Uploaded by Asst. Chief Engineering HARRIS Malang

Makalah IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam
meningkatkan
kesehatan
masyarakat,
sebagai
penunjang
kesejahteraan masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam
mendukung kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan
salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan
tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang
operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah
dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa
dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit,
rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak
negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah
yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah
organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan
beracun berbahaya (B3).Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai
15 persen di antaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam
berat, antara lain mercuri (Hg).Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang
berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur
gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan
plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial.Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawasenyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang
dapat menyebabkan penyakit (Said, 2003).Pengelolaan limbah RS yang tidak baik
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 1
akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari
pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan
kepada masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS maupun orang
lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya, Pemerintah (Depkes) telah
menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS, termasuk
pengelolaan limbah RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus
pekerja kesehatan terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang
menangani limbah medis1.Hal ini menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan
limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis tajam tetapi meliputi limbah
rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid Assessment
tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan
Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan
bahwa sebanyak 648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki
insinerator baru 49% dan yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas limbah cair yang telah melalui
proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% 1.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan
pengelolaan limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat
dibutuhkan dalam mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihi
syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan tidak menimbulkan
pencemaran pada lingkungan sekitar. Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah
cair rumah sakit maka disusun makalah ini yang akan membahas mengenai
pengolahan limbah Rumah Sakit, meliputi antara lain klasifikasi limbah rumah
sakit, sumber-sumbernya, serta metode-metode pengolahan limbah tersebut.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 2
Makalah ini akan membahas tentang pentingnya mengolah limbah air dari
Ruamh Sakit.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pengolahan limbah rumah sakit.
2. Bagaimana penanganan limbah rumah sakit.
3. Apa saja sumber-sumber limbah rumah sakit.
4. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari limbah rumah sakit.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mengetahui pengertian dari pengolahan limbah rumah sakit.
2. Mengetahui cara pananganan limbah rumah sakit.
3. Mengetahui sumber-sumber limbah rumah sakit.
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari limbah rumah sakit.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah adalah bagian dari hasil produksi yang pada umumnya dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang kurang baik, namun jika limbah
tersebut dapat dimanfaatkan atau didaur ulang kembali menjadi produk yang
sejenis atau jenis produk lainnya maka akan mempunyai nilai tambah (added
value) yang sangat menguntungkan. Dari semua kegiatan-kegiatanrumah sakit,
menghasilkan berbagai
macam limbah berupa benda cair, padat dan
gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Sesuai dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang Pokok-pokok Kesehatan, bahwa
setiap
warga
berhak
tingginya.Ketentuan
memperoleh
tersebut
menjadi
derajat
dasar
kesehatan
bagi
yang
setinggi-
pemerintah
untuk
menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan
penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan,
penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat (Siregar, 2001).
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai
macam cara, yaitu pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Selain itu, perlindungan terhadap bahaya
pencemaran lingkungan juga perlu diberi perhatian khusus.Rumah sakit
merupakan sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan dan dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian.Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa
kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa
(Said dan Ineza, 2002).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 4
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa
benda cair, padat dan gas.Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari
kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi
masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah
rumah sakit.
Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan
rumah sakit (termasuk pengelolaan limbahnya), yaitu (Giyatmi. 2003) :

Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.

Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.

Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.

Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas
yang diperlukan.
Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedomanpedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan
kesehatan di lingkungan rumah sakit.Di samping itu secara bertahap dan
berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan
limbah rumah sakit.Sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah
telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolaan limbah, meskipun perlu untuk
disempurnakan.Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit
masih perlu ditingkatkan lagi (Barlin, 1995).
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah sakit
sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit
lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry,
pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 5
Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi : limbah domestik cair yakni
buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian, limbah cair klinis
yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas
cucian luka, cucian darah. dan lainnya, air limbah laboratorium, dan lain-lain
(Said, 2003).
Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang
dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Secara
umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Bentuk limbah
klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya
dapat dikelompokkan sebagai berikut : Limbah benda tajam adalah obyek atau
alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki
potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau
tusukan.Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah,
cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang
berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi
dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.Limbah
jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan
yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat
berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang
tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang
dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi
diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 6
produksi obat- obatan. Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari
penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses
sterilisasi, dan riset. Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radioisotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non klinis atau dapat disebut juga sampah non
medis.Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor atau administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan atau bahan makanan,
sayur dan lain-lain).Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.Limbah rumah sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang
ada (laboratorium, klinik dll).Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut
ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan
mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya
dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, TTS,
pH, mikrobiologik, dan lain-lain.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 7
2. SUMBER – SUMBER LIMBAH RUMAH SAKIT
Sumber-sumber limbah rumah sakit antara lain:
 Limbah Infeksius: Ekskreta, spesimen lab., bekas balutan, jaringan busuk
 Limbah tajam: jarum bekas alat suntik, pecahan peralatan gelas
 Limbah plastik
 Limbah jaringan tubuh
Jenis-jenis limbah rumah sakit yaitu sebagai berikut.
