Uploaded by User68763

2. skripsi bismillah ok

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antar seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri
orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, ketrampilan atau sikapnya.(Arsyad, 2014:1)
Dengan demikian pengertian belajar adalah suatu kejadian yang
terarah oleh seseorang dengan interaksi antar lingkungannya, yang terjadi
kapan saja dan dimana saja. Dari kejadian tersebuat dapat menimbulkan
beberapa perubahan positif baik dalam tingkat aspek pengetahuan,
ketrampilan atau sikap. Jika belajar tersebut dilaksanakan dalam bidang
akademik maka mengarah pada perubahan diri seseorang dengan
perubahan tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap, dengan
interaksi antar guru, murid, kepala sekolah, penjaga perpustakaan, materi
pembelajaran (buku, lembar kerja siswa, modul dan sejenisnya ), serta
media pengajaran (gambar, globe, proyektor, vidio, radio, televisi dan
macam media pengajaran yang lainnya).
Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan guru ketika
mengajar
untuk
membantu
memperjelas
metode
pelajaran
yang
disampaikan kepada siswa, dan mencegah terjadinya verbalisme pada
1
2
siswa. Pengajaran yang banyak menggunakan verbalisme, tentu akan
membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa
gembira dalam belajar atau senang karena merasa tertarik dan mengerti
pelajaran yang diterimanya. Dengan demikian kegiatan belajar akan lebih
efektif.
Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung atau
pengalaman abstrak dan menuju kepada pengalaman yang lebih kongkrit.
Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga dalam
pengajaran dari pada tanpa dibantu dengan alat pengajaran. Agar proses
belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk
memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berusaha untuk menampilkan
rangsangan (stimulus), yang dapat diproses dengan berbagai indera.
Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan
mengolah informasi, maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut
dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruhpengaruh psikologi terhadap siswa. ( Hamalik, 1986 )
Kegiatan belajar mengajar pemakaian kata media pengajaran
digantikan oleh istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran,
komunikasi pandang dengar, pendidikan alat peraga pandang, teknologi
pendidikan, alat peraga, dan media penjelas. Perkembangan Ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
semakin
mendorong
upaya-upaya
3
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses
belajar. Guru dituntut agar menggunakan alat-alat yang dapat disediakan
oleh sekolah, tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai
dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam menunjang
kualitas proses belajar mengajar. Media juga dapat membuat pembelajaran
lebih menarik dan menyenangkan. Salah satu media pembelajaran yang
sedang berkembang saat ini adalah media audio visual.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, slide, suara, dan
sebagainya. (Purwono dkk, 2014:130)
Media audio visual adalah media kombinasi antara audio dan visual
yang diciptakan sendiri seperti slide yang dikombinasikan dengan kaset
audio.(Wingkel, 2009:321)
Dengan demikian media audio visual dapat memberikan banyak
stimulus kepada siswa karna bersifat suara dan gambar sehingga jika
kegiatan pembelajaran menggunakan media aodio visual maka akan
meningkatkan minat belajar dan proses pembelajaran menjadi lebih jelas
dan menarik.
Media audio visual merupakan media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Tingkat retensi
(daya serap dan daya ingat) siswa terhadap materi pelajaran dapat
meningkat secara signifikan jika proses pemerolehan informasi awalnya
lebih besar melalui indera pendengaran dan penglihatan. Contoh media
4
audio visual yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah video dalam
bentuk CD.
Salah satu fungsi dari media pembelajaran adalah fungsi
psikologis, yakni fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang
mencakup: fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggugah
perasaan/emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya
pikir), fungsi imajinatif dan fungsi motivasi (mendorong siswa
membangkitkan minat belajar).Keunggulan dari media audio visual yang
berupa video adalah dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar
siswa, memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistik serta sangat baik menjelaskan suatu proses dan
keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan
dan respon yang diharapkan dari siswa.(Utami dkk, 2013:2-3)
Salah satu para ahli mengungkapkan bahwa konsep adalah kelas
atau kategori objek, peristiwa atau orang yang memiliki ciri-ciri umum.
Suatu konsep dapat dibentuk melalui gambar visual dan kata bermakna.
Jadi, pemahaman konsep dapat diartikan sebagai pengertian yang benar
tentang suatu rancangan atau ide abstrak dengan menggolongkan suatu
objek atau kejadian dengan menyatakan ulang suatu konsep kemudian
mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifatnya. (Hamalik, 2010:132)
Dengan
penggunaan
media
audio
visual
tersebut
dalam
pembelajaran dapat memberikan rangsangan, pengalaman, dan persepsi
terhadap materi pembelajaran serta dapat mengasah penalaran dan koneksi
dalam pemahaman konsep anak.
5
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 12
Maret 2018 di kelas II SD Negeri Bulutengger Kecamatan Sekaran
Kabupaten Lamongan menyatakan bahwasanya kegiatan belajar yang telah
berlangsung juga menggunakan media, akan tetapi hal tersebut jarang
diaplikasikan. Menurut hasil wawancara dari guru kelas mengatakan
bahwa
siswa
lebih
senang dan
muncul
minat
belajarnya
jika
pembelajarannya disertai dengan media, akan tetapi yang diterapkan di
kelas II ini jarang sekali menggunakan media, hanya sekedar
menggunakan media visual saja. Sedangkan menurut hasil wawancara
sebagian siswa kelas II mengatakan bahwa pembelajaran terasa sangat
jenuh, membosankan dan tidak ada minat belajar, jika tanpa menggunakan
media, akan tetapi apabila pembelajarandisertai dengan media, maka
pembelajaran terasa menyenangkan dan nyaman, sehingga materi yang
disampaikan dapat mudah difahami serta dapat menambah minat belajar
siswa.
Telah disebutkan media yang terkadang diterapkan pada kelas II
SDN Bulutengger, menggunakan media visual, sedangkan disini peneliti
memilih ingin mengaplikasikan media audio visual agarmeningkatkan
minat belajar siswa, sehingga pembelajaran tersebut terasa sangat
menyenangkan. Maka dari itu dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti
membuat judul penerapan media audio visual gerak dalam meningkatkan
minat belajar pada pembelajaran tematik siswa kelas II SD Negeri
Bulutengger tahun ajaran 2017/2018.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan
menggunakan media audio visual diam ?
2. Bagaimana minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan
menggunakan media audio visual gerak ?
3. Bagaimana perubahan minat belajar pada siswa kelas II SDN
Bulutengger?
C. Tindakan Yang Dipilih
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menekankan pada
penerapan media audio visual, meningkatakan minat belajar dan hasil
belajar siswa, sehingga dengan penggunaan media audio visual tersebut
dalam pembelajaran dapat memberikan rangsangan, pengalaman, persepsi
terhadap materi pembelajaran dan dapat mengasah penalaran dan koneksi
dalam pemahaman konsep anak serta meningkatakan minat belajar siswa.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan
media audio visual diam.
2. Minat belajar tematik kelas II SDN Bulutengger dengan menggunakan
media audio visual gerak.
3. Perubahan minat belajar siswa kelas II SDN Bulutengger Kecamatan
Sekaran Kabupaten Lamongan.
7
E. Lingkup Penelitian
Dalam hal ini peneliti memberikan batas-batas tindakan untuk
memberi arah yang jelas dalam proses penelitian, maka dalam hal ini perlu
diadakan batasan masalah. Adapun batasan-batasan masalah tersebut :
1. Minat belajar siswa rendah dalam pembelajaran.
2. Penerapan media rendah dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah
media audio visual untuk meningkatkan minat belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat
menambah
wawasan/pengetahuan
peneliti
terhadap
pelaksanaan dan minat belajar dari penerapan media pengajaran.
b. Dapat memberikan sumbangsih yang lebih bermanfaat dalam
pengembangan dalam meningkatkan mutu pendidikan.
2. Manfaat praktis
a. Bagi guru, sebagai masukan untuk membantu dalam poses
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lancar.
b. Bagi siswa, mendapat pengalaman baru dan mudah dalam
memahami materi pembelajaran.
c. Bagi peneliti, untuk menambah pengalaman serta pemgetahuan
khususnya tentang penulisan karya ilmiah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab,
media adalah ‫( وسائل‬perantara) atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan.
Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang
sebagian di antaranya akan diberikan berikut ini. Menurut AECT
(Association of Education and Communication Technology, 1977)
memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.Menurut
Fleming dalam Arsyadmenyatakan media adalah penyebab atau alat
yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya.
Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya,
8
9
yaitu mengatur hubungan yang efektif atar dua pihak utama dalam
proses belajar siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat
pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan
paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat
yang menyampaikan atau mengatarkan pesan-pesan pembelajaran.
Heinich,
dan
kawan-kawan
(1982)mengemukakan
istilah
medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber
dan penerima. Jadi televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar
yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah
media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau
informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksudmaksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.
Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993)
memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,
gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan tau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. (Arsyad,
2014:3-4)
Menurut
Dewi
Salma
Purwadilaga
mengatakan
media
pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan
pembelajaran atau muatan untuk membelajarkan seseorang.
Menurut Arif Sadiman menyatakan media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
10
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi. (Rahmawati, 2011: 23)
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bawa media
adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan atau menyalurkan
informasi yang berupa materi pembelajaran, pesan-pesan cetakan atau
lainnya yang terjadi antar dua belah pihak yakni guru dan siswa atau
pengirim dan penerima. Penggunaan media secara kreatif akan
memungkinkan sesuai dengan tujuan yang dicapai.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas,
berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada media.
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini
dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatubenda
yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.
b.
Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
sebagai software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada siswa.
c. Penekanan media pembelajaranterdapat pada visual dan audio.
d. Media pembelajaranmemeliki pengertian alat bantu pad proses
belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
e. Media pembelajarandigunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
11
f. Media pembelajarandapat digunakan secara massal (misalnya:
radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya:
film, slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul,
komputer, radio tape/kaset, video recorder).
g. Sikap, pembuatan, organisasi,
strategi, dan manajemen yang
berhubungan dengan penerapan suatu ilmu. (Arsyad, 2014: 6)
Dalam penjelasan ciri-ciri umum media yang telah disebutkan,
dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri umum media adalah suatu benda
atau alat yang dapat didengar, diraba, dilihat dengan panca indera dan
isi pesan yang ingin disampaikan kepada siswa, yang mana media
pendidikan terdapat visual dan audio, media juga sebagai alat
komunikasi dan interaksi antar guru siswa.
2. Urgensi Penggunaan Media
Pada hakikatnya belajar mengajar adalah proses komunikasi.
Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk ide dan
pengertian.
Dalam
komunikasi
sering
timbul
dan
terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak
efektif dan efisien, antara lain disebabkan oleh adanya verbalisme,
ketidaksiapan siswa, kurangnya minat dan kegairahan dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk mengatasi hal ini adalah penggunaan
media secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi
media dalam kegiatan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus,
12
informasi, sikap dan lain-lain, juga untuk meningkatkan keserasian
dalam penerimaan informasi.
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai
nilai-nilai praktis sebagai berikut:
a. Media dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang
dimiliki siswa, pengalaman masing-masing individu yang beragam
karena kehidupan keluarga individu dan masyarakat sangat
menetukan macam-macam pengalaman yang berbeda pula.
b. Media dapat mengatasi kelas.
c. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa
dengan lingkungan.
d. Media menghasilkan pengamatan. Pengamatan yang dilakukan
siswa dapat secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang
dianggap penting sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan
realistis penggunaan media, seperti : gambar, film, model, grafik
dan
lainnya
dapat
memberikan
konsep
dasar
yang
benar.(Rahmawati, 2011: 23-24)
Dengan demikian kegiatan belajar mengajar itu harus disertai
media, karena media sebagai penyaji stimulus, informasi dan untuk
meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
3. Klasifikasi Media
Menurut
bentuk informasi
yang digunakan, kita dapat
memisahkan dan mengklasifikasi media dalam lima kelompok besar,
13
yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio
visual diam, dan media audio visual gerak. Proses yang dipakai untuk
menyajikan pesan, apakah melalui penglihatan langsung, proyeksi
optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi.
Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara
penyajiannya, kita mendapatkan suatu format klasifikasi yang meliputi
tujuh kelompok media penyaji,yaitu:
a. Grafis, bahan cetak, dan gambar diam.
b. Media proyeksi diam.
c. Media audio.
d. Media audio visual diam.
e. Media Audio visual hidup/film.
f. Media televisi.
g. Multi media. (Nurseto, 2011: 5)
4. Ciri-Ciri Media
Menurut Gerlach & Ely ada tiga ciri media yang merupakan
petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat
dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang
efisien )melakukannya. Ciri-ciri tersebut meliputi:
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini mengemedia pengajarankan kemampuan media
merekan, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksikan suatu
peristiwa
atau
objek.
Dengan
ciri
fiksatif
ini,
media
14
memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi
pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
Ciri ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian
telah direkam dengan format media yang ada dapat digunakan
setiap saat. Demikian pula kegiatan siswa dapat direkam untuk
kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat baik secara
perorangan atau kelompok.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan
karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan
waktu berhari-hari, dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua
atau tiga menit dengan teknik pengambilan media pengajaran
time-lapse recording.
Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan
perhatian yang sungguh-sungguh oleh karena apabila terjadi
kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau
pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula
kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan
bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka
kearah yang tidak diinginkan.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, secara bersamaan kejadian
15
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Sekali informasi direkam dalam format media apa saja,
informasi dapat direproduksi beberapa kali dan siap digunakan
secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara
berulang-ulang di suatu tempat. (Arsyad, 2014:15-17)
5. Kriteria Pemilihan Media
Beberapa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep
bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara
keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan
dalam memilih media. Diantaranya:
a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah satu atau
gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Tujuan ini dapat dimedia pengajarankan dalam bentuk tugas yang
harus
dikerjakan
atau
dipertunjukkan
oleh
siswa,
seperti
menghafal, melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik
atau
pemakaian
prinsip-prinsip
seperti
sebab
dan akibat,
melakukan tugas yang melibatkan pemahaman konsep-konsep atau
hubungan-hubungan perubahan, dan mengerjakan tugas-tugas yang
melibatkan pemikiran pada tingkatan lebih tinggi.
16
b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip, atau generalisasi.
Media yang berbeda, misalnya film dan grafik memerlukan
simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu memerlukan
proses
dan
keterampilan
mental
yang
berbeda
untuk
memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara
efektif, media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas
pembelajaran dan kemampuan mental siswa. Televisi, misalnya,
tepat untuk mempertunjukkan proses dan transformasi yang
memerlukan manipulasi ruang dan waktu.
c. Praktis, luwes, dan bertahan.
Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya
untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal
dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah
jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para
guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh,
atau mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya
dapat digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan
yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa
ke mana-mana.
d. Guru terampil menggunakannya.
Ini merupakan salah satu kriteria utama. Apa pun media itu,
guru harus mampu menggunakannya dalam proses pembelajaran.
Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang
17
menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide
dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan
mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya
dalam proses pembelajaran ssebagai upaya mempertinggi mutu dan
hasil belajar.
e. Pengelompokan sasaran.
Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama
efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perseorangan.
Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok
sedang, kelompok kecil dan perseorangan.
f. Mutu Teknis.
Pengembangan audio visual pengajaran harus memenuhi
persyaratan teknis tertentu. Misalnya, audio visual diam pada slide
harus jelas dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh
elemen lain yang berupa latar belakang.
B. Media Audio Visual
1. Pengertian Media Audio Visual
Wingkel mengatakan Media audio visual adalah media
kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide
yang dikombinasikan dengan kaset audio.
Menurut Wina Sanjaya Media audio visual adalah mediayang
mempunyai unsur suara dan unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya
rekaman video, slide, suara, dan sebagainya.
