PERBANDINGAN PENERAPAN PROSEDUR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROSES INSTALASI WIDE AREA NETWORK (WAN) PADA PERUSAHAAN PENYEDIA LAYANAN INTERNET DENGAN PRAKTIKUM SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN DI KOTA MALANG PROPOSAL TESIS Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Seminar Usulan Proposal Tesis OLEH URNIKA MUDHIFATUL JANNAH NIM.140551807015 UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEJURUAN MARET 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan menengah kejuruan merupaka pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk mampu bekerja dalam bidang tertentu, mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri pada peluang kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajarinya. Secara khusus dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tujuan: (1) menyiapkan siswa agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industry sebagai tenaga kerja tingkat menengahsesuai dengan bidang kehlian yang dipelajarinya; (2) menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (3) membekali siswa dengan ilmu pengertahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; (4) membekali siswa dengan kompetensikompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya (Depdiknas, 2004) Bidaang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan merupakan salah satu bidang keahlian yang dikembangkan pada sekolah kejuruan di Indonesia. Secara khusus, tujuan pendidikan Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan adalah: (1) membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan; (2) mendidik siswa agar mampu berkarir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap professional dalam Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan. Memperhatikan penjelasan pada tujuan pendidikan Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan tersebut di atas, maka dapat dipastika siswa SMK Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan, kelak bidang pekerjaannya akan selalu berhubungan langsung dengan peralatan elektronik, mesin-mesin komputerisasi, dan bahan-bahan lain yang memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan, dan timbulnya gangguan kesehatan pada diri pekerjanya. Pesatnya perkembangan industri telekomunikasi dan informasi di dunia pada umumnya, dan di Indonesia khususnya, ternyata tidak diikuti dengan peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam menangani pekerjaan secara aman dan sehat. Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam lingkup industri telekomunikasi dan informasi di Indonesia, ternyata merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Tingginya angka kecelakaan kerja baik yang mengakibatkan cacat fisik, kerugian material, hingga resiko meninggal dunia masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara lainnya. Tingginya angka kecelakaan kerja ini, memiliki kecendurungan terus meningkat, dengan presepsi yang menganggap bahwa untuk pekerjaan di bidang telekomunikasi dan informasi tidak memiliki resiko tinggi jika dibandingkan dengan bidang jasa konstruksi, otomotif dan kelistrikan. Hasil penelitian ILO yang berjudul “Global Estimates Fatalities in 2012” memperlihatkan bahwa kecelakaan kerja menjadi salah satu indikator pembunuh nomor satu para pekerja usia produktif (15-45 tahun) di dunia, mengalahkan penyakit jantung koroner dan kanker. Di Indonesia sendiri, setidaknya ada sekitar 22.946 kecelakaan per tahun yang dialami pekerja bidang telekomunikasi dan informasi. Jika hal ini tidak diantisipasi, maka Indonesia akan berpeluang kehilangan pekerja produktifnya sampai akhir tahun 2020. (Kompas Cyber Media Nasional : 19 Mei 2005). Dari hasil penelitian yang dilakukan Santoso (2014); 80-85% kecelakaa kerja disebabkan oleh faktor manusia. Unsur-unsur yang menyebabkan antara lain: (1) ketidakseimbangan kemampuan fisik tenaga kerja; (2) ketidakseimbangan kemampuan psikologis tenaga kerja; (3) kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang bidang pekerjannya; (4) kurangnya keterampilan tenaga kerja; (5) stress mental dan stress fisik; dan (6) motivasi kerja yang menurun. Berkaitan dengan kondisi K3 yang ada di dunia industri telekomunikasi dan informasi, secara tidak langsung berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan di SMK khusunya di Bidang Keahlian Tenik Komputer dan Jaringan, karena dunia industri merupakan salah satu lingkungan belajar siswa SMK. Di SMK pembelajaran praktik merupakan mata diklat yang diajarkan pada siswa secara khusus, dan dimasukkan sebagi mata diklat pada kelompok produktif. Proses pembelajaran ini dilaksanakan sejak awal siswa tingkat I samapi tingkat III. Kegiatan pembvelajarannya dilaksankan di dus tempat yaitu lingkungan internal (ruang kelas, laboratorium, workshop) dan di lingkungan eksternal (tempat kerja/ industri dan di pusat pelatihan. Seperti halnya para pekerja lapangan yang memiliki resiko kecelakaan kerja, maka resiko serupa juga mungkin terjadi saat proses pembelajaran siswa di laboratorium dan workshop yang ada di sekolah. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan cedera fatal berupa cacat fisik hingga resiko kematian yang dapat menimpa siswa maupun guru praktik (instruktur). Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan guru pembimbing dan siswa dalam menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, pada kegiatan praktik istalasi jaringan di laboratorium atau di luar lingkungan sekolah sangat diperlukan. Selain itu, pengetahuan dan keterampilan tentang K3 yang dterapkan sejak dini di bangku sekolah diharapkan dapat menumbuhkan sikap pada pribadi siswa untuk benar-benar peduli terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan di mana dia akan bekerja kelak. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa perusahaan atau industri telekomunikasi dan informasi yang saat ini beroperasi masih banyak yang belum melakukan prosedur K3 pada saat proses instalasi wide area network (WAN) yang memiliki resiko tinggi. Meski begitu, di beberpa perusahaan yang telah menerapkan ISO manajemen proses instalasi wide area network (WAN) telah menerapkan prosedur K3 secara tepat. Produktivitas tenaga kerja akan meningkat selain karena program keselamatan dan kesehatan kerja juga ditentukan oleh sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (MK3). Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari sistem manajemen sebuah perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembanga, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sebuah kajian dengan judul Total Project Management (ECI, 1995), menyebutkan bahwa keselatan dan kesehatan kerja perlu diintegrasikan dalam proyek instalasi jaringan, mulai dari konsepsi sampe pekerjaan selesai dilakukan. Ditunjukkan sealnjutnya, bahwa kegiatan penilaian tentang keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja dimulai dari tahap perencanaan proyek (project plan), kontrak, evaluasi, implementasi, sampai perawatan (maintenance) (Hadiguna, 2009). Pengetahuan dan keterampilan mengenai prosedur K3 yang benar merupakan salah satu prasyarat yang harus mampu dikuasai oleh seorang siswa dalam menguasai kompetensi-kompetensi yang dipelajari. Akan tetapi, pengetahuan dan keterampilan para pekerja yang berhubungan langsung dengan peralatan telekomunikasi dan informasi juga tidak kalah pentingnya. Untuk itulah perlu dilakukan studi perbandingan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan siswa dalam proses praktikum serta penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan penyedia layanan internet dalam proses instalasi wide area network (WAN). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dibuat rumusan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan perusahaan penyedia layanan internet di Kota Malang? 2. Bagaimana prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses praktikum instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan siswa SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan di Kota Malang? 3. Bagaimanakah kelengkapan sarana keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di laboratorium SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan di Kota Malang? 4. Apa saja perbedaan prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan oleh pekerja di perusahaan penyedia layanan internet dan proses praktikum yang dilakuakan siswa SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masaalah yang tersebut di atas, maka dapat dibuat tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan perusahaan penyedia layanan internet di Kota Malang. 2. Mengetahui prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses praktikum instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan siswa SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan di Kota Malang. 3. Mengetahui kelengkapan sarana keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di laboratorium SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan di Kota Malang. 4. Membuat perbandingan prosedur pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada proses instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan oleh pekerja di perusahaan penyedia layanan internet dan proses praktikum yang dilakuakan siswa SMK Bidang Teknik Komputer dan Jaringan. D. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan Swasta dengan status Disamakan di wilayah Kota Malang, serta perusahaan penyedia layanan internet yang beroperasi di wilayah Malang. Sedangkan subjek penelitian digunakan adalah: 1. Pekerja produktif dan teknisi pada perusahaan penyedia layanan internet di Kota Malang, dengan asumsi bahwa pekerja tersebut telah melakukan proses instalasi jaringan wide area network (WAN) sekurang-kurangnya 5 kali proses. 2. Siswa kelas XII Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di Kota Malang, dengan asumsi bahwa siswa tingkat akhir SMK telah mendapatkan pembelajaran praktik kerja di laboratorium sekolah dan telah melaksanakan praktek kerja industri. 3. Perlengkapan atau peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang digunakan di laboratorium sekolah Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan dan perlengkapan yang digunakan pekerja atau teknisi di perusahaan penyedia layanan internet, dengan asumsi bahwa semua laboratorium sekolah yang diteliti telah dilengkapi dengan perlengkapan dan peralatan K3. Variabel yang diteliti meliputi: (1) prosedur pelaksanaan K3 pada proses instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan perusahaan penyedia layanan internet; (2) prosedur pelaksanaan K3 pada proses praktikum instalasi wide area network (WAN) yang dilakukan siswa; (3) perlengkapan dan peralatan K3 yang digunakan di sekolah. E. Definisi Operasional Berdasarkan dengan masalah dan variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran atau ketidakjelasan makna. Definisi operasional dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Prosedur keselamatan dan kesehatan kerja adalah langkah-langkah yang dilakukan yang berkaitan dengan suatu tindakan pencegahan dan penanggulangan terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja, dan usaha pencegahan terhadap penyakit atau ggangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan, yang di susun dan disimpan dalam ingatan sesorang, serta dapat dimunculkan kembali sewaktu-waktu pada saat diperlukan. 2. Instalasi wide area network (WAN) merupakan suatu proses yang dirancang untuk mengkonfigurasi seperangkat peralatan jaringan atau sistem jaringan dengan area yang cukup luas meliputi beberapa jaringan lokal dengan bantuan penyedia layanan internet. 3. Perusahaan penyedia layanan internet merupakan sebuah perusahaan atau organisasi yang menyediakan jasa layanan koneksi akses internet untuk perorangan, perkantoran, kampus, sekolah, dan lain-lain. 4. Perlengkapan dan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala bentuk perlengkapan dan perlatan yang digunakan dalam bekerja, yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, dan mengurangi bahaya atau penyakit yang ditimbulkan akibat kecelakaan saat melakukan pekerjaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1.) Keselamatan Kerja Menurut Malthis dan Jackson (dalam Sabir 2009), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan tempat kerja dan lingkungan, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerrja menjadi aspek yang sangat penting, mengingat resiko bahayanya dalam penerapan teknologi komunikasi dan informasi. Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan yang dilakukan. Sabir (2009) mendefinisikan, keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengelolaannya, landaasa tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Pendaapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melaluipersiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja (Hadiguna, 2009). Perlindungan keselamatan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salh satunya adalah perlindungan keselamatan kerja yang bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Tiap-tiap tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya sendiri dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Perusahaan perlu menjaga keselamatan kerja terhadap karyawannya karena tujuan program keselamatan kerja (Suma‟mur, 1993) diantaranya adalah: 1) melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional; 2) menjamin keselamtan setiap orang yang ada di sekitar tempat kerja; 3) sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Dari uraian di atas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan dengan cara usaha preventif atau pencegahan (Soeprihanto, 1996). Artinya, mencegah adalah mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menimbulkan bahaya bagi para pekerja secara langsung maupun tidak. Sedangkan implementasi penerapan prosedur keselamatan kerja menurut Soeprihanto (1996), yaitu: 1) penerapan pimpinan divisi keselamatan kerja pada perusahaan; 2) membentuk komite keselamatan kerja; 3) penyediaan fasilitas keselamatan kerja; 4) pertemuan komite keselamatan kerja secara rutin dan berkala; 5) pelatihan keselamatan kerja baik bagi karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Pada saat terjadi kecelakaan kerja atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan kerja baik fisik maupun mental para pekerja sebagai suatu kesatuan. Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pipmpinan perusahaan. Kesimpulannya, keselamatan kerja adalah upaya manusia untuk menciptakan keselamatan dalam suatu proses kerja yang bertujuan melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas kerja. 2.) Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental, amupun sosial (Husni, 2005). Selain itu, kesehatan kerja menunjuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh. Kesehatan kerja di lingkungan perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif dan bila perlu pencegahan kepada lingkungan tersebut, agar pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja, serta dimungkinkan untuk pemenuhan derajat kesehatan setinggitingginya (Sabir, 2009). Menurut Rivai (2003) pemantauan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan caracara sebagai beikut: a.) Mengurangi timbulnya penyakit. Pada umumnya perusahaan sulit mengembangkan strategi untuk mengurangi timbulnya penyakit, karena hubungan sebab-akibat antara lingkungan fisik denagn penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan secara langsung sering kabur. Padahal, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan jauh lebih merugikan. b.) Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja. Pemerintah secara berkala mewajibkan perusahaan untuk paling tidak melakukan pemeriksaan terhadap kadar bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan pekerjaan dan menyimpan catatan mengenai informasi yang terinci tersebut. Catatan ini juga harus mencantumkan informasi tentang penyakit-penyakit yang dapat ditimblkan dan jarak aman terhadap bahan-bahan berbahaya tersebut. c.) Penyaringan genetik Penyaringan genetic adalah pendekatan untuk mengendalikan penyakit yang apling ekstrem, sehingga sangat kontroversial. Dengan menggunakan uji genetic untuk menyaring individu-individu yang rentan terhadap penyakit, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan untuk menghadapi klaim kompensasi dan masalahmasalah yang terkait hal itu. 3.) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (2005), adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain. Menurut Milyandra (2009) Istilah „keselamatan dan kesehatan kerja‟, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugiankerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin terjadi. Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja (Suma‟mur, 1993). Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen. Sedangkan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang tidak aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak aman. Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Maka menurut Mangkunegara (2002) tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a.) Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosil, dan psikologis. b.) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dal digunakan dengan selektif. c.) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d.) Agar adnya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi karyawan. e.) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian, dan partisipasi kerja. f.) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau konsi kerja. g.) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 4.) Kecelakaan Kerja Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada saat seseorang melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak direncanakan yang disebakan oleh suatu tindakan yang tidak berhati-hati atau suatu keadaaan yang tidak aman atau kedua-duanya ( Sheddy N. Tjandra, 2008). Lebih jauh, Suma‟mur (1993) mengemukaan bahwa kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan definisi kecelakaan kerja tersebut, lahirlah keselamatan dan kesehatan kerja yang memuat serangkaian prosedur cara menanggulangi kecelakaan kerja dengan meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan pmengadakan pengawasan yang ketat. B. Instalasi Wide Area Network (WAN) Menurut Melwin Syahrizal (2005) jaringan computer adalah himpunan interkoneksi antara sekurang-sekurangnya dua buah computer autonomous atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel atau hubungan tanpa kabel (wireless). Bila sebuah komputer dapat membuat komuter lainnya melakukan fungsi shutdown, restart, atau melakukan control lainnya, maka komputer-komputer tersebut bukan autonomous. Dalam defenisi networking yang lain autonomous dijelaskan sebagai jaringan yang independent dengan manajemen sistem sendiri (punya admin sendiri), memiliki topologi jaringan, hardware dan software sendiri, dan dikoneksikan dengan jaringan autonomous yang lain. Internet merupakan contoh kumpulan jaringan autonomous yang sangat besar. Dua unit komputer dikatakan terkoneksi apabila keduanya bisa saling bertukar data dan informasi, berbagi resource yang dimiliki, seperti: file, printer, media penyimpanan (hardisk, floppy disk, cd-rom, flash disk, dll). Data yang berupa teks, audio maupun video, bergerak melalui media kabel atau tanpa kabel (wireless) sehingga memungkinkan pengguna komputer dalam jaringan komputer dapat saling bertukar data, mencetak pada printer yang sama dan menggunakan hardware/software yang terhubung dalam jaringan bersama-sama Tiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dalam jaringan disebut dengan ”node”. Sebuah jaringan komputer sekurang-kurangnya terdiri dari dua unit komputer atau lebih, dapat berjumlah puluhan komputer, ribuan atau bahkan jutaan node yang saling terhubung satu sama lain. Secara umum jaringan komputer terbagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1.) Local Area Network (LAN) Sebuah LAN adalah jaringan yang dibatasi oleh area yang relatif kecil, umumnya dibatasi oleh area lingkungan, seperti sebuah kantor pada sebuah gedung, atau tiaptiap ruangan pada sebuah bangunan sekolah. Biasanya jarak antarnode tidak lebih jauh dari 200 m. Pada Gambar 2.1 menunjukkan ilustrasi topologi untuk jaringan lokal. Gambar 2.1 Single Building Local Area Network (Sumber: Melwin Syafrizal (2005:12) dalam Pengantar Jaringan Komputer) 2.) Metropolitan Area Network (MAN) Sebuah MAN biasanya meliputi area yang lebih besar dari LAN, misalnya antargedung dalam suatu daerah (wilayah seperti propinsi atau negara lain). Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam area yang lebih besar. Contohnya, jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank di dalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya. Gambaran jaringan computer dengan desain MAN dapat dilihat pada Gambar 2.2. di bawah ini. Gambar 2.2 Design Metropolitan Area Network (Sumber: Melwin Syafrizal (2005:17) dalam Pengantar Jaringan Komputer) 3.) Wide Area Network (WAN) Sebuah WAN adalah jaringan yang biasanya sudah menggunakan media wireless, saran satelit, ataupun serat kabel optic, karena jangkauannya lebih luas, bukan hanya meliputi satu kota atau antarkota dalam satu wilayah, tetapi mulai menjangkau area/ wilayah otoritas negara lain. Sebagai contoh, jaringan komputer kantor City Bankyang ada di Indonesia ataupun yang ada di Negara lain, yang saling berhubungan, jaringan ATM Master Card, Visa Card atau Cirrus yang tersebar di seluruh dunia, dan lain-lain. Biasanya WAN lebih rumit dan sangat kompleks bila dibandingkan LAN maupun MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan antara LAN dan WAN ke dalam komunikasi global seperti internet, meski demikian antara LAN, MAN dan WAN tidak banyak berbeda dalam beberapa hal. Hanya lingkup areanya saja yang berbeda satu dengan yang lain. Umumnya WAN lebih rumit dan sangat kompleks bila dibandingkan LAN maupun MAN. Menggunakan banyak sarana untuk menghubungkan antara LAN dan WAN ke dalam komunikasi global seperti internet, meski demikian antara LAN, MAN, dan WAN tidak banyak berbeda dalam berbeda satu dengan yang lain. Ilustrasi jaringan luas yang diterapkan lintas wilayah, ditunjukkan pada Gambar 2.3 berikut ini. Gambar 2.3 Design Wide Area Network (Sumber: Jaringan WAN (Online) http:// aditya2508.wordpress.com diakses 17 Maret 2015) Menurut Melwin Syafrizal (2005 : 96) TCP/IP adalah sekumpulan protokol yang terdapat di dalam jaringan komputer (network) yang digunakan untuk berkomunikasi atau bertukar data antarkomputer. TCP/IP merupakan protokol standar pada jaringan internet yang menghubungkan banyaknya komputer yang berbeda jenis mesin maupun sistem operasi agar dapat berinteraksi satu sama lain. Perangkat WAN merupakan seperangkat peralatan yang digunakan untuk membangun jaringan komputer pada suatu area tertentu yang meliputi perangkat fisik (hardware) dan perangkat nonfisik (software). Perangkat yang utama untuk membangun WAN antara lain router, CSU/ DSU, modem, tower dan antenna dan communication server. a.) Router Sebuah Router mampu mengirimkan data/informasi dari satu jaringan ke jaringan lain yang berbeda, router hampir sama dengan bridge, meski tidak lebih pintar dibandingkan bridge, namun pengembangan perangkat router dewasa ini sudah mulai mencapai bahkan melampaui batas tuntutan teknologi yang diharapkan (Melwin, 2005). Router akan mencari jalur terbaik untuk mengirimkan sebuah pesan yang berdasarkan atas alamat tujuan dan alamat asal. Router mengetahui alamat masing-masing komputer dilingkungan jaringan lokalnya, mengetahui alamat bridges dan router lainnya. Router juga dapat mengetahui keseluruhan jaringan dengan melihat sisi mana yang paling sibuk dan bisa menarik data dari sisi yang sibuk tersebut sampai sisi tersebut bersih/clean. b.) Channel Service Unit (CSU) dan Data Service Unit (DSU) Melwin Syafrizal (2005) menjelaskan bahwa CSU/DSU (Channel Service Unit / Data Service Unit) berfungsi sama seperti modem, hanya saja CSU/DSU berfungsi mengirim data dalam format digital melalui jaringan telephone digital. CSU/DSU biasanya berupa kotak fisik yang merupakan dua unit yang terpisah: CSU atau DSU. c.) Modem Modem adalah sebuah perangkat dibutuhkan untuk mempersiapkan data untuk transmisi melalui local loop. Modem lebih dibutuhkan untuk jalur komunikasi analog dibandingkan digital. Modem mengirim data melalui jalur telepon dengan memodulasi dan demodulasi sinyal. Sinyal digital ditumpangkan ke sinyal suara analog yang dimodulasi untuk ditransmisikan. Pada sisi penerima sinyal analog dikembalikan menjadi sinyal digital atau demodulasi (Melwin, 2005). d.) Communication Server Communication Server mengkonsentrasikan komunikasi pengguna dial-in dan remote akses ke LAN. Communication Server memiliki beberapa interface analog dan digital serta mampu melayani beberapa user sekaligus. C. Perusahaan Penyedia Layanan Internet Perusahaan penyedia layanan internet lebih umum disebut sebagai Internet Service Provider (ISP). ISP merupakan istilah yang berhubungan dengan dunia maya (internet). ISP adalaha perusahaan atau organisasi penyedia dan penyelenggara jasa internet yang menyediakan layanan koneksi akses internet baik untuk perorangan, kantor, sekolah, kampus, instansi pemerintahan, dan lain-lain (Hartoko, 2010). ISP memiliki peranan yang sangat penting dalam penggunaan internet, terutama sebagai media yang memberikan jasa untuk berinteraksi dengan internet. Lebih jauh Hartoko (2010) mengungkapka peran lain dari ISP adalah: 1) menghubungkan user ke layanan informasi Wrld Wide Web (WWW); 2) memberikan kemungkinan kepada user untuk menggunakan fasilitas internet; 3) memberikan kemudahan kepada pengguna jasa internet untuk bisa berkomunikasi melalui berbagai media sosial yang sedang berkembang; dan 4) melakukan perlindungan diri dari penyebaran virus dengan menerapkan sistem antivirus untuk keamanan data para pelanggannya. Menurut kebanyakan ahli teknologi informasi (dalam Rendra Towidjojo, 2010) perusahaan penyedia layanan internet atau Internet Service Provier (ISP) dapat diartikan sebagai badan usaha milik pemerintah dan swasta yang memberikan fasilitas layanan ke jaringan internet. ISP yang bersifat tertutup merupakan perusahaan yang hanya melayani fasilitas jaringan internet untuk kepentingan lokal suatu lembaga atau organisasi. Misalnya ISP yang melayani berbagai kantor pemerintahan, sekolah, atau kampus, dimana akses internetnya hanya dapat digunakan di lingkungan terbatas saja. Sedangkan ISP yang bersifat terbuka adalah perusahaan penyedia layanan internet yang dapat diakses masyarakat secara luas oleh siapapun, baik oleh perorang secara personal, maupun secara kelompok. Jenis user yang menggunakan ISP jenis terbuka ini adalah tempat-tempat umum, seperti café, terminal, stasiun, taman kota, dan lain sebagainya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan studi multi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena pendekatan ini merupakan suatu proses penelitian yang dilakukan secara sistematis, dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang suatu kejadian. Melalui pendekatan kualitatif, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai prosedur pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja proses instalasi wide area network (WAN) pada dua subyek penelitian yang berbeda, yaitu pekerja teknis perusahaan penyedia layanan internet dan siswa SMK Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang holistik dan menyeluruh terhadap masing-masing subyek penelitian. Sebagaimana yang dikatakan McMillan dan Schumacher (dalam Wiyono, 2007), “penelitian kualitatif adalah pemahaman fenomena suatu kejadian sosial ditinjau dari perspektif subyek penelitian.” Ini berarti bahwa metode penelitian kualitatifmengacu pada makna yang lebih luas pada penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, baik berupa tulisan maupun lisan, dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Studi multi kasus dipilih sebagai rancangan penelitian ini agar peneliti dapat menyelidiki secara cermat menhenai suatu prosedur yang dilaksanakan, peristiwa yang sedang terjadi, aktivitas subyek penelitian, proses kegaiatan berlangsung, baik secara individu, maupun kelompok kerja yang terorganisir. Prosedur pelaksanaan K3 yang akan diteliti dibatasi oleh waktu dan aktivitas subyek penlitian, sehingga peneliti dapat mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data. Selain itu, peneliti juga akan melakukan wawancara secara personal dengan subyek penelitian sesuai dengan jumlah sampel yang ditentukan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam. Hal ini dilakukan agar informasi mengenai prosedur keterlaksanaan K3 pada proses instalasi wide area network (WAN), juga dipahami secara mendalam oleh subyek yang diteliti. B. Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah pekerja teknis yang ada pada perusahaan penyedia layanan internet di wilayah Kota Malang serta siswa kelas XII Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK yang ada di wilayah Kota Malang. Berdasarkan hasil observasi awal, peneliti menentukan 3 perusahaan penyedia layanan internet, 1 SMK Negeri, dan 1 SMK Swasta dengan Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan. Pada tabel 3.1 dapat dilihat profil perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini mengenai nama perusahaan dan alamatnya. Tabel 3.1 Profil perusahaan penyedia layanan internet yang akan diteliti No. Nama Perusahaan Alamat 1. PadiNET Malang JL. Letjen S. Parman No. 21 Malang 2. Global Extreme Malang JL. M.T. Haryono 1A, Ruko Istana Dinoyo - Malang 3. PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (PT. STI Malang) Ruko Borobudur Agung no. 22 Jl. Borobudur no. 1A – kec. Blimbing Malang Sedangkan subyek penelitian siswa SMK terdiri atas siswa SMK Negeri dan SMK Swasta di wilayah Kota Malang. Pada tabel 3.2 dapat dilihat profil sekolah asal siswa yang akan diteliti terdiri dari nama sekolah dan alamat sekolah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.2 Profil sekolah yang akan diteliti No. Nama Sekolah Alamat 1. SMK Negeri 6 Malang JL. Ki Ageng Gribing No. 28 Malang 2. SMK PGRI 03 Malang Jl. Raya Tlogomas IX/09 Malang C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan non partisipan (nonpartisipatory observation), wawancara mendalam (indepth interview), dan analisis dokumen yang mendukung (documentation) (Wiyono, 2007). Berikut adalah penjelasan masing-masing teknik yang digunakan. 1. Pengamatan non partisipan (non-partisipatory observation) Mortis ((dalam Wiyono, 2007) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekan aktivitas yang diamati tersebut untuk tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan lain. Tiga sasaran penting yang harus diperhatikan dalam proses pengamatan adalah informasi, konteks dan waktu. Informasi mengacu pada sasaran apa yang sedang diamati. Konteks mengacu pada hal-hal yang berkaitan denagn aktivitas yang sedang berjalan di sekitarnya. Sedangkan waktu berkaitan dengan saat aktivitas tersebut dilakukan, atau terjadi. Peneliti mengamati aktivitas yang dilakukan selama proses instalasi jaringan wide area network (WAN) terutama penerapan prosedur K3. Proses observasi dilakukan dengan terlebih dahulu meminta kesedian subyek penelitian, yaitu para pekerja teknis perusahaan penyedia layanan internet, dan guru pembimbing siswa yang sedang melaksanakan praktikum. Peneliti kemudian mencatat berbagai gejala, kejadian, aktivitas atau perilaku yang tampak dan memiliki keterkaitan dengan topik yang akan diteliti. Misalnya, peneliti mengamati dan mencatat kegaiatan persiapan, keterlaksanaan, dan penyelesaian proses instalasi jaringan wide area network (WAN), terutama pada prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan. Peneliti melakukan pengamatan tanpa partisipasi dalam aktivitas yang sedang berlangsung atau yang dilakukan oleh subyek penelitian. 2. Wawancara Mendalam (indepth interview) Wawancara, merupakan suatu percakapan yang bertujuan untuk: (1) memperoleh konstruksi yang terjadi saat wawancara atau penelitian mengenai orang, kejadian, aktivitas, organisasi, dll; (2) rekonstruksi suatu keadaan berdasarkan pengalaman masa lalu yang dialami seseorang; (3) proyeksi suatu keadaan yang diharapkan terjadi pada masa mendatang; dan (4) verifikasi, pengecekan dan pengembangan informasi (konstruksi, rekonstruksi dan proyeksi) yang telah diperoleh sebelumnya. (Arifin, 1996). Wawancara dilakukan peneliti dengan informan-informan terpilih yaitu pekerja teknis yang ada pada perusahaan penyedia layanan internet di wilayah Kota Malang serta siswa kelas XII Bidang Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan di SMK yang ada di wilayah Kota Malang. Saat melakukan wawancara dengan informan, peneliti melakukan beberpaa tahapan sebagaimana dianjurkan oleh Yunus (2010) dengan maksud agar wawancara lebih efektif dan efisien. Peneliti memperkenalkan diri pada informasn, menjelaskan maksud kedatangan atau maksud dialakukannya penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan materi wawancara dan mengajukan pertanyaan. Melalui wawancara, peneliti mendapatkan informasi mendalam mengenai apa saja yang terkandung dalam pikiran, pemahaman, pandangan tertentu, dibalik perkataan ataupun hal-hal yang tidak terungkap dalam observasi. 3. Dokumentasi (documentation) Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber yang bukan manusia atau subyek penelitian. Analisa dokumen terdiri dari dokumen rekaman (record). Jenis dokumen yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah berupa dokumen resmi dan foto. Pada penelitian ini, teknik dokumentasi yang digunakan oleh peneliti adalah pengambilan gambar pada objek-objek tertentu (seperti proses persiapan instalasi, pelaksanaan prosedur K3, penyelesaian pekerjaan, dll) dan dokumen resmi yang ada di perusahaan penyedia layanan internet dan sekolah seperti standard operasional procedure (SOP) instalasi wide area network (WAN), serta dokumen lain yang berkaitan dengan topik penelitian. D. Analisis Data Wiyono (2007) mengemukakan bahwa analisis data merupakan proses penyusunan data agar data tersebut bisa ditafsirkan dan disimpulkan. Menyusun data berarti menata, menggolongkan, membuat pola dan menyusun kategori data. Hasil analisis merupakan hasil kesimpulan yang diperoleh dari permasalahan yang diajukan. Analisis data dalam penelitian kualitatif menutur Milles dan Huberman (2009) terdiri dari tiga kegaiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan. 1. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan atau pemfokusan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis (Milles dan Huberman, 2009). Reduksi data ini berlangsung terus menerus selama proses yang berorientasi kualitatif berlangsung. Pada tahap ini, peneliti membuat kerangka konseptual dan memilih konsisi penelitian, membuat daftar pertanyaan sesuai kerangka penelitian dan menentukan pendekatan pengumpulan data. Untuk masing-masing subtopik pada proses penerapan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sedang diteliti, diberikan kode agar memudahkan peneliti dalam mengkategorikan data hasil penelitian. Selain itu, kode ini juga digunakan sebagai garis beras pembuatan outline pertanyaan bahan wawancara. 2. Penyajian Data Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Milles dan Huberman, 2009). Milles dan Huberman (2009) juga menyatakan bahwa penyajian data yang digunakan pada masa lampau adalah dalam bentuk naratif. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan catatan lapangan yang dibuat berdasarkan wawancara atau observasi, terdiri dari data yang cukup panjang, banyak, dan bahkan tidak semua hasil wawancara atau observasi sesuai dengan topik dan subtopik penelitian. Peneliti berupaya mengelompokkan data kemudian menyajikannya dalam polapola sesuai topik dan subtopik penelitian agar penyajian data yang semula berupa narasi panjang, bisa dipahami dan mempermudah penarikan kesimpulan. Pada penyajian data penelitian ini, potongan-potongan data akan dihubungkan satu sama lain agar menjadi sebuah penyajian yang utuh. 3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Milles dan Huberman (2009) mengemukakan bahwa sejak awal samapi akhir pengumpulan data, peneliti sudah berusaha memperoleh makna, mencatat keteraturan pola, menjelaskan pola-pola tersebut dan menyajikannya dalam alur sebab akibat yang terjadi. Kesimpulan yang diambil bisa jadi masih samar-samar, dan kesimpulan akhir yang jelas, eksplisit dan final, akan dirumuskan atau didaptkan tergantung pada kumpulan catatan lapangan dan hasil wawancara. Kesimpulan akhir yang jelas, eksplisit dan mendasar didapatkan melalui proses verifikasi yang selalu menyertai atau serentak dengan analisa data. Kesimpulan akhir diperoleh setelah peneliti melakukan verifikasi terhadap setiap data atau catatan lapangan, sampai pengumpulan data selesai. Dengan kata lain, verifikasi terhadap kesimpulan dilakukan dalam proses penarikan kesimpulan. Tiga langkah analisis yaitu reduksi data, pemodelan/ penyajian data, dan penarikan atau verifikasi kesimpulan merupakan rangkaian parallel sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data. Analisis data tersebut dapat digambarkan dalam “Model Interaktif Komponen Analisis Data” pada Gambar 3.1 berikut. Pengumpulan Data Penyajian Data Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan Reduksi Data Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisa Data : “Model Interaktif” (Sumber: Milles dan Huberman, 2009: 18) Gambar 3.1 menunjukkan bahwa analisis data dan pengumpulan data merupakan aktivitas yang terbentuk dalam siklus interaktif. Analisa data bergerak diantara ke-empat tahapan tersebut selama pengumpulan data, kemudian bergerak bolak balik di antara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data. Analisa data dilakukan selama pengumpulan data samapi selesai untuk mengambil atau menarik kesimpulan dengan menggambarkan suatu pola peristiwa yang terjadi. E. Tahap- Tahap Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian kualitatif denagn menggunakan enam tahap penelitian seperti yang dikemukakan Wiyono (2007) yaitu: tahap refleksi, tahap perencanaan, tahap memasuki lapangan, tahap pengumpulan data, tahap menarik diri dan tahap penulisan laporan penelitian. 