BAB II PEMBAHASAN 2.1 Individu dan Masyarakat 2.1.1 Individu Dalam ilmu sosial individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu. Hubungan antara individu dan masyarakat telah lama dibicarakan orang. Soeyono Soekanto (1981, p.4) menyatakan bahwa sejak Plato pada zaman Yunani Kuno telah ditelaah tentang hubungan individu dengan masyarakat. K. J. Veerger (1986, p. 10) lebih lanjut menjelaskah bahwa pembahasan tentang hubung individu dan masyarakat telah dibahas sejak Socrates guru Plato. Hubungan antara individu dan masyarakat telah banyak disoroti oleh para ahli baik para filsuf maupun para ilmuan sosial. Berbagai pandangan itu pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga pendapat yaitu pendapat yang menyatakan bahwa (1) masyarakat yang menentukan individu, (2) individu yang menentukan masyarakat, dan (3) individu dan masyarakat saling menentukan. Pandangan yang pertama terhadap hubungan antara masyarakat dan individu didasarkan bahwa masyarakat itu mempunyai suatu realitas tersendiri. Masyarakat yang penting dan Individu itu hidup untuk masyarakat. Pandangan ini berakar pada realisme yaitu suatu aliran filsafat yang mengatakan bahwa konsep-konsep umum seperti manusia binatang, pohon, keadaan, keindahan dan sebagainya itu mewakili realita luar diri yang memikirkan mereka. Jadi di luar manusia yang sedang berpikir ada suatu realitas tertentu yang bersifat umum. Oleh karena itu berlaku secara umum dan tidak terikat oleh yang satu persatu. Jika mengatakan manusia itu makhluk jasmani dan rohani, maka kita membicarakan setiap manusia terlepas dan manusia yang manapun dan di manapun. Konsekuensi dari pendapat itu maka masyarakat itu merupakan suatu realitas. Masyarakat memiliki realitas tersendiri dan tidak terikat oleh unsur yang lain dan yang berlaku umum. Masyarakat yang dipindahkan oleh seseorang itu berada di luar orang yang berpikir tentang masyarakat itu sendiri. Sebelum individu ada masyarakat yang dipikirkan itu telah ada. Oleh karena itu masyarakat itu tidak terikat pada individu yang memikirkannya. Menurut K J Veerger (1986) ada tiga pandangan yang memandang masyarakat sebagai suatu realitas yaitu pandangan holistis, organis dan kolektivitis. Pandangan holisme terhadap hubungan individu dan masyarakat. Istilah holisme berasal dan bahasa Yunani, Holos yang berarti keseluruhan. Holisme memandang secara berlebihan terhadap totalitas (keseluruhan) path kesatuan kehidupan manusia dengan mengingkari adanya perbedaan di antara manusia. Keseluruhan dipandang sebagai sesuatu hal yang melebihi dari bagianbagian. Pandangan yang bersifat holistis ini tampak pada pandangan Aguste Comte (1798 - 1853). Menurut Aguste Comte masyarakat dilihat suatu kesatuan di mana dalam bentuk dan arahnya tidak tergantung pada inisiatif bebas anggotanya, melainkan pada proses spontan otomatis perkembangan akal budi manusia. Akal budi dan cara orang berpikir berkembang dengan sendirinya. Prosesnya berlangsung secara bertahap, merupakan proses alam yang tak terelakkan dan tak terhentikan. Perkembangan ini dikuasai Oleh hukum universal yang berlaku bagi semua orang di manapun dan kapan pun Dan pandangan Comte in dapat diketahui bahwa umat manusia itu dipandang sebagai suatu keseluruhan, individu merupakan bagian-bagian yang hidup untuk kepentingan keseluruhan. Pandangan organisme terhadap hubungan antara individu dan masyarakat. Organisme suatu aliran yang berpendapat bahwa masyarakat itu berevolusi atau berkembang berdasarkan suatu prinsip intrinsik di dalam dirinya sama seperti halnya dengan tiap-tiap organisme atau makhluk hidup. Prinsip perkembangan ini berperan dengan lepas bebas dari kesadaran dan kemauan anggota masyarakat. 2.1.2 Masyarakat Banyak para ahli telah memberikan pengertian tentang masyarakat. Smith, Stanley dan Shores mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok individu- individu yang terorganisasi serta berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda. (Smith, Stanley, Shores, 1950, p. 5). Dari pengertian tersebut di atas ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu bahwa masyarakat itu kelompok yang terorganisasi dan masyarakat itu suatu kelompok yang berpikir tentang dirinya sendiri yang berbeda dengan kelompok yang lain. Oleh karena itu orang yang berjalan bersama-sama atau duduk bersama-sama yang tidak terorganisasi bukanlah masyarakat. Kelompok yang tidak berpikir tentang kelompoknya sebagai suatu kelompok bukanlah masyarakat. Oleh karena itu kelompok burung yang terbang bersama dan semut yang