1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antar seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikapnya.(Arsyad, 2014:1) Dengan demikian pengertian belajar adalah suatu kejadian yang terarah oleh seseorang dengan interaksi antar lingkungannya, yang terjadi kapan saja dan dimana saja. Dari kejadian tersebuat dapat menimbulkan beberapa perubahan positif baik dalam tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Jika belajar tersebut dilaksanakan dalam bidang akademik maka mengarah pada perubahan diri seseorang dengan perubahan tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap, dengan interaksi antar guru, murid, kepala sekolah, penjaga perpustakaan, materi pembelajaran (buku, lembar kerja siswa, modul dan sejenisnya ), serta media pengajaran (gambar, globe, proyektor, vidio, radio, televisi dan macam media pengajaran yang lainnya). Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas metode pelajaran yang disampaikan kepada siswa, dan mencegah terjadinya verbalisme pada 1 2 siswa. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme, tentu akan membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira dalam belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya. Dengan demikian kegiatan belajar akan lebih efektif. Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung atau pengalaman abstrak dan menuju kepada pengalaman yang lebih kongkrit. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam pengajaran dari pada tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berusaha untuk menampilkan rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologi terhadap siswa. ( Hamalik, 1986 ) Kegiatan belajar mengajar pemakaian kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran, komunikasi pandang dengar, pendidikan alat peraga pandang, teknologi pendidikan, alat peraga, dan media penjelas. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya 3 pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Guru dituntut agar menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. Media juga dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang sedang berkembang saat ini adalah media audio visual. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara, dan sebagainya. (Purwono dkk, 2014:130) Media audio visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide yang dikombinasikan dengan kaset audio.(Wingkel, 2009:321) Dengan demikian media audio visual dapat memberikan banyak stimulus kepada siswa karna bersifat suara dan gambar sehingga jika kegiatan pembelajaran menggunakan media aodio visual maka akan meningkatkan minat belajar dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik. Media audio visual merupakan media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Tingkat retensi (daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan informasi awalnya lebih besar melalui indera pendengaran dan penglihatan. Contoh media 4 audio visual yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video dalam bentuk CD. Salah satu fungsi dari media pembelajaran adalah fungsi psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup: fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah perasaan/emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya pikir), fungsi imajinatif dan fungsi motivasi (mendorong siswa membangkitkan minat belajar).Keunggulan dari media audio visual yang berupa video adalah dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa, memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik serta sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan dari siswa.(Utami dkk, 2013:2-3) Salah satu para ahli mengungkapkan bahwa konsep adalah kelas atau kategori objek, peristiwa atau orang yang memiliki ciri-ciri umum. Suatu konsep dapat dibentuk melalui gambar visual dan kata bermakna. Jadi, pemahaman konsep dapat diartikan sebagai pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak dengan menggolongkan suatu objek atau kejadian dengan menyatakan ulang suatu konsep kemudian mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifatnya. (Hamalik, 2010:132) Dengan penggunaan media audio visual tersebut dalam pembelajaran dapat memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi terhadap materi pembelajaran serta dapat mengasah penalaran dan koneksi dalam pemahaman konsep anak. 5 Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 12 Maret 2018 di kelas II SD Negeri Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan menyatakan bahwasanya kegiatan belajar yang telah berlangsung juga menggunakan media, akan tetapi hal tersebut jarang diaplikasikan. Menurut hasil wawancara dari guru kelas mengatakan bahwa siswa lebih senang dan muncul minat belajarnya jika pembelajarannya disertai dengan media, akan tetapi yang diterapkan di kelas II ini jarang sekali menggunakan media, hanya sekedar menggunakan media visual saja. Sedangkan menurut hasil wawancara sebagian siswa kelas II mengatakan bahwa pembelajaran terasa sangat jenuh, membosankan dan tidak ada minat belajar, jika tanpa menggunakan media, akan tetapi apabila pembelajarandisertai dengan media, maka pembelajaran terasa menyenangkan dan nyaman, sehingga materi yang disampaikan dapat mudah difahami serta dapat menambah minat belajar siswa. Telah disebutkan media yang terkadang diterapkan pada kelas II SDN Bulutengger, menggunakan media visual, sedangkan disini peneliti memilih ingin mengaplikasikan media audio visual agarmeningkatkan minat belajar siswa, sehingga pembelajaran tersebut terasa sangat menyenangkan. Maka dari itu dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti membuat judul penerapan media audio visual gerak dalam meningkatkan minat belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas II SD Negeri Bulutengger tahun ajaran 2017/2018. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan media audio visual diam ? 2. Bagaimana minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan media audio visual gerak ? 3. Bagaimana perubahan minat belajar pada siswa kelas II SDN Bulutengger? C. Tindakan Yang Dipilih Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menekankan pada penerapan media audio visual, meningkatakan minat belajar dan hasil belajar siswa, sehingga dengan penggunaan media audio visual tersebut dalam pembelajaran dapat memberikan rangsangan, pengalaman, persepsi terhadap materi pembelajaran dan dapat mengasah penalaran dan koneksi dalam pemahaman konsep anak serta meningkatakan minat belajar siswa. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan media audio visual diam. 2. Minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan media audio visual gerak. 3. Perubahan minat belajar siswa kelas II SDN Bulutengger Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan. 7 E. Lingkup Penelitian Dalam hal ini peneliti memberikan batas-batas tindakan untuk memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu diadakan batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut : 1. Minat belajar siswa rendah dalam pembelajaran. 2. Penerapan media rendah dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah media audio visual untuk meningkatkan minat belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah wawasan/pengetahuan peneliti terhadap pelaksanaan dan minat belajar dari penerapan media pengajaran. b. Dapat memberikan sumbangsih yang lebih bermanfaat dalam pengembangan dalam meningkatkan mutu pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru, sebagai masukan untuk membantu dalam poses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lancar. b. Bagi siswa, mendapat pengalaman baru dan mudah dalam memahami materi pembelajaran. c. Bagi peneliti, untuk menambah pengalaman serta pemgetahuan khususnya tentang penulisan karya ilmiah. 