BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh trombosis, embolisme serebral, iskemia, dan hemoragi serebral. Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan hampir semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf. Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000 penduduk dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke permanen, maka sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke dan 25% atau 125.000 meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa stroke masih merupakan masalah utama dibidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi masalah krusial ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang mencakup aspek preventif, terapi rehabilitasi, dan promotif. Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi sudah menjadi keharusan, terlebih bila melihat angka penderita stroke yang terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat, dan akurat akan meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itulah penulis tertarik untuk menulis laporan untuk 1 memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan stroke khususnya stroke dengan perdarahan atau stroke hemoragik. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan laporan ini antara lain : a) Mampu menjelaskan definisi dari Stroke Hemoragik. b) Mampu menjelaskan etiologi dari Stroke Hemoragik. c) Mampu menjelaskan patofisiologi dan pathway dari Stroke Hemoragik. d) Mampu menjelaskanmanifestasi klinik dariStroke Hemoragik. e) Mampu menjelaskan penatalaksanaan dari Stroke Hemoragik. f) Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari Stroke Hemoragik. g) Mampu menjelaskan komplikasi dari Stroke Hemoragik. h) Mampu memahami, menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Stroke Hemoragik. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Penyakit 1. Definisi Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. (Sudoyo Aru, dkk, 2009) Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008) Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013) Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009) Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu: a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013) 2. Etiologi Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intra cranial dengan gejala peningkatan tekanan darah systole > 200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok. 3 Penyebab stroke hemoragik, yaitu: a. Kekurangan suplay oksigen yang menuju otak. b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah otak. c. Adanya sumbatan bekuan darah di otak. (Batticaca, 2008) 3. Patofisiologi dan Pathway a. Perdarahan intra serebral Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau hematoma yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. b. Perdarahan sub arachnoid Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme paling sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan ventrikel otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan inta kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan intra kranial yang mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan sub arachnoid dapat mengakibatkan vaso spasme pembuluh darah serebral. Vaso spasme ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 4 2-5. Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara bahanbahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso spasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % maka akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. (Price & Wilson, 2006) 5 Pathway Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik Peningkatan tekanan sistemik Thrombus/Emboli di serebral Suplai darah ke jaringan serebral tidak adekuat Aneurisma./APM Perdarahan arachnoid/ventrikel Vasospasme arteri serebral/saraf serebral Hematoma serebral Perfusi jaringan serebral tidak adekuat PTIK/Herniosis serebral Iskemik/infork Penurunan kesadaran Penekanan sal pernafasan Defisit neurologi Hemifer kanan Pola nafas tidak efektif Hemifer kiri Hemiparase/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan Area brocca Defisit perawatan diri Kerusakan fungsi nervous VII dan nervous XII gg. mobilitas fisik Kerusakan integritas kulit Kerusakan kemunikasi verbal Resiko aspirasi Resiko trauma Resiko jatuh Resti nutrisi < dari Kebutuhan Kurang pengetahuan (Nurarif & Kusuma, 2013) 6 4. Manifestasi Klinik Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu. Gejala stroke hemoragik bisa meliputi: a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma). b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain. c. Kesulitan menelan. d. Kesulitan menulis atau membaca. e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba. f. Kehilangan koordinasi. g. Kehilangan keseimbangan. h. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik. i. Mual atau muntah. j. Kejang. k. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal atau kesemutan. l. Kelemahan pada satu sisi tubuh. (Batticaca, 2008) 5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan a. Penatalaksanaan Medis 1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral. Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan darah. 2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK 7 Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason. 3) Pengobatan a) Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada fase akut. b) Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik atau embolik. c) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral. 4) Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah otak. b. Penatalaksanaan Keperawatan 1) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil. 2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat. 3) Tanda-tanda vital usahakan stabil. 4) Bedrest. 5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. 6) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih. (Muttaqin, 2008) 6. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD, biokimia darah, elektrolit. b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark. c. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena. d. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. e. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic. 8 f. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik. g. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan sub arachhnoid. (Batticaca, 2008) 7. Komplikasi a. Infark serebri. b. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif. c. Fistula caroticocavernosum. d. Epistaksis. e. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal. f. Gangguan otak berat. g. Kematian bila tidak dapat mengontrol respon pernafasan atau kardiovaskuler. (Batticaca, 2008) 9 B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat). b. Keluhan Utama Kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran. c. Riwayat Penyakit Sekarang Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. d. Riwayat Penyakit Dahulu Adanya riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kotrasepsi oral yang lama, penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. e. Riwayat Penyakit Keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu f. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Mengalami penurunan kesadaran, suara bicara, kadnag mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara/afasia, TTV meningkat, nadi bervariasi. a) B1 (Breathing) Pada infeksi didapatkan klien batuk, peningkatan sputum, sesak naps, penggunaan alat bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Pada klien dengan kesadaran CM, pada 10 infeksi peningkatan pernapasannya tidak ada kelainan, palpasi thoraks didapatkan taktil fremitus seimbang, auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. b) B2 (Blood) Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terdapat peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg) c) B3 (Brain) Stroke yang menyebabkan berbagai defisit neurologis, tergantung pada likasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran arean perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak dapat membaik merupakan sepenuhnya. pemeriksan fokus Pengkajian dan B3 lebih (Brain) lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya d) B4 (Bladder) Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sememntara karena mengkomunikasikan konfusi, kebutuhan dan ketidakmampuan ketidakmampuan mengendalian kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunujukkan kerusakan neurologis luas. e) B5 (Bone) Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonojol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas 11 karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat 2) Pengkajian Tingkat Kesadaran Pada klien lanjut usia kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat latergi, stupor dan koma 3) Pengkajian Fungsi Serebral Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal dan hemisfer 4) Pangkajian Saraf Kranial Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central 5) Pengkajian Sistem Motorik Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh 6) Pengkajian Reflek Pada fase akur refleks fisiologis yang lumpuh akan