Uploaded by User71597

LRA HASIL ANALISIS (K5)

advertisement
MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
ANALISA LRA KOTA SURABAYA
KELOMPOK 5
Nama Anggota :
1. Ahmad Salahudin
2. Riffany Fitri Arfazziah
3. Windi Qonitah
061840511769
06184511789
061840511796
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
KELAS 5 APC
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
kekuasaan-Nya kita diberi nikmat sehat dan nikmat akal. Shalawat serta salam
juga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikut-Nya hingga akhir zaman. Atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Analisis Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada
Pemerintah Kota Surabaya ” dengan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar kami Bapak Dr.
Drs. M. Thoyib, M. Si. Karena berkat ajarannya makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik, orang tua kami yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan,
teman-teman dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam usaha memperoleh pengetahuan tentang penyusunan LRA, sepenuhnya
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah
kami selanjutnya.
Palembang, 16 Oktober 2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan
ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola
oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup
secara langsung oleh LRA terdiri atas pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
Dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP Pernyataan No.2 Paragraf 6 bahwa
pentingnya Laporan Realisasi Anggaran yaitu untuk menyediakan informasi
mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna untuk mengevaluasi
kinerja Pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan
Anggaran.
Seperti halnya dalam Pemerintah Kota Surabaya Total Realisasi Pendapatan
yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp 7.904.894.969.358 , pada tahun 2018
sebesar
Rp
8.175.219.120.669
8.765.153.020.783
dan
pada
Tahun
2019
sebesar
Rp
dengan rincian antara lain Pendapatan Asli Daerah yang
terdiri dari : Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Dan Lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang Sah.
3
Pendapatan Transfer terdiri dari : Transfer Pemerintah Pusat - dana perimbangan,
Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. Transfer Pemerintah Pusat terdiri dari :
Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian, dan Bantuan Keuangan. Lain Lain
Pendapatan Yang Sah yang terdiri dari: Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana
Darurat dan Pendapatan Lainnya.
Total Realisasi Belanja yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp
8.963.930.686.060, pada Tahun 2018 sebesar Rp 8.176.929.496.299 dan Pada
Tahun 2019 sebesar Rp 9.162.655.939.832 dengan rincian antara lain Belanja
Operasi yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Bunga, Belanja
Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan Keuangan.
Belanja Modal yang terdiri dari Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan Mesin,
Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset
Tetap Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga.
Total Transfer yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp 7.974.260.070 pada
tahun 2018 sebesar Rp 9.254.742.990 dan pada tahun 2019 sebesar Rp
2.218.293.630 yang dimana antara lain : Transfer Bagi Hasil, Bagi Hasil Pajak,
Bagi Hasil Retribusi, Bagi Hasil Pendapatan Lainnya. Sehingga pada tahun 2017
Total Realisasi Belanja dan Transfer sebesar Rp 8.971.904.946.130 pada 2018
sebesar
Rp
8.186.184.239.289
dan
pada
tahun
2019
sebesar
Rp
9.164.874.233.462.
Total
Pembiayaan
yang terjadi
pada Tahun 2017
sebesar Rp
1.059.035.716.702 pada tahun 2018 sebesar Rp 1.201.995.194.680 dan pada
tahun 2019 sebesar Rp 9.162.655.939.832 yang dimana terdiri dari Penerimaan
Pembiayaan antara lain yaitu Penggunaaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, Pinjaman Dalam Negeri, Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah,
Penerimaan Piutang Daerah.
Pengeluaran Pembiayaan yang dimana terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan,
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah, Pembayaran Utang Pokok, Dan
Pemberian Pinjaman Daerah.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut
:
1. Bagaimana cara mencari perbandingan antar setiap pos-pos Laporan
Realisasi Anggaran?
2. Bagaimana cara mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan dari setiap
realisasi yang dilakukan?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup yang dibahas dalam menganalisis Laporan Realisasi Anggaran
ini adalah Pendapatan-LRA, Belanja dan Transfer, Pembiayaan dan
SiLPA/SiKPA Laporan Realisasi Anggaran Kota Surabaya Tahun 2017-2019.
1.4 Tujuan
1. Mengetahui perbandingan antar setiap pos-pos Laporan Realisasi
Anggaran 2. Mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan dari setiap
realisasi yang
dilakukan.
1.5 Manfaat
1) Memberikan masukkan kepada Pemerintah Kota Surabaya
2) Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Realisasi Anggaran Pemerintah
3) Menyediakan perbandingan antar setiap pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
pada Kota Surabaya tahun 2017-2019
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anggaran
2.1.1
Pengertian Anggaran
Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan
penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur
dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan.
