Profesionalisasi Kependidikan

advertisement
9
9.1
Profesionalisasi Kependidikan
Konsep Profesionalisasi
Secara leksikal istilah profesi memiliki berbagai makna, Hornby (dalam
Makmun,
A.Syamsudin,
1996:47) menyatakan bahwa “profesi menunjukkan dan
mengungkapkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan
( to belief in) atas sesuatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang. Lebih
lanjut Hornby pun menjelaskan bahwa profesi dapat menunjukkan dan mengungkapkan
suatu pekerjaan atau urusan tertentu.
Biasanya suatu profesi menuntut suatu pendidikan tinggi yang melipui pekerjaan
mental bukan pekerjaan manual, seperti contoh mengajar, kedokteran, hukum dan lain
sebagainya. Suatu profesi diatur oleh kode etika tertentu, hal ini bertujuan untuk
menjamin agar tugas keprofesian tersebut terwujud sebagaimana mestinya dank
e[entingan semua pihak yang terkait dalam suatu profesi tersebut terlindungi.
Makmun, A. Syamsudin (1996:47) pun menegaskan bahwa suatu profesi adalah
“suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga
meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukannya.”
9.1.2 Karakteristik Keprofesian
Sebelum membahas
lebih
lanjut
mengenai konsep
profesionalisasi,
penting untuk diketahui karakteristik dari sebuah profesi. Menurut Liberman
(1956) berikut adalah beberapa karakteristik dari sebuah profesi, yaitu :
a. A unique, definite, and essential service
Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang
unik (khas), dalam artian berbeda dari jenis pekerjaan atau pelayanan
apapun yang lainnya. Disamping itu, profesi juga bersifat definitive
dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan bidang garapannya
(meskipun
mungkin
sampai
batas
kontigensinya dengan bidang lainnya).
dan
derajat
tertentu
ada
Selanjutnya, profesi juga
merupakan suatu pekerjaan atau pelayanan yang amat penting, dalam
arti hal itu amat dibutuhkan oleh pihak penerima jasanya sementara
pihaknya
sendiri tidak
memiliki pengetahuan,
keterampilan dan
kemampuan untuk melakukannya sendiri.
b. An emphasis upon intellectual techniques in performing its service
Pelayanan
intelektual,
itu
amat
penting
menuntut
kemampuan
kinerja
yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan
manual semata-mata.
mempergunakan
Benar,
peralatan
pelayanan profesi juga terkadang
manual dalam praktek
pelayanannya,
seperti seorang dokter bedah misalnya menggunakan pisau operasi,
namun
proses
penggunaanya
dibimbing
oleh
suatu
teori dan
wawasan intelektual.
c. A long period of specialized training
Untuk
memperoleh
penguasaan
dan
kemampuan
intelektual
(wawasan atau visi dan kemampuan atau kompetensi serta kemahiran
atau skills) serta sikap professional tersebut diatas itu, seseorang akan
memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk mencapai kualifikasi
keprofesian
sempurna
lazimnya
tidak
kurang
dari lima tahun
lamanya.; ditambah dengan pengalaman praktek terbimbing hingga
tercapainya
suatu
tingkat
kemandirian
secara
penuh
dalam
menjalankan profesinya. Pendidikan keprofesian termaksud lazimnya
diselenggarakan pada jenjang pendidikan tinggi, dengan proses
pemagangannya samapi batas waktu tertentu dalam bimbingan para
seniornya.
d. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and
the occupational group as a whole
Kinerja pelayanan itu demikian cermatnya secara teknisnya
sehingga kelompok
(asosiasi) profesi yang bersangkutan sudah
memberikan jamin bahwa anggotanya dipandang mampu untuk
melakukan
sendiri
tugas
pelayanan
tersebut,
apa
seyogiyanya
dilakukan dan bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogiyanya
memberikan
izin
Individu-individu
dan
dalam
lisensi untuk
kerangka
melaksanakan
kelompok
kinerja
asosiasinya
itu.
pada
dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung mereka
menangani prakteknya. Dalam hal menjumpai sesuatu kasus yang
berada di luar kemampuannya, mereka membuat rujukan (referral)
kepada orang lain dipandang lebih berwenang, atau membawanya ke
dalam suatu panel atau konferensi kasus (case conference).
e. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility
for judgments made and acts performed within the scope of
professional autonomy
Konsekuebsi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang
tenaga praktisiprofesional itu, maka berarti pula ia memikul tanggung
jwab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang terjadi , seperti
dokter keliru melakukan diagnosis atau memberikan perlakuan
terhadap
pasiennya atau seorang guru yang keliru menangani
permasalahan
siswanya,
dipertanggungjawabkannya,
maka
serta
kesemuanya
tidak
selayaknya
itu
harus
menudingkan
atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain.
f.
