Uploaded by happyvyona

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
pada tahun 2025 lebih dari 1,5 miliar individu dunia mengalami hipertensi
(CDC, 2016). Berdasarkan laporan Riskesdas (2013) terjadi penurunan prevalensi
hipertensi dari tahun 2007 sebesar 31,7% dan tahun 2013 sebesar 26,5%. Penurunan
prevalensi hipertensi diasumsikan karena alat pengukur tensi yang berbeda sampai
pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas kesehatan,
namun berdasarakan wawancara terjadi peningkatan prevalensi 7,6 persen tahun 2007
dan menjadi 9,5 persen tahun 2013 (Riskesdas, 2013).
Menurut WHO tahun 2011,hipertensi menyebabkan 8 juta kematian pertahun
di seluruh dunia dan 1,5 juta kematian pertahun di wilayah Asia Tenggara.Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013,prevalensi hipertensi mencapai
25,8%. Jika penduduk Indonesia sekitar 252 juta, maka terdapat 65 juta penduduk
Indonesia menderita hipertensi. Sedangkan di Jawa Tengah prevalensi hipertensi
mencapai 26,4 %, hal ini menunjukkan kejadian hipertensi di Jawa Tengah lebih
tinggi daripada rata rata di Indonesia, sehingga hipertensi merupakan kondisi yang
sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
PENGERTIAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka
atau
kematian
mortalitas.
Hipertensi
merupakan
keadaan
ketika
seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama (Saraswati, 2009).
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif,
sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah peningkatan tekanan
darah secara kronis dan persisten dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
II. ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek
dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
a.
Faktor keturunan
b.
Ciri perseorangan
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
2) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
3) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
4) Kebiasaan hidup
5) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
6) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
7) Kegemukan atau makan berlebihan
8) Stress
9) Merokok
10) Minum alcohol
11) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2. Hipertensi Sekunder
Dapat
diakibatkan
karena
penyakit
parenkim
renal/vaskuler
renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil, gangguan endokrin, DM, saraf, stroke,
kontrasepsi oral, dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
1.
Elastisitas dinding aorta menurun
2.
Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3.
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
4.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi
Menurut
Elsanti
(2009),
faktor
resiko
yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain:
1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
yang
mempengaruhi
hipertensi
a.
Jenis kelamin
b.
Umur
c.
Keturunan (Genetik)
2. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
a. Merokok
b. Status Gizi
c. Stres
d. Konsumsi na ( natrium )
III.
PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2010).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2009).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 2009).
IV.
KLASIFIKASI
The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure membuat suatu klasifikasi baru yaitu :
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Usia 18 Tahun atau Lebih *
Kategori
Normal
Normal tinggi
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)
Tingkat 2 (sedang)
Tingkat 3 (berat)
Sistolik (mmhg)
< 130
130-139
Diastolik (mmhg)
<85
85-89
140-159
160-179
≥180
90-99
100-109
≥110
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80
mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi
kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan
darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka
beberapa minggu. (Price, 2009)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah;
tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis. (Price, 2009)
V.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2009), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah,
Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas
VI.
KOMPLIKASI
Efek pada organ :
1) Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2) Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3) Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
A. Pemeriksaan yang segera seperti :
a) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b) Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
c) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
B. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal,
batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP:
mengidentifikasikan
penyebab
hipertensi
seperti:
Batu
ginjal,
perbaikan ginjal.
d) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.
VIII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1)
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2)
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
4)
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ASKEP
I.
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan
tidur/istirahat, takhikardi/takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktivitas.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki dan
penyembuhan yang lama, takhikardi.
3. Integritas ego
Stress, tergantung pada orang lain, cemas/ansietas, peka.
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih (poliuria), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, urin
pekat.
5. Makanan/cairan
Nafsu makan naik/turun, mual/muntah, penurunan BB, haus, kulit kering, bersisik,
turgor jelek, nafas bau aseton.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, gangguan penglihatan, mengantuk, disorintasi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Abdomen dapat terdapat nyeri.
8. Pernafasan
Peningkatan frekuensi pernafasan.
9. Keamanan
Kulit gatal, kering, ulkus kering, lesi ulserasi.
II.
Diagnosa Keperawatan
Dx1
: Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cidera biologis
Dx 2
:
Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Dx3
:
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Kelemahan
dan
I.
No
RENCANA KEPERAWATAN
Tujuan dan NOC
NIC
DP
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Pain Management
selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat nyeri a. Kaji
tingkat
akut berkurang / hilang.
komprehensif :
NOC:
karakteristik,
nyeri
yang
lokasi, durasi,
frekuensi,
-
Pain level
intensitas, factor pencetus, sesuai
-
Pain control
dengan
-
Comfort level.
perkembangan.
dengan kriteria hasil :
usia
dan
tingkat
b. Monitor keadaan umum
- Pasien mengungkapkan nyeri dibagian c. Pantau TTV
post op berkurang.
d. Ajarkan tehnik relaksasi napas
- Skala nyeri dalam batas normal (0-2)
dalam
- Pasien menunjukkan rasa nyaman dan Kolaborasi medis untuk pemberian
rileks
analgetik, fisioterapis/ akupungturis.
TTV dalam batas normal
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor TTV
selama
3
x
24
jam
diharapkan
Ketidakseimbangan Nutrisi : kurang dari
-
tekanan
darah,nadi,suhu, dan status
kebutuhan tubuh dapat berkurang atau hilang
dengan kriteria hasil :
monitor
pernafasan dengan cepat
-
NOC :
monitor
tekanan
darah,denyut