berbaris rapi bukanlah masyarakat dalam arti yang sebenarnya sebab mereka berkelompok hanya berdasarkan naluri saja Znaniecki menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem yang meliputi unit biofisik para individu yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi. (F Znaniecki, 1950, p. 145), Jika kita bandingkan dua pendapat tersebut di atas tampak bahwa pendapat Znaniecki tersebut memunculkan unsur baru dalam pengertian masyarakat yaitu masyarakat itu suatu kelompok yang telah bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu dalam lingkungan geografis tertentu dan kelompok itu merupakan suatu sistem biofisik. Oleh karena itu masyarakat bukanlah kelompok yang berkumpul secara mekanis akan tetapi berkumpul secara sistemik. Manusia yang satu dengan yang lain saling memberi, manusia dengan lingkungannya selain menerima dan saling memberi. Konsep ini dipengaruhi oleh konsep pandangan ekologis terhadap satwa sekalian alam. Parson menjelaskan bahwa suatu sistem sosial di mana semua fungsi pra syarat yang bersumber dan dalam dirinya sendiri bertemu secara ajeg (tetap) disebut masyarakat. Sistem sosial terdiri dari pluralitas perilaku-perilaku perseorangan yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu lingkungan fisik. Jika masing-masing individu ini berinteraksi dalam waktu yang lama dari generasi ke generasi dan terjadi pada proses sosialisasi pada generasi tersebut maka aspek ini akan menjadi aspek yang penting dalam sistem sosial. Dalam berintegrasi dan bersosialisasi ini kelompok tersebut mempergunakan kerangka acuan pendidikan. Dari berbagai pendapat tersebut di atas maka W F Connell (1972, p. 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah (1) suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang diorganisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu, (2) kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai turun- temurun dan mensosialkan anggota anggotanya melalui pendidikan, (3) suatu ke orang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi. Pendapat tersebut di atas tidak berbeda dengan pendapat Liton yang dikutip oleh Indan Encang (1982, p.14) yang menyatakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Pengertian masyarakat tersebut di atas merupakan pengertian yang sangat luas. Penduduk Indonesia sebagai masyarakat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penduduk yang berpikir tentang dirinya sendiri sebagai suatu kelompok yang berbeda dengan kelompok penduduk pada suatu masyarakat lain seperti penduduk Singapura, kelompok Jawa, Sunda, Banjar, Maluku, Sasak merupakan kelompok bagian dari penduduk Indonesia. 2. Penduduk Indonesia ini secara relatif mencukupi kebutuhan diri sendiri sebagai suatu kelompok yaitu mencukupi kehidupannya dalam masyarakatnya terutama dengan bercocok tanam yang ditopang dengan perindustrian. 3. Penduduk Indonesia telah ada sebagai kelompok sosial yang diakui pada periode waktu yang lama sampai sekarang, yaitu sejak Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. 4. Mereka hidup dan bekerja dalam beribu-ribu pulau besar dan kecil yang terletak di daerah geografis antara Samudera India dan Samudra Pasifik antara benua Asia dan Australia. 5. Pengarahan anggota dari masyarakat Indonesia ini melalui unit-unit keluarga yang kecil seperti kelompok-kelompok etnik dan keluarga merupakan kelompok yang terkecil. 6. Sosialisasi anak-anak melalui sekolah terutama pada anak-anak umur empat atau lima tahun sampai 18 tahun baik melalui sekolah negeri maupun swasta baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. 7. Masyarakat Indonesia ini mengikat anggota-anggotanya melalui sistem yang digeneralisasikan dan suatu kekerabatan. Sistem ini didasarkan pada prinsipprinsip demokrasi, dalam kehidupan sosial politik, kehidupan ekonomi dan lapangan kehidupan yang lain. Ikatan yang paling kuat adalah adanya satu pandangan hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan dasar hukum nasional yang satu yaitu UUD 1945. 