An emphasis upon the service to be rendered, rayher than the
economic gain to the practitioners, as the basis for the organization
and the performance of the socal service delegnated to the
occupational group.
Mengingat pelayanan professional itu merupakan hal yang amat
esensial (dipandang dari pihak masyarakat yang memerlukannya)
maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih mengutamakan
kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang
untuk
kepentingan
perolehan
imbalan
ekonomis
yang
akan
diterimanya. Hal itu bukan berarti pelayanan professional tidak boleh
memperoleh imbalan yang selayaknya. Bahkan seandainya kondisi
dan situasi menuntut atauu memanggilnya, seorang professional itu
hendaknya bersedia memberikan pelayanan tanpa imbalan sekalipun.
g. A comprehensive self-gouverning organization of practitioners
Mengingat pelayanan itu sangat teknis sifatnya, maka masyarakat
menyadari bahwa pelayanan semacam itu hanya mungkin dilakukan
penanganan oleh mereka yang kompeten saja. Karena masyarakat
awam diluar yang kompeten yang bersangkutan, maka kelompok
(asosiasi)
para
praktisi itu
sendiri satu-satunya
institusi yang
seyogiyanya menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi
polisis atau dirinya sendiri, ialah mengadakan pengendalian atas
anggotanya mulai saat penerimaanya dan memberikan sanksinya
bilamana diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran
terhadap kode etiknya.
h. A code of ethics which has been clarified and interpreted at
ambiguous and doubtful points by concrete cases.
Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi
dengan para anggotanya seyogiyanya disertai kesadaran dan I;tikad
yang tulus baik pada organisasi maupun pada individual anggotanya
untuk
memonitor perilakunya sendiri.
Mengingat organisasi dan
sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri
maka hendaknya mereka bertindak sesuai dengan kewajiban dan
tuntunan moralnya baik terhadap klien maupun masyrakatnya. Atas
dasar itu, adanya suatu perangkat kode etika yang telah disepakati
bersama oleh yang bersangkutan seyogiyanya membimbing hatinuraninya dan memberikan pedoman atas segala tingkah lakunya.
Kemudian Makmun A. Syamsudin (1996:51) menambahkan bahwa
secara pokok suatu pekerjaan dapat dipandang sebagai sebuah profesi apabila
telah memadai hal-hal sebagai berikut :
a. Memiliki cakupan ranah kawasan pekerjaan atau pelayanan khas,
definitif dan sangat penting dan dibutuhkan masyarakat
b. Para pengemban tugas pekerjaan atau pelayanan tersebut telah
memiliki wawasan, pemahaman dan penguasaan pengetahuan serta
perangkat teoritis yang relevan secara luas dan emndalam; menguasai
perangkat kemahiran teknis kinerja pelayanan memadai persyaratan
standarnya; memiliki sikap profesi dan semangat pengabdian yang
positif dan tinggi; serta kepribadian yang mantap dan mandiri dalam
menunaikan tugas yang diembannya dengan selalu mepedomani dan
mengindahkan
kode
etika
yang
digariskan institusi (organisasi)
profesinya
c. Memiliki sistem pendidikan yang mantap dan mapan berdasarkan
ketentuan prasyarat standarnya bagi penyiapan (pre service) maupun
pengembangan
(inservice,
continuing,
development)
tenaga
pengemban tuga pekerjaan professional yang bersangkutan; yang
lazimnya diselenggarakan pada jenjang pendidikan tinggi berikut
lembaga lain dan organisasi profesi yang bersangkutan
d. Memiliki perangkat kode etika professional yang telah disepakati dan
selalu dipatuhi serta dipedomani para anggota pengemban tugas
pekerjaan atau pelayanan professional yang bersangkutan. Kode etika
professional
dikembangkan,
ditetapkan
dan
diberdayakan
keefektivannya oleh organisasi professi yang bersangkutan
e. Memiliki
organisasi
mengembangkan
profesi
kemampuan
yang
menghimpun,
professional
serta
membina
dan
memajukan
kesejahteraan anggotanya dengan senantiasa mengindahkan kode
etikanya dan ketentuan organisasinya.
f.
