TARHIB RAMADHAN Tak terasa kita telah memasuki bulan Rajab. Sebentar lagi kita akan kedatangan bulan sya’ban lalu Ramadhan. Setelah sekian lama berpisah, kini Ramadhan kembali akan hadir di tengah-tengah kita. Bagi seorang beriman, tentu kedatangan bulan Ramadhan akan disambut dengan rasa penuh syukur, karena Ramadhan merupakan bulan maghfirah, rahmat dan menuai pahala serta sarana menjadi orang yang muttaqin. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita melakukan persiapan diri untuk menyambut kedatangan bulan Ramadhan, agar Ramadhan kali ini benar-benar memiliki nilai yang tinggi dan dapat mengantarkan kita menjadi orang yang bertaqwa. Ramadhan Adalah Keistimewaan Ummat Ini Begitu banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt. kepada umat Nabi Muhammad saw., yang tidak diberikan kepada umat lainnya. Dalam Islam orang yang melakukan kebaikan satu akan dibalas oleh Allah swt. dengan sepuluh kali lipat, sebaliknya apabila dia melakukan kejahatan, tidak Allah balas kecuali hanya sesuai dengan kadar kejahatan yang dilakukannya. Imam al-Bukhari pernah meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw. menerima perintah melaksanakan shalat fardlu pada saat isra’ dan mi`raj, pertama kali Allah memerintahkan untuk dilaksanakan shalat sebanyak 50 kali, namun atas usul Nabi Musa, shalat tersebut diwajibkan hanya 5 kali dalam sehari semalam untuk Nabi dan umatnya. Walaupun demikian nilai pahalanya sama dengan melaksanakan shalat 50 kali, karena setiap shalat pahalanya dilipatkan menjadi sepuluh kali, belum cukup dengan itu, Allah swt. memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda sampai 700 kali bahkan bisa lebih banyak lagi. Bahkan lebih dahsyat lagi Allah memberi satu malam yang lebih besar pahala ibadah di dalamnya dari pada beribadah 1000 bulan di bulan-bulan lain dan ini hanya terjadi dalam bulan Ramadhan. Kisah Malam Istimewa Imam Ibnu Katsir dalam menyebutkan sebuah hadis tentang turunnya ayat Al-Qadar: س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وس يَ ْو ًما أ َ ْربَعَةً ِم ْن ُ ع ِلي ب ِْن ُ ذ َك َر َر:ع ْر َوة َ قَا َل َ عن َ ُص ْوه ،ب ُ لَ ْم يَ ْع،عا ًما َ فَذَ َك َر أَي ُّْو:عي ٍْن َ َط ْرفَة َ عبَد ُْوا هللاَ ثَمانِ ْي َن َ ،بَنِي إِس َْرائِ ْي َل اب َرسُ ْو ِل َ َويُ ْو، َو ِح ْزقِ ْي َل بْنَ ْال َع ُج ْو ِز،َوزَ َك ِريَّا ُ ص َح ْ َب أ َ فَ َع َج: قَا َل،ون ٍ ُش َع بْنَ ن ْ َع ِجب ت أ ُ َّمت ُ َك َ ،ُ يَا ُم َح َّمد: فَأَتَاهُ ِجب ِْر ْي ُل فَقَا َل،هللاِ صلى هللا عليه وسلم ِم ْن ٰذ ِل َك َ ُص ْوه عي ٍْن؛ فَقَدْ أ َ ْنزَ َل هللاُ َخي ًْرا ُ لَ ْم ي ْع،ًسنَة َ َط ْرفَة َ َِم ْن ِع َبادَ ِة هَؤُ الَ ِء النَّفَ ِر ث َ َمانِيْن ْ َ ِإنَّا أ:علَ ْي ِه ُاك َما لَ ْيلَة ُ ْالقَدْ ِر لَ ْيلَة َ نزلنَاه ُ ِفي لَ ْيلَ ِة ْالقَدْ ِر َو َما أَدْ َر َ َ فَقَ َرأ.ِم ْن ٰذ ِل َك س َّر بِ ٰذ ِل َك َ ف َ ْت أ َ ْن َ ع ِجب ِ ْالقَدْ ِر َخي ٌْر ِم ْن أ َ ْل ُ َ ف: قَا َل.ت َوأ ُ َّمت ُ َك َ ض ُل ِم َّما َ َهذَا أ َ ْف،ش ْه ٍر اس َمعَه ُ َر ُ َّس َلم َوالن َ ُصلى هللا َ علَ ْي ِه َو َ ِس ْو ُل هللا Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw suatu hari menceritakan empat orang dari Bani Israil yang menyembah Allah selama 80 tahun, yang tidak pernah berbuat maksiat sekejap mata pun, yaitu Ayub, Zakariya, Hizqil bin ‘Ajuz dan Yusya’ bin Nun. Maka para sahabat mengagumi hal itu. Kemudian datanglah Jibril kepada Nabi saw dan berkata: “Wahai Muhammad, umatmu kagum dengan ibadah selama 80 tahun, yang tidak pernah berbuat maksiat sekejap mata pun. Kemudian Allah menurunkan yang lebih baik dari ibadahnya orang