menghilang setelah beberapa hari reflek fisiologian muncul kembali didahului refleks patologis 7) Pengkajian Sistem Sensori Dapat terjadi hemihipertensi. (Adib, M. 2009) 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d gangguan aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intra cranial. b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral. c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular. d. Defisit perawatan diri b.d hemiparese/ hemiplegic. e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola napas b.d menurunnya reflek batuk dan menelan, immobilisasi. f. Resiko tinggi gangguan intergritas kulit b.d tirah baring lama. g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d 12 ketidakmampuan menelan. h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi yang tidak adekuat. (NANDA International, 2012-2014) 3. Intervensi/Rencana Tindakan a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial. Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal. Kriteria Hasil : 1) Klien tidak gelisah. 2) Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang. 3) GCS E : 4, M: 6, V: 5. 4) TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20 x/menit). Intervensi: 1) Berikan penjelasan pada keluarga tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya. Rasional : keluarga dapat berpartisipasi dalam proses penyembuhan. 2) Berikan klien bed rest total. Rasional : untuk mencegah perdarahan ulang. 3) Observasi dan catat TTV dan kelainan intrakranial tiap 2 jam. Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini untuk penetapan tindakan yang tepat. 4) Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30o dengan letak jantung (beri bantal tipis). Rasional : mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainase vena dan memperbaiki sirkulasi serebral. 5) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mngejan berlebihan. Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan potensial terjadi perdarahan ulang. 6) Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung. 13 Rasional : rangsangan aktivitas yang meningkat dokter dalam dapat meningkatkan TIK. 7) Kolaborasi dengan tim pemberian obat neuroprotektor. Rasional : memperbaiki sel yang masih viable. b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral. Tujuan : setelah diberikan tindakan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan komunikasi verbal klien dapat teratasi Kriteria Hasil : 1) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi 2) Mampu berbicara yang koheren 3) Mampu menyusun kata-kata Intervensi : 1) Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti spontan tidak tampak memahami kata/mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri. Rasional : membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi. 2) Bedakan antara afasia dan disatria. Rasional : intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. 3) Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana. Rasional : melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia sensorik). 4) Minta pasien untuk mengucapkan suara sederhana. Rasional : mengidentifikasi adanya disatria sesuai komponen motorik dari bicara (seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afasia motorik. 5) Berikan metode alternatif seperti menulis di papan tulis. Rasional : memberikan 14 komunikasi tentang kebutuhan berdasarakan keadaan defisit yang mendasarnya. 6) Kolaborasi konsultasikan dengan rujuk kepada ahli terapi wicara. Rasional : mempercepat proses penyembuhan. c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular. Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mobilisasi klien mengalami peningkatan atau perbaikan. Kriteria Hasil : 1) Mempertahankan posisi optimal. 2) Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang mengalami hemiparese. Intervensi : 1) Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal. Rasional : mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan. 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam. Rasional : menurunkan ressiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. 3) Latih rentang gerak/ROM Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontroktur. 4) Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan. Rasional : mencegah adduksi bahu dan fleksi siku. 5) Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi Rasional : mempertahankan posisi fungsional. d. Defisit perawatan diri b.d hemiparase/hemiplegic. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi. Kriteria Hasil : 1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan. 2) Klien dapat mengidentifikasikan komunitas untuk memberikan 15 bantuan sesuai kebutuhan. Intervensi : 1) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan diri. Rasional : membantu dalam mengantisipasi merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual. 2) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Rasional : meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus. 3) Berikan bantuan perawatan diri sesuai kebutuhan. Rasional : memenuhi kebutuhan perawatan diri klien dan menghindari sifat bergantung kepada perawat. 4) Berikan umpan balik positif untuk setiap usaha yang dilakukannya. Rasional : meningkatkan kemandirian dan mendorong klien berusaha secara kontinyu. 5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi. Rasional : memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangan rencana terapi. e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya reflek batuk dan menelan, immobilisasi. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif. Kriteria hasil : 1) Klien tidak sesak nafas. 2) Tidak terdapat suara nafas tambahan. 3) RR dalam rentang normal (16-20 x/menit) Intervensi : 1) Observasi pola dan frekuensi nafas. Rasional : mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan pola napas. 2) Auskultasi suara nafas. 16 Rasional : mengetahui adanya kelainan suara nafas. 3) Ubah posisi tiap 2 jam sekali. Rasional : perubahan posisi dapat melancarkan saluran nafas. 4) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga sebab ketidakefektifan pola nafas. Rasional : klien dan keluarga berpartisipasi dalam mencegah ketidakefektifan pola nafas. 5) Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen. Rasional : mempertahankan kepatenan pola nafas. f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan keutuhan kulit. Kriteria hasil : 1) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka. Intervensi : 1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM jika mungkin. Rasional : meningkatkan aliran darah ke semua daerah. 2) Ubah posisi tiap 2 jam. Rasional : menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah. 3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah yang menonjol. Rasional : menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol. 4) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi. Rasional : hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan. 5) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit. Rasional : mempertahankan keutuhan kulit. g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 17 diharapkan tidak terjadi gangguan nutrisi. Kriteria hasil : 1) Turgor kulit baik. 2) Tidak terjadi penurunan berat badan. 3) Tidak muntah. Intervensi : 1) Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan, dan reflex batuk. Rasional : untuk menentukan jenis makanan yang akan diberikan kepada klien. 2) Berikan makan dengan bertahan pada lingkungan yang tenang. Rasional : klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa ada gangguan dari luar. 3) Berikan makanan dalam penyajian masih hangat. Rasional : menarik minat makan klien. 4) Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan makanan melalui selang. Rasional : mungkin dibutuhkan bila klien dalam penurunan kesadaran. 5) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat. Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien. h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi tidak adekuat. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan pengetahuan klien dan keluarga terpenuhi. Kriteria hasil : 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan. Intervensi : 1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik. Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan klien. 2) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang 18 tepat. Rasional : memenuhi kebutuhan informasi pasien. 3) Sediakan bagi keluarga tentang informasi kemajuan keadaan pasien. Rasional : memenuhi kebutuhan informasi keluarga. 4) Diskusikan dalam pemilihan terapi atau penanganan terhadap pasien. Rasional : melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan tindakan. (Wilkinson & Ahern, 2014) 4. Evaluasi a. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial. 1) Klien tidak gelisah. 2) Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang. 3) GCS E : 4, M: 6, V: 5. 4) TTV normal (N: 60-100 x/menit, S: 36-36.7 OC, RR: 16-20 x/menit). b. Gangguan komunikasi verbal b.d kehilangan kontrol otot facial atau oral. 1) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi 2) Mampu berbicara yang koheren 3) Mampu menyusun kata-kata c. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular. 1) Mempertahankan posisi optimal. 2) Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang mengalami hemiparese. d. Defisit perawatan diri b.d hemiparase/hemiplegic. 1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kemampuan. 2) Klien dapat mengidentifikasikan komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan. 19 e. Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas b.d menurunnya reflek batuk dan menelan, immobilisasi. 1) Klien tidak sesak nafas. 2) Tidak terdapat suara nafas tambahan. 3) RR dalam rentang normal (16-20 x/menit) f. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama. 1) Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka. g. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menelan. 1) Turgor kulit baik. 2) Tidak terjadi penurunan berat badan. 3) Tidak muntah. h. Defisiensi pengetahuan b.d informasi tidak adekuat. 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan. (Wilkinson & Ahern, 2014) 20 BAB III TINJAUAN KASUS Nama Mahasiswa : Rengga Dwi S. Nim : 0131757 Tempat Praktik : Ruang Unit Stroke Tanggal : 30 Juni 2015 I. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada hari selasa 30 Juni 2015 Pukul 14.30 WIB di ruang unti stroke RSUD TIDAR Magelang dengan allanamnesa dan autoanamesa. A. Identitas 1. Identitas klien Nama : Ny. Y Umur : 47 th Pendidikan terakhir : SD Agama : Islam Suku : Indonesia Status perkawinan : Kawin Alamat : Jetis Menoreh Salaman Pekerjaan : Wiraswasta Diagnosa medis : SH (ICH) Tanggal masuk : 28-6-2015 BB sebelum sakit : 65 kg BB sesudah sakit : 61 kg 2. Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. R Umur : 48 th Pendidikan terakhir : SD 21 Agama : Islam Suku : Indonesia Hub. dengan klien : Suami Pekerjaan : Buruh Alamat : Jetis Menoreh Salaman B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Pasien mengatakan pusing kepala dan lemas badannya GCS : E:4, M:6, V: 2. 2. Riwayat kesehatan saat ini Keluarga pasien mengatakan pasien pagi-pagi pergi naik sepeda, sesudah dijalan pasien gemeteran tangannya lalu lemas kemudian pasien jatuh dan tidak sadarkan diri lalu pasien di tolong warga sekitar dibawa ke puskesmas salaman lalu puskesmas salaman merujuk pasien ke RSUD Tidar magelang untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Lalu pasien datang ke IGD RSUD Tidar, dari IGD pasien dipindahkan keruang unit stroke untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut. 3. Riwayat kesehatan masa lalu Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat hipertensi, keluarga pasien juga mengatakan Ny. Y tidak pernah mengalami kecelakaan dan tidak mempunyai alergi makanan dan obat-obatan. 4. Riwayat kesehatan keluarga Suami pasien mengatakan di dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menurun seperti (TBC, HIV/AIDS). hipertensi, DM genogram dan lingkungan tempat tinggal. 22 Genogram Keterangan : = Perempuan = Laki-Laki = Pasien = Meninggal = Tinggal dalam satu rumah = Menikah Tipe tempat tinggal Keluarga mengatakan lingkungan tempat tinggalnya berada di perkampungan dengan rumah sederhana dengan jumlah kamar 4 dan penghuni 4 orang kondisi tempat tinggal bersih dan nyaman, ventilasi ada dan baik. C. Analisa dan Pengkajian 1. Tanda-tanda vital perjam tanggal 30 Juni 2015 T N/ 07 08 09 10 11 12 13 14 171/ 175/ 177/1 164/1 184/1 174/1 177/1 179/ 91 182 02 06 06 09 13 96 56 66 57 59 66 59 66 59 23 R 17 21 21 15 17 17 17 19 S 0c 366 366 366 366 367 367 367 364 MA 116 143 143 115 111 140 120 122 Sao 100 100 100% 99% 98% 97% 99% 99% l % % R/ D 2. Wajah Do : Pasien terlihat bersih, simetris dan tidak ada edema pada wajah. 3. Kepala Ds : Do : Bentuk kepala mesochepal, penyebaran rambut merata, warna rambut hitam panjang tidak ada ketombe dan tidak berbau dan tidak ada lesi, rambut tidak mudah rontok tidak mudah dicabut. 4. Mata Ds :Do : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis simetris, fungsi penglihatan baik tidak menggunakan alat bantu penglihatan pupil isekor 2 mm. 5. Telinga Ds :Do : Telinga pasien simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat infeksi telinga bagian dalam bersih dan tidak ada lesi tidak ada massa dan cairan pada telinga, tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 6. Hidung Ds : - 24 Do : Hidung pasien terpasang O2 nessa kanul 3 liter dan selang NGT hidung simetris antara kiri dan kanan, bersih tidak terjadi pembesaran polip, tidak ada darah dan cairan yang keluar. 