Uploaded by empuaji26

KB 1 FILUM PLATYHELMITHES WAYAN EMPU AJI

advertisement
ZOOLOGI INVERTEBRATA
“PERBANDINGAN KARAKTERISTIK TIAP KELAS FILUM PLATYHELMINTHES ”
Disusun oleh:
Nama
: Wayan Empu Aji
NIM
: 193010209001
Kelas
: 2019/A
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Agus Haryono, M.Si
2. Shanty Savitri, S.Si. M.Pd
3. Ririn Fahrina, S.Pd, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
KELAS
1. Turbellaria
ASPEK PERBANDINGAN
Deskripsi :
Turbellaria adalah Platyhelminthes yang memiliki silia (rambut
getar) pada permukaan tubuhnya yang berfungsi sebagai alat
gerak. Pada lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar yang
disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus
mangsa, dan sebagai jejak lendir pada waktu merayap. Dibawah
epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar, longitudinal,
diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar
dan meliuk-liuk.
Ciri-Ciri Umum:
1. Hewan ini memiliki tubuh bentuk tongkat.
2. Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang jernih, air laut
atau tempat lembap dan jarang sebagai parasit.
3. panjang tubuh 5 – 25 mm
4. Tubuh memiliki dua mata dan tanpa alat hisap.
5. Hewan ini memiliki kemampuan untuk beregenerasi dengan
cara memotong tubuhnya.
6. Cacing ini bersifat karnivor dan dapat ditemukan di perairan,
genangan air, kolam, atau sungai.
7. Biasanya cacing ini menempel dibatuan atau di daun yang
tergenang air.
8. Beberapa Turbellaria melakukan gerakan berombak untuk
berenang di air.
9. memiliki struktur tubuh yang bersilia. Silia ini berfungsi
sebagai alat gerak. Selain menggunakan silia, hewan dari
kelas ini bergerak menggunakan otot tubuhnya yang
menyerupai gelombang.
10. memiliki stigma/oseli (bintik mata), yaitu indera yang peka
terhadap rangsang cahaya dan aurikula (telinga) sebagai
indera peraba.
Sistem-Sistem Organ:
1. Saluran pencernaan
Saluran pencernaannya terdiri dari mulut, faring, dan usus.
Hewan ini tidak mempunyai anus. Saluran pencernaan
makanan berawal dari mulut yang terdapat di bagian ventral,
kurang lebih di bagian tengah tubuh. Faring dapat dijulurkan
dan berhubungan dengan anus (rongga gastrovaskuler).
Beberapa Planaria mempunyai usus yang bercabang tiga:
satu cabang ke arah anterior dan dua cabang ke arah
posterior. Tiap-tiap cabang usus tersebut bercabang lagi ke
seluruh tubuh. Ketiga cabang usus tersebut bergabung
kembali di faring. Makanan masuk melalui mulut, dan hasil
pencernaan diedarkan ke seluruh tubuh melalui cabangcabang usus, sedangkan sisa makanan yang tidak tercerna
dikeluarkan melalui mulut.
2. Sistem Ekskresi
Hewan
ini mengekskresikan sisa-sisa
metabolisme
berupa nitrogen melalui permukaan tubuhnya. Sistem
osmoregulasi berupa protonefridia yang terdiri dari sel-sel
api yang tersebar di tepi tubuh. Sel-sel api ini berupa pipa
berongga yang dilengkapi seberkas silia. Jika silia bergetar,
maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam saluran
yang berhubungan dengan pori-pori permukaan tubuh.
Gambar sistem ekskresi Planaria
Sumber :
https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2
3. Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari ganglia yang terdapat di kepala.
Dari masing-masing ganglia ini terdapat seberkas saraf
yang memanjang ke arah posterior pada bagian tepi/lateral
tubuh. Setiap berkas saraf bercabang-cabang secara
horisontal menghubungkan kedua berkas saraf lateral
hingga membentuk sistem saraf tangga tali. Ganglia ini
dapat dianggap sebagai otak hewan tersebut. Saraf lateral
bercabang-cabang ke arah luar dari tali saraf ke otot-otot
tubuh. Cabang-cabang saraf ini sebagai saraf tepi. Kedua
tali saraf tersebut bertemu di ujung depan dan ujung
belakang. Pada bagian ujung anterior tubuh terdapat alat
yang peka terhadap rangsang cahaya, yakni sepasang bintik
mata.
Gambar system saraf planaria
Sumber :
https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2
4. Sistem Reproduksi
Reproduksi terjadi secara seksual dan aseksual. Reproduksi
tergantung pada panjangnya hari dan temperatur.
