Uploaded by common.user70695

caca edit lagi

advertisement
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PENDISTRIBUSIAN BERKAS REKAM
MEDIS RAWAT JALAN DI RUMAH
SAKIT MULTAZAM
TAHUN 2019
ADELIAMARGARETA NEU
NIM. 13462.16.001
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
STIKES BAKTI NUSANTARA GORONTALO
GORONTALO
2019
KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PENDISTRIBUSIAN BERKAS
REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT MULTAZAM
TAHUN 2019
Disusun dan diajukan oleh
ADELIA MARGARETA NEU
NIM. 13462.16.001
Menyetujui
Tim pembimbing
Pembimbing 1
Pembimbing II
Rosdiana Kaharu, S.Kep, Ns,M.M.
Lilis Handayani, M,kes.
Ketua Program Studi D3 Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan
Rosdiana kaharu, S.Kep,Ns,M.M.
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas akhir ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji ujian sidang program
studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Bakti Nusantara
Gorontalo pada tanggal 19 agustus 2019.
Gorntalo,
TIM PENGUJI
Penguji I
:
Penguji II
:
Penguji III
:
ii
2019
FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PENDISTRIBUSIAN BERKAS
REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI
RUMAH SAKIT MULTAZAM
TAHUN 2019
Adelia Margareta Neu
Prodi D3 Rekam medis dan Informasi Kesehatan
Stikes Bakti Nusantara Gorontalo 2016
ABSTRAK
Salah satu bentuk pelayanan rawat jalan di rumah sakit adalah pendistribusian
berkas rekam medis. Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa
dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau
jasa tersebut diperlukan.Tujuan penelitian untuk mengetahui alur pendistribusian
berkas rekam medis rawat jalan, Jenis penelitian yang adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif Populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis
rawat jalan pada bulan januari sampai bulan juli 2019. sejumlah 2246 berkas,
sampelnya sejumlah 100 barkas. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu teknik aksedintal sampling. Rumus yang digunakan dalam pengambilan
sampel yaitu dari Slovin (1960). Departemen Kesehatan telah memberikan
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Khususnya bagi Pelayanan Rekam
Medis dalam penyediaan dokumen rekam medis rawat jalan dibutuhkan waktu
kurang dari atau sama dengan 10 menit ( < 10 menit) sampai berkas tiba di unit
pelayanan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 100 berkas rekam medis,
diketahui bahwa pendistribusian berkas rekam medis yang telah memenuhi
standar (< 10 menit) ada 60% dengan rata-rata waktu pendistribusian 5 menit,
sedangkan pendistribusian berkas rekam medis yang belum memenuhi standar (
>10 menit) ada 40% dengan rata-rata waktu 12 menit. faktor-faktor menghambat
adalah,Tempat penyimpan, Kurangnya petugas pendistribusian, Tidak
menggunakan map pada berkas rekam medis pasien,fasilitas yang kurang
memadai ,Tidak adanya penggunaan kartu KIB (Kartun Identitas Berobat).
Kata kunci : Pendistribusian, berkas rekam medis rawat jalan.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Man jadda Wajada”
Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil
“Man Shobaro Zafiro”
Siapa yang bersabar maka dia akan beruntung
“Man Saaro’Alaa Darbi Washola”
Siapa yang berjalan pada jalannya, maka dia akan sampai pada tujuannya
Saya persembahkan untuk:
1. Terimakasih kepada dosen-dosen STIKES BAKTI NUSANTARA
GORONTALO, terutama pembimbing saya yang tidak perna lelah dan
sabar memberikan bimbingan arahan kepada saya.
2. Orang tua, keluarga dan dikka sanjani yang sudah ikhlas menemani
memberi motivasi dari awal saya masuk kuliah sampai akhirnya di tahap
ini, tiada henti berdoa untuk saya.
3. Teman-teman angkatan dan sahabat saya “Sri Meliyani Nur” yang selalu
membantu memberikan motivasi, banyak kisah indah yang kita semua
lewati dari awal kuliah sampai dengan akhir.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “ FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENDISTRIBUSIAN
BERKAS REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT MULTAZAM
TAHUN 2019”.
Karya Tulis Ilmiah ini merupakan Tugas Akhir yang disusn untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Program Studi D-III
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Dalam kesempatan ini Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak secara langsung telah
membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain :
1. Hj. Yetty Lamadlau,S.Pd,BN,MBA,M.pd selaku Ketua Yayasan Bakti
Nusantara Gorontalo
2. Prof. Dr Anshar, M.Si selaku Ketua Stikes Bakti Nusantara Gorontalo
3. Dr. Ayuddin, S,Pd., S.T.,M.T. selaku wakil Ketua 1 Stikes bakti Nusantara
Gorontalo
4. Marijati Lamadlauw S.E M.Pd selaku wakil Ketua Stikes Bakti Nusantara
gorontalo
5. Rosdiana Kaharu, S.Kep, NsM.M. selaku Ketua Program Studi D-III
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dan juga sebagai pembimbing
dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah
v
6. Lilis handayai, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah
7. Prof. Dr Anshar, M.Si ,Lastri Qodriany , SKM,M,Kes, Rosdiana Kaharu,
S.Kep, Ns,M.M selaku dosen pengujidalam proses penyususnan Karya
Tulis Ilmiah.
8. Seluruh staf dan dosen-dosen Stikes Bakti Nusantara Gorontalo yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada Penulis
9. Direktur dan seluruh pegawai Rumah Sakit Multazam khususnya petugas
rekam medis yang telah banyak membantu penulis
10. Orang tua keluarga dan Dikka sanjani yang telah meberikan banyak
dukungan dan motivasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
11. Seluruh teman-teman dan sahabat saya Sri meliyani nur, RMIK 2016
Stikes Bakti Nusantara Gorontalo yang saling mendukung di hari-hari
penyusunan Karya Tulis Ilmiah
12. Serta semua pihak yang telah membantu Penulis tidak dapat disebut satu
persatu,
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk
dapat menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata, Penulis ucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Gorontalo, Agustus 2019
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.....................................................................................................i
Pernyataan............................................................................................................ii
Lembar Pengesahan.............................................................................................iii
Abstrak................................................................................................................iv
Moto dan Persembahan........................................................................................v
Kata Pengantar....................................................................................................vi
Daftar isi..............................................................................................................vii
Daftar Tabel........................................................................................................vii
Daftar Gambar.....................................................................................................ix
Dafrtar lampiran...................................................................................................x
BAB 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................6
C. Tujuan Penelitian........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Pendistribusian...........................................................................................8
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi............................................10
C. Rawat Jalan...............................................................................................11
D. Pengelolaan Berkas Rekam Medis............................................................11
E. Alur dan Prosedur Berkas Rekam Medis..................................................30
vii
F. Standar Prosedur Operasional..................................................................32
G. Kerangka Konsep......................................................................................33
H. Definisi Konsep........................................................................................34
I. Matriks Penelitian.....................................................................................36
J. Perbedaan Penelitian Terdahulu...............................................................40
BAB III Metode Penelitian
A. Jenis dan Penelitian...................................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................42
C. Populasi dan Sampel.................................................................................42
D. Data dan Sumber Data...............................................................................43
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................44
F. Pengolahan dan Analisis Data....................................................................44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.........................................................................................45
B. Pembahasan Penelitian.............................................................................50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................62
B. Saran.........................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyedia sarana pelayanan kesehatan harus selalu memberikan
pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat agar dapat
terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hal ini mendorong peningkatan
mutu pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan
dukungan dari berbagai faktor yang terkait, salah satunya melalui
penyelenggaraan rekam medis pada setiap sarana pelayanan kesehatan. Di
dalam dunia kesehatan hal yang terpenting adalah memberikan layanan
kesehatan dengan informasi kepada organisasi rumah sakit, tenaga medis
dan paramedis, serta kepada pasien guna memenuhi kebutuhan manajemen
rumah sakit terutama dalam mendapatkan data. Pelayanan kesehatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar penduduk yang memungkinkan
penduduk untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal(Dewi
Sunarti,2017).
Menurut Permenkes no 269/menkes/Per/III/2008 tentang rekam
medis, yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan
dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang
telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Unit
rekam medis bertanggung jawab terhadap
pengelolaan, pengumpulan data, pemprosesan, dan penyajian data pasien
menjadi informasi kesehatan yang berguna bagi pengambilan keputusan.
Selain itu, pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban administrasi untuk
1
2
membuat, menyimpan dan memelihara rekam medis. Pembuatan rekam
medis bertujuan untuk mendapatkan data dari pasien mengenai riwayat
kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang selain itu juga
pengobatan
yang telah diberikan
kepada
pasien sebagai
upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan. Informasi tentang identitas, diagnosis,
riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan riwayat pengobatan pasien
harus dijaga kerahasiannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan
tertentu, petugas pengelola, dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan rekam medis saat ini masih belum sempurna,
rekam medis masih dianggap tidak terlalu penting oleh sebagian pelayanan
kesehatan padahal kualitas rekam medis merupakan cerminan dari baik
atau buruknya pelayanan kesehatan. Rekam medis merupakan salah satu
data yang dapat digunakan dalam pembuktian kasus malpraktek di
pengadilan. Rekam medis juga sebagai salah satu dokumentasi keadaan
pasien dan isi rekam medis merupakan rahasia kedokteran yang harus
dijaga kerahasiaanya oleh setiap tenaga kesehatan. Keterlambatan rekam
medis mengakibatkan terlambatnya pelayanan pasien di poliklinik serta
mengakibatkan dokter tidak bisa segera mendokumentasi pelayanan yang
sudah diberikan dan dokterpun tidak bisa melihat penatalaksanan apa saja
yang sudah dilakukan pada pasien sehingga hal inipun bisa mengakibatkan
hal-hal yang tentunya tidak diinginkan (Gemala,2010).
Pelayanan yang cepat dan tepat dalam menyediakan dan
mendistribusikan rekam medis dapat memberikan kemudahan kepada
3
dokter dalam memberikan pelayanan selanjutnya serta memberikan
kepuasan pada pasien karena pemeriksaan yang akan dilakukan tidak
menunggu lama datangnya rekam medis. Salah satu bentuk pelayanan
rawat jalan di rumah sakit adalah pendistribusian berkas rekam medis.
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen
ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa
tersebut diperlukan. Untuk mendukung pelayanan yang baik maka waktu
pendistribusian dokumen rekam medis pun harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Dewi Sunarti,2017).
Standar pelayanan pendistribusian ini dapat menunjang kepuasan
pasien dalam pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasien
Tentunya dalam penyediaan dan pendistribusian rekam medis dengan
cepat dan tepat ini tidak lepas dari kerjasama antar berbagai unit-unit di
dalam rumah sakit, karena ketidakoptimalan dalam kerjasama antar unit di
rumah sakit maka penyediaan dan pendistribusian berkas rekam medis
tidak akan berjalan lancar. Selain itu SIM (sistem informasi manajemen)
juga mempunyai pengaruh penting dalam memberikan keoptimalan dalam
pelayanan, dimana sistem informasi manajemen merupakan kumpulan dari
sub-sub sistem yang saling terintegrasi dan berkolaborasi untuk membantu
manajemen dalam menyelesaikan masalah dan memberikan informasi
yang berkualitas kepada manajemen dengan cara mengolah data dengan
komputer sehingga bernilai tambah dan bermanfaat bagi pengguna, atau
4
dengan cara mengolah data dengan komputer sehingga bernilai tambah
(Dewi Sunarti,2017).
