PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA MAKALAH Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pengembangan Pariwisata Dosen Pengampu : Dr. Siti Fadjarajani., Dra., M.T. Disusun oleh: Muhammad Adam Mubaroq 172170066 Siska Sutrisliani 1721700 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI KOTA TASIKMALAYA 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan makalah dengan judul Pengembangan Destinasi Pariwisata. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallohu ‘alaihi wassalam beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi salahsatu tugas kelompok mata kuliah Pengembangan Pariwisata, dan dalam proses penyusunan makalah ini, penyususn mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penyususun juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada penyusun; 2. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi yang senantiasa membimbing; 3. Dosen pengampu matakuliah yang senantiasa membimbing dan membantu dakam proses pembelajaran; 4. Rekan-rekan mahasiswa yang selalu membantu dalam pemantapan referensi pembelajaran; 5. Semua pihak yang turut membantu dalam penyususnann makalah ini. Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberi balasan yang setimpal kepada semuanya. Penyusun berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata dalam rangka perbaikan selanjutnya, penyusun akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena penyusun menyadari makalah yang telah disusun ini memiliki banyak sekali kekurangan. Tasikmalaya, 24 Februari 2020 Penyusun DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pariwisata saat ini sangat banyak dilakukan oleh kalangan masyarakat sebagai tujuan berlibur dan menghilangkan kepenatan dari segala kesibukan rutinitas. Pariwisata muncul dan berkembang semakin bervariatif baik wisata alam maupun wisata buatan. Berbagai bentuk kegiatan pariwisata mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih mampu menambah nilai efektif dan efisien. Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga juga mencakup segala persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam pariwisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Keberagaman pariwisata kini bervariatif dan telah mewakili kebutuhan serta keinginan masyarakat sebagai destinasi wisata yang diminati sebagai tujuan tertentu. Seperti wisata alam, wisata air atau wisata buatan. Adapun objek destinasi wisata yang bersifat kelingkungan (ekowisata), eduwisata, wisata budaya, wisata religi serta wisata menarik lainnya yang beragam dengan menyuguhkan segala keindahannya serta fasilitas yang mendukung dari esensi wisata itu sendiri. Pengembangan Destinasi Pariwisata menurut UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait. Destinasi pariwisata adalah suatu entitas yang mencakup wilayah geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan. Bagi Voase (1995) konsep destinasi pariwisata sangat berkaitan dngan cita rasa (taste) yang dikenali melalui konsumsi wisatawan, sehingga atraksi dan event khusus (special event) sebagai unsur fisik yang membuat daya tarik bagi wisatawan. Dengan demikian perlu adanya strategi berkelanjutan dalam pengembangan destinasi wisata yang mencakup komponen – komponen produk pariwisata guna memenuhi segala aspek kebutuhan untuk memberikan hasil yang baik dan menyajikan wisata yang apik untuk wisatawan baik domestic mauoun mancanegara. Pentingnya pengembangan destinasi pariwisata dengan konsep dan strategi pengembangan yang mumpuni untuk memberikan pariwisata yang baik. Dengan adanya latar belakang tersebut, maka penyusun mengambil judul kajian makalah yaitu “Pengembangan Destinasi Pariwisata” untuk mengetahui, memahami, mengidentifikasi, menganalisis serta mampu menerapkan konsep strategi pengembangan, baik sebagai pelaku wisata maupun sebagai pengunjung wisata yang sesuai konteks kepariwisataan B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah keterkaitan geografi dengan pariwisata? 2. Bagaimanakah definisi destinasi pariwisata? 