18
Themistoklis Semenderiadis mengatakan Audiovisual
media play a significant role in the education process,
particularly when usedextensively by both teacher and
children. Audiovisual media provide children with many
stimuli, due to their nature (sounds, images). They enrich the
learning environment, nurturing explorations, experiments and
discoveries, and encourage children to develop their speech
and express their thoughts (Media audio visual memainkan
peranpenting dalam proses pendidikan, terutama ketika
digunakan oleh gurudan siswa. Media audio visual memberikan
banyak stimulus kepada siswa, karena sifat audio visual atau
suara-gambar. Audio visual memperkaya lingkungan belajar,
memelihara eksplorasi, eksperimen dan penemuan, dan
mendorong siswa untuk mengembangkan pembicaraan dan
mengungkapkan pikiranya).
Media audio visual adalah media kombinasi antara audio dan
visual yang dikombinasikan dengan kaset audio yang mempunyai
unsur suara dan gambar yang biasa dilihat, misalnya rekaman video,
slide suara dan sebagainya. (Purwono dkk, 2014: 130)
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
audio visual adalah gabungan antara gambar dan suara yang bisa
diwujudkan dalam bentuk video, slide, film dan lain-lain, yang mana
dengan bentuk media tersebut jika diterapkan dalam pembelajaran
dapat memudahkan pemahaman murid dalam penyampaian materi.
2. Klasifikasi Media Audio Visual
Menurut syaiful bahri mengatakan media audio visual dibagi
menjadi dua kategori, yaitu :
a. Audio visual diam yaitu: media yang menampilkan
suara dan
gambar diam seperti: film bingkai suara, film rangkai suara, dan
cetak suara.
19
b. Audio visual gerak yaitu: media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak seperti: film suara dan video caset, televisi, OHP, dan komputer.
3. Sifat Media Audio Visual
Djamarah S. Dkk dalam Purwono menyatakan bahwa sebagai
alat bantu (media pembelajaran) dalam pendidikan dan pengajaran.
Media audio- visual mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk meningkatkan persepsi.
b. Kemampuan untuk meningkatkan pengertian.
c. Kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar.
d. Kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau
pengetahuan hasil yang dicapai.
e. Kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan)
f. Dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran akan
memberikan pengalaman langsung dan membuat pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan untuk siswa. (Purwono dkk, 2014:
131)
4. Keunggulan Media Audio Visual
Menurut Atoel menyataka bahwa media audio visual memeliki
beberapa keunggulan antara lain :
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indera, seperti objek
yang terlalu besar digantikan dengan realitis, gambar atau film.
20
c. Media audio visual berperan dalam pembelajaran tutorial.
(Purwono dkk, 2014: 130)
C. Minat Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
adanya interaksi antar seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena
itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu
pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, ketrampilan atau
sikapnya.(Arsyad, 2014:1)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.( Slameto, 2010: 2)
Dengan demikian pengertian belajar adalah suatu kejadian yang
terarah oleh seseorang dengan interaksi antar lingkungannya, yang
terjadi kapan saja dan dimana saja. Dari kejadian tersebuat dapat
menimbulkan beberapa perubahan positif baik dalam tingkat aspek
pengetahuan, ketrampilan atau sikap. Jika belajar tersebut dilaksanakan
dalam bidang akademik maka mengarah pada perubahan diri seseorang
dengan perubahan tingkat aspek pengetahuan, ketrampilan atau sikap,
dengan interaksi antar guru, murid, kepala sekolah, penjaga
21
perpustakaan, materi pembelajaran (buku, lks, modul dan sejenisnya ),
serta media pengajaran (gambar, globe, proyektor, vidio, radio, televisi
dan macam media pengajaran yang lainnya).
2. Pengertian Minat Belajar
Muhibbin
Syah
berpendapat
minat
(interest)
berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar
terhadap sesuatu. Diungkapkan oleh Slameto, minat merupakan
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa
kegiatan.
Kegiatan
yang
diminati
seseorang
akan
diperhatikan secara terus menerus dan disertai dengan perasaan
senang. Dimana perasaan senang yang ada,bermuara pada kepuasan.
Syaiful Bahri Djamarah menyatakan minat adalah suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa
ada yang menyuruh. Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka
melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa
berminat. Hal ini kemudian mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan
berkurang, minat punberkurang.
Menurut Crow & Crow dalam Abdul Rachman Abror, minat
atau interest dapat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong
kita cenderung merasa tertarik baik pada orang, benda, kegiatan,
atau pun bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh
22
kegiatan itu sendiri. Ini artinya minat dapat menjadi penyebab
kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan itu.
Syaiful Bahri Djamarah menyatakan bahwa seseorang yang
memiliki
minat
terhadap suatu aktivitas, akan memperhatikan
aktivitas itu secara konsisten disertai rasa senang. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antar diri sendiri
dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat dan dekat hubungan
tersebut, semakin besar minat. Minat timbul pada diri seseorang
bukan bawaan sejak lahir melainkan hasil belajar yang cenderung
mendukung aktivitas belajar selanjutnya. (Haryati, 2015:12-13)
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulannya
bahwa minat kegairahan tinggi atau keinginan besar dan rasa
keterkaitan pada suatu aktifitas, yang mana suatu aktifitas dalam hal
ini diartikan kegiatan belajar. Dengan demikian minat belajar adalah
keinginan besar dan rasa senang dalam melaksanakan kegiatan
belajar yang dapat mendorong pada pemahaman yang dicapai.
3. Jenis-Jenis Minat
Djaali mengemukakan bahwa minat memiliki unsur afeksi,
kesadaran sampai pilihan nilai, pengerahan perasaan, seleksi, dan
kecenderungan hati. Kemudian berdasarkan orang dan pilihan
kerjanya, minat dibagi kedalam enam jenis, yaitu:
a. Realistis
Orang dengan minat realistis biasanya lebih menyukai
masalah konkret dibandingkan masalah abstrak. Koordinasi otot
23
yang
dimiliki baik dan terampil, tetapi kurang menyenangi
hubungan
sosial
dikarenakan
cenderung
kurang
mampu
menggunakan medium komunikasi verbal.
b. Investigatif
Minat ini cenderung berorientasi keilmuan. Orang dengan
minat investigatif umumnya berorientasi pada tugas, intropeksi
dan asosial, mereka lebih menyukai memikirkan sesuatu dari pada
melaksanakannya. Ia suka bekerja sendirian, kurang memiliki
pemahaman sebagai pemimpin akademik dan intelektualnya
sendiri, selalu ingin tahu, dan kurang menyukai pekerjaan
berulang.
c. Artistik
Minat artistik membuat orang cenderung menyukai hal-hal
yang bersifat terstruktur, bebas, memiliki kesempatan bereaksi,
kreatif dalam bidang seni dan musik, dan sangat membutuhkan
suasana yang dapat mengekpresikan sesuatu secara individual.
d. Sosial
Orang yang memiliki minat ini memiliki kemampuan verbal
yang baik, terampil dalam bergaul, bertanggung
jawab, suka
bekerja secara kelompok, menyukai kegiatan yang sifatnya
berbagi seperti mengajar, melatih, dan memberi informasi.
e. Enterprising
Orang dengan minat ini memiliki kemampuan memimpin,
percayadiri, agresif, dan umumnya aktif.
24
f. Konvensional
Orang dengan minat konvensional biasanya memiliki
komunikasi verbal yang bagus, ketertiban, dan kegiatan yang
berhubungan dengan angka. (Haryati, 2015:16-17)
Telah disebutkan jenis-jenis minat di atas, bahwa pada diri
manusia itu memiliki jenis minat yang berbeda-beda, akan tetapi hal
tersebut
tidak usah dipermasalahkan, yang terpenting dalam diri
manusia harus ada minat yang terkait hal-hal positif.
