MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH ANALISA LRA KOTA SURABAYA KELOMPOK 5 Nama Anggota : 1. Ahmad Salahudin 2. Riffany Fitri Arfazziah 3. Windi Qonitah 061840511769 06184511789 061840511796 PROGRAM STUDI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK KELAS 5 APC POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA KATA PENGANTAR Segala puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kekuasaan-Nya kita diberi nikmat sehat dan nikmat akal. Shalawat serta salam juga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut-Nya hingga akhir zaman. Atas karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Pemerintah Kota Surabaya ” dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar kami Bapak Dr. Drs. M. Thoyib, M. Si. Karena berkat ajarannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, orang tua kami yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi pembaca dalam usaha memperoleh pengetahuan tentang penyusunan LRA, sepenuhnya kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah kami selanjutnya. Palembang, 16 Oktober 2020 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh LRA terdiri atas pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Dalam PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP Pernyataan No.2 Paragraf 6 bahwa pentingnya Laporan Realisasi Anggaran yaitu untuk menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna untuk mengevaluasi kinerja Pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan Anggaran. Seperti halnya dalam Pemerintah Kota Surabaya Total Realisasi Pendapatan yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp 7.904.894.969.358 , pada tahun 2018 sebesar Rp 8.175.219.120.669 8.765.153.020.783 dan pada Tahun 2019 sebesar Rp dengan rincian antara lain Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari : Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. 3 Pendapatan Transfer terdiri dari : Transfer Pemerintah Pusat - dana perimbangan, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus. Transfer Pemerintah Pusat terdiri dari : Dana Otonomi Khusus, Dana Penyesuaian, dan Bantuan Keuangan. Lain Lain Pendapatan Yang Sah yang terdiri dari: Pendapatan Hibah, Pendapatan Dana Darurat dan Pendapatan Lainnya. Total Realisasi Belanja yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp 8.963.930.686.060, pada Tahun 2018 sebesar Rp 8.176.929.496.299 dan Pada Tahun 2019 sebesar Rp 9.162.655.939.832 dengan rincian antara lain Belanja Operasi yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Bunga, Belanja Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bantuan Keuangan. Belanja Modal yang terdiri dari Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya, dan Belanja Tidak Terduga. Total Transfer yang diperoleh pada tahun 2017 sebesar Rp 7.974.260.070 pada tahun 2018 sebesar Rp 9.254.742.990 dan pada tahun 2019 sebesar Rp 2.218.293.630 yang dimana antara lain : Transfer Bagi Hasil, Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Retribusi, Bagi Hasil Pendapatan Lainnya. Sehingga pada tahun 2017 Total Realisasi Belanja dan Transfer sebesar Rp 8.971.904.946.130 pada 2018 sebesar Rp 8.186.184.239.289 dan pada tahun 2019 sebesar Rp 9.164.874.233.462. Total Pembiayaan yang terjadi pada Tahun 2017 sebesar Rp 1.059.035.716.702 pada tahun 2018 sebesar Rp 1.201.995.194.680 dan pada tahun 2019 sebesar Rp 9.162.655.939.832 yang dimana terdiri dari Penerimaan Pembiayaan antara lain yaitu Penggunaaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, Pinjaman Dalam Negeri, Penerimaan Kembali Pinjaman Daerah, Penerimaan Piutang Daerah. Pengeluaran Pembiayaan yang dimana terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah, Pembayaran Utang Pokok, Dan Pemberian Pinjaman Daerah. 4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana cara mencari perbandingan antar setiap pos-pos Laporan Realisasi Anggaran? 2. Bagaimana cara mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan dari setiap realisasi yang dilakukan? 1.3 Ruang Lingkup Ruang Lingkup yang dibahas dalam menganalisis Laporan Realisasi Anggaran ini adalah Pendapatan-LRA, Belanja dan Transfer, Pembiayaan dan SiLPA/SiKPA Laporan Realisasi Anggaran Kota Surabaya Tahun 2017-2019. 1.4 Tujuan 1. Mengetahui perbandingan antar setiap pos-pos Laporan Realisasi Anggaran 2. Mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan dari setiap realisasi yang dilakukan. 