Menurut penelitian Ferlina mauren Tahun 2011, Departemen
Kesehatan telah memberikan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
(Tahun 2007:14), khususnya bagi Pelayanan Rekam Medis dalam
penyediaan dokumen rekam medis. Rawat jalan dibutuhkan waktu kurang
dari atau sama dengan 10 menit (< 10 menit) sampai berkas rekam medis
tiba di unit pelayanan. Berdasarkan hasil pengamatan Ferlina mauren,
Tahun 2011 dengan menghitung lama waktu pendistribusian rekam medis
dari TPP sampai dengan unit pelayanan, dibutuhkan waktu rata-rata 13
menit untuk setiap berkas rekam medis. Dari hasil pengamatan terhadap
100 berkas rekam medis, diketahui bahwa pendistribusian berkas rekam
medis yang telah memenuhi standar (< 10 menit) ada 42% dengan ratarata waktu pendistribusian yaitu 7 menit, sedangkan pendistribusian rekam
medis yang belum memenuhi standar (> 10 menit) ada 58% dengan ratarata waktu pendistribusian yaitu 18 menit. Dengan standar yang telah
ditetapkan dan hasil wawancara Ferlina mauren dengan bagian rekam
medis Diah asrina putri, diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien rawat
jalan dalam 1 hari sebanyak 180 pasien, membuat petugas rekam medis
khususnya bagian penyimpanan untuk bekerja secara maksimal. Namun,
tetap
saja
ditemukan
faktor
atau
kendala
yang
menyebabkan
pendistribusian rekam medis melebihi standar waktu yang ditetapkan.
5
Salah satu bagian Unit Rekam Medis yang bertanggung jawab
dalam pencatatan data pasien yaitu Tempat Pendaftaran Pasien Rawat
Jalan (TPPRJ) sebagai loket pendaftaran rawat jalan. TPPRJ dalam
melakukan pendaftaran bagi pasien yang akan berobat rawat jalan
membutuhkan suatu catatan atau formulir yang memuat data klinis
maupun non klinis. Dari setiap dokumen rekam medis baik pasien baru
atau pasien lama, setelah mendapatkan pelayanan di Tempat Pendaftaran
Pasien Rawat Jalan maka akan dilakukan pendistribusian ke masingmasing poliklinik sesuai dengan kasus penyakit pasien. Dalam setiap
pendistribusian dokumen rekam medis tersebut menggunakan buku
ekspedisi sebagai bukti serah terima dokumen rekam medis dan dilakukan
oleh petugas Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (TPPRJ) guna
menghindari kehilangan dokumen rekam medisrawat jalan. atau digunakan
oleh badan yang tidak bertanggung jawab pada saat pendistribusian. Selain
itu dokumen rekam medis dapat terjaga kerahasiaannya (Paramita Eka
Noviany,2009).
Berdasarkan survei pada tanggal 18 maret 2019 di Rumah Sakit
Multazzam diketahui bahwa dalam pelayanan pendistribusian dokumen
rekam medis rawat jalan di Rumah Sakit Multazzam untuk sampai ke
poliklinik mengalami keterlambatan karena masi menggunakan sistim
manual dan keterlambatan tersebut mencapai 15 menit, Sedangkan
Menurut Permenkes 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan
minimal rumah sakit tentang penyediaan berkas rekam medis standar
6
rerata dalam penyediaan berkas rekam medis kurang dari 10 menit. Rumah
sakit multazam juga masih menggunakan sistem manual, sehingga sangat
mempengaruhi mutu pelayanan rumah sakit tersebut.Hal inilah yang
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul ”Tinjauan
Alur Pendistribusian Berkas
Rekam Rawat Jalan di Rumah Sakit
Multazam”
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Alur Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan?
2. Bagaimana penggunaan lama waktu pendistribusian berkas rawat jalan?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui alur pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan
di Rumah Sakit Multazam.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Alur Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat
jalan?
2. Mengetahui penggunaan lama waktu pendistribusian berkas rawat
jalan di rumah sakit multazam.
.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan kepada pihak manajemen Rumah Sakit
dan bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan kepada pasien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan serta mengembangkan pengetahuan dan
tolak ukur sejauh mana ilmu rekam medis diterapkan di bidang medis
sebuah rumah sakit. dan Sebagai dasar atau acuan dalam pendalaman
materi serta dalam sebuah kelanjutan penelitian.
3. Bagi Peneliti
Mempraktikkan secara langsung ilmu atau teori-teori yang telah
didapatkan selama perkuliahan sehingga mahasiswa dapat membekali
dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan pekerjaan di
bidang rekam medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendistribusian
Berkas rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia,
ada berbagai cara untuk mendistribusikan berkas rekam medis, pada
sebagian Rumah sakit, pendistribusian dilakukan dengan tangan (manual)
dari satu tempat ke tempat lainnya, oleh karena itu bagian rekam medis
satu jadwal pengiriman dan pengambilan untuk berbagai macam bagian
poliklinik/spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, frekuensi pengiriman dan
pengambilan ini ditentukan jumlah pemakaian rekam medis.
Petugas rekam medis tidak dapat mengirim satu persatu berkas
rekam medis secara rutin padasaat diminta mendadak. Untuk ini bagianbagian lain yang memerlukan (untuk darurat) harus mengirim petugasnya
untuk mengambil sendiri kebagian rekam medis. Beberapa rumah sakit
menggunakan “Pneumatic tube”(pipa tekanan udara) yang dapat
mengantar berkas rekam medis ke berbagai bagian-bagian. Namun,
pemakaian pipa ini sering macet karena tebalnya rekam medis yang
dikirim.
penggunaan
teknologi
di
bidang
komputer
diharapkan
mempercepat proses penyaluran data-data penderita dari satu tempat ke
tempat lain(Dirjen Yanmed 2006: 96).
8
9
Standar Prosedur Pendistribusian Rekam medis menurut Dirjen
Yanmed (2006 : 193).
1. Persyaratan
a.
Pasien rawat jalan
b.
Berkas rekam medis
2. Sarana
3. Nomor unit poliklinik
4. Kotak sortir
5. Telepon
6. Komputer PC client
7. Lan sistem
8. Printer
9. Prasarana
10. Peraturan mentri kesehatan republik indonesia
11. Petunjuk teknis pengelolaan rekam medis
12. Prosedur
13. Peminjaman berkas rekam medis dilaksanakan di ruang penjajaran
unit/instalasi rekam medis
14. Dari ruang penyimpanan, berkas rekam medis kemudoian di bawa
untuk dipasangkan dengan kode dokter/poliklinik yang dituju
15. Petugas distribusi menyortir rekam medis pada rak sortir sesuai nama
dokter/poliklinik
10
Penggunaan teknolgi dibidang komputer, diharapkan dapat
mempercepat penyaluran data-data penderita dari satu tempat ke tempat
lain. Jika dokter dapat mengakses data pasien dari dalam ruangannya dan
mencatat diagnosa, pengobatan yang diberikan, jenis tindakan, serta hasilhasil penunjang medis dapat langsung dilaksanakan dan tercover
didalamnya pada saat pasien selesai diperiksa, maka masalah-masalah
mengenai keterlambatan berkas rekam medis pasien pasien akan semakin
kecil bahkan mungkin tidak ada sama sekali.
hak akses masing-masing dokter ditentukan sesuai dengan kode
dokter dan spesialisnya yang disertai dengan user id masing-masing
dokter. Data-data pasien dapat dikeluarkan (prin out) sebagai arsip/hard
copy berkas rekam medis yang disimpan di rak penjajaran, sehingga
apabila sewaktu-waktu data dalam bentuk hardcopy dibutuhkan telah
tersedia (Madina Maimuna,2015).
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan distribusi rekam
medis rawat jalan.
Faktor yang mempengaruhi keterlambatan distribusi rekam medis
rawat jalan antara lain :
1. Waktu pencarian berkas rekam medis
2. Waktu pengumpulan berkas rekam medis
3. Waktu pencatatan berkas rekam medis
4. Penyimpanan berkas rekam medis
5. Masih adanya berkas rekam medis di instalasi rawat inap
11
6. Keberadaan rekam medis di ruang assembling dan pengolahan data
7. doble rekam medis pasien
8. Tidak adanya petugas distribusi
9. Jarak antara ruang pendaftaran ndan ruang filling
10. Pada material yaitu keterbatasan pada SIMRS dan fasilitas.
C. Rawat jalan
Pelayanan
rawat
jalan
merupakan
pelayanan
rawat
jalan
spesialistik yang dilaksanakan di rumah sakit. Tujuan pelayanan rawat
jalan adalah tersedia pelayanan rawat jalan yang spesialistik yang minimal
harus ada di rumah sakit. pelayanan rawat jalan dipimpin oleh seorang
kepala instalasi yang mempunyai tugas dan kewenangan menyediakan
fasilitas penyelenggaraan kegiatan pelayanan poliklinik rawat jalan dari
berbagai disiplin ilmu kedokteran klinik (Permenkes RI nomor
129/Menkes/SK/II/2008). Pelaksanaan rekam medis rawat jalan meliputi
penerimaan pasien rawat jalan, pencatatan kegiatan pelayanan medis, dan
pengelolaan rekam medis (assembling, coding, indeksing, retrieval,
distribusi).
D. Pengelolaan Berkas Rekam Medis
1. Subsistem assembling
Assembling berarti merakit, tapi untuk kegiatan assembling berkas
rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan tidaklah hanya sekedar
merakit atau mengurut satu halaman ke halaman yang lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengurutan halaman ini dimulai dari berkas rekam
12
medis gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap. Pergantian pada masingmasing pelayanan akan diberikan kertas pembatas yang menonjol sehingga
dapat mempermudah pencarian formulir dalam berkas rekam medis.
Kegiatan assembling termasuk juga mengecek kelengkapan pengisian
berkas rekam medis dan formulir yang harus ada pada berkas rekam
medis(Savitri Citra Budi,2011).
Berkas rekam medis dari unit pelayanan akan dikembalikan ke unit
rekam medis bagian assembling. Bagian assembling mencatat pada buku
register semua berkas yang masuk sesuai tanggal masuk ke bagian
assembling dan tanggal pasien pulang. Pada proses ini akan diketahui
berkas yang kembali tepat pada waktunya dan yang terlambat kembali ke
unit rekam medis. Setelah itu berkas rekam medis di analisis untuk
mengetahui kelengkapan pengisiannya. Berkas yang tidak lengkap akan
dikembalikan ke tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pada
pasien melalui unit kerjanya.
Berkas rekam medis akan ditinggal dalam waktu yang ditentukan
dan akan diambil kembali untuk di proses ke assembling. Menurut
huffman(1994)
pada
bagian
assembling
ini
diketahui
tipe
ketidaklengkapan berkas rekam medis ada 2 yaitu:
a. Incomplate Medical Record, merupakan tipe ketidaklengkapan
berkas rekam medis ketika berkas rekam medis kembali dari unit
pelayanan.
13
b. Delinguent Medical Record, merupakan tipe ketidaklengkapan
berkas rekam medis ketika berkas sudah dimintakan kelengkapannya
kepada tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan pada pasien
dalam waktu yang telah ditentukan, tetapi setelah diambil dan
diproses ke assembling ditemukan berkas rekam medis masih belum
lengkap juga.
Untuk melakukan analisis kuantitatif dapat menggunakan 4
komponen utama pada analisis, yaitu :
a. Identitas pasien pada setiap lembar rekam medis.
b. Autentikasi dokter pada setiap tempat yang ditentukan.
c. Pengisian laporan yang penting pada berkas rekam medis, dan
d. Pendokumentasian yang baik.