4. Menemukan Minat Anak
Sebagai seorang guru yang telah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar, salah satunya adalah minat belajar. Guru juga
mengetahui bagaimana menemukan minat pada siswa. Berikut ini
beberapa cara menemukan minat anak yang dikemukakan oleh
Elizabeth B. Hurlock:
a. Pengamatan kegiatan
Dengan mengamati mainan anak dan benda-benda yang
mereka beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktivitas yang ada
urusannya spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk tentang
minat mereka.
b. Pertanyaan
Bila seorang bertanya terus menerus, bertanya tentang
sesuatu minatnya hal tersebut lebih besar daripada minatnya
padahal yang hanya sekali-kali ditanyakan.
25
c. Pokok pembicaraan
Apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau
teman sebaya, hal ini memberikan petunjuk minat mereka dan
seberapa kuat minat mereka.
d. Membaca
Bila anak-anak
bebas memilih buku untuk dibaca atau
dibacakan anak memilih topik yang mereka inginkan.
e. Menggambar spontan
Sesuatu yang digambar atau dilukiskan anak secara
spontan dan seberapa sering mereka mengulanginya akan
memberikan petunjuk tentang minat mereka tentang sesuatu.
f. Kegiatan
Apabila ditanyakan
pada anak
tentang apa yang
diinginkan dan bila mereka dapat memilih apa yang mereka
inginkan kebanyakan anak menyebutkan hal-hal yang mereka
minati.
g. Laporanmengenaiapasajayangmerekaminati.
Apabila seorang anak ditanya untuk menyebutkan atau
menulis tiga benda atau lebih yang paling diminati. Anak akan
menunjukkan minat yang telah terbentuk yang memberikan
petunjuk hal-hal yang memberikan kepuasan. (Haryati, 2015:17)
26
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Berdasarkan judul penelitian, maka jenis penelitian yang dilakukan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang
mengangkat masalah-masalah yang aktual, yang dilakukan oleh para guru
yang merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk
memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih
professional. ( Khurnia Utami, 2012:2)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan model penelitian
menurut Hopkins dan model tersebut dilaksanakan secara penelitian
kolaborasi, maksudnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan
26
27
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak
yang mengamati jalannya tindakan. Jadi dalam penelitian kolaborasi
ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan
yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah peneliti. Yang mana secara garis besar penelitian
menurut Hopkins terdapat empat tahapan, yakni:
1. Perencanaan
Tahap ini berupa menyusun rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, rancangan strategi dan skenario penerapan
pembelajaran akan diterapkan. Rancangan tindakan tersebut tentu
saja sebelumnya telah dilatih guru untuk dapat diterapkan di dalam
kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus
dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.
3. Pengamatan
Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan.
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
4. Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
28
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan berikutnya. (Suhardjono, 2008: 75-80)
Dengan penelitian tindakan kelas, guru akan meperoleh manfaat
praktis, guru juga dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah
yang ada di kelas dan tau cara mengatasinya. Dengan demikian
pembelajaran di kelas akan diperbaiki oleh guru secara sadar dan
Tterarah dengan baik.
Tujuan PTK tidak lain adalah untuk memperbaiki praktik
pembelajaran. Dengan PTK, diharapkan kualitas proses belajar
mengajar menjadi lebih baik. Guru dapat lebih meningkatkan kualitas
pelayanan dalam mengajar dan pada gilirannya prestasi atau kinerja
siswa akan meningkat. Secara lebih luas PTK juga merupakan sarana
untuk dapat meningkatkan pelayanan sekolah secara keseluruhan
terhadap anak didik dan masyarakat. PTK dapat meningkatkan
kualitas progam sekolah secara keseluruhan. ( Tim Prodi STIT ALFattah, 2018:12)
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas 2 SD
Bulutengger Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan . Sekolah ini
dipilih karena sebagai tempat peneliti sehari-hari melaksanakan tugas
kepengawasan, disamping itu setiap kemajuan perkembangan yang
dicapai siswa dapat diketahui.
29
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SDN
Bulutengger. Mengapa peneliti memilih kelas II, karena dalam
kegiatan belajar selalu ramai, sehingga dapat disimpulkan jika dalam
kegiatan belajar selalu ramai maka dalam diri siswa tidak ada
keminatan belajar. Dan kurangnya media yang diterapkan, karna
dengan adanya media akan menimbulkan keterkaitan atau keminatan
dalam belajar.
C. Variabel Yang Diselidiki
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Tiga variabel, yaitu :
a. Variabel Input
Variabel input adalah merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel input
(Sugiyono, 2016: 64). Variabel inputdalam penelitian ini adalah media
pengajaran audio visual.
b. Variabel proses
Variabel
proses
adalah
variabel
yang
terkait
dengan
penyelenggaraan pembelajaran seperti interaksi belajar mengajar,
ketrampilan guru, gaya belajar siswa dan lain sebagainya (Sutrisna :
10-11). Pada variabel proses penyelenggaraan ini peneliti menggunakan
30
penerapan media audio visual sebagai interaksi belajar antar guru dan
siswa.
c. Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel output (Sugiono, 2016: 64).
Variabel outputdalam penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar.
D. Rencana Tindakan
Rancana pelaksanaan tindakan terdiri dari beberapa siklus yang
tergantung pada tingkat penyelesaian masalah berikut adalah gambar
tentang langkah langkah yang akan dilakukan dalam penelitian tindakan
kelas ini :
1. Persiapan pra penelitian yaitu:
a. Orientiasi lapangan melalui wawancara terhadap guru kelas di kelas
II tahun ajaran 2017/2018 untuk menjaring permasalahan yang
dihadapi dalam proses pembelajaran sebelum penelitian tindakan
kelas ini dilakukan.
b. Menganalisis
hasil
wawancara
dengan
menentukan
fokus
permasalahan yang akan diteliti.
c. Mendiskusikan
rancangan
penelitian
berdasarkan
fokus
permasalahan yang akan di teliti.
2.
Siklus I dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
31
2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan
dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual diam
pembelajaran.
3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan
dalam pembelajaran.
4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas.
5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data
yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrument tes yang
berupa soal tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan
konsep siswa, sedangkan instrumen non test untuk
mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat
memperhatikan teori melalui media audio visual diam
terhadapkegiatan pembelajaran.
6) Menentukan fokus observasi dan aspek–aspek yang akan
diamati sebagi lembar observasi.
7) Menyusun rancangan media audio visual diam dan.
mempersiapkan alat atau media pembelajaran serta sumbersumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop , LCD dan
kaset VCD.
b. Tahapan pelaksanaan tindakan
1) Gurumemberikanpenjelasan mengenai tujuan pembelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik.
32
2) Untuk mengetahui sejauh mana
peserta
didik
sebelum
kemampuan kognitif
menerimapelajaran,
guru
memberikan tes kemampuan awal.
3) Guru
mengadakan
kegiatanpembelajaran
melalui
pendekatan konstektual dengan memanfaatkan media audio
visual video diam , kegiatan yang dilakukan meliputi
kegiatan menyimak slide pembelajaran berupa:
a) Guru
mengadakan
pembagian
kelompok.
Guru
membagi siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok
terdiri lima atau enam siswa yang telah ditentukan.
b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan.
c) Guru mulai memutarkan slide pembelajaran.
d) Siswa menyimakslide pembelajaran yang di sajikan.
e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam
bentuk diskusi kelompok.
f) Melaksanakan pretes untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman
siswa
mengenai
materi
yang
telah
diajarkan.
g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat pretes dan
memberikan kesimpulan.
h) Melakukan tugasnya yang melakukan peneliti observasi
berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada lembar
observasi.
33
c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi)
1) Peneliti mencatat semua data
dan informasi mengenai
aktivitas belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung
selama diskusi dan menyimak video diam sesuai dengan
lembar observasi.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus
1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh
data pada siklus satu melalui instrumen tes soal pilihan
ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar.
2) Merefleksikan kekurangan pada siklus satu, dengan
menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas
dan merencanakan tindakan selanjutnya berdasrakan hasil
analisis refleftif yang dilakukan secara kolaboratif.
Berdasarkan refleksi siklus satu maka penelitian akan
mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran
pada
siklus dua.
3.
Siklus II dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
1) Merencanakan pembelajaran yang akan di terapkan dalam
proses kegiatan belajar mengajar.
