Uploaded by User67569

Konsep Dasar Zat Adiktif, Napza dan PRM

advertisement
Kosep Dasar Zat Adiktif,NAPZA
dan Terapi Rumatan
Metadon
Bonaventura Handoko Daeng
NARKOBA
Narkoba = Narkotika, Psikotropika, dan
Obat-Obatan Terlarang
Merupakan terminologi umum
NAPZA
• NAPZA = Narkotik, Psikotropik, Zat
Adiktive, Alkohol
Perbadaan Obat dengan Zat
• OBAT : Adalah bahan yang dalam jumlah
sedikit punya efek terapeutik
• ZAT : Tidak punya indikasi pengobatan
/indikasi medik
Psikofarmaka = obat-obatan psikotropika
Adalah obat yang mempunyai efek
terapetik langsung pada proses mental
pasien karena efeknya pada otak/SSP
- Bersifat lipofil
- Masuk sawar darah otak
ZAT PSIKOAKTIF
PSYCHOTHERAPEUTIC DRUGS
PEMBAGIAN PSIKOTROPIKA
• Struktur (trisiklik, tetrasiklik, dll.)
• Mekanisme (MAOI, SSRI, dll.)
• Riwayat penemuan (Generasi I-II-III,
traditional, dll.)
• Keunikan (atipikal dan tipikal)
• Indikasi (antiansietas, anti depresan,
antipsikotika, dll.)
Apa itu Ketergantungan /adiksi ?
KETERGANTUNGAN
1.
2.
3.
•
•
•
•
•
Tolerance: ada peningkatan dosis untuk mendapat efek yang sama
Gejala withdrawal (DD. Rebound phenomena, relaps dari gejala
penyakitnya sendiri, discontinuation syndrome)
Dorongan kuat mencari dan memakai
Obat-obatan psikiatrik berfungsi memperbaiki neurokimiawi di
otak bekerja sedemikian hingga terjadi pengkondisian
metabolisme neurotransmiter
Diperlukan waktu yang cukup untuk mencapai efek yang
diinginkan (fase akut-fase stabilisasi-fase maintenance)
Disesuaikan dari waktu ke waktu dengan keadaan kebutuhan dari
otaknya
Adakalanya fisik sudah terjadi dekompensasi sehingga tubuhnya
memerlukan obat terus-menerus, perlu penggunaan obat jangka
panjang
Tidak berbahaya, asal kontrol teratur pada dokter yang kompeten
untuk melihat efek samping baik jangka pendek maupun jangka
panjang
Yang perlu diperhatikan:
•
•
•
•
•
•
•
•
Efek terapi/Efikasi: dosis terapi
Efek samping, adverse event
Indikasi, Dosis, durasi, monitoring
Toleransi, withdrawal, sensitisasi, rebound
Hambatan pengobatan, compliance, adherence
Interaksi obat
Psikoedukasi proses pengobatan dan obat
Efek individual, efek placebo, nocebo (efek
merugikan dari placebo)
PEMBAGIAN OBAT PSIKOTROPIK
BERDASARKAN INDIKASI
1. Obat anticemas atau tranquilizer (“Minor tranquilizers”,
antianxiety agents, anxiolytics) Termasuk sedativahipnotika dan anti-insomnia
2. Obat antipsikosis atau neroleptika (“Major
tranquilizers”, antipsychotic / antischizophrenic agents)
3. Antidepresan atau obat antidepresiva (Antidepressants)
1. Mood stabilizer
2. Cognitive Enhancer
3. Psikotomimetika: LSD = Lysergic Acid Diethylamide, gol.
Opioid yang mempunyai efek psikotomimetika:
pentazocine and butorphanol
Pembagian Psikotropika menurut
UU.RI no. 5 tahun 1997 dan lampirannya:
•
•
•
•
Pasal 1: Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku
Pasal 2 ayat (2): Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) digolongkan menjadi:
a. Psikotropika golongan I: yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya: MDMA (Methylene-dioxy-methamphetamine)
b. Psikotropika golongan II: yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya amfetamin dan derivatnya,
fensiklidin
c. Psikotropika golongan III: yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya fenobarbital, flunitrazepam
d. Psikotropika golongan IV: yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan, misalnya diazepam, klobazam
Pasal 4 ayat (3): Selain penggunaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), psikotropika
golongan I dinyatakan sebagai barang terlarang..
Dengan demikian para psikiater dilindungi untuk menggunakan psikotropika golongan II
hingga IV.
Pembagian Narkotika menurut
UU.RI no. 35 tahun 2009 dan lampirannya:
• Golongan I (heroin, kokain, ganja): hanya untuk
tujuan pengembangan ilmu, tidak untuk terapi,
potensi ketergantungan sangat tinggi
• Golongan II (morfin, petidin, metadon): untuk tujuan
terapi sebagai pilihan terakhir dan pengembangan
ilmu, potensi ketergantungan tinggi
• Gol III (kodein): untuk tujuan terapi dan
pengembangan ilmu, potensi ketergantungan ringan.
