PENGARUH KEPEMIMPINAN, PENGAWASAN, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP PENINGKATAN DISIPLIN GURU Disusun oleh : NIM : Mata Kuliah : JURUSAN UNIVERSITAS 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Pengaruh Kepemimpinan, Pengawasan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Peningkatan Disiplin Guru”. Teriring ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik serta saran yang bersifat membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat berharga bagi penulis. Demikian makalah ini penulis susun, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema yang senanda di waktu yang akan datang. Agustus 2020 Penulis 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman, menuntut manusia untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri agar mampu bersaing dengan perubahan. Salah satu faktor dasar peningkatan kualitas tersebut adalah pada bidang pendidikannya. Ditinjau dari perspektif secara umum, pendidikan memegang peran sangat krusial bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan dengan pendidikanlah manusia mampu berpikir secara lebih baik, kreatif serta inovatif dalam menyikapi masalah-masalah dalam kehidupannya. Sebuah pendidikan dikatakan sukses apabila dalam proses pembelajaran tersebut berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Sesuai dengan UU No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar serta terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang baik supaya para peserta didik mampu secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan dalam berbagai bidang seperti spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Melihat hal ini dapat kita simpulkan bahwa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting guna menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, hal ini dikarenakan pendidikan sendiri ialah sebuah wahana yang digunakan dalam tujuannya untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting karena mampu menjadi bekal di masa depan. Tentunya dalam usaha mewujudkan hal ini, manajemen pendidikan di sekolahsekolah Indonesia menjadi hal yang sangat krusial untuk diperhatikan. Namun hasil observasi di lapangan kerap menunjukkan kondisi-kondisi yang kurang memuaskan terkait kedisiplinan serta keprofesionalan guru di Indonesia. Banyak guru yang krang maksimal dalam memberdayakan diri serta mengembangkan prfesionalitasan dirinya. Hal ini akan berkaitan dengan ketidakmaksimalan pemutakhiran pengetahuan yang mereka 2 miliki dalam jangka waktu yang terus berkembang dan berkelanjutan. Namun ini tidaklah menggambarkan keseluruhan guru di Indonesia, tentunya masih banyak guru yang rajin serta kompeten dalam mengurus dan mengayomi pendidikan Indonesia. Penulis melakukan beberapa observasi sederhana dibeberapa lokasi yang tidak disebutkan guna nama baik sekolah, dimana hasil yang didapat rata-rata konflik internal yang kerap terjadi di sekolah-sekolah yang melibatkan guru bahkan kepala sekolah. Hal ini menunjukkan belum terciptanya iklim kepemimpinan yang baik, iklim kerja serta motivasi berprestasi yang tinggi disekitar sekolah. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas suatu sekolah sebagai outputnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa disiplin kerja sangat berkaitan dengan motivasi berprestasi yang kuat agar dapat menjadi luar biasa. Jika motivasi tersebut tidak dijaga maka akan memudarkan semangat serta kinerja kerja para guru serta kedisiplinan guru. Berdasarkan kondisi tersebut, penulis berinisiatif untuk melakukan penulisan makalah dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan, Pengawasan, dan Motivasi Kerja terhadap Peningkatan Disiplin Guru di Indonesia.” agar mampu mengetahui serta memahami secara jelas dan komprehensif mengenai kaitan tiga aspek tersebut terhadap peningkatan kedisiplinan guru-guru di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah yang telah diuraikan di atas, maka didapat rumusan masalah yang ingin penulis jawab yaitu ”Bagaimana Pengaruh Kepemimpinan, Pengawasan, dan Motivasi Kerja terhadap Peningkatan Disiplin Guru di Indonesia” 1.3 Tujuan Penulisan Dengan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami serta menghayati pengaruh kepemimpinan, pengawasan, serta motivasi kerja terhadap peningkatan disiplin para guru di Indonesia. 