34
2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan
dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual hidup
pembelajaran.
3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan
dalam pembelajaran.
4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas.
5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data
yang terdiri dari tes dan non tes untuk instrument tes yang
berupa soal tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan
konsep
siswa,
sedangkan
instrumen
non
test
untuk
mengetahui skor sejauh mana minat belajar atau minat
memperhatikan teori melalui media audio visual hidup
terhadap kegiatan pembelajaran.
6) Menentukan fokus observasi dan aspek–aspek yang akan
diamati sebagi lembar observasi.
7) Menyusun
tancanan
media
audio
visual
hidup
dan
mempersiapkan alat atau media pembelajaran serta sumbersumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop , LCD dan
kaset VCD.
b. Tahapan pelaksanaan tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran
yang akan di berikan kepada peserta didik.
35
2) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif peserta
didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes
kemampuan awal.
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
konstektual dengan memanfaatkan media audio visual (video
hidup), kegiatan yang di lakukan meliputi
kegiatan
menyimak video pembelajaran berupa:
a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi
siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima
atau enam siswa yang telah ditentukan.
b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan.
c) Guru mulai memutarkan video pembelajaran.
d) Siswa menyimak video pembelajaran yang di sajikan.
e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam
bentuk diskusi kelompok.
f) Melaksanakan post tes untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan.
g) Siswa
menjawab
pertanyaan
terdapat
post
tesdan
memberikan kesimpulan.
h) Melakukan tugasnya yang melakukan peneliti observasi
berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada lembar
observasi.
36
c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi)
1) Peneliti mencatat semua data
dan informasi mengenai
aktivitas motivasi belajar siswa yang dapat terlihat secara
langsung selama diskusi dan menyimak video hidup sesuai
dengan lembar observasi.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan guru kelas tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus
1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh
data pada siklus dua melalui instrumen tes soal pilihan
ganda, lembar observasi, instrumen skala minat belajar.
2) Merefleksisan kekurangan pada siklus dua, dengan
menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas
dan merencanakan tindakan selanjutnya berdasrakan hasil
analisis reflektif yang dilakukan secara kolaboratif.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data
Data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu data yang bersifat primer dan data yang bersifat sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara
langsung (dari tangan pertama). (Dr. Harnovinsah: 1). Data primer
ini merupakan sumber data yang utama, yang dilakukan oleh
peneliti dengan melaksanakan beberapa kegiatan yang telah
37
ditentukan sehingga memperoleh informasi yang dikumpulkan
melalui dokumentasi yang berupa nilai pre tes dan post tes, nilai
indikator minat dan nilai dari segi kognitif, afektif dan
psikomotorik.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah datayang diperoleh penelitidari
sumberyangsudah ada,(Dr. Harnovinsah:1). Dalam penelitian ini
sumber data sekundernya yakni sumber data yang diperoleh secara
langsung baik informasi dari guru kelas dan siswa kelas II. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat informasi,
dengan demikian juga peneliti mengetauhi permasalahan dalam
kegiatan, bahwasannya siswa kelas II keminatan belajarnya sangat
kurang, dikarnakan kurangnya penerapan media.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Tes
Tes adalah suatu teknik pengukuran yang ada di dalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden dengan
maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. (Novrizal, 2015: 51)
Tes yang dilakukan berupa tes awal (pre tes) yang
diberikan sebelum penerapan media audio visual, tes yang
dilakukan berupa tes akhir (post tes) yang dilakukan setelah
38
penerapan media audio visual. Tes yang diberikan berupa dalam
bentuk tes pilihan ganda.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana
pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data) dalam pengumpulan data mengajukan suatu
pertanyaan yang diwawancarai. (Sugiono, 2016: 188)
Dalam hal ini peneliti mewawancarai guru dan siswa guna
mengetahui permasalahan dalam kegiatan, bahwasannya siswa
kelas II keminatan belajarnya sangat kurang, dikarnakan
kurangnya penerapan media.
c. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observsi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak telalu besar.
(Novrizal, 2015: 52)
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan
terhadap keminatan belajar pada kelas II. Dengan pengamatan ini
peneliti akan menerapkan penggunaan media audio visual yang
berupa video pembelajaran.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang
tertulis.
Dokumentasi
merupakan
teknik
pengumpulan data yang berupa benda-benda tertulis seperti buku-
39
buku, majalah dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya. (Suharsimi A, 2010: 201)
Dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data
yang mendukung, antara lain:
a. Data mengenai hasil pre tes yang terjadi pada siklus I dan
hasil post tes pada siklus II.
b. Data mengenai hasil observasi ketercapaian indicator
minat siswa kelas II.
c. Data mengenai hasil kognitif, afektif dan psikomotorik.
F. Indikator Kinerja
BerdasarkanKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah mencapai nilai 70, siswa yang mendapat nilai 70
tersebut setelah adanya penerapan media audio visual dan pemberian pre
tes dan post tes terhadap meningkatkan minat belajar kelas II SDN
Bulutengger. Jika setelah penerapan media audio visual manyoritas siswa
kelas II mendapatkan nilai lebih dari 70 maka penerapan media tersebut
dikatakan berhasil (sukses), dan jika sebaliknya, siswa kelas II mayoritas
mendapatkan nilai kurang dari 70 maka penerapan media tersebut
dikatakan tidak berhasil.
Selain penilaian pre tes dan post tes juga terdapat penilaian indicator
minat dan penilaian segi kognitif, afektif dan psikomotorik yang
penilaiannya menggunakan presentase skor, peneliti menggunakan
presentase skor tersebut sesuai dengan referensi karangan Nana Sudjana.
40
Persentase Skor
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%.
(Sudjana, 2014: 133)
Dengan hasil dari persentase skor di atas dapat memberikan
kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut :
81% < PS ≤ 100%
: Sangat Minat
61% < PS ≤ 80%
: Minat
41% < PS ≤ 60%
: Cukup Minat
0% < PS ≤ 40%
: Kurang Minat
Indikator
minat
yang telah
ditentukan
antara
lain
adalah
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, senang atau suka terhadap
pembelajaran, aktif dalam diskusi, mencatat hal-hal penting, aktif dalam
bertanya pada materi yang belum difahami, aktif dalam menjawab
pertanyaan dari guru, menyelesaikan tugas yang telah diberikan, tekun
dalam belajar, aktif membaca, memiliki jadwal belajar, disiplin dalam
belajar, masuk kelas tepat waktu dan tidak keluar saat pembelajaran
berlangsung. (Hartantia dkk, 2013: 103-104)
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
penelitian menurut Hopkins yang dilaksanakan secara penelitian
kolaborasi, maksudnya adalah penelitian tindakan yang dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak
yang mengamati jalannya tindakan. Jadi dalam penelitian kolaborasi
ini, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri, sedangkan
41
yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses
tindakan adalah peneliti.
Tim peneliti dan tugasnya sebagai berikut:
No
1
Nama
Wenti Rosa Dewi, S.Pd
Tugas
Guru dan yang melakukan proses
pembelajaran
2
Annisa Rahmaniyah
Observer/peneliti
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. LOKASI, GEOGRAFIS DAN KEADAAN BANGUNAN MADRASAH
1. Sejarah
Madrasah Sekolah Dasar Negeri Bulutengger terletak di desa
bulutengger kecamatan sekaran ± 25 Km dari pusat ibu kota Kabupaten
Lamongan. Berada pada lingkungan pedesaan, Input siswa yang masuk
ke SDN Bulutengger berasal dari kecamatan dan kabupaten yang berada
di sekitar lokasi madrasah dengan karateristik murid yang heterogen baik
lulusan RA. Dengan jumlah madrasah sekolah dasar yang banyak itu
merupakan sebuah faktor yang sangat berpengaruh pada perkembangan
Madrasah terlebih lagi SDN Bulutengger berada di naungan satu satunya
madrasah yang berada di esa bulutengger.
