ZOOLOGI INVERTEBRATA “PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TIAP KELAS FILUM PLATYHELMINTHES ” Disusun oleh: Nama : Wayan Empu Aji NIM : 193010209001 Kelas : 2019/A Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si 2. Shanty Savitri, S.Si. M.Pd 3. Ririn Fahrina, S.Pd, M.Pd PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA 2020 KELAS 1. Turbellaria ASPEK PERBANDINGAN Deskripsi : Turbellaria adalah Platyhelminthes yang memiliki silia (rambut getar) pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat gerak. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus mangsa, dan sebagai jejak lendir pada waktu merayap. Dibawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar dan meliuk-liuk. Ciri-Ciri Umum: 1. Hewan ini memiliki tubuh bentuk tongkat. 2. Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut atau tempat lembap dan jarang sebagai parasit. 3. panjang tubuh 5 – 25 mm 4. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap. 5. Hewan ini memiliki kemampuan untuk beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya. 6. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan, genangan air, kolam, atau sungai. 7. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang tergenang air. 8. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk berenang di air. 9. memiliki struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi sebagai alat gerak. Selain menggunakan silia, hewan dari kelas ini bergerak menggunakan otot tubuhnya yang menyerupai gelombang. 10. memiliki stigma/oseli (bintik mata), yaitu indera yang peka terhadap rangsang cahaya dan aurikula (telinga) sebagai indera peraba. Sistem-Sistem Organ: 1. Saluran pencernaan Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus. Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral, kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler). Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga: satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabangcabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui mulut. 2. Sistem Ekskresi Hewan ini mengekskresikan sisa-sisa metabolisme berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar, maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh. Gambar sistem ekskresi Planaria Sumber : https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2 3. Sistem Saraf Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala. Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral hingga membentuk sistem saraf tangga tali. Ganglia ini dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot tubuh. Cabang-cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik mata. Gambar system saraf planaria Sumber : https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2 4. Sistem Reproduksi Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi tergantung pada panjangnya hari dan temperatur. Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri. Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap. Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki daya regenerasi yang tinggi. Gambar reproduksi aseksual Planaria Sumber : https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/kingdomanimalia/platyhelminthes/ Gambar reproduksi secara seksual dan aseksual Planaria Sumber : https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2 Contoh Spesies Gambar Euplanaria sp. Sumber : http://materiipamgmp.blogspot.com/2018/12/breeding-ofplanaria-sp.html Klasifikasi Kingdom : Animalia Philum : Platyhelminthes Kelas : Turbellaria Ordo : Tricladida Familia : Paludicola Genus : Euplanaria Spesies : Euplanaria sp Planaria memiliki bentuk tubuh pipih, lonjong dan lunak dengan panjang tubuh kira-kira antara 5-25 mm. Bagian anterior (kepala) berbentuk segitiga tumpul, berpigmen gelap kearah belakang, mempunyai 2 bitik mata di mid dorsal. Bintik mata hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan belum merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan bayangan. Planaria hidup berenang bebas di dalam air dan melekat pada suatu objek menggunakan mucus dalam keadaan pasif. Gerakan Planaria meluncur dengan ujung anterior ke arah depan. Planaria memakan hewan-hewan kecil, dan bila kelaparan aktif mencari makan dengan berenang bebas didalam air. Planaria berkembang biak secara aseksual dan seksual. Planaria yang sudah dewasa mempunyai sistem reproduksi jantan dan betina atau bersifat monoceus (hermaprodit). Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan pembelahan secara transfersal yaitu mengalami penyempitan dan konstriksi di belakang faring kemudian membelah diri, masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi individu-individu baru. 2. Thermatoda Deskripsi : Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti punya lobang, bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti daun.Umumnya semua organ tubuh tak punya rongga tubuh dan mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di luar atau di organ dalam induk semang. Saluran pencernaaan mempunyai mulut, pharink, usus bercabang cabang. tapi tak punya anus. Sistem eksretori bercabangcabang, mempunyai flame cell yaitu kantong eksretori yang punya lubang lubang di posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklus hidup ada secara langsung (Monogenea) dan tak langsung (Digenea). Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi menjadi tiga sub klas yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat pada manusia, karena pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati,usus,paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan, manusia Trematoda. Trematoda berlindung di dalam inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila. Ciri-Ciri Umum : 1. Bentuk tubuhnya pipih seperti daun dan tidak bersegmen. 2. Tidak mempunyai rongga badan. 3. Tubuhnya dilapisi oleh kutikula untuk menjaga tubuh agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya. 4. Permukaan tubuhnya tidak bersilia. 5. Merupakan hewan hermafrodit. 6. Hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. 7. Mempunyai batil isap anterior / oral sucker dimana saluran pencernaan bermuara. 8. Mempunyai batil isap perut / ventral sucker untuk melekatkan diri, pada beberapa spesies terletak dibagian posterior. 9. Mempunyai porus genitalis yang letaknya berbeda pada tiap spesies. 10. Bentuk saekum (usus besar) bercabang dua, sehingga mirip seperti huruf Y terbalik. Telur berbentuk oval, biasanya beropeculum. Sistem Organ: 1. Sistem Reproduksi Kebanyakan trematoda adalah hermafrodit simultan, memiliki organ pria dan wanita. Biasanya ada dua testis, dengan saluran sperma yang bergabung bersama di bagian bawah paruh depan hewan. Bagian terakhir dari sistem jantan ini sangat bervariasi dalam struktur antar spesies, tetapi mungkin termasuk kantung penyimpanan sperma dan kelenjar aksesori, selain organ kopulatoris yang bisa eversible. Biasanya hanya ada satu ovarium. Telur berpindah darinya ke saluran telur. Bagian distal saluran telur, disebut ootipe, melebar. Ini terhubung melalui sepasang saluran ke sejumlah kelenjar vitelline di kedua sisi tubuh, yang menghasilkan sel kuning telur. Setelah telur dikelilingi oleh sel-sel kuning telur, cangkangnya terbentuk dari sekresi kelenjar lain yang disebut kelenjar Mehlis atau kelenjar cangkang, yang salurannya juga terbuka di ootipe. Ootipe terhubung ke rahim yang memanjang yang terbuka ke luar di pori genital, dekat dengan lubang pria. Di sebagian besar trematoda, sel sperma melakukan perjalanan melalui rahim untuk mencapai ootipe, tempat pembuahan terjadi. Ovarium terkadang juga dikaitkan dengan kantung penyimpanan sperma, dan saluran kopulasi disebut kanal Laurer. Gambar diagram reproduksi Fasciola hepatica Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Fasciola_hepatica 2. Sistem Pencernaan Saluran pencernaan trematoda tidak lengkap. Sistem pencernaan dimulai dengan mulut yang dikelilingi oleh batil hisap, faring, esofagus dan usus tetapi tidak berakhir di anus. Trematoda menghisap makanannya dibantu dengan otot faring. Makanan dihisap oleh otot faring dan dipompa ke dalam usus melalui kerongkongan. Pencernaan berlangsung di dalam caeca usus yang juga berperan dalam penyerapan makanan. Makanan yang dicerna berdifusi ke dalam parenkima dari mana makanan tersebut didistribusikan ke seluruh tubuh melalui diverticulae lateral dan median usus. Substansi monosakarida seperti glukosa dan fruktosa yang tersedia dalam tubuh inang diketahui menyebar atau berdifusi secara langsung ke dalam tubuh trematoda melalui permukaan tubuh. Banyaknya lipatan-lipatan membantu tegumen dalam proses penyerapan dan difusi. Trematoda tidak memiliki anus sehingga makanan yang tidak tercerna akan dibuang melalui mulut. Cadangan makanan disimpan terutama dalam bentuk glikogen dan lemak dalam parenkim dan otot-otot. Gambar organ dalam Fasciola hepatica Sumber : https://bioearthworm.wordpress.com/2018/11/30/trematodacacing-hati/ 3. Sistem Ekskresi Sistem ekskresi terdiri dari sebuah kandung kemih posterior, hasil ekskresi di keluarkan melalui sel api (flame cell). 