1.4 Manfaat Penulisan Untuk mengetahui dan memahami pengaruh kepemimpinan, pengawasan, serta motivasi kerja terhadap peningkatan disiplin para guru di Indonesia. 3 BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Konseptualisasi Kepemimpinan Seorah ahli Hasibuan (2010:157) mengungkapkan definisi pemimpin sebagai seorang yang menggunakan kewenangan serta kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain, dimana mereka mengemban tanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam pencapaian suatu tujuan. Sedangkan Kartono (2010:18) menjelaskan bahwa seorang pemimpin adalah mereka yang secara pribadi memiliki kemampuan serta kelebihan, khususnya pada suatu lini bidang hingga akhirnya ia mampu mempengaruhi orang lainnya untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu sesuai yang diarahkannya demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Sedangkan kepemimpinan merupakan proses yang dilalui dalam mempengaruhi berbagai keputusan seperti; tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut, bahkan interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitasaktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi (Veitsal Rivai dan Deddy Mulyadi (2010:2)). 2.2 Pengawasan Pengawasan adalah suatu kegiatan yang mencoba mengukur serta membandingkan sesuatu yang sedang atau telah dilaksanakan dengan kriteria norma standar tertentu atau rencanarencana yang ditetapkan (Handoko, 2004). Hal ini dilakukan secara menyeluruh terkait pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut dengan maksud agar atasan mengetahui segala sesuatu kegiatan berkenaan dengan pelaksanaan penugasan tugas terhadap bawahannya. Menurut J. Winardi (2001:4) ketika menyelidiki berbagai macam pandangan & pendapat mengenai motivasi berkaitan menggunakan konduite & kinerja, dan motivasi meliputi pengarahan tujuan. Sebuah konsep yg dipakai untuk memperlihatkan kekuatan- 4 kekuatan yg mampu menghipnotis seseorang individu atau yg terdapat pada diri individu tersebut, yg mengorganisasikan & mengarahkan konduite. 2.3 Kinerja Kinerja didefinisikan menjadi output kerja secara kualitas & kuantitas yg dicapai oleh seseorang karyawan pada melaksanakan tugasnya sinkron menggunakan tanggung jawab yg diberikan kepadanya, Menurut Mangkunegara (2011:67) dan Rachmawati (2008:85) mengemukakan bahwa “ Kinerja lebih adalah taraf keberhasilan yg dicapai seorang untuk mengetahui sejauh mana seorang mencapai prestasi kerja yg diukur atau dinilai “. Dari pengertian ini bisa dikatakan kinerja adalah alat pengukur dalam menilai berhasil atau tidaknya seseorang karyawan pada melaksanakan tugas & tanggung jawab yg dibebankan kepadanya. Kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sesuatu yg hendak dicapai, prestasi yg diperlihatkan & kemampuan kerja. Kinerja digunakan manajemen untuk melakukan evaluasi secara periodik tentang efektifitas operasional suatu organisasi & pegawai menurut sasaran, baku & kinerja yg sudah ditetapkan sebelumnya. Dengan kinerja, organisasi & manajemen bisa mengetahui sajauh mana keberhasilan & kegagalan pegawainya pada menjalankan jujur yg diterima. 2.4 DISIPLIN KERJA Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis dan tidak tertulis yg sudah ditetapkan. Disiplin kerja dalam dasarnya selalu diperlukan sebagai karakteristik setiap asal daya insan pada organisasi, lantaran menggunakan kedisplinan organisasi akan berjalan baik & mampu mencapai tujuannya dengan baik pula (Setiyawan & Waridin, 2006:189). Disiplin kerja merupakan suatu indera yg dipakai para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan supaya mereka bersedia untuk mengganti suatu konduite dan menjadi suatu upaya untuk menaikkan pencerahan & kesediaan seorang mentaati seluruh peraturan organisasi & kebiasaan-kebiasaan yg berlaku (Veithzal Rivai & Ella Jauvani, 2009: 825). 5 Siagian (2004:305) mengemukakan bahwa disiplin karyawan pada manajemen asal daya insan berangkat berdasarkan pandangan bahwa tidak terdapat insan yg sempurna, tanggal berdasarkan kesalahan & kekhilafan. Jadi disiplin karyawan merupakan suatu bentuk training karyawan yg berusaha memperbaiki & membangun pengetahuan ,perilaku & konduite karyawan sebagai akibatnya konduite karyawan tadi secara sukarela berusaha bekerja secara koperatif menggunakan para karyawan lain dan menaikkan prestasi kerja. Berdasarkan pengertian diatas disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah suatu perilaku, tingkah laku, & perbuatan yg sinkron menggunakan peraturan baik tertulis juga nir tertulis, & apajika melanggar akan terdapat hukuman atas pelanggarannya. 