Sekolah Dasar Negeri Bulutengger didirikan oleh seorang tokoh
masyarakat desa bulutengger pada tahun 1976, dan telah tercatat dalam
Departemen Dinas pendidikan Provinsi Jawa Timur pada tanggal 10 juni
1980. Kemudian pada tanggal 12 januari 1982 dinyatakan terdaftar
sebagai anggota pada lembaga pendidikan Sekolah Dasar Negeri di
wilayah jawa timur dengan nomer 20506029 dan mendapat piagam
sebagai Madrasah Negeri dengan status diakui di lingkungan Dinas
pendidikan Provinsi Jawa Timur Dengan Nomor Statistik Madrasah :
serta nomer pokok Madrasah Nasional (NPSN) Dari Dinas Pendidikan
Dan Kebudayaan Kabupaten lamongan dengan Nomor: 20506029 yang
di terbitkan pada tanggal 01 September 1998.
42
43
Kemudian paa tanggal 20 November 2002 melalui surat keputusan
Badan akreditasi Nasional (BAP) Provinsi jawa Timur SDN Bulutengger
meningkat statusnya sebagai Madrasah Terakreditasi A (Unggul) dengan
nilai 89 yang berlaku sampai tahun 2007. Dalam upaya mengembangkan
kemampuan peserta didik dan pendidik di SDN Bulutengger berpe gang
pada azas keseimbangan antara kreativitas dan disiplin antara persaingan
dan kerjasama serta tuntutan prakarsa.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di SDN Bulutengger
kegiatan belajar mengajar mampu membentuk pola tingkah laku peserta
didik sesuai dengan tujuan pendidikan, serta dapat di evaluasi melalui
dengan pengukuran menggunakan tes dan non tes. Proses pembelajaran
akan efektif apabila dilakukan melalui persiapan yang cukup dan
terencana dengan baik supaya dapat diterima untuk memenuhi:
a. Kebutuhan Masyarakat setempat dan masyarakat Global
b. Mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan
dunia global
c. Sebagai proses melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Letak Geografis
SDN Bulutengger terletak di samping jalan raya Bulutengger
kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan Povinsi jawa Timur sebagai
berikut:
44
NO
JARAK SEKOLAH
KM
1
Jarak Sekolah Ke Ibu Kota Propinsi
67 Km²
2
Jarak Sekolah Ke pusat kabupaten
22 Km²
3
Jarak Sekolah Ke kanwil Depag
22 Km²
4
Jarak Sekolah Ke Kandep. Agama
22 Km²
5
Jarak sekolah ke SMA Terdekat
300 m
3. Visi Dan Misi SDN Bulutengger
a. Visi Madrasah
‘’TERWUJUDNYA PESERTA DIDIK YANG BERIMAN,
CERDAS, TRAMPIL, MANDIRI, DAN BERWAWASAN
GLOBAL’’
b. Misi Madrasah
1) Menanamkan keyakinan melalui kegiatan keagamaan
2) Meningkatkan aktifitas akademis dan non akademis
3) Mengembangkan keterampilan di bidang IPTEK, Bahasa,
Olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat, minat dan
potensi siwa
4) Membina kemandirian siswa melalui egiatan pembiasaan dan
Pengembangan dri yang terencana dan beresinambungan
5) Mengembangkan kegiatan yang menumbuhan kesadaran warga
sekolah sebagai bagian masyaakat global.
45
c. Tujuan SDN Bulutengger
Tujuan pendidian adalah berkembannya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepaa tuhan
yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertangung jawab.
Pendidikan SDN Bulutengger diarahkan untuk mencapai
tujuan sebagai berikut:
a.
Mengembankan budaya sekolah yang relejius melalui kegiatan
keagamaan
b.
Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif
berbasis pendidikan berkarakter
c.
Menyelenggarakan berbagai kegiatan di bidang IPTEK,
Bahasa, olahraga, dan seni budaya sesuai dengan bakat dan
potensi
d.
Menyelenggarakan egiatan kemandirian melalui pembiasaan
dan pengembangan diri
e.
Menyelenggarakan kegiatan yan menumbuhkan kesadaran
warga sekolah sebagai bagian masyarakat global.
d. Sasaran dan Kegiatan
Berdasarkan identifikasi tantanan yang dihaapi madrasah
tersebut serta mengacu pada Visi, Misi dan Tujuamaka SDN
Bulutengger menetapkan sasaran dan kegiatan dengan rumusan
sebagai berikut:
46
1) Sasaran
Sasaran Kegiatan Sekolah Nasional SDN Bulutengger tahun
2014 adalah Guru, Siswa, Karyawan, dan Komite sekolah
2) Kegiatan
Adapun bentuk kegiatan antara lain: Seminar, Workshop,
Diskusi, Kerja pratikum dan Pembelian alat ATK
4. Daftar Personalia
Daftar Nama Guru SDN Bulutengger Sekaran Lamongan
KODE
NAMA GURU
JABATAN
GURU
1
BAMBANG SUPRIYADI, S.Pd
Kepala Sekolah
2
RUSTAMAJI, S.Pd
Guru PJOK
3
NUR FATIH, Ama.Pd
Guru Kelas VI
4
SUANTRIANTO, S.Pd M.Pd
Guru Kelas V
5
ZAHID ARIFIN, S.Pd M.A
Guru Kelas IV
6
SITI MUDLIKAH, S.Pd.I
Guru PAI
7
JUMIATUN, S.Pd
Guru Kelas V
8
MURZANI, S.Pd
Guru Kelas I
9
TRI IDAYANAH, S.Pd
Guru Bahasa Inggris
10
WENTI ROSA DEWI, S.Pd
Guru Kelas II
11
UMMU KHABIBAH, Ama.Pd
Guru Kelas II
12
SAMSUL ANAM, S.Pd
Guru Kelas III
13
DWI YANTO
Pegawai TU/penjaga
KET
47
B. DESKRIPSI DATA HASIL PENGAMATAN ANALISIS DATA
Penelitian pendahuluan sebelum kegiatan pelaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran dilakukan. Penelitian dimulai dengan melakukan
kegiatan observasi ke sekolah SD Negeri Bulutengger. Kegiatan ini meliputi
wawancara dengan guru kelas, pengamatan tterhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru kelas, bahan dan media pembelajaran yang ada di
sekolah, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di
sekolah SD Negeri Bulutengger.
Dari hasil pengamatan yang telah diamati dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pembelajaran yang berlangsung di kelas tidak teratur, siswa terlihat
banyak yang ramai, bermain, dan tidak memperhatikan penjelasan dari
guru.
2. Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan
pelajaran kepada siswa sudah cukup, antara lain : metode ceramah,
tanya jawab dan diskusi.
3. Dalam menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah,
siswa umumnya tidak mengerti terhadap penjelasan yang guru berikan.
Hal ini terbukti ketika guru menunjuk beberapa siswa untuk menjawab
pertanyaan, akan tetapi siswa terlihat diam sambil menunggu jawaban
dari temannya / menunggu bimbingan langsung dari guru pengajar.
4. Terhitung beberapa siswa yang menjawab namun banyak siswa yang
sekedar diam dan hanya mendengarkan.
48
5. Guru kelas juga mengatakan bahwa siswa kelas 2 ini kurang terhadap
minat
belajar,
sehingga
saat
proses
pembelajaran
terbilang
membosankan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa yang bernama Raeesa
Oktavia Az-Zahirah, Najwa Zahrotus Syifa’, Muh. Gandik Al Fredo dan
Rafif Hidayatullah mengatakan bahwa siswa kelas II terbilang kurangnya
minat belajar, dikarenakan keadaan kelas yang kurang terkondisikan
sehingga cenderung membosankan dan malas untuk memperhatikan
pelajaran, hal ini didukung juga oleh hasil wawancara dari guru kelas II.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan
media audio visual gerak yang berupa video pembelajaran, untuk
meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran. Penelitian dilakukan
sebanyak 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
3. Siklus I dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan
dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual diam
pembelajaran.
3) Menemukan
indikator-indikator
ketercapaian
dalampembelajaran.