3. Apa sajakah Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UN-WTO? 4. Bagaimanakah konsep perencanaan pariwisata? 5. Bagaimanakah kualitas Destinasi Pariwisata? 6. Bagaimanakah pengembangan destinasi pariwisata? 7. Bagaimanakah Inovasi terhadap destinasi pariwisata? C. Tujuan Makalah 1. Untuk mengetahui bagaimanakah keterkaitan geografi dengan pariwisata; 2. Untuk mengetahui pengertian destinasi pariwisata; 3. Untuk mengetahui apa saja Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UNWTO; 4. Untuk mengetahui konsep perencanaan pariwisata 5. Untuk mengetahui kualitas Destinasi Pariwisata 6. Untuk mengetahui pengembangan destinasi pariwisata 7. Untuk mengetahui Inovasi terhadap destinasi pariwisata BAB II KAJIAN TEORI A. Geografi Pariwisata Geografi adalah ilmu yang mempelajari mengenai perbedaan wilayah (areal differentation). (Richard Harsthone,1959). Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang perbedaan dan persamaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan. (IGI dalam Seminar Lokakarya Semarang,1988) Organisasi Pariwisata Dunia UNWTO, mendefinisikan pariwisata sebagai aktivitas perjalanan dan tinggal seseorang diluar tempat tinggal dan lingkungannya selama tidak lebih satu tahunberurutan untuk berwisata, bisnis atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja di tempat yang dikunjungi tersebut. (dikutip dari I Gde Kitana dan I Ketut Surya Diarta,2009). Dalam UU RI No.10 Tahun 2009 tentang Pariwisata disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Geografi pariwisata merupakan cabang ilmu geografi regional yang mengkaji suatu wilayah atau region di permukaan bumi secara komprehensif baik aspek fisik geografinya maupun aspek manusianya. (Ahman Sya,2005). Geografi pariwisata lebih mengedepankan perpaduan antara fisis dan manusia yang memunculkan daya tarik secara atraktif, kreatif, imajinatif, edukatif dan religius. B. Pengembangan Pengembangan diartikan sebagai perubahan terus – menerus dalam bentuk tahapan, dan tiap tahap menunjukan situasi baru. Oleh karena itu, perkembangan sering diartikan sebagai suatu proses dan keadaan (Pearce, D. G., 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Gaulet (1968) yang menyatakan bahwa perkembangan banyak diartikan sebagai suatu proses terutama bila mengkaji perubahan social, tetapi sering juga mengacu kepada keadaan. Sutau masyarakat sering disebut maju, berkembang dan tidak berkembang, hal ini menunjukan suatu keadaan. C. Destinasi Wisata Destinasi atau daerah wisata merupakan faktor penting dalam kegiatan kepariwisataan. Dikarenakan destinasi menjadi target atau tujuan wisatawan untuk pergi dan tinggal beberapa waktu. Destinasi meerupakan wilayah dengan luasan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai kemenarikan objek wisata dan pelayanan wisata. Objek dan fasilitas wisata tersebut dihubungkan oleh kesatuan akses, sehingga memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk menjangkaunya. Dalam Undang – Undang Kepariwisataan Indonesia, yaitu Undang – Undang No. 10 tahun 2009, destinasi disamakan dengan daerah trujuan wisata yaitu kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, akesesibilitas, serta masyaralat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. D. Pengembangan Destinasi Pengembangan merupakan BAB III PEMBAHASAN A. Keterkaitan Geografi dengan Pariwisata Dalam dua dekade terakhir, hal yang relatif konstan pertumbuhannya adalah aktivitas pariwisata. Semakin pentingnya kedudukan pariwisata dalam manusia, telah dikaji oleh berbagai ilmu salah satunya adalah geografi. Adapun keterkaitan antara geografi dan pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Geografi mempelajari variasi ruang; karena pada dasarnya pariwisata muncul dengan adanya keinginan wisatawan menikmati variasi ruang di permukaan bumi; 2. Objek material geografi adalah geosfer, dalam pariwisata memuat aspek geosfer yang berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata yang memeiliki daya tarik tertentu; 3. Geografi mempelajari aspek alam dan manusia secara terintegrasi, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata yang merupakan suatu kegiatan terpadu dari aspek alam dan manusia atau makhluk hidup lainnya; 4. Geografi selalu mengkaji hubungan antar fenomena dalam ruang dan dampak suatu aktivitas dalam ruang, hal ini sejalan dengan pariwisata yang selalu menimbulkan pengaruh secara positif maupun negatif serta pengembangan pariwisata selalu menimbulkan pengaruh baik untuk wilayah yang dijadikan objek wisata maupun wilayah lain disekitarnya. 