1.5 Manfaat 1) Memberikan masukkan kepada Pemerintah Kota Surabaya 2) Mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Realisasi Anggaran Pemerintah 3) Menyediakan perbandingan antar setiap pos-pos Laporan Realisasi Anggaran pada Kota Surabaya tahun 2017-2019 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggaran 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan penting karena dengan anggaran manajemen dapat merencanakan, mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Berikut penulis mengemukakan beberapa definisi anggaran yang dinyatakan oleh para ahli diantaranya: Menurut M. Nafarin (2012:19) mengemukakan bahwa: “Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.” Sedangkan pengertian anggaran menurut National Committee on Governmental Accounting 6 (NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2010:6) mengemukakan bahwa: “Anggaran adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.” Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa anggaran merupakan rencana kerja suatu perusahaan yang disusun dalam jangka waktu satu tahun berdasarkan kegiatan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan suatu 12 perusahaan yang disusun secara formal dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang. 2.1.1.1 Manfaat Anggaran Menurut Dedi Nordiawan (2012:15) anggaran mempunyai banyak manfaat, antara lain: 1. Anggaran merupakan alat komunikasi internal yang menghubungkan departemen (divisi) yang satu dengan departemen (divisi) lainnyadalam organisasi maupun dengan manajemen puncak. 2. Anggaran menyediakan informasi tentang hasil kegiatan yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan. 3. Anggaran sebagai alat pengendalian yang mengarah manajemen untuk menentukan bagian organisasi yang kuat dan lemah. Hal ini akan dapat mengarahkan manajemen untuk menentukan tindakan koreksi yang harus diambil. 4. Anggaran mempengaruhi dan memotivasi manajer dan karyawan untuk bekerja dengan konsisten, efektif dan efisien dalam kondisi kesesuaian tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan. 5. Anggaran sebagai alat pengawasan yang baik, jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Menurut M.Nafarin (2012:20) manfaat anggaran antara lain: a. Semua kegiatan dapat mengarah pada pencapaian tujuan bersama. 7 b. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan. c. Dapat memotivasi karyawan. d. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan. e. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu. f. Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkan seefisien mungkin. g. Alat pendidikan bagi para manajer. 2.1.1.2 Fungsi Anggaran Fungsi anggaran menurut Dedi Ismatullah (2010:14) adalah sebagai berikut: a. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan meliputi tindakan memilih dan menghubungkan faktafakta dan menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal merumuskan aktifitas-aktifitas yang diusulkan dan dianggap perlu ubtuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agar rencana yang telah disusun sebelumnya dapat dicapai.Dengan demikian pengawasan adalah mengevaluasi prestasi kerja dan tindakan perbaikan apabila perlu.Aspek pengawasan yaitu dengan membandingkan antara prestasi dengan yang dianggarkan. Tujuan pengawasan itu bukanlah mencari kesalahan akan tetapi mencegah dan memperbaiki kesalahan. c. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian yang lain. Anggaran yang berfungsi sebagai perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam perusahaan, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan yang lainnya. 8 d. Anggaran sebagai pedoman kerja Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter. Penyusunan anggaran berdasarkan pengalaman masa lalu dan taksirantaksiran pada masa yang akan datang, maka ini dapat menjadi pedoman kerja bagi setiap bagian dalam perusahaan untuk menjalankan kegiatanya. Tujuan yang paling utama dari anggaran adalah untuk pengawasan luar, yaitu untuk membatasi sumbersumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu instansi dan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang. 2.1.1.3 Tujuan Penyusunan Anggaran Menurut Ellen (2011:4) tujuan penyusunan anggaran adalah: 1. Untuk menyatakan harapan sasaran perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen 2. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan. 3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan 4. Untuk mengkoordinasi cara atau metode yang akan ditempuh dalam rangka memaksimalkan sumber daya 5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok, menyediakan informasi yang mendasari perlu tidaknya tindakan koreksi Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam menyusun anggaran perlu banyak diperhatikan hal-hal yang dapat membantu dalam kelancaran penyusunan anggaran tersebut, sehingga memberi kemudahan bagi manajer dalam melaksanakan kegiatan perusahaan dan sesuai apa yang telah disusun sehingga tujuan penyusunan anggaran akan tercapai secara efektif dan efisien. 2.1.2 Pengertian Anggaran Sektor Publik 9 Sektor publik merupakan suatu wadah pemerintah untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan publik dengan mengutamakan kesejahteraan masyarakat.Dalam menjalankan segala aktivitasnya sektor publik menyusun seluruh kegiatan dalam program kerja dalam sebuah anggaran. Menurut Indra Bastian (2013:69) menyatakan bahwa:“Anggaran sektor publik adalah rencana kegiatan yang direpresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter.” Dapat disimpulkan bahwa anggaran sektor publik berarti proses pelaksanaan program-program dalam bentuk pendapatan dan belanja yang dinyatakan dalam satuan moneter dan didanai dengan uang masyarakat.” 2.1.2.1 Fungsi Anggaran Sektor Publik Pemerintah menggunakan anggaran sebagai alat untuk merancang program kerja atau langkah-langkah yang akan dilakukan setiap aktivitas dapat terarah dan terkontrol dengan baik. Anggaran menjadi kendali dan tolak ukur untuk setiap aktivitas yang dilakukan.National Committee on Governmental Accounting (NCGA) yang dikutip oleh Tendi Haruman (2013:11), mengemukakan bahwa anggaran sektor publik memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut : 1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja. 2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan dimasa mendatang. 3. Anggaran sebagai alat komunikasi interen yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan. 4. Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja. 5. Anggaran merupakan alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam mencapai visi organisasi. 6. Anggaran merupakan instrument politik. 7. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal 2.1.2.2 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik Menurut Mardiasmo (2009:70) proses penyusunan anggaran sektor publik mempunyai prinsip-prinsip pokok sebagai berikut: 1) Tahap persiapan anggaran 10 Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut ,yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebiha kurat.Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran. 2) Tahap ratifikasi Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political skill,salesman ship dan coalition building yang memadai.Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-bantahan dari pihak legislatif. 3) Tahap pelaksanaan Anggaran Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. 4) Tahap pelaporan dan evaluasi Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemukan banyak masalah. 2.1.3 Realisasi Anggaran 2.1.3.1 Pengertian Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola Pemerintahan Pusat/Daerah, yang menggambarkan perbandinga antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menungkapkan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah yang menunjukan jabatan terhadap APBD. Unsur-unsur yang mencakup secara langsung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menurut standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah (KSAP) yang mencakup komite yang dibentuk oleh Departemen Keuangan RI 11 yaitu untuk memecahkan berbagai kebutuhan yang muncul dalam pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit di Pemerintahan (2009;21).terdiri dari: Pendapatan (Basis Kas) adalah Hak penerimaan oleh Bendaharawan Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau entitas Pemerintah lainnya yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan menjadi hak Pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah 1. Pendapatan (Basis Akrual) adalah hak Pemerintah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih. 2. Belanja (Basis Kas) adalah Semua pengeluaran oleh Bendaharawan Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak diperoleh pembayarannya kembali ke Pemerintah. 3. Belanja (Basis Akrual) adalah Kewajiban Pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 4. Transfer adalah Pemerimaan/Pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 5. Pembiayaan (financing) adalah Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam pengganggaran. Pemerintahan terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. 6. Penerimaan pembayaran antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil investasi. Pengeluaran penerimaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh Pemerintah. 2.1.3.2 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam 12 mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan: 1. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; 2. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran. 2.1.3.3 Metode Analisis Laporan Keuangan Pemerintah 1. Analisis Horizontal Metode Analisis Horizontal dikenal juga dengan Metode Analisis Dinamis. Metode ini menganalisis laporan keuangan untuk tiga periode sehingga akan diketahui perkembangannya. Salah satu teknik yang dipakai dalam metode ini adalah Comparative Financial Statement (Analisis Perbandingan Laporan Keuangan). Analisis Perbandingan dilakukan dengan cara membandingkan unsur-unsur laporan keuangan suatu periode dengan periode lainnya. Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode dengan periode berikutnya. 2. Analisis Vertikal Metode Analisis Vertikal dikenal juga dengan istilah Metode Analisis Statis, karena hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama, sehingga memperlihatkan persentase suatu pos terhadap pos lainnya. Analisis Vertikal merupakan analisis yang dilakukan hanya untuk satu periode laporan keuangan, dengan cara melakukan antara akun – akun yang ada, dalam satu periode pelaporan keuangan. Ada 2 metode dalam analisis vertikal ini adalah : 1.Analisis Common – Size Financial Statements 13 Analisis ini dilakukan dengan menunjukkan pos – pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari pos dasar (pos dengan nilai 100 %) 2.Analisis Rasio Analisis Rasio dilakukan dengan menunjukkan hubungan antara dua pos/ akun – akun antara laporan keuangan neraca dan laporan realisasi anggaran. Analisis Rasio dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1.Likuiditas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang. 2.Solvabilitas, untuk mengukur kemampuan pemerintah daaerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. 3.Leverage, untuk mengukur perbandingan antara ekuitas dengan total utang 4.Kemandirian, untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam mendanai aktivitas sebagai indikator tingkat partisipasi masyarakat lokal terhadap pembangunan daerah, indikator perkembangan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. 14 BAB III DATA MURNI 3.1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2017 15 16 3.2 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2018 17 3.3 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2019 18 19 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Vertikal 4.1.1 Analisis Vertikal Pendapatan 5 Pendapatan asli daerah (PAD) Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan Pendapatan TransferPemerintah Kota Pendapatan Transfer – Pemerintah Provinsi Lain Lain pendapatan yang sah Total Pendapatan 2017 2018 2019 Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % 5.161.844.571.171,67 64,25 4.973.031.004.727,10 60,83 5.381.920.253.809,67 61,40 1.965.635.624.698,00 24,47 2.088.869.968.843,00 25,55 2.001.327.643.447,00 22,83 - - 856.071.202.800,00 10,66 883.024.002.049,00 10,80 1.102.996.942.091,00 12,58 50.021.765.000,00 0,62 2,82 8.033.573.163.669,67 100% 230.294.145.050,00 8.175.219.120.669,10 100% 278.908.181.435,00 3,18 8.765.153.020.782,67 99,99% Berdasarkan analisis vertical pendapatan di atas, menunjukkan bahwa pendapatan dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2019 mengalami peningkatan atau kenaikan. Total pendapatan mengalami peningkatan sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76% dibandingkan tahun 2017. Jika dilihat dari persentase tiap pos pos LRA, yang paling berkontribusi atau dominan dalam peningkatan pendapatan pada tahun 2018 adalah pendapatan dari dana perimbangan dan pendapatan yang sah lainnya. Dimana pendapatan dana perimbangan naik sebesar 1,08% dan pendapatan yang sah lainnya naik sebesar 2,2%. Sedangkan pada tahun 2019 Pendapatan asli daerah yang mengalami peningkatan sebesar 0,57% dan pendapatan transfer dari