Yang penting dalam kerja obat:
• Farmakokinetika: pemasukan, absorbsi,
distribusi, metabolisme, ekskresi
• Farmakodinamika: kerja pada reseptor sel
target: agonis, antagonis, partial agonis,
inverse agonis
• Farmakogenetika: mengidentifikasi peran
genetik terhadap respon obat
Program Rumatan
Metadon
(PRM)
sto
PENDAHULUAN
• Insidens penyakit infeksi HIV/ AIDS
semakin meningkat
• Di Jawa Timur ada 17.000-40.000
penderita HIV/ AIDS
• Infeksi melalui jarum suntik karena
ketergantungan opioda, dan perilaku
seksual bebas
sto
Dua cara penularan utama HIV
sto
PROSENTASE PENULARAN HIV MELALUI IDU
70
60
50
40
% (Nasional)
% (PIPI)
30
20
10
0
<2001
2001
2004
sto
2005
(PIPI)
Kegiatan Penanggulangan Masalah
Pemakaian Napza
demand reduction
supply reduction
(pengurangan pasokan)
(pengurangan permintaan)
harm reduction
(pengurangan bahaya)
sto
12 kegiatan pendekatan Harm Reduction
Penghancuran
Alat
suntik
Pendidikan
Sebaya
Kesehatan
Dasar
Perawatan
Pengobatan
HIV/AIDS
Perjasun
Harm
Reduction
Pencegahan
Infeksi
Pengganti dengan
Napza Minum
Konseling
Tes
sukarela
Terapi
Narkoba
KIE
Konseling
Penjangkauan
sto
Program Rumatan Metadon
 Merupakan salah satu cara untuk terapi
substitusi adiksi opioid dan mengurangi
dampak buruk (harm reduction) penggunaan
opiat suntik/IDU
• Metadon : opioida dapat digunakan untuk
terapi medik UU RI No 22 Tahun 1997
tentang Narkotika, masuk dalam golongan II
(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 67,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3698)
sto
Apakah metadon itu?
• Opioida sintetik, yang berada satu grup dengan heroin,
morfin, kodeine.
• Availabilitas oral baik
• Relatif aman, tak ada toksisitas jangka panjang
• Pengobatan dapat membantu klien untuk memutuskan
kebiasaan menyuntikkan heroin
sto
Apa Metadon itu?
• Digunakan di Amerika sejak tahun 60 an
• Dosis terapi rumatan (maintenance) tidak menimbulkan
eforia, sedasi atau efek analgesik
• waktu paruh 15-32 jam (rata-rata 24 jam),  dapat diberikan
sekali dalam sehari, di depan petugas
• Dosis awal antara 15-30 mg dan dinaikkan sedemikian rupa
(5 mg per 3 hari) sampai klien merasa nyaman  dosis
stabilisasi.
sto
Program Rumatan Metadon
TUJUAN
Utama :
• Meminimalkan/ mengurangi bahaya/risiko yang dialami oleh
penderita ketergantungan opioida
• menormal-kan gaya hidup dan perilakunya.
Tujuan lainnya meliputi:
• mengurangi IDU (Injecting Drug User)
• meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
• menurunkan penularan BBV (Blood Borne Viruses): HIV,
Hepatitis B/ C
• mengurangi penggunaan Napza ilegal
• mengurangi angka kematian akibat pemakaian obat keras
dan overdosis
sto
• menurunkan tindak kejahatan/kriminalitas
Tujuan lainnya …….
• meningkatkan fungsi hubungan sosial (hubungan dengan
keluarga, mencari pekerjaan, mempertahankan pekerjaan
yang sudah ada)
• meningkatkan status ekonomi
• menjalin hubungan dengan pemakai Napza
• menyediakan bimbingan, rujukan, dan perawatan
• menstabilkan kehidupan pemakai Napza
• mendorong berhenti memakai Napza secara total
sto
Perbandingan penggunaan Heroin
dan Metadon
sto
EFEK SAMPING METADON
•
•
•
•
•
Terjadi efek toleransi
Seringkali terjadi berkeringat dan sulit b.a.b
Gangguan fungsi seksual pada dosis tinggi
Berkurangnya cairan saliva  perawatan gigi
Gejala putus zat, dapat terjadi pengecilan pupil
dan konstipasi
• Gangguan pola tidur
• Reaksi alergi
• Mengantuk pada fase induksi
sto
Untuk Melakukan Program Rumatan Metadon:
• Tidak bisa bekerja sendiri-sendiri
• Harus ada kerjasama dengan pihak lain:
– Tim Medik AIDS, Pusat Perawatan HIV/AIDS
– LSM, Panti Rehabilitasi
– Polda beserta jajarannya, BNP, Dinkes
– Ponpes, Rumah Pendidikan Ketergantungan Napza
– BPNA, Dinsos, Pelres, Lembaga Pemasyarakatan
– Puskesmas, BP,
– dll.