5. Geografi selalu berkaitan dengan struktur, bentuk dan pola penggunaan lahan, dalam pariwisata membutuhkan struktur ruang untuk kenyamanan dan fungsionalis, mrupakan bagian dari penggunaan bentuk lahan serta pola atau zonasi penggunaan lahan untuk kawasan wisata tertentu; 6. Geografi erat kaitannya dengan distribusi aktivitas ekonomi dalam ruang, pariwisata merupakan bagian dari aktivitas ekonomi yang bersifat komersil; 7. Geografi selalu berhubungan dengan konsep lokasi, relasi, karakter tempat, gerakan dan regionalisasi, pariwisata memuat konsep tersebut pula; dan 8. Geografi selalu memperhatikan lingkungan yang akan dimanfaatkan dengan memperhatikan asas dan prinsip kelestarian, pada dasarnya pariwisata merupakan aktivitas yang sangat ditunjang oleh kondisi kelestarian lingkungan. Pariwisata merupakan salah satu kajian ilmu geografi yang lahir dari cabang geografi regional. Dalam pariwisata memuat definisi, konsep dan prinsipprinsip yang selalu menggunakan analisis keruangan, kewilayahan dan lingkungan. Sehingga sangat erat kaitannya antara geografi dan pariwisata sebagai suatu disiplin ilmu yang pada dasarnya merupakan integrasi antara fisik dan manusia. B. Definisi Destinasi Pariwisata Destinasi atau daerah wisata merupakan faktor penting dalam kegiatan kepariwisataan. Dikarenakan destinasi menjadi target atau tujuan wisatawan untuk pergi dan tinggal beberapa waktu. Destinasi meerupakan wilayah dengan luasan tertentu yang didalamnya terdapat berbagai kemenarikan objek wisata dan pelayanan wisata. Objek dan fasilitas wisata tersebut dihubungkan oleh kesatuan akses, sehingga memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk menjangkaunya. Dalam Undang – Undang Kepariwisataan Indonesia, yaitu Undang – Undang No. 10 tahun 2009, destinasi disamakan dengan daerah trujuan wisata yaitu kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, akesesibilitas, serta masyaralat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Destinasi pariwisata dapat dikatakan pula sebagai suatu entitas yang mencakup wilayah geografis tertentu yang didalamnya terdapat komponen produk pariwisata (attraction, amenities, accebilities) dan layanan, serta unsur pendukung lainnya (masyarakat, pelaku industri pariwisata, dan institusi pengembang) yang membentuk sistem yang sinergis dalam menciptakan motivasi kunjungan serta totalitas pengalaman kunjungan bagi wisatawan. C. Tipologi Destinasi Pariwisata menurut UN-WTO 1. Kawasan perairan/bahari (coastal zone) 2. Kawasan pantai (beach destination and site) 3. Kawasan gurun (destination in desert &Ariad areas) 4. Kawasan pegunungan (mountain destinations) 5. Kawasan Taman Nasional (natural & sensitive) 6. Kawasan ekowisata (ecotourism destinations) D. Konsep Perencanaan Pariwisata Merupakan aplikasi dari proses perencanaan umum (Inskeep,1991). Untuk memenuhi kebutuhan, kesenangan dan pengalaman wisatawan; Perencanaan Pariwisata yang berhasil; building success & Maintaining Success (Keiser Helber, 1978). Building success, pertumbuhan four E’s ( economic, environment, enrichment, social and financial,exchange) Mantaining success, Pariwisata bersifat dinamis berubah mengikuti treend dan permintaan pasar. Mengapa pemerintah melakukan perencanaan pariwisata? “Pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pariwisata karena dalam pengembangannya terdapat kemungkinan untuk menciptakan lapangan kerja serta menghasilkan pendapatan. Oleh sebab itu, pariwisata berpotensi untuk memberikan