4. Sistem Saraf Sistem saraf trematoda berupa sistem saraf tangga tali. Otak terletak di bagian kepala. Otak tersusun oleh ganglionganglion otak yang terdiri dari dua lobus. Dari otak muncul serabut-serabut saraf ke arah anterior menuju ke kepala, dan lateral menuju ke aurikel. Di samping itu ada 2 tali saraf ventral yang memanjang sepanjang tubuh dan berakhir ke ujung posterior. Masing-masing tali saraf ventral itu terletak pada kira-kira sepertiga bagian dari tepi tubuh. Kedua tali saraf ventral dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura-komisura transversal, dan pada masing-masing tali saraf muncul serabut saraf ke tepi tubuh. Adanya komisura- komisura transversal menyebabkan sistem saraf berbentuk tangga tali. Pada trematoda terdapat satu cincin saraf yang mengelilingi esophagus. Pada cicnci saraf tersebut terdapat dua pasang ganglion serebral ke arah dorsoventral dan satu pasang ganglion ventral yang terletak di bawah esophagus. Pada ganglion-ganglion itu muncul serabut-serabut saraf kecil ke arah anterior. Ke arah posterior terdapat 3 pasang tali saraf longitudinal yang muncul dari ganglion-ganglion tersebut yaitu tali saraf dorsal, lateral, dan ventral. Tali saraf lateral berkembang sangat baik dan memanjang sampai ujung posterior. Tali-tali saraf itu dihubungkan satu sama lain oleh banyak komisura transversal. Pada tali saraf juga muncul serabut-serabut saraf ke arah lateral, dan beberapa serabut saraf itu membentuk pleksus. Sel-sel saraf biasanya berbentuk bipolar. Karena sifatnya yang parasit trematoda tidak memiliki organ sensori, kecuali alat yang berbentuk bulbus yang berfungsi sebagai tango reseptor (penerima rangsangan berupa sentuhan) atau alat peraba yang berada diseluruh permukaan integument. Contoh Spesies: Gambar Fasciola hepatica Sumber : https://bioearthworm.wordpress.com/2018/11/30/trematodacacing-hati/ Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Platyhelminthes Kelas : Trematoda Ordo : Echinostomida Famili : Fasciolidae Genus : Fasciola Spesies : Fasciola hepatica Fasciola hepatica adalah salah satu trematoda hati yang bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit fascioliasis. Parasit ini disebut juga dengan Sheep Liver Fluke. Gambar.3. Siklus Hidup Fasciola hepatica https://www.msdvetmanual.com/digestive-system/flukeinfections-in-ruminants/fasciola-hepatica-in-ruminants Telur keluar bersama tinja → menetas di air menjadi mirasidium → masuk ke hospes perantara 1 (keong air) → berkembang menjadi sporokista → redia 1 → redia 2 → serkaria → keluar dari hospes perantara 1 → menempel pada hospes perantara 2 (tumbuhan air) → berkembang menjadi meteserkaria → jika tumbuhan air yang mengandung metaserkaria tertelan hospes definitif → akan terjadi ekskistasi di dalam duodenum → menembus dinding usus → cavum abdominalis → menembus kapsul hepar →parenkim hepar → saluran empedu → menetap dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu ± 12 minggu. 3. Cestode Deskripsi : Cestoda (Cestoidea) adalah nama yang diberikan untuk kelas cacing pipih parasit dari filum Platyhelminthes. Spesies yang paling terkenal biasa disebut cacing pita. Semua cestoda adalah parasit dan sejarah hidup mereka bervariasi, tetapi biasanya mereka tinggal di saluran pencernaan vertebrata dalam bentuk dewasa, dan sering dalam tubuh spesies lain dari hewan sebagai remaja. Lebih dari seribu spesies telah dijelaskan, dan semua spesies vertebrata dapat menjadi inang bagi setidaknya satu spesies cacing pita. Cestoda ini adalah Vermes atau cacing yang lapisan embrionalnya sudah bertipe triploblastik namun masih triploblastik acoelomata (triploblastik yang tidak berongga) artinya kelika pembentukan embrionya Zigot sudah membelah membentuk sekumpulan sel yang mempunyai tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Namun di bagian dalam endoderm biasanya terbentuk rongga pada cestoda ini tidak berongga karena merupakan cacing pipih. Cacing dewasa hidup dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata dan invetebrata pada dagingnya dalam bentuk sistiserkus yang bisa berpindah ke manusia. Tubuhnya Cacing pita (Cestoda) memiliki panjang antara 2 - 3 m dan terdiri dari bagian kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen yang menyusun strobila mengandung alat perkembang biakan berupa testes dan ovarium . Makin ke posterior segmen makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat hermafrodit. Cacing ini biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan. Ciri-ciri Umum: 1. Cestoda merupakan kelas cacing parasit yang mempunyai badan berbentuk pipih dorsoventral. 