Memiliki jurnal dan sarana publikasi professional lainnya yang
menyajikan berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah sebagai
media pembinaan dan pengembangan para anggota nya serta
pengabdian kepada masyarakat dan khazanah ilmu pengetahuan yang
menopang profesinya.
g. Memperoleh pengakuan dan penghargaan yang selayaknya baik
secara rasional (dari masyarakat) dan secara legal (dari pemerintah
yang
bersangkutan
atas
keberadaan
dan
kemanfaatan
profesi
termaksud.
9.1.3 Profesionalisasi
Setelah dibahas sebelumnya, profesional adalah kata benda dari profesi,
merupakan lawan kata dari amateur yang berkaitan dengan seseorang yang
menerima bayaran atas jasa pekerjaannya. Pengertian lain adalah seseorang yang
mempraktekkan suatu profesi dan seseorang yang dipandang sebagai ahli dalam
suatu cabang ilmu (one who is regarded an expert since he has mastery of a
specific branch of learning). Jadi seseorang yang mempraktekkan suatu
pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia adalah seorang yang
ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian lembaga profesional
yang bersangkutanmempunyai kewajiban untuk mengawasinya. Seorang yang
profesional akan senantiasa terus-menerus mencari kesempurnaan (mastery) dari
cabang ilmu yang ia kuasai dan melakukan pekerjaan dengan itu, sehingga ia
akan lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada publiknya.
Oleh karena itu, seseorang yang menjadi profesional atau ahli seharusnya ia
terus
menerus meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang
pekerjaan yang ia geluti, ini sesuai dengan pendapat Peter Jarvis (1983 : 27) “In
order to be master of branch of learning it is essential for a practitioner to
continue his learning after initial education and some professions have
institutionalized
education”.Selanjutnya Jarvis menegaskan bahwa seorang
profesional adalah yang berikhtiar untuk menjadi ahli serta melaksanakan ilmu
pengetahuannya dalam pekerjaannya secara efektif (one who endeavor to have
mastery of and to apply effectively that knowledge upon which his occupations is
based).
Sedangkan
profesionalisasi
mengacu
pada
proses
peningkatan
kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria
yangg standar dalam penampilannya sebagai suatu profesi.
Untuk menjadi profesional harus melalui pendidikan dan atau latihan yang
khusus. Pendidikan profesional adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik dengan panggilan atau pekerjaan profesional. Profesionalisasi
berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional. Dedi
Supriadi (1998) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan
atau dalam jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.
Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi
yaitu : “…..the improvement of status and the improvement of practice”.
Pendapat ini mengemukakan bahwa dimensi yang pertama meliputi upaya yang
terorganisir untuk memenuhi kriteria profesi yang ideal dan bila telah mencapai
tingkatan
profesi
yang
sudah
mapan,
maka
upaya
tersebut
adalah
mempertahankan serta membina posisi yang telah mapan itu. Profesionalisasi
dalam dimensi ini mengandung implikasi untuk meningkatkan periode latihan
bagi anggota profesi yang memiliki kualitas sehingga terlihat jelas batas yang
berprofesi dan berhak melaksanakan profesinya secara resmi dengan tidak,
selanjutnya
mempunyai
implikasi
dalam
meningkatkan
kontrol
terhadap
aktivitas-aktivitas profesi dan kontrol atas latihan yang dilakukan anggota
profesi.
Dimensi
kedua
menurut
Hoyle
adalah
penyempurnaan
pelaksanaan
(improvement of practice), meliputi penyempurnaan keterampilan secara terus
menerus,
serta
pengetahuan
profesionalisasi dapat
dari
pelaksanaannya.
Karena
itu
konsep
disamakan dengan pembinaan profesi (professional
development).
9.2
Akuntabilitas Pendidikan
Kualitas dari pendidikan suatu bangsa menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakatnya. Hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa tujuan utama pendidikan
adalah memberi kemampuan pada manusia untuk hidup di masyarakat. Kemampuan
ini berupa pengetahuan dan/atau keterampilan,
serta perilaku yang diterima
masyarakat. Kemampuaan seseorang akan dapat berkembang secara optimal apabila
memperoleh pengalaman belajar yang tepat. Untuk itu sebagai tenaga pendidik
harus memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan potensi dan minat peserta
didik dengan beragam keunikannya.
Dalam menciptakan kebermaknaan suatu pendidikan, lembaga pendidikan
dapat dipandang sebagai lembaga sosial dan sekaligus sebagai lembaga ekonomi.
