan pada saat pembelian obligasi yakni dengan mendebet akun Investasi obligasi dan mengkredit kas sebesar harga perolehannya. Harga perolehan merupakan harga beli ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pembelian obligasi seperti komisi dan biaya administrasi. Dalam hal terjadi bunga berjalan, maka bunga berjalan tidak termasuk harga perolehan obligasi. Contoh Tanggal 2 Januari 2015, PT Karuna membeli obligasi PT sasa, nominal Rp 150.000.000. Bunga 11% dibayar setahun sekali tiap 2 Januari. Kurs obligasi 104%. Komisi dan biaya administrasi Rp 2.0000.000. Transaksi pembelian dicatat oleh PT Karuna dengan jurnal sebagai berikut: Investasi obligasi Rp 158.000.000 Kas Rp158.000.000 Perhitungan: Pengantar Akuntansi 2 108 108 108 Kurs obligasi 104/100xRp 150.000.000 Komisi dan biaya administrasi Harga perolehan = Rp 156.000.000 = Rp 2.000.000+ = Rp 158.000.000 3. Penerimaan bunga Tanggal 2 Januari 2016, PT Karuna memperoleh bunga atas invetasinya pada PT Sasa. Jumlah bunga yang diperoleh adalah 11% x Rp 150.0000.000=Rp 16.500.000 Jurnal untuk mencatat penerimaan bunga adalah Kas Rp 16.500.000 Pendapatan bunga obligasi Rp 16.500.000 4. Bunga berjalan Pembayaran bunga obligasi tidak selalu dilakukan sekali dalam setahun, namun dapat juga tiga kali atau dua kali dalam setahun, karena demikian maka sangat mungkin terjadi tanggal pembayaran bunga tidak bersamaan dengan tanggal transaksi baik pembelian maupun penjualan obligasi. Perbedaan tanggal pembayaran bunga dengan tanggal transaksi disebut dengan bunga berjalan. Periode bunga berjalan adalah sejak tanggal pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal transaksi berikutnya. Dalam menghitung harga perolehan obligasi, bunga berjalan tidak boleh disertakan sebagai penambah harga perolehan, karena bunga berjalan yang dibayar oleh investor akan diterima kembali pada tanggal pembayaran bunga. Contoh PT Anita membeli obligasi PT Ananta pada tanggal 1 April 2014. Bunga obligasi 11% per tahun tiap 1 Mei dan 1 Oktober, nominal Rp 200.000.000 kurs 103%. Biaya komisi dan administrasi Rp 2.500.000, jangka waktu 5 tahun. Perhitungan jumlah kas yang harus dibayar oleh investor sebagai berikut: Pengantar Akuntansi 2 109 109 109 Kurs obligasi 103%x Rp 200.000.000 = Rp 206.000.000 Komisi dan administrasi = Rp 2.5000.000+ Harga perolehan obligasi = Rp 208.500.000 Bunga berjalan 6 bulan (1 Okt-1 Apr) (6/12x11%xRp 200.000.000) = Rp 11.000.000+ Jumlah kas yang harus dibayar = Rp 219.500.000 Bunga berjalan sebesar Rp 11.000.000 meskipun pengeluaran yang terjadi pada saat memperoleh obligasi, namun bunga berjalan tersebut tidak boleh menambah harga perolehan obligasi, karena pada tanggal 1 Mei PT Anita akan memperoleh pendapatan bunga yang jumlahnya termasuk pengembalian bunga pada saat obligasi diperoleh. Bunga berjalan dapat dicatat sebagai piutang bunga atau pendapatan bunga tergantung pendekatan yang digunakan, apakah menggunakan pendekatan Rugi/Laba atau menggunakan pendekatan Neraca. Jika digunakan pendekatan R/L, jurnal untuk mencatat perolehan obligasi dan bunga berjalan adalah sebagai berikut: 1 April 2014 Investasi Obligasi PT Ananta Rp 208.500.000 Pendapatan bunga berjalan Rp 11.000.000 Kas Rp 219.500.000 Jika bunga berjalan didebet ke pendapatan bunga, maka pada tanggal penerimaan bunga pertama kali yakni pada tanggal 1 Mei 2014 jurnal yang dibuat adalah sebagai berkut: Pengantar Akuntansi 2 110 110 110 1 Mei 2014 Kas Rp 12.833.333 Pendapatan bunga Rp 12.833.333 Jumlah pendapatan bunga sesungguhnya yang menjadi hak dan diperoleh oleh PT Anita adalah