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah ( وسائلperantara) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di antaranya akan diberikan berikut ini. Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.Menurut Fleming dalam Arsyadmenyatakan media adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, 8 9 yaitu mengatur hubungan yang efektif atar dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengatarkan pesan-pesan pembelajaran. Heinich, dan kawan-kawan (1982)mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksudmaksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan tau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. (Arsyad, 2014:3-4) Menurut Dewi Salma Purwadilaga mengatakan media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau muatan untuk membelajarkan seseorang. Menurut Arif Sadiman menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke 10 penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Rahmawati, 2011: 23) Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bawa media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan informasi yang berupa materi pembelajaran, pesan-pesan cetakan atau lainnya yang terjadi antar dua belah pihak yakni guru dan siswa atau pengirim dan penerima. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan sesuai dengan tujuan yang dicapai. Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada media. a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatubenda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera. b. Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. c. Penekanan media pembelajaranterdapat pada visual dan audio. d. Media pembelajaranmemeliki pengertian alat bantu pad proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. e. Media pembelajarandigunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 11 f. Media pembelajarandapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape/kaset, video recorder). g. Sikap, pembuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. (Arsyad, 2014: 6) Dalam penjelasan ciri-ciri umum media yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum media adalah suatu benda atau alat yang dapat didengar, diraba, dilihat dengan panca indera dan isi pesan yang ingin disampaikan kepada siswa, yang mana media pendidikan terdapat visual dan audio, media juga sebagai alat komunikasi dan interaksi antar guru siswa. 2. Urgensi Penggunaan Media Pada hakikatnya belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk ide dan pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya verbalisme, ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya. Salah satu usaha untuk mengatasi hal ini adalah penggunaan media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus, 12 informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai berikut: a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa, pengalaman masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga individu dan masyarakat sangat menetukan macam-macam pengalaman yang berbeda pula. b. Media dapat mengatasi kelas. c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan. d. Media menghasilkan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis penggunaan media, seperti : gambar, film, model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar yang benar.(Rahmawati, 2011: 23-24) Dengan demikian kegiatan belajar mengajar itu harus disertai media, karena media sebagai penyaji stimulus, informasi dan untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. 3. Klasifikasi Media Menurut bentuk informasi yang digunakan, kita dapat memisahkan dan mengklasifikasi media dalam lima kelompok besar, 13 yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Proses yang dipakai untuk menyajikan pesan, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi. Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara penyajiannya, kita mendapatkan suatu format klasifikasi yang meliputi tujuh kelompok media penyaji,yaitu: a. Grafis, bahan cetak, dan gambar diam. b. Media proyeksi diam. c. Media audio. d. Media audio visual diam. e. Media Audio visual hidup/film. f. Media televisi. g. Multi media. (Nurseto, 2011: 5) 4. Ciri-Ciri Media Menurut Gerlach & Ely ada tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien )melakukannya. Ciri-ciri tersebut meliputi: a. Ciri Fiksatif (Fixative Property) Ciri ini mengemedia pengajarankan kemampuan media merekan, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksikan suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif ini, media 14 memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian telah direkam dengan format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara perorangan atau kelompok. b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property) Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari, dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan media pengajaran time-lapse recording. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh oleh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka kearah yang tidak diinginkan. c. Ciri Distributif (Distributive Property) Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, secara bersamaan kejadian 15 tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, informasi dapat direproduksi beberapa kali dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. (Arsyad, 2014:15-17) 5. Kriteria Pemilihan Media Beberapa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media. Diantaranya: a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan ini dapat dimedia pengajarankan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi. 16 b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya, tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi ruang dan waktu. c. Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana. d. Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang 17 menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran ssebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar. e. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perseorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang, kelompok kecil dan perseorangan. f. Mutu Teknis. Pengembangan audio visual pengajaran harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, audio visual diam pada slide harus jelas dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang. B. Media Audio Visual 1. Pengertian Media Audio Visual Wingkel mengatakan Media audio visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide yang dikombinasikan dengan kaset audio. Menurut Wina Sanjaya Media audio visual adalah mediayang mempunyai unsur suara dan unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara, dan sebagainya. 18 Themistoklis Semenderiadis mengatakan Audiovisual media play a significant role in the education process, particularly when usedextensively by both teacher and children. Audiovisual media provide children with many stimuli, due to their nature (sounds, images). They enrich the learning environment, nurturing explorations, experiments and discoveries, and encourage children to develop their speech and express their thoughts (Media audio visual memainkan peranpenting dalam proses pendidikan, terutama ketika digunakan oleh gurudan siswa. Media audio visual memberikan banyak stimulus kepada siswa, karena sifat audio visual atau suara-gambar. Audio visual memperkaya lingkungan belajar, memelihara eksplorasi, eksperimen dan penemuan, dan mendorong siswa untuk mengembangkan pembicaraan dan mengungkapkan pikiranya). Media audio visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang dikombinasikan dengan kaset audio yang mempunyai unsur suara dan gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman video, slide suara dan sebagainya. (Purwono dkk, 2014: 130) Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah gabungan antara gambar dan suara yang bisa diwujudkan dalam bentuk video, slide, film dan lain-lain, yang mana dengan bentuk media tersebut jika diterapkan dalam pembelajaran dapat memudahkan pemahaman murid dalam penyampaian materi. 