ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial), 1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal, namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin lansia umumur seseorang, semakin beresiko. 2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA, serta padaa wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan., 3) Alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah yang kekurang air. 4) Status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang mampu menjadi akibat gagal ginjal. 5) Agama/keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan. 6) Pekerjaan/sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak, karena berpengaruh juga terhadap pola hidup. 7) Diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa mediknya: Gaagal Ginjal Akut 8) No. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin parah. b. Identitas Penanggung Jawab : a. Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan perawat membeikan infomasi terhadap klien. 1 b. Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi dengan keluarga klien. c. Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien. d. Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk membiayai klien itu sendiri. e. Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang tua, suami/istri, anak/cucu. 2. Keluhan Utama Keluhan yang paling dirasakan oleh klien diantara keluhan yang dirasakan yang didapatkan secara langsung dari pasien/ keluarga. yang dimana keluhan yang paling dirasakan oleh klien itu sendiri adalah terjadi penurunan produksi miksi. 3. Riwayat Kesehatan : a. Riwayat Penyakit Sekarang Keluhan utama tidak bisa kencing, kencing sedikit, sering BAK pada malam hari, kelemahan otot atau tanpa keluhan lainnya. b. Riwayat Penyakit Dahulu Adanya penyakit infeksi, kronis atau penyakit predisposisi terjadinya GGA serta kondisi pasca akut. Riwayat terpapar toksin, obat nefrotik dengan pengunan berulang, riwayat tes diagnostik dengan kontras radiografik. Kondisi yang terjadi bersamaan : tumor sal kemih; sepsis gram negatif, trauma/cidera, perdarahan, DM, gagal jantung/hati. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urinarius atau yang lainnya. 4. Pola kebutuhan a. Aktivitas dan istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise Tanda : Kelemahan otot, kehilanggan tonus 2 b. Sirkulasi Tanda : Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan umum, pucat, kecenderungan perdarahan c. Eliminasi Gejala : Perubahan pola kemih : peningkatan frekuensi, poliuria (kegagalan dini) atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu berkemih, dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi (inflamasi/obstruksi, infeksi), abdomen kembung, diare atau konstipasi, Riwayat Hipertropi prostat, batu/kalkuli Tanda : Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat, berawan, Oliguria (bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari) d. Makanan/cairan Gejala : Peningkatan berat badan (edema), penurunan berat badan (dehidrasi), mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, riwayat penggunaan diuretik Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, edema e. Neurosensorik Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom ‘kaki gelisah” Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan penurunan berkonsentrasi, tingkat kesadaran kehilanggan (azotemia, memori, kacau, ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa); kejang, aktivitas kejang f. Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri tubuh, sakit kepala Tanda : Prilaku berhati-hati, distraksi, gelisah g. Pernafasan Gejala : Nafas pendek Tanda : Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman pernafasan (kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum kental merah muda (edema paru) 3 h. Keamanan Gejala : ada reakti tranfusi Tanda : Demam (sepsis, dehidrasi), ptechie, echimosis kulit, pruritus, kulit kering. 