 Limbah sitotoksik: teratogenik, mutagenik
 Limbah kimia dari Lab. farmasi
 Limbah radioaktif
 Limbah domestik
 Limbah laundry
a. Limbah rumah Sakit
Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Mengingat dampak yang mungkin
timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan
sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian
yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999).Limbah rumah Sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.Limbah cair rumah
sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit
terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi
dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 8
pelayanan kesehatan yang kurang memadal, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi
yang masib buruk (Said, 1999).
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika
dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk
masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda.
Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin
menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury).jenis-jenis limbah rumah
sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
b. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan
di unit-unit resiko tinggi.Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh
karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis
tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan
yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.
c. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum
keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
d. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik
yang tidak berkontak dengan cairan badan.Meskipun tidak menimbulkan resiko
sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar
untuk mengangkut dan mambuangnya.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 9
e. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di rumah sakit.
f. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 10
3. DAMPAK LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.Limbah rumah Sakit bisa
mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah
sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang.Limbah cair rumah
sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah sakit
terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan lain-lain.
Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung mikroorganisme
patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit infeksi
dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik
pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan
terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi
yang masib buruk (Said, 1999).
Dalam
profil
kesehatan
Indonesia,
Departemen
Kesehatan,
1997
diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat
tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa ratarata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan
produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisis lebih
jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik
sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS sebesar 376.089
ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari.Dari gambaran
tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan
dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit
(Sebayang dkk, 1996).Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar,
beberapa diantaranya membahyakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju,
jumlah limbah diperkirakan 0,5 – 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per
hari (Sebayang dkk, 1996).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 11
Berdasarkan data dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Jaktim yang diterima Pembaruan, dari 26 rumah sakit yang ada di
Jaktim, hanya tiga rumah sakit saja yang memiliki IPAL dan bekerja dengan
baik.Selebihnya, ada yang belum memiliki IPAL dan beberapa rumah sakit IPALnya dalam kondisi rusak berat (Sebayang dkk, 1996).Data tersebut juga
menyebutkan, hanya sembilan rumah sakit saja yang memiliki incinerator.Alat
tersebut, digunakan untuk membakar limbah padat berupa limbah sisa-sisa organ
tubuh manusia yang tidak boleh dibuang begitu saja. Menurut Kepala BPLHD
Jaktim, Surya Darma, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran yang
mengharuskan pihak rumah sakit melaporkan pengelolaan limbahnya setiap tiga
bulan sekali. Sayangnya, sejak dilayangkannya surat edaran akhir September 2005
lalu, hanya tiga rumah sakit saja yang memberikan laporan.
Menurut Surya, limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang
infeksius, belum dikelola dengan baik. Sebagian besar pengelolaan limbah
infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius.Selain itu, kerap
bercampur limbah medis dan nonmedis.Percampuran tersebut justru memperbesar
permasalahan limbah medis.Padahal, limbah medis memerlukan pengelolaan
khusus yang berbeda dengan limbah nonmedis.Yang termasuk limbah medis
adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah
laboratorium.Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu di Indonesia sebagian besar
tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah. Ironisnya, malah
sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu
(Sebayang dkk, 1996).Sementara itu, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Sudin
Kesmas Jaktim menduga, buruknya pengelolaan limbah rumah sakit karena
pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi rumah sakit. Sedangkan
peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan Departemen
Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar. Padahal
setiap rumah sakit, selain harus memiliki IPAL, juga harus memiliki surat
pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL) dan surat izin pengolahan limbah cair.
Sementara
limbah
organ-organ
manusia
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
harus
di
bakar
di
Halaman 12
incinerator.Persoalannya, harga incinerator itu cukup mahal sehingga tidak semua
rumah sakit bisa memilikinya (Sebayang dkk, 1996).
Beberapa hal yang patut jadi pemikiran bagi pengelola rumah sakit, dan jadi
penyebab tingginya tingkat penurunan kualitas lingkungan dari kegiatan rumah
sakit antara lain disebabkan, kurangnya kepedulian manajemen terhadap
pengelolaan lingkungan karena tidak memahami masalah teknis yang dapat
diperoleh dari kegiatan pencegahan pencemaran, kurangnya komitmen pendanaan
bagi upaya pengendalian pencemaran karena menganggap bahwa pengelolaan
rumah sakit untuk menghasilkan uang bukan membuang uang mengurusi
pencemaran, kurang memahami apa yang disebut produk usaha dan masih banyak
lagi kekurangan lainnya (Sebayang dkk, 1996). Untuk itu, upaya-upaya yang
harus
dilakukan
rumah
sakit
adalah,
mulai
dan
membiasakan
untuk
mengidentifikasi dan memilah jenis limbah berdasarkan teknik pengelolaan
(Limbah B3, infeksius, dapat digunapakai atau guna ulang).Meningkatkan
pengelolaan dan pengawasan serta pengendalian terhadap pembelian dan
penggunaan, pembuangan bahan kimia baik B3 maupun non B3.Memantau aliran
obat mencakup pembelian dan persediaan serta meningkatkan pengetahuan
karyawan terhadap pengelolaan lingkungan melalui pelatihan dengan materi
pengolahan bahan, pencegahan pencemaran, pemeliharaan peralatan serta tindak
gawat darurat (Sebayang dkk, 1996).
Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika
dilakukan dengan memilah-milah limbah ke dalam pelbagai kategori. Untuk
masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda.
Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin
menghindari resiko kontaminsai dan trauma (injury).jenis-jenis limbah rumah
sakit meliputi bagian berikut ini (Shahib dan Djustiana, 1998) :
a. Limbah Klinik
Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin, pembedahan dan
di unit-unit resiko tinggi.Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 13
resiko tinggi infeksi kuman dan populasi umum dan staff rumah sakit. Oleh
karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko tinggi. contoh limbah jenis
tersebut ialah perban atau pembungkus yang kotor, cairan badan, anggota badan
yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urin dan produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar
dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah Bukan Klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik
yang tidak berkontak dengan cairan badan.Meskipun tidak menimbulkan resiko
sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar
untuk mengangkut dan mambuangnya.
d. Limbah Dapur
Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor.Berbagai serangga
seperti kecoa, kutu dan hewan mengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi
staff maupun pasien di rumah sakit.
e. Limbah Radioaktif
Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di
rumah sakit, pembuangannya secara aman perlu diatur dengan baik.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit.Pertama, pasien yang datang ke
Rumah Sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah
Sakit.Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan Kedua, karyawan
Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan
orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung atau
pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan
kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 14
Rumah Sakit, lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah
Sakit tidak sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya.Akibatnya adalah
mutu lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah
menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut.Oleh karena itu,
rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan
benar dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Dari berbagai jenis sampah atau limabah yang dihasilkan oleh rumah sakit
sangat berpotensi untuk menyebabkan gangguan dalam kehidupan dan kesehatan
manusia serta lingkungannya,dan dampak negatif yang dapat terjadi bila sampah
rumah sakit tidak di tangani secara baik dan benar dapat mengakibatkan berbagai
macam gangguan-gangguan antara lain infeksi silang ( Nosokomial ) dapat terjadi
pada pengguna rumah sakit yaitu pasien, pengunjung, dan karyawan.
1. Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja,terutama bagi karyawan
rumah sakit bila tidak di lengkapi dengan sistem proteksi yang tepat
2. Gangguan estetika dan kenyamanan berupa bau,serat kesan kotor yang
dapat memberikan efek psikologis bagi pengguna rumah sakit
3. Pencemaran lingkungan,melalui sampah atau limbah yang di buang baik
internal maupun external
4. Kerusakan bangunan dapat disebab oleh kimia yang terlarut
5. Gangguan kerusakan tanaman dan binatang hidup di sebabkan oleh
buangan bahan kimia dan bahan infeksius
6. Gangguan terhadap kesehatan manusia disebabkan oleh virus atau bakteri
bahan kimia dan gas
7. Gangguan terhadap genetik dan reproduksi manusia dapat disebabkan
oleh bahan kimia, senyawa radio aktif dan lainnya
8. Dapat terjadi kerusakan ekosistem yang lebih luas dan berskala besar.
Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh buangan
atau limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan
lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 15
yang
dikenal
sebagai
Sistem
Manajemen
Lingkungan
(Environmental
Managemen System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO)
sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan
dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem Manajemen
Lingkungan Rumah Sakit. Dengan pendekatan sistem tersebut, pengelolaan
lingkungan itu sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan
menghasilkan limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar.
4. PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah yang masih bisa dimanfaatkan agar dipisahkan dari limbah yang
tercemar oleh limbah B3 ataupun limbah infeksius. Limbah domestik yang dapat
didaur ulang ataupun dimanfaatkan harus dipisah dalam tempat terpisah. Limbah
domestik berupa kertas atau karton, plastik, gelas dan logam masih mempunyai
nilai jual untuk di reuse. Begitu pula dengan limbah domestik berupa sampah
organik bisa untuk kompos. Limbah plastik bekas pengobatan lainnya seperti
bekas infus yang tidak terkontaminasi limbah B3 atau limbah infeksius dapat
didaur ulang. Pada saat ini hanya sekitar 19% limbah domestik dari rumah sakit
yang sudah dimanfaatkan untuk didaur ulang. Limbah berbahaya dan beracun
sendiri tidak menutup kemungkinan untuk dapat dimanfaatkan ataupun untuk direuse. Beberapa limbah kimia yang dapat dimanfaatkan kembali antara lain adalah
limbah radiologi seperti fixer dan developer dengan dikirimkan ke pihak ke-3
yang berizin.