Reproduksi seksual terjadi pada siang pendek dan udara
dingin. Reproduksi aseksual terjadi pada siang panjang dan
udara hangat. Reproduksi seksual terjadi melalui
perkawinan silang.
Pada perkawinan silang, dua Planaria melekatkan diri pada
bagian ventral sehingga lubang kelamin (porus genitalis)
berhadapan dan bersinggungan, maka terjadilah fertilisasi
internal. Hal ini dapat terjadi jika sel kelamin sudah
masak. Planaria bersifat hermafrodit. Akan tetapi, sperma
tidak dapat membuahi sel telur dari tubuhnya sendiri, karena
masa pemasakan sperma dan sel telur berbeda. Reproduksi
secara aseksual dengan regenerasi, yaitu diawali dengan
badan yang bertambah panjang dan bagian tubuh dekat
faring sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya
terputus. Bagian yang terputus akan melengkapi diri.
Masing-masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap.
Kemampuan untuk melengkapi bagian tubuh yang hilang
atau rusak disebut regenerasi. Planaria dikenal memiliki
daya regenerasi yang tinggi.
Gambar reproduksi aseksual Planaria
Sumber :
https://aslam02.wordpress.com/materi/kelas-x-2/kingdomanimalia/platyhelminthes/
Gambar reproduksi secara seksual dan aseksual Planaria
Sumber :
https://pt.slideshare.net/aputriintani/planaria-biologi-x/2
Contoh Spesies
Gambar Euplanaria sp.
Sumber :
http://materiipamgmp.blogspot.com/2018/12/breeding-ofplanaria-sp.html
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Philum : Platyhelminthes
Kelas
: Turbellaria
Ordo
: Tricladida
Familia : Paludicola
Genus
: Euplanaria
Spesies : Euplanaria sp
Planaria memiliki bentuk tubuh pipih, lonjong dan lunak
dengan panjang tubuh kira-kira antara 5-25 mm. Bagian anterior
(kepala) berbentuk segitiga tumpul, berpigmen gelap kearah
belakang, mempunyai 2 bitik mata di mid dorsal. Bintik mata
hanya berfungsi untuk membedakan intensitas cahaya dan
belum merupakan alat penglihat yang dapat menghasilkan
bayangan. Planaria hidup berenang bebas di dalam air dan
melekat pada suatu objek menggunakan mucus dalam keadaan
pasif. Gerakan Planaria meluncur dengan ujung anterior ke arah
depan. Planaria memakan hewan-hewan kecil, dan bila
kelaparan aktif mencari makan dengan berenang bebas didalam
air. Planaria berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Planaria yang sudah dewasa mempunyai sistem reproduksi
jantan dan betina atau bersifat monoceus (hermaprodit).
Perkembangbiakan Planaria secara aseksual terjadi dengan
pembelahan secara transfersal yaitu mengalami penyempitan
dan konstriksi di belakang faring kemudian membelah diri,
masing-masing potongan melengkapi bagian tubuhnya menjadi
individu-individu baru.
2. Thermatoda
Deskripsi :
Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti
punya lobang, bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti
daun.Umumnya semua organ tubuh tak punya rongga tubuh dan
mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di
luar atau di organ dalam induk semang. Saluran pencernaaan
mempunyai mulut, pharink, usus bercabang cabang. tapi tak
punya anus. Sistem eksretori bercabangcabang, mempunyai
flame cell yaitu kantong eksretori yang punya lubang lubang di
posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklus
hidup ada secara langsung (Monogenea) dan tak langsung
(Digenea). Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada
hewan dapat dibagi menjadi tiga sub klas yaitu Monogenea,
Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan
macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat
pada manusia, karena pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai.
Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam
hati,usus,paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata,
ternak, ikan, manusia Trematoda. Trematoda berlindung di
dalam inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan
kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila.
Ciri-Ciri Umum :
1. Bentuk tubuhnya pipih seperti daun dan tidak bersegmen.
2. Tidak mempunyai rongga badan.
3. Tubuhnya dilapisi oleh kutikula untuk menjaga tubuh agar
tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya.
4. Permukaan tubuhnya tidak bersilia.
5. Merupakan hewan hermafrodit.
6. Hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan.
7. Mempunyai batil isap anterior / oral sucker dimana saluran
pencernaan bermuara.
8. Mempunyai batil isap perut / ventral sucker untuk
melekatkan diri, pada beberapa spesies terletak dibagian
posterior.
9. Mempunyai porus genitalis yang letaknya berbeda pada tiap
spesies.