5. Analisa Data Symtom Etiologi DS : klien mengeluh tidak penurunan produksi urine bias BAK DO : produksi urine tidak ada klien edema deurisis ginjal ↓ DX: defisit vol cairan penurunan produksi urine untuk bernafas dan terasa ↓ berat pd saat menari nafas. retansi cairan klien tampak sesak, dan sulit menarik nafas, RR <16 kali/ menit Defisit volume cairan ↓ DS : klien mengatakan sulit DO : Problame pola nafas tidak efektif ↓ edema paru ↓ DX: pola nafas tdk efektif N teraba lemah. DS : klien mengatakan. penurunan produksi urine Penurunan curah Susah nafas dan mengalami ↓ jantung nafas pendek DO : klien tanpak lemas denyut jantung teraba lemah ekskresi kalium ↓ ketidak seimbangan elektrolit ↓ hiperkalemi ↓ perubahan kondisi elektrikal jantung ↓ DX:curah jantung 4 DS : klien mengatakan metabolik pada Nutrisi kurang dari sering mengalami mual gastrointestinal kebutuhan tubuh ↓ muntah DO : kelien tampak pucat, mual muntah ↓ mukosa kering intake nutrisi td kadekuat ↓ DX: pemenuhan nutrisi DS: Klien mengatakan kurang mmpu melakukan aktivitas karena merasa klien melakukan ↓ keram otot tampak slit kelemahan fisik respon aktivitas dan nyeri klien mengerjakan aktivitas dengan bantuan keluarga Intoleransi aktivitas ↓ lemah, dan keram DO: metaboli pd jringan otot dari ↓ nyeri gangguan ADL ↓ intoleransi aktifitas B. Diagnosa Keperawatan 1. Defisit volume cairan b/d fase diurisis dari gagal ginjal akut 2. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif b.d penurunan Ph pada cairan serebrospinal 3. Resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper kalemia. 4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan, ketidakseimbangan elektrolit, efek uremik pada otot jantung 5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus, nausea. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan. 5 C. Intervensi 1. Resiko kurangnya volume cairan b/d gagal ginjal akut Tujuan : dalam waktu 2x24 jam defisit volume cairan dapat teratasi kriteria hasi: klien tidak mengeluh pusing, membran mukosa lembap, turgor kulit normal, TTV dalam batas normal, urine >600 ml/hari Intervensi Rasional a. Monitor (turgor setatus kulit cairan a. membran TD dan dan pengganti mukosa dan urine output) b. Auskultasi Jumlah tipe cairan ditentukan dari keadaan status cairan. b. timbang berat badan Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik perubahan berat badan sebagai parameter dari terjadinya defisit cairan. c. c. Kaji warna kulit, suhu, Mengetahui adannya pengaruh pertahanan perifer sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur d. d. Program untuk dialisis. Program dialisis akan mengganti fungsi ginjalyang terganggu dalam menjaga keseimbanngan cairan tubuh. e. e. Pertahan pemberian cairan intravena Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan memudahkan perawat untuk melakukan kontrol intake dan output cairan 6 2. Resiko Tinggi Pola Nafas Tidak Efektif B.D Penurunan Ph Pada Cairan Serebrospinal Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi perubahan pola nafas Kriteria hasil: klien tidak sesak nafas, RR dalam batas normal 1620x/menit Intervensi Rasional a. kaji faktor penyebab asidosis a. untuk mengatasi penyebab dasar metabolik b. monitor ketat TTV dari asedosis metabolik b. perubahan TTV akan memberikan dampak pada resiko asidosis yang bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan koreksi asedosis c. istirahatkan klien dengan posisi c. posisi fowler akan meningkatkan fowler d. ukur intake dan output ekspansi paru optimal. d. penurunana curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium dan penurunan urine output. e. lingkungan tenang dan batasi e. lingkungan pengunjung tenang akan menurunkan stimulasi nyeri, dan pembatasan kunjungan akan membantu meningkatkan kondisi O2. f. berikan cairan ringer laktat secara f. untuk memperbaiki keadaan asisosis intravena metabolik. 7 3. resiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal skunder dari hiper kalemia Tujuan: dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi aritmia Kriteria Hasil: klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual muntah, TTV dalam batas normal, kadar kalium serum dalam batas normal. Intervensi Rasional a. kaji faktor penyebab dari keadaan a. penanganan disesuaikan dengan individu dan faktor-faktor faktor penyebab hiperkalemi b. beri diet rendah kalium b. makanan kalium yang tinggi mengandung yang harus dihindari termasuk kopi, cocoa, teh, buah yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan rti gandum utuh. c. memonitor TTV tiap 4 jam c. adanya secara T,perubahan tepat dapat TTV menjadi pencetus aritmia. d. memonitor ketat kadar kalium darah d. upaya dan EKG e. memonitor untuk mencegah hiperkalemi klien yang terjadi e. untuk hipokalemi mencegah terjadinya beban kalium berlebihan f. memonitor klien yang mendapat infus f. untuk tidak memberikan infus cepat yanng mengandung kallium larutan IV yang mengandunng kallium dengankecepatan tinggi 8 4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat Tujuan: dalam waktu 2x24 ja, Penurunan curah jantung tidak terjadi dengan kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler Intervensi Rasional a. Auskultasi bunyi jantung dan paru. a. Untuk b. mengetahui Adanya takikardia frekuensi jantung tidak terjadinya penurunan curah teratur jantung Kaji adanya hipertensi b. Untuk mengetahui tingi TD Hipertensi dapat terjadi karena gangguan akibat beban jantung yang pada sistem aldosteron-renin-angiotensin meningkat (disebabkan oleh disfungsi ginjal) peningkatan cairan karena c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan c. Untuk mengetahui sekala lokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) nyeri yang dirasakan dan mampu memprediksi lokasi dan tempatnya. d. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap d. Untuk mengetahui tingkat aktivitas Kelelahan dapat menyertai GGK juga aktivitas dan mengetahui terjadinya anemia, anemia 9 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, vomitus, nausea. Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam, Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat kriteria hasil: Menunjukan BB stabil Intervensi a. Observasi Rasional status klien dan a. Untuk keefektifan diet. mampu menyeimbangkan kebutuhan nutrisi dalam tubuh b. Berikan dorongan hygiene oral b. Untuk mendapatkan Higiene oral yang baik sebelum dan setelah yang tepat, yanng dapat mencegah makan. bau mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu dan mencegah stomatitis c. Berikan makanan Rendah garam c. Lemak dan protein tidak digunakan sebagai sumber protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam, serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler. d. Berikan makanan dalam porsi d. Untuk kecil tetapi sering. Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan dengan status uremik. e. Kolaborasi pemberian obat anti e. Antiemetik dapat menghilangkan emetic. mual dan muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral. 10 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, keletihan. Tujuan: dalam waktu 2x24 jam Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi Kriteria Hasil: klien mampu meningkatkan aktivitas denngan baik Intervensi a. Kaji Rasional kebutuhan pasien dalam Memberi panduan dalam beraktifitas dan penuhi kebutuhan penentuan pemberian bantuan ADL dalam pemenuhan ADL. b. Kaji tingkat kelelahan. a. b. Untuk menentukan derajat dan efek ketidakmampun c. Identifikasi factor stess/psikologis c. yang dapat memperberat. Karena akumulasi mempunyai efek (sepanjang factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut untuk diketahui. d. Ciptakan lingkungan tengan dan d. periode istirahat tanpa gangguan. Untuk menghemat energi untuk aktifitas perawatan diri yang diperlukan e. Bantu aktifitas perawatan diri yang e. diperlukan. Memungkinkan aktifitas berlanjutnya yang dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien. f. Kolaborasi laboratorium darah. pemeriksaan f. Untuk mengetahui Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na, dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan energi Ht dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah satu indikasi terjadinya gangguan eritopoetin 11 A. Penyakit Gagal Ginjal Kronik 1. Pengertian Ada beberapa pengertian gagal ginjal kronis yang dikemukakan oleh beberapa ahli meliputi yaitu : Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit (Hudak & Gallo, 1996). Long (1996 : 368) mengemukakan bahwa Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan lingkugan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) atau penurunan faal ginjal yang menahun dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internalnya yang berlangsung dari perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan menetap sehingga mengakibatkan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) berakibat ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan dan pemulihan fungsi lagi yang menimbulkan respon sakit 2. Klasifikasi Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut: a. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang. b. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik. c. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik. 12 3. Etiologi a. penyakit Hipertensi b. Gout menyebabkan nefropati gout. c. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM. d. gangguan metabolisme e. SLE yang menyebabkan nefropati SLE. f. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular. g. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular. h. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik) / herediter i. infeksi, penyakit hipersensitif j. penyakit peradangan, lesi obstruksi pada traktus urinarius k. nefropatik toksik dan neoropati obstruksi Gambar 2.4: gagal ginjal kronik 4. Patofisiologi Penyebab dari gagal ginjal kronik biasanya dipengaruhi oleh penyakit sistemik seperti diabetes melitus, glumerulonefritis, pielonefritis, hipertensi yang tidak dikontrol, obtruksi traktus urinarius, penyakit ginjal polikistik, infeksi dan agen toksik. fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya dieksresikan kedalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh, semakin banyak yang timbunan produk sampah, maka gejala akan 13 semakin berarti dan akan membaik setelah dialisis. Banyak permasalahan yang muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan clearens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Perjalanan penyakitnya dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu : a Stadium I (Penurunan cadangan ginjal). Fungsi ginjal antara 40 % - 75 %, pada stadiusm ini kreatinin serum dan kadar urea dalam darah (BUN) normal, pasien asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi dengan memberi kerja yang berat pda ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes Glomerolus Filtrasi Rate (GFR) yang teliti. b Stadium II (Insufisiensi ginjal) Fungsi ginjal antara 20 – 50 %, pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat melebihi kadar normal. Timbul gejala – gejala nokturia (pengeluaran urine pada waktu malam hari yang menetap samapai sebanyak 700 ml, dan poliuria (peningkatan volume urine yang terus menerus). Poliuria pada gagal ginjal lebih besar pada penyakit terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. c Stadium III (Uremi gagal ginjal). Fungsi ginjal kurang dari 10 %, pada stadium akhir sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur, taua hanya sekitar 200.000 nefron yang masih utuh. Nilai GFR hanya 10 % dari keadaan normal, kreatinin sebesar 5 – 10 ml per menit atau kurang. Gejala – gejala yang timbul cukup parah anatara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing atau sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang – kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Penderita akan mengalami oliguria (pengeluaran urine kurang dari 500 ml) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula – mula menyerang tubulus ginjal. Patofisiologi menurut SmeltzerC, Suzanne, (2002 hal 1448) adalah: 14 a. Penurunan GFR Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat. b. Gangguan klirens renal Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal) c. Retensi cairan dan natrium Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. d. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang. f. Penyakit tulang uremik(osteodistrofi) Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon. 15 5. Manifestasi Klinik a. Kardiovaskuler a. Hipertensi b. Pitting edema c. Edema periorbital d. Pembesaran vena leher e. Friction rub perikardial b. Pulmoner a. KrekelS b. Nafas dangkal c. Kusmaul d. Sputum kental dan liat c. Gastrointestinal a. Anoreksia, mual dan muntah b. Perdarahan saluran GI c. Ulserasi dan perdarahan pada mulut d. Konstipasi / diare e. Nafas berbau amonia d. Muskuloskeletal a. Kram otot b. Kehilangan kekuatan otot c. Fraktur tulang d. Foot drop e. Integumen a. Warna kulit abu-abu mengkilat b. Kulit kering, bersisik c. Pruritus d. Ekimosis e. Kuku tipis dan rapuh f. Rambut tipis dan kasar f. Reproduksi a. Amenore 16 b. Atrofi testis ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450) Pada sumber yang lain jg di jelaskan sebagai berikut: a. Pada penurunan cadangan ginjal, tidak tampak gejala-gejala klinis. b. Pada insufisiensi ginjal, dapat timbul poliuri (peningkatan pengeluaran urine) karena ginjal tidak mampu memekatkan urine. c. Pada gagal ginjal, pengeluaran urine turun akibat GFR yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan peningkatkan beban volume, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, azotemia dan uremia. d. Pada penyakit ganjil stadium akhir, terjadi azotemia dan uremia berat. Asidosismetabolik memburuk, yang secara mencolok merangsang kecepatan pernapasan. Timbu lhipertensi, anemi, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopatiuremik, danpruritus (gatal). Dapat terjadi gagal jantung kongestif dan peri karditis. Tanpa pengobatan terjadi koma dan kematian 6. Penatalaksanaan Pada penurunan cadangan ginjal dan insufisiensi ginjal, tujuan penatalaksanaan adalah memperlambat kerusakan nefron lebih lanjut, terutama dengan retriksi protein dan obat-obat anti hipertensi. Pada gagal ginjal, terapi ditujukan untuk mengoreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Pada penyakit ginjal tahap akhir, terapi berupa dialysis atau tranplantasi ginjal. Pada semua stadium pencegahan infeksi perlu dilakukan. Dimana tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. 