Rp 12.833.000-Rp 11.000.000 = Rp 1.833.333 yakni bunga selama 1 bulan yaitu dari tanggal 1 April sampai dengan tanggal 1 Mei (1/12x11%xRp 200.000.000). Jika digunaka pendekatan Neraca, untuk mencatat perolehan obligasi dan bunga berjalan adalah sebagai berikut: Investasi obligasi Rp 208.500.000 Piutang bunga Rp 11.000.000 Kas Rp 219.500.000 Jika bunga berjalan didebet ke rekening Piutang bunga, maka pada tanggal 1 Mei 2014, saat penerimaan bunga pertama kali, jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan bunga adalah: 1 Mei 2014 Kas Rp 12.833.333 Piutang bunga Rp 11.000.000 Pendapatan bunga Rp 1.833.333 Setelah jurnal ini diinfut, maka akun piutang bunga bersaldo nol. Pendekatan yang manapun digunakan, menghasilkan hasil yang sama yakni akun pendapatan bunga bersaldo kredit Rp 1.833.333 yang merupakan pendapatan bunga yang memang diperoleh PT Anita selama 1 bulan sejak 1 April sampai dengan 1 Mei 2014. Penerimaan bunga pada periode berikutnya dicatat dengan jurnal mendebet kas dan mengkredit pendapatan bunga. Pengantar Akuntansi 2 111 111 111 5. Penyesuaian atas bunga berjalan Pada akhir periode akuntansi, harus dibuat jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan hal berikut yaitu: a. Bunga yang belum diterima jika tanggal bunga tidak tepat diakhir periode. Obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT Anita pada contoh sebelumnya, tanggal pembayaran bunganya tiap 1 Mei dan 1 Oktober, jadi pada tanggal 31 Desember harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui piutang bunga untuk bulan November dan Desember. Adapun jurnal penyesuaian untuk mencatat piutang bunga tersebut adalah sebagai berikut: 31 Desember 2014 Piutang bunga Rp 3.666.666* Pendapatan bunga Rp 3.666.666 *2/12x11%xRp 200.000.000 Pada tanggal 1 Januari 2015, dibuat jurnal pembalik atas jurnal penyesuaian per 31 Desember 2014, jurnal pembaliknya adalah: 1 Januari 2015 Pendapatan bunga Rp 3.666.666 Piutang bunga Rp 3.666.666 b. Amortisasi agio atau disagio jika harga perolehan tidak sama dengan nilai nominal. Jika harga perolehan obligasi di atas nilai nominalnya, maka akan menimbulkan agio obligasi dan sebaliknya diasgio jika harga perolehan di bawah nilai nominalnya. Jurnal untuk mencatat amortisasi agio adalah: 31 Desember Pendapatan bunga xxx Investasi obligasi xxx Jurnal untuk mencatat amortisasi disagio adalah: Pengantar Akuntansi 2 112 112 112 Investasi obligasi xxx Pendapatan bunga xxx 6. Penerimaan pelunasan Emiten akan melunasi ke investor utang obligasinya pada tanggal jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Masih menggunkan contoh soal obligasi PT Ananta yang dibeli oleh PT Anita pada tanggal 1 Aril 2014, dengan jangka waktu 5 tahun, dengan nominal Rp 200.000.000, maka pada tanggal 1 Apri 2019, jurnal yang dibuat oleh PT Anita adalah: Kas Rp 200.000.000 Investasi Obligasi Rp 200.000.000 7. Pelepasan Apabila obligasi dijual sebelum tanggal jatuh tempo maka jurnalnya adalah Kas didebet sebesar harga jual bersih ditambah bunga berjalan kalau ada, dan mengkredit Investasi obligasi sebesar nilai bukunya. Selisih antara nilai buku dengan harga jual bersih(tidak termasuk bunga berjalan) diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Jika harga jual lebih tinggi daripada nilai buku maka diakui sebagai keuntungan dan sebaliknya. Jika obligasi dibeli dengan harga di atas nilai nominal, maka nilai buku investasi pada tanggal tertentu adalah sebagai berikut: Harga perolehan xxx Agio yang sudah diamortisasi xxx Nilai buku xxx Atau Nilai nominal xxx Agio yang belum diamortisasi