2. Klasifikasi Media Audio Visual Menurut syaiful bahri mengatakan media audio visual dibagi menjadi dua kategori, yaitu : a. Audio visual diam yaitu: media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan cetak suara. 19 b. Audio visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti: film suara dan video caset, televisi, OHP, dan komputer. 3. Sifat Media Audio Visual Djamarah S. Dkk dalam Purwono menyatakan bahwa sebagai alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran. Media audio- visual mempunyai sifat sebagai berikut: a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi. b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian. c. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar. d. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil yang dicapai. e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan) f. Dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran akan memberikan pengalaman langsung dan membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan untuk siswa. (Purwono dkk, 2014: 131) 4. Keunggulan Media Audio Visual Menurut Atoel menyataka bahwa media audio visual memeliki beberapa keunggulan antara lain : a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan). b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indera, seperti objek yang terlalu besar digantikan dengan realitis, gambar atau film. 20 c. Media audio visual berperan dalam pembelajaran tutorial. (Purwono dkk, 2014: 130) C. Minat Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antar seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikapnya.(Arsyad, 2014:1) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.( Slameto, 2010: 2) Dengan demikian pengertian belajar adalah suatu kejadian yang terarah oleh seseorang dengan interaksi antar lingkungannya, yang terjadi kapan saja dan dimana saja. Dari kejadian tersebuat dapat menimbulkan beberapa perubahan positif baik dalam tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Jika belajar tersebut dilaksanakan dalam bidang akademik maka mengarah pada perubahan diri seseorang dengan perubahan tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap, dengan interaksi antar guru, murid, kepala sekolah, penjaga 21 perpustakaan, materi pembelajaran (buku, lks, modul dan sejenisnya ), serta media pengajaran (gambar, globe, proyektor, vidio, radio, televisi dan macam media pengajaran yang lainnya). 2. Pengertian Minat Belajar Muhibbin Syah berpendapat minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Diungkapkan oleh Slameto, minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan secara terus menerus dan disertai dengan perasaan senang. Dimana perasaan senang yang ada,bermuara pada kepuasan. Syaiful Bahri Djamarah menyatakan minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Hal ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat punberkurang. Menurut Crow & Crow dalam Abdul Rachman Abror, minat atau interest dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung merasa tertarik baik pada orang, benda, kegiatan, atau pun bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh 22 kegiatan itu sendiri. Ini artinya minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan itu. Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten disertai rasa senang. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat dan dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat timbul pada diri seseorang bukan bawaan sejak lahir melainkan hasil belajar yang cenderung mendukung aktivitas belajar selanjutnya. (Haryati, 2015:12-13) Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulannya bahwa minat kegairahan tinggi atau keinginan besar dan rasa keterkaitan pada suatu aktifitas, yang mana suatu aktifitas dalam hal ini diartikan kegiatan belajar. Dengan demikian minat belajar adalah keinginan besar dan rasa senang dalam melaksanakan kegiatan belajar yang dapat mendorong pada pemahaman yang dicapai. 3. Jenis-Jenis Minat Djaali mengemukakan bahwa minat memiliki unsur afeksi, kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan kecenderungan hati. Kemudian berdasarkan orang dan pilihan kerjanya, minat dibagi kedalam enam jenis, yaitu: a. Realistis Orang dengan minat realistis biasanya lebih menyukai masalah konkret dibandingkan masalah abstrak. Koordinasi otot 23 yang dimiliki baik dan terampil, tetapi kurang menyenangi hubungan sosial dikarenakan cenderung kurang mampu menggunakan medium komunikasi verbal. b. Investigatif Minat ini cenderung berorientasi keilmuan. Orang dengan minat investigatif umumnya berorientasi pada tugas, intropeksi dan asosial, mereka lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada melaksanakannya. Ia suka bekerja sendirian, kurang memiliki pemahaman sebagai pemimpin akademik dan intelektualnya sendiri, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan berulang. c. Artistik Minat artistik membuat orang cenderung menyukai hal-hal yang bersifat terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi, kreatif dalam bidang seni dan musik, dan sangat membutuhkan suasana yang dapat mengekpresikan sesuatu secara individual. d. Sosial Orang yang memiliki minat ini memiliki kemampuan verbal yang baik, terampil dalam bergaul, bertanggung jawab, suka bekerja secara kelompok, menyukai kegiatan yang sifatnya berbagi seperti mengajar, melatih, dan memberi informasi. e. Enterprising Orang dengan minat ini memiliki kemampuan memimpin, percayadiri, agresif, dan umumnya aktif. 24 f. Konvensional Orang dengan minat konvensional biasanya memiliki komunikasi verbal yang bagus, ketertiban, dan kegiatan yang berhubungan dengan angka. (Haryati, 2015:16-17) Telah disebutkan jenis-jenis minat di atas, bahwa pada diri manusia itu memiliki jenis minat yang berbeda-beda, akan tetapi hal tersebut tidak usah dipermasalahkan, yang terpenting dalam diri manusia harus ada minat yang terkait hal-hal positif. 4. Menemukan Minat Anak Sebagai seorang guru yang telah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, salah satunya adalah minat belajar. Guru juga mengetahui bagaimana menemukan minat pada siswa. Berikut ini beberapa cara menemukan minat anak yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock: a. Pengamatan kegiatan Dengan mengamati mainan anak dan benda-benda yang mereka beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktivitas yang ada urusannya spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk tentang minat mereka. b. Pertanyaan Bila seorang bertanya terus menerus, bertanya tentang sesuatu minatnya hal tersebut lebih besar daripada minatnya padahal yang hanya sekali-kali ditanyakan. 