Dari hasil analisis ini akan diketahui jumlah berkas rekam medis
yang terisi lengkap, terisi tidak lengkap dan tidak terisi. Hal ini dapat
dijadikan tolak ukur mutu berkas rekam medis di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Kegiatan pengecekan lembar yang harus ada pada kasus tertentu
pasien berobat di fasilitas pelayanan kesehatan juga harus dilakukan pada
kegiatan assembling. Misalnya pada pasien rawat inap setelah selesai
rawat inap dan berkas kembali di unit rekam medis maka seharusnya
ditemukan antara lain surat pengantar dirawat, persetujuan dirawat, lembar
rekam medis masuk dan keluar, lembar resume, dan resume keperawatan,.
Khusus untuk pasien yang mendapatkan tindakan medis harus terdapat
14
lembar informent consentdan hasil tindakan medis yang dilakukan(Savitri
Citra Budi,2011).
Beberapa paremeter yang dapatdilihat untuk mengetahui mutu
rekam medis di rumah sakit khususnya yang melibatkan kegiatan
assembling diantaranya:
a. Ketepatan waktu pengembalian.
b. Kelengkapan formulir pada berkas rekam medis.
c. Kelengkapan pengisian pada berkas rekam medis.
2. Subsitem pengkodean (coding)
Kegiatan pengkodean adalah pemberian penetapan kode dengan
menggunakan huruf dan angka atau kombinasi antara huruf dan angka
yang mewakili komponen data. Kegiatan yang dilakukan dalam coding
meliputi kegiatan pengkodean diagnosis penyakit dan pengkodean
tindakan
medis.
Tenaga
rekam
medis
sebagai
pemberi
kode
pertanggungjawab atas kekurangan kode (Savitri Citra Budi,2011).
Kode
klasifikasi
penyakit
oleh
WHO
(World
Health
Organization)bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan
penyakit, cidera, gejala, dan faktor yang memperngaruhi kesehatan. Sejat
tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk indonesia
menggunakan klasifikasi penyakit revisi 10 (ICD-10, International
Statistical Classification of Disease and Releted Health Problem Tenth
Revision). Namun, di indonesia sendiri ICD-10 baru ditetapkan untuk
menggantikan ICD-9 pada tahun 1998 melalui SK Menkes RI
15
No.50/MENKES/KES/SK/I/1998. Sedangkan untuk pengkodean tindakan
medis dilakukan menggunakan ICD-9CM.
Kecepatan dan ketepatan coding dari suatu diagnosa dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya tulisan dokter yang sulit dibaca,diagnosis
yang tidak spesifik, dan keterampilan petugas coding dalam pemilihan
kode. Pada proses coding ada beberapa kemungkinan yang dapat
mempengaruhi hasil pengkodean dari petugas coding, yaitu bahwa
penetapan diagnosis pasie merupakan hak, kewajiban, dan tanggungjawab
tenaga medis yang memberikan perawatan pada pasien, dan tenaga coding
di bagian unit rekam medis tidak boleh mengubah (menambah atau
mengurangi) diagnosis yang ada.
Tenaga rekam medis bertanggungjawab atas keakuratan kode dari
suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Apabila ada hal
yang kurang jelas, tenaga rekam medis mempunyai hak dan kewajiban
menanyakan
bersangkutan.
dan
berkomunikasi
Dalam
proses
dengan
coding
tenaga
mungkin
kesehatan
terjadi
yang
beberapa
kemungkinan, yaitu:
a. Penetapan diagnosis yang salah sehingga menyebabkan hasi
pengkodean salah.
b. Penetapan diagnosis yang benar, tetapi petugas pengkodean salah
menentukan kode, sehingga hasil pengkodean salah.
c. Penetapan diagnosis dokter kurang jelas, kemudian dibaca salah oleh
petugas pengkodean, sehingga hasi pengkodean salah.
16
Oleh karena itu, kualitas hasil pengkodean bergantung pada
kelengkapan diagnosis, kejelasan tulisan dokter, serta profesionalisme
dokter dan petugas pengkodean(Savitri Citra Budi,2011).
3. Subsistem indexing
Indeks dalam arti bahasa yaitu daftar kata atau istilah penting yang
terdapat dalam buku tersusun menurut abjad yang memberi informasi
tentang halaman tempat kata atau istilah tersebut ditemukan. Kegiatan
pengindekan adalah pembuatan tabulasi sesuai dengan kode yang sudah
dibuat ke dalam kartun indek. Hasil pengumpulan kode yang berasal dari
data penyakit, operasi pasien dan pengumpulan data dari indeks yang lain
sebagai bahan untuk penyajian data statistik kesehatan. Beberapa macam
indeks yang dibuat oleh bagian rekam medis diantaranya adalah:
a. Indeks utama pasien
b. indeks penyakit (rawat jalan dan rawat inap)
c. Indeks operasi
d. Indeks kematian dan
e. Indeks dokter.
Indeks utama pasien disebut juga Master Patient Indekx (MPI)
yaitu indeks yang berisi data pokok mengenai identitas pasien untuk sering
dalam wujud kartu maka sebut Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP). Data
identitas pasien tersebut meliputi:
a. Nomor rekam medis
b. Nama pasien
17
c. Tanggal lahir(umur)
d. Jenis kelamin
e. Alamat lengkap
f. Nama orang tua/wali
g. Alamat orang tua/wali
h. Tahun terakhir berobat.
Selain berwujud kartu, penggunaan indeks pasien telah banyak
menggunakan komputer. Manfaat KIUP dalam pelayanan pasien
diantaranya yaitu.
a. Untuk mencari kembali data identitas pasien terutama nomor rekam
medis, bila pasien yang pernah berobat datang kembali tanpa
membawa kartu identitas berobat (KIB)
b. Untuk mengatuhui tanggal paling akhir pasien berobat sehingga
dapat mempermudah proses pencarian berkas rekam medis yang
sudah inaktif pada kegiatan retensi (penyusutan) berkas rekam
medis
c. Sebagai alat bantu penyusunan laporan kunjungan pasien.
Menurut American Hospital Association semua indeks pasien
harus disimpan secara permanen. Hal ini berbeda dengan berkas
rekam medis yang mempunyai batas penyimpanan dalam jangka
waktu tertentu.
18
Menurut IFHRO ada beberapa macam aturan penyimpanan
KIUP, yaitu alfabetis, sistem fonetik (Shoundex Phonetic System).
Penjabaran masing-masing penyimpanan tersebut adalah.
a. Alfabetis
Sitem penyimpanan KIUP jenis ini dilakukan dengan menyusun
KIUP secara verikal urut huruf satu persatu sesuai abjad seperti di
dalam kamus. Pada metode ini nama masing-masing huruf diperhatikan,
karenaakan mempengaruhi letak penyimpanan KIUP apabila nama
pasien sama, maka KIUP diurutkan berdasarkan urutan tanggal
lahirnya. Contohnya pada nama pasien M.Hasan diletakkan sebelum
Mohamad Hasan (Savitri Citra Budi,2011).
b. Sistem fonik (phonetic system)
Sistem penyimpanan KIUP jenis ini dilakukan dengan
menyusun KIUP dalam laci-laci penyimpanan secara vertikal atas dasar
huruf pertama nama pasien diikuti oleh lafal nama pasien (bukan ejaan
nama pasien). Contoh laci-laci penyimpanan KIUP.
c. Sistemfonetik “Soundex” (Soundex Phonetic System)
Sistem
penyimpanan
KIUP
secara
fonetik
“Soundex”
dikembangkan dari phonetic filing oleh Remington Rand. Pada sistem
penyimpanan ini alfabet dimampatkan menjadi 6 huruf kunci, kecuali
huruf hidup (seperti huruf a,i,u,e,o) dan w,h,y tidak dikode.
Penyimpanan KIUP jenis ini akan menyusun KIUP berdasarkan huruf
19
pertama yang diikuti dengan huruf kode sesuai hasil pengkodean nama
pasien dengan huruf kunci tersebut (Savitri Citra Budi,2011).
Selain KIUP terdapat juga indeks lain, seperti indeks penyakit.
Indeks penyakit yaitu daftar tabulas kode-kode penyakit yang disusun
dalam masing masing daftar sesuai dengan kode penyakitnya.
Ketentuan penulisan indeks penyakit yaitu:
a. Satu jenis penyakit menggunakan satu kertas indeks
b. Setiap nama penyakit diikuti dengan penulisan kode ICD
(International Statistical Classification of Desease and Releted
Health Problem) yang berlaku (revisi ke 10 sampai 3 digit).
Indeks operasi atau tindakan medis yaitu indeks tentang
tindakan medis yang diberikan kepada pasien yang disusun kedalam
daftar tabulasi indeks sesuai dengan masing-masing kode tindakan
medisnya. Ketentuan penulisan indeks operasi yaitu:
a. Satu jenis tindakan medis dimasukkan dalam satu daftar indeks
tindakan medis
b. Setiap nama operasi diikuti dengan penulisan kode tindakan
(missal ICD-9CM atau ICOPIM). Indeks operasi berguna untuk
2) Menelusuri nomor rekam medis dan nama pasien dengan
jenis operasi yang sama.
3) Menyusun laporan jenis operasi berdasarkan umur, jenis
kelamin, wilayah/alamat, hasil pelayanan (Sembuh, dirujuk,
mati <48 jam dan 48 jam), dokter yang menangani dan
20
bagaimana cara pembayaran pasien dalam memperoleh
pelayanan tersebut (Savitri Citra Budi,2011).
4. Subsistem dan penyimpanan berkas rekam medis
Berkas rekam medis berisi data individual yang bersifat rahasia,
maka setiap lembaran formulir berkas rekam medis harus dilindungi
dengan cara dimasukan kedalam folder atau map sehingga setiap folder
berisi data dan informasi hasil pelayanan yang diperoleh pasien secara
individual
(bukan
kelompok
atau
keluarga).
Untuk
perlakukan
penyimpanan berkas rekam medis berbeda dengan penyimpanan folder
atau map perkantoran. Pada berkas rekam medis memiliki “lidah” yang
digunakan untuk menulisa nomor rekam medis dan menempelkan kode
warnanya. Ketika folder disimpan, “lidah” tersebut ditonjolkan keluar
sehingga akan tampak nomor rekm medis kode warna diantaranya
beberapa berkas rekam medis (Savitri Citra Budi,2011).
Penyimpanan berkas rekam medis bertujuan untuk:
a. Mempermudah dan mempercepat ditemukan kembali berkas rekam
medis yang disimpan dalam rak filling
b. Mudah mengambil dari tempatpenyimpanan
c. Mudah pengembaliannya
d. Melindungi berkas rekam medis dari bahaya pencurian, bahaya
kerusakan fisik, kimiawi dan biologi.
Dengan demikian maka diperlukan sistem penyimpanan dengan
mempertimbangkan jenis sarana dan peralatan yang digunakan, tersedia
21
tenaga ahli dan kondisi prganisasi. Syarat berkas rekam medis dapat
disimpan yaitu apabila pengisian data hasil pelayanan pada lembar
formulir berkas rekam medis telah terisi dengan lengkap sedemikian rupa
sehingga riwayat penyakit seorangpasien urut secara kronologi (Savitri
Citra Budi,2011).
Ditinjau dari lokasi penyimpanannya berkas rekam medis, maka
cara penyimpanannya dibagi 2 cara yaitu :
1.
Sentralisasi
Sistem penyimpanan berkas rekam medis secara sentral
yaitu suatu sistem penyimpanan dengan cara menyatukan berkas
rekam medis pasien rawat jalan, rawat darurat, dan rawat inap
kedalam satu folder tempat penyimpanan.
2.
Desentralisasi
Sistem
penyimpanan
berkas
rekam
medis
secara
desentralisasi yaitu sistem penyimpanan berkas rekam medis
pasien rawat jalan, pasien rawat darurat, dan rawat inap pada folder
sendiri dan atau ruang tersendri. Biasanya berkas rekam medis
pasien rawat jalan dan rawat darurat dijadikan satu. Sedangkan
berkas rekam medis rawat inap disimpan di ruang penyimpanan
yang lain, seperti di bangsal atau di unit rekam medis terpisah dari
tempat penyimpanan rekam medis rawat jalannya (Budi,2011 : 94).