xxx+ Nilai buku xxx Jika obligasi dibeli dengan harga di bawah nilai nominal, maka nilai buku investasi pada tanggal tertentu adalah sebagai berikut: Pengantar Akuntansi 2 113 113 113 Harga perolehan Disagio yang sudah diamortisasi Nilai buku Atau Nilai nominal Disagio yang belum diamortisasi Nilai buku xxx xxx + xxx xxx xxxxxx 8. Penyajian utang obligasi di neraca. Utang obligasi di neraca disajikan pada kelompok utang jangka panjang sebesar nilai bukunya. Jika pada tanggal neraca diketahui nilai pasarnya, maka nilai pasar disajikan dalam tanda kurung. Rangkuman 1. Obligasi merupakan surat berharga yang bersifat utang, yang tidak memiliki hak suara dalam pengelolaan manajemen perusahaan. Keuntungannya disebut bunga yang pembayarannya tergantung kesepakatan. Bunga yang dibayarkan untuk obligasi dapat dipakai sebagai pengurang atas laba. 2. Jenis-jenis obligasi dilihat dari berbagai segi yakni: dari segi peralihan, jaminan, pembayaran dan penetapan bunga,penerbit dan tangal jatuh tempo. 3. Akuntansi atas utang obligasi meliputi pencatatan atas harga obligasi, pembelian, penerimaan bunga, bunga berjalan, penyesuaian atas bunga berjalan, penerimaan pelunasan, pelepasan dan penyajian utang obligasi di neraca. Bahan diskusi 1. Bagaimana cara pembeli menentukan besarnya harga obligasi 2. Jelaskan jenis obligasi ditinjau dari segi cara penetapan bunga! 3. Bagaimana penjualan obligasi dicatat dalam pembukuan debitur? Pengantar Akuntansi 2 114 114 114 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bunga berjalan! 5. Dari sisi debitur, pendanaan atau pembiayaan dengan cara menerbitkan obligasi memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan menerbitkan saham. Apa saja keuntungan tersebut? 6. Bagaimana penyajian obligasi di neraca? 7. Bagaimana cara menghitung besarnya keuntungan atau kerugian saat penjualan obligasi? 8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan surat utang negara! 9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agio dan diasagio obligasi! 10. Jelaskan jenis obligasi dilihat dari tanggal jatuh temponya! Latihan soal 1. Tanggal 3 Maret 2015, PT Ganesha membeli obligasi PT Yaman, nominal Rp 100.000.000. Bunga 12% dibayar setahun sekali tiap 3 Maret. Kurs obligasi 102%. Komisi dan biaya administrasi Rp 3.0000.000. Diminta: a. Buat jurnal perolehan obligasi tanggal 3 Maret 2015 b. Buat jurnal penerimaan bunga tanggal 3 Maret 2016 2. PT Wisesa mengeluarkan obligasi sebagai berikut: Nominal obligasi = Rp 11.000 per lembar Jumlah lembar = 500 lembar Bunga = 12% per tahun Pembayaran bunga = tiap tanggal 1 Juli Jatuh tempo obligasi = 1 Juli 2015 Obligasi terjual seluruhnya = 1 Juli 2018 Diminta: Hitunglah nilai obligasi pada tanggal 1 Juli 2018, jika suku bunga efektif: a. 10% b. 12% c. 14% Pengantar Akuntansi 2 115 115 115 BAB VIII AKUNTANSI MODAL SAHAM Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami: A. B. C. D. E. F. DEFINISI DAN JENIS SAHAM MENJUAL SAHAM SECARA TUNAI MENJUAL SAHAM SECARA PESANAN MODAL SUMBANGAN DIVIDEN PENYAJIAN MODAL SAHAM DI NERACA Modal merupakan bagian yang sangat diperlukan untuk dapat menjalankan kegiatan operasional suatu organisasi. Pada laporan keuangan modal disajikan pada laporan neraca disisi Pasiva dengan nama akun yang berbeda sesuai dengan bentuk badan usahanya. Jika badan usaha berbentuk perusahaan perorangan, maka nama akum modalnya adalah Modal Pemilik, misalnya Modal Tuan Ganendra, Modal Tuan Wiweka dan yang lainnya. Jika badan usahanya berbentuk Firma atau Persekutuan Komanditer (CV) maka nama akun modalnya sesuai