5. PENANGANAN LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat membahayakan kesehatan
masyarakat, yaitu limbah berupa virus dan kuman yang berasal dan Laboratorium
Virologi dan Mikrobiologi yang sampai saat ini belum ada alat penangkalnya
sehingga sulit untuk dideteksi.Limbah cair dan Iimbah padat yang berasal dan
rumah sakit dapat berfungsi sebagai media penyebaran gangguan atau penyakit
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 16
bagi para petugas, penderita maupun masyarakat.Gangguan tersebut dapat berupa
pencemaran
udara,
pencemaran
air,
tanah,
pencemaran
makanan
dan
minunian.Pencemaran tersebut merupakan agen agen kesehatan lingkungan yang
dapat mempunyai dampak besar terhadap manusia (Agustiani dkk, 1998).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
menyebutkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.Oleh karena itu Pemerintah menyelenggarakan
usaha-usaha dalam lapangan pencegahan dan pemberantasan penyakitpencegahan
dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan
pendidikan kesehatan pada rakyat dan lain sebagainya (Karmana dkk,
2003).Usaha peningkatan dan pemeliharaan kesehatan harus dilakukan secara
terus menerus, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan, maka usaha pencegahan dan penanggulangan pencemaran diharapkan
mengalami kemajuan.
Adapun cara-cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran limbah
rumah sakit antara lain adalah melalui (Karmana dkk, 2003) :

Proses pengelolaan limbah padat rumah sakit.

Proses mencegah pencemaran makanan di rumah sakit.
Sarana pengolahan atau pembuangan limbah cair rumah sakit pada dasarnya
berfungsi menerima limbah cair yang berasal dari berbagai alat sanitair,
menyalurkan melalui instalasi saluran pembuangan dalam gedung selanjutnya
melalui instalasi saluran pembuangan di luar gedung menuju instalasi pengolahan
buangan cair. Dari instalasi limbah, cairan yang sudah diolah mengalir saluran
pembuangan ke perembesan tanah atau ke saluran pembuangan kota (Sabayang
dkk, 1996). Limbah padat yang berasal dari bangsal-bangsal, dapur, kamar operasi
dan lain sebagainya baik yang medis maupun non medis perlu dikelola sebaikbaiknya sehingga kesehatan petugas, penderita dan masyarakat di sekitar rumah
sakit dapat terhindar dari kemungkinan-kemungkinan dampak pencemaran limbah
rumah sakit tersebut (Sabayang dkk, 1996).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 17
Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume,
konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui
proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya
pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume
bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengunangi
limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah (Shahib, 1999).Program
minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah sakit masih
merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan
pengolahan limbah yang masih mempunyainilai ekonomi (Shahib, 1999).
Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi
mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara
lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization),
pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste
prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction) (Hananto, 1999).
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan
pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi
terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada
sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat
bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada
sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan
efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya
relatif murah (Hananto, 1999).
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah
(Arthono, 2000) :
House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan
atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik
mungkin.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 18
Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah
menurut
jenis
komponen, konsentrasi
atau
keadaanya, sehingga
dapat
mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan atau penggantian
alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan
bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak
berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan
penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.
Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian atau penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan
yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup
tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau
penggantian sebagian unitnya.
Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di
seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat
dipisah-pisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut
(Haryanto, 2001) :
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna,
satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik.
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik.
3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai
limbah klinik.
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai
limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 19
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan
kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :
1. Pemisahan limbah
Limbah harus dipisahkan dari sumbernya. Semua limbah beresiko tinggi
hendaknya diberi label jelas. Perlu digunakan kantung plastik dengan warnawarna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk
insinerasi atau dibuang. Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal
sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat
secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat
ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode
warna dibangsal dan unit-unit lain.
2. Penyimpanan limbah
 Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3
bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas
 Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau
dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat
tertentu untuk dikumpulkan
 Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan
warna yang samatelah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai
 Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan
hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya
3. Penanganan limbah
 Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah
ditutup
 Kantung dipegang pada lehernya
 Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan
memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada
waktu mengangkut kantong tersebut
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 20
 Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang
bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya
(double bagging)
 Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang
dapat mencederainya di dalma kantung yang salah
 Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam
kantung limbah
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode
warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah
bagian klinik dibawa ke insinerator.Pengankutan dengan kendaran khusus
(mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah)
dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat
dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar
(insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah
dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk.
Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana
dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari
upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas
udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar (Agustiani dkk, 2000) :
 Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak)
 Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata
selama 24 jam.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 21
 Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan
bebas kuman padao gen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan
spora gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700
kalorilm3 udara dan bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan
berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah
ditentukan.
Rumah
sakit
yang
besar
mungkin
mampu
membeli
insinerator
sendiri.insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu
1300 – 1500o C atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60%
panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit
dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakityang berasal dari rumah sakitlain. Insinerator modern yang baik tentu
saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi
yang tidak terpakai (Rostiyanti dan Sulaiman, 2001).
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan
kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang
berikut (Djoko, 2001) :
 Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
 Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.
 Tambahkan lapisan kapur.
 Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan
sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah.
 Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.
A. Ozonisasi Pengolahan Limbah Medis
Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya banyak
mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat
membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah sakittersebut.Dari
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 22
sekian banyak sumber limbah di rumah sakit, limbah dari laboratorium paling
perlu diwaspadai. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses uji
laboratorium tidak bisa diurai hanya dengan aerasi atau activated sludge. Bahanbahan itu mengandung logam berat dan inveksikus, sehingga harus disterilisasi
atau dinormalkan sebelum “dilempar” menjadi limbah tak berbahaya.Untuk foto
rontgen misalnya, ada cairan tertentu yang mengandung radioaktif yang cukup
berbahaya.Setelah bahan ini digunakan.limbahnya dibuang (Suparmin dkk, 2002).
B. Pengolahan Limbah Medis dengan Insenerasi
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun
(LB3) sesuai dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah
spesifik dengan kode limbah D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut
disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3
adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium
terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari
proses insinerasi.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 23
Proses Insinerator :
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam
waktu relative singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga
menjadi abu. Pembakaran sampah ini digunakan dengan sistem pembakaran
bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang melalui cerobong tidak berasap
dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya hasil
pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Ruang Bakar Utama :
Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi
udara “ dimana udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar
ruang bakar untuk membakar karbon sisa. Gas buang yang panas dari
pembakaran, keluar dari sampah dan naik memanasinya sehingga mengasilkan
pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi.Sisa padat dari
pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama
pembakaran normal dalam waktu pembakaran.Pada ruang bakar ini secara
terkontrol dengan suhu 800 – 1.0000C dengan sistem close loop sehingga
pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari sebuah blower radial digerakan
langsung dengan impeller, dengan casing almunium dan motor listrik, lubang
masuk udara dari pipa udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri
dari ruang penyalaan dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi
yang dihasilkan dari dalam ruang bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah
terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh Burner Ruang Bakar Dua,
kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan terbakar
habis.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 24
Selama siklus pembakaran bahan bakar yang mudah terbakar dari gas
karbonisasi suhunya cukup tinggi untuk penyalaan sendiri, dan ketika karbonisasi
selesai maka Ruang Bakar Dua
Bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas yang belum
terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga
terbakar sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan sistem close
loop sehingga optimal. Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara
manual atau menggunakan lift conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting
suhu minimum dan maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol
secara “ automatic “ dengan sistem close loop. Pada panel digital dilengkapi
dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan sesuai kebutuhan), dan
dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan terdapatnya
lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya
dilengkapi water spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang
bersama gas buang, dengan cara gas buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua
dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi aliran siklon di dalam
cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan menghasilkan
gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air
yang halus kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun
kebawah bersama air yang disemburkan dan ditampung dalam bak penampung.
Bak penampung dapat dirancang tiga sekat, dimana pada sekat pertama berfungsi
mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu akan disaring, dan air
ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke
cerobong siklon kembali.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 25
Burner dan Blower :
Insinerator dilengkapi dengan 2 sistem pembakaran yang dikendalikan
secara otomatis. Burner yang digunakan dapat menghasilkan panas dengan cepat,
serta dilengkapi dengan blower untuk mempercepat proses pembakaran hingga
mampu menghasilkan panas yang tinggi. Abu pembakaran yang terjadi dalam
tungku pembakar utama akan terkumpul dalam ruang pengumpul abu, dimana abu
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pembuatan bataco sedangkan
panas yang dihasilkan pembakaran dari ruang bakar dua dapat dimanfaatkan
sebagai pemanas, dengan tambahan unit coverter energi pembangkit yang akan
menghasilkan listrik. Perlu diperhatikan untuk menunjang pembakaran sempurna
yaitu
pengumpanan
sampah
ke
ruang
bakar
harus
sesuai
prosedur
pengoperasian.Dengan demikian, ratio udara dan bahan bakar sampah dapat
tercampur secara homogen, sehingga pembakaran sampah secara sempurna dapat
dilaksanakan dengan baik. Dengan pembakaran sampah secara sempurna
temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif lebih kecil hidrokarbon yang lolos ke
luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga emisi dari gas buang tersebut
ramah terhadap lingkungan.
Keuntungan dan kerugian insinerator mini:
No.
1
Keuntungan
Instalasi sangat kompak
Kerugian
– Memerlukan temperatur
tinggi 800 – 1.1000C,
Solusi
diperlukan tenaga
yang ahli.
diperlukan energi awal
(minyak/ listrik)
– Kesiapan SDM (alih
teknologi)
2
Ukuran unit relatif kecil Bahan terbuat dari plat baja
Perlu pemeliharaan
dan sedang, tidak
rutin
memerlukan lahan luas,
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 26
3
–
Emisi gas buang
terkendali
–
Kontrol/ monitoring
dilakukan
operasional
monitoring oleh
–
Energi gas buang – Perlu pengangkutan sisa
dapat dimanfaatkan
pembakaran/abu kontinyu)
BPLHD
sebagai sumber panas
–
Residu abu dapat
dimanfaatkan sebagai
batako(nilai ekomonis)
–
Meminimalkan
pencemaran udara, tanah
dan air
Baku Mutu DRE untuk Incinerator
No.
