Uploaded by User59199

Fisika Modul 4 KB2 - Rangkaian Arus Searah

advertisement
MODUL 4 KB 2:
DAR 2/Profesional/184/014/2018
PENDALAMAN MATERI FISIKA
MODUL 4 KB 2:
RANGKAIAN ARUS SEARAH
Penulis : Drs. A. Atmadi, M.Si.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
2018
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Daftar Isi
A. Pendahuluan ..................................................................................................... 1
B. Capaian pembelajaran (CP) ............................................................................. 1
C. Sub CP ............................................................................................................. 1
D. Uraian Materi ................................................................................................... 2
1.
Arus Listrik .................................................................................................. 2
2.
Arus Searah dan Arus Bolak-balik. .............................................................. 3
3.
Analisis Rangkaian....................................................................................... 4
4.
Alat Ukur Pengukuran Listrik .................................................................... 17
E. Tes Formatif ................................................................................................... 20
F.
Rangkuman .................................................................................................... 23
G. Daftar Pustaka ................................................................................................ 33
- iv -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
A. Pendahuluan
Bahan kajian Rangkaian Arus Searah ini mencakup bahasan tentang sumber
listrik, arus listrik, arus listrik searah, kuat arus listrik, hambatan dan hukum Ohm,
hukum Kirchhoff, daya listrik, rangkaian listrik seri, rangkaian listrik paralel,
hambatan pengganti, analisis rangkaian arus listrik searah serta alat ukur dan
pengukuran listrik arus searah. Untuk mempelajari bahan kajian Arus Listrik Searah
ini memerlukan pemahaman terhadap bahan kajian Listrik Statik. Pemahaman dan
penguasaan bahan kajian Listrik Arus searah ini diperlukan untuk mempelajari
bahan kajian Arus Listrik Bolak-balik dan selanjutnya mempelajari bahan kajian
Elektromagnetik.
Untuk mempelajari bahan kajian Rangkaian Arus Searah ini, disarankan
untuk membaca uraian materi dan berusaha memahaminya, mempelajari contoh
penyelesaian soal dan kemudian menyelesaikan soal yang diberikan. Jika dalam
menyelesaikan soal mengalami kesulitan, dianjurkan untuk mempelajari kembali
uraian materi yang terkait sampai akhirnya dapat menyelesaikan soal yang
diberikan. Jika hasil penyelesaian soal ternyata belum sesuai dengan kunci jawaban
yang disediakan, dianjurkan untuk sekali lagi mempelajari uraian materi yang
terkait sampai akhirnya dapat menyelesaikan soal yang diberikan dengan benar.
Dengan demikian, diharapkan pemahaman dan penguasaan terhadap bahan kajian
Rangkaian Arus Searah dapat diperoleh. Pemahaman dan penguasaan terhadap
bahan kajian Listrik Arus Searah akan menjadi bekal untuk mempelajari bahan
kajian kelistrikan berikutnya: Arus Listrik Bolak Balik dan kemudian
Elektromagnetika.
B. Capaian pembelajaran (CP)
Menguasai konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori listrik arus searah
serta penerapannya.
C. Sub CP
1.
Menganalisis sumber listrik, arus listrik, arus listrik searah, kuat arus listrik.
-1-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
2.
Menguasai hukum
Ohm
dan
mampu
menggunakannya
dalam
penyelesaian soal.
3. Menguasai hukum
Kirchhoff dan mampu menggunakannya dalam
penyelesaian soal.
4.
Menguasai daya
listrik dan hambatan pengganti serta mampu
menggunakannya dalam penyelesaian soal.
5.
Menguasai rangkaian
seri dan rangkaian paralel serta mampu
menggunakannya dalam penyelesaian soal.
6.
Menguasai
analisis
rangkaian
arus
listrik
searah
dan
mampu
menggunakannya dalam penyelesaian soal.
7.
Mampu melakukan pengukuran listrik arus searah dengan menggunakan
alat ukur listrik arus listrik searah.
D. Uraian Materi
1.
Arus Listrik
Arus listrik dalam pengantar (konduktor) adalah aliran muatan listrik dalam
penghantar tersebut. Agar penghantar dapat menghantarkan arus listrik, ujungujung pengahtar harus dihubungkan dengan sumber listrik. Sumber listrik adalah
alat yang secara tetap menghasilkan beda potensial (tegangan) di antara ujungujung (kutub-kutubnya). Satu kutub merupakan kutub positif, kutub lain merupakan
kutub negatif. Mana yang merupakan kutub positif, mana yang merupakan kutub
negatif, disebut polaritas tegangan sumber. Terjadinya arus listrik dalam pengahtar
dapat dijelaskan sebagai berikut
E
      
      
F
I
Gambar 1
-2-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Dalam penghantar terdapat banyak elektro bebas, yaitu elekron yang gaya ikat
dengan inti atomnya sangat kecil, sehingga elektron mudah bergerak meninggalkan
inti. Sumber tegangan menghasilkan medan listrik E dalam penghatar yang arahnya
dari kutub postif menuju kutub negatif. Medan listrik E mengakibatkan setiap
elektron bebas mengalami gaya listrik (gaya coulmb) yang arahnya berlawanan
dengan arah E, yaitu menuju kutub positif batere. Elektron-elektron bebas bergerak
(mengalir) menuju kutub positif batere. Terjadi arus listrik dalam penghantar. Arah
arus ditetapkan sebagai berikut:

Bila yang bergerak muatan positif, arah arus sama dengan arah aliran
muatan.

Bila yang mengalir muatan negatif, arah arus berlawanan dengan arah
aliran muatan.

Dalam rangkaian arus listrik selalu dari kutub positif ke kutub negatif di
luar baterai
Besaran yang digunakan untuk mendeskripsikan arus listrik adalah kuat arus
(I). Nilai dari kuat arus dalam suatu penghantar (kawat) didefinisikan (ditetapkan)
sebagai besar muatan (dalam coulomb) yang menembus penampang kawat secara
tegak lurus per detik. Bila selama t detik ada muatan sebesar q maka:
I
q
t
(1)
Satuan I = coulomb/detik, juga disebut ampere (A); ampere = coulomb/detik.
2.
Arus Searah dan Arus Bolak-balik.
Sumber tegangan dapat dibedakan atas sumber tegangan searah dan sumber
tegangan bolak-balik. Sumber tegangan searah (batere, aki, dynamo) adalah sumber
yang polaritas tegangannya antara kutub-kutubnya tetap, artinya yang berfungsi
sebagai kutub positip dan kutub negatif tetap; sedangkan sumber bolak-balik
(generator diberbagai pusat listrik, gen-set yang dipakai di pabrik-pabrik atau
rumah tangga) adalah sumber listrik yang polaritas tegangan antara kutub-kutubnya
-3-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
berubah secara periodik. Sumber tegangan serah digambarkan seperti gambar 2a,
sedangkan sumber tegangan bolak-balik seperti gambar 2b
-

+
(a)
(b)
Gambar 2
Sumber tegangan searah menghasilkan arus searah (DC, direct current), sumber
tegangan bolak-bolak menghasilkan arus bolak-balik (AC, alternating current)
P
Q
A
B
P
Q
A
(a)

B
(b)
Gambar 3
Pada sumber searah (gb. 3a) B tetap sebagai kutub positif, jadi arusnya tetap dari Q
ke P. Pada sumber bolak-balik, saat A merupakan kutub postif dan B kutub negatif,
arus dari P ke Q, saat B merupakan kutub positif dan A kutub negatif, arus dari Q
menuju P.
3.
Analisis Rangkaian
Rangkaian listrik adalah rangkaian (sambungan) dari beberapa elemen (alat)
listrik. Alat listrik dibedakan atas sumber dan beban. Sumber adalah alat yang
menyediakan tenaga (daya) sehingga alat-alat lain bekerja. Beban adalah alat yang
memerlukan tenaga (daya). Dalam analisis rangkaian arus searah sumber berupa
batere, sedangkan beban berupa resistor.; sedangkan dalam praktek beban adalah
semua piranti yang memerlukan daya dari sumber agar dapat bekerja. Dalam
-4-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
analisis rangkaian arus bolak-balik beban berupa resistor, kapasitor, dan konduktor;
sedangkan dalam praktek semua piranti yang memerlukan daya dari sumber arus
bolak-balik.
a.
Hambatan (Resistansi) dan Hukum Ohm.
Bila ujung-ujungnya dihubungkan dengan sumber tegangan, penghantar
akan teraliri arus lisrik. Sebaliknya bila penghantar dialiri arus lisrik, terjadi beda
potensial antara ujung-ujung
pengantar tersebut. Dengan sumber yang beda
potensialnya sama, kuat arus dalam penghantar berbeda-beda bila peghantarnya
berbeda (jenisnya, panjangnya, luas penampangnya). Kemampuan menghantarkan
arus atau kesulitan menghantarkan arus dari berbagai penghantar berbeda-beda.
Tingkat kemudahan penghantar menghantarkan (mengalirkan) arus dinyatakan
dengan daya hantar (hantaran, konduktansi); sedangkan tingkat kesulitannnya daya
hambat (hambatan, resistansi). Yang mudah menghantarakan arus memiliki
hambatan kecil, yang sukar menghantarkan arus mempunyai hambatan besar.
Secara kuantitatif nilai hambatan (resistansi,R) ditetapkan sebagai nilai banding
antara beda potensial antara ujung-ujung beban dengan akuat arus yang
dihasilkannya.
R
V
I
Satuan hambatan:
(2)
volt
, juga disebut ohm (). Bila nilai hambatan beban
amper
tertentu konstan (tidak bergantung nilai V), persaman R 
V
, disebut hukum
I
Ohm
, atau hukum Ohm berlaku pada materi (penghantar) bersangkutan.
Berlaku
tidaknya hukum ohm dapat ditunjukkan dengan percobaan sebagai berikut.:
Rangkaian Percoban:
-5-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Gambar 4
Data
No
Beda potensial
Kuat arus
(volt)
(amper)
Hambatan (ohm)
Analisis dan kesimpulan.

Untuk beban tertentu, bagaimana hubungan antara beda potensial dengan
kuat arusnya?

Bagaimana nilai hambatan lampu yang dipakai untuk beda potensial dan
kuat arus yang berubah-ubah, tetap atau berubah?

Bila berubah, bagaimana perubahannya, besar atau kecil?

Gambarlah grafik V vs I.
Pembahasan
Kalau perbedaan hambatan sangat kecil, nilai hambatan tersebut sebenarnya
tetap, sehingga grafiknya berupa garis lurus, di mana R =
-6-
V
= tan 
I
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
V (volt)

I (amper)
Gambar 5
Perbedaannya mungkin karena ketelitian alat dan pembacan skala. Bila
perbedaannya cukup berarti (signifikan), nilai hambatan yang sebenarnya memang
berubah seiring dengan perubahan beda potensial dan kuat arusnya.
b.
Daya Listrik
Bila ada arus listrik dalam suatu penghantar (beban) berarti ada perpindahan
muatan dari dua titik yang beda potensialnya tidak sama. Meskipun sebenarnya
perpindahan muatan tidak seluruhnya berasal dari satu ujung ke ujung lain, untuk
mempermudah diandaikan perpindahan dari satu ujung ke ujung lain. Bila selama t
detik ada muatan Q yang berpindah, berarti selama t penampang penghantar
ditembus oleh muatan sebesar Q. I 
Q
atau Q = It. Bila beda potensial antara
t
ujung-ujung beban V, usahanya:
W = q. V = (V)It.
(3a)
(V) = IR  W = I2Rt
(3b)
Usaha inilah yang berubah menjadi energi panas (energi kalor).
Satuaan energi = satuan usaha = coulomb-volt = volt-amper-detik = amper2-ohmdetik = joule.
Biasanya digunakan satuan kalori. Padanan antara kalori dan joule adalah:
1 J = 0,24 kalori,
-7-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
maka W = 0,24 I2Rt kalori.
Energi pers satuan waktu (per detik) disebut daya (power, P)
P
W
 VI  I 2 R
t
(4)
Satuan daya = jou;e/detik, volt amper, amper2 detik; yang juga disebut watt (W).
Yang paling sering digunakan adalah volt-amper atau watt.
c.
Rangkaian Seri dan Paralel
1) Rangkaian Seri
Perhatikan rangkaian yang terdiri dari tiga beban berikut:
R1
A
R2
B
R3
R1
C
D
R1
A
A
B
R2
R2
B
R3
R3
C
(a)
D
(b)
C
D
(c)
Gambar 6
Bila rangkaian diikuti dari titik A menuju titik D melalui R1, R2, dan R3, baik pada
gambar (a), (b), atau (c); hanya ada satu jalan arus. Dengan kata lain R1, R2, dan
R3 hanya membentuk satu jalan arus. Beberapa beban yang hanya membentuk
satu jalan arus, dikatakan terangkai secara seri. Rangkaian seri memilik karakter
sebagai beriku:
(1) Seluruh arus yang mengalir dalam R1, mengalir dalam R2, dan mengalir
dalam R3. Dengan kata lain hanya ada satu arus. Karena hanya ada satu arus,
kuat arus di mana-mana sama.
(2) Bila salah satu bagian (beban) terputus, dalam seluruh bagian tidak ada arus.
(3) Bila diukur beda potensial VAB, VBC, VCD, VAD (gambar 6a); dalam keadan
ideal:
-8-
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
VAD= VAB + VBC + VCD
(5)
(4) Bila dalam rangkaian gambar 7a kuat arusnya I, maka:
VAD = VAB+VBC+VCD = IR1 + IR2 + IR3 = I(R1 + R2 + R3)
(5.a)
Bila ketiga hambatan diganti dengan sebuah hambatan RP (gambar 7b)
sedemikian sehingga sifatnya sama, yaitu bila sumbernya sama menghasilkan kuat
arus yang sama,
VAD = IRP
(5.b)
Dari persaman (5.a) dan (5.b):
IRP = I(R1 + R2 + R3)  RP = R1 + R2 + R3
Generalisasi:n buah beban yang resistansinya R1, R2, R3, , Rn yang terangkai
seri; boleh diganti dengan sebuah beban pengganti dengan resistansi RP yang
nilainya:
RP = R1+R2+R3, + , + Rn
R1
A
(6)
R2
B
R3
C
D
RP
A
Gambar 7
2) Rangkaian Paralel
(a) terdiri dari tiga beban (gambar 8). Bila(b)diukur
Perhatikan rangkaian yang
beda potensial antara titik A dan B, yaitu VAB, baik pada rangkaian (a), (b), atau
(c), maka yang diukur adalah sekaligus VR1, VR2, dan VR3. Dengan kata lain antara
ujung - ujung R1, R2, dan R3 hanya ada satu beda potensial persekutuan. Rangkaian
yang terdiri beberapa beban sedemikian sehingga hanya terdapat satu beda
potensial persekutuan, disebut rangkaian paralel. Rangkaian parallel mempunyai
karakter sebagai berikut:
-9-
D
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah

Karena hanya ada satu beda potensial, maka beda potensial antara ujung-ujung
beban yang satu sama dengan beda potensial antara ujung-ujung beban yang
lain.