dengan nama-nama pemilik modal badan usaha tersebut, sama seperti nama akun modal pada badan usaha peroorangan, namun perbedaannya jika pada badan usaha perorangan hanya terdapat satu nama pemilik, maka pada badan usaha Firma dan CV terdapat lebih dari satu nama pemilik modal. Jika badan usahanya berbentuk Perseroan Terbatas (PT) , maka nama akun modalnya adalah modal saham. Pembahasan akuntansi modal pada bab ini hanya membahas modal pada perusahaan perseroan yakni modal saham. A. DEFINISI DAN JENIS SAHAM Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahan. Keuntungan yang diperoleh di sebut Pengantar Akuntansi 2 116 116 116 dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pembagian jenis modal menurut undang-undang bagi perusahaan yang berbentuk PT terdiri dari: 1. Modal dasar, yaitu modal yang pertama kali ada pada saat perusahaan didirikan. 2. Modal ditempatkan, yaitu modal saham yang sudah dijual besarnya 25% dari modal dasar. 3. Modal disetor, merupakan modal yang benar-benar telah disetor yaitu sebesar 50% dari modal yang telah ditempatkan. 4. Saham dalam portefel yaitu modal yang masih dalam bentuk saham yang belum dijual atau modal dasar dikurangi modal ditempatkan. Jenis saham ditinjau dari segi peralihan dan dari segi hak tagih adalah sebagai berikut: 1. Dari segi peralihan a. Saham atas unjuk (bearer stock) Merupakan saham yang tidak mempunyai atau tidak mencantumkan nama pemiliknya. b. Saham atas nama (registerd stock) c. Merupakan saham yang mempunyai atau mencantumkan nama pemiliknya. 2. Dari segi hak tagih a. Saham biasa (common stocks) Saham yang pembagian dividennya dibayar setelah pembagian dividen saham preferen. b. Saham preferen (prefered stocks) Saham yang pembagian dividennya dibayar sebelum pembagian dividen saham biasa. B. MENJUAL SAHAM SECARA TUNAI Perseroan yang menjual saham disebut dengan emiten. Sedangkan kegiatan penjualannya disebut dengan emisi. Kegiatan penjualan saham dibantu oleh lembaga yang disebut dengan penjamin emisi atau underwriter. Terdapat empat jenis penjamin emisi yaitu: Pengantar Akuntansi 2 117 117 117 1. Full commitment/kesanggupan penuh Yaitu penjamin emisi mengambil seluruh risiko tidak terjualnya surat berharga pada batas waktu yang telah ditentukan sesuai dengan harga penawaran di pasar. 2. Best effort commitment/kesanggupan terbaik Dalam hal ini penjamin emisi akan berusaha sebaik mungkin untuk menjualkan surat berharga, namum apabila ada yang tidak laku dikembalikan kepada emiten. 3. Stand by commitment/kesanggupan siaga Penjamin berusaha menjual seluruh surat berharga, apabila ada yang tidak laku maka penjamin bisa membeli dengan harga di bawah harga pasar. 4. All or none commitment/kesanggupan semua atau tidak sama sekali. Penjamin bertugas menjual seluruh surat berharga, apabila ada yang tidak laku maka emiten membatalkan semua penjualan surat berharga. Penjualan saham secara tunai dijurnal dengan mendebet akun kas sebesar harga kursnya, dan mengkredit akun saham sebesar nilai nominalnya. Selisih antara harga kurs dengan nilai nominal merupakan agio dan disagio saham. Agio timbul jika harga kurs lebih tinggi daripada nilai nominal dan sebaliknya. Contoh 1). PT WGAH menjual 1.000 lembar saham preferen 7%, nilai nominal Rp 100.000 dengan kurs 105. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut: Kas Rp 105.000.000 Saham preferen 7% Rp 100.000.000 Agio saham Rp 5.000.000 2) PT Karuna menjual 1.000 lembar saham preferen 6%, nilai nominal Rp 100.000 dengan kurs 98. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut: Kas Rp 98.000.000 Disagio saham Rp 2.000.000 Saham preferen 6% Rp 100.000.000 Pengantar Akuntansi 2 118 118 118 3) PT Gargitha menjual 5.000 lembar saham biasa, tanpa nilai nominal harga yang ditetapkan Rp 20.000 per lembar dengan harga jual Rp 30.000. Jurnal untuk mencatat penjualan saham tersebut adalah sebagai berikut: Kas Rp 150.000.000 Saham biasa Rp 100.000.000 Agio saham Rp 50.000.000 C. MENJUAL SAHAM SECARA PESANAN Saham yang dijual secara pesanan di catat dengan mengkredit akun “Modal Saham Biasa Dipesan” sebesar nilai nominalnya, mendebet akun “kas” sebesar uang muka yang diterima. Selisih harga jual dengan kas yang diterima didebet ke akun “piutang kepada pemesan saham biasa dipesan” sedangkan agio dan disagio merupakan selisih antara nilai nominal dengan harga jual. Contoh: Tanggal 23 November 2014 PT Wiweka mendapat pesanan 30.000 lembar saham dari PT Wika, dengan harga per lembar Rp 15.000. Uang muka 20% nilai nominal saham adalah Rp 14.000 per lembar. Pesanan akan dibayar tanggal 3 Maret 2015. Jurnal untuk mencatat penjualan saham adalah: Kas Rp 90.000.000 Piutang kepada pemesan saham biasa Rp 360.000.000 Modal saham biasa dipesan Rp 420.000.000 Agio saham Rp 30.000.000 Pada tanggal 3 Maret 2015 saat saham dikeluarkan dan tagihan kepada pemesan diterima, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Kas Rp 360.000.000 Modal saham biasa dipesan Rp 420.000.000 Piutang kepada pemesan saham biasa Rp 360.000.000 Modal saham biasa Rp 420.000.000 Pengantar Akuntansi 2 119 119 119 D. MODAL SUMBANGAN Modal sumbangan terjadi karena adanya sumbangan yang diberikan kepada perusahaan berupa aktiva tertentu tanpa imbalan. Penerimaan modal sumbangan mengakibatkan bertambahnya aktiva dan modal perusahaan. Sumbangan dapat berasal dari pemegang saham atau donatur. Pemegang saham mungkin ingin memberi sumbangan kepada perseroannya dengan memberikan saham yang dimilikinya. Bagi perseroan hal ini sama dengan memperoleh kembali sahamnya. Pada saat sumbangan diterima, perseroan tidak membuat jurnal tetapi membuat suatu catatan atau memorandum. Bila saham sumbangan dijual, maka perseroan akan membuat jurnal dengan mendebet akun kas dan mengkredit akun modal sumbangan. Misalnya salah satu pemegang saham menyumbangkan 15.000 lembar saham biasa. Saham tersebut dijual kembali oleh perseroan dan laku dengan harga Rp 10.000 per lembar. Catatan dan jurnal yang dibuat oleh perseroan adalah sebagai berikut: 1. Untuk mencatat penerimaan sumbangan saham: (catatan/memorandum) diterima sumbangan 15.000 lembar saham biasa. 2. Untuk mencatat penjualan saham sumbangan Kas Rp 150.000.000 Modal sumbangan Rp 150.000.000 Apabila perseroan menerima sumbangan berupa aktiva lain, maka di catat dengan mendebet akun aktiva yang bersangkutan dan mengkredit akun modal sumbangan. Misalnya perseroan menerima sumbangan berupa sebuah mesin dari donatur, maka sebelum dilakukan pencatatan harus diperkirakan nilai wajar mesin. Misalnya nilai wajar mesin adalah Rp 45.000.000, maka jurnal nya adalah: Mesin Rp 45.000.000 Modal sumbangan Rp 45.000.000 E. DIVIDEN Dividen merupakan pembagian keuntungan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan dapat dividen kas dan dividen saham. Jurnal mendebet akun “Laba Ditahan” dan mengkredit “Utang Pengantar Akuntansi 2 120 120 120 Dividen” pada saat dilakukan pengumuman pembagian dividen kas. Pada saat pembayaran dividen jurnal yang dibuat adalah mendebet kas dan mengkredit utang dividen. Jika dividen yang dibagikan adalah dividen saham, maka pembagian dividen dianggap sebagai rekapitalisasi yakni merubah