kontribusi dan meningkatkan perekonomian nasional dan daerah. “Tourism is subject to direct and indirect government intervention often because of its employment and income producing possibilities and therefore its potential to diversify and contribute to national and regional economies” (Hall, 2000:18) Mengapa sektor publik (pemerintah) terlibat dalam kepariwisataan? Sebagai penggerak pembangunan dan pengembangan pariwisata. Alasan politis/political reason (e.g. border control, int’l image) Pengelolaan sumber daya/Resource management (protecting the tourism product so that it remains viable and in tact). Alasan Ekonomi/Economic reason (to maximise economic advantage) Koordinasi lintas sektoral : Agar dalam pengembangannya mendapat dukungan yang luas Mengantisipasi Kegagalan Pemasaran Industri pariwisata biasanya mengejar pasar yang sifatnya jangka pendek dan berfokus pada mencari keuntungan. Maka, terkadang mereka mengabaikan Issue lingkungan, regarding at as a free resource to exploit Kebutuhan masyarakat sekitar: e.g. equal opportunities, equal access, health & safety. Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah dapat mengintervensi agar pengembangan pariwisata dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat (social) dan lingkungan (environment). E. Kualitas Destinasi Pariwisata Dalam suatu penelitian Wet Tropics Destinations Image (1998:74) diindentifikasi persepsi dan penilian destinasi terhadap faktor citra suatu destinasi sebagai beriku: 1. Kondisi Jalan (Bagus- Jelek) 2. Bentang Alam (Eksotik Biasa-Biasa Saja) 3. Lingkungan (Tidak Aman-Aman) Dan Otentik-Artifisial 4. Masyarakat Setempat (Terdidik-Tidak) Dan Ramah Atau Tidak 5. Cendera Mata (Mahal-Murah) 6. Kenyamanan Dalam Perjalanan 7. Transportasi Umum 8. Kawasan (Padat-Jarang) 9. Cuaca 10. Kondisi Lingkungan (Beranaka Ragam-Monoton) 11. Binatang Buas (Dikenal-Eksotik) Dalam rangka mencermati suatu kualitas destinasi, terdapat parameter dasar dalam mengukur kualitas destinasi, anatara lain: 1. Quality of Services 2. Price of Services 3. Price/Value Relationship 4. Overall Quality 5. Time. To spend in The Destination Selain itu , Atribut destinasi Pariwisata mencakup gambaran dasar mengenai: Tipologi dan Varietas produk Tingkat pajak domestik dan Import Harga produk Aktivitas penjualan dan pemasaran Lokasi /Venue Kondisi cuaca Time of the year F. Pengembangan destinasi pariwisata Berbagai langkah dilakukan untuk mengembangkan destinasi pariwisata, sebagi berikut: 1. Destination Research: Aggressive vs passive approach 2. Lodging Information: Rating scale,brand name, style of service 3. Restautant Information : level of quality,chain affilitation, numbers and location of seat, style of service 4. transportation:saf, reliable, good equipment, rest rooms 5. Attraction : group admision areas, quarented admission time, gift shop,rest area, food services, guide services 6. Guide sence and Sightseeing information 7. Shopping information : variety of shopping experiences, local crats/craffs people, food service, maps marketing materials, coupons, other activities (Fay,2001). Dengan demikian dapat ditegaskan pentingnya menyaipkan informasi bagi destinasi dalam bentuk data dan informasi destinasi pariwisata seperti ensiklopedi destinasi pariwisata. Berkenaan dengan perkembangan Destinasi Pariwisata, Middleton (1988) mengemukan dua kecenderungan yang saling bertentangan yang terjadi pada waktu mendatang. Pertama, pembangunan berdasarkan tujuan, tertutup,sangat ketat kontrol lingkungan dan enclave- taman nasional berskala besar, dan kawasan yang ekslusif, jauh dari kehidupan sehari-hari. Kedua, kecenderungan menuju pengalaman wisata yang bersifat otentik dan sensitif, kontak dengan lingkungan dan budaya setempat. Pendekatan Destinasi Berbasis Sumberdaya (Resourced-besed Destinations) menerapkan perencanaan yang cermat, pengelolaan dan teknik interpretatif untuk menyediakan dan mendesain pengalaman bagi wisatawan sementara pada saat yang sama tetap melakukan proteksi terhadap