Berikut penulis mengemukakan beberapa definisi anggaran yang
dinyatakan oleh para ahli diantaranya: Menurut M. Nafarin (2012:19)
mengemukakan bahwa: “Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan
suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu
tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.” Sedangkan pengertian
anggaran menurut National Committee on Governmental Accounting
6
(NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2010:6) mengemukakan bahwa:
“Anggaran adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi
pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk
membiayainya dalam periode waktu tertentu.” Dari beberapa definisi diatas
dapat penulis simpulkan bahwa anggaran merupakan rencana kerja suatu
perusahaan yang disusun dalam jangka waktu satu tahun berdasarkan
kegiatan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan suatu 12 perusahaan
yang disusun secara formal dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.
2.1.1.1 Manfaat Anggaran
Menurut Dedi Nordiawan (2012:15) anggaran mempunyai banyak manfaat,
antara lain:
1. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan
departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnyadalam
organisasi maupun dengan manajemen puncak.
2. Anggaran
menyediakan
informasi
tentang
hasil
kegiatan
yang
sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk
menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah. Hal ini akan dapat
mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus
diambil.
4. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk
bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian tujuan
perusahaan dengan tujuan karyawan.
5. Anggaran sebagai alat pengawasan yang baik, jika perusahaan sedang
menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan dapat
membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan anggaran yang telah
ditetapkan dalam perusahaan.
Menurut M.Nafarin (2012:20) manfaat anggaran antara lain:
a. Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama.
7
b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
karyawan.
c. Dapat memotivasi karyawan.
d. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan.
e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
f. Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkan
seefisien mungkin.
g. Alat pendidikan bagi para manajer.
2.1.1.2 Fungsi Anggaran
Fungsi anggaran menurut Dedi Ismatullah (2010:14) adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan meliputi tindakan memilih dan
menghubungkan faktafakta dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa
yang akan datang dalam hal merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan
dan dianggap perlu ubtuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan
pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha
yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat
dicapai.Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja
dan tindakan perbaikan apabila perlu.Aspek pengawasan yaitu dengan
membandingkan
antara
prestasi
dengan
yang dianggarkan.
Tujuan
pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan
memperbaiki kesalahan.
c. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan
tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk
mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk
menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang
dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian
yang lain. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat
menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan,
sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan yang lainnya.
8
d. Anggaran sebagai pedoman kerja Anggaran merupakan suatu rencana
kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter.
Penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksirantaksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja
bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatanya. Tujuan
yang paling utama dari anggaran adalah untuk pengawasan luar, yaitu untuk
membatasi sumbersumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu
instansi dan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-hal atau
aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang.
2.1.1.3 Tujuan Penyusunan Anggaran
Menurut Ellen (2011:4) tujuan penyusunan anggaran adalah:
1. Untuk menyatakan harapan sasaran perusahaan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa
yang hendak dicapai manajemen
2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak
terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan
4. Untuk mengkoordinasi cara atau metode yang akan ditempuh dalam
rangka memaksimalkan sumber daya
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu
dan kelompok, menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya
tindakan koreksi Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam
menyusun anggaran perlu banyak diperhatikan hal-hal yang dapat
membantu dalam kelancaran penyusunan anggaran tersebut, sehingga
memberi kemudahan bagi manajer dalam melaksanakan kegiatan
perusahaan dan sesuai apa yang telah disusun sehingga tujuan penyusunan
anggaran akan tercapai secara efektif dan efisien.
2.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik
9
Sektor publik merupakan suatu wadah pemerintah untuk menghasilkan
barang dan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan publik dengan
mengutamakan kesejahteraan masyarakat.Dalam menjalankan segala aktivitasnya
sektor publik menyusun seluruh kegiatan dalam program kerja dalam sebuah
anggaran.
Menurut Indra Bastian (2013:69) menyatakan bahwa:“Anggaran sektor
publik adalah rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana
perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.”
Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik berarti proses
pelaksanaan program-program dalam bentuk pendapatan dan belanja yang
dinyatakan dalam satuan moneter dan didanai dengan uang masyarakat.”
2.1.2.1 Fungsi Anggaran Sektor Publik
Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk merancang program
kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan
terkontrol dengan baik. Anggaran menjadi kendali dan tolak ukur untuk setiap
aktivitas yang dilakukan.National Committee on Governmental Accounting
(NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2013:11), mengemukakan bahwa
anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan
dimasa mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi interen yang menghubungkan
berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan.
4. Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja.