10. Bentuk saekum (usus besar) bercabang dua, sehingga mirip
seperti huruf Y terbalik. Telur berbentuk oval, biasanya
beropeculum.
Sistem Organ:
1. Sistem Reproduksi
Kebanyakan
trematoda
adalah hermafrodit simultan,
memiliki organ pria dan wanita. Biasanya ada dua testis,
dengan saluran sperma yang bergabung bersama di bagian
bawah paruh depan hewan. Bagian terakhir dari sistem
jantan ini sangat bervariasi dalam struktur antar spesies,
tetapi mungkin termasuk kantung penyimpanan sperma dan
kelenjar aksesori, selain organ kopulatoris yang bisa
eversible. Biasanya hanya ada satu ovarium. Telur berpindah
darinya ke saluran telur. Bagian distal saluran telur, disebut
ootipe, melebar. Ini terhubung melalui sepasang saluran ke
sejumlah kelenjar vitelline di kedua sisi tubuh, yang
menghasilkan sel kuning telur. Setelah telur dikelilingi oleh
sel-sel kuning telur, cangkangnya terbentuk dari sekresi
kelenjar lain yang disebut kelenjar Mehlis atau kelenjar
cangkang, yang salurannya juga terbuka di ootipe. Ootipe
terhubung ke rahim yang memanjang yang terbuka ke luar di
pori genital, dekat dengan lubang pria. Di sebagian besar
trematoda, sel sperma melakukan perjalanan melalui rahim
untuk mencapai ootipe, tempat pembuahan terjadi. Ovarium
terkadang
juga
dikaitkan
dengan
kantung
penyimpanan sperma, dan saluran kopulasi disebut kanal
Laurer.
Gambar diagram reproduksi Fasciola hepatica
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Fasciola_hepatica
2. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan trematoda tidak lengkap. Sistem
pencernaan dimulai dengan mulut yang dikelilingi oleh batil
hisap, faring, esofagus dan usus tetapi tidak berakhir di anus.
Trematoda menghisap makanannya dibantu dengan otot
faring. Makanan dihisap oleh otot faring dan dipompa ke
dalam usus melalui kerongkongan. Pencernaan berlangsung
di dalam caeca usus yang juga berperan dalam penyerapan
makanan. Makanan yang dicerna berdifusi ke dalam
parenkima dari mana makanan tersebut didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui diverticulae lateral dan median usus.
Substansi monosakarida seperti glukosa dan fruktosa yang
tersedia dalam tubuh inang diketahui menyebar atau
berdifusi secara langsung ke dalam tubuh trematoda melalui
permukaan tubuh. Banyaknya lipatan-lipatan membantu
tegumen dalam proses penyerapan dan difusi. Trematoda
tidak memiliki anus sehingga makanan yang tidak tercerna
akan dibuang melalui mulut. Cadangan makanan disimpan
terutama dalam bentuk glikogen dan lemak dalam parenkim
dan otot-otot.
Gambar organ dalam Fasciola hepatica
Sumber :
https://bioearthworm.wordpress.com/2018/11/30/trematodacacing-hati/
3. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari sebuah kandung kemih posterior,
hasil ekskresi di keluarkan melalui sel api (flame cell).
4. Sistem Saraf
Sistem saraf trematoda berupa sistem saraf tangga tali. Otak
terletak di bagian kepala. Otak tersusun oleh ganglionganglion otak yang terdiri dari dua lobus. Dari otak muncul
serabut-serabut saraf ke arah anterior menuju ke kepala, dan
lateral menuju ke aurikel. Di samping itu ada 2 tali saraf
ventral yang memanjang sepanjang tubuh dan berakhir ke
ujung posterior. Masing-masing tali saraf ventral itu terletak
pada kira-kira sepertiga bagian dari tepi tubuh. Kedua tali
saraf ventral dihubungkan satu dengan yang lain oleh
komisura-komisura transversal, dan pada masing-masing tali
saraf muncul serabut saraf ke tepi tubuh. Adanya komisura-
komisura transversal menyebabkan sistem saraf berbentuk
tangga tali. Pada trematoda terdapat satu cincin saraf yang
mengelilingi esophagus. Pada cicnci saraf tersebut terdapat
dua pasang ganglion serebral ke arah dorsoventral dan satu
pasang ganglion ventral yang terletak di bawah esophagus.