komposisi modal dari “Laba Ditahan” ke Modal Saham Biasa” sebesar nilai nominalnya. Agio dan disagio tidak akan timbul jika pada saat pembagian dividen saham antara nilai nominal saham sama dengan harga pasarnya. Sebaliknya jika saat pembagian dividen saham harga pasar lebih tinggi dari pada nilai nominal maka akan timbul agio, dan sebaliknya. Contoh 1. PT WGAH memiliki saham beredar sebanyak 8.000 lembar dengan nilai nominal Rp 6.000 per lembar. Tanggal 30 Desember 2014 diumumkan akan dilakukan pembagian dividen sebesar Rp 2.000 per lembar, dan pembayaran dilakukan tanggal 4 Januari 2015. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembagian dividen adalah: Tanggal 30 Des 2014 Laba Ditahan Rp 16.000.000 Utang dividen Rp 16.000.000 Tanggal 4 Januari 2015 Utang dividen Rp 16.000.000 Kas Rp 16.000.000 2. Misalnya tanggal 1 September 2014, PT WGAH memberikan 1 lembar dividen saham kepada setiap 5 lembar saham. Jumlah saham PT WGAH yang sekarang beredar 20.000 lembar. Jadi yang akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham adalah 4.000 lembar (20.000 : 5). Jika pada saat dividen saham dibagikan, harga pasar sahamnya sama dengan nilai nominalnya, maka jurnal yang dibuat adalah: Laba ditahan Rp 24.000.000 Modal saham biasa Rp 24.000.000* *Harga pasar Rp 6.000x4.000 lembar = Rp 24.000.000 Nilai nominal Rp 6.000x4.000 lembar = Rp 24.000.000 Agio atau disagio = 0 Pengantar Akuntansi 2 121 121 121 Misalnya pada saat pembagian dividen saham harga pasar saham adalah Rp 7.000 per lembar, maka jurnalnya adalah: Laba Ditahan Rp 28.000.000 Modal saham biasa Rp 24.000.000 Agio saham biasa Rp 4.000.000 Jika pada saat pembagian dividen saham harga pasar saham adalah Rp 4.000 per lembar, maka jurnalnya adalah: Laba Ditahan Rp 16.000.000 Disagio saham biasa Rp 8.000.000 Modal saham biasa Rp 24.000.000 F. PENYAJIAN MODAL SAHAM DI NERACA Modal disajikan di neraca pada sisi pasiva, di bawah akun utang, tanpa memperhatikan apakah badan usahanya berbentuk perusahaan perorangan, Firma, CV maupun perseroan. Khusus untuk modal saham, penyajiannya di neraca disertai dengan komponen modal saham yang terdiri dari modal saham biasa, modal saham preferen jika ada, agio, disagio, dan laba ditahan. Cara penyajian modal saham di neraca adalah sebagi berikut: PT WGAH Neraca per 31 Desember 2014 Utang lancar Utang jangka panjang Jumlah utang Rp 50.000.000 Rp 200.000.000+ Rp 250.000.000 Modal Saham: Modal saham preferen 5% Rp 300.000.000 Modal saham biasa Rp 400.000.000 Agio modal saham biasa Rp 20.000.000+ Rp 720.000.000 Modal saham biasa disetor Laba ditahan Rp 30.000.000 + Total Modal Saham Rp 750.000.000 Pengantar Akuntansi 2 122 122 122 Rangkuman 1. Saham merupakan surat berharga yang bersifat kepemilikan. Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahan. Keuntungan yang diperoleh di sebut dividen. Pembagian dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2. Penjualan saham secara tunai dijurnal dengan mendebet akun kas sebesar harga kursnya, dan mengkredit akun saham sebesar nilai nominalnya. Selisih antara harga kurs dengan nilai nominal merupakan agio dan disagio saham. Agio timbul jika harga kurs lebih tinggi daripada nilai nominal dan sebaliknya. 