5. Anggaran merupakan alat motivasi dan persuasi tindakan efektif
dan efisien dalam mencapai visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrument politik.
7. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal
2.1.2.2 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:70) proses penyusunan anggaran sektor publik
mempunyai prinsip-prinsip pokok sebagai berikut:
1) Tahap persiapan anggaran
10
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut ,yang
perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebiha
kurat.Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan
keputusan tentang angggaran pengeluaran.
2) Tahap ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup
rumit dan cukup berat.Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki
managerial skill namun juga harus mempunyai political skill,salesman
ship dan coalition building yang memadai.Integritas dan kesiapan mental
yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.Hal tersebut
penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai
kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional
atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak
legislatif.
3) Tahap pelaksanaan Anggaran
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen.
4) Tahap pelaporan dan evaluasi
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika
tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan
evaluasi tidak akan menemukan banyak masalah.
2.1.3 Realisasi Anggaran
2.1.3.1 Pengertian Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,
dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola Pemerintahan Pusat/Daerah,
yang menggambarkan perbandinga antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menungkapkan kegiatan
keuangan Pemerintah Pusat/Daerah yang menunjukan jabatan terhadap APBD.
Unsur-unsur yang mencakup secara langsung dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) menurut standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
(KSAP) yang mencakup komite yang dibentuk oleh Departemen Keuangan RI
11
yaitu untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit di Pemerintahan (2009;21).terdiri dari:
Pendapatan (Basis Kas) adalah Hak penerimaan oleh Bendaharawan Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau entitas Pemerintah lainnya yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
menjadi hak Pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah
1. Pendapatan (Basis Akrual) adalah hak Pemerintah yang diakui sebagai
penambahan nilai kekayaan bersih.
2. Belanja (Basis Kas) adalah Semua pengeluaran oleh Bendaharawan
Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
diperoleh pembayarannya kembali ke Pemerintah.
3. Belanja (Basis Akrual) adalah Kewajiban Pemerintah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
4. Transfer adalah Pemerimaan/Pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil.
5. Pembiayaan (financing) adalah Setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya,
yang dalam pengganggaran. Pemerintahan terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
6. Penerimaan pembayaran antara lain dapat berasal dari pinjaman dan
hasil investasi. Pengeluaran penerimaan antara lain digunakan untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada
entitas lain, dan penyertaan modal oleh Pemerintah.
2.1.3.2 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu
entitas
pelaporan
yang
masing-masing
diperbandingkan
dengan
anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
12
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan:
1. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
2. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas penggunaan anggaran.
2.1.3.3 Metode Analisis Laporan Keuangan Pemerintah
1. Analisis Horizontal
Metode Analisis Horizontal dikenal juga dengan Metode Analisis
Dinamis. Metode ini menganalisis laporan keuangan untuk tiga periode
sehingga akan diketahui perkembangannya. Salah satu teknik yang dipakai
dalam metode ini adalah Comparative Financial Statement (Analisis
Perbandingan Laporan Keuangan). Analisis Perbandingan dilakukan
dengan cara membandingkan unsur-unsur laporan keuangan suatu
periode dengan periode lainnya. Dalam analisis horizontal akan dilakukan
perbandingan antara satu periode dengan periode berikutnya.
2. Analisis Vertikal
Metode Analisis Vertikal dikenal juga dengan istilah Metode Analisis
Statis, karena hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada
tahun (periode) yang sama, sehingga memperlihatkan persentase suatu pos
terhadap pos lainnya. Analisis Vertikal merupakan analisis yang dilakukan
hanya untuk satu periode laporan keuangan, dengan cara melakukan antara
akun – akun yang ada, dalam satu periode pelaporan keuangan.
Ada 2 metode dalam analisis vertikal ini adalah :
1.Analisis Common – Size Financial Statements
13
Analisis ini dilakukan dengan menunjukkan pos – pos
dalam laporan keuangan sebagai persentase dari pos dasar (pos
dengan nilai 100 %)
2.Analisis Rasio
Analisis Rasio dilakukan dengan menunjukkan hubungan
antara dua pos/ akun – akun antara laporan keuangan neraca dan
laporan realisasi anggaran. Analisis Rasio dapat dikelompokkan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1.Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah
daerah dalam membayar utang.
2.Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah
daaerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh
tempo.
3.Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas
dengan total utang
4.Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian
pemerintah daerah dalam mendanai aktivitas sebagai
indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap
pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi
daerah dan kesejahteraan masyarakat.
