LUKA BATIN DARI ORANG TUA (1) Hati Allah sebagai Bapa Oleh John Dawson Pengantar Apakah Saudara pernah ingin tahu apa yang Allah pikir tentang Saudara? Apakah sulit bagi Saudara untuk percaya bahwa Dia sangat mengasihi Saudara seperti yang dikatakanNya di dalam Kitab Suci? Kadang-kadang sepertinya Dia sangat jauh, Apakah Saudara sungguh-sungguh mengenal Dia? Saudara telah mendengar perintahNya, tetapi apakah Saudara mengenal perasaanNya dan sifatNya? Kitab Suci mengatakan bahwa Allah adalah Bapa kita. Apakah yang Saudara pikirkan ketika Saudara mendengar kata “bapak”? Allah menyatakan diriNya sebagai seorang Bapa yang lemah lembut, penuh pengampunan, secara intim terlibat dalam setiap bagian bahkan bagian yang terkecil di dalam hidup kita. Kenyataan ini bukan hanya sebuah gambaran yang indah tetapi juga benar. Allah menciptakan keluarga dengan maksud agar keluarga menjadi tempat dimana kasihNya dinyatakan kepada orang tua maupun anak. Sebagai orang tua, kita mulai untuk sungguh-sungguh mengerti hati Allah bagi kita sebagai anak-anakNya. Dan sebagai anak-anak, Tuhan menghendaki bagi kita untuk melihat kasih Allah yang ditunjukkan melalui kelembutan, belas kasih dan disiplin orang tua. Bagaimana jika orang tua Saudara gagal dalam perannya sebagai orangtua, sangat banyak orang yang menderita dan ditolak oleh orang tua sehingga sulit bagi mereka mengenal Allah sebagaimana adanya Dia. Pengalaman setiap orang memberi cara pandang yang berbeda tentang siapakah Allah itu, tanpa sadar mereka cenderung mengaitkan perasaan dan kesan yang mereka miliki dengan bapak mereka di bumi dengan konsep mereka tentang Bapa Surgawi. Sangat penting untuk mengerti sifat Allah jika kita mau mengasihi Dia, melayani Dia dan menjadi serupa dengan Dia. Saya ingin berbicara dengan Saudara tentang enam bidang yang berbeda tentang kesalahpahaman yang berhubungan dengan Allah dan kasihNya bagi kita. Untuk memahami kasih Allah terlebih dahulu kita memahami sifat-sifat Bapak dan Ibu kita. Lalu Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah, diciptakannya mereka, laki-laki dan perempuan. (Kejadian 1:27). Cobalah renungkan masa lalu Saudara jika hubungan Saudara dengan Allah dihalangi karena kegagalan atau ketiadaan perhatian yang penuh kasih dari salah seorang atau kedua orang tua Saudara. 1. Bagaimana orang tua kita bisa mempengaruhi konsep kita tentang kasih Allah? I. Wewenang Orang Tua Pengalaman masa lalu kita mempengaruhi respon kita ketika Allah menjangkau kita. Seorang nabi yang menangis bernama Hosea mendengar suara Allah berkata, Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu. Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapanKu; mereka mempersembahkan korban kepada para dewi, dan membakar korban kepada patung-patung. Padahal Akulah yang mengajar Efraim berjalan dengan mengangkat tangan mereka, tetapi mereka tidak menyadari bahwa Aku menyembuhkan mereka. Aku menarik mereka dengan tali kesetiaan, dengan ikatan kasih. Bagi mereka Aku seperti orang yang mengangkat kuk dari tulang rahang mereka; Aku membungkuk kepada mereka untuk memberi mereka makan@ (Hosea 11:1-4). Kekuasaan Allah tidak kasar dan bersifat membalas dendam, tetapi sebaliknya, kelembutanNya yang tidak terkatakan dan Dia panjang sabar. Suatu hari, saya memarahi dan menampar anak saya, hanya karena hal sepele. Tiba-tiba saya merasa bahwa saya telah mendukakan Roh Suci. Saya ingat pernyataan Kitab Suci bahwa Allah lambat untuk marah dan suka memberi belas kasih. Saya merangkulnya dan meminta dia mengampuni saya. Sebagai orang tua kita harus menegur, mendisiplin anak-anak karena kita mengasihi mereka, bukan karena kita sedang melampiaskan rasa frustrasi kita saat itu. Besar kemungkinan generasi yang terluka akan melukai generasi baru seperti mereka yang telah dilukai. Siapa yang menjadi ayah bagi anak-anak manusia? Lengan siapa yang cukup besar untuk semua anak-anak sebatang kara di dunia? Siapa yang menangis karena penderitaan kita? Siapa yang akan menghibur kita di dalam kesendirian kita? HANYA ALLAH, yaitu, BAPA YANG HANCUR HATI yang ditolak oleh orang yang Dia ingin pulihkan. Masalahnya, kita mengundurkan diri dari Dia karena kita berpikir bahwa Dia sama seperti orang tua atau penguasa lain di dalam hidup kita. Tetapi Dia tidak seperti itu. Dialah kasih yang sempurna. Dialah Allah yang memberikan perintah ini kepada orang tua “ Dan kamu bapak-bapak, janganlah membangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan” (Efesus 6:4) 2. Apakah akibatnya tentang konsep kita terhadap kasih Allah, jika orang tua kita atau penguasa lain keras kepada kita ketika kita masih kecil? 3. Apakah orang tua Saudara keras atau lembut kepada Saudara? II. Kesetiaan Orang Tua Sebagai seorang anak, mungkin Saudara mengalami ketiadaan seorang ayah karena kematian atau perceraian? Saudara merasa terlupakan dan sendirian? Atau Orang tua saudara tidak tepati janji. Pandanglah mataNya dan lihatlah kasihNya kepada Saudara. Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau....Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. (Ibrani 13:5 & Matius 28:20) Walaupun orang tua Saudara gagal dalam hal ini, Saudara adalah dan selalu adalah anak Allah, diciptakan menurut gambarNya. Sekarang Dia memanggil nama Saudara sementara Saudara meragukan kesetianNya. Apakah yang menghalangi Saudara untuk menyambut uluran tangan kasihNya? Mungkin Saudara berkata kepada saya: Tetapi jika Dia sangat mengasihi saya, mengapa saya tidak merasakan kehadiranNya? Bukan Allah yang melalaikan Saudara, tetapi saya dan orang yang mengenal kasihNya terlalu sering lalai untuk menjadi suaraNya dan tanganNya kepada mereka yang belum mengenal Dia. Sebagian orang mengenal Allah di dalam kasihNya, kebanyakan dari kita tidak merasakan kasihNya dan mengalami kesetiaanNya. Lihatlah Allah yang penuh kasih di dalam Isa Almasih masih berdiri dengan tangan terbuka dan berkata, “Aku datang supaya kamu mempunyai hidup dan mempunyainya di dalam segala kelimpahan. (Yahya 10:10)”. “Bahkan jika kita terlalu lemah untuk memiliki iman, Dia tetap setia kepada kita yang adalah bagian dari diriNya, dan akan selalu mengingat janjiNya kepada kita .@ (II Timotius 2:13)” 4. Terlalu sering orang tua tidak setia menjalankan tugasnya sebagai orang tua. Mereka mengabaikan tanggung jawab ini dan mengingkari janji-janji mereka kepada anaknya. Jelaskanlah dampak dari kenyataan ini terhadap konsep kesetiaan Allah Bapa Surgawi. 5. Apakah orang tua Saudara setia menjalankan tugasnya sebagai orang tua atau mengabaikan tanggung jawab ini? Bacalah artikel ini dan bahaslah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan teman dan/atau keluarga anda: Kalau bahan kami membantu anda, dan jika anda mempunyai pertanyaan serta beban yang mau didoakan, atau anda ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi kami (klik di sini): Email: [email protected] Situs: http://siratulmustaqim.org/ Hp 082147091350 Facebook: www.facebook.com/Siratulmustaqim.org Twitter: siratulmustaqi1