3. Saham yang dijual secara pesanan di catat dengan mengkredit akun “Modal Saham Biasa Dipesan” sebesar nilai nominalnya, mendebet akun “kas” sebesar uang muka yang diterima. Selisih harga jual dengan kas yang diterima didebet ke akun “piutang kepada pemesan saham biasa dipesan” sedangkan agio dan disagio merupakan selisih antara nilai nominal dengan harga jual. 4. Jika perusahaan menerima modal sumbangan maka pada saat diterimanya modal sumbangan tidak dilakukan penjurnalan, namun hanya dibua catatan memorial saja. Ketika modal sumbangan tersebut dijual, maka jurnalnya adalah mendebet akun kas dan mengkredit akun modal sumbangan. Modal sumbangan dapat berupa aktiva. Penerimaan modal sumbangan yang berupa aktiva dijurnal dengan mendebet akun aktiva dan mengkredit akun modal sumbangan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diterima. 5. Jenis dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dapat berupa dividen kas dan dividen saham. Jika dividen yang dibagikan berupa dividen kas, maka pada saat pengumuman jurnal nya adalah mendebet akun laba ditahan dan mengkredit akun utang dividen. Sedangkan jika dividen yang dibagikan dividen saham, maka jurnalnya mendebet akun laba ditahan dan mengkredit akun modal saham. 6. Di neraca modal saham disajikan disisi pasiva setelah akun utang disertai dengan komponen modal saham yang terdiri dari saham preferen, saham biasa, agio, disagio dan laba ditahan. Pengantar Akuntansi 2 123 123 123 Diskusi 1. Terdiri dari apa saja modal perseroan? 2. Bagaimana akuntansi penjualan saham secara pesanan? 3. Bagaimana akuntansi untuk modal sumbangan? 4. Mengapa penyajian modal saham di neraca disertai dengan komponennya? 5. Jika anda bertindak sebagai underwriter, jenis underwriter mana yang akan anda pilih, mengapa? 6. Jelaskan akuntansi penjualan saham secara tunai! Latihan Soal 1. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi pengeluaran saham PT Gargitha berikut: 03-03-2015 Mengeluarkan 5.000 lembar saham biasa nominal Rp 10.000 per lembar di jual secara tunai dengan harga Rp 15.000 per lembar 12-04-2015 Mengeluarkan 3.000 lembar saham preferen dengan nominal Rp 8.000 per lembar. Saham tersebut dijual secara tunai dengan harga Rp 12.000 per lembar. 2. PT Baruna menjual saham secara pesanan, berikut adalah transaksi yang berhubungan dengan pengeluaran saham untuk bulan April 2015: 04-04-15 Menerima pesanan 1.000 lembar saham biasa nominal Rp 20.000 per lembar. Dalam transaksi ini pemesan membayar uang muka sebesar 25% dari harga saham. 24-04-15 Menerima pembayaran 50% piutang pesanan saham. 30-04-15 Menerima pelunasan sisa piutang pesanan saham. Diminta buatlah jurnal transaksi di atas. Pengantar Akuntansi 2 124 124 124 Daftar Pustaka Al. Haryono Jusup. Dasar-dasar Akuntansi Jilid 2. Edisi 6. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta. 2003. Eka Noor Asmara. Buku Soal Latihan Pengantar Akuntansi II. Seri A. Pusat Penerbitan Akademi Akuntansi YKPN. Yogyakarta. 1995. Glenn L. Johnson and James A. Gentry, Jr. Principles of Accounting Introductory. Eight edition. Modern Asia Editions. Japan. 2008. Hery. Soal-Jawab Akuntansi Menengah. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 2010. Hery. Akuntansi Aset, Liabilitas, Dan Ekuitas. Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indosnesia. Jakarta. 2014. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. 2002. Kasmir. Bank&Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi keenam. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Utara. 2004. Mas’ud Machfoedz. Akuntansi Keuangan Menengah. Buku 1. Edisi 2. Penerbit BPFE.Yogyakarta. 1999. Nyoman Trisna Herawati. Buku Ajar Pengantar Akuntansi II. Fakultas Ilmu Sosial. Undiksha. 2012. Slamet Sugiri. Akuntansi Pengantar 2. Penerbit UPP-AMP YKPN. Yogyakarta. 2009. Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Penerbit BPFE. Yogyakarta. 1992 Pengantar Akuntansi 2 125 125 125