14
BAB III
DATA MURNI
3.1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2017
15
16
3.2 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2018
17
3.3 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2019
18
19
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Vertikal
4.1.1 Analisis Vertikal Pendapatan
5
Pendapatan asli
daerah (PAD)
Pendapatan
Transfer-Dana
Perimbangan
Pendapatan
TransferPemerintah
Kota
Pendapatan
Transfer –
Pemerintah
Provinsi
Lain Lain
pendapatan
yang sah
Total
Pendapatan
2017
2018
2019
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
5.161.844.571.171,67 64,25 4.973.031.004.727,10 60,83 5.381.920.253.809,67 61,40
1.965.635.624.698,00 24,47 2.088.869.968.843,00 25,55 2.001.327.643.447,00 22,83
-
-
856.071.202.800,00
10,66 883.024.002.049,00
10,80 1.102.996.942.091,00 12,58
50.021.765.000,00
0,62
2,82
8.033.573.163.669,67 100%
230.294.145.050,00
8.175.219.120.669,10 100%
278.908.181.435,00
3,18
8.765.153.020.782,67 99,99%
Berdasarkan analisis vertical pendapatan di atas, menunjukkan bahwa pendapatan dari
tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 mengalami peningkatan atau kenaikan. Total
pendapatan mengalami peningkatan sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76%
dibandingkan tahun 2017. Jika dilihat dari persentase tiap pos pos LRA, yang paling
berkontribusi atau dominan dalam peningkatan pendapatan pada tahun 2018 adalah
pendapatan dari dana perimbangan dan pendapatan yang sah lainnya. Dimana
pendapatan dana perimbangan naik sebesar 1,08% dan pendapatan yang sah lainnya
naik sebesar 2,2%. Sedangkan pada tahun 2019 Pendapatan asli daerah yang mengalami
peningkatan sebesar 0,57% dan pendapatan transfer dari pemerintah provinsi sebesar
1,78%
4.1.2
5
Belanja
operasional
Belanja modal
Analisis Vertikal Belanja dan Transfer
2017
2018
2019
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
5.394.517.494.010,68 68,18 5.731.527.814.355,18 70,09 6.404.557.852.973,57 69,89
2.517.891.658.246,41 31,82 2.430.061.039.309,45 29,71 2.754.304.824.082,00 30,06
20
Belanja tak
terduga
Transfer/bantuan
keuangan
Total belanja dan
transfer
-
-
6.085.899.644,00
0,07
1.574.969.146,00
0,02
-
-
9.254.742.990,00
0,11
2.218.293.630,00
0,02
7.912.409.152.257,09 100
8.176.929.496.298,63 99,98 9.162.655.939.831,57 99,99
Berdasarkan analisis vertical belanja pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami
kenaikan setiap tahunnya. Total belanja dan transfer pada tahun 2017 terjadi kenaikan
senilai Rp264.520.344.041,54 atau sebesar 3,34% dibandingkan tahun 2017. Jika dilihat
dari pos pos belanja dan transfer tersebut, yang paling dominan atau berkontribusi atas
kenaikan belanja dan transfer yaitu pos belanja tak terduga dan transfer/ bantuan
keuangan, karena pada tahun 2017 tidak ada pengeluaran untuk belanja dalam pos
tersebut. Belanja tak terduga naik sebesar 0.07% yaitu sejumlah Rp6.085.899.644,00
sedangkan pada pos transfer/bantuan keuangan naik sebesar 0,11% sejumlah
Rp9.254.742.990. pada tahun 2019 pos yang dominan mengalami kenaikan yaitu belanja
modal sebesar 0,35% atau Rp324.243.784.772,55.
4.1.3
Analisis Vertikal Pembiayaan
2017
2018
2019
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
Jumlah (Rp)
%
Penerimaan Pembiayaan
1.068.144.127.992,60
100
1.201.995.194.680,45
100
1.200.317.972.688,92
100
Pengeluaran Pembiayaan
-
-
-
-
-
-
1.068.144.127.992,60
100
1.201.995.194.680,45
100
1.200.317.972.688,92
100
Pembiayaan neto
Pembiayaan Neto
1 250 000 000 000,00
1 200 000 000 000,00
1 150 000 000 000,00
Pembiayaan Neto
1 100 000 000 000,00
1 050 000 000 000,00
1 000 000 000 000,00
2017
2018
2019
21
Berdasarkan analisis vertikal pembiayaan neto pada tahun anggaran 20172019 mengalami penurunan dan kenaikan (tidak stabil). Pada tahun 2018
penerimaan pembiayaan naik sebesar Rp 133.851.066.687,8 dibanding tahun
2017. Sedangkan pada tahun 2019 penerimaan pembiayaan mengalami
penurunan sebesar Rp 1.637.221.911,53. Total pembiayaan neto pada tahun
2018 mengalami kenaikan sebesar Rp 133.851.066.687,8 sedangkan pada
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.637.221.911,53.