2. Tubuhnya tertutup oleh kutikula (zat lilin) sehingga tidak terhidrolis oleh enzim pencernaan. 3. Tubuhnya memiliki segmen. 4. Memiliki lapisan embrional yang sudah bertipe triploblastik namun masih triploblastik acelomata (triploblastik yang tidak berongga). 5. Mempunyai skoleks, leher, dan proglotid. 6. Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglotid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (sucker) yang memiliki kait (rostelum) terbuat dari kitin khususnya pada cacing pita babi . 7. Cacing ini bersifat hermaprodit, cara multiplikasi / reproduksi atau berkembang biak dengan jalan mengeluarkan telur (ovipar) dan kadang-kadang perbanyakan dalam bentuk larva. 8. Hidup sebagai endoparasit. Sistem Organ: 1. Sistem Reproduksi Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem reproduksi baik jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk sistem reproduksi baik jantan maupun betina, yang dikenal sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan permukaan atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun mereka secara seksual hermafrodit, fenomena pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus berfungsi menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian dilakukan pertukaran spermatozoa. Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes perantara diperlukan serta tuan rumah definitif. Gambar Reproduksi Taenia saginata Sumber : https://www.notesonzoology.com/phylumplatyhelminthes/taenia-solium-nervous-system-and-lifehistory-phylum-platyhelminthes/5867 2. Sistem Saraf Sistem saraf tersusun dari beberapa ganglion pada skoleks, dengan komisura melintang di antaranya, dan tiga batang saraf longitudinal di setiap sisi tubuh (sebuah batang besar di lateral dan yang kecil di dorsal dan ventral), satu ganglion kecil di setiap segmen pada dari masing-masing dari enam batang saraf tersebut, dan komisura pada setiap segmen menghubungkan ganglion. Pada ganglion ini juga terdapat serabut-serabut dari batang-batang saraf. 3. Sistem Ekskresi Sistem ekskresi terdiri dari sel api atau solenosit. Biasanya terdapat dua saluran ekskresi utama pada setiap sisi tubuh, berjalan longitudinal pada strobila. Beberapa cestoda hanya terdapat satu saluran ekskresi yang dapat di lihat pada setiap sisi. Saluran-saluran ekskresi tersebut bergabunng pada skoleks. Terdapat kandung kemih pada pada segmen terakhir tubuh cestoda. Dan saluran ekskresi masuk ke dalamnya. Walaupun demikian, setelah segmen itu terlepas, saluran ekskresi terbuka dengan terpisah-pisah. Gambar usus Taenia Saginata dan Taenia solium Sumber : https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10. 1002/9780470688618.taw0197 4. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan cestoda disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cestoda dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh. Selain itu, cestoda juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cestoda tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Makanan langsung melalui tubuh. Gambar system pencernaan Taenia saginata Sumber : https://epadigestive.weebly.com/beef-tapeworm-taeniasaginata.html Contoh Spesies: Gambar Taenia saginata https://en.wikipedia.org/wiki/Taenia_saginata Klasifikasi: Kingdom : Animalia Filum : Platyhelminthes Kelas : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Genus : Taenia Spesies : Taenia saginata Taenia saginata, umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi, adalah cacing pita zoonotik yang termasuk ordo Cyclophyllidea dan genus Taenia. Ini adalah parasit usus pada manusia menyebabkan taeniasis dan cysticercosis pada sapi. Gambar siklus hidup Taenia saginata Sumber : https://dosenbiologi.com/hewan/daur-hidup-taenia-saginata 1. Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio). 2. Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. 3. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah atau setengah matang. 4. Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan telur. 5. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas.