FOCUS GROUP DISCUSSION ASCARIASIS Disusun oleh : Kelompok 3 1. Atonius Priambodo Budiono (19710001) 2. Dwi Oktavina Aerlambang .S (19710039) 3. Ainun Fajariah (19710047) 4. Arum Puspita Sari (19710048) 5. Arief Rianraharjo (19710052) 6. Yona Galih Kurniawan (19710055) 7. Nindya Ayu Rahmadian (19710063) DOSEN PEMBIMBING : dr. Ayu Cahyani N., MKKK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2020 i KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya sehingga makalah FGD IKM ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pemimbing kami dr. Ayu Cahyani yang telah membimbing kami dan pihak yg telah ikut memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya . FGD IKM dibuat agar para calon dokter muda dapat memecahkan masalah dalam dunia kesehatan secara holistik dimana FGD ini merupakan salah satu cara memadukan berbagai disiplin Ilmu IKM untuk memecahkan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Tim Penyusun FGD telah bekerja dengan maksimal, namun masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan makalah ini, antara lain karena kurangnya referensi dan pengalaman kami dalam kegiatan FGD yang pertama kami lakukan ini. Kami ucapkan terimakasih atas bantuan dan saran yang telah diberikan hingga tersusunnya makalah ini. Saran perbaikan sangat kami harapkan. Surabaya, Agustus 2020 Tim Penyusun ii DAFTAR ISI COVER JUDUL ................................................................................................................ i KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 2 C.Tujuan .................................................................................................................... 2 BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 3 A. Analisis.................................................................................................................. 3 B. Pembahasan ........................................................................................................... 9 BAB III RENCANA PROGRAM .................................................................................. 13 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 14 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi cacing usus (Ascariasis) yang disebabkan oleh Ascaris lumbricoides merupakan parasit yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, terutama banyak ditemukan pada daerah tropik dengan suhu optimal 23 C - 30 C (Tan HT & Kirana Rahardja, 2008). Ascariasis dapat menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia di seluruh dunia (Haryanti E,1993). Di Indonesia, prevalensi Ascariasis ternyata masih cukup tinggi dimana diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Hal ini disebabkan karena kesadaran anak-anak akan kebersihan dan kesehatan masih rendah (Tan HT & Kirana Rahardja, 2008). Di Jakarta, pernah terdeteksi sekitar 49,5% dari 3.160 siswa di 13 Sekolah Dasar (SD) yang menderita cacingan. Siswa perempuan memiliki prevalensi lebih tinggi, yaitu 51,5% dibandingkan dengan siswa laki-laki yang hanya 48,5%. Sebagian diantara mereka yang terinfeksi cacing ini hidup pada wilayah kumuh, dengan jenis penularan baik melalui makanan atau langsung berhubungan dengan tanah yang banyak mengandung vektor cacing. Oleh karena itu, siswa yang terinfeksi akan kekurangan kadar haemoglobin dan akan berdampak terhadap kemampuan tubuh membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh, termasuk ke otak (AchmadSujudi, 2001). Sekitar 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein setiap hari. Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak dapat mengakibatkan malnutrisi (Tantular K, 1980). Selain menyerang anak-anak, ternyata cacingan dapat juga menyerang orang tua atau golongan dewasa berusia di atas 20 tahun. Ascaris lumbricoides tidak dapat dibedakan dengan Ascaris suum secara morfologi, walaupun terdapat perbedaan pada gambaran biologinya. Pada dasarnya, Ascaris suum tidak dapat menginfeksi manusia dan sebaliknya telur Ascaris lumbricoides tidak dapat menginfeksi babi (Johnstone, 2000). Pengobatan penyakit cacing harus selalu didasarkan atas diagnosa jenis parasit. Banyak antel mintika dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak mematikannya. Oleh karena itu, untuk mencegah parasit menjadi aktif lagi atau sisa-sisa cacing yang mati menimbulkan reaksi alergi, maka dapat diberikan obat cacing golongan sintetis seperti laksans garam, minyak kastor, piperazin, mebendazol, niklosamid dan praziquantel. Selain itu, dapat juga diberikan obat 1 herbal. Obat sintetis mempunyai kerugian yaitu mahal dan efek sampingnya banyak sedangkan obat herbal lebih murah, mudah didapat, toksisitasnya rendah dan efek sampingnya sedikit (Silvia N, 1997). B. Rumusan Masalah Apa yang dilakukan untuk mencegah penularan Ascariasis pada masyarakat desa tersebut? C. Tujuan Belajar 1. Tujuan Umum Upaya untuk mencegah penularan ascariasis pada masyarakat desa. 2. Tujuan Khusus a. Penyakit Ascariasis b. Mata rantai penularan penyakit Ascariasis c. Cara Penularan Ascariasis d. Cara mematahkan rantai penularan Ascariasis (Mencegah penularan Ascariasi) e. Hubungan antara sanitasi dasar dengan Ascariasis f. Faktor-faktor perilaku personal hygine g. Upaya-upaya pergerakkan masyaraktan dalam pemberantasan Ascariasis h. Menyusun perencanaan program untuk penanggulangan dan pencegahan ascariasi 2 BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Skenario 2 ASCARIASIS 1. Skenario Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih terletak dan melayani anak-anak di desa Asih di wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa FK UWKS menghasilkan data bahwa 25% siswa di sekolah tersebut positif telur. Ascaris lumbricoides pada feces-nya. Survai pada masyarakat desa tersebut menunjukkan bahwa 72% kepala keluarga (KK) telah memiliki fasilitas penyediaan air bersih (sumur) yang umumnya sudah cukup memenuhi syarat. Tempat penyimpanan sampah baru dimiliki oleh 63% KK, itupun sebagian besar tidak dilengkapi dengan tutup, atau tutup yang tersedia tidak difungsikan dengan baik.Membuang air besar di tempat terbuka (open defecation/OD) sudah menjadi kebiasaan dari sebagian masyarakat, karena baru 61% KK yang memiliki jamban keluarga (kaskus). Sebagian besar masyarakat, bekerja sebagai petani atau buruh tani, sebagian lainnya sebagai wiraswasta atau karyawan di perusahaan yang adadi desa tetangga . Hanya sedikit yang bekerja di lembaga formal seperti instansi pemerintah. Tingkat pendidikan masyarakat (KK) sebagian besar tamat Sekolah Dasar atau Sekolah Lanjut Pertama. Sedikit yang menyelesaikan Sekolah Lanjut Atas Perguruan Tinggi. Perhatian Puskesmas Bandara terhadap Usaha Kesehatan Sekolah cukup baik khususnya terhadap pemeriksaan mata dan gigi. Sekolah membebaskan murid-murid membeli makanan yang dijajakan pedagang kaki lima yang berjualan di depan sekolah. Kader kesehatan juga sudah cukup jumlahnya. Mahasiswa FK UWKS tersebut ingin menyelesaikan penelitiannya agar dapat memberi sumbangan pemikiran dalam memecahkan masalah penyakit kecacingan tersebut. Bantulah mereka. Dari skenario diatas didapatkan : a. Person Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih. b. Place Sekolah Dasar Negeri (SDN) Asih, wilayah Kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana. c. Time Sejak tiga bulan yang lalu. 3 2. Learning Objective 1. Penyakit Ascariasis Ascaris lumbricoides adalah cacing yang pertama kali di identifikasi dan diklasifikasi oleh Linnaeus melalui observasi dan studinya antara tahun 1730-1750an. Dari hasil observasinya, Linnaeus pergi ke beberapa tempat di dunia untuk mengonfirmasi wilayah penyebaran parasit tersebut. Linnaeus diberi kesempatan untuk menamai parasit tersebut. Penyebab utama dari kebanyakan infeksi oleh parasit ini adalah penggunaan kotoran manusia untuk menyuburkan tanah lahan pertanian atau perkebunan dimana tanah tersebut digunakan untuk menumbuhkan tanaman sebagai bahan makanan. Cacing dewasa hidup di dalam usus besar dan telur yang dihasilkan betinanya terbawa oleh material feses. Pada material tersebut larva cacing dalam telur berkembang mencapai stadium infektif di dalam tanah. Makanan yang berasal dari areal agrikultur dimana tanahnya telah terkontaminasi oleh feses yang berisi telur infektif, dapat mentransmisikan telur secara langsung ke manusia. Makanan yang terkontaminasi dengan telur infektif dimakan oleh manusia dan larva tersebut keluar dari telur di dalam usus. Ascaris lumbricoides adalah Nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan melalui tanah yang menyebabkan penyakit Ascariasis, cacing ini disebut juga dengan cacing gelang. Hospes atau inang dari Ascariasis adalah manusia. Diantara Nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths), Yang terdiri dari Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Strongyloides stercoralis (cacing benang), dan Hookworm (cacing tambang). Dampak cacing Soil Transmitted Helminths dapat berupa hanya gatal-gatal, anoreksia, lemah, lesu, daya konsentrasi berkurang, tidur terganggu hingga anemia. Anemia dan malnutrisi yang berat pada usia pertumbuhan akan dapat menyebabkan gangguan perkembangan mental dan fisik anak. (Jenny, 2018) 4 2. Mata rantai penularan penyakit Ascariasis 3. Cara penularan Ascariasis Siklus hidup Ascaris Lumbricoides adalah cacing ini keluar bersama dengan tinja penderita. Jika telur cacing dibuahi jatuh di tanah yang lembab dan suhunya optimal, telur akan berkembang menjadi telur yang infektif yang mengandung larva cacing. Untuk menjadi infektif diperlukan pematangan di tanah yang lembab dan teduh selama 20-24 hari dengan suhu optimum 30°C. Bentuk ini bila tertelan manusia akan menetas menjadi larva di usus halus, khusunya pada bagian usus halus bagian atas. Dinding telur akan pecah kemudian larva keluar, menembus dinding usus halus dan memasuki vena porta hati. Dengan aliran darah vena, larva beredar menuju dinding paru, lalu menembus dinding kapiler menembus masuk dalam alveoli, migrasi larva berlangsung selama 15 hari. Setelah melalui dinding alveoli masuk ke rongga alveolus, lalu naik ke trachea melalui bronchiolus dan bronchus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk dalam eosofagus menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya. (Elfred, 2016) 5 4. Cara mematahkan rantai penularan Ascariasis (Mencegah penularan Ascriasis) a. Menghindari mengonsumsi makanan yang disiapkan tanpa sanitasi atau kebersihan yang memadai. b. Menghindari air dan minuman lain yang diperoleh dari sumber-sumber yang terkontaminasi. c. Menghindari kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi dengan kotoran manusia. d. Mencuci dengan bersih sayuran. e. Mencuci tangan ketika selesai dari kamar mandi. 5. Hubungan antara sanitasi dasar dengan Ascariasis Kecacingan dapat berdampak negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena dapat menurunkan produktivitas yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas anak di masa yang akan datang. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kecacingan, antara lain kondisi iklim yang sesuai untuk pertumbuhannya, kondisi sanitasi lingkungan dan higiene perorangan yang buruk serta keadaan sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Kondisi sanitasi lingkungan sangat erat hubungannya dengan infestasi cacing pada anak sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sanitasi lingkungan yang tidak memadai dapat menjadi sumber penularan cacing pada tubuh manusia (Friscasari, 2011) 6. Faktor-faktor perilaku personal hygiene dan perilaku masyarakat (OD) dalam hubungannya dengan kejadian Ascariasis Menurut teori Soedarto, (2018) yang mengatakan Penularan ascariasis dapat terjadi melalui beberapa jalan, yaitu telur infektif masuk mulut bersama makanan dan minuman yang tercemar, melalui tangan yang kotor dan tercemar, atau telur terinfektif terhirup melalui udara bersama debu. Selain menjaga kebersihan pribadi, menjaga kebersihan lingkungan sekolah juga tidak kalah pentingnya. Lingkungan sekolah yang kotor dan tidak terawat akan memudahkan mikroorganisme penyebab penyakit mudah sekali tumbuh, seperti cacingan yang mudah sekali berkembang melalui sampah yang ada dilingkungan sekolah dan telur cacing dibawa oleh serangga seperti lalat dan kemudian hinggap ke makanan yang akan 6 dimakan oleh manusia. Untuk itu, perlunya bimbingan dari guru dan orang tua supaya anak selalu menerapkan perilaku yang bersih untuk mencegah cacingan. (Slamet, 2016) 7. Upaya-upaya penggerakan masyarakat dalam pemberantasan Ascariasis 1. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti : a. Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. b. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun. c. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik. 8. Menyusun perencanaan program untuk penanggulangan dan pencegahan Ascariasis 1. Kerjasama lintas sektoral untuk pemberdayaan masyarakat. 2. Mengadakan penyuluhan 3. Mengadakan kerja bakti untuk menutup tempat sampah 4. Mengadakan Arisan jamban. 7 Fish Bone MASUKAN Pengetahuan Kurang Sosial Ekonomi Rendah Pendidikan Rendah ASCARI ASIS Pengetahuan Jajan Murah Tenaga kebiasaan Dana Kurang Penyuluhan Jajan Sembarangan Tempat Sampah Terbuka Jamban Lokasi Kantin Sekolah Sosial Ekonomi LINGKUNGAN PROSES 8 Open Defication (OD) B. Pembahasan 1. PENJELASAN FISH BONE a. Kelompok Masukan (Input) 1. Pendidikan Rendah dan Pengetahuan Kurang Tingkat pendidikan masyarakat (KK) sebagian besar tamat Sekolah Dasar atau Sekolah Lanjutan Pertama. Sedikit yang menyelesaikan Sekolah Lanjutan Atas atau Perguruan Tinggi. 2. Sosial Ekonomi Rendah Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani atau buruh tani, sebagian lainnya sebagai wiraswasta atau karyawan di perusahaan yang ada di desa tetangga. Hanya sedikit yang bekerja di lembaga formal seperti instansi pemerintah. b. Kelompok Lingkungan (Environment) 1. Kebiasaan (open defication / OD) Meembuang air besar ditempat terbuka (open defication / OD) sudah menjadi kebiasaan dari sebagian masyarakat, karena baru 61% KK yang memiliki jamban keluarga (kakus). 2. Tempat Sampah Terbuka Tempat penyimpanan sampah baru dimiliki oleh 63% KK, itupun sebagai besar tidak dilengkapi dengan tutup, atau tutup yang tersedia tidak difungsikan dengan baik. c. Kelompok Proses (Process) 1. Kantin Sekolah Dengan adanya kantin di sekolah, murid-murid tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum siswa semata, namun juga dapat dijadikan sebagai wahana untuk mendidik siswa tentang 9 kesehatan, dan kebersihan serta memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar memilih makanan yang baik atau sehat, memberikan bantuan dalam mengajarkan ilmu gizi secara nyata, menghindari terbelinya makanan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebersihannya dan kesehatannya, membantu pertumbuhan dan kesehatan siswa dengan jalan menyediakan makanan yang sehat, bergizi, dan praktis 2.Penyuluhan Dengan dilaksanakannya peyuluhan maka akan membantu masyarakat dalam perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 10 Tabel scoring untuk menentukan Prioritas Masalah Masalah No Parameter Rendahnya Kerja sama antar lintas sektoral Kurangnya Penyuluhan Kurangnya penggunaan tutup tempat sampah 1 Prevalence 2 3 4 2 Severity 2 2 3 3 Rate % Increase 3 3 3 4 Degree of unmeet need 3 2 2 5 Social Benefit 3 3 3 6 Public Concern 4 3 4 7 Technical Feasibility Study 4 2 3 8 Resources Availlability 3 2 3 JUMLAH 24 20 25 RERATA 3,00 2,50 3,12 Urutan Prioritas Masalah : 1. Rendahnya Pengetahuan Tentang Penyakit Ascariasis 2. Kurangnya Kerjasama Antar Sektor ke Desa Sukamaju 3. Rendahnya Konseling. 11 2. Prioritas Pencegahan Masalah yang dipilih NO KEGIATAN M I V C P (M×I×V/C) 1. Kerjasama Lintas Sektor untuk Pemberdayaan 5 2 2 4 5 Masyarakat 2. Penyuluhan 5 4 3 3 20 3. Kerjabakti untuk Menutup Tempat Sampah 5 5 3 2 37,5 M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain). I : Implementasi, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan V : Valiability, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah C : Cost, biaya yang di perlukan untuk mengatasi masalah P : Hitunglah P (Prioritas kegiatan atau jalan keluar) dengan rumus pada kolom Hasil pada Table berikut 12 BAB III RENCANA PROGRAM Table Rencana Program Kerjabakti untuk Menutup Tempat Sampah No Kegiatan Sasaran Target Volume Kegiatan Rincian Kegiatan 1. Kerja bakti bersama, membena hi tempat sampah yang belum tertutup Masyarakat. Khususnya anak-anak Untuk membersihkan lingkungan dari berbagai sumber penyakit dengan cara menutup tempat sampah 1x dalam 1.memberikan 2 bulan arahan tempat dimana terdapat tempat sampah yang belum tertutup. 2.membuat tutup untuk tempat sampah tersebut. Lingkungan perumahan warga Panitia dan Awal masyarakat bulan September 2020 1. Dana 2. Peralatan Kebersihan (cangkul,sapu,ser okan) 3. Kayu, Bambu, Gergaji Kayu, Palu, Paku. Tempat penyimpanan sampah baru dimiliki oleh 63% KK,itupun sebagian besar tidak dilengkapi dengan tutup 2. Kerja bakti di sekolah Siswa Siswi Sekolah Dasar Tersebut Membersihkan lingkungan sekolah dan mengajarkan anak – anak untuk mejaga kebersihan lingkungan dan diri 1x dalam 2 bulan lingkungan sekolah dan Ruang kelas 1. Panitia Pelaksana 2. Guru 3. Siswa Siswi 1. Dana 2. Peralatan Kebersihan. 25% siswa di sekolah positif telur Ascaris lumbricoides 1. Membersihkan lingkungan sekolah besama. 2. Memberi Penyuluhan dan pengetahuan tentang kebersihan lingkungan dan diri Lokasi Kegiatan 13 Tenaga Pelaksana Jadwal Kegiatan Awal bulan September 2020 Kebutuhan Pelaksanaan Indikator BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengetahuan masyarakat desa Asih kecamatan Bandara, Kabupaten Cendana yang kurang terhadap penyakit cacingan mengakibatkan masih terjadinya penyakit ini terutama Ascariasis. Selain pengetahuan terdapat pengaruh dari berbagai fasilitas seperti kurangnya ketersediaaan tempat pembuangan sampah dan jamban di setiap kepala keluarga yang membuat masyarakat terbiasa membuang air besar di tempat terbuka (open defecation/OD) turut menjadi pemicu terjadinya penyakit ini. Upaya-upaya penggerakan yang dapat dilakukan masyarakat dalam pemberantasan Ascariasis ini dapat berdasarkan siklus hidup dan sifat telur cacing ini, maka upaya pencegahannya dapat dilakukan dengan Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik dan tepat guna, Hygiene keluarga dan hygiene pribadi seperti tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunkan sabun. Bagi yang mengkonsumsi sayuran segar (mentah) sebagai lalapan, hendaklah dicuci bersih dan disiram lagi dengan air hangat. Karena telur cacing Ascaris dapat hidup dalam tanah selama bertahun-tahun, pencegahan dan pemberantasan di daerah endemik. Program yang dapat digunakan dalam kasus ini untuk penanggulangan dan pencegahan Ascariasis yaitu dengan kerjasama lintas sektoral untuk pemberdayaan masyarakat, mengadakan penyuluhan, mengadakan kerja bakti untuk menutup tempat sampah mengadakan arisan jamban yang dapat mengatasi masalah yang terjadi di desa Asih kecamatan Bandara kabupaten Cendana. Saran 1. Kerja bakti untuk menutupi tempat sampah di lingkungan tempat tinggal. 2. Memberikan imunisasi sejak dini. 3. Tidak sembarangan buang air besar atau buang tinja. 4. Menghindari sayuran mentah. 5. Serta tidak mengkonsumsi air mentah. 14 Daftar Pustaka Soegijanto, Soegeng.2005.Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di Indonesia Jilid 4. Surabaya: Airlangga University Press Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2002.Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2.Jakarta :Percetakan Info Medika Jakarta Mardiana, Djaris mawati. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 7 No. 2 Agustus 2008. Prevalensi Cacing Usus Pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpada Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh Di Wilayah DKIJakarta. Prof. Dr. Srisasi Gandahusada, Parasitologi Kedokteran, Edisi Ketiga, 2004,Jakarta, Balai Penerbit FKUI. Jenny Ria., Erdiana Gultom. 2018. Analisa Telur Cacing Ascaris Lumbricoides pada Faeces Anak Usia 4-6 Tahun di TK Nurul Hasanah Walbarokah Tahun 2018. Jurnal Analisis Laboratorium Medik. Volume 3 No. 21. Elfred,. Heny Arwati. 2016. Gambaran Basofil, TNF-α, dan IL-9 Pada Petani Terinfeksi STH di kabupaten Kediri. Jurnal Biosains Pascasarjana. Volume 18. Friscasari Kundaian. 2011. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing pada Murid Sekolah Dasar di Desa Teling Kecamatan Tombariri Kabupaten Minahasa. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Slamet Afriyadi., Miko Eka Putri. 2016. Hubungan Personal Hygine dan Perilaku Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah dengan Kejadian Ascariasis di SDN 04 Arab Melayu Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim. Volume 5 No. 1. 15