Uploaded by User67254

ASKEB ON CRONIC KIDNEY LAODE

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal,
namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin lansia
umumur seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin
disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi
saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA, serta
padaa wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.,
3) Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga
mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah yang
kekurang air.
4) Status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status
perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK,
yang mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih
banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.
6) Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk
mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak,
karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.
7) Diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa
mediknya: Gaagal Ginjal Akut
8) No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat
tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin
parah.
b. Identitas Penanggung Jawab :
a. Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan
perawat membeikan infomasi terhadap klien.
1
b. Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi dengan
keluarga klien.
c. Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat
berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien.
d. Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana
sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.
e. Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk mengetahui
hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang tua,
suami/istri, anak/cucu.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan
yang didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga. yang dimana
keluhan yang paling dirasakan oleh klien itu sendiri adalah terjadi
penurunan produksi miksi.
3. Riwayat Kesehatan :
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK
pada malam hari, kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi
terjadinya GGA serta kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat
nefrotik dengan pengunan berulang, riwayat tes diagnostik dengan
kontras radiografik. Kondisi yang terjadi bersamaan : tumor sal kemih;
sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal jantung/hati.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu
urinarius atau yang lainnya.
4. Pola kebutuhan
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus
2
b. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus,
hipotensi orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema
jaringgan umum, pucat, kecenderungan perdarahan
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria
(kegagalan dini) atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria,
ragu-ragu berkemih, dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung, diare atau konstipasi,
Riwayat Hipertropi prostat, batu/kalkuli
Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah,
coklat, berawan, Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari)
d. Makanan/cairan
Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan
(dehidrasi), mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat
penggunaan diuretik
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema
e. Neurosensorik
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom
‘kaki gelisah”
Tanda
: Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan
penurunan
berkonsentrasi,
tingkat
kesadaran
kehilanggan
(azotemia,
memori,
kacau,
ketidakseimbanggan
elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek
Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan (kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum
kental merah muda (edema paru)
3
h. Keamanan
Gejala : ada reakti tranfusi
Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus,
kulit kering.
5.
Analisa Data
Symtom
Etiologi
DS : klien mengeluh tidak
penurunan produksi urine
bias BAK
DO :
 produksi urine tidak ada
 klien edema
deurisis ginjal
↓
DX: defisit vol cairan
penurunan produksi urine
untuk bernafas dan terasa
↓
berat pd saat menari nafas.
retansi cairan
 klien tampak sesak, dan
sulit menarik nafas,
 RR <16 kali/ menit
Defisit volume cairan
↓
DS : klien mengatakan sulit
DO :
Problame
pola nafas tidak efektif
↓
edema paru
↓
DX: pola nafas tdk efektif
 N teraba lemah.
DS : klien mengatakan.
penurunan produksi urine
Penurunan curah
Susah nafas dan mengalami
↓
jantung
nafas pendek
DO :
 klien tanpak lemas
 denyut jantung teraba
lemah
ekskresi kalium
↓
ketidak seimbangan
elektrolit
↓
hiperkalemi
↓
perubahan kondisi
elektrikal jantung
↓
DX:curah jantung
4
DS : klien mengatakan
metabolik pada
Nutrisi kurang dari
sering mengalami mual
gastrointestinal
kebutuhan tubuh
↓
muntah
DO : kelien tampak pucat,
mual muntah
↓
mukosa kering
intake nutrisi td kadekuat
↓
DX: pemenuhan nutrisi
DS:
Klien
mengatakan
kurang mmpu melakukan
aktivitas
karena
merasa
klien
melakukan
↓
keram otot
tampak
slit
kelemahan fisik respon
aktivitas
dan
nyeri
klien mengerjakan aktivitas
dengan
bantuan
keluarga
Intoleransi aktivitas
↓
lemah, dan keram
DO:
metaboli pd jringan otot
dari
↓
nyeri gangguan ADL
↓
intoleransi aktifitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal ginjal akut
2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif
b.d penurunan Ph pada cairan
serebrospinal
3. Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper
kalemia.