4.1.4 Analisis Vertikal SiLPA
SILPA
2017
2018
2019
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(Rp)
(Rp)
(Rp)
1.189.308.139.405,18
1.200.284.819.050,92
802.815.053.640.02
Berdasarkan tabel SiLPA diatas, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran pada
tahun 2018 mengalami kenaikan dibanding tahun
2017 yaitu sebesar
Rp10.976.679.645,74 sedangkan pada tahun 2019 SiLPA mengalami
penurunan sebesar Rp397.469.765.410,9. Nilai SiLPA diperoleh dari total
Surplus/Defisit ditambah pembiayaan neto. Berdasarkan realisasi pendapatan
dan
realisasi
belanja,
tahun
2017
terjadi
surplus
sebesar
Rp
121.164.011.412,58. Tahun 2018 terjadi defisit sebesar Rp 1.710.375.629,53.
Sedangkan pada tahun 2019 terjadi defisit sebesar Rp 397.502.919.048,90.
4.2 Analisis Horizontal
4.2.1
Analisis Horizontal Pendapatan
5
2017(Rp)
Pendapatan
asli daerah
(PAD)
Pendapatan
TransferDana
perimbangan
Pendapatan
TransferPemerintah
Pusat
Pendapatan
Transfer
–
2018(Rp)
2018-2017
(Rp)
188.813.566.4
44,57
123.234.344.1
45
5.161.844.571.171,67
4.973.031.004.727,10
1.965.635.624.698,00
2.088.869.968.843,00
-
-
-
853.167.802.800,00
880.120.602.049,00
26.952.799.24
9
%
-96,34
6,27
3,16
2018
2019
2019-2018
4.973.031.004.7
27,10
5.381.920.253.809,67
408.889.249.082,57
%
8,22
2.088.869.968.8
43,00
2.001.327.643.447,00
-87.542.325.396
-4,19
-
-
880.120.602.049
,00
1.099.625.542.091,00
219.504.940.042
2,49
22
Pemerintah
Provinsi
Bantuan
keuangan
provinsi
Lain
lain
pendapatan
yang sah
Total
pendapatan
2.903.400.000,00
2.903.400.000,00
0
0
2.903.400.000,0
0
3.371.400.000,00
468.000.000
16,12
50.021.765.000,00
230.294.145.050,00
180.272.380.0
50
360,39
230.294.145.050
,00
278.908.181.435,00
48.614.036.385
21,11
8.033.573.163.669,67
8.175.219.120.669,10
141.645.956.9
99,43
1,76
8.175.219.120.6
69,10
8.765.153.020.782,67
589.933.900.113,57
7,22
Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76%. pada tahun 2018
sampai tahun 2019 mengalami kenaikan juga sebesar Rp589.933.900.113,57 atau
7,22%. Semua pos ,mengalami kenaikan kecuali pada tahun anggaran 2017 sampai
dengan 2018 pos pendapatan asli daerah mengalami penurunan, sedangkan pada tahun
anggaran 2018 sampai dengan tahun 2019 pos pendapatan transfer dari dana
perimbangan mengalami penurunan juga.
4.2.2
Analisis Horizontal Belanja
5
2017(Rp)
2018(Rp)
Belanja
Operasional
Belanja Modal
5.394.517.494.010,68
Belanja
Tak
terduga
Transfer/Bantuan
keuangan
Total Belanja dan
Transfer
-
2.517.891.658.246,41
7.974.260.070,00
8.963.930.686.060,00
5.731.527.814.
355,18
2.430.061.039.
309,45
6.085.899.644,
00
9.254.742.990,
00
8.176.929.496.
298,63
2018-2017 (Rp)
337.010.320.344,5
%
6,25
87.830.618.936,96
6.085.899.644,00
96,52
0
1.280.482.920
16,06
787.001.189.761,37
91,22
2018
2019
2019-2018
5.731.527.814.3
55,18
2.430.061.039.3
09,45
6.085.899.644,0
0
9.254.742.990,0
0
8.176.929.496.2
98,63
6.404.557.852.973,57
673.030.038.618,39
%
11,74
2.754.304.824.082,00
324.243.784.772,55
11,77
1.574.969.146,00
-4.510.930.498
2.218.293.630,00
-7.036.449.360
9.162.655.939.831,57
985.726.443.532,94
25,88
23,97
12,05
Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018
mengalami penurunan yaitu sebesar –Rp787.001.189.761,37 atau 91,22%. Sedangkan
pada tahun anggaran 2018 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan yaitu sebesar
Rp985.726.443.532,94 atau 12,05%. Hal ini disebabkan karena belanja operasional
selalu lebih besar setiap tahunnya sedangkan untuk belanja modal mengalami
penurunan setiap tahunnya.