7. Mulut Ds :Do : Trakea tidak bergeser kekanan atau kekiri tidak ada massa 8. Lambung Ds : Do : Tidak terjadi pembesaran tyroid dan getah bening, tidak ada pembesaran pada tekanan CPV. 9. Jantung I : Taktil premitus tidak nampak P : Tidak ada pembesaran jantung P : Redup A : S1 dan S2 reguler 10. Paru-paru Ds : Do : - RR 22 x/menit, kedalaman dangkal, irama irregular, simetris kanan & kiri, terdapat suara tambahan wheezing, taktil fremitus simetris, pasien tampak kesusahan bernafas, batuk, sedikit ada penumpukan sputum. 11. Abdomen Ds : Do : - Tampak tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada lesi/luka, tidak ada massa/hernia. - Auskultasi peristaltic usus 13x/menit. - Tidak ada nyeri tekan. - Perkusi timpani. 12. Genetalia Ds : - 25 Do : Terpasang kateter pada ganetelia tidak terjadi perubahan pada kandung kemih, 13. Anus Ds :Do : Anus pasien bersih, tidak ada hemoroid, lesi dan massa. 14. Ekstremitas Ds : Do : Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terjadi fraktur, edema, sikap mencoba untuk bergerak, tidak mampu untuk berjalan, kemampuan pergerakan sendinya berkurang, kekuatan otot, dan ditangan sebelah kiri terpasang infus. Kekuatan otot 0 5 3 5 15. Kulit Ds : Do : Kulit pasien bersih, warna sawo matang, tidak ada sianosis tidak ada lesi. 16. Kuku Ds : Do : Kuku pasien terlihat agak panjang dan sedikit kotor 17. Persyarafan Ds : Do : Paralisis → pasien sadar, latergi an bahasa → pasien nampak sadar fungsi saraf kranial ( Nervus cranial NC) NC I : (Pembauan) = Pasien sadar pembauan baik NC II : (Penglihatan) = Pasien sadar tetapi penglihatan sedikit lemah NC III : (Gerakan bola mata keatas) : + NC IV : (Gerakan bola mata kebawah) : + NC V : (Ofalmik, maksila, mandibula) : + NC VI : (Gerakan bola mata kalatenal) : + NC VI : (Wajah simetris) wajah pasien simetris 26 NC VIII : (Pendengaran dan keseimbangan) Pendengaran baik dan keseimbangan kurang NC IX : (Arkus faring, suara serak/ lemah menelan) Pasien mengalami lemah menelan NC X : (Arkus faring, epiglotis, reflek muntah, fungsi menelan,suara sengau) terganggu NC XI : (Mengalihkan kepala kearah berlawanan dan ditahan otot bahu) pasien belum mampu mengalihkan kepala kearah berlawanan NC XII : (Kekuatan lidah) kekuatan lidah pasien lemah. 18. Sisitem cairan dan elektrolit Do : Intake cairan = 3075 cc (line 1 = 1800, line 2 = 1000) Output cairan = 2.500 lwl 3000 (urin 1,2,3, = 1900) 500 balance cairan + 75 /8 jam Urin normal ½ - 1 cc /kg BB dalam sehari 19. Imunitas Do : Tidak ada alergi obat, makanan dan lain-lain pada kulit D. Data tambahan / pengkajian menurut gordon 1. Persepsi dan penanganan kesehatan keadaan umum pasien tidak baik, keluarga pasien berharap pasien bisa cepat sembuh dan bisa bekumpul seperti dulu, keluarga patuh dalam perawatan yang dijalani oleh pasien 2. Nutrisi metabolik Pasien dilakukan pemasangan selang sonde, semua makanan dan obat nral dimasukan melalui selang sonde, serta dilakukan pemasangan infus, untk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien nutrisi masuk 150 cc /3 jam. 3. Eliminasi 27 Do : Pasien BAB 1 hari sekali dan tidak diare, pasien terpasang kateter dan karakteristik urine berwarna kuning dan bau khas amoniak 4. Aktivitas latihan Pasien dianjurkan bedrest total jadi aktivitas dilakukan ditempat tidur semua. 5. Tidur istirahat Pasie tidak dapat tidur dengan teratur 6-8 jam/hari istirahat pasien juga kurang. 6. Kognitif-persepsi Pasien terlihat mendengar apa yang kita bicarakan tetapi tidak bisa membalas pembicaraan, kemudian pasien terlihat kesakitan pada saat dimasukan obat melalui selang infus, proses belajar pada pasien juga terganggu lebih sering tidak sadar. 7. Pola Aktivitas Dan Latihan Aktivitas Kemampuan 0 1 2 3 4 perwatan diri Makan dan 4 Minum Mandi 4 Toileting 1 Berpakaian 2 Berpindah 2 Keterangan: 0 : Mandiri 1 : Alat bantu 2 : Dibantu orang lain 3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : tergantung total 28 8. Persepsi diri – Konsepsi diri Pasie selalu berusaha menggerakan badan yang masih bisa digerakan 9. Peran hubungan peran pasien sebagai ibu rumah tangga terganggu karena sakit, tetapi peran terhadap keluarga masih baik 10. Seksualitas – reproduksi pasien tidak dapat melakukan hubungan seks selama sakit 11. koping toleransi stress Keluarga selalu memberikan dukungan kepada pasien agar mengurangi stress 12. Nilai kepercayaan Pasien dan keluarga selalu berdoa dan keluarga juga selalu mendampinginya, keluarga percaya tuhan, pasti ada hikmahnya dibalik semua ini. DATA PENUNJANG Tgl Periksa : 28-6-15 09:33 No. Lab : 15026258 ID Pasien : ADM115061800 Pasien : YAHNI Status : BPJS PBI Pemeriksaan Hasil Umur : 47 th JK : Female Satuan HEMATOLOGI PAKET DARAH