Selain cara penyimpanan berdasarkan lokasi penyimpanan
berkas rekam medis, masih ada pengaturan penyimpanan berkas
22
rekam medis menurut jenis jenis sistem penyimpanan yang
digunakan pada fasilitas pelayanan kesehatan. Jenis sistem
penyimpananberkas rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan
sangat beragam, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
dari penyimpanan berkas di masing-masing fasilitas pelayanan
kesehatan.
Jenis
sistem
penyimpanan,meliputi;Alphabetic,
Numerik, Kronologis, Subjek(kasus, wilayah).
1. Sistem penyimpanan Alphabetic
Merupakan jenis penyimpanan berkas rekam medis
berdasarkan urutan abjad. Huruf depan nama pasien akan dijadikan
huruf kunci untuk pencarian pada rak penyimpanan.
2. Jenis penyimpanan berkas rekam medis numerik
merupakan salah satu jenis penyimpanan berkas rekam
medis yang mengikuti urutan nomor rekam medisnya. Terdapat 3
cara penyimpanan berdasarkan numerik yaitu;
a).sistem nomor langsung (straigh numerical filing)
Dikenal dengan sistem penjajaran dengan nomor langsung
yaitu suatu sistem penyimpanan berkas rekam medis dengan
menjajarkan berkas rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam
medisnya secara langsung pada rak penyimpanan.
b).sistem angka tengah (middle digit filing)
Merupakan sistem penyimpanan berkas rekam medis
berdasarkan numerik dengan urutan sistem angka tengah. Sistem
23
ini penyimpanan berkas rekam medis dengan mensejajarkan berkas
rekam medis berdasarkan urutan nomor rekam medis pada 2 angka
kelompok tengah.
c).sistem angka akhir (terminal digit filing)
Merupakan sistem penyimpanan berkas rekam medis
numerik dengan sistem angka akhir. Pada sistem ini, penjajaran
berkas rekam medis di rak filing dengan menjajarkan berkas rekam
medis berdasarkan urutan nomor rekam medis kelompok akhir.
3. Sistem penyimpanan kronologis
Jenis
penyimpanan
penyimpanan
berkas
rekam
kronologis
medis
merupakan
berdasarkan
jenis
urutan
peristiwa/kejadian pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Sebagai contoh pada fasilitas pelayanan kesehatan menyimpan
berkas rekam medis dengan cara diututkan tiap tanggal, sehingga
mungkin akan terbentuk kelompok-kelompok sesaui tanggal pasien
berobat. Secara tidak langsung penyimpanan kronologis dilakukan
dengan menyimpan berkas sesuai urutan waktu datang di fasilitas
pelayanan kesehatan. Sistem penyimpanan ini hanya cocok untuk
fasilitas pelayanan kesehatan dengan ruang lingkup yang
kecill,contohnya pada dokter praktek pribadi, praktek dokter
spesialis,dan bidan.
24
4. Sistem Penyimpanan Subjek(kasus)
Jenis
penyimpanan
subjek(kasus)
merupakan
jenis
penyimpanan berkas rekam medis berdasarkan kasus penyakit yang
diderita masing-masing pasien, misalnya rak pertama untuk
penyimpanan berkas rekam medis pada penyakit dalam, dan rak
kedua menyimpan berkas rekam medis pada kasus penyakit
jantung, dan seterusnya.
5.
Sistem Penyimpanan Wilayah
Sistem penyimpanan berdasarkan wilayah merupakan jenis
penyimpanan berkas rekam medis berdasrkan wilayah yang ada
dilingkup
fasilitas
pelayanan
kesehatan
berada.
Rak-rak
penyimpanan berkas rekam medis akan dikelompokan berdasrkan
nama wilayah yang ada, sehingga berkas rekam medis pasien akan
disimpan
berdasarkan
penyimpanan
wilayah
wilayah
ini
tempat
sering
tinggalnya.
disebut
dengan
Sistem
sistem
penyimpanan Family folder. Umumnya dalam satu berkas rekam
medis digunakan pleh satu keluarga dan masing-masing formulir
diberi tambahan kode khusus untuk menandai kode rekam medis
ayah, ibu dan anak. Fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan untuk menggunakan sistem ini adalah puskesmas.
Hal
ini
kerna
terkait
dengan
tugas
puskesmas
yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya.
Sehingga dengan sistem ini akan diketahui banyaknya masyarakat
25
yang berobat atau sakit dari masing masing wilayah, sehingga
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan penanganan
kesehatan di wilayah tersebut.
Dari beberapa jenis sistem penyimpanan berkas rekam
medis di atas sistem penyimpanan yang paling cocok untiik
penyimpanan berkas rekam medis di rumah sakit, yaitu sistem
penyimpanan berdasarkan nomor dengan terminal digit filing.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang bermula dari ruang lingkup
yang kecil kemudian berkembang menjadi besar biasanya belum
menggunakan sistem penyimpanan terminal digit filing. Sehingga
ada beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan
perubahan sistem penyimpanan rekam medisnya. Perubahan sistem
penyimpanan rekam medis di fasilitas pelayanan kesehatan bisa
saja terjadi. Hal ini merupakan beberapa faktor diantaranya
semakin banyak pasien yang berobat, semakin berkembangfasilitas
pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pengelolaan rekam
medis. Perubahan sistem penyimpanan dalam dilakukan dengan
tahap langkah-langkah dibawah ini:
1)Rencanakan dengan matang tanggal mulai perubahan sistem
penyimpanan, termasuk persiapan rak tempat penyimpanan berkas
rekam medis, prosedur penyimpanan dengan sistem berkas rekam
medis, prosedur penyimpanan dengan sistem yang baru, dan
sumber daya manusia yang akan melakukan perubahan.
26
2) Pada tanggal yang telah ditentukan, mulai menyimpan berkas
rekam medis dengan sistem penyimpanan yang baru. Sehingga
setiap kali berkas yang dikembalikan ke ruangan penyimpanan
mulai disimoan di rak yang baru.
3) Tuliskan pada tracer untuk berkas rekam medis yang telah
berpindah ke rak penyimpanan yang baru.
4) Selain menunggu pasien meminta berkas untuk pelayanan dan
ketika dikembalikan disimpan di rak yang baru dengan sistem yang
baru, lakukan secara bertahap pemindahan penyimpanan rekam
madis dari rak lama ke rak baru dengan sistem yang baru dengan
tetap menyisipkan tracer pada rak penyimpanan yang lama. Hal ini
dilakukan untuk kontrol terhadap keberadaan berkas rekam medis
(Savitri Citra Budi,2011).
5. Subsistem retensi berkas rekam medis
petunjuk teknis pengadaan formulir rekam medis dasar dan
pemusnahan arsip rekam medis di rumah sakit, untuk pertama kali
sebelumnya melakukan proses retensi harus terlebih dahulu ditetapkan
jadwal retensi arsip rekam medis.
Dalam pelaksanaan retensi perlu dipertimbangkan adalah:
1) Ketersedia ruang penyimpanan (filling) biasanya selama masih
mencukupi maka pihak rumah sakit masih “belum minat” untuk
melakukan penyusutan berkas rekam medis.
27
2) Tingkat penggunaan rekam medis, misalnya kalau di rumah sakit
tersebut sering dilakukan penelitian atau sebagaimana sarana
pendidikan maka umumnya rumah sakit akan menyimpannya lebih
lama.
3) Kasus-kasus yang terkait masalah hukum (medico-legal)
biasanya juga disimpan lebh lama sampai 20 tahun misalnya kasus
pembunuhan, penganiyayaan, pemerkosaan, pengguguran dan
sebagiannya (Savitri Citra Budi,2011).
penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengguran
arsip dari rak penyimpanan dengan cara;
a. Memindahkan arsip rekam medis inaktif dari rak aktif ke rak
inaktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai
dengan tahun kunjungan.
b. Memirofilmisasi berkas rekam medis inaktif sesuai ketentuan
yang berlaku.
c. Memusnakan berkas rekam medis yang telah dimikrofilm
dengan cara tertentu sesuai ketentuan.
d. Membuat
berita
acara,
pemindahan
dan
pelaksanaan
pemusnahan arsip dlakukan setelah mendapatkan persetujuan
pimpinan untuk kerja.
pemusnahan adalah suatu proses kegiatan penghancuran
secara fisik arsip rekam medis yangtelah berakhir fungsi dan nilai
gunanya rendah. Penghancuran harus dilakukan secara total dengan
28
cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak
dapat dikenali lagi isi maupun bentuknya. Proses kegiatan
penghancuran termasuk kegiatan penilaian dan pemilahan berkas
rekam medis yang akan di musnakan (Savitri Citra Budi,2011).
Pemusnahan berkas rekam medis dapat dilakukan dengan
mengikuti tahapan yang telah ditentukan. Menurut Sugianto dan
Wahyono(2005),
pemusnahan
arsipdapat
dilakukan
dengan
langkah-langkah:
1)
Seleksi,
untuk
memastikan
arsip-arsip
yang
akan
dimusnahka;
2)
Pembuatan daftar jenis arsip yang akan dimusnahkan(daftar
pertelaan);
3)
Pembuatan berita acara pemusnahan arsip;
4)
Pelaksanaan pemusnahan dengan saksi-saksi.
Menurut
surat
edaran
Dirjen
NO.HK.00.06.1.5.01160
tentang
petunjuk
Pelayanan
teknis
medik
pengadaan
formulir rekam medis dasar dan pemusnahan arsip rekam medis di
rumah sakit, tim pemusnahan harus membuat dokumentasi
pemusnahan berkas rekam medis yang terdiri dari:
1) Pembuatan daftar pertelaan
Petunjuk pengisian daftar pertelaan rekam medis inaktif yang
dimusnakan:
a)Nomor: nomor unit arsip rekam medis
29
b)Nomor rekam medis : nomor arsip rekam medis yang akan
disimpan
c)Tahun : tahun terakhir kunjungan pelayanan pasien
dirumah sakit
d)jangka waktu penyimpanan: menunjukan jangka/tanggang
waktu yang ditentukan pleh komite rekam medis untuk
penyimpanan arsip rekam medis inaktif yang mempunyai
nilai guna tertentu
e)Diagnosa akhir : diagnosa penyakit pasien pada saat
terakhir dilayani diunit pelayanan rumah sakit atau diagnosa
yang paling dominan bagi pasien yang mempunyai lebih dari
satu diagnosa.
2) Pembuatan berita acara
Tim pemusnahan membuat berita acara pemusnahan yang
ditandatangani oleh ketua dan sekertaris dan diketahui oleh direktur
rumah sakit. Berita acara pemusnahan rekam medis yangasli
disimpan di rumah sakit. Lembar kedua di krim ke pelik rumah
sakit (rumah sakit vertikal kepada Dirjen pelayanan medik).
Khusus untuk rekam medis yang sudah rusak/tidak terbaca dapat
langsung dimusnahkan denganterlebih dahulu membuat pernyataan
di atas kertas segel oleh direktur rumah sakit.
30
E. Alur dan Proseur Berkas Rekam Medis
1. Pengertian alur
Alur adalah suatu gambaran tentang bahan tahapan
pelayanan dari awal pasien datang sampai pelayanan berakhir atau
pulang dari suatu pelayanan kesehatan (Budi, 2011 : 32).
2. Bagian Alir Program
Bagan alir program (program flowchart) merupakan bagan
yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah dari proses
program.bagan alir program dibuat dari dirivikasi bagan alir
sistem. Bagan alir program dibuat dengan menggunakan simbolsimbol sebagai berikut ini.