1.) Tahap refleksi Pada tahap ini, peneliti meikirkan, mempertimbangkan, dan mengidentifikasi topik dan subtopik penelitian serta merumuskan fokus penelitian. Topik yang dipilih adalah “Penerapan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Proses Instatalasi Wide Area Network (WAN)”. Terdpat dua langkah yang dilalui pada tahap ini, yaitu mengidentifikasi topik penelitian dan perspektif penelitian. Pertama, mengidentifikasi topik penelitian mencakup pemilihan topik atau fokus pertanyaan penelitian. Kedua, mengidentifikasi perspektif penelitian mengenai teori pendukung, konsep pendukung, serta fokus pemasalahan. Dalam penelitia kualitatif teori digunakan untuk perbandingan dalam pengembangan hasil konseptual teoritik. 2.) Tahap perencanaan Tahap perencanaan meliputi tempat penelitian, penyusunan strategi penelitian, persiapan diri peneliti, dan penulisan proposal. Tempat penelitian kasus pertama yang dipilih oleh peneliti adalah perusahaan penyedia layanan internet di kota Malang yang terdiri dari PadiNet Malang, Global Extreme Malang, dan PT. Sampoerna Telekomunikasi Indonesia Cabang Malang. Sedangkan tempat penelitian kasus kedua yang dipilih adalah Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang yang memiliki kompetensi keahlian Bidang Teknik Komputer dan Jaringan yaitu SMK Negeri 6 Malang dan SMK PGRI 03 Malang. Dalam menetukan lokasi penelitian, peneliti memperhatikan pertimbanganpertimbangan tertentu seperti mengidentifikasi tempat dan karakteristik partisipan yang ada di dalamnya, kemudian mendatangi lokasi yang sudah diidentifikasi tersebut. Strategi penelitian merupakan cara untuk melakukan penelitian dan setiap strategi menyajikan cara yang unik dalam penjelasan kesimpulan dan realita datanya. 3.) Tahap memasuki lapangan Pada tahapan ini peneliti memasuki lokasi penelitian dengan pengambilan subyek, dan wawancara pendahuluan untuk menggali informasi awal penelitian. Peneliti melakukan penelitian pendahuluan melalui penelitian dokumen dan wawancara pendahuluan pada masing-masing lokasi penelitian dengan informan yang paling reliable. Setelah seluruh subyek penelitian menyatakan kesediaannya untuk dilibatkan dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti dapat melanjutkan tahapa- tahapan penelitian sesuai denagn data awal yang sudah didapatkan tersebut. 4.) Tahap pengumpulan data Pengumpulan data, menurut Wiyono (2007), membutuhkan waktu, ketetapan kesabaran, dan ketekunan. Analisis data bisa dilakuakan selama proses pengumpulan data demi efisiensi penelitian. Pengecekan dilakukan kembali terhadap transkrip dan catatan khusus, dipisahkan atau dihubungkan dengan data atau sumber asli. Metode untuk menjamin kepastian tersebut adalah denagn melakukan pengecekan validitas dan reliabilitas. 5.) Tahap menarik diri Ketika melakukan penelitian, peneliti bisa masuk dalam latar belakang penelitian secara mendalam. Oleh karena itu, pengambilan jarak dari lokasi penelitian dan subyek penelitian sangat penting untuk memaknai data secara objektif. Pengambilan jarak yang dimaksudkan adalah penliti meninggalkan lokasi penelitian untuk mempertimbangkan dan berupaya memahami dan memaknai berbagai data atau catatan lapangan yang diperoleh pada saat pengumpulan data. Hal tersebut di atas dapat dapat membantu peneliti untuk memaknai secara objektif data atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti juga berupaya menjaga hubungan baik dengan informasn dan meminta kesediaan mereka agar sewaktu-waktu masih diperkenankan untuk berkomunikasi kembali jika masih membutuhkan data atau informasi tambahan. 6.) Tahap penulisan laporan penelitian Pendekatan pokok dalam penulisan laporan penelitian kualitatif adalah penulisan laporan, menyajikan rangkuman penemuan pokok dan menyajikan penemuan hasil penelitian untuk mendukung kesimpulan. DAFTAR RUJUKAN Arifin, I. 1996. Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial. Malang: Kalimasahada. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah – Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Flippo, B. Edwin. 2005. Manajemen Personalia. Jakarta: Erlangga. Hadiguna, R.A. 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta: Bumi Aksara. Hartoko, Alfa. 2010. Membuat Toko Online dan E-Commerce. Jakarta: Elexmedia Komputindo. Husni, L. 2005. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kompas Cyber Media Nasional, 19 Mei 2005. Pembunuh Nomor Satu Bernama Kecelakaan Kerja. (Online). (http://kompas.com/utama/news/0505/19/140623.htm, diakses 3 Maret 2015). Sabir, M. 2009. Menerapkan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Modul Teknik Komputer dan Jaringan pada SMK Negeri 2. Pinrang. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Miles, M & Huberman, A.M. 2009. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Tjetjep Rohidi dan Mulyarto. Jakarta: UI Press. Milyandra. 2009. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Makalah yang diseminarkan. (Online). (http://mily.wordpress.com/2009/03/27/k3-kesehatan-kelamatan-kerja/, diakses 16 Maret 2015). Rivai, V. 2003. Manajemen Sumber Daya Mansia untuk Perussahaan. Bandung: PT. Remaja Roda Karya. Santoso, Gempur. 2014. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Edisi Ke Dua. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Soeprihanto. 1996. Manajemen Personalia.Yogyakarta: BPFE. Suma‟mur. 1993. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Haji Masagung. Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jarinagn Komputer. Yogyakarta: CV.Andi Offset Tjandra, Sheddy N. 2008. Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Towidjojo, Rendra. 2010. Konsep dan Implementasi Routing dengan Router Mikrotik. Jakarta: Jasakom Press. Wiyono,B.B. 2007. Metodologi Penelitian; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Action Research. Malang: Rosindo.