Israil tersebut. Kemudian Jibril membacakan kepada Nabi: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (al-Qadr: 1-3) Ini lebih utama dari pada yang dikagumimu dan umatmu”. Kemudian Rasulullah dan sahabat merasa senang dengan hal itu. Hal demikian diberikan oleh Allah swt. kepada umat Nabi Muhammad ini dalam rangka mendapatkan pahala sebagai investasi dan bekal menempuh kehidupan akhirat. Demikian ini diberikan oleh Allah sebagai imbangan terhadap umat terdahulu yang diberikan umur sangat panjang. Umat Nabi Nuh misalnya dapat bertahan sampai seribu tahun kurang 50 tahun, dan juga umat Nabi-Nabi lain yang umur mereka mencapai ratusan tahun, bahkan ribuan tahun, sudah barang tentu kalau mereka sholeh maka pasti akan mendapatkan pahala yang sangat banyak.. Sedangkan umat Nabi Muhammad saw. hanya sekitar enam puluh sampai tujuh puluhan tahun, sehingga umat ini tidak akan dapat mengimbangi kebaikan umat terdahulu yang dapat mengumpulkan pahala begitu banyak. Namun meskipun demikian umat Muhammad saw tetap dapat mendapatkan pahala yang sama dengan ummat yang berumur panjang itu, bahkan dapat melebihi umat terdahulu yang hidup dalam masa ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Persiapan Sebelum Ramadhan Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu: a. (Isti’dad Imani) : Persiapan iman Pertama, berdoa kepada Allah Swt, sebagaimana yang dicontohkan para ulama salafusshalih. Mereka berdoa kepada Allah Swt dengan sungguh-sungguh agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan sejak enam bulan sebelumnya dan selama enam bulan berikutnya mereka berdoa agar puasanya diterima Allah Swt, karena berjumpa dengan bulan ini merupakan nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah Swt. Mu’alla bin al-Fadhl berkata, “Dulunya para salaf berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan berikutnya agar Dia menerima (amal-amal shaleh) yang mereka kerjakan” (Lathaif Al-Ma’aarif: 174) Di antara doa mereka itu adalah: ”Ya Allah, serahkanlah aku kepada Ramadhan dan serahkan Ramadhan kepadaku dan Engkau menerimanya kepadaku dengan kerelaan”. Dan doa yang populer: ”Ya Allah, berkatilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”. Kedua, menuntaskan puasa tahun lalu. Sudah seharusnya kita mengqadha puasa sesegera mungkin sebelum datang Ramadhan berikutnya. Namun kalau seseorang mempunyai kesibukan atau halangan tertentu untuk mengqadhanya seperti seorang ibu yang sibuk menyusui anaknya, maka hendaklah ia menuntaskan hutang puasa tahun lalu pada bulan Sya’ban. Sebagaimana Aisyah r.a tidak bisa mengqadha puasanya kecuali pada bulan Sya’ban. Menunda qadha puasa dengan sengaja tanpa ada uzur syar’i sampai masuk Ramadhan berikutnya adalah dosa, maka kewajibannya adalah tetap mengqadha, dan ditambah kewajiban membayar fidyah menurut sebagian ulama. Selain itu Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya'ban ini dengan cara memberikan contoh langsung dan aplikatif. 'Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata: "Rasulullah saw berpuasa, sampaisampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya". Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: "Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya'ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu dengan Ramadhan". (Hadits shahih diriwayatkan oleh para ulama' hadits, lihat Riyadhush-Shalihin, Fathul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain). Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya'ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: "Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya'ban ini? Beliau saw menjawab: "Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt Rabbul 'Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa". (HR An-Nasa-i). Ini semua dilakukan demi mempersiapakan keimanan sebagaimana seruan Allah : يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا Setelah iman kokoh, barulah Allah beri seruan tentang kewajiban puasa : )183( َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلكُ ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون ِ علَ ْي ُك ُم َ ب َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت َ ب َ ُِكت b. (Isti’dad Madi) Persiapan Materi. Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega. Sebaiknya aktivitas ibadah di bulan Ramadhan harus lebih mewarnai hari-hari ketimbang aktivitas mencari nafkah atau yang lainnya. Pada bulan ini setiap muslim dianjurkan memperbanyak amal shalih seperti infaq, shadaqah dan ifthar (memberi bukaan). Karena itu, sebaiknya dibuat sebuah agenda maliah (keuangan) yang mengalokasikan dana untuk shadaqah, infaq serta memberi ifhtar selama bulan ini. Moment Ramadhan merupakan moment yang paling tepat dan utama untuk menyalurkan ibadah maliah kita. Ibnu Abbas r.a berkata, ”Nabi Saw adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan.” (H.R Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam persiapan maliah adalah mempersiapkan dana agar dapat beri’tikaf dengan tanpa memikirkan beban ekonomi untuk keluarga. Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap bendabenda di sekitarnya.Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas RadhiyaLlahu 'anhu: "Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan". (HR Muttafaqun 'alaih). Santunan dan sikap ini sudah barang tentu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai. c. ( Isti’dad Fikri) Persiapan fikroh Persiapan keilmuan (memahami fikih puasa). Mu’adz bin Jabal r.a berkata: ”Hendaklah kalian memperhatikan ilmu, karena mencari ilmu karena Allah adalah ibadah”. Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah mengomentari atsar diatas, ”Orang yang berilmu mengetahui tingkatan-tingkatan ibadah, perusak perusak amal, dan hal-hal yang menyempurnakannya dan apa-apa yang menguranginya”. Oleh karena itu, suatu amal perbuatan tanpa dilandasi ilmu, maka kerusakannya lebih banyak daripada kebaikannya. Maka dalam hal ini, hanya dengan ilmu kita dapat mengetahui cara berpuasa yang benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. Begitu juga ilmu sangat diperlukan dalam melaksanakan ibadah lainnya seperti wudhu, shalat, haji dan sebagainya. Maka, menjelang Ramadhan ini sudah sepatutnya kita untuk membaca buku fiqhus shiyam (fikih puasa) dan ibadah lain yang berkaitan dengan Ramadhan seperti shalat tarawih, i’tikaf dan membaca al-Quran. Minimal isti’dad fikri ini meliputi dua hal, yaitu: 1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan, persiapan menyambut ramadhan dan kajian keutamaan bulan Ramadhan serta amal-amal di dalamnya. 