Tabel 2.1 Bagan Alir Program
No
Nama Simbol
a.
Input/Output
Simbol
Keterangan
Simbol
symbol)
input/otput(input/output
digunakan
untuk
mewakili data input/output.
b.
Proses
Simbol proses digunakan untuk
mewakili suatu proses.
c.
Garis Alir
Simbol garis alir (flow lines
symbol)
digunakan
untuk
menunjukkan arus dari proses.
d.
Penghubung
Simbol penghubung (connector
31
No
Nama Simbol
Simbol
Keterangan
symbol)
digunakan
untuk
menunjukkan sambungan dari
bagan alir yang terputus di
halaman yang masih sama atau
dihalaman lainnya.
e.
Keputusan
Simbol
keputusan
(decission
symbol) digunakan untuk suatu
penyeleksian
kondisi
didalam
program.
f.
Proses
Simbol
Terdefinisi
(predifined
proses
terdefinisi
process
symbol)
digunakan untuk menunjukkan
suatu operasi yang rinciannya
ditunjukkan di tempat lain.
g.
Persiapan
Simbol persiapan (preparation
symbol)
digunakan
untuk
memberi
nilai
suatu
awal
besaran.
h.
Titik Terminal
Simbol titik terminal digunakan
untuk menunjukkan awal dan
akhir dari suatu proses
(Jogiyanto, 2011: 802-803).
32
3.Pengertian prosedur
Prosedur adalah serangkaian langkah dari hubungan
sebagai pedoman pekerjaan sehingga mencapai tujuan yang telah
ditentukan (Budi, 2011 : 36).
F. Standar Prosedur Operasional
Standart prosedur operasional, selanjutnya disingkat SPO
adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu, atau langkah yang
benar dan terbaik berdasarkan konsensus bersama melaksanakan
berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh fasilitas
pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi (Permenkes, 2010:1).
1. Fungsi Standar Prosedur Operasional
a.
Dijadikan sebagai panduan bagi seluruh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan
b.
Memberikan jaminan
kepada pasien untuk memperolah
pelayanan yang berdasarkan pada nilai ilimiah sesuai dengan
kebutuhan medis pasien
c.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan yang
diberikan (permenkes, 2010:5).
33
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan masalah dan tujuan yang telah ditetapkan serta
didukung kerangka teori, maka dapat dilihat input,output dan prosesnya
sebagai berikut.
1.
2.
Petugas
Sistem
Pendistribusan
rekam medis
pendistribusian
berkas rekam medis
berkas rekam
berkas rekam medis
yang cepat dengan
medis rawat
rawat jalan
lama
jalan
3.
SOP
waktu < 10 menit
34
H. Definisi Operasional
Tabel 2.2 Definisi Konsep
NO
1
Variabel
Petugas rekam medis
Definisi teori
Definisi Operasional
Petugas sebagai aktitivitas seseorang
Orang yang bertugas atau yang mempunyai
Sekelompok dan atau organisasi baik
wewenang untuk melakukan pekerjaan di unit
Langung maupun tidak langsung untuk rekam medis
memenuhu kebutuhan (Pasalog 2010).
2
Berkas rekam medis rawat
Rekam medis merupakan kumpulan fakta Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan
Jalan
tentang kehidupan seseorang dan
dan
dokumen
tentang
identitas
pasien,
Riwayat penyakitnya termasuk keadaan pemeriksaan, pengobatan,
sakit,pengobatan saat ini atau saat lampau Tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada
( Gemala Hatta).
3
SOP
Suatu
pedoman
sarana pelayanan kesehatan.
atau
acuan
untuk Kebijakan yang dibuat oleh rumah sakit, sebagai
melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan dasar atau pedoman dalam melakukan tugasnya
fungsi (Tjipto Atmoko).
4
masing-masing.
Sistem pendistribusian
Berkas rekam medis bersifat sangat Pengiriman atau pengantaran berkas rekam medis
Berkas rekam medis
rahasia sehingga tidak semua orang bisa rawat jalan ke unit rawat jalan yang dituju.
35
membawanya, pengiriman berkas rekam
medis dilakukan dengan cara tangan dari
satu ketempat lainnya. oleh karena itu
bagian rekam medis harus membuat suatu
jadwal
dalam
pengambilan
dan
pengiriman berkas (Dirjen yanmed 2006)
5
Pendistribusan
berkas Efisien adalah apabila sebuah lembaga Kegiatan pengiriman atau pengantaran berkas
rekam medis yang cepat
dapat bekerja secara optimal sehingga rekam medis pasien yang cepat dangan lama
dengan lama waktu < 10
menit
mendapat tujuan
yang diharapkan waktu kurang dari atau sama dengan 10 menit.
(supriyono).
36
I. Matriks Penelitian
Tabel 2.3 Matriks Penelitian
No
1
Judul
Tujuan
Evaluasi penyediaan Menganalisa
dan pendistribusian Penyediaan
Variabel
Jenis Penelitian
Berkas
Penelitian ini
rekam
Menggunakan mix
medis
metode
berkas rekam medis dan pendistribusian
di poliklinik Rumah berkas rekam medis
Hasil Penelitian
Perbedaan
Deskriptif
Berkas rekam medis Bagaimana
yamg
tepat
sesuai
waktu penyediaan
rekam
dengan medis pasien rawat
permenkes nomor 129 jalan , pasien lama
Sakit umum daerah di poliklinik rumah
tahun 2008 sebanyak pada klinik penyakit
kota yogyakarta
sakit umum daerah
15 berkas rekam medis dalam di RSUD Kota
kota yogyakarta
atau 3,80% dari 399 Yogyakarta
berkas rekam medis,
sedangkan
berkas
rekam
medis
96,20%
dari
atau
399%
berkas rekam medis.
Total dari 10 Poliklinik
yang
berkas
rekam
Persamaan
37
medis
datang
tepat
waktu
sebanyak
15
berkas rekam medis.
2
distribusi Menganalisa sistem Berkas
Sistim
berkas rekam medis pendistribusian
untuk
rekam
keperluan berkas rekam medis
rawat jalan di rumah dibagian filling
sakit
termasuk penelitian pandanaran semarang mengatur
deskriptif,
medis
hermina
Rumah sakit hermina Sudah ada SPO yang Deskriptif
Penelitian ini
yaitu tidak
menggambarkan
yang diteliti
semarang
mempunyai pendistribusian
petugas tetap dibagian berkas rekam medis
data sesuai objek filling
pandaranan
tentang
pembagian
karena rawat jalan
tugas
di
instalasi rekam medis
masih merangkap
3
Tinjauan
prosedur Melakukan
dokumen
rekam
medis
filling
Berkas
identifikasi terhadap
rekam
pelayanan dokumen
dari
rekam
medis
Penelitian
merupakan
penelitian
medis
deskriptif
Deskriptif
pelayanan Melakukan
identifikasi terhadaap
dokumen rekam medis
prosedur pelayanan
poliklinik di filling DRM poliklinik dari
filling
RSUD
rsud
tugurejo
Tugurejo semarang
ini Prosedur
38
rsud
tugerejo poliklinik dari filling
rsud
semarang
mengenai
tugurejo
pelayanan
belum sesuai dengan
semarang
teori dokumen rekam
medis poliklinik.
4
Faktor-faktor
yang Faktor-faktor
mempengaruhi
distribusi
yang Berkas
mempengaruhi
rekam
berkas keterlambatan
rekam medis rawat pendistribusian
jalan rsud cibinong
berkas rekam medis
Penelitian
ini Berdasarkan
Penelitian
dilakukan
dengan pengamatan
peneliti, dilakukan
menggunakan
medis
dengan menyebabkan
jenis kegiatan yang, menggunakan
penelitian kualitatif memakan waktu lama penelitian
dan kuatitatif
ini Faktor-faktor yang
keterlambatan
kualitatif pendistribusian
adalah pada jeda antar dan kuantitatif.
berkas
rawat jalan di rsud
waktu
medis
cibinong
bukti daftar pasien oleh
pengambilan
petugas distribusi dan
waktu
pengumpulan
berkas rekam medis
(pencairan pencatatan)
oleh petugas pencarian
berkas rekam medis
rekam
39
5
Tinjauan
Mengetahui
pendistribusian
pendistribusian
Berkas
penelitian pihak
yang
digunakan bertanggung
adalah
deskriptif, dalam pendistribusian digunakan
yaitu
penelitian dokumen rekam medis pendistribusianberkas
rumah sakit umum umum daerah Dr.
yang
dilakukan rawat
daerah
dengan
dokumen
rekam dokumen rawat jalan
medis rawat jalan di di
ngawi
rekam
rumah
Dr.soeroto soeroto ngawi
sakit
medis
yang Mengetahui
buku Dokumen
medis
yang
Jenis
jalan rekam medis
berdasarkan
menjelaskan
atau awal,
jawab catatan
pihak
survei
yang
menggambarkan
bertanggung
tentang
dalam pendistribusian
pendistribusian
kartu kuning sudah di
dokumen
medis .
jawab
rekam atur dalam prosedur
tetap rumah sakit yaitu
dibawa
oleh
secara langsung.
pasien
dalam
rekam
40
J. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
1. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini meneliti
tentang Tinjauan alur pendistribusian berkas rekam medis rawat
jalan. Sedangkan penelitian terdahulu membahas tentang Evaluasi
penyediaan dan pendistribusian berkas rekam medis di poliklinik
rumah sakit umum daerah kota yogyakarta penelitian terdahulu
menggunakan jenis penelitian ini menggunakan mix metode yaitu
kuantitatif dan kualitatif.
2. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini meneliti
tentang Tinjauan alur pendistribusian berkas rekam medis rawat
jalan. Sedangkan penelitian terdahulu meneneliti tentang sistem
distribusi berkas rekam medis untuk keperluan rawat jalan di
rumah sakit
hermina pandanaran semarang dan penilitian
dilakukan di rumah sakit hermina pandanaran semarang. penelitian
ini dilakukan pada tahun 2019, sedangkan penelitian terdahulu
dilakukan pada tahun 2014.
3. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini meneliti
tentang Tinjauan alur pendistribusian berkas rekam medis rawat
jalan. Sedangkan penelitian terdahulu meneliti tentang tinjauan
prosedur dokumen rekam medis dari filling rsud tugurejo
semarang.
41
4. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu
meneliti tentang faktor-faktor yang memperngaruhi distribusi
berkas rekam medis rawat jalan cibinong dan peneliti ini
melakukan penelitian dengan judul tinjauan alur pendistribusian
berkas rekam medis rawat jalan.
5. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian terdahulu
meneliti tinjauan alur pendistribusian berkas rekam medis rawat
jalan di rumah sakit umum daerah Dr.soeroto ngawi, perbedaan
terletak pada lokasi,waktu penelitian dan pendekatan penelitian
terdahulu menggunakan penelitian deskriptif dengan secara
pendekatan cross sectional.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendektan kuantitatif, yaitu sebuah desain penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
dalam masyarakat survey deskriptif digunakan untuk menggambarkan
memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok
penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas (Notoatmodjo,2012:36).
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Multazam pada bulan
maret-juli tahun 2019. Keberadaan Rumah Sakit Multazam merupakan rumah
sakit swasta yang pada tanggal 8 mei 2017 tergolong dalam Rumah Sakit tipe
D yang dipimpin oleh direktur dr.Syahruddin Sam Biya. Rumah Sakit ini
memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang ditunjang dengan layanan
dokter spesialis serta beberapa fasilitas dan pelayanan medis lainnya.