pemerintah provinsi sebesar 1,78% 4.1.2 5 Belanja operasional Belanja modal Analisis Vertikal Belanja dan Transfer 2017 2018 2019 Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % 5.394.517.494.010,68 68,18 5.731.527.814.355,18 70,09 6.404.557.852.973,57 69,89 2.517.891.658.246,41 31,82 2.430.061.039.309,45 29,71 2.754.304.824.082,00 30,06 20 Belanja tak terduga Transfer/bantuan keuangan Total belanja dan transfer - - 6.085.899.644,00 0,07 1.574.969.146,00 0,02 - - 9.254.742.990,00 0,11 2.218.293.630,00 0,02 7.912.409.152.257,09 100 8.176.929.496.298,63 99,98 9.162.655.939.831,57 99,99 Berdasarkan analisis vertical belanja pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Total belanja dan transfer pada tahun 2017 terjadi kenaikan senilai Rp264.520.344.041,54 atau sebesar 3,34% dibandingkan tahun 2017. Jika dilihat dari pos pos belanja dan transfer tersebut, yang paling dominan atau berkontribusi atas kenaikan belanja dan transfer yaitu pos belanja tak terduga dan transfer/ bantuan keuangan, karena pada tahun 2017 tidak ada pengeluaran untuk belanja dalam pos tersebut. Belanja tak terduga naik sebesar 0.07% yaitu sejumlah Rp6.085.899.644,00 sedangkan pada pos transfer/bantuan keuangan naik sebesar 0,11% sejumlah Rp9.254.742.990. pada tahun 2019 pos yang dominan mengalami kenaikan yaitu belanja modal sebesar 0,35% atau Rp324.243.784.772,55. 4.1.3 Analisis Vertikal Pembiayaan 2017 2018 2019 Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) % Penerimaan Pembiayaan 1.068.144.127.992,60 100 1.201.995.194.680,45 100 1.200.317.972.688,92 100 Pengeluaran Pembiayaan - - - - - - 1.068.144.127.992,60 100 1.201.995.194.680,45 100 1.200.317.972.688,92 100 Pembiayaan neto Pembiayaan Neto 1 250 000 000 000,00 1 200 000 000 000,00 1 150 000 000 000,00 Pembiayaan Neto 1 100 000 000 000,00 1 050 000 000 000,00 1 000 000 000 000,00 2017 2018 2019 21 Berdasarkan analisis vertikal pembiayaan neto pada tahun anggaran 20172019 mengalami penurunan dan kenaikan (tidak stabil). Pada tahun 2018 penerimaan pembiayaan naik sebesar Rp 133.851.066.687,8 dibanding tahun 2017. Sedangkan pada tahun 2019 penerimaan pembiayaan mengalami penurunan sebesar Rp 1.637.221.911,53. Total pembiayaan neto pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar Rp 133.851.066.687,8 sedangkan pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.637.221.911,53. 4.1.4 Analisis Vertikal SiLPA SILPA 2017 2018 2019 Jumlah Jumlah Jumlah (Rp) (Rp) (Rp) 1.189.308.139.405,18 1.200.284.819.050,92 802.815.053.640.02 Berdasarkan tabel SiLPA diatas, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran pada tahun 2018 mengalami kenaikan dibanding tahun 2017 yaitu sebesar Rp10.976.679.645,74 sedangkan pada tahun 2019 SiLPA mengalami penurunan sebesar Rp397.469.765.410,9. Nilai SiLPA diperoleh dari total Surplus/Defisit ditambah pembiayaan neto. Berdasarkan realisasi pendapatan dan realisasi belanja, tahun 2017 terjadi surplus sebesar Rp 121.164.011.412,58. Tahun 2018 terjadi defisit sebesar Rp 1.710.375.629,53. Sedangkan pada tahun 2019 terjadi defisit sebesar Rp 397.502.919.048,90. 4.2 Analisis Horizontal 4.2.1 Analisis Horizontal Pendapatan 5 2017(Rp) Pendapatan asli daerah (PAD) Pendapatan TransferDana perimbangan Pendapatan TransferPemerintah Pusat Pendapatan Transfer – 2018(Rp) 2018-2017 (Rp) 188.813.566.4 44,57 123.234.344.1 45 5.161.844.571.171,67 4.973.031.004.727,10 1.965.635.624.698,00 2.088.869.968.843,00 - - - 853.167.802.800,00 880.120.602.049,00 26.952.799.24 9 % -96,34 6,27 3,16 2018 2019 2019-2018 4.973.031.004.7 27,10 5.381.920.253.809,67 408.889.249.082,57 % 8,22 2.088.869.968.8 43,00 2.001.327.643.447,00 -87.542.325.396 -4,19 - - 880.120.602.049 ,00 1.099.625.542.091,00 219.504.940.042 2,49 22 Pemerintah Provinsi Bantuan keuangan provinsi Lain lain pendapatan yang sah Total pendapatan 2.903.400.000,00 2.903.400.000,00 0 0 2.903.400.000,0 0 3.371.400.000,00 468.000.000 16,12 50.021.765.000,00 230.294.145.050,00 180.272.380.0 50 360,39 230.294.145.050 ,00 278.908.181.435,00 48.614.036.385 21,11 8.033.573.163.669,67 8.175.219.120.669,10 141.645.956.9 99,43 1,76 8.175.219.120.6 69,10 8.765.153.020.782,67 589.933.900.113,57 7,22 Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76%. pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan juga sebesar Rp589.933.900.113,57 atau 7,22%. Semua pos ,mengalami kenaikan kecuali pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018 pos pendapatan asli daerah mengalami penurunan, sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan tahun 2019 pos pendapatan transfer dari dana perimbangan mengalami penurunan juga. 4.2.2 Analisis Horizontal Belanja 5 2017(Rp) 2018(Rp) Belanja Operasional Belanja Modal 5.394.517.494.010,68 Belanja Tak terduga Transfer/Bantuan keuangan Total Belanja dan Transfer - 2.517.891.658.246,41 7.974.260.070,00 8.963.930.686.060,00 5.731.527.814. 