Tingkat nyeri

Tingkat ketidaknyamanan

Keparahan mual muntah
nadi
dan
pernafasan
sebelum,sealama,dan setelah
beraktivitas
-
monitor
tekanan
darah
setelah pasien minum obat
Kriteria hasil :
-
Tidak ada Nyeri yang dilaporkan
identifikasi
kemungkinan
penyebab perubahan tandatanda vital.
-
Tidak ada nyeri
Terapi nutrisi :
-
Tidak ada mendesah
-
Tidak ada meringis
-
Tidaak ada mual
-
Tidaak ada muntah
-
Tidak ada frekuensi mual
-
Tidak ada intensitas mual
-
Lengkapi pengkajian nutrisi,
sesuai kebutuhan
-
Pilih suplai nutrisi sesuai
kebutuhan
-
Kaji kebutuhan nutrisi pasien
-
Motivasi
pasien
untuk
mengkonsumsi makanan dan
minuman
yang
tinggi
kalsium, sesuai kebutuhan.
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :
3x24
jam
intoleransi
aktivitas
dapat

terpenuhi dengan:
klien dalam melakukan aktivitas

NOC :
Self Care : ADLs

Toleransi aktivitas

Konservasi eneergi

tanpa
disertai
dalam
aktivitas
peningkatan
fisik
tekanan

yang
Monitor pasien akan adanya

Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Medik
dalam
merencanakan progran terapi
(ADLs) secara mandiri

faktor
berlebihan
darah, nadi dan RR

adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi
Kaji
menyebabkan kelelahan


Observasi adanya pembatasan
yang tepat.

Bantu
klien
untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial

Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

Bantu
pasien/keluarga
mengidentifikasi
untuk
kekurangan
dalam beraktivitas

Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Pantau keadaan umum pasien dan
selama 2 x 24 jam maka masalahgangguan TTV
pola tidur akan teratasi dengan Kreteria Hasil
:
1. Melaporkan istirahat tidur malam yang 2. Kaji Pola Tidur.
optimal.
2.
Tidak menunjukan perilaku gelisah.
3.
Wajah tidak pucat dan konjungtiva 3. Kaji fungsi pernapasan: bunyi
mata tidak anemis karena kurang tidur. napas, kecepatan, irama.
malam.
4.
pola
4. Kaji faktor yang menyebabkan
mempertahankan (atau membentuk) gangguan
tidur
yang
memberikan
tidur
(nyeri,
takut,
energi stress, ansietas, imobilitas,gangguan
yang cukup untuk menjalani aktivitas sehari- eliminasi
sepertisering
hari.
metabolisme,
berkemih,gangguan
gangguan
yang
transportasi,lingkungan
asing,
temperature,aktivitas
yang tidak adekuat).
5. Catat
tindakan
kemampuan
untuk mengurangikegelisahan.
6. Ciptakan
suasananyaman, Kurangi
atau
hilangkan distraksi lingkungan dan
gangguan tidur.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan NIC :
selama 2 x 24 jam maka masalah intoleransi
aktivitas akan teratasi dengan Kreteria Hasil

Observasi adanya pembatasan
:
klien dalam melakukan aktivitas
NOC :
1. Toleransi terhadap aktivitas

1.

Toleransi terhadap aktivitas
c. Hasil ekg :3
yang
Monitor pasien akan adanya
berlebihan

Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
d. ADL:4
Daya tahan
faktor
kelelahan fisik dan emosi secara
a. Saturasi oksigen meningkat : 4
b. Tekanan darah saat beraktivitas : 3
adanya
menyebabkan kelelahan
2. Daya tahan
Kriteria hasil:
Kaji

Kolaborasikan dengan Tenaga
a. Hemoglobin : 4
Rehabilitasi
b. hematokrit :4
merencanakan progran terapi
c. gula darah : 4
yang tepat.
d. aktivitas fisik : 3

Bantu
Medik
klien
dalam
untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial

Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai

Bantu
pasien/keluarga
mengidentifikasi
untuk
kekurangan
dalam beraktivitas

Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2009. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta,
EGC,
Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Doengoes, Marilynn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2009. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2007. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2007 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Imam, S Dkk.2008. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang
Download