sumberdaya. Studi Plog (1987)mengenai karakteristik Psikografis dalam model Allcentric/Pschocentric Model, mengemukakan bahwa keterkaitan pengembangan destinasi dalam penelitian kepariwisataan yang mencakup Pengembangan Destinasi, menjelaskan konsep kawasan baru untuk dikembangkan, pasar yang akan dilayani, pelayanan dan amenitis yang disediakan bagi pengunjung. Posisi produk, memfokuskan produk dan jasa terhadap kebutuhan dan psikologi pengguna utama yang lebih besar untuk menarik segmen pasar yang spesifik. Pengembangan terhadap pelayanan, menentukan mana saja pelayanan utama yang harus diprioritaskan dan mana yang pendukung /sekunder. Iklan dan promosi, Pengemasan, disajikan sesuai dengan kebutuhan, Rencana keberlangsungan induk, untuk melindungi tarik destinasi, namun daya keasrian tetap dan memenuhi kebutuhan/permintaan wisatawan. Bagi Voase (1995) konsep destinasi pariwisata sangat berkaitan dngan cita rasa(taste) yang dikenali melalui konsumsi wisatawan, sehingga atraksi dan event khusus (special event) sebagai unsur fisik yang membuat daya tarik bagi wisatawan. Adapun perkembangan siklus Destinasi Pariwisata (Tourist Destination) oleh Butler (1980) dikelompokkan berdasarkan karakteristik perkembangan produk dan jumlah kunjungan pada periode waktu yang dilewati dari eksplomsi (perintis), dengan proses pelibatan maka destinasi bertumbuh popularitasnya dan jumlah kunjungan meningkat sehingga mencapai tahap development, dengan upaya yang tetap mencapai bentuk yang optimal dan harus melakukan upaya reinvest, destinasi mencapai tahap pemantapan (consolidation), namun pada saat tersebut pasar mulai jenuh dan pada titik tersebut destinasi mengalami stagnasi dan dapat mengalami dedinestage manakala tidak terjadi upaya untuk melakukan inovasi dan terobosan-terobosan kreatif. G. Inovasi terhadap destinasi pariwisata H. Dampak Penerapan Konsep Ekowisata 1. Dampak Positif a. Adanya konsep konservasiyang dapat menjaga keberlangsungan lingkungan; b. Terjaganya ekosistem alamiah karena adanya penjagaan kelestarian lingkungan; c. Pemanfaatan sumber daya alam yang lebih bijaksana; d. Perencanaan pengembangan pariwisata yang lebih matang karena tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi saja; e. Meminimalisir dari kegiatan eksploitasi alam secara berlebihan; f. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal; g. Menciptakan kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap nilai budaya lokal atau nilai adat dan lingkungan alam; h. Pemanfaatan tenaga kerja dan berbagai keahlian lokal i. Meningkatkan pasar untuk produk lokal; j. Meningkatkan kesadaran semua pihak untuk bertanggung jawab dengan menanamkan nilai keberlanjutan dari aspek pariwisata; k. Pemberdayaan masyarakat lokal yang lebih terarah untuk membangun kualitas sumber daya manusia yang lebih unggul; dan l. Memberikan kepuasan, kekayaan pengetahuan diri serta pengalaman yang lebih menarik dari kegiatan pariwisata biasa karena wisatawan terlibat dalam keberlangsungan penjagaan lingkungan objek wisata. 2. Dampak Negatif a. Dimungkinkan adanya pengambilan sumber daya alam yang khas secara ilegal oleh wisatawan; b. Kerusakan habitat makhluk hidup; c. Terganggunya ekosistem alami dengan adanya pembangunan yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan; d. Perubahan komposisi tumbuhan; e. Menurunnya produktifitas tumbuhan bawah karena terinjak wisatawan; f. Penyimpangan pola makan satwa; g. Modifikasi pola aktivitas satwa; h. Polusi dan limbah yang ditinggalkan wisatawan; i. Lunturnya kebudayaan lokal akibat datangnya pengaruh budaya luar; j. Kerugian bagi masyarakat lokal karena penyimpangan yang dilakukan oleh wisatawan; k. Semakin banyak daerah yang asri dan belum banyak dikunjungi berpotensi dibangunnya kawasan wisata; dan l. Adanya persaingan yang tidak sehat antar pengelola wisata atau investor yang dapat menimbulkan persaingan bahkan perpecahan antar sesama sehingga menurunkan nilai etika dan moral. BAB IV SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA