BAB III Perancangan Alat 3.1 Konsep Perancangan Pada perancangannya alat ini memiliki 3 buah sensor sebagai komponen utama untuk mendapatkan data pada pasien. Sesuai dengan latar belakang yang sudah di paparkan pada bab pertama alat ini memiliki fungsi untuk melakukan pemantauan dan pengendalian pada kondisi cairan infus seorang pasien. Mengingat kondisi cairan infus berupa sisa cairan infus dan debit tetes cairan infus merupakan hal yang sangat vital pada seorang pasien yang sedang menjalani rawat inap tanpa pendamping. Pada penerapannya alat ini dilengkapi beberapa metode-metode untuk menyelesaikan rumusan masalah yang menjadi titik fokus pada alat ini. metode tersebut yaitu bagaimana sistem dapat mengetahui set point jumlah tetes infus pada setiap klasifikasi pasien, konsep pengelompokkan kategori detak jantung pada pasien disertai diagnosa sementara, beberapa rumus perhitungan konsep dasar tetes infus, konsep perhitungan volume infus pada sensor loadcell, tabel acuan klasifikasi usia, dan penjelasan mengenai perancangan alat dalam pemilahan data pasien. 3.2 Blok Diagram Sistem Sebelum membahas cara kerja alat, perancangan alat, serta komponen-komponen yang digunakan, pada sub-bab ini akan memberikan gambaran awal mengenai penelitian ini berupa blok diagram sistem yang sudah dibuat yang di lampirkan dalam tampilan gambar. Berikut ini merupakan blok diagram penelitian yang digambarkan melalui sebuah blok diagram sistem yang terdiri dari masukan, keluaran, akses point, maupun pengendali utama sebagai berikut: 30 31 Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Pada penerapannya alat ini memiliki program untuk mengklasifikaskan pasien berdasarkan umur mereka mengingat setiap umur memiliki kebutuhan debit tetes infus yang berbeda-beda berdasarkan diameter pembuluh darah vena. 3.2.1 Klasifikasi Umur Pasien Pada perancangan penelitian ini status umur pasien sangat berpengaruh pada penentuan debit tetes cairan infus dan penentuan abocath atau jarum infus. Tentunya semakin tinggi umur seseorang maka akan semkin besar pula diameter pembuluh darah (pembuluh vena) yang akan dilalui oleh cairan infus ini. Secara logika anak-anak pasti memiliki pembuluh darah yang sempit atau kecil mengingat kecilnya angota tubuh mereka dan orang dewasa pasti memiliki pembuluh darah yang besar mengingat besarnya anggota tubuh mereka. 32 Berikut ini merupakan tabel data klasifikasi status umur berdasarkan Departemen Kesehatan RI Tahun 2009: Tabel 3.1 Klasifikasi Umur Berdasarkan Departemen Kesehatan RI Tahun 2009 NO. Kategori Umur 1. Masa Balita 0 - 5 Tahun 2. Masa Kanak-kanak 5 - 11 Tahun 3. Masa Remaja Awal 12 – 16 Tahun 4. Masa Remaja Akhir 17 – 25 Tahun 5. Masa Dewasa Awal 26 – 35 Tahun 6. Masa Dewasa Akhir 36 – 45 Tahun 7. Masa Lansia Awal 46 – 55 Tahun 8. Masa Lansia Akhir 56 – 65 Tahun 9. Masa Manula > 65 Tahun Berdasarkan klasifikasi umur menurut Departemen Kesehatan RI Tahun 2009 bahwa status umur dibagi menjadi 9 kategori secara garis besar terbagi menjadi balita, kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia. Tetapi menurut ilmu medis penentuan abocath atau jarum infus hanya dibagi menjadi 3 kategori yaitu kanak-kanak, dewasan dan lanjut usia atau lansia, sehingga pada penelitian ini penulis hanya mengkategorikan klasifikasi status umur menjadi 3 kategori yaitu kanak-kanak, dewasa dan lansia saja. Untuk tabel klasifikasi status umur pada penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut ini. 33 Tabel 3.2 Klasifikasi Umur Pada Proses Infus 3.2.2 NO. Kategori Umur 1. Masa Kanak-kanak 0 – 11 Tahun 2. Masa Dewasa 12- 45 Tahun 3. Masa Lansia > 45 Tahun Konsep Penentuan Set Point Jumlah Tetes Infus Pada Pasien Pada konsep penentuan set point jumlah tetes