4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas.
keberhasilan
49
5) Menyusun instrumen penelitian untuk proses penelitian data yang
terdiri dari tes dan non tes untuk instrumen tes yang berupa soal
tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa,
sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana
minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media
audio visual diam terhadap kegiatan pembelajaran.
6) Menentukan fokus observasi dan aspek –aspek yang akan diamati
sebagi lembar observasi.
7) Menyusun
rancangan
media
audio
mempersiapkan alat atau media
visual
diam
dan.
pembelajaran serta sumber-
sumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop dan LCD.
b. Tahapan pelaksanaan tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik.
2) Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan kognitif peserta
didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes
kemampuan awal.
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
konstektual dengan memanfaatkan media audio visual video diam
, kegiatan yang dilakukan meliputiKegiatan menyimak media
audio visual yang berupa slide pembelajaran berupa :
a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi
siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau
enam siswa yang telah ditentukan.
50
b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan.
c) Guru mulai memutarkan slide pembelajaran.
d) Siswa menyimak slide pembelajaran yang disajikan.
e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk
diskusi kelompok.
f) Melaksanakan
pretes
untuk
mengetahui
sejauh
mana
pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan .
g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat pretes dan memberikan
kesimpulan.
h) Melakukan tugasnya yang melakukan
berdasarkan
aspek-aspek
yang
peneliti observasi
terdapat
pada
lembar
observasi.
c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi)
1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas
belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi
dan menyimak video diam sesuai dengan lembar observasi.
2) Melakukan diskusi antara
peneliti dan guru kelas tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus
1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data
pada siklus satu melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar
observasi, instrumen skala minat belajar.
2) Merefleksisan kekurangan pada siklus satu, dengan menentukan
kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan
51
tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis refleftif yang
dilakukan secara kolaboratif.
Pada tahap analisis dan refleksi dimana peneliti bersama guru kelas
yang bertugas sebagai kolaborator dan observer menganalisis serta
mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus 1, apakah tindakan yang
telah diberikan sudah sesuai/belum, dengan konsep penelitian yang telah
direncanakan. Kemudian hasil penelitian siklus 1 dibanding dengan
indikator keberhasilan. Tahap refleksi ini dilakukan dengan tujuan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan tindakan yang akan diberikan pada
siklus berikutnya. Melalui refleksi, berbagai kendala yang muncul di kelas
pada saat pemberian tindakan, maka didiskusikan untuk dicari solusi yang
dapat memperbaiki mutu pembelajaran. Kendala yang muncul pada saat
proses pembelajaran diantaranya beberapa siswa tidak menyaksikan media
slide dengan sungguh-sungguh dan tidak memperhatikan penjeasan dari
guru. Ketika guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari media
slide pembelajaran yang disaksikan masih terlihat ragu dan kurang percaya
diri dalam menyampaikan pendapatnya, masih adaptasi terhadap media
yang telah diberikan dikarnakan ketidak biasaan pada pembelajaraan yang
menggunakan media slide, serta siswa masih ada yang ramai/tidak antusias
dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
PersentaseSkor
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%.
52
Kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut :
81% < PS ≤ 100%
: Sangat Minat
61% < PS ≤ 80%
: Minat
41% < PS ≤ 60%
: Cukup Minat
0% < PS ≤ 40%
: Kurang Minat
Setelah dijumlah dari seluruh hasil indikator minat dinyatakan
bahwa silus 1 mendapatkan jumlah 59%, dengan kategori bahwa pada
pembelajaran menggunakan media audio visual diam yang berupa slide
ini dinyatakan cukup berminat, dengan kategori tersebut bahwa
menggunakan media slide kurang efektif dikarnakan disaat pembelajaran
berlangsung siswa kelas II masih tidak bisa dikondisikan dan masih ada
sebagian siswa yang tidak mendengarkan dan tidak memperhatikan
penjelasan dari guru. Dan jumlah keseluruhan dari pre tes pada silkus
satu menyatakan bahwa siswa kelas II mendapatkan nilai < dari 70,
yakni mendapatkan nilai 59. Sedangkan nilai kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa tidak mencapai KKM yang ditentukan. Berdasarkan
hasil nilai rata-rata kognitif kelas II mendapatkan 56,4, hasil nilai ratarata
afektif mendapatkan
50,6, sedangkan hasil
nilai
rata-rata
psikomotorik mendapatkan nilai 54,4.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai hasil penelitian siklus 1,
peneliti merasa penelitiannya harus dilanjut pada siklus 2 karena dirasa
belum berhasil menerapkan media audio visual yang berupa slide pada
pembelajaran berlangsung. Selain itu hasil dari indikator minat belum
53
menunjukkan target yang dicapai. walaupun demikian, ada sebagian siswa
yang terlihat senang dan antusias ketika media slide itu ditayangkan.
Grafik 1
Hasil Observasi Dari Indikator Minat Siklus 1
Siswa Kelas 2 SD Negeri Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten
Lamongan Tahun Pelajaran 2017/2018
Siklus 1
no. 4
0%
no. 1
13%
no. 3
44%
no.2
43%
no. 1
no. 2
no. 3
no. 4
4. Siklus II dilakukan dengan susunan kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap perencanaan tindakan (planning)
1) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
2) Merancang strategi dan sekenario pembelajaran yang akan
dilaksakan melalui pemanfaatan media audio visual gerak
pembelajaran.
3) Menemukan indikator-indikator ketercapaian keberhasilan dalam
pembelajaran.
4) Mendiskusikan RPP dengan guru kelas.
5) Menyusun instrumenpenelitian untuk proses penelitian data yang
terdiri dari tes dan non tes untuk instrumen tes yang berupa soal
54
tes pilihan ganda untuk mengetahui penguasaan konsep siswa,
sedangkan instrumen non test untuk mengetahui skor sejauh mana
minat belajar atau minat memperhatikan teori melalui media
audio visual diam terhadap kegiatan pembelajaran.
6) Menentukan fokus observasi dan aspek –aspek yang akan diamati
sebagi lembar observasi.
7) Menyusun
rancangan
media
mempersiapkan alat atau media
audio
visual
gerakdan
pembelajaran serta sumber-
sumber belajar yang di butuhkan seperti Laptop dan LCD.
b. Tahapan pelaksanaan tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik
2) Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan kognitif peserta
didik sebelum menerima pelajaran, guru memberikan tes
kemampuan awal
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan
konstektual dengan memanfaatkan media audio visual video,
kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan menyimak media
audio visual yang berupa video pembelajaran berupa :
a) Guru mengadakan pembagian kelompok. Guru membagi
siswa kedalam lima kelompok tiap kelompok terdiri lima atau
enam siswa yang telah ditentukan.
b) Guru membimbing siswa dengan memberikan arahan.
c) Guru mulai memutarkan video pembelajaran.
55
d) Siswa menyimak video pembelajaran yang disajikan.
e) Siswa mengkomunikasikan hasil pengamatan dalam bentuk
diskusi kelompok.
f) Melaksanakan post tes untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan.
g) Siswa menjawab pertanyaan terdapat post tesdan memberikan
kesimpulan.
h) Melakukan tugasnya
berdasarkan
yang melakukanpeneliti observasi
aspek-aspek
yang
terdapat
pada
lembar
observasi.
c. Tahap pelaksanaan pengamatan (observasi)
1) Peneliti mencatat semua data dan informasi mengenai aktivitas
belajar siswa yang dapat terlihat secara langsung selama diskusi
dan menyimak video sesuai dengan lembar observasi.
2) Melakukan diskusi antara
peneliti dan guru kelas tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Tahapan pelaksanaan refleksi siklus
1) Melakukan evaluasi tindakan dengan menganalisis seluruh data
pada siklus dua melalui instrumen tes soal pilihan ganda, lembar
observasi, instrumen skala minat belajar.
2) Merefleksisan kekurangan pada siklus dua, dengan menentukan
kendala-kendala berdasarkan temuan di kelas dan merencanakan
tindakan selanjutnya berdasrakan hasil analisis refleftif yang
dilakukan secara kolaboratif.