355,18 2.430.061.039. 309,45 6.085.899.644, 00 9.254.742.990, 00 8.176.929.496. 298,63 2018-2017 (Rp) 337.010.320.344,5 % 6,25 87.830.618.936,96 6.085.899.644,00 96,52 0 1.280.482.920 16,06 787.001.189.761,37 91,22 2018 2019 2019-2018 5.731.527.814.3 55,18 2.430.061.039.3 09,45 6.085.899.644,0 0 9.254.742.990,0 0 8.176.929.496.2 98,63 6.404.557.852.973,57 673.030.038.618,39 % 11,74 2.754.304.824.082,00 324.243.784.772,55 11,77 1.574.969.146,00 -4.510.930.498 2.218.293.630,00 -7.036.449.360 9.162.655.939.831,57 985.726.443.532,94 25,88 23,97 12,05 Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami penurunan yaitu sebesar –Rp787.001.189.761,37 atau 91,22%. Sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp985.726.443.532,94 atau 12,05%. Hal ini disebabkan karena belanja operasional selalu lebih besar setiap tahunnya sedangkan untuk belanja modal mengalami penurunan setiap tahunnya. 4.2.3 Analisis Horizontal Pembiayaan Kenaikan/Peneurunan 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2018-2017 Rp Penerimaan 1.068.144.127.992,60 1.201.995.194.680,45 133.851.066.688 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2019-2018 % 12.53 1.201.995.194.680,45 1.200.317.972.688,92 Rp % -1.677.221.991.53 -0,14 Pembiayaan 23 Pengeluaran - - - - - - - - 1.068.144.127.992,60 1.201.995.194.680,45 133.851.066.688 12.53 1.201.995.194.680,45 1.200.317.972.688,92 -1.677.221.991.53 -0,14 Pembiayaan Pembiayaan Neto Pada analisis horizontal di atas, Pada Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 pembiayaan neto mengalami kenaikan sebesar yaitu sebesar Rp 133.851.066.688 atau 12.53%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.677.221.991.53 atau 99.86%. 4.2.4 Analisis Horizontal SiLPA Kenaikan/Penurunan SILPA 2017 2018 2017-2018 (Rp) (Rp) Rp % 1.189.308.139.405,18 1.200.284.819.050,92 10.976.679.645.7 0.92 Kenaikan/Penurunan 2018 2019 1.200.284.819.050,92 2019-2018 802.815.053.640.02 Rp % -397.469.765.411 66.88 Pada analisis horizontal di atas, Pada Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau 66.88%. 4.3 Pembahasan Analisis Vertikal 4.3.3 Pembahasan Analisis Vertikal Pendapatan Realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah kota Surabaya Tahun anggaran 2017 periode 1 januari 2017 sampai dengan 31 desember 2017 menunjukkan pendapatan sebesar Rp8.175.219.120.669,10 atau 101,19% dari anggaran yang telah ditetapkan sebesar Rp8.079.142.194.268,00 Berdasarkan analisis vertical pendapatan di atas, menunjukkan bahwa pendapatan dari tahun 2017 sampai dengan 2019 mengalami peningkatan atau kenaikan. Pada tahun 2017, kontribusi pendapatan asli daerah adalah yang paling besar yaitu sebesar 64,25 % dari total pendapatan. Pendapatan asli daerah terdiri dari pendapatan pajak 24 daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah. Diantara semua itu, pendapatan pajak daerah yang berkontribusi besar dalam pendapatan asli daerah. Pada tahun 2018, konntribusi pendapatan asli daerah masih yang paling besar yaitu sebesar 60,83%. Tetapi jumlah pendapatan asli daerah nya mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 . Pendapatan asli daerah terdiri dari pendapatan pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah. Diantara semua itu, pendapatan pajak daerah yang berkontribusi besar dalam pendapatan asli daerah. Pada tahun 2019 masih tetap sama, pendapatan asli daerah berkontribusi besar, yaitu mengalami kenaikan sebesar 61,40%. 