7. Penatalaksanaan medis a. Cairan yang diperbolehkan adalah 500 samapai 600 ml untuk 24 jam atau dengan menjumlahkan urine yang keluar dalam 24 jam ditamnbah dengan IWL 500ml, maka air yang masuk harus sesuai dengan penjumlahan tersebut. b. Pemberian vitamin untuk klien penting karena diet rendah protein tidak cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. 17 c. Hiperfosfatemia dan hipokalemia ditangani dengan antasida mengandung alumunium atau kalsium karbonat, keduanya harus diberikan dengan makanan. d. Hipertensi ditangani dengan berbagai medikasi antihipertensif dan control volume intravaskuler. e. Asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik biasanya tampa gejala dan tidak memerlukan penanganan, namun demikian suplemen makanan karbonat atau dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis metabolic jika kondisi ini memerlukan gejala. f. Hiperkalemia biasanya dicegah dengan penanganan dialisis yang adekuat disertai pengambilan kalium dan pemantauan yang cermat terhadap kandungan kalium pada seluruh medikasi oral maupun intravena. Pasien harus diet rendah kalium kadang – kadang kayexelate sesuai kebutuhan. g. Anemia pada gagal ginjal kronis ditangani dengan epogen (eritropoetin manusia rekombinan). Epogen diberikan secara intravena atau subkutan tiga kali seminggu. h. Dialisis. i. Transplantasi ginjal. 8. Penatalaksanaan Keperawatan a. Hitung intake dan output yaitu cairan : 500 cc ditambah urine dan hilangnya cairan dengan cara lain (kasat mata) dalam waktu 24 jam sebelumnya. b. Elektrolit yang perlu diperhatikan yaitu natrium dan kalium. Natrium dapat diberikan sampai 500 mg dalam waktu 24 jam. 9. Penatalaksanaan Diet a. Kalori harus cukup : 2000 – 3000 kalori dalam waktu 24 jam. b. Karbohidrat minimal 200 gr/hari untuk mencegah terjadinya katabolisme protein c. Lemak diberikan bebas. d. Diet uremia dengan memberikan vitamin : tiamin, riboflavin, niasin dan asam folat. 18 e. Diet rendah protein karena urea, asam urat dan asam organik, hasil pemecahan makanan dan protein jaringan akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gagguan pada klirens ginjal. Protein yang diberikan harus yang bernilai biologis tinggi seperti telur, daging sebanyak 0,3 – 0,5 mg/kg/hari. 10. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien gagal ginjal kronik untuk mengetahui penyebab dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999), Suzanne C. Smeltzer (2001) adalah sebagai berikut : a. Urine : Volume kurang dari 40 ml / 24 jam ( oliguria ), warna keruh, berat jenis kurang dari 1.015, osmolalitas kurang dari 350 m.osn/kg, klirens kreatinin agak menurun kurang 10 ml / menit, natrium lebih dari 40 mEq/L, proteinuria. b. Darah : BUN/kreatinin meningkat lebih dari 10 mg/dl, Ht menurun, Hb kurang dari 7 – 8 gr/dl, SDM waktu hidup menurun, AGD (pH menurun dan terjadi asidosis metabolic (kurang dari 7.2), natrium serum rendah, kalium meningkat 6,5 mEq atau lebih besar, magnesium/fosfat meningkat, kalsium menurun, protein khususnya albumin menurun. c. Osmolalitas serum : Lebih besar dari 285 nOsm/kg, sering sama dengan urine. d. KUB Foto : Menunjukkan ukuran finjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi (batu). e. Elektrokardiografi (ECG) : Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda – tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia dan hipokalsemia). f. Ultrasonografi (USG) : Menilai bentuk dan besar ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan paremkim ginjal, ureter proximal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya faktor yang reversibel, juga menilai apakah proses sudah lanjut. 19 g. Foto polos abdomen : Sebaiknya tampa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. h. Pielografi Intravena (PIV) : Pada PIV, untuk CKD tak bermanfaat lagi olah karena ginjal tidak dapat mengeluarkan kontras, saat ini sudah jarang dilakukan. i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd : Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel. j. Pemeriksaan Foto Dada : Dapat terlihat tanda – tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial. k. Pemerikasaan Kardiologi tulang : Mencari osteoditrofi (terutama tulang atau jari) dan klasifikasi metastatik. 