Pada ganglion-ganglion itu muncul serabut-serabut saraf
kecil ke arah anterior. Ke arah posterior terdapat 3 pasang tali
saraf longitudinal yang muncul dari ganglion-ganglion
tersebut yaitu tali saraf dorsal, lateral, dan ventral. Tali saraf
lateral berkembang sangat baik dan memanjang sampai
ujung posterior. Tali-tali saraf itu dihubungkan satu sama lain
oleh banyak komisura transversal. Pada tali saraf juga
muncul serabut-serabut saraf ke arah lateral, dan beberapa
serabut saraf itu membentuk pleksus. Sel-sel saraf biasanya
berbentuk bipolar. Karena sifatnya yang parasit trematoda
tidak memiliki organ sensori, kecuali alat yang berbentuk
bulbus yang berfungsi sebagai tango reseptor (penerima
rangsangan berupa sentuhan) atau alat peraba yang berada
diseluruh permukaan integument.
Contoh Spesies:
Gambar Fasciola hepatica
Sumber :
https://bioearthworm.wordpress.com/2018/11/30/trematodacacing-hati/
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Trematoda
Ordo
: Echinostomida
Famili
: Fasciolidae
Genus
: Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica
Fasciola hepatica adalah salah satu trematoda hati yang bersifat
hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit fascioliasis.
Parasit ini disebut juga dengan Sheep Liver Fluke.
Gambar.3. Siklus Hidup Fasciola hepatica
https://www.msdvetmanual.com/digestive-system/flukeinfections-in-ruminants/fasciola-hepatica-in-ruminants
Telur keluar bersama tinja → menetas di air menjadi
mirasidium → masuk ke hospes perantara 1 (keong air) →
berkembang menjadi sporokista → redia 1 → redia 2 →
serkaria → keluar dari hospes perantara 1 → menempel pada
hospes perantara 2 (tumbuhan air) → berkembang menjadi
meteserkaria → jika tumbuhan air yang mengandung
metaserkaria tertelan hospes definitif → akan terjadi ekskistasi
di dalam duodenum → menembus dinding usus → cavum
abdominalis → menembus kapsul hepar →parenkim hepar →
saluran empedu → menetap dan berkembang menjadi dewasa
dalam waktu ± 12 minggu.
3. Cestode
Deskripsi :
Cestoda (Cestoidea) adalah nama yang diberikan untuk kelas
cacing pipih parasit dari filum Platyhelminthes. Spesies yang
paling terkenal biasa disebut cacing pita. Semua cestoda adalah
parasit dan sejarah hidup mereka bervariasi, tetapi biasanya
mereka tinggal di saluran pencernaan vertebrata dalam bentuk
dewasa, dan sering dalam tubuh spesies lain dari hewan sebagai
remaja. Lebih dari seribu spesies telah dijelaskan, dan semua
spesies vertebrata dapat menjadi inang bagi setidaknya satu
spesies cacing pita.
Cestoda ini adalah Vermes atau cacing yang lapisan
embrionalnya sudah bertipe triploblastik namun masih
triploblastik acoelomata (triploblastik yang tidak berongga)
artinya kelika pembentukan embrionya Zigot sudah membelah
membentuk sekumpulan sel yang mempunyai tiga lapisan yaitu
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Namun di bagian dalam
endoderm biasanya terbentuk rongga pada cestoda ini tidak
berongga karena merupakan cacing pipih. Cacing dewasa hidup
dalam usus Vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vertebrata
dan invetebrata pada dagingnya dalam bentuk sistiserkus yang
bisa berpindah ke manusia. Tubuhnya Cacing pita (Cestoda)
memiliki panjang antara 2 - 3 m dan terdiri dari bagian kepala
(skoleks) dan tubuh (strobila). Kepala (skoleks) dilengkapi
dengan lebih dari dua alat pengisap. Sedangkan setiap segmen
yang menyusun strobila mengandung alat perkembang biakan
berupa testes dan ovarium . Makin ke posterior segmen makin
melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu
dan bersifat hermafrodit. Cacing ini biasanya hidup sebagai
parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
Ciri-ciri Umum:
1. Cestoda merupakan kelas cacing parasit yang mempunyai
badan berbentuk pipih dorsoventral.
2. Tubuhnya tertutup oleh kutikula (zat lilin) sehingga tidak
terhidrolis oleh enzim pencernaan.
3. Tubuhnya memiliki segmen.
4. Memiliki lapisan embrional yang sudah bertipe triploblastik
namun masih triploblastik acelomata (triploblastik yang
tidak berongga).
5. Mempunyai skoleks, leher, dan proglotid.
6. Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang
masing-masing disebut Proglotid. Kepala disebut Skoleks
dan memiliki alat isap (sucker) yang memiliki kait (rostelum)
terbuat dari kitin khususnya pada cacing pita babi .