56
Pada tahap analisis dan refleksi dimana peneliti bersama guru kelas
yang bertugas sebagai kolaborator dan obsever menganalisis serta
mengevaluasi proses pembelajaran pada siklus II, apakah tindakan yang
telah diberikan sudah sesuai/belum, dengan konsep penelitian yang telah
direncanakan.
Kemudian hasil penelitian siklus II dibanding dengan indikator
keberhasilan agak baik, proses pembelajaran dengan menggunakan media
audio visual video sudah berjalan dengan baik karena semua siswa telah
mengikuti pembelajaran denagn baik. Baik dalam menyaksikan video yang
ditampilkan dan dalam mengungkapkan kesimpulan (pendapat) dan
kesulitan belajarnya, serta mengumpulkan pertanyaan pada guru meskipun
belum mencapai kesempurnaan dan guru dianggap sudah berhasil dalam
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan media audio visual video
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil indikator
minat siswa, sehingga peneliti merasa tindakannya sudah berhasil mencapai
indikator keberhasilan dan penelitian dihentikan pada siklus II.
Persentase Skor
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
Persentase Skor= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 × 100%.
Kriteria taraf keberhasilan tindakan sebagai berikut :
81% < PS ≤ 100% : Sangat Minat
61% < PS ≤ 80%
: Minat
41% < PS ≤ 60%
: Cukup Minat
0% < PS ≤ 40%
: Kurang Minat
57
Setelah dijumlah dari seluruh hasil indikator minat dinyatakan
bahwa silus II mendapatkan jumlah 93%, dengan kategori bahwa pada
pembelajaran menggunakan media audio visual gerak yang berupa video
ini
dinyatakan Sangat
Minat,
dengan
kategori
tersebut
bahwa
menggunakan media video sangat efektif. Dan jumlah keseluruhan dari
pre tes pada silkus satu menyatakan bahwa siswa kelas II mendapatkan
nilai > dari 70 yakni dengan mendapatkan nilai 89. Sedangkan nilai
kognitif, afektif dan psikomotorik siswa mencapai KKM
yang
ditentukan. Berdasarkan hasil nilai rata-rata kognitif kelas II mendapatkan
90, hasil nilai rata-rata afektif mendapatkan 89,8, sedangkan hasil nilai ratarata psikomotorik mendapatkan nilai 87,4.
Kemudian hasil penelitian siklus II dibanding dengan indikator
keberhasilan agak baik, proses pembelajaran dengan menggunakan media
audio visual video sudah berjalan dengan baik karena semua siswa telah
mengikuti pembelajaran dengan baik. Baik dalam menyaksikan video yang
ditampilkan dan dalam mengungkapkan kesimpulan (pendapat) dan
kesulitan belajarnya, serta mengumpulkan pertanyaan pada guru meskipun
belum mencapai kesempurnaan dan guru dianggap sudah berhasil dalam
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan media audio visual video
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil indikator
minat siswa, sehingga peneliti merasa tindakannya sudah berhasil mencapai
indikator keberhasilan dan penelitian dihentikan pada siklus II.
Berdasarkan
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penerapan
pembelajaran pada siklus I dan II dapat meningkatkan minat belajar siswa
58
dan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Hal tersebut
sejalan dengan pengujian yang menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara sebelum intervensi tindakan dilakukan dan setelah dilakukan
berbagai desain-desain tindakan dalam pembelajaran.
Pemanfaatan media audio visual video pembelajaran yaitu proses
pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi antara indera penglihatan
dan indera pendengaran, dan nilai praktis disisipkan dalam rencana
pembelajaran baik pada kegiatan awal, inti, maupun penutup. Proses
pembelajaran dengan meggunakan kolaborasi indera penglihatan dan indera
pendengaran yaitu diwujudkan melalui video pembelajaran, sebagaimana
yang tertera dalam RPP disisipkan pada kegiatan inti.
Sedangkan untuk nilai praktis pada penelitian ini peneliti menyisipkan
pada kegiatan diskusi kelompok, seluruh siswa menunjukkan antusiasme
tinggi ketika kegiatan diskusi berlangsung, meningkatkan rasa ingin tahu
dan berfikir kritis siswa. Sehubungan dengan hasil penelitian diatas, maka
sepatutnya guru meningkatkan kualitas pembelajaran bagi peserta didik,
seperti kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Guru
harus mampu memilih media, metode dan memilih bahan ajar yang tepat
dan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan peserta didik.
Dengan demikian, untuk mencapai minat yang tinggi penelitian
memilih media audio visual video pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan kualitas pembelajaran setelah rangkaian-rangkaian kegiatan
dilakukan,
kualitas
pembelajaran
tersebut
mencakup
peningkatan
keberhasilan minat, penilaian hasil kognitif, afektif dan psikomotorik siswa.
59
Grafik 1
Hasil Observasi Dari Indikator Minat Siklus II
Siswa Kelas 2 SD Negeri Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Kabupaten
Lamongan Tahun Pelajaran 2017/2018
Siklus II
[]
[]
[]
[]
no. 3
19%
no. 4
81%
No. 1
no. 2
no. 3
no. 4
60
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pemanfatan media
audio visual diam yang berupa slide pembelajaran pada mata
pelajaran tematik, minat siswa mengalami cukup berminat pada siklus
I yakni sebesar 59%. Hal ini menunjukkan efektivitas pemanfaatan
media audio visual diam yang berupa slide pembelajaran harus
dilanjut padasiklus II, karena belum sesuai target dan KKM yang
telah ditentukan.
2. Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan
pemanfaatan
media
audio
visual
gerak
yang
berupa
video
pembelajaran pada mata pelajaran tematik, siswa mengalami sangat
berminat yakni sebesar 93%. Hal ini menunjukkan efektivitas
pemanfaatan video pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar
siswa.
3. Setelah penerapan media audio visual pada kelas II dinyatakan ada
peningkatan.
Penggunaan media
audio
visual
pada
siklus
I
menggunakan media slide pembelajaran dinyatakan harus dilanjut
pada siklus II, yang mana pada siklus II menggunakan media audio
visual yang berupa video pembelajaran, pada tahap ini siswa nampak
61
lebih tertarik mendengarkan dan memperhatikan pembelajaran yang
disampaikan lewat video pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa
dengan penerapan media audio visual terhadap pembelajaran tematik
dapat meningkatkan minat belajar siswa.
B. SARAN
Dengan mengetahui hasil penelitian yang telah dilakukan, saransaran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1. Bahwasannya penerapan media audio visual yang berupa video
pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh peneliti harus diterapakan
sebagai sarana untuk meningkatakan minat belajar siswa.
2. Bagi guru, penerapan pemanfaatan media audio visual yang berupa
video pembelajaran membutuhkan kesiapan bagi pihak guru maupun
siswa yang akan terlibat dalam proses pembelajaran.
3. Bagi siswa, pemanfaatan media audio visual video pembelajaran
harus disimak baik-baik agar pembelajaran mudah difaham dan dapat
menumbuhkan minat siswa.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Haryati. 2015. Hubungan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas V Sd Se-Gugus Wonokerto Turi Seleman. Skripsi.Universiras
Negeri Yogyakarta
Nurseto. 2011. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan. Vol. 8. No. 1.
Purwono dkk. 2014. Penggunaan Media Audio-Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal
Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2. No. 2.
Rahmawati. 2011. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Video
Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Sejarah. Skripsi.UIN Jakarta
Sadiman, Arief S. M.Sc dkk. 2010. Media Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : PENERBIT
ALFABETA BANDUNG.
Suharsimi . 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Tim Prodi PGMI SITI Al-Fattah. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi Progam Studi
PGMI. Lamongan : STIT AL-Fattah Siman Lamongan.
63
Utami dkk. 2013. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.Vol. 01. No. 02.
Novrizal. 2015. Pengaruh Penggunaan Media Video Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sudjana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Hartantia dkk. 2012. Penerapan model creative problem solving (Cps) Untuk
Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Pokok
Termokimia Siswa Kelas XI.IA SMA Negeri Colomadu Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK).Vol. 2. No. 2.
64
Download