cairan infus pada pasien tentunya pada alat ini dipengaruhi oleh umur pasien. Dalam perancangannya alat ini memiliki program untuk mengklasifikasikan pasien berdasarkan umur mereka dengan tujuan untuk membedakan penentuan set point jumlah tetes infus pada setiap umur pasien. Dimana terdapat 3 klasifikasi umur yaitu anak-anak, dewasa, dan lansia. Sistem yang digunakan untuk menentukan set point jumlah tetes infus pada setiap klasifikasi pasien pada perancangan alat ini yaitu pada program yang di setting pada mikrokontroller, setiap klasifikasi umur pasien sudah di tentukan set point jumlah tetes cairan infusnya. Jadi pada sistem alat ini terdapat tiga program pada mikrokontroller untuk menentukan set point jumlah tetes berdasarkan klasifikasi umur pasien. Mengingat semakin tua seseorang maka diameter pembuluh darah vena mereka akan semakin besar sedangkan semakin muda seseorang maka diameter pembuluh darah vena mereka semakin sempit. Sesuai dengan blok diagram sebelumnya alat ini dilengkapi 3 buah button untuk pengklasifikasian umur tersebut, masing-masing button telah di setting untuk menjalankan program setpoint tetes infus pada setiap klasifikasi umur yang telah di perhitungkan. Pada aplikasinya admin hanya tinggal menginput dan menekan salah satu button dari 3 buah button yang tersedia dengan berdasarkan umur pasien. 34 Tabel 3.3 Button Pada Klasifikasi Umur Pasien 3.2.3 NO. Button 1. Button 1 2. Button 2 3. Button 3 Klasifikasi Umur Anak-anak (0-11 Tahun) Dewasa (12-45 Tahun) Lansia (> 45 Tahun) Konsep penentuan Jarum Infus Pada Pasien Seperti yang kita ketahui semakin tinggi atau semakin tua umur pasien maka semakin besar pula diameter pembuluh darah vena dan semakin muda pasien maka semakin sempit diameter pembuluh darah vena. Dalam dunia media medis ada beberapa jenis abocath atau jarum infus yang bertujuan untuk memasukkan asupan cairan tambahan maupun cairan obat. Berikut ini merupakan ukuran diameter jarum infus (Abocath): Tabel 3.4 Klasifikasi Penentuan Jarum Infus Pada Pasien NO. 1. 2. 3. Klasifikasi Jenis Jarum Ukuran Diameter Ukuran Diameter Umur Infus Luar (mm) Dalam (mm) Mikro 0,559 mm 0,292 mm M`akro 0,711 mm 0,394 mm Makro 0,813 mm 0,495 mm Anak-anak (0-11 Tahun) Dewasa (12-45 Tahun) Lansia (> 45 Tahun) Penentuan jenis abocath pada setiap klasifikasi umur tersebut didapatkan dari sumber terpercaya dimana acuannya yakni semakin muda umur seseorang maka semakin 35 sempit pembuluh darah vena orang tersebut sehingga membutuhkan jarum infus atau abocath yang memiliki diameter yang lebih kecil. 3.2.4 Perhitungan Jumlah Tetes Infus Per Menit Pada Pasien Untuk menentukan berapa jumlah tetes per menit pada pasien di dapatkan dengan melakukan perhitungan dengan rumus yang akan di jelaskan pada sub bab ini. seperti yang kita ketahui semakin tinggi umur seseorang maka semakin besar pula diameter pembuluh darah vena pasien tersebut sehingga ini akan mempengaruhi asupan jumlah tetes infus. Penentuan jumlah tetes infus per menit ini di dasarkan oleh klasifikasi umur pasien yang nantinya akan menentukan jenis jarum infus sesuai dengan umur pasien. Berikut ini merupakan perhitungan dasar dalam menentukan jumlah tetesan infus. Berat 1 (satu) Tetes Infus Pada Tiap Jenis Jarum atau Abocath Hasil berat 1 (satu) tetes cairan infus tersebut di dapatkan dari pengukuran menggunakan timbangan khusus dengan tingkat ketilitian cukup tinggi. Berat 1 (satu) tetes cairan infus pada setiap klasifikasi jarum akan dipaparkan melalui tabel berikut ini. satuan berat yang akan digunakan pada pengukuran ini yaitu mililiter (ml). Tabel 3.5 Berat 1 (satu) Tetes Infus Pada Tiap Jenis Abocath Klasifikasi Jenis Jarum Faktor Tetes Umur Infus (tetes/ml) 1. Anak-anak Mikro 60 tetes/ml 0,0166 