Hal ini dilihat dari hasil pendidikan yang memiliki dampak sosial dan ekonomi
kepada masyarakat. Dampak ekonomi dapat dilihat dari peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dampak sosial dapat dilihat pada kehidupan bermasyarakat yang
tenteram, aman, dan sentosa. Etika moral dan akhlak mulia masyarakat dapat
dibangun melalui pendidikan, untuk memberi ketenteraman kepada masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat tidak hanya bersifat material tetapi juga sosial. Oleh
karena itu semua bangsa berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dan, salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah menciptakan pembelajaran yang efektif,
efesien, menyenangkan, mencerdaskan, dan profesional yang berujung pada tingkat
akuntabilitas pembelajaran yang tinggi.
Suatu
lembaga
pendidikan
dituntut
memiliki akuntabilitas
baik
kepada
masyrakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen
terhadap
standar
keberhasilan
dan
harapan
masyarakat.
Pertanggungjawaban
lembaga atas penyelenggaraan pendidkannya bertujuan untuk meyakinkan bahwa
dana dari masyrakat dipergunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukkan
dalam
rangka
menyajikan
meningkatnkan
sekolah
harus
kualitas
pendidikan
memberikan
laporan
dan
jika
mungkin
pertanggungjawaban
untuk
dan
mengkomunikasikannya kepada masyarakat dan pemerintah, serta melaksanakan
kajian ulang secara komphrenif terhadap [pelaksanaan program prioritas sekolah
dalam proses peningkatan mutu.
Sejalan dengan tuntutan pendidikan, peningkatan mutu pendidikan harus
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertumpu pada pola
pembelajaran yang penuh makna. Mutu pendidikan itu bersifat dinamis. Saat ini
bermutu namun saat mendatang mungkin sudah kurang atau tidak bermutu sama
sekali/ketinggalan jaman. Oleh karena itu peningkatan mutu pendidikan harus
dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Dengan upaya itu diharapkan tata
kelola pembelajaran, wujud penilaian pembelajaran yang dikembangkan oleh guru
dan pemahaman guru akan beberapa hambatan dalam proses pembelajaran menjadi
bagian dari akuntabilitas yang dituntut oleh masyarakat.
9.3
Etika dan Profesi Pendidikan
Istilah etika berasal dari kata Ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Sebagai subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakan tindakan-tindakan
yang telah dikerjakan itu salah atau benar, baik atau buruk. Jika dikaitkan dengan
sebuah profesi, sebuah profesi dapat dipercaya masyarakat jika di dalam profesi
tersebut memiliki kesadaran untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka
ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyrakat yang memerlukannya.
Tanpa suatu etika profesi nilai jasa yang diberikan menjadi boomerang terhadap
kualitas pekerjaanya.
Secara umum, etika dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Etika Umum : kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
mengambil
keputusan
dasar
yang
secara
etis,
menjadi
teori-teori
pegangan
etika
bagi
dan
manusia
prinsip-prinsip
dalam
moral
bertindak
serta
tolak ukur dalam menilai baik dan buruknya suatu tindakan.
2. Etika Khusus : Prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus, etika khusus ini dibagi ke dalam dua bagian yaitu etika individual dan
etika sosial seperti etika keluarga, etika profesi, etika politik dan sebagainya
Sedangkan jika dilihat dari sudut baik dan buruknya etika juga dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu :
1. Etika Deskriptif : Memandang dari sudur kritis dan rasional tentang sikap dan
prilaku
manusia,
dan
apa
yang
dikejar
manusia
dalam
hidup
ini
sebagai sesuatu yang bernilai.
2. Etika Normatif : Menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya
dimiliki
oleh
manusia
dalam
hidup
ini
sebagai
sesuatu yang bernilai.
Adapun yang dimaksud dengan kode etik adalah suatu sistem peraturan atau
perangkat
prinsip-prinsip
keprilakuan
yang
telah
diterima
oleh
kelompok
kelompok yang tergabung dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu.
9.3.1
Maksud, Tujuan dan Fungsi Kode Etik
Makmun.A.Syamsudin (1996:89) memaparkan maksud, tujuan dan fungsi
dari kode etik keprofesian adalah
1. Untuk menjamin agar tugas pekerjaan keprofesian itu terwujud
sebagaimana
sebagaimana
mestinya
layaknya.
dan kepentingan semua pihak
Pihak
penerima
layanan
terlindungi
keprofesian
diharapkan dapat terjamin haknya untuk memperoleh jasa pelayanan
yang berkualitas sesuai dengan kewajiban untuk memberikan imbalan,
baik yang bersifat financial, maupun secara sosial, moral, cultural dan
lainnya.