25 c. Pokok pembicaraan Apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya, hal ini memberikan petunjuk minat mereka dan seberapa kuat minat mereka. d. Membaca Bila anak-anak bebas memilih buku untuk dibaca atau dibacakan anak memilih topik yang mereka inginkan. e. Menggambar spontan Sesuatu yang digambar atau dilukiskan anak secara spontan dan seberapa sering mereka mengulanginya akan memberikan petunjuk tentang minat mereka tentang sesuatu. f. Kegiatan Apabila ditanyakan pada anak tentang apa yang diinginkan dan bila mereka dapat memilih apa yang mereka inginkan kebanyakan anak menyebutkan hal-hal yang mereka minati. g. Laporanmengenaiapasajayangmerekaminati. Apabila seorang anak ditanya untuk menyebutkan atau menulis tiga benda atau lebih yang paling diminati. Anak akan menunjukkan minat yang telah terbentuk yang memberikan petunjuk hal-hal yang memberikan kepuasan. (Haryati, 2015:17) 26 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Berdasarkan judul penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang mengangkat masalah-masalah yang aktual, yang dilakukan oleh para guru yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional. ( Khurnia Utami, 2012:2) Pada penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian menurut Hopkins dan model tersebut dilaksanakan secara penelitian kolaborasi, maksudnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan 26 27 secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati jalannya tindakan. Jadi dalam penelitian kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Yang mana secara garis besar penelitian menurut Hopkins terdapat empat tahapan, yakni: 1. Perencanaan Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. 2. Pelaksanaan Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya telah dilatih guru untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar. 3. Pengamatan Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. 4. Refleksi Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah 28 terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. (Suhardjono, 2008: 75-80) Dengan penelitian tindakan kelas, guru akan meperoleh manfaat praktis, guru juga dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelas dan tau cara mengatasinya. Dengan demikian pembelajaran di kelas akan diperbaiki oleh guru secara sadar dan Tterarah dengan baik. Tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar mengajar menjadi lebih baik. Guru dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja siswa akan meningkat. Secara lebih luas PTK juga merupakan sarana untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan terhadap anak didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan kualitas progam sekolah secara keseluruhan. ( Tim Prodi STIT ALFattah, 2018:12) B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas 2 SD Bulutengger Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan . Sekolah ini dipilih karena sebagai tempat peneliti sehari-hari melaksanakan tugas kepengawasan, disamping itu setiap kemajuan perkembangan yang dicapai siswa dapat diketahui. 29 2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Bulutengger. Mengapa peneliti memilih kelas II, karena dalam kegiatan belajar selalu ramai, sehingga dapat disimpulkan jika dalam kegiatan belajar selalu ramai maka dalam diri siswa tidak ada keminatan belajar. Dan kurangnya media yang diterapkan, karna dengan adanya media akan menimbulkan keterkaitan atau keminatan dalam belajar. C. Variabel Yang Diselidiki Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Tiga variabel, yaitu : a. Variabel Input Variabel input adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel input (Sugiyono, 2016: 64). Variabel inputdalam penelitian ini adalah media pengajaran audio visual. b. Variabel proses Variabel proses adalah variabel yang terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran seperti interaksi belajar mengajar, ketrampilan guru, gaya belajar siswa dan lain sebagainya (Sutrisna : 10-11). Pada variabel proses penyelenggaraan ini peneliti menggunakan 30 penerapan media audio visual sebagai interaksi belajar antar guru dan siswa. c. Variabel Output Variabel output adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel output (Sugiono, 2016: 64). Variabel outputdalam penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar. D. Rencana Tindakan Rancana pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah berikut adalah gambar tentang langkah langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini : 1. Persiapan pra penelitian yaitu: a. Orientiasi lapangan melalui wawancara terhadap guru kelas di kelas II tahun ajaran 2017/2018 untuk menjaring permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sebelum penelitian tindakan kelas ini dilakukan. b. Menganalisis hasil wawancara dengan menentukan fokus permasalahan yang akan diteliti. c. Mendiskusikan rancangan penelitian berdasarkan fokus permasalahan yang akan di teliti. 2. Siklus I dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut : a. Tahap perencanaan tindakan (planning) 1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 31 2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual diam pembelajaran. 3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran. 4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas. 5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrument tes yang berupa soal tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media audio visual diam terhadapkegiatan pembelajaran. 6) Menentukan fokus observasi dan aspek–aspek yang akan diamati sebagi lembar observasi. 7) Menyusun rancangan media audio visual diam dan. mempersiapkan alat atau media pembelajaran serta sumbersumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop , LCD dan kaset VCD. b. Tahapan pelaksanaan tindakan 1) Gurumemberikanpenjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. 32 2) Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik sebelum kemampuan kognitif menerimapelajaran, guru memberikan tes kemampuan awal. 3) Guru mengadakan kegiatanpembelajaran melalui pendekatan konstektual dengan memanfaatkan media audio visual video diam , kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan menyimak slide pembelajaran berupa: a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau enam siswa yang telah ditentukan. b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan. c) Guru mulai memutarkan slide pembelajaran. d) Siswa menyimakslide pembelajaran yang di sajikan. e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk diskusi kelompok. f) Melaksanakan pretes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan. g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat pretes dan memberikan kesimpulan. h) Melakukan tugasnya yang melakukan peneliti observasi berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada lembar observasi. 33 c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi) 1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi dan menyimak video diam sesuai dengan lembar observasi. 2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus 1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus satu melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar. 2) Merefleksikan kekurangan pada siklus satu, dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis refleftif yang dilakukan secara kolaboratif. Berdasarkan refleksi siklus satu maka penelitian akan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus dua. 3. Siklus II dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut : a. Tahap perencanaan tindakan (planning) 1) Merencanakan pembelajaran yang akan di terapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 34 2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual hidup pembelajaran. 