ml/tetes 2. Dewasa Makro 20 tetes/ml 0,05 ml/tetes 3. Lansia Makro 15 tetes/ml 0,0666 ml/tetes NO. Berat Per Tetes 36 3.2.5 Tabel Acuan Klasifikasi Umur dan Pengendalian Sudut Motor Servo Pada materi sub bab ini akan dipaparkan tabel acuan klasifikasi umur untuk penentuan jumlah tetes per menit pada masing-masing klasifikasi umur. Terdapat tiga klasifikasi umur dengan tiga penentuan jumlah tetes per menit yang berbeda-beda nilainya yang di dapatkan dari perhitungan menggunakan rumus pada sub bab sebelumnya. Jumlah tetes per menit pada pasien di pengaruhi oleh umur pasien dan jarum yang digunakan oleh pasien. Telah dilakukan beberapa kali percobaan untuk mendapatkan hasil tetes per menit dengan menekan selang infus menggunakan motor servo berdasarkan derajat (°) sudut lengan motor servo atas perintah program yang di setting pada mikrokontroller. Berikut ini merupakan penambahan setiap 20° oleh motor servo sebagai berikut. Tabel 3.6 Tabel Acuan Pengendalian Sudut Motor Servo NO. 1. 2. 3. Klasifikasi Umur Penambahan Sudut Lengan Motor Servo (°) Jumlah Tetes Per Menit (Tetes/menit) Anak 20° ± 20 Tetes/menit Dewasa 20° ± 8 Tetes/menit Lansia 20° ± 7 Tetes/menit Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada penentuan jumlah tetes per menit setiap pasien maka telah di dapatkan hasil perhitungan yang akan di tampilkan pada tabel. Berikut ini merupakan tabel acuan klasifikasi umur dan sudut motor servo pada perancangan alat ini. 37 Tabel 3.7 Tabel Acuan Klasifikasi Umur dengan Jumlah Tetes Per Menit 3.2.6 Jumlah Tetes Per Menit NO. Klasifikasi Usia 1. Anak-anak (0-11 Tahun) 21 Tetes/menit 2. Dewasa (12-45 Tahun) 7 Tetes/menit 3. Lansia (> 45 Tahun) 5 Tetes/menit (Tetes/menit) Kategori Detak Jantung Pada Kondisi Pasien Pada perancangan alat ini terdapat pengkategorian detak jantung pasien yang akan diklasifikan berdasarkan range detak jantung pasien tersebut. seperti yang kita ketahui kondisi normal detak jantung setiap umur berbeda-beda dimana semakin muda umur pasien maka semakin tinggi detak jantungnya dan semakin tinggu umur maka semakin lambat detak jantungnya. Pada alat ini terdapat tiga klasifikasi umur untuk kategori detak jantung yang akan di jelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 3.8 Kategori Detak Jantung Pasien NO. 1. 2. 3. Klasifikasi Umur Anak-anak (0-11 Tahun) Dewasa (12-45 Tahun) Lansia (> 45 Tahun) Detak Jantung Bradikardia Takikardia Normal (BPM) (Jantung Lemah) (Jantung Cepat) LED 1 & 2 OFF Lampu LED 1 ON Lampu LED 2 ON 80 – 120 BPM < 80 BPM > 120 BPM 60 – 100 BPM < 60 BPM > 100 BPM 50 – 90 BPM < 50 BPM > 90 BPM 38 Pada penerapannya ketika kondisi detak jantung pasien secara konstan melebihi detak jantung normal (Takikardia) atau kurang dari detak jantung (Bradikardia) maka secara otomatis alat ini akan mengeluarkan peringatan output berupa lampu LED. Untuk peringatan Takikardia output lampu LED 3 berwarna biru akan menyala dan untuk peringatan Bradikardia output lampu LED 2 berwarna merah akan menyala. Sedangkan jika detak jantung pasien normal maka tidak ada lampu LED yang menyala. 3.2.7 Konsep Pemilahan Data Record Pada Pasien Pada pembahasan ini akan dijelaskan mengenai bagaimana sistem melakukan pemilahan data record pada pasien yang berbeda-beda. Ketika pasien menginput atau melakukan registrasi biodata dan username mereka pada website yang telah dibuat dari situlah database dan sistem membedakkan antara pasien A dengan pasien B. Jadi untuk memilah data record setiap pasien, sistem dan website akan memilah data record tersebut berdasarkan tag yang telah ditentukan yaitu melalui username pasien dan juga waktu serta tanggal ketika pasien melakukan regristrasi. Pada penerapannya ketika admin ingin melihat data record pasien A maka admin hanya perlu melakukan log-in dan mengakses profil atau data record pasien A berdasarkan username pasien yang telah di input ketika melakukan registrasi. Setelah itu maka data record pemantauan infus pasien A akan muncul pada tampilan website admin. 3.3 Cara Kerja Alat Rancangan ini memakai perangkat utama NodeMCU ESP8266 sebagai pengendali utama rangkaian yang telah dilengkapi dengan module WIFI. Penelitian alat ini memiliki beberapa masukan antara lain yaitu sensor Photodioda sebagai pendeteksi debit tetesan infus, kemudian sensor loadcell sebagai pemantau volume cairan pada kantong infus, dan sensor detak jantung sebagai pendeteksi denyut jantung pada tubuh pasien. Alat ini memiliki keluaran berupa perangkat motor servo yang berfungsi sebagai pengatur debit tetesan cairan infus serta memiliki program untuk pengklasifikasian pasien, seperti pasien anak, dewasa, dan lansia. Seperti yang kita ketahui setiap umur memiliki ukuran pembuluh darah yang berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi pula debit tetes cairan pada sistem infus yang dirancang. 39 Sensor loadcell akan di tempatkan dan dipasang di atas kantong infus dengan posisi horizontal yang berfungsi untuk mendeteksi volume cairan infus dengan mengukur massa dari kantong infus. Kemudian sensor photodioda akan di tempatkan pada sisi kiri dari drip chamber dan untuk sisi kanannya akan di pasang lampu LED. Pada alat ini sensor photodioda berfungsi untuk mendeteksi debit tetesan cairan infus dengan menghitung berapa tetesan yang keluar setiap waktunya. Lalu sensor detak jantung atau heart rate sensor yang penempatannya akan disesuaikan nantinya yang berfungsi untuk mendeteksi kondisi detak jantung pasien dengan menghitung berapa detak jantung pada setiap waktunya. Pada penelitian ini masukan atau input yaitu berupa adanya perubahan volume cairan infus sehingga sensor loadcell akan mengirimkan sinyal ke pengendali utama yaitu NodeMCU ESP8266. Lalu adanya perubahan debit tetesan cairan infus pada drip chamber yang akan di deteksi oleh sensor photodioda kemudian sinyal tersebut akan dikirim ke pengendali utam rangkaian sebagai input. Kemudian, adanya perubahan kecepatan detak jantung pada suatu waktu sehingga perubahan ini akan menjadi sinyal yang di dapat oleh sensor detak jantung dan langsung di kirim ke pengendali utama rangkaian yaitu NodeMCU ESP8266. Semua sinyal tersebut akan di proses oleh pengendali utama rangkaian yang digunakan yaitu NodeMCU ESP8266. Pada blok diagram sebelumnya tergambar bahwa “Sistem Kendali Cairan Infus Dan Pemantauan Detak Jantung Pada Pasien Rawat Inap Menggunakan Website Secara Realtime” ini memiliki beberapa masukan seperti sensor loadcell, sensor photodioda, dan sensor detak jantung serta memiliki beberapa keluaran seperti motor servo. 40 Website Server Akses Point Sensor Loadcel Pendeteksi Volume Infus Button 1 (Anak) Kantong Infus Button 2 (Dewasa) Sensor Photodioda & LED Pendeteksi Debit Tetesan Infus NodeMCU ESP8266 Motor Servo Pengatur Debit Infus Sensor Detak Jantung Button 3 (Lansia) Lampu LED 1 (Jantung Lemah) Lampu LED 2 (Jantung Cepat) Gambar 3.2 Sistem Kerja Alat 3.4 Perancangan Alat dan Spesifikasi alat Pada perancangan alat dan sistem alat diawali dengan merancang konsep dan prinsip kerja komponen kemudian disambung dengan menggabungkan komponen-kompon tersebut sehingga menjadi sebuah sistem alat. Perancangan alat ini dilakukan dengan tujuan untuk menjadikan sistem alat ini menjadi sebuah sistem perangkat keras yang saling terintegrasi satu sama lain. Untuk komponen alat di susun pada tabel 3.1 berikut ini. 41 Tabel 3.9 Daftar Komponen 3.4.1 No Nama Alat Keterangan 1 NodeMCU ESP8266 Pengolah Data 1 2 Sensor Photodioda Input Data 1 3 Sensor Loadcell Input Data 1 4 Heart Rate Sensor Input Data 1 5 Motor Servo Output Data 1 6 Lampu LED Output Data 2 7 Button Input Data 3 8 Laptop/Akses Website Perangkat Pemantauan Jumlah 1 NodeMCU ESP8266 Pada pembuatan alat pengendali pengolah data yang dipakai yaitu NodeMCU ESP8266 yang digunakan untuk perangkat pengolah data input maupun output pada perancangan alat ini. Berikut ini keterangan pin masukan dan pin keluaran pada NodeMCU ESP826. 