Hofstede (1980; 1991) melalui penelitiannya berhasil mengidentifikasi 5 model karakteristik untuk menilai sebuah kultur di masyarakat lintas negara. Dengan mengambil sampel di 40 negara, Hofstede menemukan bahwa manager dan karyawan memiliki lima dimensi nilai kultur nasional yang berbeda-beda. Kelima kultur tersebut adalah : Power distance /Jarak kekuasaan merupakan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana masyarakat menerima kekuatan dalam institusi dan organisasi didistribusikan tidak sama. Individualisme/Kolektivisme. Individualisme merupakan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan tingkatan dimana orang lebih suka bertindak sebagai individu daripada sebagai kelompok. Kolektivisme menunjukkan sifat kultur nasional yang mendeskripsikan kerangka social yang kuat dimana individu mengharap orang lain dalam kelompok mereka untuk menjaga dan melindungi mereka. Maskulinitas-Feminimitas. merupakan tingkatan dimana kultur lebih menyukai peran-peran maskulin tradisional seperti pencapaian, kekuatan, dan pengendalian versus kultur yang memandang pria dan wanita memiliki posisi sejajar. Penilaian maskulinitas yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat peran yang terpisah untuk pria dan waniya, dengan pria yang mendominasi masyarakat. Penghindaran ketidakpastian merupakan tingkatan dimaan individu dalam suatu negara lebih memilih situasi terstruktur dibandingkan tidak tersetruktur. Orientasi jangka panjang merupakan tipologi terbaru dari Hofstede. Poin ini berfokus pada tingkatan ketaatan jangka panjang masyarakat terhadap nilai-nilai tradisional. Individu dalam kultur orientasi jangka panjang melihat bahwa ke masa depan dan menghargai penghematan, ketekunan dan tradisi. Keuntungan dari Hofstede adalah bahwa secara khusus ditujukan kerja dari nilai-nilai yang terkait, membuat dimensi nya secara intuitif dipahami dan lebih spesifik. Pada dasarnya pentingnya dimensi Hofstade adalah bahwa dimensi nilai budaya ternyata banyak terbukti memiliki korelasi dengan banyak fenomena social dan bisnis. Misalnya saja dalam penerapan desain pekerjaan, pendekatan ini sebenarnya telah diatur sedemikian rupa sehingga secara tidak langsung mempengaruhi karyawan dalam kepuasan dan motivasi kerja. Pada dasarnya dengan melihat teori Natioanl Culture yang diungkapkan oleh Hofstade dapat diketahui tentang pendekatan dan hubungan antara desain pekerjaan (Job Design) dengan budaya (Culture). Dari beberapa contoh nyata yang ada di Negara Indonesia sebenarnya dapat dilihat bahwa ada pengaruh terhadap karakteristik pekerjaan yang disebabkan oleh adanya factor budaya. Dari pengamatan dan hasil dari eksplorasi literatur, dapat ditarik sebuah benang merah bahwa desain pekerjaan sebenarnya berhubungan dan dipengaruhi oleh budaya, tetapi didalam konteks Negara Indonesia dilihat bahwa factor budaya berpengaruh sebagai moderator atau penengah didalam melakukan desain pekerjaan. Power Distance, Individualisme, kolektivisme dan Uncetainty Avoidance, dan orientasi jangka panjang merupakan dimensi yang memiliki efek yang kuat terhadap penerapan pendekatan desain pekerjaan.