7. Cacing ini bersifat hermaprodit, cara multiplikasi /
reproduksi atau berkembang biak dengan jalan
mengeluarkan telur (ovipar) dan kadang-kadang
perbanyakan dalam bentuk larva.
8. Hidup sebagai endoparasit.
Sistem Organ:
1. Sistem Reproduksi
Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem
reproduksi baik jantan maupun betina dalam tubuh mereka.
Sistem reproduksinya terdiri dari satu testis atau banyak,
cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ
reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal
yang menghubungkan saluran telur dan rahim sebagai organ
reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal umum untuk
sistem reproduksi baik jantan maupun betina, yang dikenal
sebagai pori genital, yang terletak pada pembukaan
permukaan atrium berbentuk seperti cangkir. Meskipun
mereka
secara
seksual
hermafrodit,
fenomena
pembuahannya termasuk langka. Dalam rangka untuk
memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua
individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama
kopulasi, cirrus berfungsi menghubungkan satu cacing
dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian dilakukan
pertukaran spermatozoa. Siklus hidup cacing pita sederhana
dalam arti bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada cacing
pipih lainnya, tetapi rumit karena setidaknya satu hospes
perantara diperlukan serta tuan rumah definitif.
Gambar Reproduksi Taenia saginata
Sumber :
https://www.notesonzoology.com/phylumplatyhelminthes/taenia-solium-nervous-system-and-lifehistory-phylum-platyhelminthes/5867
2. Sistem Saraf
Sistem saraf tersusun dari beberapa ganglion pada skoleks,
dengan komisura melintang di antaranya, dan tiga batang
saraf longitudinal di setiap sisi tubuh (sebuah batang besar di
lateral dan yang kecil di dorsal dan ventral), satu ganglion
kecil di setiap segmen pada dari masing-masing dari enam
batang saraf tersebut, dan komisura pada setiap segmen
menghubungkan ganglion. Pada ganglion ini juga terdapat
serabut-serabut dari batang-batang saraf.
3. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi terdiri dari sel api atau solenosit. Biasanya
terdapat dua saluran ekskresi utama pada setiap sisi tubuh,
berjalan longitudinal pada strobila. Beberapa cestoda hanya
terdapat satu saluran ekskresi yang dapat di lihat pada setiap
sisi. Saluran-saluran ekskresi tersebut bergabunng pada
skoleks. Terdapat kandung kemih pada pada segmen terakhir
tubuh cestoda. Dan saluran ekskresi masuk ke dalamnya.
Walaupun demikian, setelah segmen itu terlepas, saluran
ekskresi terbuka dengan terpisah-pisah.
Gambar usus Taenia Saginata dan Taenia solium
Sumber :
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.
1002/9780470688618.taw0197
4. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan cestoda disebut sistem gastrovaskuler,
dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh
usus. Sistem pencernaan cestoda dimulai dari mulut, faring,
dan dilanjutkan ke kerongkongan.
Di belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki
cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain mencerna
makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cestoda juga melakukan pembuangan sisa
makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus. Cestoda
tidak memiliki sistem transpor karena makanannya
diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas
O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.
Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari
usus halus inangnya. Sari makanan diserap langsung oleh
seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak
memiliki mulut dan pencernaan (usus). Makanan langsung
melalui tubuh.
Gambar system pencernaan Taenia saginata
Sumber :
https://epadigestive.weebly.com/beef-tapeworm-taeniasaginata.html
Contoh Spesies:
Gambar Taenia saginata
https://en.wikipedia.org/wiki/Taenia_saginata
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum
: Platyhelminthes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidea
Famili
: Taeniidae
Genus
: Taenia
Spesies : Taenia saginata
Taenia saginata, umumnya dikenal sebagai cacing pita sapi,
adalah cacing pita zoonotik yang termasuk ordo Cyclophyllidea
dan genus Taenia. Ini adalah parasit usus pada manusia
menyebabkan taeniasis dan cysticercosis pada sapi.
Gambar siklus hidup Taenia saginata
Sumber :
https://dosenbiologi.com/hewan/daur-hidup-taenia-saginata
1. Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak
yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi
(embrio).
2. Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur
ini termakan sapi, dan sampai pada usus akan tumbuh dan
berkembang menjadi larva onkoster.
3. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke
otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus
bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk
gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia
akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi mentah
atau setengah matang.
4. Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan
larva dengan skoleks menempel pada usus manusia.
Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang
dapat menghasilkan telur.
5. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian
termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi
dalam usus sapi akan menetas menjadi larva onkoster.
Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti
siklus hidup seperti di atas.
Download