42 Tabel 3.10 Keterangan Pin Input dan Output NodeMCU ESP826 No 3.4.2 Alat Keterangan Pin 1 Sensor Photodioda Masukkan D2 2 Heart Rate Sensor Masukkan A0 3 Sensor Loadcell Masukkan D0 4 Motor Servo Keluaran D5 Sensor Loadcell Pada penelitian ini sensor loadcell digunakan sebagai salah satu input yang akan di olah oleh pengendali utama rangkaian yaitu NodeMCU ESP 8266. Seperti yang kita ketaui sensor loadcell merupakan sensor yang mengubah gaya seperti ketegangan, tekanan atau beban menjadi sebuah sinyal listrik yang dapat diukur. Ketika beban gaya yang didapatkan pada loadcell meningkat, sinyal listrik berubah secara proporsional. Prinsip kerja yang diterapkan sensor loadcell pada perancangan alat ini yaitu salah satu sisi sensor loadcell akan menerima beban gaya pada kantong infus mengingat kantong infus tersebut akan di gantung pada salah satu sisi sensor loadcell sehingga posisi sensor loadcell berada pada bagian atas kantong infus. Dengan digantungnya kantong infus pada salah satu sisi sensor loadcell maka sensor loadcell akan menerima beban gaya dari kantong infus yang kemudian akan menghasilkan perubahan nilai resistansi tergantung pada beban yang diterima oleh sensor loadcell. Setelah beban gaya diterima oleh sensor kemudian perubahan tersebut akan menghasilkan sinyal listrik dan akan diolah oleh pemroses data input yaitu NodeMCU ESP826 sehingga volume cairan kantong infus dapat dihasilkan Maksimal pengukuran yang dapat diterima pada sensor loadcell yang digunakan pada perancangan alat ini yaitu sebesar 1 kg. Mengingat ukuran terkecil pada sensor loadcell yang saya dapatkan yaitu 1 kg. Adapun jenis sensor loadcell yang digunakan yaitu sensor loadcell straing gauge dimana ketika loadcell diberi beban pada inti besinya maka nilai resistansi. 43 Sensor loadcell strain gauge pada umumnya adalah tipe metal foil, dimana konfigurasi grid dibentuk oleh proses photoeching. Karena prosesnya sederhana, maka dapat dibuat bermacam-macam ukuran gauge dan bentuk grid. Untuk panjang macam gauge terpendek yang tersedia adalah 0.20mm, dan yang terpanjang 102 mm. Tahanan gauge standar adalah 350Ω dengan panjang 120 mm dan, bahkan untuk keperluan khusus gauge ada juga yang tersedia dengan tahanan 500Ω, 1000Ω dan 10kΩ. Dijelaskan pada gambar umumnya strain gauge yang digunakan pada sensor loadcell sebanyak 4 buah gauge, mengingat strain gauge merupakan komponen inti untuk mengukur beban yang akan diterima dan disediakan di sisi atas maupun sisi bawah pada sensor loadcell. Gambar 3.3 Skema Sensor Loadcell 3.4.2.1 Notifikasi Sisa Cairan Infus Untuk Sensor Loadcell Pada perancangan alat tugas akhir ini terdapat sistem peringatan atau notifikasi untuk mengingatkan ketika sisa cairan infus tersisa kurang dari 100 ml yang terdeteksi oleh sensor loadcell. Peringatan atau notifikasi tersebut akan muncul pada website sebagai media pemantaunya. Peringatan atu notifikasi tersebut berupa kalimat teks berwarna merah yang menunjukkan sisa cairan infus serta arahan apa yang harus dilakukan. Peringatan atau notifikasi tersebut berposisi tepat di atas tabel pemantauan. 