• Diperlukan jaringan informasi yang baik dan
sto
berkesinambungan
Poli Rumatan Metadon, RSUD dr,
Sutomo
• Di resmikan oleh Bapak Wagub Jatim pada tgl 22
Pebruari 2006
• Mulai operasional 6 Pebruari 2006
• Jam Buka:
• Senin s/d Jumat: Jam 08.00 – 13.00
• Sabtu, Minggu, hari libur:jam 08.00 – 12.00
• Melibatkan Karyawan jaga:
Psikiater/ Chief PPDS I, Perawat, Farmasist,
Pencatatan/Pelaporan, Kasir, Satpam,
• Retribusi Karcis Rp. 5.000,-/ orang/ kali datang
sto
PROGRAM-PROGRAM DI POLI RUMATAN
METADON
PELAYANAN
• Komunikasi Informasi Edukasi melalui:
– Penyuluhan tentang masalah Naza ke institusi yang
memerlukan
– Penyuluhan tentang Naza kepada kelompok masyarakat
yang datang ke Rumah Sakit
– Program pengurangan dampak buruk dan resiko (Harm
Reduction)
– Program Pelatihan Konselor sebaya
– Program pelatihan dokter umum dan perawat
– Pembuatan buku penyuluhan/ booklet/ leaflet
• Konseling tentang masalah Napza,
• Program VCT (Voluntary Conseling and Testing)
sto
• Penelitian
• Program Rumatan Metadon
• Program detoksifikasi:
• Tappering off (menghentikan penggunaan zat/Naza
secara perlahan-lahan
•
•
•
•
•
•
Program Intervensi Krisis
Program Intervensi kekambuhan
Program CBT (Cognitive Behaviour Therapy)
Program Hipnoterapi
Program VCT (kerjasama dengan R PIPI)
Program Pengurangan dampak buruk dan resiko
(harm reduction)
sto
– Program Psikofarmaka
– Program Psikoterapi lanjutan:
• Psikoterapi individual
• Psikoterapi kelompok
– Program Terapi Musik
– Program Terapi kerja
– Program Terapi Okupasi
– Program Terapi Kelompok
– Program terapi Olah Raga
sto
PENDIDIKAN
• PPDS I:
–
–
–
–
selama 4 minggu
Poliklinik Rumatan Metadon
Peresentasi Journal
Penelitian
• Dokter Muda:
– Pengenalan terhadap PRM
– Buat seminar kelompok
• RENACANA:
– Jejaring dengan:
•
•
•
•
Panti Rehab Wisma Teratai, Balongsari
RS Bhayangkara Polda
RS lain
Panti Napza lain
sto
Untuk Melakukan Program Rumatan Metadon:
• Tidak bisa bekerja sendiri-sendiri
• Harus ada kerjasama dengan pihak lain:
– Tim Medik AIDS, Pusat Perawatan HIV/AIDS
– LSM, Panti Rehabilitasi
– Polda beserta jajarannya, BNP, Dinkes
– Ponpes, Rumah Pendidikan Ketergantungan Napza
– BPNA, Dinsos, Pelres, Lembaga Pemasyarakatan
– Puskesmas, BP,
– dll.
• Diperlukan jaringan informasi yang baik dan
sto
berkesinambungan
MANAJEMEN PASIEN
Program Rumatan Metadon
sto
sto
Siapa saja yang dapat masuk
Program Rumatan Metadon ?
Kriteria Inklusi
• Harus memenuhi kriteria DSM IV atau
ICD X untuk ketergantungan zat (opioida)
• Usia : 18 tahun atau lebih.
• Penasun yang kambuh atau mempunyai
resiko kambuh sesudah mengikuti PRM
yang sebelumnya.
sto
Kriteria Eksklusi
• Pasien dengan penyakit fisik berat (perlu
pertimbangkan khusus; dengan meminta opini
kedua dari bidang terkait).
• Psikosis yang jelas
• Retardasi Mental yang jelas
• Kelebihan dosis/ intoksikasi opiat
Seleksi Pasien
• Seleksi pasien dilakukan oleh seorang dokter /
psikiater yang terlatih dalam terapi substitusi
metadon dan konseling HIV /AIDS.
sto
INDUKSI MASUK PRM
Dosis mulai
• Berdasarkan temuan penggunaan zat 3 hari
terakhir sebelum masuk terapi
• Berkisar antara 15-30 mg
• Jika takut akan toleransi , amati untuk
beberapa jam sesudah pemberian dosis
sto
INDUKSI MASUK PRM
Setiap hari
• Periksa perasaan pasien
• Nilailah tanda dan gejala intoksikasi dan
putus zat
• Tanyakan penggunaan zat lainnya
• Berikan informasi apa yang harus
dilakukan jika muncul gejala dan tekankan
akan adanya risiko overdosis jika
menggunakan zat lain
sto
STABILISASI METADON
• Pada bulan pertama, angka putus zat tinggi, karena
efek samping metadon (mulut kering,
berkeringat,konstipasi)
• Mulai peningkatan dosis setelah proses konseling
dan bila pasien menghendaki.
• Paling banyak peningkatan dosis 5 mg tiap 3 hari
• Uji saring kesehatan dan psikiatrik
• Dorong dan hargai
• Konseling spesifik/ isu kesejahteraan
sto
• Selama minggu pertama pasien harus datang setiap hari
di klinik atau dirawat di rumah sakit untuk diamati secara
cermat terhadap efek metadon
• Pasien yang mengikuti PRM yang secara konsisten
menggunakan benzodiazepin, kokain, atau amfetamin
mempunyai resiko yang signifikan terhadap komplikasi
dan mempunyai prognosis yang lebih buruk.
• kombinasi alkohol, sedativa dan opioida berjangka kerja
pendek (misalnya oksikodon dan hidromorfon) 
meningkatkan resiko kematian akibat kelebihan dosis.
sto
• Kriteria Penambahan Dosis.
– adanya tanda dan gejala putus opioida (obyektif dan
subyektif),
– jumlah dan/atau frekuensi penggunaan opioida tidak
berkurang.
– kerinduan terhadap opioida yang menetap.
– Penyesuaian dosis dilakukan jangan lebih sering dari
3 hari. (start low go slow).
• FASE RUMATAN
– Dosis rumatan adalah 40-100 mg per hari. Bila dosis
lebih besar dari 150 mg, harus diberikan terbagi dua,
pada pagi dan petang hari.
– Sesudah 6-24 bulan, dokter atau psikiater harus
membicarakan dengan pasien sekiranya pasien mau
dan kapan berhenti mengikuti program rumatan
sto
metadon.
Fase Putus Metadon
• Bila pasien telah memutuskan berhenti
dari PRM:
– dosis metadon diturunkan 10% setiap
minggu, dan
– ketika dosis mencapai 20-30 mg, dosis dapat
dikurangi 1 mg per minggu, atau tetap pada
dosis yang sama untuk waktu yang lebih lama
dari seminggu.
sto
Kebijaksanaan Dosis Bawa Pulang
• Dosis bawa pulang hanya dapat diberikan bila pasien
datang didampingi oleh orangtua/walinya.
• Jumlah dosis bawa pulang harus sesuai dengan jumlah hari
di mana ia tidak bisa datang di klinik.
• Sebelum mulai memberikan dosis bawa pulang kriteria
berikut ini harus dinilai setiap akan membawa dosis bawa
pulang:
– (1) Secara klinis stabil: dosis sudah harus mencapai
tingkat stabil
– (2) Pasien tampak stabil secara sosial, kognitif maupun
emosional, agar pasien dapat bertanggung jawab atas
penyimpanan metadon dan penggunaannya.
– (3) Lamanya pasien berada di PRM: dosis bawa pulang
tidak dianjurkan selamasto2 bulan pertama dalam PRM.
Dosis yang Terlewat
• Bila pasien tidak datang ke PRM 3 hari
berturut-turut atau lebih Re-evaluasi
klinik
• Bila pasien tidak datang ke PRM 10 hari
atau lebih dalam 1 bulan  reevaluasi
• Pasien tidak datang ke PRM 5 hari
berturut-turut  dikeluarkan dari program
ini (Drop Out)
sto
Efek Samping dan Kelebihan Dosis.
• Efek samping yang biasanya terjadi adalah
– konstipasi, kepala terasa ringan, pusing,
– mengantuk, pikiran tidak jernih, berkeringat, mual dan
muntah.
– Bahaya utama OD adalah terhambatnya pernafasan,
yang dapat diatasi dengan memberi naloxon HCl (
Narcan ) 0,2-0,4 mg (1 ml), dan diulang dalam 3-10
menit bila tidak terjadi reaksi.
• Siring, desinfektan, kapas, dan narcan harus
tersedia di tempat pelayanan atau pasien harus
dirujuk ke Unit Gawat Darurat.
sto
Pencatatan Rekam Medik Pasien
• Psikiater dan Chief  dapat password
• Pasien Baru  diisi lengkap mulai data pribadi,
anamnesa dst.
• Pasien kontrol  diisi:
– Keluhan
– Tanggal
– SOAP
– P : Diagnosis dan Terapi wajib diisi
sto
Terima Kasih
sto
Download