4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan
cairan, ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
vomitus, nausea.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
5
C. Intervensi
1. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi
kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap,
turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, urine >600 ml/hari
Intervensi
Rasional
a. Monitor
(turgor
setatus
kulit
cairan
a.
membran
TD
dan
dan
pengganti
mukosa dan urine output)
b. Auskultasi
Jumlah
tipe
cairan
ditentukan
dari
keadaan status cairan.
b.
timbang berat badan
Hipotensi dapat terjadi pada
hipovolemik perubahan berat
badan sebagai parameter dari
terjadinya defisit cairan.
c.
c. Kaji warna kulit, suhu,
Mengetahui adannya pengaruh
pertahanan perifer
sianosis, nadi perifer, dan
diaforesis secara teratur
d.
d. Program untuk dialisis.
Program
dialisis
akan
mengganti
fungsi
ginjalyang
terganggu
dalam
menjaga
keseimbanngan cairan tubuh.
e.
e. Pertahan
pemberian
cairan intravena
Jalur yang paten penting untuk
pemberian cairan secara cepat
dan memudahkan perawat untuk
melakukan kontrol intake dan
output cairan
6
2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif
B.D Penurunan Ph Pada
Cairan Serebrospinal
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas
Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 1620x/menit
Intervensi
Rasional
a. kaji faktor penyebab asidosis a. untuk mengatasi penyebab dasar
metabolik
b. monitor ketat TTV
dari asedosis metabolik
b. perubahan TTV akan memberikan
dampak pada resiko asidosis yang
bertambah berat dan berindikasi
pada intervensi untuk secepatnya
melakukan koreksi asedosis
c. istirahatkan klien dengan posisi c. posisi fowler akan meningkatkan
fowler
d. ukur intake dan output
ekspansi paru optimal.
d. penurunana
curah
jantung
mengakibatkan gangguan perfusi
ginjal,
retensi
natrium
dan
penurunan urine output.
e. lingkungan tenang dan batasi e. lingkungan
pengunjung
tenang
akan
menurunkan stimulasi nyeri, dan
pembatasan
kunjungan
akan
membantu meningkatkan kondisi
O2.
f. berikan cairan ringer laktat secara f. untuk memperbaiki keadaan asisosis
intravena
metabolik.
7
3. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari
hiper kalemia
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV
dalam batas normal, kadar kalium serum dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
a. kaji faktor penyebab dari keadaan a. penanganan disesuaikan dengan
individu
dan
faktor-faktor
faktor penyebab
hiperkalemi
b. beri diet rendah kalium
b. makanan
kalium
yang
tinggi
mengandung
yang
harus
dihindari termasuk kopi, cocoa,
teh, buah yang dikeringkan,
kacang yang dikeringkan, dan
rti gandum utuh.
c. memonitor TTV tiap 4 jam
c. adanya
secara
T,perubahan
tepat
dapat
TTV
menjadi
pencetus aritmia.
d. memonitor ketat kadar kalium darah d. upaya
dan EKG
e. memonitor
untuk
mencegah
hiperkalemi
klien
yang
terjadi e. untuk
hipokalemi
mencegah
terjadinya
beban kalium berlebihan
f. memonitor klien yang mendapat infus f. untuk tidak memberikan infus
cepat yanng mengandung kallium
larutan IV yang mengandunng
kallium dengankecepatan tinggi
8
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
Tujuan: dalam waktu 2x24 ja, Penurunan curah jantung tidak terjadi
dengan kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti
tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat
dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi
Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.
a. Untuk
b.
mengetahui
Adanya takikardia frekuensi jantung tidak
terjadinya penurunan curah
teratur
jantung
Kaji adanya hipertensi
b. Untuk mengetahui tingi TD
Hipertensi dapat terjadi karena gangguan
akibat beban jantung yang
pada sistem aldosteron-renin-angiotensin
meningkat
(disebabkan oleh disfungsi ginjal)
peningkatan cairan
karena
c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan c. Untuk mengetahui sekala
lokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10)
nyeri yang dirasakan dan
mampu memprediksi lokasi
dan tempatnya.
d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap d. Untuk mengetahui tingkat
aktivitas
Kelelahan dapat menyertai GGK juga
aktivitas dan mengetahui
terjadinya anemia,
anemia
9
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, vomitus, nausea.
Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan masukan nutrisi yang
adekuat
kriteria hasil: Menunjukan BB stabil
Intervensi
a. Observasi
Rasional
status
klien
dan a. Untuk
keefektifan diet.
mampu
menyeimbangkan
kebutuhan nutrisi dalam tubuh
b. Berikan dorongan hygiene oral b. Untuk mendapatkan Higiene oral
yang baik sebelum dan setelah
yang tepat, yanng dapat mencegah
makan.
bau mulut dan rasa tidak enak akibat
mikroorganisme,
membantu
dan
mencegah stomatitis
c. Berikan makanan Rendah garam
c. Lemak dan protein tidak digunakan
sebagai
sumber
protein
utama,
sehingga tidak terjadi penumpukan
yang bersifat asam, serta diet rendah
garam memungkinkan retensi air
kedalam intra vaskuler.
d. Berikan makanan dalam porsi d. Untuk
kecil
tetapi
sering.
Meminimalkan
anoreksia,
mual sehubungan dengan status
uremik.
e. Kolaborasi pemberian obat anti e. Antiemetik dapat menghilangkan
emetic.
mual
dan
muntah
dan
dapat
meningkatkan pemasukan oral.
10
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan.
Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas
yang dapat ditoleransi
Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik
Intervensi
a. Kaji
Rasional
kebutuhan
pasien
dalam
Memberi
panduan
dalam
beraktifitas dan penuhi kebutuhan
penentuan
pemberian
bantuan
ADL
dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan.
a.
b.
Untuk menentukan derajat dan
efek ketidakmampun
c. Identifikasi factor stess/psikologis
c.
yang dapat memperberat.
Karena
akumulasi
mempunyai
efek
(sepanjang
factor
psykologis)
yang
dapat
diturunkan bila ada masalah dan
takut untuk diketahui.
d. Ciptakan lingkungan tengan dan
d.
periode istirahat tanpa gangguan.
Untuk menghemat energi untuk
aktifitas
perawatan
diri
yang
diperlukan
e. Bantu aktifitas perawatan diri yang
e.
diperlukan.
Memungkinkan
aktifitas
berlanjutnya
yang
dibutuhkan
memberika rasa aman bagi klien.
f. Kolaborasi
laboratorium darah.
pemeriksaan
f.
Untuk
mengetahui
Ketidak
seimbangan Ca, Mg, K, dan Na,
dapat
menggangu
fungsi
neuromuscular yang memerlukan
peningkatan penggunaan energi
Ht dan Hb yang menurun adalah
menunjukan salah satu indikasi
terjadinya gangguan eritopoetin
11
A. Penyakit Gagal Ginjal Kronik
1. Pengertian
Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan
oleh beberapa ahli meliputi yaitu :
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit
nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung
lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996).
Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik
adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal
yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak
dimulai
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang
menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman,
1990: 349).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal
kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal
ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan
lingkungan internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal
yang progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan
menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan
fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit
2. Klasifikasi
Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di
klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut:
a.
100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang.
b.
75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik.
c.
25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik.
12
3. Etiologi
a. penyakit Hipertensi
b. Gout menyebabkan nefropati gout.
c. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM.
d. gangguan metabolisme
e. SLE yang menyebabkan nefropati SLE.
f. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular.
g. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular.
h. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke
penyakit ginjal genetik) / herediter
i. infeksi, penyakit hipersensitif
j. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius
k. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi
Gambar 2.4: gagal ginjal kronik
4. Patofisiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh
penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glumerulonefritis, pielonefritis,
hipertensi yang tidak dikontrol, obtruksi traktus urinarius, penyakit ginjal
polikistik, infeksi dan agen toksik. fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya dieksresikan kedalam urine)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh, semakin banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan
13
semakin berarti dan akan membaik setelah dialisis. Banyak permasalahan
yang muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan glomeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan clearens substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu :
a Stadium I (Penurunan cadangan ginjal).