3.4.3 Sensor Photodioda Penggunaan sensor photodioda pada perancangan alat ini yaitu untuk mendeteksi debit tetesan cairan infus. Adapun prinsip kerja yang akan di terapkan pada alat ini yaitu tetesan cairan infus yang jatuh dari atas ke bawah pada drip chamber akan melewati 44 pancaran cahaya pada lampu LED sehingga sensor photodioda akan terhalang oleh tetes infus tersebut yang artinya sensor photodioda akan menghasilkan nilai resistansi yang besar. Mengingat prinsip dasar pada sensor photodioda yaitu semakin banyak cahaya yang diterima maka semakin kecil nilai resistansi yang dihasilkan dan semakin sedikit cahaya yang diterima oleh sensor photodioda maka semkain besar nilai resistansi yang dihasilkan. Perubahan nilai inilah yang menjadi acuan sensor photodioda untuk mendeteksi debit tetesan cairan infus. Dengan demikian, nilai debit tetes cairan infus dapat di dapat pada selang waktu tertentu. Satuan yang dihasikan pada pendeteksian ini yaitu mili/detik atau ml/s. Pada pembuatan alat, sensor ini akan dipasang pada sisi kiri dan sisi kanan dari komponen set infus yang bernama drip chamber. Tujuan ditempatkan sensor photodioda dan lampu LED di sisi kanan dan kiri pada drip chamber yaitu untuk memaksimalkan pendeteksian pada sensor photodioda sehingga dapat menghasilkan nilai resistansi yang akurat. Adapun prinsip dasar kerja pada sensor photodioda akan ditampilkan pada gambar 3.4 berikut ini. Gambar 3.4 Skema Kerja Sensor Photodioda dan LED 3.4.4 Sensor Detak Jantung (Heart Rate Sensor) Pada penerapannya sensor detak jantung akan difungsikan sebagai pendeteksi denyut jantung pada pasien. Untuk penggunaannya sensor detak jantung akan digunakan bersamaan dengan pemaiakan infus pada pasien sehingga akan terjadi korelasi antara sensor detak jantung dan set infus. Selanjutnya data yang di dapat dari pembacaan sensor tersebut di terima oleh NodeMCU ESP8266 melalui pin analog (A0), menggunakan fitur 45 Analog to Digital Converter (ADC), diolah menjadi satuan bpm (Beats Per Minute). Detak jantung normal (Resting Heart Rate) pada manusia adalah 60~100 bpm, biasanya faktor yg paling berpengaruh yg membedakan jumlah detak jantung per menit ( bpm ) masing-masing orang adalah umur, kondisi jantung dan aktivitas pasien. Korelasi antara detak jantung pasien ketika sedang menjalani infus tentunya akan mempengaruhi kondisi detak jantung pasien. Prinsip kerja dasar dari sensor detak jantung yaitu Ketika sensor tidak dalam kontak dengan sumber denyut jantung, keluaran dari sinyal tersebut berada di titik tengah dari tengangan. Namun, ketika sensor menyentuh sumber denyut nadi maka akan berubah menjadi cahaya yang dipantulkan ketika darah dipompa melalui jaringan sehingga akan membuat sinyal berfluktuasi di sekitar titik referensi. Data yang didapat dari sensor detak jantung ini berupa tegangan analog. Gambar 3.5 Prinsip Kerja Sensor Detak Jantung 3.4.5 Motor Servo Penggunaan motor servo pada perancangan alat ini adalah sebagai pengatur debit tetesan cairan infus yang mengalir dari kantong infus menuju drip chamber. Setelah melewati drip chamber infus cairan infus akan melewati selang yang kemudian pada selang tersebut debit tetes cairan infus dapat diatur oleh motor servo. Untuk posisi motor servo yaitu dengan menempatkan motor servo pada salah satu sisi selang sehingga antara selang infus dan motor servo saling berdampingan. Dan untuk metode yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan servo arm (lengan servo) sebagai penjepit sisi selang infus 46 dengan sudut derajat sehingga ketika selang infus terjepit oleh sudut derajat tertentu oleh servo arm (lengan servo) pasti akan berpengaruh pada debit tetesan cairan infus pada selang infus. Semakin tinggi sudut derajat yang digerakkan oleh servo arm (lengan servo) maka semakin kecil debit tetesan cairan infus yang mengalir pada selang infus. Pada penelitian ini jenis motor servo yang digunakan yaitu