Titik cabang tidak dapat menyimpan (menando) muatan, maka semua muatan
yang diterima titik cabang dilepaskan kembali. Bila kuat arus yang menuju titik
cabang diberi tanda negatif dan yang meninggalkan titik cabang diberi tanda
positip, maka di titik cabang:  I = 0
(7)
(Hukum I Kirchhoff)
R1
I1
R2
I2
R3
I3
R1
A
B
A
R2
B
A
R3
B
I
(b)
A
R1
B
R3
(a)
R2
(c)
Gambar 8

Putusnya arus (rangkaian) di salah satu cabang, tidak mengakibatkan arus
di cabang lain terputus.

Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan I3 (gambar 8.a),
berdasarkan hukum I Kirchhoff, maka: I = I1 + I2 + I3
V AB V AB V AB
1
1
1


= V AB ( 
 )
R1
R2
R3
R1 R 2 R3
- 10 -
(a)
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Bila ketiga beban diganti dengan sebuah beban pengganti yang resistansinya
RP (gambar 2.9b) sedemikaian sehingga sifatnya sama dengan rangkaian
asli, yaitu untuk sumber yang sama menghasilkan kuat arus yang sama,
I=
V AB
RP
(b)
R1
I1
R2
I2
A
A
B
R3
RP
IP
I3
I
(b)
(a)
Gambar 9
Dari persaman (a) dan (b):
V AB
1
1
1
1
1
1
1
= V AB ( 
 )



RP
RP R1 R2 R3
R1 R 2 R3
Generalisasi:
n beban yang memiliki resistansi R1, R2, R3,    , R6 yang terangkai paralel; boleh
diganti dengan sebuah beban dengan resistansi RP yang dengan syarat:
1
1
1
1
…………….……….......……… (2.7)


 
R P R1 R 2
Rn
3) Rangkaian Kombinasi
Rangkaian kombinasi adalah rangkaian yang merupakan kombinasi dari
rangkaian seri dan rangkaian paralel. Tidak ada satu persaman yang berlaku untuk
semua kemungkinan rangkaian kombinasi. Yang berlaku adalah, pada bagian yang
berupa rangkaian seri berlaku RP = R1+R2+R3, + , + Rn ; sedangkan pada bagian
- 11 -
B
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
yang berupa rangkaian paralel berlaku:
1
1
1
1
. Proses


 
R P R1 R 2
Rn
analisisnya adalah pada bagian yang merupakan rangkaian seri dan/atau paralel,
beban-beban diganti dengan sebuah beban pengganti. Proses tersebut dilakukan
terus sampai hanya ada satu rangkaian seri atau paralel tunggal.
Contoh:
Pada rangkaian gambar 2.11(a) R6 dan R7 terangkai secara paralel, sehingga boleh
diganti dengan sebuah hambatan Rp1 yang resistansinya:
1
1
1


.
R p1 R6 R7
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11(b). Pada rangkaian 2.10 (b), R2, Rp1, dan
R4 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti dengan sebuah penghambat Rp2
yang resistansinya Rp2= R2 + Rp1+R4.
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.10(c). Pada rangkaian 2.10(c) tersebut R5 dan
Rp2 terangkai secara paralel, sehingga boleh diganti dengan sebuah pengambat Rp3
yang resistansinya
1
1
1


. Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11 (d).
R p 3 R5 Rp 2
Pada rangkaian 2.11(d) R1, RP3, dan R3 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti
dengan sebuah hambatan Rp dengan resistansi Rp = R1 + Rp3 + R3.
- 12 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
d. Hukum II Kirchhoff
Rangkaian tertutup juga disebut loop. Rangkaian gambar 2.12a merupakan
rangkaian loop tunggal, sedangkan gambar 2.12b merupakan loop majemuk, karena
tersusun oleh beberapa loop. Rangkaian tertutup ABEFA BCDEB, dan ABCDEFA
masing-masing merupakan loop. Loop yang tidak memuat loop lain disebut loop
sederhana (mesh). ABEFA, merupakan mesh, sedangkan ABCDEFA bukan mesh.
Pada setiap mesh berlaku:
    IR  0
(8)
Penerapan hokum II Kircooff pada rangkan, setiap mesh menghasulkan persaman.
Prosedur menentukan persaman:

Tentukan secara sembarang arus mesh (arus loop sederhana), searah atau
atau berlawanan dengan putaran jarum jam.