2.5 Hubungan antara kepemimpinan terhadap Disiplin Kepemimpinan dalam dasarnya menekankan untuk menghargai tujuan individu sebagai dampaknya nantinya para individu akan mempunyai keyakinan bahwa kinerja aktual akan melampaui asa kinerja mereka. Seorang pemimpin wajib menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, lantaran seseorang pemimpin akan sangat mensugesti keberhasilan organisasi pada mencapai tujuannya (Waridin & Bambang Guritno, 2015). Suranta (2012) & Tampubolon (2012) menyatakan bahwa faktor kepemimpinan pula berpengaruh terhadap disiplin karyawan. Dari pendapat para pakar tadi dapat disimpulkan bahwa masih ada interaksi yg erat & imbas antara faktor kepemimpinan & faktor kinerja karyawan. 2.6 Hubungan antara Motivasi terhadap Disiplin Motivasi adalah sebuah keahlian pada mengarahkan karyawan dalam tujuan organisasi supaya mau bekerja & berusaha sebagai akibatnya harapan para karyawan & tujuan organisasi bisa tercapai. Motivasi seorang melakukan suatu pekerjaan lantaran adanya suatu kebutuhan hayati yg wajib dipenuhi. Kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan irit yaitu untuk memperoleh uang, sedangkan kebutuhan nonekonomis bisa diartikan menjadi kebutuhan untuk memperoleh penghargaan & harapan lebih maju. 6 Dengan segala kebutuhan tadi, seorang dituntut buat lebih ulet & aktif pada bekerja, buat mencapai hal ini dibutuhkan adanya motivasi pada melakukan pekerjaan, lantaran bisa mendorong seorang bekerja & selalu berkeinginan buat melanjutkan usahanya. Oleh lantaran itu apabila pegawai yg memiliki motivasi kerja yg tinggi umumnya memiliki kinerja yg tinggi pula. Suharto & Cahyono (2005) & Hakim (2006) menjelaskan bahwa terdapat keliru satu faktor yg mensugesti kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi adalah syarat yg menggerakan seorang berusaha buat mencapai tujuan atau mencapai output yg diinginkan. Rivai (2004) menerangkan bahwa semakin bertenaga motivasi kerja,kinerja pegawai akan semakin tinggi. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan motivasi kerja pegawai akan menaruh peningkatan yg sangat berarti bagi peningkatan kinerja pegawai pada melaksanakan pekerjaannya. 2.7 Hubungan antara Pengawasan terhadap Disiplin Menurut Budi Setiyawan & Waridin (2006) & Aritonang (2005) menyatakan bahwa Pengawasan kerja pengajar merupakan salah satu dari bagian faktor kinerja. Disiplin kerja wajib dimiliki oleh setiap pengajar & wajib dibudayakan pada kalangan karyawan atau pengajar supaya sanggup mendukung tercapainya tujuan organisasi adalah wujud menurut kepatuhan terhadap anggaran kerja & jua menjadi tanggung jawab diri terhadap perusahaan. Pelaksanaan disiplin dilandasi pencerahan & keinsafan akan terciptanya suatu syarat yg serasi antara asa & kenyataan. Untuk membentuk syarat yg serasi tadi terlebih dahulu wajib diwujudkan keselarasan antara kewajiban & hak karyawan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa disiplin adalah perilaku kesetiaan & ketaatan seorang atau sekelompok orang terhadap peraturanperaturan baik tertulis dan juga yang tidak tertulis, yg tercermin pada bentuk tingkah laku. 7 BAB III METODE PENELITIAN Menurut prof. Sugiyono (1999:10) metode penelitian adalah sebuah cara ilmiah untuk mengumpulkan dan mendapatkan data dengan tujuan dan teknik tertentu. Penulisan kali ini menggunakan jenis penulisan deskriptif. Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Demi mendapatkan data faktual yang komprehensif, pada penelitian penulis kali ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data berupa studi literature atau kajian pustaka yang ditujukan untuk mempelajari dan menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan pengukuran kedisiplinan dan juga menggunakan kuisoner yang diberikan kepada 45 responden. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kualitatif. Berdasarkan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan pendekatan yang penulis gunakan, penulis menganalisa data-data yang diperoleh dengan teknik analisis data kualitatif. 