Uploaded by User68960

MAKALAH TEKNIK PENDINGIN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era modern ini sangat pesat,
perkembangan yang cukup pesat ini mencangkup semua bidang teknologi rekayasa. Salah
satu adalah berkembangnya sistem pendingin, penerapan sistem pendingin dapat dilihat
pada perumahan, perkantoran dan pada kendaraan bermontor bahkan pada instasi
pendidikan yang telah menggunakan sistem pendingin ini, secara umum penggunaan
sistem pendingin ini bertujuan untuk mengkondisikan dan menyegarkan udara di dalam
ruangan.
Sistem pendingin dibagi menjadi empat bagian penting yaitu evaporator berfungsi
untuk menyerap panas yang ada di sekitar baik itu udara, compressor berfungsi untuk
menekan refrigerant agar tekananya meningkat, condenser berfungsi menghilangkan panas
refrigerant yang keluar dari kompresor, dan expansion berfungsi menurunkan tekanan
refrigerant dan mengendalikan aliran refrigerant.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah penemuan Refrigerant?
b. Bagaimana cara kerja Refrigerant secara umum?
c. Apa saja macam-macam Refrigerant?
d. Apa saja dampak dari adanya Refrigerant?
e. Bagaimana penggunaan Refrigerant di masa depan?
C. Tujuan Pembahasan
a. Mahasiswa dapat mengetahui sejarah Refigerant.
b. Mahasiswa dapat memahami cara kerja Refigerant.
c. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam Refigerant.
d. Mahasiswa dapat mengetahui dampak Refigerant.
e. Mahasiswa dapat mengetahui Refigerant di masa mendatang.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Mesin Pendingin
Sistem kompresi uap untuk refrigerasi pertama kali dipatenkan pada tahun 1834
oleh Jacob Perkins, seorang warga Amerika, dengan menggunakan ethyl ether sebagai
refrigeran atau fluida pendingin. Paten tersebut mencakup sistem tertutup yang meliputi
kompresor, kondenser, alat ekspansi dan evaporator. Melalui patennya, penelitian akan
refrigeran pun mulai berkembang. Pada tahun 1863, Charles Tallier menggunakan methyl
ether sebagai refrigeran pada sistem kompresi uap. Dalam aplikasinya methyl ether
memiliki tekanan kerja yang lebih tinggi dibanding ethyl ether sehingga mengurangi resiko
masuknya udara kedalam sistem pada saat kebocoran yang dapat mengakibatkan ledakan.
Adanya resiko yang cukup besar dari ethyl dan methyl ether terhadap ledakan membuat
pengembangan terus berlanjut. Diawal tahun 1862, Thaddeus Lowe, menggunakan
karbondioksida (CO 2 ) sebagai refrigeran. Dalam percobaannya ia menggunakan
kompresor khusus yakni kompresor hidrogen dikarenakan tekanan kerja dari karbon
dioksida yang sangat tinggi. Refrigeran ini memiliki sifat yang aman terhadap lingkungan
namun masih memiliki kelemahan yakni temperatur kritis yang masih rendah (31.6 o C).
Upaya untuk menghasilkan refrigeran dengan properties yang lebih baik dilakukan oleh
Carl Von Linde pada tahun Ia menggantikan peran methyl ether dengan amonia (NH 3 )
sebagai refrigeran dan menggunakan kompresor amonia yang saat itu sudah mulai
diproduksi secara massal. Pengujian tersebut menghasilkan properties yang sangat baik
bahkan sifat-sifat yang dimiliki oleh amonia dianggap sebagai refrigeran ideal. Namun,
refrigeran ini pun masih memiliki beberapa kekurangan yang dianggap merugikan
diantaranya: sangat beracun dan bersama dengan uap air menjadi sangat reaktif terhadap
tembaga dan beberapa logam lainnya.