Lakukan penjumlahan mengikuti arah arus mesh. Bila dijumpai pertama
kutub postif sumber,  bertanda positif, bila dijumpai pertama kutub negatif,
 bertanda negatif; bila arah penjumlahan sama dengan arus mesh, arus
bertanda positif, bila berlawanan dengan arus mesh, arus bertanda negatif.
- 13 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Contoh penyelesaian soal
Pada rangkaian gambar 2.13a:
  1  IR1  ( 2 )  I ( R2 )  0
Pada rangkaian gambar 2.13b
Pada mesh I:
  1  I1 R1  ( I1  I 2 ) R3   2  I1 R2  0
(1)
Pada mesh II:
  2  ( I 2  I1 ) R3   3  I 2 R4  0
(2)
Bila diketehui nilai hambatan dan tegangan batere, dapat dihitung kuat arus di setiap
bagian dengan menghitung I1 dan I2. Bila dalam perhitungan diperoleh nilai I
positif, arah sebenarnya I sama dengan arah yang ditentukan, sedangkan bila nilai I
negatif, arah sebenarnya I berlawanan dengan arah I yang telah ditentukan.
- 14 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Contoh Penyelesaian Soal.
Tentukan (a) I pada setiap R dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada R 2 pada
rangkaian berikut, bila R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan
2 = 80 volt
Data : R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan 2 = 80 volt
Masalah: Menentukan (a) IR1, IR2, IR3, dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada
R2 .
Analisis:
Pada mesh I:
20 volt + 40I1ohm + 20(I1 – I2)ohm = 0
60 I1ohm – 20 I2 ohm = -20 volt
3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt
(1)
Pada mesh II:
- 15 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
80 volt + 60I2ohm + 20(I2 – I1)ohm = 0
- 20I1ohm + 80 I2ohm = - 80Volt
- I1ohm + 4 I2 ohm = - 4 volt
(2)
Penyelesaian persamaan untuk mencari I1 dan I2:
3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt
Pers. (1) :
Pers. (2)x3:-3I1ohm +12I2ohm = -12 volt +
11I2ohm = -13 volt
I2 =
 13volt
13
13
  amper . (I2 =
A , berlawanan dengan putaran jarum
11ohm
11
11
jam)
Pers. (2): -I1 ohm -
I1=
52
52
8
volt = -4 volt  - I1ohm = -4volt +
volt  volt
11
11
11
8
11
volt
8
8
  amper . (I1 = A, berlawanan dengan putaran jarum jam)
 1ohm
11
11
Arus pada R1 =
8
A , kekiri
11
Arus pada R2 =
8
13
8
13
5
A (ke atas) +
A (ke bawah) = A+ A=
A ke bawah.
11
11
11
11
11
Pada R2 , I1 =
8
13
13 8
5
amper ke atas; I2 =
amper ke bawah, I = ( - ) =
A. ke
11
11
11 11
11
bawah
- 16 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Beda potensial pada R2 = 20 ohm( 5 A. )= 9,1 volt, ujung atas positif, ujung bawah
11
negatif.
4. Alat Ukur Pengukuran Listrik
Tiga macam alat alat ukur listrik yang utama adalah voltmeter (untuk
mengukur beda potensial), ampermeter (untuk mengukur) kuat arus, dan ohmmeter
(untuk mengukur hambatan). Voltmeter dan ampermeter ada dua macam, yaitu
voltmeter dan ampermeter arus bolak-balik dan voltmeter dan ampermeter arus
searah.. Pada alat ukur arus bolak-balik memasangnya sembarang, sedangkan untuk
alat ukur arus serah, terminal positif harus dipasang pada titik (ujung) positif, dan
terminal negatif harus dipasang pada titik (ujung) negatif. Bila memasangnya
terbalik ada dua kemungkinan, (a) alat ukur rusak atau (b) hasil pengukuran tak
terbaca.
Ada dua tipe alat ukur, yaitu tipe analog dan tipe digital. Pada tipe digital,
hasil pengukuran langsung dibaca dalam tampilan bilangan, sedangkan pada tipe
analog hasil pengukuran dibaca pada skala yang ditunjuk jarusm penunjuk. Alat
ukur tipe analog memiliki batas ukur dan skala. Batas Ukur (BU) adalah nilai
maksimum yang dapat diukur dengan meter dan alat ukur tetap aman. Bila nilai
yang diukur melebihi BU, ada dua kemungkinan yaitu: (a) alat ukur rusak, atau (b)
hasil pengukuran tak dapat dibaca karena jarum penunjuk di luar skala. Nilai hasil
pengukuran (HP)
HP =
skala yang ditunjuk jarum penunjuk
xBU
skala maksimum
Misalnya ampermeter menggunakan skala 0 – 100, BU = 1 mA, jarum penunjuk
menunjuk skala 65, maka hasil pengukuran adalah:
a.
65
x1ma  0,65mA
100
Voltmeter
Voltmetr harus dipasang parallel dengan komponen (elemen) rangkaian
yang akan diukur beda potensialnya. Cara menentukan mana dari ujung eleman
- 17 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
merupakan ujung positif dan mana yang merupakan ujung negatif: Berdasarkan
arah arus yaitu dari kutub positif menuju kutub negatif di luar batere, tentukan pada
ujung mana arus masuk dan dari ujung mana arus keluar. Ujung di mana aruss
masuk adalah ujung (titik) positif , ujung di mana arus keluar merupakan ujung
negatif.
Pada R1 , titik B merupakan titik positif, titik A merupakan titik negatif; pada R 2
titik B merupakan titik negatif, titik C meerupakan titik positif; sedangkan pada R3
ujung positifnya adalah D dan ujung positifnya adalah C. Misalnya akan mengukur
beda potensial antara ujung-ujung R2, terminal positif voltmeter dipasang pada C
dan terminal negatifnya dipasang pada B.
b. Ampermeter
Ampermeter harus dipasang seri dengan komponen yang akan diukur kuat
arusnya. Aarus harus masuk pad terminal positif dan keluar dari terminal negatif.
Caranya: putuslah kabel penghubung di tempat di mana ampermeter akan dipasang.
Bila bagian ujung-ujung bagian yang dilepas diberi nama titik A dan B, bila arus
mengalir dari A ke B, maka A merupakan titik positif, dan B merupakan titik
negatif. Terminal positif ampermeter dipasang pada A, dan terminal negatifnya
dipasang pada B.
c.
Ohmmeter
Ohmeter dipakai untuk mengukur hambatan beban yang dalam keadan tidak
teraliri arus dan dalam kadan terlepas dari beban lain. Ohmeter dipasang pada
ujung-ujung beban yang tak terisolasi.
Bila pada voltmeter dan ampermeter skala nol berada pada ujung kiri skala,
skala nol ohmmeter terletak pada ujung kanan skala dan di ujung kiri merupakan
- 18 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
skal tak hingga. Ohmmeter memiliki skala pengukuran, misalnya x 1, x 100, x 1K,
x 10K. Hasil pengukuran adalah sebagai berikut:
HP = skala yang ditunjuk jarum x skala pengukuran .
Misalnya, skala yang digunakan x 100, jarum penunjuk menunjuk skala 16, hasil
pengukurannya adalah: 16 x 100ohm = 1600 ohm. Sebelum ohmmeter dipakai,
setelah skala pengukuran dipilih, jarum penunjuk harus menunjuk skala nol.
Caranya Kedua terminal (soket) dihubungkan pendek, kemudian jarum penunjuk
dikembalikan ke skala nol dengan memutar ke kiri atau ke kanan tombol pengatur
nol ohmmeter.
d. Multimeter
Ada satu alat ukur yang multiguna, satu alat ukur yang dapat dipakai untuk
mengukur kuat arus dan tegangan baik arus serah maupun arus bolak-balik,
mengukur kuat arus dan tegangan searah, dan untuk mengukur hambatan. Alat ukur
seperti itu disebut multimeter. Multimeter memiliki tombol pengatur fungsi, tombol
pengatur skala nol ohmmeter, BU voltmeter arus serah, BU ukur voltmeter arus
bolak-balik, BU ampermeter arus searah, BU ampermeter arus searah, skala
pengukuran untuk ohmmeter, dan sakal sesuai fungsinya. Bila digunakan sebagai
voltmeter dan ampermeter arus searahnya memasanganya tidak bolah terbalik,
yaitu terminal (soket) positif dipasang pada titik positif, terminal negatif dipasang
pada titik negatif.
Prosedur penggunan multimeter:
a. Atur tombol pengatur fungsi sesuai yang akan diukur, yaitu meemutar dan
mengarahkannya ke daerah BU dari yang akan diukur.
b.
Pilih BU yang sesuai. BU tidak boleh kurang dari perkiran hasil
pengukuran. Bila tidak tahu perkiran hasil pengukuran, mulai saja dari yang
terbesar, bila multimeter belum berfungsi, kurangi batas ukurnya.
c. Pasang multimeter dengan benar sesuai dengan yang diukur.
d. Baca dan catat hasil pengukurannya.
- 19 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
F. Rangkuman
1.
Arus Listrik