4.2.3
Analisis Horizontal Pembiayaan
Kenaikan/Peneurunan
2017 (Rp)
2018 (Rp)
2018-2017
Rp
Penerimaan
1.068.144.127.992,60
1.201.995.194.680,45
133.851.066.688
2018 (Rp)
2019 (Rp)
2019-2018
%
12.53
1.201.995.194.680,45
1.200.317.972.688,92
Rp
%
-1.677.221.991.53
-0,14
Pembiayaan
23
Pengeluaran
-
-
-
-
-
-
-
-
1.068.144.127.992,60
1.201.995.194.680,45
133.851.066.688
12.53
1.201.995.194.680,45
1.200.317.972.688,92
-1.677.221.991.53
-0,14
Pembiayaan
Pembiayaan
Neto
Pada analisis horizontal di atas, Pada Tahun Anggaran 2017 sampai dengan
tahun 2018 pembiayaan neto mengalami kenaikan sebesar yaitu sebesar Rp
133.851.066.688 atau 12.53%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun
2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.677.221.991.53 atau 99.86%.
4.2.4 Analisis Horizontal SiLPA
Kenaikan/Penurunan
SILPA
2017
2018
2017-2018
(Rp)
(Rp)
Rp
%
1.189.308.139.405,18
1.200.284.819.050,92
10.976.679.645.7
0.92
Kenaikan/Penurunan
2018
2019
1.200.284.819.050,92
2019-2018
802.815.053.640.02
Rp
%
-397.469.765.411
66.88
Pada analisis horizontal di atas, Pada Tahun Anggaran 2017 sampai
dengan
tahun
2018
mengalami
kenaikan
yaitu
sebesar
Rp
10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau
66.88%.
4.3 Pembahasan Analisis Vertikal
4.3.3 Pembahasan Analisis Vertikal Pendapatan
Realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah kota Surabaya Tahun
anggaran 2017 periode 1 januari 2017 sampai dengan 31 desember
2017 menunjukkan pendapatan sebesar Rp8.175.219.120.669,10 atau
101,19%
dari
anggaran
yang
telah
ditetapkan
sebesar
Rp8.079.142.194.268,00
Berdasarkan analisis vertical pendapatan di atas, menunjukkan bahwa
pendapatan dari tahun 2017 sampai dengan 2019 mengalami
peningkatan atau kenaikan. Pada tahun 2017, kontribusi pendapatan asli
daerah adalah yang paling besar yaitu sebesar 64,25 % dari total
pendapatan. Pendapatan asli daerah terdiri dari pendapatan pajak
24
daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah. Diantara semua itu, pendapatan
pajak daerah yang berkontribusi besar dalam pendapatan asli daerah.
Pada tahun 2018, konntribusi pendapatan asli daerah masih yang paling
besar yaitu sebesar 60,83%. Tetapi jumlah pendapatan asli daerah nya
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 . Pendapatan
asli daerah terdiri dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang
sah. Diantara semua itu, pendapatan pajak daerah yang berkontribusi
besar dalam pendapatan asli daerah.
Pada tahun 2019 masih tetap sama, pendapatan asli daerah
berkontribusi besar, yaitu mengalami kenaikan sebesar 61,40%.
4.3.4 Pembahasan Analisis Vertikal Belanja dan Transfer
Berdasarkan analisis vertical belanja dan transfer pada tahun anggaran
2017-2019 mengalami kenaikan.
Realisasi belanja dan transfer periode 1 januari 2017 sampai dengan 31
desember 2017 adalah sebesar Rp8.176.929.496.298,63 atau 88,22%
dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp9.268.450.333.673,00.
Pada tahun anggaran 2017 pos belanja Operasional merupakan pos
yang paling dominan diantara yang lain yaitu sebesar 68,18%. Pada
tahun 2018 pos belanja operasional mengalami penurunan persentase
yaitu turun menjadi 70,09% dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2019
pos belanja operasional mengalami penurunan yaitu menjadi 69,89%
karena dibagi beberapa persen ke pos belanja modal
4.3.5 Pembahasan Analisis Vertikal Pembiayaan
Berdasarkan analisis vertikal pembiayaan neto pada tahun anggaran
2017-2019 mengalami penurunan dan kenaikan (tidak stabil).
Realisasi Penerimaan Pembiayaan periode 1 Januari 2017 sampai
dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp 1.068.144.127.992,60
atau
99,92%
dari
anggaran
yang
ditetapkan
sebesar
Rp
1.069.035.716.702,00. Jumlah tersebut berasal dari Sisa Lebih
25
PerhitunganAnggaran (SiLPA) Tahun Lalu setelah audit sebesar Rp.
1.069.035.716.702,00 berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan periode 1 Januari 2017 sampai
dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp0,00 atau 0% dari
anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 10.000.000.000,00.
Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah periode 1 Januari 2018
sampai
dengan
31
Desember
2018
adalah
sebesar
Rp
1.201.995.194.680,45 atau 101,07 % dari anggaran yang ditetapkan
sebesar Rp 1.189.308.139.405,00 Jumlah tersebut berasal dari Sisa
Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Lalu setelah audit BPKRI sebesar Rp. 1.189.308.139.405,00.
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah periode 1 Januari 2018
sampai dengan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp 0,00 atau 0% dari
anggaran yang ditetapkan sebesar Rp0,00.
Pada tahun 2019, penerimaan pembiayaan berasal dari SiLPA Tahun
Lalu
sebesar
Rp
1.200.284.819.051,00
sedangkan
pengeluaran
pembiayaan Pemerintah Daerah sebesar Rp0,00.
4.3.6 Pembahasan Analisis Vertikal SiLPA
Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota
Surabaya periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017
diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp
1.189.308.139.405,18 yang merupakan hasil perhitungan sebagai
berikut:
- Realisasi Pendapatan
Rp 8.033.573.163.669,67
- Realisasi Belanja
Rp 7.912.409.152.257,09
Sub Jumlah 1 (Surplus) Rp
121.164.011.412,58
- Penyertaan Modal Pemerintah daerah Rp
(0,00)
- Pembayaran Hutang Belanja
Rp
(0,00)
Rp
(0,00)
Sub Jumlah 2
- Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Rp (120.272.422.703,3)
26
(SILPA) Tahun berjalan (1-2)
- SILPA Tahun Lalu Hasil Audit
Rp 1.069.035.716.701,87
- SILPA Per 31 Desember 2017
Rp 1.189.308.139.405,18
Tahun 2018, Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Surabaya periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember
2018 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp
1.200.284.819.050,92 yang merupakan hasil perhitungan sebagai
berikut:
-
Realisasi Pendapatan
Rp 8.175.219.120.669,10
-
Realisasi Belanja
Rp 8.176.929.496.298,63
Sub Jumlah 1 (Defisit)
-
(1.710.375.629,53)
Penyertaan Modal Pemerintah daerah Rp
Sub Jumlah 2
-
Rp
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
(0,00)
Rp
Rp
(0,00)
(10.976.679.645.7)
(SILPA) Tahun berjalan (1-2)
-
SILPA Tahun Lalu Hasil Audit
Rp 1 .189.308.139.405,18
-
SILPA Per 31 Desember 2018
Rp 1 .200.284.819.050,92
Tahun 2019, Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kota Surabaya periode 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember
2019 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar
Rp.802.815.053.640,02 dari perhitungan sebagai berikut :
-
Realisasi Pendapatan
Rp 8.765.153.020.782,67
-
Realisasi Belanja
Rp 9.162.655.939.831,57
Sub Jumlah (Defisit)
Rp (397.502.919.048,90)
-
Pembiayaan Neto
Rp 1.200.317.972.688,92
-
SiLPA (Per 31 Desember 2019)
Rp 802.815.053.640,02
4.4 Pembahasan Analisis Horizontal
4.4.3 Pembahasan Analisis Horizontal Pendapatan
27
Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan
2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76%.
pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan juga sebesar
Rp589.933.900.113,57 atau 7,22%. Semua pos ,mengalami kenaikan kecuali
pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018 pos pendapatan asli daerah
mengalami penurunan, sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan
tahun 2019 pos pendapatan transfer dari dana perimbangan mengalami
penurunan juga.
Hal ini disebabkan oleh PAD,pendapatan transfer berupa dana perimbangan,
pendapatan transfer dan pendapatan lain lain yang sah mengalami kenaikan
pada tahun 2018.
4.4.4 Pembahasan Analisis Horizontal Belanja
Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan
tahun 2018 mengalami penurunan yaitu sebesar –Rp787.001.189.761,37
atau 91,22%. Sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan 2019
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp985.726.443.532,94 atau 12,05%. Hal
ini disebabkan karena belanja operasional selalu lebih besar setiap tahunnya
sedangkan untuk belanja modal mengalami penurunan setiap tahunnya.