Sebelum akhir abad ke-19, untuk pertama kalinya methyl chloride digunakan
sebagai refrigeran di Prancis. Memiliki properties yang cukup baik tidak membuat
refrigeran ini banyak digunakan. Hal ini dikarenakan banyaknya kecelakaan terjadi yang
disebabkan sifatnya yang beracun dan mudah terbakar dibanding dengan amonia dan sulfur
2
dioksida (SO 2 ). Sulfur dioksida, menjadi populer pada tahun 1920-an. Refrigeran ini
menjadi jawaban bagi sistem refrigerasi yang membutuhkan tekanan yang rendah, sistem
yang lebih ringan dan berukuran kecil. Harganya pun merupakan yang termurah dibanding
refrigeran lainnya. Dalam aplikasinya, sulfur dioksida dapat bereaksi dengan uap air dan
menyebakan korosi terhadap jaringan pipa. Hal ini pada akhirnya juga menimbulkan
kerugian dan resiko yang membahayakan apabila terjadi kebocoran karena sifatnya yang
sangat beracun. Pada tahun 1930, Dr. I. Midgeley berhasil memproduksi refrigeran dengan
sebutan dichlorodifluoromethane (CCl 2 F 2 ) atau yang lebih dikenal sebagai freon 12 atau
R12. Penelitiannya merupakan pengembangan dari methyl chloride. Ia menemukan bahwa
methyl chloride menjadi tidak stabil karena atom H tidak cukup kuat terikat dengan atom
C. Oleh sebab itu ia menggantikan posisi atom H dengan atom halogen yang dapat
berikatan kuat dengan atom C sehingga menghasilkan senyawa yang lebih stabil.
Berhasilnya penelitian Midgeley membuat perkembangan refrigeran menjadi berkembang
pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Penurunan methane dengan cara menggantikan
tiga posisi atom H dengan dua atom F dan satu atom Cl menghasilkan refrigeran baru yakni
freon 22 atau R22 (CHClF 2 ). Selanjutnya penurunan methane ataupun senyawa lainnya
yang memiliki atom karbon (hidrokarbon) dengan halogen disebut sebagai refrigeran
halokarbon. Tingginya discharge temperature dari R22 membuat pengembangan refrigeran
diteruskan kembali. Pengembangan dilakukan dengan cara mencampurkan dua atau lebih
refrigeran halokarbon dengan komposisi tertentu hingga menghasilkan suatu senyawa yang
baru. Campuran yang menghasilkan suatu refrigeran baru dengan sifat yang berbeda dari
penyusunnya disebut azeotrop. Salah satu jenisnya adalah R502 (campuran 48.8% R22 dan
51.2% R115).
Berkembangnya pemanfaatan halokarbon secara massal dalam jangka waktu yang
cukup panjang ternyata menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi lingkungan.
Hipotesis yang dikeluarkan oleh Roland dan Molina pada tahun 1974, bahwa klorin (Cl)
yang berasal dari halokarbon dapat merusak lapisan ozon ternyata terbukti benar seperti
yang terjadi diwilayah Antartika pada tahun Ditandatanganinya protokol Montreal yang
membatasi penggunaan halokarbon di tahun 1987 menghancurkan kepopuleran refrigeran
tersebut. Sejak saat itu pengembangan refrigeran beralih ke hidrokarbon yang merupakan
basis utama yang dapat menghasilkan halokarbon.
3
B. Cara Kerja Mesin Pendingin
Cara kerja dari sistem pendingin yaitu ada empat prinsip kerja untuk menghasilkan
proses pendinginan. Dan refrigerant disirkulasikan berulang kali dengan perubahanperubahan yang mendukung dapat mengahasilkan proses pendinginan. Empat perubahan
pada refrigerant itu yaitu kompresi, kondensasi, ekspansi dan evaporasi ( cair, uap, gas dan
kembali cair).
1. Kompresi
Pada proses kompresi, refrigerant ditekan dalam kompresor sampai
kondisinya menjadi cair dengan temperatur yang tinggi. Gas refrigerant dalam
evaporator yang dihisap oleh kompresor akan membuat tekanannya tetap rendah
didalam evaporator, dan untuk membuat cairan refrigerant menjadi gas secara
dinamis pada temperatur yang rendah (0oC). Maka tekanan gas refrigerant ditekan
dalam silinder, dan berubah menjadi tinggi, sehingga temperatur dan tekanan naik
dan refrigerant akan mudah menjadi cair walaupun proses pendinginan dalam
temperatur yang lebih tinggi. Dan gas refrigerant yang dikompresikan disalurkan
ke komponen selanjutnya yaitu di dinginkan di kondensor.
2. Kondensasi
Pada proses kondensasi, refrigerant dirubah dari gas menjadi cair dan
didinginkan dari temperatur yang tinggi di dalam kondensor menjadi temperatur
lebih rendah. Refrigerant yang bertemperatur dan bertekanan tinggi itu dipancarkan
dalam kondensor menjadi cairan dan disalurkan ke receiver dryer untuk disaring.
Hal itu juga dinamakan proses kondensasi panas. Panas yang tinggi dari refrigerant
itu dapat dikeluarkan oleh kondensor sehingga refrigerant menjadi dingin.