LENGKAP 29 Bangsal/poli : Bangsal Stroke Dokter : dr. Devianta Tgl lapor : 28-6-15 10:31 Tgl cetak : 28-6-15 10:31 Nilai rujukan Metode Hemoglobin 12,8 9/dl 11.5-16.5 SLS Leukosit 6,9 10˄3/ul 4.00-11.00 Hidri Dynamic Eritrosit 5,5 10^6/ul 3.80-5.80 Hidro Jumlah sel darah Dynamic Hematokrit 37,9 % 37.0-47.0 Calculated Angka 293 10^3/ul 150-450 Hidro trombosit Dynamic DIFF COUNT PERSENTASE Eosinofil 2 % 1-6 Lasfer Fc Barofil 1 % 0-1 Lasfer Fc Netrofil segmen 54 % 40-75 Lasfer Fc Limforit 37 % 20-45 Lasfer Fc Monosit 6 % 2-10 Lasfer Fc RDW-CV H 17,3 % 11.7-14.4 Scatered Light RDW-So 43,0 Fl 36.4-46.3 Scatered Light D-CCR 26,7 % 9.3-27.9 Scatered Light MCV IC 69,5 Fe 76.96 Calculated MCH C 23,5 P9I 27,5-32,0 Calculated MCHC 33,8 9/dl 30,0-35,0 Calculated H 143 Mg/dl 70-140 Hexokinase Natrium 139 Meg/l 136-146 Kalium 370 Meg/l 3.50-5.10 DIAMETER SEL/SIZE CACCULATED KIMIA KLINIK Gula Darah Sewaktu Paket Elektrolit 30 ISE Klorida 106 Mmol/l 98.0-106.0 ISE Ureum 17,6 Mg/dl 16,6-48,5 Kiwetic urease Kreatinin 0,57 Mg/dl 0,51-0,95 Enzymatic Asam Urat 4,50 Mg/dl 3.00-6.50 Uvic case Cholesterol H 258 Mg/dl <200 Egymatic ct Triqliserida 10,9 Mg/dl <200 SDO SGOT 19,7 u/l <32 IFCC SGOT 17,3 u/l <32 IFCC FUNGSI GINJAL Profile lemak FUNGSI HATI Terapi obat inf Asering 20 tpm inj piracetam 1 gr. 3x 1 Citicoline 500mg 3x 500 Ranitidin 2x1 Valsartan 160mg 1-0-0 Amlodipine 5mg 0-0-1 Simvas tatin 10mg 0-0-1 Ct scan = ICH ganglia basalis sinistra 31 ANALISIS DATA No Data Fokus Kemungkinan Penyebab Masalah Keperawatan 1 Ds : Pasien mengangguk Stroke Hemaragik saat ditanya pusing Gangguan perfusi serebral Do : - Pasien mngalami Tekanan Sistemik penurunan kesadaran - Tekakan darah Pendarahan 179/96 mmhg Arachnoid/ventrikal Pasien mengalami kesulitan PTIK/Herniaris serebral berbicara dengan bibir - Pasien mengalami Suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat penurunan ketajaman penglihatan - Hasil CT – scan ICH ganglia basalis sinistra 2 GSC = E4 M6V2 Ds : - Stroke Hemoragik Do : Gangguan mobilitas fisik - Pasien 32 mengalami Tekanan Sistemik kelemahan pada ekstrimitas kanan - Hanya bisa Pendarahan Arachnoid/ventrikel beraktifitas ditempat tidur - Kemampuan Hematama serebral pergerakan sendi terbatas - Vasopasme arteri - Kekuatan otot - 0 5 3 5 serebral/saraf serebral Iskemik/infark Defisit neurologi Hemister kiri Hemiparase/plegi kanan 3 Ds : - Stroke Hemoragik 33 Defisit Do : perawatan diri - Pasien tampak Peningkatan Tekanan lemah - Sistemik Pasien tampak mengalami penurunan Pendarahan kesadaran - Pasien tidak Arachnoid/ventrikel dapat melakukan personal hygiene sendiri karena Hematama serebral mengalami kelemahan anggota gerak - seluruh aktifitas Vasoparhe anteri serebral/saraf serebral pasien dibantu perawat Iskemik/infark Defisit neurologi Hemistes kiri hemiparase/plegi kanan DIAGNOSA KEPERWATAN 1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat 34 2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler 3. Defisit perawatan diri b/d imobilitas fisik RENCANA KEPERAWATAN No Tujuan pp 1 30 Juni 2015 Jam No Rencana px tindakan I Rasional 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui 15.00 WIB setelah kesadaran keadaan dilakukan tindakan pasien umum pasien keperawatan 2 x 24 08.00 2. Monitor jam diharapkan TTV pasien refusi jaringan otak 3. Posisikan batas normal menunjukan klien perbaikan dengan KH Supinasi kondisi - 09.00 3. Mengurangi adanya terjadinya Tingkat tanda-tanda PTIK kesadaran PTIK 4. Mengetahui membaik 5. Berikan keadaan batas normal - 4. Monitor TTV dalam Rengga 2. TTV dalam dapat efektif kembali - TTD Tidak ada obat sesuai umum pasien tanda-tanda dengan PTIK advis digunakan dokter untuk 5. Dapat mencegah pendarahan serta memperbaiki aliran darah serebral 2 30 Juni 2015 jam 15.00 WIB setelah II 1. Monitor TTV 35 1. TTV menunjukan Rengga dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 2. Kaji 09.00 kemampua perubahan kondisi jam diharapkan n pasien pasien tidak dalam kemampuan mengalami gangguan Mobilisasi mobilisasi mobilitas fisik 09.00 3. Kaji dengan KH - kekuatan otot pasien Nilai 4. Latih kekuatan - otot rentang meningkat gerak rom 5. Ubah posisi Dapat klien menggeraka 2. Mengetahui pasien 3. Mengetahui kekuatan otot pasien 4. Melatih pergerakan otot agar tidak kaku 5. Mencegah n kekakuan Ekstremitar tangan kanan dan kaki kanan 3 30 Juni 2015 jam III 1. Kaji 1. Melihat 15.00 WIB setelah kemampua kemampuan dilakukan tindakan n klien klien dalam keperawatan 2 x 24 dalam perawatan diri jam diharapkan perawatan kebutuhan perawatan diri diri pasien terpenuhi dengan KH - - 2. Bantu klien 2. Membantu memenuhi kebutuhan dalam personal Klien bersih personal hygie klien rapi dan hygie tidak bau 3. Rapihkan 3. Menjaga kerapiahn Dapat tempat melakukan tidur klien 4. Mengajarkan personal jika kotor / keluarga 36 klien Rengga hygiene sendiri berantakan 4. Libatkan melakukan perwatan diri keluarga ketika dalam dirumah melakukan perawatan diri pasien 37 CATATAN KEPERAWATAN N Hari/tgl/ja N o m o pp 1 Tindakan Respon / hasil TTD px 1 Juli I - Mengkaji Ds : - Rengg 2016 tingkat Do : Tingkat 07. 