8 BAB IV PEMBAHASAN Dalam suatu organisasi ataupun lembaga yang berdiri yang terbentuk secara structural, pemimpin menjadi seseorang yang sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengarahkan dan menjadi teladan yang baik bagi setiap individu yang dipimpinnya. Dinilai juga sebagai agen perubahan yang mampu mempengaruhi dan menentukan individu untuk mampu mencapai tujuan organisasinya, gaya kepemimpinan seseorang sering kali menjadi tolak ukur dalam berhasil atau tidaknya capaian suatu organisasi. Konsep kepemimpinan dalam satu definisi saja yaitu “kepemimpinan adalah merupakan suatu pengaruh hubungan antara pimpinan dan pengikut (followers) yang bermaksud pada perubahan dan hasil nyata yang mencerminkan tujuan bersama” Dari definisi tersebut tercakup tujuh unsur yang esensial dalam kepemimpinan yaitu: pemimpin (leader), pengaruh (Influence), pengikut (Follower), maksud (Intention), tujuan bersama (shared purpose), perubahan (change), tanggung jawab pribadi (Personal responbility). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui pengelolaan data melalui analisis data yang didapatkan dari para responden menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kepemimpinan terhadap kedisiplinan ataupun sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam suatu organisasi dimana pun itu. Karena gaya kepemimpinanlah yang dapat mempengaruhi bawahannya atau anggota suatu organisasi sehingga gaya kepemimpinan yang menentukan kedisiplinan itu akan meningkat ataupun menurun. Hasil Kuisoner yang dijawab oleh 45 responden ini menunjukkan bahwa proporsi responden dengan kepemimpinan baik yaitu sebanyak 35 orang, yakni memiliki kedisiplinan yang baik sebanyak 10 (55,6%) orang dan responden dengan kedisiplinan kurang baik yaitu 8 orang (44,4). Sedangkan, dari 10 reponden yang memiliki kepemimpinan kurang baik, memiliki kedisiplinan baik yaitu 25 (92,6%) dan yang memiliki kedisiplinan kurang baik yaitu 2 orang (7,4%). Dapat disimpulkan bahwa semakin baik kepemimpinan seorang atasan maka salah satu unsur penentu keberhasilan suatu organisasi akan baik pula (Farzan, 2016). 9 Dalam jalannya suatu lembaga atau organisasi yang menuntut adanya target disetiap langkahnya, tentu memerlukan suatu system sebagai pengendalian agar strategi yang dijalannya dalam internal maupun ekternal organisasi itu tidak menyimpang dari yang seharusnya dijalannkan guna mencapai ataupun mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut. System inilah yang kemudian dinamakan pengawasan, salah satu dari poin yang digunakan dalam ilmu manajemen sebagai fungsi dalam mengupayakan keberhasilan suatu organisasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Winarti (2013), pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu diupayakan dalam mencapai tujuan organisasi yang efektif. Bagi organisasi yang menerapkan pengawasan dengan efektif maka hal itu baik untuk mencegah adanya berbagai kesalahan ataupun bahkan kecurangan dalam organisasi yang mungkin terjadi seperti penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas dari organisasi tersebut. Selain itu pengawasan juga berupa suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi, dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Kemudian, pengawasan dihubungkan dengan kedisiplinan dalam suatu organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui pengelolaan data melalui analisis data yang didapatkan dari para responden menunjukkan bahwa kedisiplinan juga dipengaruhi oleh tingkat pengawasan yang dilakukan didalam suatu organisasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 45 responden yang menjawab kuisioner yang diberikan menghasilkan tiga kelompok jawaban yang diantaranya (35 77,8%) responden yang memiliki pengawasan cukup dan 10 (22,2) responden diantaranya masih memiliki kedisiplinan kurang, berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab sehingga 10 (22,2%) responden tersebut masih dikatakan tidak disiplin adalah pengawasan yang terlalu berlebihan oleh pimpinan kepada bawahannya dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga sebagian petugas kurang nyaman dengan kondisi yang selalu ditekan. Dengan demikian dapat terlihat bahwa, pengawasan seorang pemimpin kepada bawahannya sangat mempengaruhi 10 kedisiplinan para anggota