20 11. Pathway Gagal Ginjal Kronik berbagai kondisi yang menyebabkan terjadinya penuruna fungsi ginjal mekanisme kompensasi dan adaptasi dair nefron menyebabkan kematian nefron meningkat membentuk jaringan parut dan aliran darah menurun detruksi struktur ginjal secara progresif GFR menurun menyebabkan kegagalan memprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit penumpukan toksik uremik di dlm darah, ketidak seimbangan cairan dan elektroli vol cairan↑ gangguan kondisi elektrikal otot ventrikal aktivitas SRAA asidosis metabolik DX: kelebihan vol cairan aritmia resiko tinggi kejang hipertensi sistemik DX: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kulit kering dan ppecah DX: gg integritas kulit sindrom uremik pernafasan kussmaul, letargi, kesadaran↓ , edema sel otak, beban kerja jantung↑ DX: curah jantung↓ perubahan proses fikir penurunan perfusi serebral deposit kalsium tulang↓ kelemahan fisik penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan osteodistrofi ginjal DX: intoleransi aktivitas Arif Muttaqin, dkk. (2011). 21 ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL KRONIK A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Identitas pasien : terdiri dari nama (inisial), 1) Usia / tanggal lahir: memang semua usia dapt terkena gagal ginjal, namun usia pun penting kita ketahui. karena semakin lansia umumur seseorang, semakin beresiko. 2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis kelamin, pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita disebabkan, infeksi saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA, serta padaa wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan. 3) alamat suku / bangsa: penting kita ketahui, karena alamat juga mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak daerah yang kekurang air. 4) status pernikahan: disini perlu juga kita ketahui, tentang status perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn penyakit ISK, yang mampu menjadi akibat gagal ginjal. 5) agama / keyakinan: Disini perlu juga kita ketahui, karena masih banyak masyarakat yang menganut kepercayaan-kepercayaan. 6) pekerjaan / sumber penghasilan: penting juga kita ketahui, untuk mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan seberapa banyak, karena berpengaruh juga terhadap pola hidup. 7) diagnosa medik: setelah mendapatkan pemeriksaan maka diagnosa mediknya: Gaagal Ginjal Kronik 8) no. Rm, tanggal masuk: penting juga kita kethui, supaya perawat tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga berperan untuk menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin parah. 22 b. Identitas Penanggung Jawab : 1) Terdiri dari Nama: penting kita ketahui untuk memudahkan perawat membeikan infomasi terhadap klien. 2) Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu beradaptasi dengan keluarga klien. 3) Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk memudahkan perawat berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga klien. 4) Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita ketahui dari mana sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk membiayai klien itu sendiri. 5) Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui untuk mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang tua, suami/istri, anak/cucu. 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama keluhan utama yang didapat biasanya berfariasi, mulai dari urine output sedikit sampe tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidk selera makan (anoreksia), dan gatal pada kulit. b. Riwayat Kesehatan Sekarang Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. kaji sudah kemana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapatkan pengobatan apa. c. Riwayat kesehatan dahulu Kaji riwayat adanya gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan prostatektomi, kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang 23 menjadi prediposisi penyebab, penting untuk dikaji mengenai pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan. d. Psikososial adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, dan banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri, dan gangguan peran pada keluarga. 