3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran. 4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas. 5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrument tes yang berupa soal tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media audio visual hidup terhadap kegiatan pembelajaran. 6) Menentukan fokus observasi dan aspek–aspek yang akan diamati sebagi lembar observasi. 7) Menyusun tancanan media audio visual hidup dan mempersiapkan alat atau media pembelajaran serta sumbersumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop , LCD dan kaset VCD. b. Tahapan pelaksanaan tindakan 1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan di berikan kepada peserta didik. 35 2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif peserta didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes kemampuan awal. 3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan konstektual dengan memanfaatkan media audio visual (video hidup), kegiatan yang di lakukan meliputi kegiatan menyimak video pembelajaran berupa: a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau enam siswa yang telah ditentukan. b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan. c) Guru mulai memutarkan video pembelajaran. d) Siswa menyimak video pembelajaran yang di sajikan. e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk diskusi kelompok. f) Melaksanakan post tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan. g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat post tesdan memberikan kesimpulan. h) Melakukan tugasnya yang melakukan peneliti observasi berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada lembar observasi. 36 c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi) 1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas motivasi belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi dan menyimak video hidup sesuai dengan lembar observasi. 2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus 1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus dua melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar. 2) Merefleksisan kekurangan pada siklus dua, dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis reflektif yang dilakukan secara kolaboratif. E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Data Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu data yang bersifat primer dan data yang bersifat sekunder. a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama). (Dr. Harnovinsah: 1). Data primer ini merupakan sumber data yang utama, yang dilakukan oleh peneliti dengan melaksanakan beberapa kegiatan yang telah 37 ditentukan sehingga memperoleh informasi yang dikumpulkan melalui dokumentasi yang berupa nilai pre tes dan post tes, nilai indikator minat dan nilai dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Data sekunder Data sekunder adalah datayang diperoleh penelitidari sumberyangsudah ada,(Dr. Harnovinsah:1). Dalam penelitian ini sumber data sekundernya yakni sumber data yang diperoleh secara langsung baik informasi dari guru kelas dan siswa kelas II. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat informasi, dengan demikian juga peneliti mengetauhi permasalahan dalam kegiatan, bahwasannya siswa kelas II keminatan belajarnya sangat kurang, dikarnakan kurangnya penerapan media. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Tes Tes adalah suatu teknik pengukuran yang ada di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. (Novrizal, 2015: 51) Tes yang dilakukan berupa tes awal (pre tes) yang diberikan sebelum penerapan media audio visual, tes yang dilakukan berupa tes akhir (post tes) yang dilakukan setelah 38 penerapan media audio visual. Tes yang diberikan berupa dalam bentuk tes pilihan ganda. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) dalam pengumpulan data mengajukan suatu pertanyaan yang diwawancarai. (Sugiono, 2016: 188) Dalam hal ini peneliti mewawancarai guru dan siswa guna mengetahui permasalahan dalam kegiatan, bahwasannya siswa kelas II keminatan belajarnya sangat kurang, dikarnakan kurangnya penerapan media. c. Observasi Teknik pengumpulan data dengan observsi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak telalu besar. (Novrizal, 2015: 52) Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap keminatan belajar pada kelas II. Dengan pengamatan ini peneliti akan menerapkan penggunaan media audio visual yang berupa video pembelajaran. d. Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang berupa benda-benda tertulis seperti buku- 39 buku, majalah dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. (Suharsimi A, 2010: 201) Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data yang mendukung, antara lain: a. Data mengenai hasil pre tes yang terjadi pada siklus I dan hasil post tes pada siklus II. b. Data mengenai hasil observasi ketercapaian indicator minat siswa kelas II. c. Data mengenai hasil kognitif, afektif dan psikomotorik. F. Indikator Kinerja BerdasarkanKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam penelitian tindakan kelas ini adalah mencapai nilai 70, siswa yang mendapat nilai 70 tersebut setelah adanya penerapan media audio visual dan pemberian pre tes dan post tes terhadap meningkatkan minat belajar kelas II SDN Bulutengger. Jika setelah penerapan media audio visual manyoritas siswa kelas II mendapatkan nilai lebih dari 70 maka penerapan media tersebut dikatakan berhasil (sukses), dan jika sebaliknya, siswa kelas II mayoritas mendapatkan nilai kurang dari 70 maka penerapan media tersebut dikatakan tidak berhasil. Selain penilaian pre tes dan post tes juga terdapat penilaian indicator minat dan penilaian segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang penilaiannya menggunakan presentase skor, peneliti menggunakan presentase skor tersebut sesuai dengan referensi karangan Nana Sudjana. 40 Persentase Skor 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%. (Sudjana, 2014: 133) Dengan hasil dari persentase skor di atas dapat memberikan kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut : 81% < PS ≤ 100% : Sangat Minat 61% < PS ≤ 80% : Minat 41% < PS ≤ 60% : Cukup Minat 0% < PS ≤ 40% : Kurang Minat Indikator minat yang telah ditentukan antara lain adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, senang atau suka terhadap pembelajaran, aktif dalam diskusi, mencatat hal-hal penting, aktif dalam bertanya pada materi yang belum difahami, aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, menyelesaikan tugas yang telah diberikan, tekun dalam belajar, aktif membaca, memiliki jadwal belajar, disiplin dalam belajar, masuk kelas tepat waktu dan tidak keluar saat pembelajaran berlangsung. (Hartantia dkk, 2013: 103-104) G. Tim Peneliti dan Tugasnya Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian menurut Hopkins yang dilaksanakan secara penelitian kolaborasi, maksudnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati jalannya tindakan. Jadi dalam penelitian kolaborasi ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan 41 yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti. Tim peneliti dan tugasnya sebagai berikut: No 1 Nama Wenti Rosa Dewi, S.Pd Tugas Guru dan yang melakukan proses pembelajaran 2 Annisa Rahmaniyah Observer/peneliti 42 BAB IV HASIL PENELITIAN A. LOKASI, GEOGRAFIS DAN KEADAAN BANGUNAN MADRASAH 1. Sejarah Madrasah Sekolah Dasar Negeri Bulutengger terletak di desa bulutengger kecamatan sekaran ± 25 Km dari pusat ibu kota Kabupaten Lamongan. Berada pada lingkungan pedesaan, Input siswa yang masuk ke SDN Bulutengger berasal dari kecamatan dan kabupaten yang berada di sekitar lokasi madrasah dengan karateristik murid yang heterogen baik lulusan RA. Dengan jumlah madrasah sekolah dasar yang banyak itu merupakan sebuah faktor yang sangat berpengaruh pada perkembangan Madrasah terlebih lagi SDN Bulutengger berada di naungan satu satunya madrasah yang berada di esa bulutengger. Sekolah Dasar Negeri Bulutengger didirikan oleh seorang tokoh masyarakat desa bulutengger pada tahun 1976, dan telah tercatat dalam Departemen Dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur pada tanggal 10 juni 1980. Kemudian pada tanggal 12 januari 1982 dinyatakan terdaftar sebagai anggota pada lembaga pendidikan Sekolah Dasar Negeri di wilayah jawa timur dengan nomer 20506029 dan mendapat piagam sebagai Madrasah Negeri dengan status diakui di lingkungan Dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur Dengan Nomor Statistik Madrasah : serta nomer pokok Madrasah Nasional (NPSN) Dari Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten lamongan dengan Nomor: 20506029 yang di terbitkan pada tanggal 01 September 1998. 