2.
Arus listrik dalam pengantar (konduktor) adalah aliran muatan listrik.
Karakteristik Arus Listrik

Dalam penghantar yang mengalir adalah muatan listrik negatif (elektron).
E
      
      
F
I

Arah arus ditetapkan sebagai berikut:
Bila yang bergerak muatan positif, arah arus sama dengan arah aliran
muatan; bila yang mengalir muatan negatif, arah arus berlawanan dengan
arah airan muatan.

Dalam rangkaian arus listrik selalu dari kutub positif ke kutub negative di
luar batere.
- 23 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
3.
Kuat Arus Listrik (I)


4.
q
t
Satuan: coulomb/detik, juga debut ampere (A); ampere = coulomb/detik.
Didefinisikan: I 
Arus Searah dan Arus Bolak-balik.

Sumber tegangan dapat dibedakan atas sumber tegangan searah dan
sumber tegangan bolak-balik. Simbol:
-

+

Sumber tegngan searah menghasilkan arus searah (DC, direct current),
(a)
(b)
sumber tegangan bolak-bolak menghasilkan arus bolak-balik (AC,
alternating current)
P
Q
A
P
B
A
(a)
5.
Q

B
(b)
Hambatan (Resistansi) dan Hukum Ohm.

Bila penghantara dihubungan dengan sumber tegangan, timbul arus listrik.

Sebaliknya
pengahantara
yang
mengahantarkan
arus
listrik
membangkitkaan beda potensial antara ujung-ujung penghantar.

Kemampuan materi mengahantarkan (mengalirkan) arus listrik tidak
sama.

Yang kemampuannyaa besar, daya hantarnya besar atau hambatannya
kecil; sebaliknya yang kemampuannya kecil, daya hantarnya kecil atau
hambatannya besar.
- 24 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah

Besarnya hambatan (resistansi, R) didefinisikan :
R
6.
volt
V
; Satuan:
, juga disebut ohm ().
I
amper
Hubungan antara R, V, dan I. Hukum Ohm.

Bila nilai hambatan beban tertentu konsatan (tidak bergantung nilai V),
persaman R 
7.
V
, disebut hokum Ohm
I
Energi dan Daya Listrik.

Bila ada arus listrik dalam suatu penghantar (beban) berarti ada
perpindahan muatan dari dua titik yang beda potensialnya tidak sama. .

Bila selama t, muatan q berpindah, dari satu titik ke titik lain yang beda
potensialnya V, W = q. V

Q = It  W = (V)

(V) = IR  W = I2Rt

Usaha yang diubah menjadi energi yang berubah menjadi energi panas
(energi kalor).

Satuaan energi = satuan usaha = coulomb-volt = volt-amper-detik =
amper2-ohm-detik = joule.

Biasanya digunakan satuan kalori. Padanan antara kalori dan joule adalah:
1 J = 0,24 kalori, maka W = 0,24 I2Rt kalori.



Energi perssatuan waktu (per detik) disebut daya (power, P)
P
W
 VI  I 2 t
t
joule
Satuan daya = det ik = volt amper, amper2 detik; yang juga disebut watt
(W). Yang paling sering digunakan adalah volt-amper, atau watt.
- 25 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
8.
Rangkaian Seri dan Paralel
a. Rangkaian Seri
R1
R2
A
B
R3
R1
C
D
R1
A
A
B
R2
R2
B
R3
R3
C
D
(a)
C
D
(b)
(c)
Beberapa beban yang hanya membentuk satu jalan arus, disebut rangkanan
seri.
Sifat-sifat Rangkaian seri:

Seluruh arus yang mengalir dalam R1, mengalir dalam R2, dan mengalir
dalam R3. Dengan kata lain hanya ada satu arus. Karena hanya ada satu
arus, kuat arus di mana-mana sama.

Bila salah saatu bagian (beban) terputus, dalam seluruh bagian tidak ada
arus.

Bila diukur beda potensial VAB, VBC, VCD, dan VAD; dalam keadan ideal:
VAD= VAB + VBC + VC

Bila kuat arusnya I, maka:
VAD = VAB+VBC+VCD = IR1 + IR2 + IR3 = I(R1 + R2 + R3)

Bila ketiga hambatan diganti dengan sebuah hambatan RP yang menghasilkan
efek sama
R1
A
R2
B
R3
C
D
RP
A
D
- 26 (a)
(b)
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
VAD = IRP
IRP = I(R1 + R2 + R3)  RP = R1 + R2 + R3

Generalisasi:n buah beban yang resistansinya R1, R2, R3, , Rn yang
terangkai seri; boleh diganti dengan sebuah beban pengganti dengan
resistansi RP yang nilainya:
RP = R1+R2+R3, + , + Rn
b. Rangkaian Paralel
Beberapa beban (hambatan) yang terangkai sedemikian sehinga hanya
terdapat satu bedaa potensial, disebut terangkai secara parallel.
Sifat-sifat rangkaian parallel:

Beda potensial antara ujung-ujung beban yang satu sama dengan beda
potensial antara ujung-ujung beban yang lain.

Bila kuat arus yang menuju titik cabang diberi tanda negatif dan yang
meninggalkan titik cabang diberi tanda positip, maka di titik cabang:
 I = 0 (Hukum I Kirchhoff)
R1
I1
R1
R2
A
A
R2
R3
R3
B
I2 B
I3
Gambar 2.8.
I

Putusnya arus (rangkaian) di salah satu cabang, tidak mengakibatkan arus
(b)
di cabang lain terputus.
(a)
A
R1
- 27 R2
B
R3
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah

Bila kuat arus di salah satu simpul adalah I, I1, I2, dan I3 (gambar 2.8a),
berdasarkan hukum I Kirchhoff, maka: I = I1 + I2 + I3
V AB V AB V AB
1
1
1


= V AB ( 
 ) …………………….…(a)
R1
R2
R3
R1 R 2 R3

Bila ketiga beban diganti dengan sebuah beban pengganti RP (gambar
2.9b) ssehingga menghsilkan efek yang sama: yang sama,
R1
I1
A
R2
RP
I2
A
B
IP
I=
V AB
RP
R3
I3
V AB
1
1
1
1
1
1
1
= V AB ( 
 )



RP
R1 R 2 R3 I RP R1 R2 R3

(b)
Generalisasi: n beban yang memiliki resistansi R1, R2, R3,    , R6 yang
terangkai paralel; boleh diganti dengan sebuah beban dengan resistansi RP
yang dengan syarat:
1
1
1
1


 
(a)
R P R1 R 2
Rn
c.
Rangkaian Kombinasi

Tidak ada satu persaman yang berlaku untuk semua kemungkinan
rangkaian kombinasi.

Yang berlaku adalah, pada bagian yang berupa rangkaian seri berlaku RP
= R1+R2+R3, + , + Rn ; sedangkan pada bagian yang berupa rangkaian
paralel berlaku:
1
1
1
1
.


 
R P R1 R 2
Rn
- 28 -
B
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah

Pada bagian yang merupakan rangkaian seri dan/atau paralel, beban-beban
diganti dengan sebuah beban pengganti.

Proses tersebut dilakukan terus sampai hanya ada satu rangkaian seri atau
paralel tunggal.
Contoh:

Pada rangkaian gambar 2.11(a) R6 dan R7 terangkai secara paralel,
sehingga boleh diganti dengan sebuah hambatan Rp1 yang resistansinya:
1
1
1


.
R p1 R6 R7

Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11(b). Pada rangkaian 2.10 (b), R 2,
Rp1, dan R4 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti dengan sebuah
penghambat Rp2 yang resistansinya Rp2= R2 + Rp1+R4.

Rangkaian menjadi seperti gambar 2.10(c). Pada rangkaian 2.10(c)
tersebut R5 dan Rp2 terangkai secara paralel, sehingga boleh diganti dengan
sebuah pengambat Rp3 yang resistansinya

1
1
1


.
R p 3 R5 Rp 2
Rangkaian menjadi seperti gambar 2.11 (d). Pada rangkaian 2.11(d) R1,
RP3, dan R3 terangkai secara seri, sehingga boleh diganti dengan sebuah
hambatan Rp dengan resistansi Rp = R1 + Rp3 + R3.
R1
R2
R5
R3
R1
R6
R2
R5 RP1
R1
R5
R7
R4
R3
(a)
R4
(b)
R1
RP3
R3
- 29 -
R3
(c)
RP2
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
9.
Rangkaian Kompleks
Rangkaian kompleks adalah rangkaian yang bukan rangkaian seri, bukan
rangkaian parallel, dan bukan rangkaian kombinasi (gb b)

Pada setiap rangkaian tertutup (mesh) berlaku:
    IR  0 (Hukum II Kirchhoff).

Rangkaian kompleks dianalisis dengan hokum II Kirchhoff. Prosedurnya:
o Tentukan secara sembarang arus mesh (arus loop sederhana), searah
atau atau berlawanan dengan putaran jarum jam.
o Lakukan penjumlahan mengikuti arah arus mesh.
o Bila dijumpai pertama kutub postif sumber,  bertanda positif, bila
dijumpai pertama kutub negatif,  bertanda negatif;
o Bila arah penjumlahan sama dengan arus mesh, arus bertanda positif,
bila berlawanan dengan arus mesh, arus bertanda negatif.
- 30 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Pada rangkaian gambar (a):
  1  IR1  ( 2 )  I ( R2 )  0
Pada rangkaian gambar (b)
Pada mesh I:
  1  I1 R1  ( I1  I 2 ) R3   2  I1 R2  0 ……… (1)
Pada mesh II:
  2  ( I 2  I1 ) R3   3  I 2 R4  0 ………………(2)

Bila diketehui nilai hambatan dan tegangan batere, dapat dihitung kuat
arus di setiap bagian dengan menghitung I1 dan I2.

Bila dalam perhitungan diperoleh nilai I positif, arah I sebenarnya sama
dengan arah yang ditentukan, sedangkan bila nilai I negatif, arah
sebenarnya I berlawanan dengan arah I yang telah ditentukan.
Contoh Penyelesaian Soal.
Tentukan (a) I pada setiap R dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada R 2 pada
rangkaian berikut, bila R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan
2 = 80 volt.
- 31 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Data : R1 = 40 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 60 ohm, 1 = 20 volt, dan 2 = 80 volt
Masalah: Menentukan (a) IR1, IR2, IR3, dan (b) nilai dan polaritas tegangan pada
R2 .
Analisis:
Pada mesh I:
  1  I 1 R1  ( I 1  I 2 ) R2  0
20 volt + 40I1ohm + 20(I1 – I2)ohm = 0
60 I1ohm – 20 I2 ohm = -20 volt
3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt …………………(1)
Pada mesh II:
 2  I 2 R3  ( I 2  I1 ) R2 = 0
80 volt + 60I2ohm + 20(I2 – I1)ohm = 0
- 20I1ohm + 80 I2ohm = - 80Volt
- I1ohm + 4 I2 ohm = - 4 volt …………..…. (2)
- 32 -
Pendalaman Materi FISIKA
Modul 14: Rangkaian Arus Searah
Penyelesaian persamaan untuk mencari I1 dan I2:
3I1ohm – I2 ohm = - 1 volt
Pers. (1) :
Pers. (2)x3:-3I1ohm +12I2ohm = -12 volt +
11I2ohm = -13 volt
I2 =
 13volt
13
13
  amper . (I2 =
A , berlawanan dengan putaran jarum
11ohm
11
11
jam)
Pers. (2): -I1 ohm -
I1=
52
52
8
volt = -4 volt  - I1ohm = -4volt +
volt  volt
11
11
11
8
11
volt
8
8
  amper . (I1 = A, berlawanan dengan putaran jarum jam)
 1ohm
11
11
Arus pada R1 =
8
A , kekiri
11
Arus pada R2 =
8
13
8
13
5
A (ke atas) +
A (ke bawah) = A+ A=
A ke bawah.
11
11
11
11
11
Pada R2 , I1 =
8
13
13 8
amper ke atas; I2 =
amper ke bawah, I = ( - ) = 5 A. ke
11
11
11 11
11
bawah
Beda potensial pada R2 = 20 ohm( 5 A. )= 9,1 volt, ujung atas positif, ujung bawah
11
negatif.
G. Daftar Pustaka
a.
Halliday, David dan Resnick, Robert; Terj. Silaban, Pantur dan Sucipto, Erwin;
1988; Fisika; Jilid 2; Edisi 2; Penerbit Erlangga; Jakarta.
b.
Hayt, Jr., William H. dan Kemmerly, Jack E.; Terj. Silaban, Pantur; 1990;
Rangkaian Listrik; Jilid 1; Edisi 4; Penerbit Erlangga; Jakarta.
- 33 -
Download