Pendirian Rumah Sakit Multazam atas gagasan 6 dokter ahli sekaligus
sebagian pemegang dari PT.Multazam. Pembangunan gedung Rumah Sakit di
mulai pada tahun 2012 dan selesai didirikan pada tahun 2015.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah berkas rekam medis rawat jalan
pada bulan januari sampai bulan juli 2019 sejumlah 2246 berkas, sampelnya
sejumlah 100 barkas. dengan menggunakan rumus besar sampel Slovin
42
43
(1960) seperti dibawah ini, untuk mendapatkan sampel peneliti menggunakan
teknik aksedintal sampling yaitu ketika pasien datang berkunjung yang
ditemukan pada saat itu dijadikan sebagai sampel hingga memenuhi 100
sampel.
n=
N
1 + Ne²
=
2246
1 + 2246 (0,1)²
=
2246
2247 . ( 0,1)²
=
2246
2247 . (0,01)
=
2246
22,47
=
99,95
=
100
D. Data dan Sumber data
1.
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi di unit rekam medis khususnya dibagian staf rekam medis.
2.
Data sekunder adalah melakukan pengamatan terhadap lama waktu
pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan.
44
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
a.
Metode Observasi
Suatu proses yang berencana meliputi melihat dan mencatat
jumlah serta aktifitas tertentu yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti (Notoatmodjo,2002). Dengan metode ini peneliti memperoleh
data tentang faktor-faktor yang menghambat alur pendistribusian berkas
rekam rawat jalan.
b.
Telaah Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang. Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau
informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dengan
metode ini peneliti melihat dan mencatat data yang dibutuhkan untuk
mengetahui alur pendistribusian berkas rekam medis pasien.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini bersumber dari
hasil pengamatan terhadap lama waktu pendistribusian berkas rekam
medis rawat jalan di Rumah Sakit Multazam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Bagaimana Alur Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat
Jalan.
Berikut adalah hasil observasi di Rumah Sakit Mutazam Kota
Gorontalo
Tabel 4.1 Pendistribusian Berkas Rekam Medis
No
Prosedur
1
Instalasi terkait meminjam berkas rekam
medis pada instalasi rekam medis yang
dilaksanakan diruangan penyimpanan.
2
3
4
Pendistribusian Berkas
rekam medis
Sesuai
Tidak
sesuai

Petugas rekam medis melakukan pencatatan
peminjaman berkas rekam medis pada buku
ekspedisi berkas rekam medis keluar.
Petugas distribusi pada instalasi rekam medis
menyortir berkas rekam medis pada rak sortir
sesuai nama peminjam poliklinik.


Petugas distribusi pada instalasi rekam medis
mendistribusikan berkas rekam medis ke
poliklinik tujuan.
Alur pendistribusian berkas rekam medis di rumah sakit
multazam menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis.
Alur pendistribusian di Rumah Sakit Multazam masih manual. dimana
ketika pasien datang berobat ke unit pelayanan/poliklinik, pasien
mengambil nomor antrian setelah itu petugas TPP menanyakan apa
pasien sudah pernah berobat atau tidak lalu petugas meminta kartu
45

46
BPJS untuk mengetahui identitas pasien dan mencari berkas rekam
medis pasien di tempat penyimpanan setelah berkas rekam medis
pasien ditemukan, petugas TPP (Tempat penerimaan pasien)
memberikan berkas tersebut kepada pasien atau keluarga dari pasien
yang berobat di unit pelayanan/poliklinik dan tidak melakukan
pencatatan pada buku peminjaman berkas rekam medis yang keluar
dari rak penyimpanan.
2. Lama Waktu Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
sampai di Unit Pelayanan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti tentang
lama waktu pendistribusian berkas rekam medis di Rumah Sakit
Multazam sebagai berikut. (lampiran 1)
Tabel 4.2 Lama Waktu Pendistribusian Berkas Rekam medis
Rawat jalan sampai di unit pelayanan
No
Jumlah Berkas
Rekam medis
Standar Waktu
Standar waktu di rumah
sakit multazam (n=100)
1
< 10 Menit
60
60%
Total Lama
Waktu
Distribusi
(Menit)
301
2
> 10 Menit
40
40%
489
ʄ
%
Rata-rata
Lama Waktu
distribusian
(Menit)
5,01
12,22
Sumber : Data Primer, Tahun 2019.
Berdasarkan tabel diatas, hasil pengamatan terhadap 100
berkas rekam medis rawat jalan, diketahui bahwa pendistribusian
Keterangan
Sesuai
Tidak Sesuai
47
berkas rekam medis yang telah memenuhi standar (< 10 menit) ada
60% dengan rata-rata waktu pendistribusian 5 menit, sedangkan
pendistribusian berkas rekam medis yang belum memenuhi standar
( >10 menit) ada 40% dengan rata-rata waktu 12 menit. Penyebab
keterlambatan pendistribusian tersebut dikarenakan
1. Ketersedian SOP (Standar Prosedur Operasional).
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit
Multazam,
tidak
adanya
ketersediaan
SOP
untuk
alur
pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan. Segala kegiatan
yang ada di Rumah Sakit tersebut tidak menggunakan pedoman
serupa Standar Operasional Prosedur, hal ini sangat berpengaruh
pada petugas/pegawai Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya
dimana akan memperlambat kerja petugas/pegawai.
2. Penggunaan tracer
Berdasarkan hasil pengamatan di Rumah Sakit Multazam
tidak ada penggunaan tracer pada pendistribusian berkas rekam
medis, ketika pasien datang berobat ke unit pelayanan/poliklinik
dimana berkas tersebut diberikan kepada pasien tanpa memberikan
tanda apapun pada rak penyimpanan, ini sangat berpengaruh
karena bagaimana nanti petugas TPP mengetahui bahwa berkas
rekam medis pasien yang berobat sudah kembali atau tidak dan
dampaknya akan lebih menyusahkan petugas TPP (Tempat
penerimaan Paien).
48
3. Petugas distribusi yang mengantar dokumen rekam medis
menuju poliklinik.
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit
Multazam pendistribusian berkas rekam medis dari pasien
mendaftar sampai berkas pasien tiba di unit pelayanan belum
sesuai, pendistribusian berkas rekam medis di Rumah Sakit
Multazam masih kurang efektif, dimana berkas rekam medis di
distribusikan oleh pasien sendiri.
4. Tempat penyimpanan berkas rekam medis rawat jalan
Hasil pengamatan penyimpanan di Rumah Sakit Multazam
berkas rekam medis rawat jalan dipisahkan dengan berkas rekam
medis rawat inap dimana rumah sakit telah menerapkan sistem
desentralisasi atau pemisahan tempat/lokasi penyimpanan berkas
rekam medis. Tapi tempat atau penyimpanan berkas rekam medis
tersebut belum maksimal karena letaknya tempat penyimpanan
rawat jalan di depan pintu masuk rumah sakit multazam dengan
keadaan terbuka atau tidak dalam ruangan tersendiri, berkas rekam
medis rawat jalan satu ruang dengan petugas TPP (tempat
penerimaan pasien) dengan tempat yang sangat sempit.
5. Kurangnya petugas pendistribusian berkas rekam medis
Hasil pengamatan penulis di Rumah sakit Multazam
kekurangan
petugas
rekam
medis,
khusunya
di
bagian
pendistribusian berkas rekam medis, pendistribusian berkas rekam
49
medis di Rumah Sakit Multazam dilakukan oleh pasien sendiri
ketika pasien datang berobat di unit pelayanan/poliklinik petugas
TPP mengambil berkas rekam medis pasien lalu diberikan kepada
pasien atau keluarga pasien sering juga dilakukan oleh petugas
TPP. Hal ini tentunya kurang efektif karena masing-masing
petugas mempunyai tanggung jawab sendiri.
6. Tidak menggunakan map pada berkas rekam medis pasien
Hasil pengamatan di Rumah Sakit Multazam bahwa
dokumen berkas rekam medis pasien banyak yang belum terisi
dalam map, ada juga berkas rekam medis pasien yang tertumpuk
terletak dibawah meja petugas TPP (Tempat Penerimaan Pasien).
7. fasilitas yang kurang memadai
Rekam
Medis
di
Rumah
Sakit
Multazam
belum
menggunakan sistem komputerisasi. Apabila ada pasien yang
datang untuk berobat, berkas rekam medis pasien masih dibawah
sendiri
oleh
pasien
untuk
di
distribusikan
ke
unit
pelayanan/poliklinik. Seharusnya dengan menggunakan sistem
komputerisasi, maka dapat mempermudah penyampaian atau
pencarian informasi pasien, misalnya terdapat pasien yang
memiliki nomor ganda, atau pasien lama tidak berkunjung
8. Tidak adanya penggunaan kartu KIB (Kartun Identitas Berobat)
Hasil pengamatan yang penulis dapatkan di Rumah Sakit
Multazam di alur pasien rawat jalan, tidak menggunakan kartu
50
KIB ( Kartu Identitas Berobat), dulu perna tapi dihentikan. Dengan
tidak menggunakan kartu KIB pada saat penerimaan pasien salah
satu faktor yang menghambat pendistribusian berkas rekam medis.
B. Pembahasan Penelitian
1. Bagaimana Alur Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat
Jalan
Pelaksanaan sistem distribusi berkas rekam medis diawali oleh
kegiatan pendaftaran pasien rawat jalan, pendistribusian berkas rekam
medis yang cepat dan tepat adalah tujuan utama dalam kegiatan
pendistribusian berkas rekam medis yang membawa pengaruh terhadap
pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien. Untuk menunjang
kegiatan pendistribusian berkas rekam medis diperlukan saranan yang
memadai
serta
adanya
kelengkapan
administrasi
seperti
bon
peminjaman tracer, buku ekspedisi dan adanya tenaga pendistribusian
berkas rekam medis, pendistribusian berkas rekam medis adalah suatu
proses penyebaran berkas rekam medis ke tiap polilinik yang dituju
oleh pasien yang sesuai dengan nomor rekam medis ( Fajrianto
Saputro,2008).
Alur pendistribusian berkas rekam medis di rumah sakit
multazam menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis.
Alur pendistribusian di Rumah Sakit Multazam masih manual dimana
ketika pasien datang berobat ke unit pelayanan/poliklinik, pasien
mengambil nomor antrian setelah itu petugas TPP meminta kartu BPJS
51
untuk mengetahu identitas pasien dan mencari berkas rekam medis
pasien di tempat penyimpanan setelah berkas rekam medis pasien
ditemukan, petugas TPP (Tempat Pendaftaran Pasien) memberikan
berkas tersebut kepada pasien atau keluarga dari pasien yang berobat
di unit pelayanan/poliklinik. Seharusnya pendistribusian yang berperan
penting adalah petugas distribusi agar dapat menjamin kerahasiaan
berkas rekam medis pasien dan meningkatkan mutu pelayanan.
2. Lama Waktu Pendistribusian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan
s/d Unit Pelayanan
Penyelenggaraan sistem rekam medis yang baik, salah satunya
harus ditunjang oleh sistem pendistribusian berkas rekam medis.
Pendistribusian berkas rekam medis yang baik adalah pendistribusian
berkas rekam medis yang cepat, tepat dan efisien. Jika waktu dalam
pendistribusian berkas rekam medis lama, maka akan menghambat
pelayanan kesehatan yang akan diberikan dokter kepada pasien, karena
dokter tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
tanpa adanya berkas rekam medis pasien tersebut. Pendistribusian
berkas rekam medis harus dapat mendukung pelayanan kesehatan,
Khususnya pelayanan rawat jalan yang bemutu (Ferlina Mauren,
2011).
Departemen Kesehatan telah memberikan Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit, Khususnya bagi Pelayanan Rekam Medis
dalam penyediaan dokumen rekam medis rawat jalan dibutuhkan
52
waktu kurang dari atau sama dengan 10 menit ( < 10 menit) sampai
berkas tiba di unit pelayanan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
100 berkas rekam medis, diketahui bahwa pendistribusian berkas
rekam medis yang telah memenuhi standar (< 10 menit) ada 60%
dengan
rata-rata
waktu
pendistribusian
5
menit,
sedangkan
pendistribusian berkas rekam medis yang belum memenuhi standar (
>10 menit) ada 40% dengan rata-rata waktu 12 menit.
Dengan standar yang telah ditetapkan dan hasil wawancara
dengan petugas rawat jalan dalam 1 hari banyak pasien 15 sampai 20
orang. banyaknya pasien rawat jalan yang berkunjung membuat
petugas penerimaan pasien rawat jalan bekerja secara maskimal.
Namun, tetap saja ditemukan faktor-faktor yang menyebabkan
pendistribusian rekam medis melebihi standar waktu yang telah
ditetapkan.
Penyebab dari keterlambatan pendistribusian berkas rekam
medis tersebut dikarenakan ;
1. Pendistribusian rekam medis dengan melihat ketersediaan SOP
(Standar Operasional Prosedur).
Standar Operasional Prosedur adalah dokumen yang
berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara kronologis untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh
hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang
serendah-rendahnya (Laksmi,2008:52).
53
Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai
berikut
a) Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau
kondisi tertentu dan kemana petugas dan lingkungan dalam
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
b) Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi
sesama pekerja dan supervisor.
c) Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan
demikian menghindari dan mengurangi konflik), keraguan,
duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan
kegiatan.
d) Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan
e) untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya
secara efisien dan efektif.
f) Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung
jawab dari petugas yang terkait.
g) Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai
pelaksanaan proses kerja bila terjadi sesuatu kesalahan atau
dugaan mal praktek dan kesalahan administratif lainnya,
sehingga sifatnnya melindungi rumah sakit dan petugas.
h) Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.
i) Sebagai dokumen sejarang bila telah di buat revisi SOP
yang baru (Indah Puji, 2014:30).
54
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit
Multazam, tidak adanya SOP untuk alur pendistribusian berkas
rekam medis rawat jalan. Segala kegiatan yang ada di Rumah Sakit
tersebut tidak menggunakan pedoman serupa Standar Operasional
Prosedur, hal ini sangat berpengaruh pada petugas/pegawai Rumah
Sakit dalam menjalankan tugasnya dimana akan memperlambat
kerja petugas/pegawai serta tidak menjamin Standar Pelayanan
Minimal yang seharusnya diterapkan. dengan adanya SOP dapat
menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik
atau tidak. SOP berupa pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dan
menjadikan pekerjaan dilakukan secara konsisten. menjadi ukuran
untuk kinerja pegawai dan mengetahui apa yang harus dicapai
dalam setiap pekerjaan.
2. Tracer
Menurut Hatta (2009), bila rekam medis lama diambil dan
dipindahkan tempatnya ke nomor yang baru maka tempat yang
lama akan diberi tracer yang menunjukan rekam medis yang
disimpan atau dipindahkan. Tanda petunjuk tersebut diletakkan
menggantikan
tempat
rekam
medis
yang
lama.
Menurut
International Federation of Healt information management
associations (IFHIMA,2012) tracer (outgaide) yaitu pengganti
rekam medis yang akan dikeluarkan dari penyimpanan dalam
tujuan apapun, tracer harus dibuat dari bahan yang kuat dan
55
berwarna. Tracer dalam berkas rekam medis digunakan sebagai
petunjuk
keluar
masuk
berkas
rekam
medis
dari
rak
penyimpanan.Penggunaan tracer dalam berkas mempermudah
petugas dalam pendistribusian dan pengambilan berkas rekam
medis di rak penyimpanan.
Berdasarkan hasil pengamatan di Rumah Sakit Multazam
tidak ada penggunaan tracer pada pendistribusian berkas rekam
medis, ketika pasien datang berobat ke unit pelayanan/poliklinik
dimana berkas tersebut diberikan kepada pasien tanpa memberikan
tanda apapun pada rak penyimpanan, ini sangat berpengaruh
karena bagaimana nanti petugas TPP mengetahui bahwa berkas
rekam medis pasien yang berobat sudah kembali atau tidak dan
dampaknya akan lebih menyusahkan petugas TPP karena jika
berkas tersebut hilang dan tidak diketahui oleh petugas TPP ketika
pasien datang berobat kembali petugas TPP akan sulit menemukan
dan akan sibuk mencarinya.
3. Petugas
distribusi
yang
bertanggung
jawab
dalam
pendistribusian berkas rekam medis.
Menurut Dirjen yanmed(2006:96). Rekam medis bersifat
sangat rahasia dan tidak semua orang bisa membawanya, maka
peran distribusi sangat penting dalam penyelenggarakan rekam
medis. Ada cara untuk mengirim berkas rekam medis rumah sakit,
pengiriman dilakukan dengan cara tangan dari tempat satu ke
56
tempat lainnya. Oleh karena itu, bagian rekammedis harus
membuat jadwal pengiriman.
Hasil pengamatan yang dilakukan penulis di Rumah Sakit
Multazam pendistribusian berkas rekam medis dari pasien
mendaftar sampai berkas pasien tiba di unit pelayanan belum
sesuai, pendistribusian berkas rekam medis di Rumah Sakit
Multazam masih kurang efektif, dimana berkas rekam medis di
distribusikan oleh pasien sendiri dan belum sesuai dengan
Permenkes 129/Menkes/SK/2008 tentang Standar Pelayanan
minimal rumah sakit, dimana pendistribusian di Rumah Sakit
Multazam masih mengalami keterlambatan dan ada beberapa
faktor yang menyebabkan keterlambatan tersebut antara lain,
kurangnya prtugas rekam medis atau lebih intinya dibagian
pendistribusian berkas rekam medis, berkas rekam medis rawat
jalan belum menggunakan map. tempat penyimpanan yang sangat
sempit dan fasilitas-fasilitas yang kurang memadai.
4. Tempat penyimpanan
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis salah satu
faktor yang sangat penting dalam pemberian pelayanan di rumah
sakit. Sistem penyimpanan dokumen rekam medis meberikan
ketersediaan data tentang segala pelyanan yang telah diberikan
kepada pasien. Oleh karena itu penyimpanan dokumen rekam
medis harus dikelolah dengan baik untuk dapat memberikan
57
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Menurut permenkes 269
tahun 2008 tentang rekam medis, ruang penyimpanan dokumen
rekam medis dapat digunakan untuk menampung dokumen rekam
medis sampai 5 tahun ( Depkes,2006).
Hasil pengamatan penyimpanan di Rumah Sakit Multazam
berkas rekam medis rawat jalan dipisahkan dengan berkas rekam
medis rawat inap dimana rumah sakit telah menerapkan sistem
desentralisasi atau pemisahan tempat/lokasi penyimpanan berkas
rekam medis. Tapi tempat atau penyimpanan berkas rekam medis
tersebut belum maksimal karena letaknya tempat penyimpanan
rawat jalan di depan pintu masuk rumah sakit multazam dengan
keadaan terbuka atau tidak dalam ruangan tersendiri, berkas rekam
medis rawat jalan satu ruang dengan petugas TPP (tempat
penerimaan pasien) dengan tempat yang sangat sempit, Ketika
pasien datang berobat petugas rekam medis megambil berkas
rekam medis dan berkas tersebut terletak sangat dekat dibelakang
petugas TPP sehingga ruang petugas TPP sangat sempit dan
banyak berkas rekam medis tidak tersimpan di rak penyimpanan.
5. Kurangnya petugas pendistribusian
Rekam medis memiliki sifat yang sangat rahasia sehingga
tidak semua orang bisa membawanya, maka peran distribusi sangat
penting didalam penyelenggaraan rekam medis, ada bebrapa cara
pendistribusian dalam rumah sakit, pengiriman dilakukan dengan
58
cara tangan dari tempat satu ke tempat lainnya. oleh karena itu,
bagian rekam medis harus mebuat suatu jadwal pengiriman dan
pengambilan untuk berbagai bagian yang ada dirumah sakit (Dirjen
Yanmed,2006 : 96).
Hasil pengamatan penulis di Rumah sakit Multazam
kekurangan
petugas
rekam
medis,
khusunya
di
bagian
pendistribusian berkas rekam medis, pendistribusian berkas rekam
medis di Rumah Sakit Multazam dilakukan oleh pasien sendiri
ketika pasien datang berobat di unit pelayanan/poliklinik petugas
TPP mengambil berkas rekam medis pasien lalu diberikan kepada
pasien atau keluarga pasien sering juga dilakukan oleh petugas
TPP. Hal ini tentunya kurang efektif karena masing-masing
petugas mempunyai tanggung jawab sendiri. dan pendistribusian
berkas rekam medis yang dilakukan pasien sendiri atau keluarga
pasien sangat berpengaruh bagai rumah sakit, karena berkas rekam
medis
tersebut
bersifat
rahasia
tidak
sembarang
orang
membawanya hal ini guna menjaga berkas rekam medis tercecer
atau disalah gunakan oleh orang lain.
6. tidak menggunakan map.
Map rekam medis adalah sampul yang digunakan untuk
melindungi formulir-formulir rekam mdis yang ada di dalamnya
agar tidak tercecer, semua frmulir rekam medis hendaknya ditata
59
dalam map (folder). Map (folder) hendaknya dibuat dari bahan
manila atau bahan yang lebh kuat (sudra, 2013).
Hasil pengamatan di Rumah Sakit Multazam bahwa
dokumen berkas rekam medis pasien banyak yang belum terisi
dalam map, ada juga berkas rekam medis pasien yang tertumpuk
terletak dibawah meja petugas TPP, ketika pasien datang berobat di
unit pelayanan/poloklinik dan didistribusikan berkas tersebut oleh
pasien sendiri tidak dalam penggunaan map, ini sangat
berpengaruh bagi kerahasiaan dokumen berkas rekam medis dan
bisa jadi akan menyebabkan tercecernya dokumen-dokumen rekam
medis yang penting.
7. Fasilitas yang kurang memadai
Rekam
Medis
di
Rumah
Sakit
Multazam
belum
menggunakan sistem komputerisasi. Apabila ada pasien yang
datang untuk berobat, berkas rekam medis pasien masih dibawah
sendiri
oleh
pasien
untuk
di
distribusikan
ke
unit
pelayanan/poliklinik. Seharusnya dengan menggunakan sistem
komputerisasi, maka dapat mempermudah penyampaian atau
pencarian informasi pasien, misalnya terdapat pasien yang
memiliki nomor ganda, atau pasien lama tidak berkunjung, petugas
penyimpanan dapat mencari informasi mengenai data pasien
tersebut yang telah tersistem dengan yang lainnya, sehingga dapat
mempercepat
pencarian
berkas
rekam
medis
serta
60
pendistribusiannya dan dapat meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit
8. Tidak adanya penggunaan kartu KIB (Kartun Identitas Berobat)
KIB mempunyai kegunaan baik bagi pasien sendiri maupun
bagi sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas dan
praktek dokter). Bagi pasien KIB berguna sebagai bukti bahwa
pasientelah mendaftar dan tercatat sebagai pasien, yang dibawa
setiap kali berobat pada instansi yang sama. Sedangkan kegunaan
KIB bagi sarana pelayanan kesehatan adalah untuk memudahkan
petugas TPPR (Tempat Penerimaan Pasien Rawat Jalan)dan
mencari berkas rekam medis yang lama. KIB juga merupakan salah
satu sumber data yang digunakan dalam pencatatan dan
pengolahan data (Budi,Syafitri citra,2011).
Hasil pengamatan yang penulis dapatkan di Rumah Sakit
Multazam di alur pasien rawat jalan, tidak menggunakan kartu
KIB ( Kartu Identitas Berobat), dulu perna tapi dihentikan. Dengan
tidak menggunakan kartu KIB pada saat penerimaan pasien salah
satu faktor yang menghambat pendistribusian berkas rekam medis
karena, ketika pasien datang berobat petugas hanya menanyakan
surat rujukan dan melihat nama pasien di kartu BPJS dan mencari
berkas rekam medis di komputer untuk melihat apa pasien sudah
perna berobat atau belum jika tidak ditemukan petugas TPP
mencari kembali di tumpukan berkas rekam medis sehingga
61
memakan waktu lama, jika tidak ditemukan petugas TPP
menjadikan pasien
sebagai pasien baru. Hal menurut penulis
kurang efektif karena ada kemungkinan pasien tersebut pernah
lama tidak berkunjung di Rumah Sakt multazam dengan adanya
kartu KIB dapat mencegah terjadi duplikasi dokumen rekam medis
pasien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
pengamatan
yang
penulis
lakukan
dalam
pendistribusisn berkas rekam medis rawat jalan di Rumah Sakit Multazam,
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Lama waktu pendistribusian berkas rekam medis rawat jalan dari
TPP sampai dengan unit pelayanan melebihi dari standar yang
ditetapkan, di Rumah Sakit Multazam dibutuhkan waktu rata-rata
12 menit.
2. Faktor-faktor yang menghambat pendistribusian berkas rekam
medis antara lain:
a. Tempat penyimpanan berkas rekam medis rawat jalan yang
sangat sempit.
b. Kurang petugas rekam medis pendistribusian. Maka, berkas
rekam medis tersebut di distribusikan oleh petugas pendaftaran
rawat jalan dan pasien sendiri.
c. Berkas rekam medis rawat jalan lebih banyak tidak
menggunakan map.
d. Dalam pendistribusian berkas rekam medis di Rumah Sakit
Multazam tidak menggunakan buku catatan apapun sebagai
bukti serah terima.
e. Tidak adanya SOP (Standar Prosedur Operasional).
62
63
f. Tidak menggunakan kartu KIB pada saat peniraman pasien
rawat jalan.
g. Pada saat pendistribusian berkas rekam medis dan keluarnya
berkas rekam medis dari rak penyimpanan tidak menggunakan
tracer.
B. Saran
Untuk dapat menunjang pelayanan rekam medis, penulis menyarankan
untuk :
1. Menambah petugas rekam medis khususnya bagian pendistribusian,
dengan tujuan menghindari penyalahgunaan oleh orangatau badan
yang tidak berhak atau yang tidak bertanggung jawab. Serta
menghindari tercecernya berkas rekam medis.
2. Mengadakan kartu KIB ( kartu indeks berobat) agar petugas rekam
medis mengetahui mana pasien lama dan pasien baru.
3. Sebaiknya Rumah Sakit Multazam menggunakan buku ekspedisi di
TPPRJ sebagai bukti serah terima dokumen rekam medis rawat jalan,
Buku ekspedisi tersebut disediakan dibagian Tempat Penerimaan
Pasien Rawat jalan (TPPRJ) berdasarkan jumlah poliklinik yang ada di
Rumah Sakit sebagai bukti serah terima dokumen rekam medis rawat
jalan antar unit pelayanan. Adapun isi dari buku ekspedisi tersebut
sebagai berikut:
a. No urut
b. Tanggal
64
c. Nomor rekam medis
d. Nama pasien
e. tanda tangan
4. pengadaan kembali kartu KIB (Kartu Identiatas Berobat) agar
mempermudah petugas TPP dalam mencari berkas rekam medis
pasien.
5. Pengadaan SOP (Standar Operasional Prosedur) bagi rumah sakit yang
dapat mencerminkan pengelolaan unit rekam medis dan menjadi acuan
bagi staf rekam medis yang bertugas.
6. Pengadaan tracer di ruangan penyimpanan untuk mempermudah
petugas rekam medis mengetahui berkas yang keluar dari rak
penyimpanan dan berkas-berkas yang masi belum dikembalikan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sugianto dan Teguh Wahyono, 2005.Manajemen Kearsipan Modern.
Yogyakarta: Gava Media.
Republik Indonesia. Undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit.
Jakarta.
Budi, Savitri C.2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Depkes RI. 1997 Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia.
Jakarta: Depkes RI.
Dirjen Yanmed Tahun 2006 tentang petunjuk Pendistribusian Dokumen Rekam
medis.
Hatta, Gemala.R.2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hatta, G.2011. Tujuan Kegunaan, Pengguna dan Fungsi Rekam Medis Kesehatan,
Dalam Hatta, G Editor. Pedomen Manajemen Informasi Kesehatan. Jakarta
: Penerbit Universitas Indonesia.
Wijaya, Lily, A.Md P.K.,SKM Pengelolaan sistem rekam medis I. Modul IA
Jakarta:Universitas Esa Unggul.@))*
Jugiyanto, HM, 2011. Analisis dan Desain.Yogyakarta : Ardi Yogyakarta
Menurut WHO (World Health Organization), tentang rumah sakit
Notoatmodjo,S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Permenkes RI No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis.
Republik Indonesia. Peraturan mentri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit 2008
Rustiyanto, Ery.2011.Manajemen Filling Dokumen Rekam Medis .Yogyakarta
:Politeknik Kesehatan Permata indonesia.
Sugiyono, 2009, metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Swarjana, I Ketut. 2015 . Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Cv. andi
Offset.
Laksmi,Fuad dan budiantoro 2008 Manajemen Perkantoran modern Jakarta:
Penerbit pustaka.
Atmoko, Tjipto. 2012 Standar Prosedur Operasiaonal (SOP) dan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah. Untad jakarta.
Hartatik , Indah Puji 2014. Buku Praktis Mengembangkan SDM. Jogjakarta,
laksana.
Sudra, 2013. Rekam Medis, Rekam medis edisi 2, Universitas Terbuka:
Tanggerang Selatan.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Dari tabel 4.1 peneliti penguraikan hasil tabel tersebut
dengan menggunakan rumus sebagai berkut.
a. Kurang dari < 10 menit
Rumus rata-rata
=
∑n
n
=
60
301
b. Lebih dari > 10 menit
=
5,01
=
∑n
n
=
40
489
=
Keterangan = ∑n = Jumlah data
n = Banyaknya data
12,22
Lampiran 2
Lama Waktu Pendistribusian Berkas Rekam medis Rawat jalan dari TPP s/d
Unit Pelayanan di Rumah Sakit Multazam
Hari/
Tanggal
No. RM
Waktu
Pasien
mendaftar
1
Senin
019901
09.40
Waktu
BRM
diterima di
unit
pelayanan
09.52
2
15.07.2019
019902
09.41
09.55
14
3
019827
09.55
10.06
11
4
005275
10.06
10.14
8
5
019672
10.09
10.14
5
6
000919
10.12
10.14
2
7
019629
10.15
10.20
5
8
019907
10.21
10.32
11
9
019909
10.28
10.34
6
10
019910
10.29
10.44
15
11
019561
10.48
10.56
8
No
Waktu yang
Dibutuhkan
(menit)
12
12
Selasa
019944
09.45
09.56
11
13
16.07.2019
014525
10.02
10.09
7
14
015451
10.03
10.09
6
15
019894
10.10
10.14
4
16
019954
10.21
10.28
7
17
019955
10.24
10.28
4
18
019956
10.33
10.37
4
19
004284
10.34
10.37
3
20
019887
10.37
10.42
5
21
019963
10.38
10.42
4
22
008176
10.42
10.50
8
23
019933
10.55
10.59
4
24
010211
10.56
10.59
3
25
019896
10.57
10.59
2
26
019958
10.58
11.00
2
27
Kamis
020012
09.08
09.19
11
28
18.07.2018
020010
09.14
09.29
15
29
019422
09.15
09.29
14
30
020015
09.16
09.29
13
31
014922
09.35
09.46
11
32
020017
09.38
09.49
11
33
020019
09.56
10.09
12
34
018072
10.02
10.13
11
35
020021
10.12
10.30
18
36
019633
10.19
10.30
11
37
019236
10.19
10.30
11
38
020011
10.25
10.30
5
39
Jum’at
019610
09.18
09.29
11
40
19.07.2019
019623
09.31
09.38
7
008472
09.40
09.46
6
41
42
Senin
020126
10.01
10.14
13
43
22.07.2019
019561
10.08
10.15
7
44
011785
10.18
10.25
7
45
018745
10.26
10.41
15
46
019561
10.41
10.52
11
47
002049
10.41
10.52
11
48
020009
10.42
10.52
10
49
021025
10.44
10.52
8
50
017785
10.46
10.52
6
51
019124
10.46
10.52
6
52
010208
10.48
10.52
4
53
Selasa
020018
09.48
10.01
13
54
23.07.2019
014525
10.12
10.25
13
55
018473
10.26
10.39
13
56
004254
10.39
10.52
13
57
016998
10.44
10.52
8
58
020161
10.46
10.52
6
59
020164
10.49
11.00
11
60
020163
10.53
11.00
7
61
020174
10.54
11.00
6
62
020273
10.55
11.00
5
63
020172
19.55
11.00
5
64
Kamis
020220
08.30
08.42
12
65
25.072019
020221
08.37
08.45
8
66
020010
08.57
09.10
13
67
021336
09.05
0916
11
68
020222
09.17
09.28
11
69
013858
09.25
09.27
2
70
020223
09.27
09.30
3
71
020224
09.30
09.33
3
72
020225
09.33
09.45
12
73
020227
09.45
09.49
4
74
020228
09.49
09.54
5
75
009753
09.54
09.58
4
76
019515
09.58
10.02
4
77
020018
10.33
10.36
3
78
020135
10.39
10.41
2
79
020233
10.41
10.47
6
80
020234
10.42
10.47
5
81
020235
10.42
10.47
5
82
015769
11.00
11.12
12
83
020236
11.00
11.12
12
84
020237
11.01
11.12
11
020264
08.48
08.59
11
018428
09.24
09.30
6
87
26.07.2019
88
89
Senin
013045
08.43
08.57
14
90
29.07.2019
020309
09.03
09.11
8
91
019630
09.11
09.23
12
92
020311
09.24
09.30
6
93
020316
.10.28
10.39
11
94
019676
10.31
10.39
8
95
015492
10.39
10.43
4
96
020242
10.43
10.47
4
97
013427
10.43
10.47
4
98
020314
10.47
10.50
3
99
020315
10.50
10.54
4
100
020219
10.54
10.56
2
85
020238
11.01
11.12
11
018939
08.29
08.37
8
86
Jumat
Lampiran 3
Lembar Checklist
No
Keterangan
Observasi Cheklist
1
Pendistribusian
rekam
dengan
SOP
melihat
Ya
Tidak
medis
(Standar

Operasional Prosedur)
2
Cetak tracer

3
Petugas distribusi yang mengantar
dokumen rekam medis menuju
poliklinik

Dari 100 dokumen berkas rekam medis pasien yang dijadikan sampel
untuk peneliti observasi diketahui bahwa keseluruhan sampel hanya di
distribusikan oleh pasien/keluarga pasien, setiap peminjaman berkas rekam medis
keruangan poli untuk keperluan distribusi tidak menggunakan Tracer untuk
mengetahui berkas rekam medis itu di pinjam atau dipindahkan dan tidak
menggunakan SOP sebagai acuan/pedoman pendistribusian berkas rekam medis.
Lampiran 4
Dokumentasi
Hasil Penelitian Di Rumah Sakit Multazam Gorontalo
Melakukan perhitungan lama waktu alur pendistribusian berkas
rekam medis rawat jalan
Peneliti melakukan observasi dan wawancara perihal faktor-faktor
yang menyebabkan keterlambatan pendistribusian
Download