Parameter
Baku mutu DRE
1
POHCs
99.99%
2
Polychlorinated biphenil (PCBs)
99.9999%
3
Polychlorinated dibenzofuran (PCDFs)
99.9999%
4
Polychlorinated dibenzo-p-dioksin
99.9999%
Disamping itu, persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan
incinerator adalah emisi udara yang dikeluarkannya harus sesuai dengan baku
mutu emisi untuk incinerator.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 27
Baku Mutu Emisi Udara untuk Incinerator
No.
Parameter
Kadar maksimum (mg/Nm2)
1
Partikel
50
2
Sulfur dioksida (SO2)
250
3
Nitrogen dioksida (NO2
300
4
Hidrogen Fluorida (HF)
10
5
Karbon Monoksida (CO)
100
6
Hidrogen Chlorida (HCl)
70
7
Total Hidrocarbon (sbg CH4)
35
8
Arsen (As)
1
9
Kadmiun (Cd)
0,2
10
Kromium (Cr)
1
11
Timbal (Pb)
5
12
Merkuri (Hg)
0,2
13
Talium (Tl)
0,2
14
Opasitas
10%
Dalam penangan limbah medis ini rumah sakit dapat mengelolanya sendiri
atau dikelola oleh rumah sakit lain atau pengelola lain yang sudah memperoleh
izin dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 28
a. Limbah Cair
Limbah cair (air limbah) merupakan limbah buangan hasil kegiatan
manusia sehari-hari yang berupa cairan dengan segala bentuk polutan di
dalamnya,
termasuk
padatan,
bahan
kimia,
maupun
mikroorganisme
pathogen.Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah pada pengelolaan
limbah cair yang dihasilkan dari pengoperasian rumah sakit tersebut, karena
apabila tidak dikelola dengan prosedur yang benar dikhawatirkan akan menjadi
rantai penyebaran penyakit infeksi di lingkungan masyarakat rumah sakit maupun
masyarakat di luar rumah sakit.
Limbah cair rumah sakit berpotensi menurunkan kualitas lingkungan hidup,
dan merupakan sumber utama penyebab gangguan kesehatan.Mengingat
pentingnya limbah cair terutama dalam penyebab gangguan kesehatan maka
limbah cair tersebut perlu mendapatkan perhatian yang lebih didalam
pengelolaannya. Limbah cair rumah sakit dihasilkan dari kegiatan-kegiatan
pemeriksaan, perawatan, bedah, laboratorium, radiologi, poliklinik, gawat darurat
dan farmasi, limbah cair yang dihasilkan tersebut sifatnya variatif dan umumnya
bersifat infeksius, seperti limbah yang berasal dari penderita rawat inap antara lain
salmonella, staphilococcus, streptococcus, virus hepatitis. Sifat lain dari limbah
cair rumah sakit yaitu toksik, iritatif, korosif kumulatif dan karsinogenik,
temperatur tinggi, berbau, berwarna, dan organis. Selain itu limbah cair rumah
sakit juga dihasilkan dari aktifitas pasien, tenaga kesehatan, maupun kegiatan
belajar siswa yang sedang praktek. Rumah sakit merupakan penghasil limbah cair
terbesar dibandingkan dengan sarana kesehatan yang lain seperti Puskesmas,
Poliklinik, Laboratorium dan Balai Pengobatan.
Sistem extended aeration termasuk dalam proses pertumbuhan biomassa
tersuspensi. Pada proses pertumbuhan biomassa tersuspensi, mikroorganisme
bertanggung jawab atas kelangsungan jalannya proses dalam kondisi suspensi
liquid dengan metode pengadukan atau pencampuran yang tepat.Biomassa yang
ada dinamakan dengan lumpur aktif, karena adanya mikroorganisme aktif yang
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 29
dikembalikan ke bak atau unit aerasi untuk melanjutkan biodegradasi zat organik
yang masuk sebagai influen (Tchobanoglous, 2003).
Proses extended aeration mirip dengan proses konvensional plug-flow,
hanya saja extended aeration beroperasi dalam fase respirasi endogenous pada
kurva pertumbuhan, yang membutuhkan beban organik (organic loading) yang
rendah dengan waktu aerasi yang lebih lama (Reynolds, 1982.
Pengolahan limbah cair di Rumah Sakit menggunakan sistem extended
aeration. Pada awalnya air limbah dialirkan ke dalam influent chamber. Dalam
proses penyaluran ke influent chamber ini bahan padat dapat masuk ke sistem
penyaluran. Jika bahan padat masuk ke sistem penyaluran dan mencapai unit
pengolahan maka proses pengolahan limbah cair dapat terganggu. Oleh karena itu,
pada influent chamber dilakukan pengolahan pendahuluan yaitu melalui proses
penyaringan dengan bar screen. Air limbah dialirkan melalui saringan besi untuk
menyaring sampah yang berukuran besar.Sampah yang tertahan oleh saringan besi
secara rutin diangkut untuk menghindari terjadinya penyumbatan.