organisasinya, namun tetap tak bisa dipungkiri bahwa segala sesuatu yang berlebihan akan menghasilkan hasil yang tidak baik pula. Selain gaya kepemimpinan dan pengawasan, fakto lain yang juga dinilai sebagai penentu kedisiplinan dalam suatu organisasi ialah motivasi setiap individu dalam organisasi tersebut. Motivasi dianggap berpengaruh karena motivasi merupakan suatu perasaan yang berasal dari dalam diri seseorang sendiri yang dapat dipicu pula oleh dorongan dari luar diri seseorang tersebut yang secara tak sadar dapat mempengaruhi perasaan, sikap bahkan kondisi seseorang pada saat tertentu. Menurut Mangkunegara (2007) Motivasi merupakan suatu sikap (attitude) pimpinan atau pegawai terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Pegawai yang bersikap positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika pegawai tersebut bersikap negatif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Hal ini pun ditunjukkan leh hasil penelitian yang dilakukan oleh Farzan (2016) bahwa motivasi juga mempengaruhi kedisiplinan seseorang. Hal ini karna berkaitan terhadap semangat bekerja yang ditimbulkan dari adanya rasa motivasi yang tinggi. Penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel pegawai Puskesmas Motaha dapat di identifikasi motivasi cukup sebanyak 77,8% dan kurang sebanyak 22,2%. Hal ini juga tentu bukan hanya dipicu oleh motivasi yang berasal dari dalam diri, namun juga dipengaruhi oleh motivasi sesama pegawai dan bahkan motivasi dari atasannya. Apabila terjalin hubungan yang baik antar sesame pegawai dan antara atasan dan bawahan, maka akan menciptakan iklim kerja yang menyenangkan sehingga dapat mempengaruhi jiwa seseorang sehingga timbul semangat kerja sebagai motivasinya. 11 BAB V 5.1 Kesimpulan Dalam suatu organisasi ataupun lembaga yang berdiri yang terbentuk secara structural, pemimpin menjadi seseorang yang sudah seharusnya memiliki kemampuan dalam mengarahkan dan menjadi teladan yang baik bagi setiap individu yang dipimpinnya. Dinilai juga sebagai agen perubahan yang mampu mempengaruhi dan menentukan individu untuk mampu mencapai tujuan organisasinya, gaya kepemimpinan seseorang sering kali menjadi tolak ukur dalam berhasil atau tidaknya capaian suatu organisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan melalui pengelolaan data melalui analisis data yang didapatkan dari para responden menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kepemimpinan terhadap kedisiplinan ataupun sebaliknya. Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sangatlah berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam suatu organisasi dimana pun itu. Karena gaya kepemimpinanlah yang dapat mempengaruhi bawahannya atau anggota suatu organisasi sehingga gaya kepemimpinan yang menentukan kedisiplinan itu akan meningkat ataupun menurun. 5.2 Saran Setelah membaca makalah di atas, maka diharapkan pembaca mampu mengetahui serta memahami bagaimana keterkaitan antara aspek yang beragam terhadap peningkatan disiplin kerja. Khususnya bagaimana pengaruh kepemimpinan, pengawasan, serta motivasi kerja terhadap peningkatan disiplin para guru di Indonesia. 12 DAFTAR PUSTAKA A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT.Remaja Rosda Karya. Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. H.B. Siswanto, 2013. Pengantar Manajemen, Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT.Bumi Aksara Hasmin, Nazir Harudi, Gunawan. 2016. Pengaruh Motivasi, Disiplin dan kompetensi Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Bagian Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Soppeng. Makassar: Jurnal Mirai Manajemen, Vol. 1, No. 1. Hasibuan, Malayu. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia: Pengertian. Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Heidi Rachman Ranupandojo dan Suad Husnan, 2006. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE. Ida Ayu Brahmasari, Agus Suprayetno. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi Kausu pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Surabaya: Jurnal Manajemen Petra, Vol. 7. Ike Rachmawati. K, 2008. Andi J. winardi. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ?. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri. 2002. No. 045/2002/Pasal 1 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 13