4.3.4 Pembahasan Analisis Vertikal Belanja dan Transfer Berdasarkan analisis vertical belanja dan transfer pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami kenaikan. Realisasi belanja dan transfer periode 1 januari 2017 sampai dengan 31 desember 2017 adalah sebesar Rp8.176.929.496.298,63 atau 88,22% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp9.268.450.333.673,00. Pada tahun anggaran 2017 pos belanja Operasional merupakan pos yang paling dominan diantara yang lain yaitu sebesar 68,18%. Pada tahun 2018 pos belanja operasional mengalami penurunan persentase yaitu turun menjadi 70,09% dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2019 pos belanja operasional mengalami penurunan yaitu menjadi 69,89% karena dibagi beberapa persen ke pos belanja modal 4.3.5 Pembahasan Analisis Vertikal Pembiayaan Berdasarkan analisis vertikal pembiayaan neto pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami penurunan dan kenaikan (tidak stabil). Realisasi Penerimaan Pembiayaan periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp 1.068.144.127.992,60 atau 99,92% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 1.069.035.716.702,00. Jumlah tersebut berasal dari Sisa Lebih 25 PerhitunganAnggaran (SiLPA) Tahun Lalu setelah audit sebesar Rp. 1.069.035.716.702,00 berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp0,00 atau 0% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 10.000.000.000,00. Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp 1.201.995.194.680,45 atau 101,07 % dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 1.189.308.139.405,00 Jumlah tersebut berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Lalu setelah audit BPKRI sebesar Rp. 1.189.308.139.405,00. Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp 0,00 atau 0% dari anggaran yang ditetapkan sebesar Rp0,00. Pada tahun 2019, penerimaan pembiayaan berasal dari SiLPA Tahun Lalu sebesar Rp 1.200.284.819.051,00 sedangkan pengeluaran pembiayaan Pemerintah Daerah sebesar Rp0,00. 4.3.6 Pembahasan Analisis Vertikal SiLPA Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya periode 1 Januari 2017 sampai dengan 31 Desember 2017 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 1.189.308.139.405,18 yang merupakan hasil perhitungan sebagai berikut: - Realisasi Pendapatan Rp 8.033.573.163.669,67 - Realisasi Belanja Rp 7.912.409.152.257,09 Sub Jumlah 1 (Surplus) Rp 121.164.011.412,58 - Penyertaan Modal Pemerintah daerah Rp (0,00) - Pembayaran Hutang Belanja Rp (0,00) Rp (0,00) Sub Jumlah 2 - Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Rp (120.272.422.703,3) 26 (SILPA) Tahun berjalan (1-2) - SILPA Tahun Lalu Hasil Audit Rp 1.069.035.716.701,87 - SILPA Per 31 Desember 2017 Rp 1.189.308.139.405,18 Tahun 2018, Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya periode 1 Januari 2018 sampai dengan 31 Desember 2018 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 1.200.284.819.050,92 yang merupakan hasil perhitungan sebagai berikut: - Realisasi Pendapatan Rp 8.175.219.120.669,10 - Realisasi Belanja Rp 8.176.929.496.298,63 Sub Jumlah 1 (Defisit) - (1.710.375.629,53) Penyertaan Modal Pemerintah daerah Rp Sub Jumlah 2 - Rp Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (0,00) Rp Rp (0,00) (10.976.679.645.7) (SILPA) Tahun berjalan (1-2) - SILPA Tahun Lalu Hasil Audit Rp 1 .189.308.139.405,18 - SILPA Per 31 Desember 2018 Rp 1 .200.284.819.050,92 Tahun 2019, Dari Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surabaya periode 1 Januari 2019 sampai dengan 31 Desember 2019 diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp.802.815.053.640,02 dari perhitungan sebagai berikut : - Realisasi Pendapatan Rp 8.765.153.020.782,67 - Realisasi Belanja Rp 9.162.655.939.831,57 Sub Jumlah (Defisit) Rp (397.502.919.048,90) - Pembiayaan Neto Rp 1.200.317.972.688,92 - SiLPA (Per 31 Desember 2019) Rp 802.815.053.640,02 4.4 Pembahasan Analisis Horizontal 4.4.3 Pembahasan Analisis Horizontal Pendapatan 27 Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp141.645.956.999,43 atau 1,76%. pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami kenaikan juga sebesar Rp589.933.900.113,57 atau 7,22%. Semua pos ,mengalami kenaikan kecuali pada tahun anggaran 2017 sampai dengan 2018 pos pendapatan asli daerah mengalami penurunan, sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan tahun 2019 pos pendapatan transfer dari dana perimbangan mengalami penurunan juga. Hal ini disebabkan oleh PAD,pendapatan transfer berupa dana perimbangan, pendapatan transfer dan pendapatan lain lain yang sah mengalami kenaikan pada tahun 2018. 4.4.4 Pembahasan Analisis Horizontal Belanja Pada analisis horizontal di atas, pada tahun anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami penurunan yaitu sebesar –Rp787.001.189.761,37 atau 91,22%. Sedangkan pada tahun anggaran 2018 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp985.726.443.532,94 atau 12,05%. Hal ini disebabkan karena belanja operasional selalu lebih besar setiap tahunnya sedangkan untuk belanja modal mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2018 belanja operasional mengalami kenaikan yaitu sebesar 6,25% dan transfer/ bantuan keuangan juga meningkat yaitu sebesar 16,06%. Pada tahun 2019 belanja operasional mengalami kenaikan lagi yaitu sebesar 11,74% tetapi transfer/bantuan keuangan dari daerah lain mengalami penurunan menjadi 23,97% 4.4.5 Pembahasan Analisis Horizontal Pembiayaan Pada analisis horizontal, Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 pembiayaan neto mengalami kenaikan sebesar yaitu sebesar Rp 133.851.066.688 atau 12.53%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 1.677.221.991.53 atau 99.86%. 28 Pembiayaan daerah pada dasarnya tidak mengalami banyak kendala. Untuk mendukung tersedianya anggaran, Sampai saat ini Pemerintah Kota Surabaya masih mengandalkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari Anggaran Sisa Lebih Tahun yang Lalu dan Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. 4.4.6 Pembahasan Analisis Horizontal SiLPA Pada analisis horizontal, yaitu pada Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau 66.88%. 29 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dari hasil analisis data yang mengacu pada masalah dan tujuan penelitian, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan analisis vertical dan horizontal. Pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan mengalami peningkatan atau kenaikan. Hal ini diperjelas dengan realisasi pendapatan asli daerah berupa pendapatan pajak daerah dan pendapatan transfer dana perimbangan berupa dana alokasi umum yang mengalami peningkatan setiap tahunnya 2. Belanja pada tahun anggaran 2017-2019 berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena realisasi belanja operasional mengalami kenaikan setiap tahunnya. Belanja operasional berupa belanja pegawai yang mendominasi terjadinya kenaikan belanja. Namun pada tahun 2019 pemerintah sudah berusaha efisien terhadap anggaran belanja, karena terjadi penurunan dibandingkan tahun anggaran 2018 3. Pembiayaan neto pada tahun anggaran 2017-2019 mengalami penurunan. Pembiayaan daerah pada dasarnya tidak mengalami banyak kendala. Sampai saat ini pemerintah kota Surabaya untuk mendukung tersedianya anggaran masih mengandalkan penerimaan pembiayaan yang berasal dari anggaran sisa lebih tahun yang lalu. 4. Pada analisis horizontal, yaitu pada Tahun Anggaran 2017 sampai dengan tahun 2018 mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp 10.976.679.645.7 atau 0.92%. Sedangkan pada tahun 2018 sampai tahun 2019 mengalami penurunan sebesar Rp 397.469.765.411 atau 66.88%. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 30 Kinerja keuangan pemerintah kota Surabaya belum mengalami peningkatan sepenuhnya, hal ini perlu diperbaiki lagi dalam pengelolaan pendapatan, belanja operasional, dan belanja modalnya. Karena pendapatan tiap tahun sudah terealisasi dengan baik, namun untuk belanja masih belum efisien. Perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah sebagai kota yang berada di Negara berkembang. Pemerintah daerah seharusnya meningkatkan efektivitas dan efisiensi atas anggaran yang sudah ditetapkan. 31 DAFTAR PUSTAKA Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat. Garisson, Noreen, dan Brewer. 2007. Akuntansi manajerial, Edisi Kesebelas, Diterjemahkan oleh: Buri Hinduan dan Edward Tanijaya. Jakarta : Salemba Empat. Munandar, M. 2007. Budgeting Perencanaan Kerja Edisi 2. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Rudianto. 2009. Penganggaran. Jakarta : Erlangga. Horngren, Charles T, Srikant M. Datar, dan George Foster. 2008. Akuntansi Biaya : Penekanan Manajerial.Buku Kedua,Edisi Kesebelas. Diterjemahkan oleh : Desi Adhariani. Jakarta : Indeks. Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Erlangga. Haruman, Tendi dan Sri Rahayu. 2007. Penyusunan Anggaran Perusahaan Edisi Kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik Cetakan Pertama. Yogyakarta : Penerbit Andi. Tim Penyusun Standar Akuntansi Pemerintah. 2005. Standar Akuntansi Pemerintah. Jakarta : Salemba Empat. Dewata, Evada, Henny Yulsiati, Periansya, dan M.Thoyib. 2018. Bahan Ajar Analisis Keuangan Pemerintah Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya. https://surabaya.go.id/id/page/0/7963/transparansi-pengelolaan-anggaran 32