Selanjutnya air limbah diolah dalam equalizing tank.Di dalam equalizing
tank, air limbah dibuat menjadi homogen dan alirannya diatur dengan flow
regulator. Flow regulator yang terdapat pada bak ekualisasi ini dan dapat
mengendalikan fluktuasi jumlah air limbah yang tidak merata, yaitu selama jam
kerja air diperlukan dalam jumlah banyak, dan sedikit sekali pada malam hari.
Flow regulator juga dapat mengendalikan fluktuasi kualitas air limbah yang tidak
sama selama 24 jam dengan menggunakan teknik mencampur dan mengencerkan.
Dengan dibantu oleh diffuser, air limbah dari berbagai sumber teraduk dan
bercampur menjadi homogen dan siap diolah.Selain itu, diffuser juga dapat
menghilangkan bau busuk pada air limbah.
Setelah itu, proses pengolahan secara biologis terjadi di dalam aeration tank
dengan bahan-bahan organik yang terdapat dalam air limbah didekomposisikan
oleh
microorganisme
menjadi
produk
yang
lebih
sederhana
sehingga
menyebabkan bahan organik semakin lama semakin berkurang. Dalam hal ini
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 30
bahan buangan organik diubah dan digunakan untuk perkembangan sel baru
(protoplasma)
serta
diubah
dalam
bentuk
bahanbahan
lainnya
seperti
karbondioksida, air, dan ammonia. Massa dari protoplasma dan bahan organik
baru yang dihasilkan, mengendap bersama-sama dengan endapan dalam activated
sludge.
Proses oksidasi yang terjadi adalah:
Bakteri
CHONS + O2 + nutrient
CO2 + H2O + NH3 +sel-sel
mikrobial bertambah
NH3 + O2 + sel-sel nitrat
NO2
NO3 +
H2O + sel-sel nitrat bertambah
Kemudian air limbah beserta lumpur hasil proses biologis tadi dialirkan
kedalam clarifier tank agar dapat mengendap. Lumpur yang sudah mengendap di
bagian paling bawah dipompakan kembali ke bak aerasi dan lumpur pada air
limbah yang baru datang dibiarkan turun mengendap ke bawah sehingga terjadi
pergantian.
Lumpur yang telah mengendap pada dasar bak clarifier dikembalikan ke bak
aerasi tanpa ada yang diambil keluar atau dilakukan pengolahan lumpur lebih
lanjut.
Air limbah dari bak clarifier yang sudah lebih jernih dialirkan ke bak
effluent.Sebelum masuk ke effluent tank, air limbah diberikan khlorin untuk
mengendalikan jumlah populasi bakteri pada ambang yang tidak membahayakan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 31
Sebagai mata rantai terakhir, air limbah ditampung di dalam effluent tank yang
pada akhirnya akan dibuang ke parit dan bermuara ke sungai.
Pemeliharaan IPAL di Rumah Sakit pada prinsipnya relatif mudah
dilakukan. Yang terpenting adalah menjaga agar limbah padat tidak masuk ke
dalam system dan mencegah penyumbatan-penyumbatan.Untuk mencegah limbah
padat masuk dan mencegah terjadinya penyumbatan-penyumbatan, maka perlu
selalu dilakukan pembersihan pada bar screen dari sampah padat secara rutin.
Peralatan yang digunakan adalah serok, garu, bak sampah, dan
senter.Sedangkan material yang digunakan adalah kaporit berupa khlorin sebagai
disinfektan.Pengawasan dilakukan pada kualitas serta alat-alat dan mesin.
Pengawasan kualitas air limbah terolah dilakukan tiap 3 bulan sekali. Sedangkan
pengawasan terhadap alat-alat dan mesin dilakukan secara rutin 6 kali dalam
sebulan.
Saluran air limbah di Rumah sakit harus sesuai dengan ketentuan
Kepmenkes No.1204/Menkes/SK/X/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, yaitu bersifat tertutup dan berhubungan langsung
dengan instalasi pengolahan air limbah yaitu air limbah wc atau kamar mandi
langsung disalurkan melalui pipa ke influent chamber. Selain itu salurannya juga
kedap air dan limbah mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air
hujan.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 32
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 tahun 1995
tanggal 21 Desember 1995 mengenai baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah
sakit, adalah sebagai berikut.
Parameter
Kadar maksimum (mg/L)
BOD
75
COD
100
TSS
100
pH
6,0 – 9,0
Teknologi Pengolahan Limbah
Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan
hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator.Keduanya sekarang
terbukti memiliki nilai negatif besar.Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran
rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah.Terkadang
ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut
langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai
mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002).
Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah
medis, juga bukan berarti tanpa cacat.Badan Perlindungan Lingkungan AS
menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat
beracun.Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu
tumbuhnya kanker pada tubuh (Suparmin dkk, 2002).Yang sangat menarik dari
permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan
metode ozonisasi.Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang
direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (USEPA)
pada tahun 1999.Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola
limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 33
Ozonisasi
Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses
ozonisasi atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies
dari Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906.
Penggunaan proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun
waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air
minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika (Berlanga,
1998).
Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi
bahan makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada
ruangan kerja di perkantoran.Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari
sifat ozon yang dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa
disekitarnya) serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat
dengan mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge
(Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon mampu membunuh
berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli, Salmonella
enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya
(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding
bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui
proses oksidasi oleh radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl
radical (OH) yang terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan
perkembangan teknologi, dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam
mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers, 1993).
Ozonisasi Limbah cair rumah sakit
Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur,
laundry, toilet, dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi
lalu dipompakan ke tangki reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon
yang masuk dalam tangki reaktor bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan
membunuh bakteri patogen pada limbah cair (Harper, 1986).
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 34
Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi
untuk dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya.
Pada proses ini, polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi
dalam tangki reaktor dapat diendapkan (Harper, 1986).
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki
ini terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang
terlewatkan pada proses koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak
mampu lagi menyerap maka proses penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini
karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif baru atau didaur ulang dengan cara
dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk selanjutnya dapat dibuang
dengan aman ke sungai (Harper, 1986).
Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH),
sebuah radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V),
jauh melebihi ozon (1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan
oksidator yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida,
atrazine, TNT, dan sebagainya).Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh
hidroksil radikalakan berubah menjadi hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk
kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic dan asam formic, senyawa
organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan kandungan oksigen
yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan didapatkan
karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk
mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi
berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna
pada limbah cair. Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik
serta membunuh bakteri patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair
rumah sakit (Wilson, 1986). Pada saringan karbon aktif akan terjadi proses
adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan diserap oleh permukaan
karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, proses
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 35
penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur ulang
dengan cara dicuci (Wilson, 1986).
Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu
ultraviolet atau hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan
didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan
dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat pihak rumah
sakittidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan
kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain
efisiensi waktu juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi
yang luas (Wilson, 1986).
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak
positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak
negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang
tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik
akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit darin
pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan
kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di
lingkungan rumah sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan
pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator
penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi
yang
sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
dihasilkan (Wilson, 1986
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 36
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keimpulan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Sebelum dibuang kelingkungan air limbah harus di olah dulu supaya
tidak mengganggu atau merusak ekosistem lingkungan.
2. Pengolahan air limbah peroses lumpur aktif merupakan salah satu metode
yang bagus untuk pengolahan air limbah rumah sakit.
B. SARAN
Setiap rumah sakit seharusnya memiliki IPAL yang memadai untuk
mengelola air lmbah. Para pakar lingkungan seharusnya memberikan pengetahuan
tentang pengelolaan limbah.
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 37
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, ‘Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan’, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kalimantan Barat
Djaja, I.M., Maniksulistya, D., 2006,’ Gambaran Pengelolaan Limbah Cair Di
Rumah Sakit X Jakarta Februari 2006’, Makara, Kesehatan, Vol. 10, No. 2,
Depok
http://www.Blog at WordPress.com.Diakses tanggal 25 Februari 2010.
http://kompas.com/kompas-cetak/0005/13/IPTEK/limb10.htm. Diakses tanggal 25
Februari 2010.
http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html. Diakses tanggal
25 Februari 2010.
http://www.dhanajournal.blogspot.com.Diakses tanggal 25 Februari 2010.
http://www.wikipedia.org. Diakses tanggal 25 Februari 2010.
http://www.klinikmedis.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7
:pencegahan-penanganan-pengolahan-limbah-rumah-sakit&catid=1:latest-news.
Diakses tanggal 25 Februari 2010.
http://www.suarapembaruan.com/News/2003/10/20/index.html. Diakses tanggal
25 Februari 2010.
Kusminarno, K., 2004, ‘Manajemen Limbah Rumah Sakit’, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, ‘Kajian Pengelolaan Limbah Padat
Medis Rumah Sakit’, Jakarta
Paramita, N., 2007, ‘Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto’, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x,
Semarang
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 38
Sudiyanto, S., 2002, ‘Analisis Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Medis Di
RSU Banyumas Tahun 2002’, Skripsi, Banyumas
Sumiyati, S., Imaniar, 2007, ‘Analisis Kinerja Pengolahan Air Limbah Pavilyun
Kartika RSPAD Gatot Soebroto Jakarta’, Jurnal PRESIPITASI Vol. 2 No.1, ISSN
1907-187X, Jakarta
Suripto, A., 2002, ‘Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit’,
Buletin Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong
Wikantadhi, D. A., 2006, ‘Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi
Pengelolaan Sampah Di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul’, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma Sakit
Halaman 39
Download