3. Ekspansi
Pada proses ekspansi, tekanan cairan refrigerant diturunkan oleh katup
ekspansi. Hal itu disebut proses ekspansi, dimana gas bertekanan itu dikabutkan
dengan mudah dalam evaporator sehingga refrigerant menjadi gas, dan expansion
valve ini mengatur aliran cairan refrigerant sambil menurunkan tekanannya. Cairan
refrigerant yang dikabutkan ini dalam evaporator diatur oleh tingkat pendinginan
yang harus dilakukan dibawah temperatur pengabutan. Untuk itu, penting untuk
4
mengontrol jumlah refrigerant yang dibutuhkan dengan melakukan pengecekan
yang benar.
4. Evaporasi
Pada proses evaporasi, refrigerant dirubah dari cairan ke gas dalam
evaporator. Cairan refrigerant dikabutkan oleh hisapannya sendiri dimana saat
proses evaporasi panas latent dibutuhkan dari udara disekitar evaporator. Udara
melepaskan panas untuk didinginkan, dan dialirkan ke dalam ruang dalam
kendaraan oleh kipas pendingin sambil menurunkan temperatur ruangan itu. Cairan
refrigerant itu disalurkan dari expansion valve di dalam evaporator kemudian
sekaligus menjadi uap refrigerant, dan perubahan itu terjadi berulang kali dari
kondisi cair ke gas. Tekanan dan temperatur dalam perubahan itu selalu berkaitan,
jika tekanan di-set maka temperatur juga akan diatur. Untuk pengabutan yang
dilakukan saat temperatur lebih rendah dari perubahan itu (Cair -> Gas) dalam
kondisi seperti diatas, tekanan dalam evaporator juga harus dibuat tetap rendah.
Karena itu, gas dari refrigerant yang dikabutkan haruslah dikurangi secara terus
menerus keluar evaporator oleh hisapan kompresor.
Proses ini terus-menerus sehingga pendinginan udara didalam kabin akan
terjadi selama AC dihidupkan.
C. Macam-macam Pendingin
1) Refrigerant fluorocarbon terhidrogenasi (HFC)
HFC tidak mengandung klorin yang merupakan senyawa perusak ozon,
hanya terdiri dari hidrogen, fluor, dan karbon. HFC tidak merusak ozon dan
memiliki nilai ODP dan GWP yang rendah. Contoh HFC antara lain R134A,
R404A, R407C, R507, dll. HFC merupakan refrigeran baru sebagai alternatif untuk
menggantikan posisi freon. Hal ini disebabkan karena refrigeran freon mengandung
zat chlor (Cl) yang dapat merusak lapisan ozon. Sedangkan HFC terdiri dari atomatom hidrogen, fluorine dan karbon tanpa adanya zat chlor (Cl).
Macam-macam HFC dan pemakaiannya :
a) HFC 125 (CHF2CF3)
Sebagai pengganti freon–115 / R115 untuk pendingin air.
5
b) HFC 134a (CH3CH2F)
Merupakan alternatif pengganti freon-12 / R-12. tidak mudah
meledak dan tingkat kandungan racun rendah, digunakan untuk
pengkondisian udara, lemari es dan pendingin air.
c) HFC 152a (CH3CHF2)
Sebagai pengganti freon-12 / R-12 digunakan untuk penyegaran
udara, pendingin air.
2) Cloro Fluoro Carbon (CFC)
CFC
(Chlorodifluorocarbon)
CFC
adalah
senyawa
yang
hanya
mengandung klorin, fluor, dan karbon dan tidak mengandung hydrogen, karena
mengandung unsur klorin refrigeran jenis ini mempunyai dampak penipisan ozon
dimana akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi.
Selain itu, juga berdampak negatif terhadap iklim, yaitu meningkatkan suhu ratarata dan perubahan iklim global serta pencemaran udara. CFC memiliki efek ODP
dan GWP yang sangat tinggi. Contoh CFC antara lain R11, R12, R13, R113, R500,
R502, dll. Spesifikasi freon yang biasa digunakan dalam pendinginan :
3) Terhidrogenasi klorofluorokarbon refrigeran (HCFC)
HCFC adalah senyawa haloalkana dimana tidak semua hidrogen digantikan
dengan klorin atau fluor. HCFC biasa digunakan sebagai pengganti CFC dengan
nilai ODP yang lebih rendah. Contoh HCFC adalah R22, R123, R401A, R403A,
R408A, dll. Refrigeran ini mengandung jumlah minimal klorin, yg tidak merusak
lingkungan karena berbeda dari refrigeran lain.
D. Dampak Refrigerant
1. Dampak Positif
a) Memberikan kenyamanan bagi mahluk hidup. Misalnya untuk menjaga suhu
ruangan agar tetap sejuk saat sedang musim panas,
b) Penggunaan menggunakan bebasis hidrokarbon lebih dipilih digunakan karena
tidak berpotensi merusak ozon, hemat listrik, ramah lingkungan dan lebih ringan
40% dari refrigerant sintetis.
2. Dampak Negatif
6
a) Merusak lapizan ozon
Menipisnya lapisan ozon benar-benar sangat membahayakan, dari
terjadinya kerusakan lingkungan karena radiasi ultraviolet yang besar,
keterbatasan sumber air bersih, kerusakan rantai makanan di laut, musnahnya
ekosistem terumbu karang dan sumber daya laut lainnya, hingga menurunnya
hasil produksi pertanian yang dapat menganggu ketahanan pangan, serta
bencana alam lainnya.
b) Pemanans global
Efek membahayakan dari penggunaan CFC adalah terjadinya pemanasan
global (global warning). Chloro flouro carbon (CFC) berkontribusi 25 persen
terhadap pemanasan global, jika suhu bumi sekarang yang menjadi semakin
panas, besar kemungkinan disebabkan oleh CFC yang dilepaskan dan menetap
di atmosfer. Pemanasan global juga menyebabkan mencairnya lapisan es di
Benua Antartika yang ditandai dengan naiknya 25 cm muka air laut global di
akhir abad ke-20, sehingga terjadi ketidakseimbangan iklim, dimana di suatu
tempat terjadi bencana kekeringan dan di tempat lainnya terjadi bencana banjir
(Daniel Mudiyarso,2003).
E. Refrigerant Masa Depan
Pemerintah Indonesia menetapkan beberapa kebijakan untuk berpartisipasi aktif
dalam upaya perlindungan lapisan ozon seperti Keputusan Presiden RI No 23 tahun 1992
tentang Pengesahan Protokol Montreal untuk mengatur penipisan lapisan ozon. Dengan
dikeluarkannya peraturan tersebut, maka Indonesia secara resmi menyatakan turut
berpartisipasi dalam kerjasama internasional di bidang perlindungan lapisan ozon dan
sepakat untuk mentaati peraturan yang ditetapkan.
Salah satu refrigeran alternatif adalah refrigeran hidrokarbon. Refrigeran
hidrokarbon adalah refrigeran yang saat ini banyak diteliti karena ramah lingkungan, tidak
beracun, lebih murah, tidak menyebabkan penipisan ozon. Sebagai bahan refrigeran harus
didukung dengan sosialisasi tentang keunggulan bahan tersebut yang melibatkan semua
stakeholder terkait dan pengadaan teknisi yang handal agar implementasinya tidak
merugikan pihak industri bangunan
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pemilihan bahan refrigeran merupakan hal yang cukup penting dalam
mewujudkan green building. Hal ini dikarenakan bahan refrigeran memiliki dampak
lingkungan secara langsung baik untuk perusakan lapisan ozon maupun meningkatnya
pemanasan global dan dampak tidak langsung yaitu mempengaruhi tingkat efisiensi energi
yang selanjutnya berdampak pada efisiensi secara ekonomi.
Kesiapan pasar dalam menerima hidrokarbon (HC) sebagai bahan refrigeran harus
didukung dengan sosialisasi tentang keunggulan bahan tersebut yang melibatkan semua
stakeholder terkait dan pengadaan teknisi yang handal agar implementasinya tidak
merugikan pihak industri bangunan. Sejauh ini, baik secara akademis maupun teknis,
hidrokarbon (HC) merupakan bahan refrigeran yang dapat menjadi solusi bagi industri
bangunan baik secara ekologi maupun ekonomi.
B. Saran
a. Mengganti alat-alat kebutuhan yang berpotensi menghasilkan zat-zat perusak
ozondenang alternatif lain yang ramah lingkungan. Alternative refrigerant adalah
hidrokarbon yaitu refrigeran yang ramah lingkungan, tidak beracun, lebih murah,
tidak menyebabkan penipisan ozon.
b. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program
perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan
lapisanozon, memperkenalkan bahan, proses, produk ,dan teknologi yang tidak
merusaklapisan ozon dengan cara mengadakan seminar-seminar dan penyuluhan
secara rutindi berbagai organisasi masyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Murdiyarso. 2003. Konvensi Perubahan Iklim, Jakarta: Kompas
Itha Masithah. 2013. Jurnal Menipisnya Lapisan Ozon. Tugas Pengenalan Komputer
Pendidikan Biologi
https://docplayer.info/70638348-2-1-sejarah-refrigeran.html
https://www.academia.edu/28839361/Refrigeran
https://www.caesarvery.com/2013/12/sistem-pendingin-refrigeration.html
https://warstek.com/2015/04/09/refrigeranmasadepan/
9
Download