42 43 Kemudian paa tanggal 20 November 2002 melalui surat keputusan Badan akreditasi Nasional (BAP) Provinsi jawa Timur SDN Bulutengger meningkat statusnya sebagai Madrasah Terakreditasi A (Unggul) dengan nilai 89 yang berlaku sampai tahun 2007. Dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dan pendidik di SDN Bulutengger berpe gang pada azas keseimbangan antara kreativitas dan disiplin antara persaingan dan kerjasama serta tuntutan prakarsa. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SDN Bulutengger kegiatan belajar mengajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat di evaluasi melalui dengan pengukuran menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan terencana dengan baik supaya dapat diterima untuk memenuhi: a. Kebutuhan Masyarakat setempat dan masyarakat Global b. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global c. Sebagai proses melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Letak Geografis SDN Bulutengger terletak di samping jalan raya Bulutengger kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan Povinsi jawa Timur sebagai berikut: 44 NO JARAK SEKOLAH KM 1 Jarak Sekolah Ke Ibu Kota Propinsi 67 Km² 2 Jarak Sekolah Ke pusat kabupaten 22 Km² 3 Jarak Sekolah Ke kanwil Depag 22 Km² 4 Jarak Sekolah Ke Kandep. Agama 22 Km² 5 Jarak sekolah ke SMA Terdekat 300 m 3. Visi Dan Misi SDN Bulutengger a. Visi Madrasah ‘’TERWUJUDNYA PESERTA DIDIK YANG BERIMAN, CERDAS, TRAMPIL, MANDIRI, DAN BERWAWASAN GLOBAL’’ b. Misi Madrasah 1) Menanamkan keyakinan melalui kegiatan keagamaan 2) Meningkatkan aktifitas akademis dan non akademis 3) Mengembangkan keterampilan di bidang IPTEK, Bahasa, Olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan potensi siwa 4) Membina kemandirian siswa melalui egiatan pembiasaan dan Pengembangan dri yang terencana dan beresinambungan 5) Mengembangkan kegiatan yang menumbuhan kesadaran warga sekolah sebagai bagian masyaakat global. 45 c. Tujuan SDN Bulutengger Tujuan pendidian adalah berkembannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepaa tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Pendidikan SDN Bulutengger diarahkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut: a. Mengembankan budaya sekolah yang relejius melalui kegiatan keagamaan b. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif berbasis pendidikan berkarakter c. Menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK, Bahasa, olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat dan potensi d. Menyelenggarakan egiatan kemandirian melalui pembiasaan dan pengembangan diri e. Menyelenggarakan kegiatan yan menumbuhkan kesadaran warga sekolah sebagai bagian masyarakat global. d. Sasaran dan Kegiatan Berdasarkan identifikasi tantanan yang dihaapi madrasah tersebut serta mengacu pada Visi, Misi dan Tujuamaka SDN Bulutengger menetapkan sasaran dan kegiatan dengan rumusan sebagai berikut: 46 1) Sasaran Sasaran Kegiatan Sekolah Nasional SDN Bulutengger tahun 2014 adalah Guru, Siswa, Karyawan, dan Komite sekolah 2) Kegiatan Adapun bentuk kegiatan antara lain: Seminar, Workshop, Diskusi, Kerja pratikum dan Pembelian alat ATK 4. Daftar Personalia Daftar Nama Guru SDN Bulutengger Sekaran Lamongan KODE NAMA GURU JABATAN GURU 1 BAMBANG SUPRIYADI, S.Pd Kepala Sekolah 2 RUSTAMAJI, S.Pd Guru PJOK 3 NUR FATIH, Ama.Pd Guru Kelas VI 4 SUANTRIANTO, S.Pd M.Pd Guru Kelas V 5 ZAHID ARIFIN, S.Pd M.A Guru Kelas IV 6 SITI MUDLIKAH, S.Pd.I Guru PAI 7 JUMIATUN, S.Pd Guru Kelas V 8 MURZANI, S.Pd Guru Kelas I 9 TRI IDAYANAH, S.Pd Guru Bahasa Inggris 10 WENTI ROSA DEWI, S.Pd Guru Kelas II 11 UMMU KHABIBAH, Ama.Pd Guru Kelas II 12 SAMSUL ANAM, S.Pd Guru Kelas III 13 DWI YANTO Pegawai TU/penjaga KET 47 B. DESKRIPSI DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS DATA Penelitian pendahuluan sebelum kegiatan pelaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Penelitian dimulai dengan melakukan kegiatan observasi ke sekolah SD Negeri Bulutengger. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru kelas, pengamatan tterhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas, bahan dan media pembelajaran yang ada di sekolah, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah SD Negeri Bulutengger. Dari hasil pengamatan yang telah diamati dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran yang berlangsung di kelas tidak teratur, siswa terlihat banyak yang ramai, bermain, dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. 2. Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sudah cukup, antara lain : metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. 3. Dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, siswa umumnya tidak mengerti terhadap penjelasan yang guru berikan. Hal ini terbukti ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan, akan tetapi siswa terlihat diam sambil menunggu jawaban dari temannya / menunggu bimbingan langsung dari guru pengajar. 4. Terhitung beberapa siswa yang menjawab namun banyak siswa yang sekedar diam dan hanya mendengarkan. 48 5. Guru kelas juga mengatakan bahwa siswa kelas 2 ini kurang terhadap minat belajar, sehingga saat proses pembelajaran terbilang membosankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang bernama Raeesa Oktavia Az-Zahirah, Najwa Zahrotus Syifa’, Muh. Gandik Al Fredo dan Rafif Hidayatullah mengatakan bahwa siswa kelas II terbilang kurangnya minat belajar, dikarenakan keadaan kelas yang kurang terkondisikan sehingga cenderung membosankan dan malas untuk memperhatikan pelajaran, hal ini didukung juga oleh hasil wawancara dari guru kelas II. Oleh sebab itu, peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan media audio visual gerak yang berupa video pembelajaran, untuk meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 3. Siklus I dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut : a. Tahap perencanaan tindakan (planning) 1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual diam pembelajaran. 3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian dalampembelajaran. 4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas. keberhasilan 49 5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrumen tes yang berupa soal tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media audio visual diam terhadap kegiatan pembelajaran. 6) Menentukan fokus observasi dan aspek –aspek yang akan diamati sebagi lembar observasi. 7) Menyusun rancangan media audio mempersiapkan alat atau media visual diam dan. pembelajaran serta sumber- sumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop dan LCD. b. Tahapan pelaksanaan tindakan 1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. 