Pada tahun 2018 belanja operasional mengalami kenaikan yaitu sebesar
6,25% dan transfer/ bantuan keuangan juga meningkat yaitu sebesar 16,06%.
Pada tahun 2019 belanja operasional mengalami kenaikan lagi yaitu sebesar
11,74% tetapi transfer/bantuan keuangan dari daerah lain mengalami
penurunan menjadi 23,97%
4.4.5 Pembahasan Analisis Horizontal Pembiayaan
Pada analisis horizontal, Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun
2018 pembiayaan neto mengalami kenaikan sebesar yaitu sebesar Rp
133.851.066.688 atau 12.53%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.677.221.991.53 atau
99.86%.
28
Pembiayaan daerah pada dasarnya tidak mengalami banyak kendala.
Untuk mendukung tersedianya anggaran, Sampai saat ini Pemerintah
Kota Surabaya masih mengandalkan penerimaan pembiayaan yang
berasal dari Anggaran Sisa Lebih Tahun yang Lalu dan Penerimaan
kembali pemberian pinjaman daerah.
4.4.6 Pembahasan Analisis Horizontal SiLPA
Pada analisis horizontal, yaitu pada Tahun Anggaran 2017 sampai
dengan
tahun
2018
mengalami
kenaikan
yaitu
sebesar
Rp
10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau
66.88%.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dari hasil analisis data yang mengacu pada
masalah dan tujuan penelitian, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Berdasarkan analisis vertical dan horizontal. Pendapatan
menunjukkan bahwa pendapatan mengalami peningkatan atau
kenaikan. Hal ini diperjelas dengan realisasi pendapatan asli daerah
berupa pendapatan pajak daerah dan pendapatan transfer dana
perimbangan berupa dana alokasi umum yang mengalami
peningkatan setiap tahunnya
2. Belanja pada tahun anggaran 2017-2019 berfluktuasi. Hal ini
disebabkan karena realisasi belanja operasional mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Belanja operasional berupa belanja pegawai yang
mendominasi terjadinya kenaikan belanja. Namun pada tahun 2019
pemerintah sudah berusaha efisien terhadap anggaran belanja, karena
terjadi penurunan dibandingkan tahun anggaran 2018
3. Pembiayaan neto pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami
penurunan. Pembiayaan daerah pada dasarnya tidak mengalami
banyak kendala. Sampai saat ini pemerintah kota Surabaya untuk
mendukung tersedianya anggaran masih mengandalkan penerimaan
pembiayaan yang berasal dari anggaran sisa lebih tahun yang lalu.
4. Pada analisis horizontal, yaitu pada Tahun Anggaran 2017 sampai
dengan tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp
10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau
66.88%.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan maka dapat diberikan
saran sebagai berikut:
30
Kinerja keuangan pemerintah kota Surabaya belum mengalami
peningkatan sepenuhnya, hal ini perlu diperbaiki lagi dalam pengelolaan
pendapatan, belanja operasional, dan belanja modalnya. Karena
pendapatan tiap tahun sudah terealisasi dengan baik, namun untuk
belanja masih belum efisien. Perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah
sebagai kota yang berada di Negara berkembang. Pemerintah daerah
seharusnya meningkatkan efektivitas dan efisiensi atas anggaran yang
sudah ditetapkan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.
Garisson, Noreen, dan Brewer. 2007. Akuntansi manajerial, Edisi Kesebelas,
Diterjemahkan oleh: Buri Hinduan dan Edward Tanijaya. Jakarta :
Salemba Empat.
Munandar, M. 2007. Budgeting Perencanaan Kerja Edisi 2. Yogyakarta : BPFE
Yogyakarta.
Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Erlangga.
Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, dan George Foster. 2008. Akuntansi
Biaya : Penekanan Manajerial.Buku Kedua,Edisi Kesebelas. Diterjemahkan
oleh : Desi Adhariani. Jakarta : Indeks.
Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Yogyakarta :
Erlangga.
Haruman, Tendi dan Sri Rahayu. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan Edisi
Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik Cetakan Pertama. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Tim Penyusun Standar Akuntansi Pemerintah. 2005. Standar Akuntansi
Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat.
Dewata, Evada, Henny Yulsiati, Periansya, dan M.Thoyib. 2018. Bahan Ajar
Analisis Keuangan Pemerintah Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.
https://surabaya.go.id/id/page/0/7963/transparansi-pengelolaan-anggaran
32
Download