Fungsi ginjal antara 40 % - 75 %, pada stadiusm ini kreatinin serum dan
kadar urea dalam darah (BUN) normal, pasien asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi kerja yang berat
pda ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine yang lama atau dengan
mengadakan tes Glomerolus Filtrasi Rate (GFR) yang teliti.
b Stadium II (Insufisiensi ginjal)
Fungsi ginjal antara 20 – 50 %, pada tahap ini kadar BUN baru mulai
meningkat melebihi kadar normal. Timbul gejala – gejala nokturia
(pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap samapai
sebanyak 700 ml, dan poliuria (peningkatan volume urine yang terus
menerus). Poliuria pada gagal ginjal lebih besar pada penyakit terutama
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih
dari 3 liter/hari.
c Stadium III (Uremi gagal ginjal).
Fungsi ginjal kurang dari 10 %, pada stadium akhir sekitar 90 % dari
massa nefron telah hancur, taua hanya sekitar 200.000 nefron yang
masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan normal, kreatinin
sebesar 5 – 10 ml per menit atau kurang. Gejala – gejala yang timbul
cukup parah anatara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak
nafas, pusing atau sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur,
kejang – kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai
koma. Penderita akan mengalami oliguria (pengeluaran urine kurang
dari 500 ml) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit
mula – mula menyerang tubulus ginjal.
Patofisiologi menurut SmeltzerC, Suzanne, (2002 hal 1448)
adalah:
14
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk
mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan
natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun.
Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum
dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini
akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal,
tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,
akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada
tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon.
15
5. Manifestasi Klinik
a. Kardiovaskuler
a. Hipertensi
b. Pitting edema
c. Edema periorbital
d. Pembesaran vena leher
e. Friction rub perikardial
b. Pulmoner
a. KrekelS
b. Nafas dangkal
c. Kusmaul
d. Sputum kental dan liat
c. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual dan muntah
b. Perdarahan saluran GI
c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
d. Konstipasi / diare
e. Nafas berbau amonia
d. Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kehilangan kekuatan otot
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Integumen
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering, bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
f. Reproduksi
a. Amenore
16
b. Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)
Pada sumber yang lain jg di jelaskan sebagai berikut:
a. Pada penurunan cadangan ginjal, tidak tampak gejala-gejala klinis.
b. Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliuri (peningkatan pengeluaran
urine) karena ginjal tidak mampu memekatkan urine.
c. Pada gagal ginjal, pengeluaran urine turun akibat GFR yang sangat
rendah.
Hal
ini
menyebabkan
peningkatkan
beban
volume,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, azotemia dan uremia.
d. Pada penyakit ganjil stadium akhir, terjadi azotemia dan uremia berat.
Asidosismetabolik memburuk, yang secara mencolok merangsang
kecepatan pernapasan. Timbu lhipertensi, anemi, osteodistrofi,
hiperkalemia, ensefalopatiuremik, danpruritus (gatal). Dapat terjadi
gagal jantung kongestif dan peri karditis. Tanpa pengobatan terjadi
koma dan kematian
6. Penatalaksanaan
Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan
penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut,
terutama dengan retriksi protein dan obat-obat anti hipertensi.
Pada
gagal
ginjal,
terapi
ditujukan
untuk
mengoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi berupa dialysis atau
tranplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu
dilakukan.
Dimana
tujuan
penatalaksaan
adalah
untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin.
7. Penatalaksanaan medis
a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam
atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah
dengan IWL 500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan
penjumlahan tersebut.
b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak
cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan.
17
c. Hiperfosfatemia
dan
hipokalemia
ditangani
dengan
antasida
mengandung alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus
diberikan dengan makanan.
d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan
control volume intravaskuler.
e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan
tidak memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan
karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis
metabolic jika kondisi ini memerlukan gejala.
f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang
adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat
terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun
intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang – kadang kayexelate
sesuai kebutuhan.
g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin
manusia rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan
tiga kali seminggu.
h. Dialisis.
i. Transplantasi ginjal.
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan
hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam
sebelumnya.
b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium
dapat diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam.
9. Penatalaksanaan Diet
a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam.
b. Karbohidrat
minimal
200
gr/hari
untuk
mencegah
terjadinya
katabolisme protein
c. Lemak diberikan bebas.
d. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan
asam folat.
18
e. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil
pemecahan makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat
dalam darah jika terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang
diberikan harus yang bernilai biologis tinggi seperti telur, daging
sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari.
10. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien gagal ginjal
kronik untuk mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut
Doenges (1999), Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut :
a. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna keruh,
berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350 m.osn/kg,
klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml / menit, natrium lebih
dari 40 mEq/L, proteinuria.
b. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun,
Hb kurang dari 7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH
menurun dan terjadi asidosis metabolic (kurang dari 7.2), natrium
serum rendah, kalium meningkat 6,5 mEq atau lebih besar,
magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun, protein khususnya
albumin menurun.
c. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering sama
dengan urine.
d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung kemih dan
adanya obstruksi (batu).
e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan hipertropi
ventrikel kiri, tanda – tanda perikarditis, aritmia dan gangguan
elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia).
f. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal
korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal, kandung
kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya
faktor yang reversibel, juga menilai apakah proses sudah lanjut.
19
g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena dehidrasi akan
memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan
apakah ada batu atau obstruksi lain.
h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak bermanfaat
lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini
sudah jarang dilakukan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai ada
obstruksi yang reversibel.
j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda – tanda bendungan
paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali
dan efusi perikardial.
k. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi (terutama
tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik.
20
11. Pathway Gagal Ginjal Kronik
berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya
penuruna fungsi ginjal
mekanisme kompensasi dan adaptasi dair nefron menyebabkan kematian
nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah menurun
detruksi struktur ginjal secara progresif
GFR menurun menyebabkan kegagalan
memprtahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit
penumpukan toksik uremik di dlm darah,
ketidak seimbangan cairan dan elektroli
vol cairan↑
gangguan kondisi
elektrikal otot
ventrikal
aktivitas SRAA asidosis metabolik
DX: kelebihan
vol cairan
aritmia resiko tinggi kejang
hipertensi sistemik
DX: nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
kulit kering dan ppecah
DX: gg
integritas kulit
sindrom uremik
pernafasan kussmaul, letargi,
kesadaran↓ , edema sel otak,
beban kerja jantung↑
DX: curah jantung↓
perubahan proses fikir
penurunan perfusi
serebral
deposit kalsium
tulang↓
kelemahan fisik
penurunan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan
osteodistrofi ginjal
DX: intoleransi
aktivitas
Arif Muttaqin, dkk. (2011).
21
ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal,
namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin lansia
umumur seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin
disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi
saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA, serta
padaa wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
3) alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga
mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah yang
kekurang air.
4) status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status
perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK,
yang mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) agama / keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih
banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan.
6) pekerjaan / sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk
mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak,
karena berpengaruh juga terhadap pola hidup.
7) diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa
mediknya: Gaagal Ginjal Kronik
8) no. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat
tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk
menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin
parah.
22
b. Identitas Penanggung Jawab :
1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan
perawat membeikan infomasi terhadap klien.
2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi
dengan keluarga klien.
3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat
berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga
klien.
4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana
sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.
5) Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk
mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah
saudara, orang tua, suami/istri, anak/cucu.
2. Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
keluhan utama yang didapat biasanya berfariasi, mulai dari
urine output sedikit sampe tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidk selera makan (anoreksia), dan gatal pada
kulit.
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. kaji
sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi
masalahnya dan mendapatkan pengobatan apa.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat adanya gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan
prostatektomi, kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan, infeksi sistem perkemihan yang berulang,
penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang
23
menjadi prediposisi penyebab, penting untuk dikaji mengenai
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap
jenis obat kemudian dokumentasikan.
d.
Psikososial
adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya
tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. lamanya perawatan, dan banyaknya biaya
perawatan
dan
pengobatan
menyebabkan
pasien
mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri, dan gangguan peran pada keluarga.