Pihak
pengemban
tugas
pelayanan
keprofesian
juga
diharapkan terjamin martabat, wibawa dan kredibilitas pribadi dan
keprofesiannya serta hak atas imbalan yang layak sesuai dengan
kewajiban jasa pelayanannya.
2. Bagi para pengemban tugas profesi akan menjadi pegangan dalam
bertindak serta acuan dasar dalam seluk beluk keprilakuannya dalam
rangka memelihara dan menjungjung tinggi martabat dan wibawa
serta
kredibilitas
demikian pula,
visi,
misi,
fungsi bidang
profesinya.
Dengan
maka kode etik juga dapat merupakan acuan
normative, dan juga operasional. Bagi para pemakai jasa layanan
professional, kode etik juga merupakan landasan jika dipandang perlu
mengajukan tuntutan kepada pihak
yang berwenang dalam hal
terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan dari pengemban profesi yang
bersangkutan. Sedangkan bagi para Pembina dan penegak kode etik
khususnya dan penegak hukum umumnya, perangkat kode etik
termaksud
dapat
merupakan
landasan
bertindak
sesuai dengan
keperluannya, termasuk pemberlakuan sanksi keprofesian bagi pihakpihak yang terkait
9.3.2
Kandungan dan Rumusan Kode Etik Keprofesian
Lebih lanjut Makmun memaparkan mengenai hal-hal yang terkandung
dalam kode etik keprofesian adalah sebagai berikut :
1. Tanggung jwab, kewenangan ( kompetensi), standar moral hukun,
standar unjuk kerja termasuk tehnik dan instrument yang digunakan
atau dilibatkannya, konfidensialitas, hubungan kerja dan sejawat
(professional).
kewajiban
termasuk
Perlindungan
pengembangan
penelitian,
serta
keamanan
diri
dan
publisitas
dan
kesejahteraan
kemampuan
klien,
professional
keprofesiannya
kepada
masyarakat
2. Format rumusan kode etik bervariasi, ada yang dalam bentuk model
legal statement dengan bab dan pasal-pasalnya, serta adapula yang
dalam bentuk rumusan naratif
Berikut ini merupakan contoh dari kode etik dan ikrar Guru Indonesia :
Kode Etik Guru Indonesia :
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia
yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu, guru Indonesia, terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan
memedomani dasar-dasar ebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar-mengajar
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru mrmrlihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetia
kawanan sosial
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang
pendidikan
Ikrar Guru Indonesia
1. Kami Guru Indonesia, adalah insane pendidik Bangsa yang beriman dan takwa
kepada Tuhan YangMaha Esa
2. Kami Guru Indonesia, adalah Pengemban dan pelaksana cita-cita proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Pembela dan pengamal Pancasila yang setia pada UUD
1945
3. Kami Guru Indonesia, bertekad bulad mewujudkan tujuan Nasional dalam
mencerdaskan kehidupan Bangsa
4. Kami Guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan Guru
Republik Indonesia, membina persatuan Bangsa yang berwatak kekeluargaan
5. Kami Guru Indonesia, menjungjung tinggi Kode Etik Guru Indonesua sebagai
pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap Bangsa, Negara, serta
Kemanusiaan
Sumber : AD/ART PGRI (1994)
9.3.3
Penetapan Kode Etik
Menurut Makmun, A. Syamsuddin (1996:94) menyatakan bahwa ada
ketentuan-ketentuan dalam penetapan dan penegakkan Kode Etik. Antara Lain
adalah sebagai berikut :
1. Kode etik pada lazimnya disusun dan disahkan serta ditetapkan oleh
organisasi asosiasi profesi yang bersangkutan, melalui suatu forum
formalnya
(kongres
atau
konferensi)
yang
telah diatur dalam
AD/ART-nya
2. Pada organisasi asosiasi profesional yang telah mapan biasanya
terdapat suatu Dewan atau Majlis Kode Etik yang mempunyai tugas
untuk bertindak sebagai penegaknya (law enforcement) sehingga
kode etik tersebut berlaku secara efektif dengan kekuatan hukumnya.
Sayang sekali, hingga dewasa ini di lingkungan organisasi asosiasi
bidang kependidikan kelengkapan seperti ini masih belum kita
temukan
Sumber Referensi :
Makmun. A. Syamsuddin. (1996). Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga
Kependidikan. Tidak Diterbitkan
Sutisna, O. (1983).
Administarsi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesioanal.Angkasa : Bandung
Download