Uploaded by User64354

makalah profkep

advertisement
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Organisasi Profesi
Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak
mengalami diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan
diversifikasi profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal
1 ayat (6) bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain
yang
sesuai
dengan
kekhususannya,
serta
berpartisipasi
dalam
menyelenggarakan
pendidikan,”
Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi
manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional,
melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat
dari kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 2009)
B. PENGERTIAN ,TUJUAN DAN FUNGSI ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN
1. Pengertian Organisasi profesi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang
menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsifungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan dan atau mengembangkan: karier, kemampuan,
kewenangan profesional, martabat dan kesehjateraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan
visinya secara umum adalah terwujudnya tenaga kependidikan yang professional.
2. Tujuan Organisasi profesi
a.
Meningkatkan dan atau menngembangkan karier anggota,
Merupakan upaya organisasi profesi kependidikan dalam mengembangkan karier anggota
sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang di maksud adalah perwujudan
diri seorang pengemban profesi secara psikofisis yang bermakna, baik bagi dirinya sendiri
maupuin bagi oran lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktifitas.
b.
Meningkatkan dan atau mengembangkan kemampuan anggota,
Merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal dalam diri tenaga
kependidikan atau guru, yang mencakup: performance component, subject component,
profesional component. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profesi
kependidikan/keguruan akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya, baik melalui program terstruktur maupun program tidak terstruktur.
c.
Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesinal anggota,
Ini merupakan upaya paraprofesional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai
dengan kemampuannya. Proses ini tidak lain dari proses spesifikasi pekerjaan yang tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang, kecuali oleh ahlinya yang telah mengikuti proses pendidikan
tertentu dan dalam waktu tertentu yang relatif lama. Umpamanya, keahlian guru pembimbing
dalam bimbinghan karier, pribadi/sosial, dan bimbingan belajar.
d.
Meningkatkan dan atau mengembangkan martabat anggota,
Ini merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain, dan tidak melakukan praktik yang melecehkan
nilai-nilai kemanusiaan. Ini dapat dilakukan karena saat seorang profesional menjadi anggota
organisasi suatu profesi, pada saat itu pula terikat oleh kode etik profesi sebagai pedoman
perilaku anggota profesi itu. Dengan memasuki organisasi profesi akan terlindung dari
perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya
memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang telah disepakati.
e.
Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan,
Ini merupakan upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan
lahir batin anggotanya. Dalam poin ini tercakup juga upaya untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan anggotanya. Tidak disangsikan lagi bahwa tuntutan kesejahteraan ini merupakan
prioritas utama. Karena selain masalah ini ada kaitannya dengan kelangsungan hidup, juga
merupakan dasar bagi tercapainya peningkatan dan pengembangan aspek lainnya. Dalam teori
kebutuhan maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa kebutuhan
fisiologis yang harus segera dipenuhi.
3.Fungsi Organisasi Kependidikan

Fungsi pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu
dorongan yang menggerakan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian.
Organisasi profesi kependidikan merupakan wadah pemersatu berbagai potensi profesi
kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna
jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi
kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan
melakukan tindakan bersama, yaitu uaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan
para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa
profesi ini.

Fungsi peningkatan kemampuan profesional
fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi “tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan
tenaga kependidikan” peraturan pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal
yang secara tersirat mewajibkan anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan
kemampuan profesionalnya melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan
dalam UUSPN Tahun 1989 : pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa, “tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan
perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.”
C. ORGANISASI KEGURUAN DI INDONESIA
1. PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping
memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan
organisaoris, dan misi kesejahteraan.

Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan
pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut
oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar
memasuki
organisasi
profesi
kependidikan
serta
selalu
meningkatkan
dan
mengembagkan kemampuan profesinya.

Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen
terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga
penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaitu pancasila.

Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan
keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik
keelasan sruktur organisasi.

Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk
persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional,
kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung
dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Dengan demikian PGRI
merupakan organisasi profesi yang memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru
indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan
martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan negara.
2.MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran pejabat-pejabat
Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing.
3. KKG
Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus. Pada
tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu
kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas
mata pelajaran.
Tujuan organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) yaitu :
o
Memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan
kesulitan yang dihadapi guru.
o
Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di sekolah.
o
Meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap
profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing).
o
Meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan
(Pakem).
o
Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar,
seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006), bahwa keterampilan mengajar guru
sangat memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan
bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi,
keterampilan
menjelaskan,
keterampilan
membuka
dan
menutup
pelajaran,
keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan.
D. KONSEP KODE ETIK GURU DI INDONESIA
1. Pengertian kode etik
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
2. Kode etik guru Indonesia
dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun
dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.
3. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia
Landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan
tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari-hari di masyarkat.
E. KODE ETIK GURU INDONESIA
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
8.
Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
F. IMPLEMENTASI KODE ETIK GURU DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
Konsepsi tentang manusia seutuhnya dapat dianalisis dari beberapa dimensi. Pertama,
keutuhan dimensi rohani-jasmani, yaitu manusia seimbang antara perkembangan jasmani dan
rohaninya. Kedua, keutuhan antara dimensi sosial dan individual, yaitu masyarakat yang
selaras
antara
pemenuhan
kebutuhan
individual
dan
sosialnya.
Ketiga,
keutuhan
perkembangan potensi yang dimiliki serta optimalisasi perkembangannya, yaitu keselarasan
antara perkembangan psikomotorik, afektif, kognitif dan emosional. Berkembangnya warga
masyarakat seutuhnya dapat dilandasi oleh nilai-nilai luhur pancasila. Artinya, seorang guru
harus mengembangkan masyarakat seutuhnya dengan berpijak pada nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam pancasila itu.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
Guru dalam melaksanakan perannya sebagai pendidik dan pengajaran pada masyarakat
harus berpegang teguh pada kejujuran profesional, yaitu suatu pengakuan atas batas-batas
kemampuan profesionalnya. Ia tidak melakukan hal-hal yanh diluar batas kemampuannya dan
tidak pula melakukan pekerjaan yang ada dalam koridor kewenangan profesi lain.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
Banyak informasi yang berhubungan dengan peserta didik datang dari masyarakat dan
guru dipandang perlu menggalinya demi kepentingan peserta didik. Hal ini dapat
dilakukan termasuk pada saat guru berada di masyarakat.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
Untuk menciptakansuasana sekolah sebaik-baiknya, guru sebaiknya bekerja sama dengan
masyarakat. Kerja sama tersebut dapat berupa kerja sama dalam keamanan, kenyamanan,
kebersihan, serta kasrian dan kesehatan lingkungannya. Hal tersebut dilakukan dengan strategi
dan pendekatan yang tepat sehingga masyarakat dapat mendukung untuk menciptakan
suasana sekolah dengan sebaik-baiknya sehingga menunjang berhasilnya proses belajar
mengajar.
5. Guru memlihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari sekolah/madrasah
karena
pada
hakikatnya
pendidikan
merupakan
tanggung
jawab
bersama
antara
sekolah/madrasah (lembaga pendidikan), masyarakat, dan keluarga. Oleh karena itu, guru
harus memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat untuk memikul
tanggung jawab bersama-sama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
Dalam menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, guru diharapkan senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, baik secara pribadi
maupun bersama-sama. Pengembangan dan peningkatan mutu mengacu pada peningkatan
kualitas profesional, yaitu peningkatan keterampilan-keterampilan profesional dalam bidang
kependidikan. Sedangkan peningkatan dan pengembangan martabat profesi menunjukkan
pada upaya untuk menempatkan profesi keguruan yang ada di hati masyarakat.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial.
Didalam masyarakat guru memelihara hubungan seprofesi. Artinya, ia mengadakan dan
memelihara hubungan dengan guru lainnya baik dengan guru yang berlatar keahlian sama
maupun berbeda. Dengan pemeliharaan hubungan tersebut diharapkan antara sesama guru
dimasyarakat terjadi persatuan dan kesatuan yang kokoh dan berakar serta muncul rasa
senasib sepenanggungan.
8. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdiannya.
Dalam memelihara dan meningkatkan mutu kinerja organisasi masyarakat paling tidak
guru harus berupaya untuk menerapkan misi dari PGRI, yaitu : misi profesi, misi
kemasyarakatan, dan misi kesejahteraan. Dalam menerapkan misi profesi dimasyarakat guru
berupaya merealisasikan layanannya kepada masyarakat. Yakni layanan yang bersifat sosialprofesional yang mana dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai layanan sosial dan tanpa
pamrih. Penanaman misi kemasyarakatan PGRI terhadap masyarakat mencakup penanaman
semangat persatuan dan kesatuan. Penanaman misi kesejahteraan bertujuan untuk
menciptakan masyarakat adil, sejahtera lahir batin.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sebagai warga Negara yang baik, guru senantiasa melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
dalam bidang pendidikan dimasyarakat, sepanjang itu berhubungan dengan kemaslahatan
masyarakat, misalnya kebijakan pemerintah tentang guru dan berupaya membantu pemerintah
dalam merealisasikan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
SIMPULAN
Sebagai profesi, guru memiliki organisasi profesi pendidikan yang di
selenggarakan berdasarkan landasan aturan peraturan serta dengan kode etik yang
harus di junjung tinggi dan di jalankan dengan komitmen dan tanggung jawab yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Kosasi Raflis, soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 2000, hal. 49
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Download