Uploaded by adammubaroq1

Adam & Siska - EKOWISATA PARIWISATA BERKELANJUTAN

advertisement
PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA
MAKALAH
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Pariwisata
Dosen Pengampu : Dr. Siti Fadjarajani., Dra., M.T.
Disusun oleh:
Muhammad Adam Mubaroq 172170066
Siska Sutrisliani
1721700
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
KOTA TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji
syukur
alhamdulillah
penyusun
panjatkan
kehadirat
Allah
Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya
sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah dengan judul Pengembangan
Destinasi Pariwisata.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Shalallohu ‘alaihi wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada
umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salahsatu tugas kelompok mata kuliah
Pengembangan Pariwisata, dan dalam proses penyusunan makalah ini, penyususn
mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penyususun juga bermaksud menyampaikan
rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan
kepada penyusun;
2. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang senantiasa membimbing;
3. Dosen pengampu matakuliah yang senantiasa membimbing dan membantu
dakam proses pembelajaran;
4. Rekan-rekan mahasiswa yang selalu membantu dalam pemantapan
referensi pembelajaran;
5. Semua pihak yang turut membantu dalam penyususnann makalah ini.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberi balasan yang setimpal kepada
semuanya.
Penyusun berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan
sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata dalam
rangka perbaikan selanjutnya, penyusun akan terbuka terhadap saran dan masukan
dari semua pihak karena penyusun menyadari makalah yang telah disusun ini
memiliki banyak sekali kekurangan.
Tasikmalaya, 24 Februari 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pariwisata saat ini sangat banyak dilakukan oleh kalangan
masyarakat sebagai tujuan berlibur dan menghilangkan kepenatan dari
segala kesibukan rutinitas. Pariwisata muncul dan berkembang semakin
bervariatif baik wisata alam maupun wisata buatan. Berbagai bentuk
kegiatan pariwisata mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih
mampu menambah nilai efektif dan efisien. Pariwisata merupakan suatu
perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga juga
mencakup segala persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Menurut UU
No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam pariwisata yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah
dan pemerintah daerah.
Keberagaman pariwisata kini bervariatif dan telah mewakili
kebutuhan serta keinginan masyarakat sebagai destinasi wisata yang
diminati sebagai tujuan tertentu. Seperti wisata alam, wisata air atau wisata
buatan. Adapun objek destinasi wisata yang bersifat kelingkungan
(ekowisata), eduwisata, wisata budaya, wisata religi serta wisata menarik
lainnya yang beragam dengan menyuguhkan segala keindahannya serta
fasilitas yang mendukung dari esensi wisata itu sendiri.
Pengembangan Destinasi Pariwisata menurut UU nomor 10 tahun
2009 tentang kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut
destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang spesifik berada dalam
satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat kegiatan
kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait.
Destinasi pariwisata adalah suatu entitas yang mencakup wilayah
geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata
(attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung
lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang)
yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi
kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan.
Bagi Voase (1995) konsep destinasi pariwisata sangat berkaitan
dngan cita rasa (taste) yang dikenali melalui konsumsi wisatawan, sehingga
atraksi dan event khusus (special event) sebagai unsur fisik yang membuat
daya tarik bagi wisatawan.
Dengan demikian perlu adanya strategi berkelanjutan dalam
pengembangan destinasi wisata yang mencakup komponen – komponen
produk pariwisata guna memenuhi segala aspek kebutuhan untuk
memberikan hasil yang baik dan menyajikan wisata yang apik untuk
wisatawan baik domestic mauoun mancanegara.
Pentingnya pengembangan destinasi pariwisata dengan konsep dan
strategi pengembangan yang mumpuni untuk memberikan pariwisata yang
baik. Dengan adanya latar belakang tersebut, maka penyusun mengambil
judul kajian makalah yaitu “Pengembangan Destinasi Pariwisata” untuk
mengetahui, memahami, mengidentifikasi, menganalisis serta mampu
menerapkan konsep strategi pengembangan, baik sebagai pelaku wisata
maupun sebagai pengunjung wisata yang sesuai konteks kepariwisataan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah keterkaitan geografi dengan pariwisata?
2. Bagaimanakah definisi destinasi pariwisata?
3. Apa sajakah Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UN-WTO?
4. Bagaimanakah konsep perencanaan pariwisata?
5. Bagaimanakah kualitas Destinasi Pariwisata?
6. Bagaimanakah pengembangan destinasi pariwisata?
7. Bagaimanakah Inovasi terhadap destinasi pariwisata?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimanakah keterkaitan geografi dengan
pariwisata;
2. Untuk mengetahui pengertian destinasi pariwisata;
3. Untuk mengetahui apa saja Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UNWTO;
4. Untuk mengetahui konsep perencanaan pariwisata
5. Untuk mengetahui kualitas Destinasi Pariwisata
6. Untuk mengetahui pengembangan destinasi pariwisata
7. Untuk mengetahui Inovasi terhadap destinasi pariwisata
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Geografi Pariwisata
Geografi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perbedaan
wilayah (areal differentation). (Richard Harsthone,1959). Geografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang perbedaan dan persamaan fenomena geosfer
dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan. (IGI dalam Seminar Lokakarya Semarang,1988)
Organisasi Pariwisata Dunia UNWTO, mendefinisikan pariwisata
sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang diluar tempat tinggal dan
lingkungannya selama tidak lebih satu tahunberurutan untuk berwisata,
bisnis atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang dikunjungi
tersebut. (dikutip dari I Gde Kitana dan I Ketut Surya Diarta,2009). Dalam
UU RI No.10 Tahun 2009 tentang Pariwisata disebutkan bahwa pariwisata
adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Geografi pariwisata merupakan cabang ilmu geografi regional yang
mengkaji suatu wilayah atau region
di permukaan bumi secara
komprehensif baik aspek fisik geografinya maupun aspek manusianya.
(Ahman Sya,2005). Geografi pariwisata lebih mengedepankan perpaduan
antara fisis dan manusia yang memunculkan daya tarik secara atraktif,
kreatif, imajinatif, edukatif dan religius.
B. Pengembangan
Pengembangan diartikan sebagai perubahan terus – menerus dalam bentuk
tahapan, dan tiap tahap menunjukan situasi baru. Oleh karena itu,
perkembangan sering diartikan sebagai suatu proses dan keadaan (Pearce,
D. G., 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Gaulet (1968) yang
menyatakan bahwa perkembangan banyak diartikan sebagai suatu proses
terutama bila mengkaji perubahan social, tetapi sering juga mengacu kepada
keadaan. Sutau masyarakat sering disebut maju, berkembang dan tidak
berkembang, hal ini menunjukan suatu keadaan.
C. Destinasi Wisata
Destinasi atau daerah wisata merupakan faktor penting dalam kegiatan
kepariwisataan.
Dikarenakan destinasi menjadi target atau tujuan
wisatawan untuk pergi dan tinggal beberapa waktu. Destinasi meerupakan
wilayah dengan luasan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai
kemenarikan objek wisata dan pelayanan wisata. Objek dan fasilitas wisata
tersebut dihubungkan oleh kesatuan akses, sehingga memberikan
kemudahan bagi wisatawan untuk menjangkaunya. Dalam Undang –
Undang Kepariwisataan Indonesia, yaitu Undang – Undang No. 10 tahun
2009, destinasi disamakan dengan daerah trujuan wisata yaitu kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
akesesibilitas, serta masyaralat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
D. Pengembangan Destinasi
Pengembangan merupakan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keterkaitan Geografi dengan Pariwisata
Dalam dua dekade terakhir, hal yang relatif konstan pertumbuhannya adalah
aktivitas pariwisata. Semakin pentingnya kedudukan pariwisata dalam
manusia, telah dikaji oleh berbagai ilmu salah satunya adalah geografi.
Adapun keterkaitan antara geografi dan pariwisata adalah sebagai berikut:
1. Geografi mempelajari variasi ruang; karena pada dasarnya pariwisata
muncul dengan adanya keinginan wisatawan menikmati variasi ruang di
permukaan bumi;
2. Objek material geografi adalah geosfer, dalam pariwisata memuat aspek
geosfer yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata yang
memeiliki daya tarik tertentu;
3. Geografi mempelajari aspek alam dan manusia secara terintegrasi, hal
ini erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata yang merupakan suatu
kegiatan terpadu dari aspek alam dan manusia atau makhluk hidup
lainnya;
4. Geografi selalu mengkaji hubungan antar fenomena dalam ruang dan
dampak suatu aktivitas dalam ruang, hal ini sejalan dengan pariwisata
yang selalu menimbulkan pengaruh secara positif maupun negatif serta
pengembangan pariwisata selalu menimbulkan pengaruh baik untuk
wilayah yang dijadikan objek wisata maupun wilayah lain disekitarnya.
5. Geografi selalu berkaitan dengan struktur, bentuk dan pola penggunaan
lahan,
dalam
pariwisata
membutuhkan
struktur
ruang
untuk
kenyamanan dan fungsionalis, mrupakan bagian dari penggunaan
bentuk lahan serta pola atau zonasi penggunaan lahan untuk kawasan
wisata tertentu;
6. Geografi erat kaitannya dengan distribusi aktivitas ekonomi dalam
ruang, pariwisata merupakan bagian dari aktivitas ekonomi yang
bersifat komersil;
7. Geografi selalu berhubungan dengan konsep lokasi, relasi, karakter
tempat, gerakan dan regionalisasi, pariwisata memuat konsep tersebut
pula; dan
8. Geografi selalu memperhatikan lingkungan yang akan dimanfaatkan
dengan memperhatikan asas dan prinsip kelestarian, pada dasarnya
pariwisata merupakan aktivitas yang sangat ditunjang oleh kondisi
kelestarian lingkungan.
Pariwisata merupakan salah satu kajian ilmu geografi yang lahir dari cabang
geografi regional. Dalam pariwisata memuat definisi, konsep dan prinsipprinsip yang selalu menggunakan analisis keruangan, kewilayahan dan
lingkungan. Sehingga sangat erat kaitannya antara geografi dan pariwisata
sebagai suatu disiplin ilmu yang pada dasarnya merupakan integrasi antara
fisik dan manusia.
B. Definisi Destinasi Pariwisata
Destinasi atau daerah wisata merupakan faktor penting dalam
kegiatan kepariwisataan. Dikarenakan destinasi menjadi target atau tujuan
wisatawan untuk pergi dan tinggal beberapa waktu. Destinasi meerupakan
wilayah dengan luasan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai
kemenarikan objek wisata dan pelayanan wisata. Objek dan fasilitas wisata
tersebut dihubungkan oleh kesatuan akses, sehingga memberikan
kemudahan bagi wisatawan untuk menjangkaunya. Dalam Undang –
Undang Kepariwisataan Indonesia, yaitu Undang – Undang No. 10 tahun
2009, destinasi disamakan dengan daerah trujuan wisata yaitu kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
akesesibilitas, serta masyaralat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
Destinasi pariwisata dapat dikatakan pula sebagai suatu entitas yang
mencakup wilayah geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen
produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta
unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan
institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam
menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi
wisatawan.
C. Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UN-WTO
1. Kawasan perairan/bahari (coastal zone)
2. Kawasan pantai (beach destination and site)
3. Kawasan gurun (destination in desert &Ariad areas)
4. Kawasan pegunungan (mountain destinations)
5. Kawasan Taman Nasional (natural & sensitive)
6. Kawasan ekowisata (ecotourism destinations)
D. Konsep Perencanaan Pariwisata
Merupakan aplikasi dari proses perencanaan umum (Inskeep,1991).
Untuk
memenuhi
kebutuhan,
kesenangan
dan
pengalaman
wisatawan; Perencanaan Pariwisata yang berhasil; building success &
Maintaining Success (Keiser Helber, 1978).
Building success, pertumbuhan four E’s ( economic, environment,
enrichment, social and financial,exchange) Mantaining success, Pariwisata
bersifat dinamis berubah mengikuti treend dan permintaan pasar.
Mengapa
pemerintah
melakukan
perencanaan
pariwisata?
“Pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
pariwisata karena dalam pengembangannya terdapat kemungkinan untuk
menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu,
pariwisata berpotensi untuk memberikan kontribusi dan meningkatkan
perekonomian nasional dan daerah.
“Tourism is subject to direct and indirect government intervention
often because of its employment and income producing possibilities and
therefore its potential to diversify and contribute to national and regional
economies” (Hall, 2000:18)
Mengapa
sektor
publik
(pemerintah)
terlibat
dalam
kepariwisataan? Sebagai penggerak pembangunan dan pengembangan
pariwisata. Alasan politis/political reason (e.g. border control, int’l image)
Pengelolaan sumber daya/Resource management (protecting the tourism
product so that it remains viable and in tact). Alasan Ekonomi/Economic
reason (to maximise economic advantage) Koordinasi lintas sektoral :
Agar dalam pengembangannya mendapat dukungan yang luas
Mengantisipasi Kegagalan Pemasaran Industri pariwisata biasanya
mengejar pasar yang sifatnya jangka pendek dan berfokus pada mencari
keuntungan. Maka, terkadang mereka mengabaikan Issue lingkungan,
regarding at as a free resource to exploit Kebutuhan masyarakat sekitar:
e.g. equal opportunities, equal access, health & safety.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah dapat mengintervensi
agar pengembangan pariwisata dapat menghasilkan manfaat bagi
masyarakat (social) dan lingkungan (environment).
E. Kualitas Destinasi Pariwisata
Dalam suatu penelitian Wet Tropics Destinations Image (1998:74)
diindentifikasi persepsi dan penilian destinasi terhadap faktor citra suatu
destinasi sebagai beriku:
1. Kondisi Jalan (Bagus- Jelek)
2. Bentang Alam (Eksotik Biasa-Biasa Saja)
3. Lingkungan (Tidak Aman-Aman) Dan Otentik-Artifisial
4. Masyarakat Setempat (Terdidik-Tidak) Dan Ramah Atau Tidak
5. Cendera Mata (Mahal-Murah)
6. Kenyamanan Dalam Perjalanan
7. Transportasi Umum
8. Kawasan (Padat-Jarang)
9. Cuaca
10. Kondisi Lingkungan (Beranaka Ragam-Monoton)
11. Binatang Buas (Dikenal-Eksotik)
Dalam rangka mencermati suatu kualitas destinasi, terdapat
parameter dasar dalam mengukur kualitas destinasi, anatara lain:
1. Quality of Services
2. Price of Services
3. Price/Value Relationship
4. Overall Quality
5. Time. To spend in The Destination
Selain itu , Atribut destinasi Pariwisata mencakup gambaran dasar
mengenai:

Tipologi dan Varietas produk

Tingkat pajak domestik dan Import

Harga produk

Aktivitas penjualan dan pemasaran

Lokasi /Venue

Kondisi cuaca

Time of the year
F. Pengembangan destinasi pariwisata
Berbagai langkah dilakukan untuk mengembangkan destinasi
pariwisata, sebagi berikut:
1. Destination Research: Aggressive vs passive approach
2. Lodging Information: Rating scale,brand name, style of service
3. Restautant Information : level of quality,chain affilitation,
numbers and location of seat, style of service
4. transportation:saf, reliable, good equipment, rest rooms
5. Attraction : group admision areas, quarented admission time,
gift shop,rest area, food services, guide services
6. Guide sence and Sightseeing information
7. Shopping information : variety of shopping experiences, local
crats/craffs people, food service, maps marketing materials,
coupons, other activities (Fay,2001).
Dengan demikian dapat ditegaskan pentingnya menyaipkan
informasi bagi destinasi dalam bentuk data dan informasi destinasi
pariwisata seperti ensiklopedi destinasi pariwisata.
Berkenaan dengan perkembangan Destinasi Pariwisata, Middleton
(1988) mengemukan dua kecenderungan yang saling bertentangan yang
terjadi pada waktu mendatang.
Pertama, pembangunan berdasarkan tujuan, tertutup,sangat ketat
kontrol lingkungan dan enclave- taman nasional berskala besar, dan
kawasan yang ekslusif, jauh dari kehidupan sehari-hari.
Kedua, kecenderungan menuju pengalaman wisata yang bersifat
otentik dan sensitif, kontak dengan lingkungan dan budaya setempat.
Pendekatan Destinasi Berbasis Sumberdaya (Resourced-besed
Destinations) menerapkan perencanaan yang cermat, pengelolaan dan
teknik interpretatif untuk menyediakan dan mendesain pengalaman bagi
wisatawan sementara pada saat yang sama tetap melakukan proteksi
terhadap sumberdaya.
Studi Plog (1987)mengenai karakteristik Psikografis dalam model
Allcentric/Pschocentric Model, mengemukakan bahwa keterkaitan
pengembangan destinasi dalam penelitian kepariwisataan yang mencakup
Pengembangan Destinasi, menjelaskan konsep kawasan baru untuk
dikembangkan, pasar yang akan dilayani, pelayanan dan amenitis yang
disediakan bagi pengunjung. Posisi produk, memfokuskan produk dan
jasa terhadap kebutuhan dan psikologi pengguna utama yang lebih besar
untuk menarik segmen pasar yang spesifik.
Pengembangan terhadap pelayanan, menentukan mana saja
pelayanan utama yang harus diprioritaskan dan mana yang pendukung
/sekunder. Iklan dan promosi, Pengemasan, disajikan sesuai dengan
kebutuhan,
Rencana
keberlangsungan
induk,
untuk
melindungi
tarik
destinasi,
namun
daya
keasrian
tetap
dan
memenuhi
kebutuhan/permintaan wisatawan.
Bagi Voase (1995) konsep destinasi pariwisata sangat berkaitan
dngan cita rasa(taste) yang dikenali melalui konsumsi wisatawan, sehingga
atraksi dan event khusus (special event) sebagai unsur fisik yang membuat
daya tarik bagi wisatawan.
Adapun perkembangan siklus Destinasi Pariwisata (Tourist
Destination) oleh Butler (1980) dikelompokkan berdasarkan karakteristik
perkembangan produk dan jumlah kunjungan pada periode waktu yang
dilewati dari eksplomsi (perintis), dengan proses pelibatan maka destinasi
bertumbuh popularitasnya dan jumlah kunjungan meningkat sehingga
mencapai tahap development, dengan upaya yang tetap mencapai bentuk
yang optimal dan harus melakukan upaya reinvest, destinasi mencapai
tahap pemantapan (consolidation), namun pada saat tersebut pasar mulai
jenuh dan pada titik tersebut destinasi mengalami stagnasi dan dapat
mengalami dedinestage manakala tidak terjadi upaya untuk melakukan
inovasi dan terobosan-terobosan kreatif.
G. Inovasi terhadap destinasi pariwisata
H. Dampak Penerapan Konsep Ekowisata
1. Dampak Positif
a. Adanya konsep konservasiyang dapat menjaga keberlangsungan
lingkungan;
b. Terjaganya ekosistem alamiah karena adanya penjagaan kelestarian
lingkungan;
c. Pemanfaatan sumber daya alam yang lebih bijaksana;
d. Perencanaan pengembangan pariwisata yang lebih matang karena
tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi saja;
e. Meminimalisir dari kegiatan eksploitasi alam secara berlebihan;
f. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal;
g. Menciptakan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap nilai
budaya lokal atau nilai adat dan lingkungan alam;
h. Pemanfaatan tenaga kerja dan berbagai keahlian lokal
i. Meningkatkan pasar untuk produk lokal;
j. Meningkatkan kesadaran semua pihak untuk bertanggung jawab
dengan menanamkan nilai keberlanjutan dari aspek pariwisata;
k. Pemberdayaan masyarakat lokal yang lebih terarah untuk
membangun kualitas sumber daya manusia yang lebih unggul; dan
l. Memberikan
kepuasan,
kekayaan
pengetahuan
diri
serta
pengalaman yang lebih menarik dari kegiatan pariwisata biasa
karena wisatawan terlibat dalam keberlangsungan penjagaan
lingkungan objek wisata.
2. Dampak Negatif
a. Dimungkinkan adanya pengambilan sumber daya alam yang khas
secara ilegal oleh wisatawan;
b. Kerusakan habitat makhluk hidup;
c. Terganggunya ekosistem alami dengan adanya pembangunan yang
tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan;
d. Perubahan komposisi tumbuhan;
e. Menurunnya produktifitas tumbuhan bawah karena terinjak
wisatawan;
f. Penyimpangan pola makan satwa;
g. Modifikasi pola aktivitas satwa;
h. Polusi dan limbah yang ditinggalkan wisatawan;
i. Lunturnya kebudayaan lokal akibat datangnya pengaruh budaya
luar;
j. Kerugian bagi masyarakat lokal karena penyimpangan yang
dilakukan oleh wisatawan;
k. Semakin banyak daerah yang asri dan belum banyak dikunjungi
berpotensi dibangunnya kawasan wisata; dan
l. Adanya persaingan yang tidak sehat antar pengelola wisata atau
investor yang dapat menimbulkan persaingan bahkan perpecahan
antar sesama sehingga menurunkan nilai etika dan moral.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Download