3. Pola kebutuhan
a. Aktifitas /istirahat
Gejala:
-
kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
-
Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
-
Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan
-
Disritmia jantung
-
Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
-
Friction rub perikardial
-
Pucat pada kulit
-
Kecenderungan perdarahan
24
c. Integritas ego
Gejala:
-
Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
-
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan
kepribadian
d. Eliminasi
Gejala:
-
Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
-
Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
-
Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan
-
Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
-
Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
-
Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
-
Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
-
Perubahan turgor kuit/kelembaban
-
Edema (umum,tergantung)
-
Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
-
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
-
Sakit kepala, penglihatan kabur
-
Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada
telapak kaki
25
-
Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah
(neuropati perifer)
Tanda:
-
Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan
konsentrasi,
kehilangan
memori,
kacau,
penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
-
Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
-
Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
h. Pernapasan
Gejala:
- nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa
Sputum
Tanda:
- takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
i. keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
26
l. Penyuluhan
- Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis
herediter, kalkulus urinaria
- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
- Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)
4. Analisa Data
Symtom
Etiologi
Problame
DS : klien mengeluh tidak bisa
penumpukan toksik
kelebihan
BAK
uremik di dlm darah
cairan
volume
↓
DO :
 produksi urine tidak ada
ketidak seimbangan
 klien edema
cairan dan elektroli
↓
vol cairan meningkat
↓
DS : klien mengatakan sering
mengalami mual muntah
kelebihan vol cairan
metabolik pada
gastrointestinal
DO : kelien tampak pucat,
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
↓
mual muntah
mukosa kering
↓
intake nutrisi td kadekuat
↓
DX: pemenuhan nutrisi
DS : klien mengatakan. Susah
hipertensi sistemik
Penurunan curah
nafas dan mengalami nafas
↓
jantung
pendek
beban kerja jantung
DO :
meningkat
 klien tanpak lemas
 denyut
jantung
↓
teraba
curah jantung menurun
lemah]
27
DS: Klien mengatakan kurang
mmpu
melakukan
karena
merasa
aktivitas
lemah,
dan
Intoleransi aktivitas
↓
gangguan kondisi
elektrikal otot ventrikal
keram
DO:
vol cairan meningkat
klien
tampak
slit
melakukan aktivitas dan klien
mengerjakan aktivitas dengan
bantuan dari keluarga.
↓
aritmia resiko tinggi
kejang
↓
penurunan perfusi
serebral
↓
deposit kalsium tulang ↓
↓
kelemahan fisik
↓
intoleransi aktivitas
DS: klien mengeluh, kulitnya
terasa kering dan kasar
DO:
klien
tampak
lemas
dengan turgor kulit menurun
GFR menurun
Gangguan integritas
menyebabkan kegagalan
kulit
memprtahankan
metabolisme dan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
↓
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
↓
turgor kulit menurun
↓
gg integritas kulit
28
B. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan
dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
b. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah
c. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi produk sampah dan prosedur dialisa
e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
C. Intervensi
1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan
dan
natrium
sekunder
terhadap
penurunan
fungsi
ginjal
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam, tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil:klien tidak sesak nafas , edema ekstermitas berkurang,
produksi urine >600ml/hari
Intervensi
Rasional
a. kaji adanya edema ekstermitas
a. untuk mengetahui kelebihan
vollume cairan
b. anjurkan klien untuk melakukan tirah b. untuk meningkatkan deuresis
baring pada saat edema masih terjadi
yang
bertujuan
untuk
mengurangi edema.
c. kaji tekanan darah
c. sebagai salah satu cara untuk
mengetahui
jumlah
cairan
peningkatan
yang
dapat
diketahui dengan meningkatkan
beban kerja jantung yang dapat
diketahui dari meningkatnya
tekenan darah
29
d. ukur intake dan output
d. untuk
mengetahui
retensi
penuruna natrium dan output.
e. timbang berat badan
e. untuk mengetahui perubahan
tiba2
dari
berat
menunjukan
badan
keseimbangan
cairan.
f. berikan
oksigen
tambahan
dengan f. untuk meningkatkan sediaan
kanula nasal/ masker sesuai dengan
oksigen
untuk
kebutuhan
indikasi.
miokard untuk melewati efek
hipoksia.
g. kolaborassi

g. kolaborasi
berikan diet tanpa garam
 karena natrium meningkatkan
retensi
cairan
meningkatkan
dan
volume
plassma.

berikan diet rendah protein dan
tinggi kalori
 untuk
menurunkan
insufesiensi renal dan retensi
nitrogen
yang
meningkatkan
tinggi
kalori
cadangan
BUN.
untuk
energi
mengurangi
akan
diet
untuk
dan
katabolisme
protein.

berika
deuritik
(furosemide,
spironolakton, hidronolakton)
 untuk
plasma
menurunkan
dan
volume
menurunkan
retensi cairan.

lakukan dialisis
 untuk
menurunkan
volume
cairan yang berlebihan.
30
2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme,
anoreksi, mual, muntah
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu mempertahankan status
nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam
batas normal.
Intervensi
a.
Kaji status nutrisi
Rasional
a. untuk
mampu
Mengetahui
kebutuhan nutrisi dalam tubuh
b.
Kaji/catat pola dan pemasukan diet
b. untuk
tetap
menjaga
keseimbangan nutrisi dalam
tubuh
c.
Kaji factor yang berperan merubah c. untuk mengetahui penyebab
masukan nutrisi : mual, anoreksia
mual dan anoreksia akibat dari
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
d.
e.
Berikan makanan sedikit tapi sering, d. Untuk
mempertahankan
sajikan makanan kesukaan kecuali
keseimbangan
kontra indikasi
energi
Lakukan perawatan mulut, berikan e. untuk
penyegar mulut
nutrisi
tetap
kesegeran
dan
menjaga
mulut
dan
menghindari mual muntah
f.
Timbang BB tiap hari
f. untuk
mengetahui
status
perubahan nutrisi
31
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume
sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien dapat mempertahankan curah
jantung yang adekuat
Kriteria Hasil
 TD dan HR dalam batas normal
 Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi
Rasional
a. Auskultasi bunyi jantung dan
a.
paru
untuk
mengetahui
Adanya
takikardia frekuensi jantung tidak
teratur
b.
Kaji adanya hipertensi
b.
Hipertensi dapat terjadi karena
gangguan pada sistem aldosteronrenin-angiotensin (disebabkan oleh
disfungsi ginjal)
c. Selidiki keluhan nyeri dada,
perhatikan
lokasi,
c.
rediasi,
mengetahui tingkat
dan
sekala nyeri pada gagal ginjal
beratnya (skala 0-10)
d. Kaji tingkat aktivitas
untuk
kronik
d.
Untuk mengetahui respon terhadap
aktivitas
4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia,
retensi
produk
sampah
dan
prosedur
dialisa
Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu berpartisipasi dalam
aktifitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil: klien mampu memenuhi enenergi untuk melakukan
aktivitas.
32
Intervensi
a.
Rasional
Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat
a. untuk mengetahui tingkat
aktivitas dan pola istirahat.
b.
Kaji kemampuan toleransi aktivitas
b. untuk
seberapa
mengetahui
jauh
tingkat
toleransi aktivitas selama
sakit.
c.
Identifikasi faktor yang menimbulkan
c. untuk mengetahui faktor
keletihan
yang dapat mempengaruhi
keletihan.
d.
Rencanakan periode istirahat adekuat
d. untuk
mendapatkan
istirahat yang adekuat
e.
Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi,
e. untuk
anjurkan aktifitas alternative sambil
menjalankan
istirahat
secara bertahap
membantu
aktivitas
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic,
edema, kulit kering, pruritus
Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi integritas kulit
Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada kulit berkurang.
Intervensi
a. Kaji terhadap kekeringan kulit,
pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.
b. kaji terhadap adanya petakie dan
purpura
c. monitor lipatan kulit dan area yang
edema
Rasional
a. untuk mnjaga kesetabilan kulit dan
kelembaban.
b. untuk mempertahankan turgor kulit
yang optimal
c. untuk mempertahankan kulit yang
optimal dan tida infeksi akibat
gesekan dari lipatan kulit itu
sendiri.
d. gunting kuku dan pertahankan kuku
terpotong pendek dan bersih
d. untuk tetap mempertahankan
kebersihan kuku
33
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan
intervensi adalah
1. pola nafas menjadi efektif
2. tidak terjadi penurunan curah jantung
3. tidak terjadi aritmia
4. tidak terjadi kelebihan volume cairan tubuh
5. peningkatan perfusi serebral
6. pasien tidak mengalami defisit neurologis
7. tidak mengalami cedra jaringan llunak
34
Download