2.2 Peran Individu dalam Masyarakat Umum Dalam hubungannya dengan orang lain, setiap individu memiliki kedudukan, status dan peran tertentu. Ketiga istilah ini dalam percakapan sehari-hari sering dicampur adukan . Namun dalam ilmu perilaku terdapat perbedaan yang jelas antara ketiganya, seperti misalnya rumusan yang diberikan oleh Krech dan Crutchfield(1962). Yang dimaksudkan dengan kedudukan atau posisi adalah suatu tingkatan dalam suatu sistem pelapisan sosial yang diakui oleh masyarakat . Misalnya, “Pria Dewasa”, menunjukkan suatu kategori dalam penggolongan usia dan jenis kelamin. Setiap individu memiliki kedudukan ganda yang berkaitan dengan perannya di dalam kelompok yang berbeda-beda. Status menunjukkan letak (tinggi rendahnya) suatu kedudukan dalam hirarki sistem masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan peran adalah suatu pola tingkah laku , kepercayaan, nilai, sikap, yang diharapkan oleh masyarakat muncul dan menandai sifat dan tindakan si pemegang kedudukan. Jadi peran menggambarkan peran yang seharusnya diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam situasi yang umum. Misalnya, peran ibu di masyarakat Indonesia adalah : membesarkan dan mendidik anak dengan baik, mengatur rumah tangga, di samping melayani dan menjadi pendamping suami serta ikut membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Karakteristik peran ini sering kali berbeda, tergantung dari budaya dan faktor-faktor sosial ekonomis lainnya. Oleh karena biasanya setiap individu terlibat dalam interaksi dengan lebih dari satu kelompok dan masing-masing pun memiliki peran dan status berganda dan tidak jarang terjadi konflik peran dalam keadaan tertentu. Contohnya, seorang guru yang harus memberi nilai rendah karena prestasi murid-muridnya yang di bawah rata-rata, padahal sang murid itu kebetulan anaknya sendiri. Perannya sebagai guru yang harus menilai secara objektif, bertentangan dengan perannya sebagai ayah/ibu yang menginginkan anaknya naik kelas. Status seorang ibu pun berpindah jika dia berpindah kelompok. Misalnya seorang ayah yang di rumah biasanya menjadi panutan keluarga, terpaksa harus mengikuti perintah anaknya sebab kebetulan sang anak menjadi ketua organisasi profesi, sedangkan sang ayah hanyalah anggota biasa. 2.3 Pengaruh Masyarakat bagi Individu Tertentu Pengaruh, berarti daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara berbagai individu. Dari segi pelaksanaan, ia bermaksud sesuatu yang dibuat – atau tidak dibuat – oleh kumpulan orang itu. Perkembangan, berarti perihal berkembang ( menjadi besar, menjadi bertambah sempurna, perilaku, pikiran, pengetahuan dsb). Sosial, berarti berkenaan dengan masyarakat. Kata sosial berasal dari kata latin societas, yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius, yang artinya teman dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuk yang berlainan. Misalnya : 1. Keluarga 2. Sekolah 3. Organisasi, dan sebagainya Pendapat Plato dan Aristoteles. Bahwa ada hubungan jiwa antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, yang di sebabkan adanya bakat sosial pada manusia, atau instink sosial pada manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa hidup dalam suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis atau spiritual. Dalam menguraikan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial akan ditekankan kepada pengaruh kelompok sosial yang pertama-tama dihadapi manusia sejak ia dilahirkan yaitu keluarga, kemudian pengaruh sekolah dan pengaruh lainnya pada pembentukan manusia sebagai makhluk sosial, dan akan diuraikan pula pengaruh keluarga dalam perkembangan dari pada tingkah laku kriminalitas dari anak-anak dan pemuda. Peter Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan makhluk lainnya. Berbeda dengan makhluk lainnya yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, maka di saat lahir manusia merupakan makhluk yang tak berdaya karena di lengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Karena keputusan yang diambil suatu kelompok dapat berbeda dengan kelompok yang lain maka kita menjumpai keanekaragaman kebiasaan. Oleh karena psikologis telah lama menyadari pentingnya pengaruh sosial pada kehidupan kita sehari-hari, maka memfokuskan perhatian pada topik konformitas (conformity) bertingkah laku dengan cara-cara yang di pandang wajar atau di terima oleh kelompok atau masyarakat kita. Kita akan berpaling pada kesepakatan (compliance) usaha-usaha untuk membuat orang, orang lain berkata ya terhadap berbagai macam permintaan. Pengaruh masyarakat terhadap perkembangan sosial juga berkaitan erat dengan sosialisasi. Karena peran agen sosialisasi (agent of socialization) mendukung perkembangan sosial dalam masyarakat. Media sosialisasi merupakan tempat di mana sosialisasi itu terjadi atau disebut juga sebagai agen sosialisasi atau sarana sosialisasi. Yang dimaksudkan dengan agen sosialisasi adalah pihak- pihak yang membantu seorang individu menerima nilai-nilai atau tempat di mana seorang individu belajar terhadap segala sesuatu yang kemudian menjadi dewasa.