2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan. Paket Amaliyah Ramadhan Dalam Al-Quran Satu-satunya ayat tentang Ramadhan adalah surat Al-Baqoroh 183-187. Allah menyebutkan paket amal ramadhan yang jika semua amal ini dilakukan dengan landasan iman maka Allah pastikan ia akan menjadi hamba yang bertaqwa sebagaimana awal ayat ramadhan di buka dengan pengharapan taqwa dan akhir ayat ramadhan ditutup dengan sifat taqwa : ) أَيَّا ًما183( َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ ب َ ب َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت ِ علَ ْي ُك ُم َ ِيَاأَيُّ َها الَّذِي َن آ َمنُوا ُكت َ ٌعلَى الَّ ِذينَ يُ ِطيقُونَهُ فِ ْديَة ٍ َم ْعدُودَا طعَا ُم َ سفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَيَّ ٍام أ ُ َخ َر َو َ ت فَ َم ْن كَا َن ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا أ َ ْو َ علَى َ َ ين فَ َم ْن ت ش ْه ُر َ )184( َصو ُموا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون َ ط َّو ُ َ ع َخ ْي ًرا فَ ُه َو َخ ْي ٌر لَهُ َوأ َ ْن ت ْ ِم ٍ س ِك ٍ اس َوبَ ِينَا ش ْه َر َّ ان فَ َم ْن ش َِه َد ِم ْن ُك ُم ال ِ ََّر َمضَانَ الَّذِي أ ُ ْن ِز َل ِفي ِه ا ْلقُ ْرآ ُن ُهدًى ِللن ِ َت ِمنَ ا ْل ُهدَى َوا ْلفُ ْرق س َر َ ص ْمهُ َو َم ْن كَا َن َم ِريضًا أ َ ْو ُ َفَ ْلي ْ ُس َر َو ََل يُ ِري ُد ِب ُك ُم ا ْلع ْ َُّللاُ ِب ُك ُم ا ْلي َ علَى َّ سفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِم ْن أَيَّ ٍام أ ُ َخ َر يُ ِري ُد سأَلَكَ ِعبَادِي عَنِي فَ ِإ ِني ْ َ علَى َما َهدَا ُك ْم َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ََّللا َ ) َوإِذَا185( َشك ُُرون َّ َو ِلتُك ِْملُوا ا ْل ِع َّدةَ َو ِلتُكَبِ ُروا ) أ ُ ِح َّل لَ ُك ْم186( َش ُدون ُ ست َ ِجيبُوا ِلي َو ْليُؤْ ِمنُوا ِبي لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر ْ ََان فَ ْلي ُ يب أ ُ ِج ٌ قَ ِر ِ َّاع ِإذَا َدع ِ يب َدع َْوةَ الد ُ َالرف َّللاُ أَنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم ت َ ْختَانُونَ أ َ ْنفُسَ ُك ْم َ اس لَ ُه َّن َ ِث إِلَى ن َّ ع ِل َم ِ َلَ ْيلَة ٌ َاس لَ ُك ْم َوأَ ْنت ُ ْم ِلب ٌ َسائِ ُك ْم ُه َّن ِلب َّ الصيَ ِام َّللاُ لَ ُك ْم َو ُكلُوا َواش َْربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم َ عفَا َ علَ ْي ُك ْم َو َ اب ِ ع ْن ُك ْم فَ ْاْل َن بَا َّ ب َ َ ش ُروهُنَّ َوا ْبتَغُوا َما َكت َ َ فَت ُ ا ْل َخ ْي ش ُرو ُهنَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ِ الصيَا َم ِإلَى اللَّ ْي ِل َو ََل تُبَا ُ َط ْاْل َ ْبي ْ َ ض ِم َن ا ْل َخ ْي ِط ْاْل ِ س َو ِد ِم َن ا ْلفَ ْج ِر ث ُ َّم أَتِ ُّموا )187( اس لَعَلَّ ُه ْم يَتَّقُو َن ِ ََّّللاُ آيَاتِ ِه ِللن ِ َّ اج ِد تِ ْلكَ ُحدُو ُد َ عَا ِكفُو َن فِي ا ْل َم َّ َُّللا فَ ََل ت َ ْق َربُو َها َكذَ ِلكَ يُبَيِن ِ س Kita akan uraikan paket amaliyah ramadhan yang diajarkan Allah dalam ayat ini. Dan setidaknya ada delapan amaliyah pokok dalam ayat tentang ramadhan yang harus diperhatikan. 1. Puasa dari segala yang membatalkannya (kemaksiatan dan durhaka) )183( َعلَى الَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِلكُ ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون ِ علَ ْي ُك ُم َ ب َ ِالصيَا ُم َك َما ُكت َ ب َ ُِكت Semua amal ibnu Adam adalah untuknya, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah SWT berfirman: kecuali puasa, ia adalah untuk-KU, dan AKU yang akan membalasnya, sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwatnya, makanannya, dan minumannya demi AKU, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, sekali waktu berbuka dan sekali lagi waktu bertemu Robbnya, sungguh bau tidak sedap mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi disisi Allah SWT daripada minyak misik. (HR. Bukhari) 2. Shodaqoh (wajib dan Sunnah) فِدْيَةٌ طَعَا ُم ِم ْس ِكين "Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa dan yang berpuasa itu tidak dikurangi pahalanya sedikitpun" (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban) 3. Perbanyak interaksi dengan quran ُ ضانَ الَّذِي أ ُ ْن ِز َل ِفي ِه ْالقُ ْر آن َ َ ش ْه ُر َر َم di antara amalan penting lainnya adalah tilawatul Quran dengan tadabur dan khusyuk. Beliau mengkhatamkan Alquran minimal dua kali pada bulan Ramadhan. Para ulama salaf sangat tekun untuk membaca Alquran. Al-Aswad bin Yazid selalu mengkhatamkan Alquran dalam enam hari bila masuk Ramadhan mengkhatamkannya tiga hari sekali, dan bila masuk 10 hari terakhir mengkhatamkannya setiap malam. Imam As-Syafi’i selalu mengkhatamkan Alquran setiap hari pada 10 hari terakhir Ramadhan. Bahkan sejak awal ramadhan jika ditotal imam syafii khatam 60 kali. Utsman bin affan menghatamkan Al-Qur’an setiap satu Rakaat, ada yang katam sehari satu kali, bahkan dua kali, tiga kali, empat kali, lima kali, enam kali dan riwayat yang terbanyak adalah Ibnu khotib menghatamkan Al-Qur’an delapan kali sehari. 4. Banyak mendekat diri dengan berdzikir dan bertakbir َّ َو ِلتُكَبِ ُروا علَى َما هَدَا ُك ْم َولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرو َن َ ََّللا Termasuk ibadah yang sering ditinggalkan pada waktu2 luang di bulan ramadhan adalah dzikir dan tasbih, banyak meyebut asma Allah, Padahal ini adlah perintah Allah dalam rangkaian amaliayah ramadhan. Yang nilainya sangat agung di sisi Allah SWT. 5. Banyak mendekatkan diri dengan ketaatan (amal sunnah) ُ فَ ْليَ ْست َِجيبُوا ِلي َو ْليُؤْ ِمنُوا ِبي لَعَلَّ ُه ْم يَ ْر شدُو َن “Barangsiapa melakukan qiyam ramadhan karena iman dan mencari keridhooan, akan diampuni dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari) 6. Ajak keluarga untuk memaksimalkan Ramadhan dengan ketaatan ُ َالرف اس لَ ُه َّن َّ الصيَ ِام ٌ َاس لَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ِلب ٌ َسائِ ُك ْم ُه َّن ِلب ِ َأ ُ ِح َّل لَ ُك ْم لَ ْيلَة َ ِث إِلَى ن membangunkan keluarganya untuk menegakkan shalat. Sebagaimana diriwayatkan Bukhari dari Siti Aisyah, Rasul SAW membangunkan keluarga di malam hari bukan khusus pada bulan Ramadhan saja, tetapi pada 10 hari terakhir lebih rajin dan bersegera untuk membangunkan keluarga. Sufyan ats-Tsauri mengatakan, “Apabila memasuki 10 hari terakhir beliau bertahajud, bersungguh- sungguh, dan membangunkan keluarganya dan anakanaknya untuk shalat malam.” 7. Jaga sunnah-sunnah puasa ُ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َحتَّى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ْال َخ ْي ض ِمنَ ْال َخي ِْط ْاْلَس َْو ِد ِمنَ ْالفَج ِْر ث ُ َّم أَتِ ُّموا ُ َط ْاْل َ ْبي ام ِإلَى اللَّي ِْل ِ َ َالصي Bersahurlah, sesungguhnya dalam sahur itu ada keberkahan. (HR Muslim). Mintalah pertolongan dengan makan sahur agar dapat berpuasa disiang harinya, dan dengan tidur siang, agar dapat qiyamul-lail di malam hari. (HR Ala Hakim).[3] Ada tiga hal yang dicintai Allah 'Azza wa jalla: menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat. (HR Ath-Thabarani)[4]. Manusia akan selalu dalam keadaan baik, selama mereka menyegerakan berbuka. (HR Muslim). 8. Itikaf dan mencari keistimewaan lailatul Qodar َّ ُ اج ِد ِت ْل َك ُحدُود اس لَعَلَّ ُه ْم ِ ََّّللاِ فَ ََل ت َ ْق َربُوهَا َكذَ ِل َك يُبَ ِي ُن َّللاَّ ُ آيَا ِت ِه ِللن َ َوأ َ ْنت ُ ْم ِ س َ عا ِكفُونَ ِفي ْال َم )187( َيَتَّقُون Dari Ibnu Umar sesungguhnya nabi beri’tikaf 10 terakhir bulan Ramadhan (HR. Bukhori) Jika amal pokok yang Allah sampaikan di dalam rangkaian ayat-ayat puasa ini kita maksimalkan, maka Allah akan jamin kita di masukkan ke dalam golongan hamba yang mendapat predikat takwa sebagaimana penutup ayat : Laallahum yattaqun. (AlBaqoroh 187) Semoga kita dikuatkan Allah untuk menyambut, mengisi dan memaksimalkan amaliyah Ramadhan dan Allah jadikan kita termasuk hamba yang bertakwa.