30 kesadaran kesadaran pasien pasien Komposmentis GCS : E4 M6 V5 Ds : - Memonitor TTV Do : TD = 163/92 mmhg Pasien N = 64 x / menit RR = 24 x / menit S = 362 0C - Memposisikan klien supinasi Ds : Do : pasien dalam - Inj. piracetam - 1gr - posisi supinasi Obat masuk Memonitor adanya tanda- Ds : - tanda PTIK Do : Pasien mengalami penurunan kesadaran 38 a - Pasien mengalami kesulitan bicara - Kelemahan ekstremitas tangan kanan 2 1 Juli II - Memonitor TIV 2016 Ds : - Rengg Do : Pasien - 07.30 Mengkaji mengalami kemampuan kelemahan pasien dalam ekstreminitas tangan mobilisasi kanan - - - a Aktivitas Mengkaji hanya kekuatan otot ditempat pasien tidur Melatih gerak Ds : - rom Do : Kekuatan otot 0 5 3 - 5 Mengubah posisi klien Ds : Do : Ekstremitas tangan kanan mengalami kelemahan Ds : Do : Pasien posisi supinasi pada tepi bed 3 1 Juli III - Mengkaji 39 Ds : - Rengg 2016 kemampuan Do : Pasien tampak 07.30 klien dalam lemah WIB perawatan diri - Pasien mengalami penurunan kesadaran - Pasien tidak dapat melakukan PH - Membantu klien dalam personal Ds : - hygiene Do : Pasien tampak bersih dan rajin - Merapikan tempat tidur Ds : Do : Tempat tidur tampak rapih dan bersih 40 a CATATAN PERKEMBANGAN No 1 Hari/tgl/jam Perkembangan Rabu 1 Juli S= 2015 O= Jam 09.30 TTD Rengga - Tingkat kesadaran compasmetis - GCS = E4 M6 V5 - TD = 164/100 N = 60 RR = 15 S = 366 A = Masalah teratasi sebagian P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 2 Rabu 1 Juli S=- 2015 O= - Jam 09.30 Rengga Pasien mengalami kelemahan ekstremitas tangan sebelah kanan - Gerakan terbatas, hanya tidur ditempat tidur - Kekuatan otot 0 - 5 3 5 A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 3 Rabu 1 Juli S= Rengga 2015 O = Pasien tampak lemah, mengalami Jam 09.30 penurunan kesadaran, tidak melakukan PH sendiri. Seluruh aktivitas bergantung pada perawat. Lemah ekstremitas kanan 41 A = Masalah belum teratasi P = Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013) Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya. (Adib, M, 2009) Stroke hemoragik ada dua jenis yaitu: a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak. b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak). (Nurarif & kusuma,2013) B. SARAN Untuk para pembaca disarankan menjaga kesehatan dengan pola hidup yang sehat, rutin memeriksakan tekanan darah, rajin berolahraga untuk menghindari terjadinya serangan stroke. 42 DAFTAR PUSTAKA Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka Pustaka. Batticaca, F. B. 2008. Asuan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. NANDA International. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional Jilid 2. Yogyakarta: Media Action Publishing. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Interna Publishing. Sylvia, A. Price &Lorraine, M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC. Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. 2014. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. 43 LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG UNIT STROKE RSU TIDAR KOTA MAGELANG Di Susun oleh: Rengga Dwi Syahputra 0131757 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 44 KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y dengan Stroke Hemoragik di ruang Unit Stroke RSU Tidar Kota Magelang” ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari isi makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun.Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Magelang, Mei 2015 Penulis 45 ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Tujuan ............................................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 3 BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................... 21 BAB IV PENUTUP .................................................................................... 42 A. Kesimpulan...................................................................................... 42 B. Saran ................................................................................................ 42 DAFTAR PUSTAKA iii 46