Uploaded by User57067

Fotokatalisis

advertisement
Fotokatalisis, secara umum didefinisikan sebagai suatu reaksi kimia
yang dibantu oleh adanya material katalis padat yang diaktivasi oleh adanya
energi foton dari cahaya matahari. Adanya pencahayaan sinar UV dengan
panjang gelombang kurang dari 405 nm (λ
< 405 nm), material semikonduktor oksida, seperti TiO2 dan ZnO, akan
teraktivasi dan memiliki kemampuan untuk mendegradasi senyawasenyawa organik.
Definisi dari fotokatalisis adalah suatu kombinasi antara proses fotokimia dan katalisis.
Proses fotokimia adalah proses sintesis (transformasi) secara kimiawi dengan melibatkan cahaya
sebagai pemicunya.
Sedangkan katalis adalah substansi yang dapat mempercepat jalannya reaksi dengan jalan mengubah
jalur (mekanisme) reaksi tanpa ikut terkonsumsi pada reaksi tersebut.
Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai fotokatalis ialah bahan-bahan yang
memiliki celah pita energi (energy bandgap) seperti kebanyakan logam transisi dan saat
dikenai cahaya maka energi cahaya tersebut dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi
menuju pita konduksi. Ini terjadi jika energi cahaya yang diberikan sama atau lebih besar
daripada celah pita energi dari bahan tersebut.
Proses fotokatalisis dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jenis katalisnya
yaitu fotokatalis homogen dan fotokatalis heterogen.
Fotokatalitik homogen adalah proses fotokatalitik yang terjadi pada fasa
yang sama dan dengan bantuan oksidator seperti ozon dan hidrogen peroksida
Fotokatalis heterogen ialah proses fotokatalisis yang terjadi antara dua
fasa atau lebih dan biasanya dibantu oleh cahaya atau katalis padat. Proses
fotokatalitik heterogen merupakan teknologi berdasarkan iradiasi fotokatalis
semikonduktor seperti titanium dioksida(TiO2), seng oksida(ZnO) ataupun
kadmium sulfida (CdS).
Fotokatalisis heterogen bisa terjadi pada berbagai medium baik fasa gas,
cairan organik murni ataupun fasa berair. Proses keseluruhan yang terjadi pada
fotokatalisis heterogen dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1. Difusi reaktan dari fasa fluida menuju permukaan katalis.
2. Absorbsi reaktan paling sedikit satu jenis reaktan.
3. Reaksi dalam fasa teradsorpsi.
4. Desorpsi produk dari permukaan katalis.
5. Pemisahan (perpindahan massa) produk dari daerah interfasa.
2.1
Proses Fotokatalisis pada Bahan Semikonduktor
Bahan semikonduktor dapat dimanfaatkan sebagai fotokatalis karena
memiliki daerah energi kosong yang disebut dengan celah pita energi (band gap
energy), yang berada diantara batas pita valensinya. Besarnya celah pita energi
ini dapat diukur dengan menggunakan panjang gelombang cahaya yang lebih baik
dalam mengeksitasi elektron. Pada semikonduktor yang memiliki celah pita
energi yang lebar, elektron pada pita valensi tidak bisa tereksitasi menuju pita
konduksi. Akan tetapi jika diberikan suatu energi dari luar maka elektron dari pita
valensi dapat mencapai pita konduksi dan akan terbentuk lubang (holes) sebanyak
elektron yang berpindah.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi fotokatalisis pada
semikonduktor menyangkut struktur pita yang dimilikinya, yaitu:
1. Celah pita energi (band gap energy).
2. Posisi terbawah dari pita konduksi.
3. Posisi teratas dari pita valensi.
Struktur pita dapat dilihat pada Gambar 2. 1 di bawah ini.