3. Pola kebutuhan a. Aktifitas /istirahat Gejala: - kelelahan ekstrem, kelemahan malaise - Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen) Tanda: - Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak b. Sirkulasi Gejala: - Riwayat hipertensi lama atau berat - Palpitasi, nyeri dada (angina) Tanda: - Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan - Disritmia jantung - Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik - Friction rub perikardial - Pucat pada kulit - Kecenderungan perdarahan 24 c. Integritas ego Gejala: - Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain - Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan Tanda: - Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan kepribadian d. Eliminasi Gejala: - Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut) - Abdomen kembung, diare, atau konstipasi Tanda: - Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan - Oliguria, dapat menjadi anuria e. Makanan/cairan Gejala: - Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi) - Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia) Tanda: - Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir) - Perubahan turgor kuit/kelembaban - Edema (umum,tergantung) - Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah - Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga f. Neurosensori Gejala: - Sakit kepala, penglihatan kabur - Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki 25 - Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer) Tanda: - Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma - Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang - Rambut tipis, uku rapuh dan tipis g. Nyeri/kenyamanan Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah h. Pernapasan Gejala: - nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum Tanda: - takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul - Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru) i. keamanan Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi Tanda: - pruritus - Demam (sepsis, dehidrasi) j. Seksualitas Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas k. Interaksi sosial Gejala: - Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga 26 l. Penyuluhan - Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria - Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan - Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang (Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628) 4. Analisa Data Symtom Etiologi Problame DS : klien mengeluh tidak bisa penumpukan toksik kelebihan BAK uremik di dlm darah cairan volume ↓ DO : produksi urine tidak ada ketidak seimbangan klien edema cairan dan elektroli ↓ vol cairan meningkat ↓ DS : klien mengatakan sering mengalami mual muntah kelebihan vol cairan metabolik pada gastrointestinal DO : kelien tampak pucat, Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ↓ mual muntah mukosa kering ↓ intake nutrisi td kadekuat ↓ DX: pemenuhan nutrisi DS : klien mengatakan. Susah hipertensi sistemik Penurunan curah nafas dan mengalami nafas ↓ jantung pendek beban kerja jantung DO : meningkat klien tanpak lemas denyut jantung ↓ teraba curah jantung menurun lemah] 27 DS: Klien mengatakan kurang mmpu melakukan karena merasa aktivitas lemah, dan Intoleransi aktivitas ↓ gangguan kondisi elektrikal otot ventrikal keram DO: vol cairan meningkat klien tampak slit melakukan aktivitas dan klien mengerjakan aktivitas dengan bantuan dari keluarga. ↓ aritmia resiko tinggi kejang ↓ penurunan perfusi serebral ↓ deposit kalsium tulang ↓ ↓ kelemahan fisik ↓ intoleransi aktivitas DS: klien mengeluh, kulitnya terasa kering dan kasar DO: klien tampak lemas dengan turgor kulit menurun GFR menurun Gangguan integritas menyebabkan kegagalan kulit memprtahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit ↓ nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ↓ turgor kulit menurun ↓ gg integritas kulit 28 B. Diagnosa a. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal b. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah c. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit d. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa e. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit kering, pruritus C. Intervensi 1. Kelebihan volume cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal Tujuan : dalam waktu 1x24 jam, tidak terjadi kelebihan volume cairan Kriteria Hasil:klien tidak sesak nafas , edema ekstermitas berkurang, produksi urine >600ml/hari Intervensi Rasional a. kaji adanya edema ekstermitas a. untuk mengetahui kelebihan vollume cairan b. anjurkan klien untuk melakukan tirah b. untuk meningkatkan deuresis baring pada saat edema masih terjadi yang bertujuan untuk mengurangi edema. c. kaji tekanan darah c. sebagai salah satu cara untuk mengetahui jumlah cairan peningkatan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban kerja jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekenan darah 29 d. ukur intake dan output d. untuk mengetahui retensi penuruna natrium dan output. e. timbang berat badan e. untuk mengetahui perubahan tiba2 dari berat menunjukan badan keseimbangan cairan. f. berikan oksigen tambahan dengan f. untuk meningkatkan sediaan kanula nasal/ masker sesuai dengan oksigen untuk kebutuhan indikasi. miokard untuk melewati efek hipoksia. g. kolaborassi g. kolaborasi berikan diet tanpa garam karena natrium meningkatkan retensi cairan meningkatkan dan volume plassma. berikan diet rendah protein dan tinggi kalori untuk menurunkan insufesiensi renal dan retensi nitrogen yang meningkatkan tinggi kalori cadangan BUN. untuk energi mengurangi akan diet untuk dan katabolisme protein. berika deuritik (furosemide, spironolakton, hidronolakton) untuk plasma menurunkan dan volume menurunkan retensi cairan. lakukan dialisis untuk menurunkan volume cairan yang berlebihan. 30 2. Resiko tinggi perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu mempertahankan status nutrisi yang adekuat Kriteria hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam batas normal. Intervensi a. Kaji status nutrisi Rasional a. untuk mampu Mengetahui kebutuhan nutrisi dalam tubuh b. Kaji/catat pola dan pemasukan diet b. untuk tetap menjaga keseimbangan nutrisi dalam tubuh c. Kaji factor yang berperan merubah c. untuk mengetahui penyebab masukan nutrisi : mual, anoreksia mual dan anoreksia akibat dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. d. e. Berikan makanan sedikit tapi sering, d. Untuk mempertahankan sajikan makanan kesukaan kecuali keseimbangan kontra indikasi energi Lakukan perawatan mulut, berikan e. untuk penyegar mulut nutrisi tetap kesegeran dan menjaga mulut dan menghindari mual muntah f. Timbang BB tiap hari f. untuk mengetahui status perubahan nutrisi 31 3. Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi, ketidakseimbangan elektrolit Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat Kriteria Hasil TD dan HR dalam batas normal Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler Intervensi Rasional a. Auskultasi bunyi jantung dan a. paru untuk mengetahui Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur b. Kaji adanya hipertensi b. Hipertensi dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteronrenin-angiotensin (disebabkan oleh disfungsi ginjal) c. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi, c. rediasi, mengetahui tingkat dan sekala nyeri pada gagal ginjal beratnya (skala 0-10) d. Kaji tingkat aktivitas untuk kronik d. Untuk mengetahui respon terhadap aktivitas 4. Intoleransi aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi Kriteria hasil: klien mampu memenuhi enenergi untuk melakukan aktivitas. 32 Intervensi a. Rasional Kaji tingkat kelelahan, tidur , istirahat a. untuk mengetahui tingkat aktivitas dan pola istirahat. b. Kaji kemampuan toleransi aktivitas b. untuk seberapa mengetahui jauh tingkat toleransi aktivitas selama sakit. c. Identifikasi faktor yang menimbulkan c. untuk mengetahui faktor keletihan yang dapat mempengaruhi keletihan. d. Rencanakan periode istirahat adekuat d. untuk mendapatkan istirahat yang adekuat e. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, e. untuk anjurkan aktifitas alternative sambil menjalankan istirahat secara bertahap membantu aktivitas 5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit kering, pruritus Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi integritas kulit Kriteria hasil: kulit tidak kering, memar pada kulit berkurang. Intervensi a. Kaji terhadap kekeringan kulit, pruritis, ekskoriasi, dan infeksi. b. kaji terhadap adanya petakie dan purpura c. monitor lipatan kulit dan area yang edema Rasional a. untuk mnjaga kesetabilan kulit dan kelembaban. b. untuk mempertahankan turgor kulit yang optimal c. untuk mempertahankan kulit yang optimal dan tida infeksi akibat gesekan dari lipatan kulit itu sendiri. d. gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih d. untuk tetap mempertahankan kebersihan kuku 33 D. Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan intervensi adalah 1. pola nafas menjadi efektif 2. tidak terjadi penurunan curah jantung 3. tidak terjadi aritmia 4. tidak terjadi kelebihan volume cairan tubuh 5. peningkatan perfusi serebral 6. pasien tidak mengalami defisit neurologis 7. tidak mengalami cedra jaringan llunak 34