jenis motor servo standard yang memiliki satu lengan. Mengingat untuk menjepit salah satu sisi selang infus hanya membutuh satu lengan motor servo saja. Pada motor servo standard maksimal sudut derajat yang dapat dihasilkan yaitu 180°. Arm servo (lengan servo) pada motor servo standard dapat berputar searah jarum jam maupun berlawanan dengan jarum jam. 3.4.6 Lampu LED 1 Untuk Sensor Detak Jantung Penggunaan lampu LED untuk sensor detak jantung merupakan sebuah indikasi bahwa pengukuran sensor detak jantung telah mencapai hasil yang lebih dari batas normal detak jantung atau kurang dari batas normal detak jantung. Jadi ketika sensor detak jantung telah mendeteksi pasien dengan hasil yang terlalu cepat atau terlalu lambat maka lampu LED yang telah di program untuk sensor detak jantung tersebut akan menyala sebagai tanda bahwa adanya ketidak normalan pada kondisi jantung pasien. 3.4.7 Lampu LED 2 Untuk Sensor Detak Jantung Pada perancangan alat ini output atau keluaran komponen lampu LED untuk sensor Detak jantung digunakan sebagai indikasi detak jantung pada kondisi pasien. lampu LED yang telah di program untuk sensor detak jantung tersebut akan menyala sebagai tanda bahwa adanya ketidak normalan pada kondisi jantung pasien. 3.5 Perancangan Website Pada perancangan website akan berisi tahap-tahap pembuatan website secara singkat dan jelas. Pada peneltian alat ini website berfungsi sebagai media informasi untuk menampilkan kondisi cairan infus pada pasien seperti volume cairan pada kantong infus, debit tetesan cairan infus, detak jantung pasien, dan tampilan pengatur debit tetes cairan infus. Semua informasi tersebut akan ditampilkan pada website secara realtime sehingga data dan kondisi yang di dapat berupa data langsung pada waktu saat itu juga. Selain dapat 47 memantau kondisi cairan infus, pada website ini juga dapat mengatur debit tetes cairan infus yang kemudian akan di kendalikan oleh motor servo yang diposisikan pada sisi selang infus membentuk sudut-sudut tertentu seperti 5°, 15° atau 21° yang kemudian akan menjepit selang infus tersebut sehingga akan mempengaruhi debit tetes cairan infus. 3.5.1 Pembuatan Database Website Database adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer yang dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi berupa tipe data, struktur data dan juga batasan-batasan pada data yang akan disimpan. Pada penelitian ini fungsi database yaitu untuk menyimpan rekam medis pasien seperti kondisi volume cairan pada kantong infus, debit tetes cairan infus dan kondisi detak jantung pada pasien. Database website ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak yang bernama PhpMyAdmin. PhpMyAdmin adalah perangkat lunak bebas yang ditulis dalam bahasa pemrograman PHP yang digunakan untuk menangani administrasi MySQL. Adapun database ini juga berfungsi untuk menyimpan data pasien, data user atau tenaga medis, rekam medis pasien, dan detail alat yang di operasikan oleh website. Selanjutnya terdapat gambar pada database penelitian ini yang dapat dilihat pada gambar 3.6 berikut ini. Gambar 3.6 Perancangan Database Website 48 3.6 Rangkaian Keseluruhan Pada skematik diagram sudah tegambarkan jelas rangkaian keseluruhan komponen elektronik yang digunakan beserta jalur dan pin yang digambarkan secara jelas dan terperinci. Keseluruhan komponen-komponen tersebut dibentuk menjadi satu kesatuan yang saling terintegrasi antara satu sama lain sehingga menjadi sebuah alat. Loadcell Sensor Pulse Heart Rate Driver HX711 Button 1 Button 2 Button 3 Sensor Phodioda Driver Motor Servo LED 2 LED 1Rangkaian Gambar 3.7 Keseluruhan Komponen Pada NodeMCU ESP8266 49 3.7 Diagram Alir 50 Lampu LED 1 dan LED 2 OFF Lampu LED 1 ON Gambar 3.8 Diagram Alir 51