2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif peserta didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes kemampuan awal. 3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan konstektual dengan memanfaatkan media audio visual video diam , kegiatan yang dilakukan meliputiKegiatan menyimak media audio visual yang berupa slide pembelajaran berupa : a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau enam siswa yang telah ditentukan. 50 b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan. c) Guru mulai memutarkan slide pembelajaran. d) Siswa menyimak slide pembelajaran yang disajikan. e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk diskusi kelompok. f) Melaksanakan pretes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan . g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat pretes dan memberikan kesimpulan. h) Melakukan tugasnya yang melakukan berdasarkan aspek-aspek yang peneliti observasi terdapat pada lembar observasi. c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi) 1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi dan menyimak video diam sesuai dengan lembar observasi. 2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus 1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus satu melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar. 2) Merefleksisan kekurangan pada siklus satu, dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan 51 tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis refleftif yang dilakukan secara kolaboratif. Pada tahap analisis dan refleksi dimana peneliti bersama guru kelas yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis serta mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus 1, apakah tindakan yang telah diberikan sudah sesuai/belum, dengan konsep penelitian yang telah direncanakan. Kemudian hasil penelitian siklus 1 dibanding dengan indikator keberhasilan. Tahap refleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang akan diberikan pada siklus berikutnya. Melalui refleksi, berbagai kendala yang muncul di kelas pada saat pemberian tindakan, maka didiskusikan untuk dicari solusi yang dapat memperbaiki mutu pembelajaran. Kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran diantaranya beberapa siswa tidak menyaksikan media slide dengan sungguh-sungguh dan tidak memperhatikan penjeasan dari guru. Ketika guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari media slide pembelajaran yang disaksikan masih terlihat ragu dan kurang percaya diri dalam menyampaikan pendapatnya, masih adaptasi terhadap media yang telah diberikan dikarnakan ketidak biasaan pada pembelajaraan yang menggunakan media slide, serta siswa masih ada yang ramai/tidak antusias dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung. PersentaseSkor 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%. 52 Kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut : 81% < PS ≤ 100% : Sangat Minat 61% < PS ≤ 80% : Minat 41% < PS ≤ 60% : Cukup Minat 0% < PS ≤ 40% : Kurang Minat Setelah dijumlah dari seluruh hasil indikator minat dinyatakan bahwa silus 1 mendapatkan jumlah 59%, dengan kategori bahwa pada pembelajaran menggunakan media audio visual diam yang berupa slide ini dinyatakan cukup berminat, dengan kategori tersebut bahwa menggunakan media slide kurang efektif dikarnakan disaat pembelajaran berlangsung siswa kelas II masih tidak bisa dikondisikan dan masih ada sebagian siswa yang tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru. Dan jumlah keseluruhan dari pre tes pada silkus satu menyatakan bahwa siswa kelas II mendapatkan nilai < dari 70, yakni mendapatkan nilai 59. Sedangkan nilai kognitif, afektif dan psikomotorik siswa tidak mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kognitif kelas II mendapatkan 56,4, hasil nilai ratarata afektif mendapatkan 50,6, sedangkan hasil nilai rata-rata psikomotorik mendapatkan nilai 54,4. Berdasarkan penjelasan diatas mengenai hasil penelitian siklus 1, peneliti merasa penelitiannya harus dilanjut pada siklus 2 karena dirasa belum berhasil menerapkan media audio visual yang berupa slide pada pembelajaran berlangsung. Selain itu hasil dari indikator minat belum 53 menunjukkan target yang dicapai. walaupun demikian, ada sebagian siswa yang terlihat senang dan antusias ketika media slide itu ditayangkan. Grafik 1 Hasil Observasi Dari Indikator Minat Siklus 1 Siswa Kelas 2 SD Negeri Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2017/2018 Siklus 1 no. 4 0% no. 1 13% no. 3 44% no.2 43% no. 1 no. 2 no. 3 no. 4 4. Siklus II dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut : a. Tahap perencanaan tindakan (planning) 1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. 2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual gerak pembelajaran. 3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan dalam pembelajaran. 4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas. 5) Menyusun instrumenpenelitian untuk proses penelitian data yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrumen tes yang berupa soal 54 tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media audio visual diam terhadap kegiatan pembelajaran. 6) Menentukan fokus observasi dan aspek –aspek yang akan diamati sebagi lembar observasi. 7) Menyusun rancangan media mempersiapkan alat atau media audio visual gerakdan pembelajaran serta sumber- sumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop dan LCD. b. Tahapan pelaksanaan tindakan 1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik 2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif peserta didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes kemampuan awal 3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan konstektual dengan memanfaatkan media audio visual video, kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan menyimak media audio visual yang berupa video pembelajaran berupa : a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau enam siswa yang telah ditentukan. b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan. c) Guru mulai memutarkan video pembelajaran. 55 d) Siswa menyimak video pembelajaran yang disajikan. e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk diskusi kelompok. f) Melaksanakan post tes untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan. g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat post tesdan memberikan kesimpulan. h) Melakukan tugasnya berdasarkan yang melakukanpeneliti observasi aspek-aspek yang terdapat pada lembar observasi. c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi) 1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi dan menyimak video sesuai dengan lembar observasi. 2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung. d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus 1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data pada siklus dua melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar. 2) Merefleksisan kekurangan pada siklus dua, dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis refleftif yang dilakukan secara kolaboratif. 56 Pada tahap analisis dan refleksi dimana peneliti bersama guru kelas yang bertugas sebagai kolaborator dan obsever menganalisis serta mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II, apakah tindakan yang telah diberikan sudah sesuai/belum, dengan konsep penelitian yang telah direncanakan. Kemudian hasil penelitian siklus II dibanding dengan indikator keberhasilan agak baik, proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual video sudah berjalan dengan baik karena semua siswa telah mengikuti pembelajaran denagn baik. Baik dalam menyaksikan video yang ditampilkan dan dalam mengungkapkan kesimpulan (pendapat) dan kesulitan belajarnya, serta mengumpulkan pertanyaan pada guru meskipun belum mencapai kesempurnaan dan guru dianggap sudah berhasil dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan media audio visual video pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil indikator minat siswa, sehingga peneliti merasa tindakannya sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan dan penelitian dihentikan pada siklus II. Persentase Skor 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%. Kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut : 81% < PS ≤ 100% : Sangat Minat 61% < PS ≤ 80% : Minat 41% < PS ≤ 60% : Cukup Minat 0% < PS ≤ 40% : Kurang Minat 57 Setelah dijumlah dari seluruh hasil indikator minat dinyatakan bahwa silus II mendapatkan jumlah 93%, dengan kategori bahwa pada pembelajaran menggunakan media audio visual gerak yang berupa video ini dinyatakan Sangat Minat, dengan kategori tersebut bahwa menggunakan media video sangat efektif. Dan jumlah keseluruhan dari pre tes pada silkus satu menyatakan bahwa siswa kelas II mendapatkan nilai > dari 70 yakni dengan mendapatkan nilai 89. Sedangkan nilai kognitif, afektif dan psikomotorik siswa mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kognitif kelas II mendapatkan 90, hasil nilai rata-rata afektif mendapatkan 89,8, sedangkan hasil nilai ratarata psikomotorik mendapatkan nilai 87,4. Kemudian hasil penelitian siklus II dibanding dengan indikator keberhasilan agak baik, proses pembelajaran dengan menggunakan media audio visual video sudah berjalan dengan baik karena semua siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik. Baik dalam menyaksikan video yang ditampilkan dan dalam mengungkapkan kesimpulan (pendapat) dan kesulitan belajarnya, serta mengumpulkan pertanyaan pada guru meskipun belum mencapai kesempurnaan dan guru dianggap sudah berhasil dalam melaksanakan proses pembelajaran menggunakan media audio visual video pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil indikator minat siswa, sehingga peneliti merasa tindakannya sudah berhasil mencapai indikator keberhasilan dan penelitian dihentikan pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran pada siklus I dan II dapat meningkatkan minat belajar siswa 58 dan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hal tersebut sejalan dengan pengujian yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum intervensi tindakan dilakukan dan setelah dilakukan berbagai desain-desain tindakan dalam pembelajaran. Pemanfaatan media audio visual video pembelajaran yaitu proses pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi antara indera penglihatan dan indera pendengaran, dan nilai praktis disisipkan dalam rencana pembelajaran baik pada kegiatan awal, inti, maupun penutup. Proses pembelajaran dengan meggunakan kolaborasi indera penglihatan dan indera pendengaran yaitu diwujudkan melalui video pembelajaran, sebagaimana yang tertera dalam RPP disisipkan pada kegiatan inti. Sedangkan untuk nilai praktis pada penelitian ini peneliti menyisipkan pada kegiatan diskusi kelompok, seluruh siswa menunjukkan antusiasme tinggi ketika kegiatan diskusi berlangsung, meningkatkan rasa ingin tahu dan berfikir kritis siswa. Sehubungan dengan hasil penelitian diatas, maka sepatutnya guru meningkatkan kualitas pembelajaran bagi peserta didik, seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Guru harus mampu memilih media, metode dan memilih bahan ajar yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan peserta didik. Dengan demikian, untuk mencapai minat yang tinggi penelitian memilih media audio visual video pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan kualitas pembelajaran setelah rangkaian-rangkaian kegiatan dilakukan, kualitas pembelajaran tersebut mencakup peningkatan keberhasilan minat, penilaian hasil kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. 59 Grafik 1 Hasil Observasi Dari Indikator Minat Siklus II Siswa Kelas 2 SD Negeri Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2017/2018 Siklus II [] [] [] [] no. 3 19% no. 4 81% No. 1 no. 2 no. 3 no. 4 60 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pemanfatan media audio visual diam yang berupa slide pembelajaran pada mata pelajaran tematik, minat siswa mengalami cukup berminat pada siklus I yakni sebesar 59%. Hal ini menunjukkan efektivitas pemanfaatan media audio visual diam yang berupa slide pembelajaran harus dilanjut padasiklus II, karena belum sesuai target dan KKM yang telah ditentukan. 2. Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan pemanfaatan media audio visual gerak yang berupa video pembelajaran pada mata pelajaran tematik, siswa mengalami sangat berminat yakni sebesar 93%. Hal ini menunjukkan efektivitas pemanfaatan video pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa. 3. Setelah penerapan media audio visual pada kelas II dinyatakan ada peningkatan. Penggunaan media audio visual pada siklus I menggunakan media slide pembelajaran dinyatakan harus dilanjut pada siklus II, yang mana pada siklus II menggunakan media audio visual yang berupa video pembelajaran, pada tahap ini siswa nampak 61 lebih tertarik mendengarkan dan memperhatikan pembelajaran yang disampaikan lewat video pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan media audio visual terhadap pembelajaran tematik dapat meningkatkan minat belajar siswa. B. SARAN Dengan mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan, saransaran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut. 1. Bahwasannya penerapan media audio visual yang berupa video pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti harus diterapakan sebagai sarana untuk meningkatakan minat belajar siswa. 2. Bagi guru, penerapan pemanfaatan media audio visual yang berupa video pembelajaran membutuhkan kesiapan bagi pihak guru maupun siswa yang akan terlibat dalam proses pembelajaran. 3. Bagi siswa, pemanfaatan media audio visual video pembelajaran harus disimak baik-baik agar pembelajaran mudah difaham dan dapat menumbuhkan minat siswa. 62 DAFTAR PUSTAKA Arsyad. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Haryati. 2015. Hubungan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sd Se-Gugus Wonokerto Turi Seleman. Skripsi.Universiras Negeri Yogyakarta Nurseto. 2011. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 8. No. 1. Purwono dkk. 2014. Penggunaan Media Audio-Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2. No. 2. Rahmawati. 2011. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Video Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah. Skripsi.UIN Jakarta Sadiman, Arief S. M.Sc dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT RINEKA CIPTA. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : PENERBIT ALFABETA BANDUNG. Suharsimi . 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Tim Prodi PGMI SITI Al-Fattah. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi Progam Studi PGMI. Lamongan : STIT AL-Fattah Siman Lamongan. 63 Utami dkk. 2013. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Vol. 01. No. 02. Novrizal. 2015. Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT REMAJA ROSDAKARYA. Hartantia dkk. 2012. Penerapan model creative problem solving (Cps) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok Termokimia Siswa Kelas XI.IA SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK).Vol. 2. No. 2. 64