Gambar 2. 1. Gambar daerah energi pada semikonduktor (Licciulli, 2002)
Langkah pertama fotokatalisis adalah mengabsorbsi energi foton sinar UV sehingga terjadi
eksitasi elektron dari pita valensi menuju pita konduksi, menghasilkan pasangan spesies
elektron (e-) dan hole (h+). Tanpa adanya medan listrik, pasangan yang telah terbentuk tidak
dapat mengatasi gaya tarik-menarikantara keduanya, kemudian langsung terekombinasi,
menghabiskan 95 persen energi cahaya menjadi panas. Elektron yang berhasil ke permukaan
pertama-tama mereduksi oksigen menjadi radikal superoksida lalu menjadi air. Sedangkan
hole mengoksidasi OH yang teradsorbsi maupun air. Electron yang memiliki harga potensial
lebih besar daripada senyawa kontak yang berada di permukaan semikonduktor, akan
menyebabkan terjadnya reaksi reduksi sehingga senyawa kontak akan mengalami
penambahan jumlah elektron.
GAMBAR 1. Ilustrasi skematis proses foto-eksitasi dan de-eksitasi pada suatu
semikonduktor (Gunlazuardi, 2001).
Hole (h) pada permukaan TiO2 merupakan spesi oksidator kuat, kerenanya akan
mengoksidasi spesi kimia lainnya yang mempunyai potensial redoks lebih kecil, termasuk
dalam hal ini molekul air dan/atau gugus hidroksil yang akan menghasilkan radikal hidroksil.
Mekanisme proses fotokatalisis dengan iradiasi TiO2 dapat digambarkan sebagai berikut:
Reaksi pada bulk :
e- + h+
hv
e- + h+
(absorbs cahaya)
panas
(rekombinasi)
Reaksi transfer elektron di permukaan TiO2 :
h+ + OHe- + O2
OH˙ (oksidasi oleh hole)
O2˙
(reduksi oleh elektron)
Reaksi di permukaan (kondisi asam) :
O2- + H+
HO2
HO2 + e-
HO2-
HO2- + H+
2HO2-
H2O2
O2 + 2 HO˙
Reaksi di permukaan (kondisi dasar) :
O2- + H2O
HO2 + e2HO2-
HO2 + OHHO2˙
O2 + 2OH˙
Terdapat beberapa jenis semikonduktor yang dapat dipakai untuk proses fotokatalisis yaitu
kelompok oksida logam
dari kelompok oksida logam dan sulfida logam. Beberapa
yang dapat digunakan sebagai fotokatalis misalnya: TiO2, Fe2O3, ZnO, WO3, atau SnO2,
sedangkan dari kelompok sulfida misalnya: CdS, ZnS, CuS, FeS (Slamet, dkk., 2003).
Semikonduktor yang berbeda memiliki level pita energi, konduktifitas, dan potensial redoks
yang berbeda (Gambar 2.2). Semakin tinggi potensial pita valensi, semakin tinggi daya
oksidasi yang dimiliki
oleh lubang (Palupi, 2006).
TiO2 mengabsorbs sinar UV dari cahaya matahari atau misalnya sumber cahaya buatan (lampu
ultraviolet), pada proses ini akan dihasilkan sepasang elektron dan hole. Elektron dari pita valensi
titanium dioksida tereksitasi ketika disinari oleh cahaya. Energi yang dihasilkan dari elektron yang
tereksitasi ini menyebabkan elektron berada pada pita konduksi TiO2 dan menghasilkan pasangan
elektron bermuatan negatif (e-) dan hole positif (h+) dan disebut sebagai semiconductor photoexcitation state. Jika fotokatalis TiO2 teraktivasi oleh cahaya (energi foton) yang besarnya setara
dengan energy band gap, maka akan memiliki kemampuan untuk membentuk radikal hidroksil yang
dapat mengoksidasi polutan organik.
Dengan adanya pemanasan oleh cahaya matahari, elektron suatu semikonduktor akan
mengalami perpindahan dari pita valensi ke pita konduksi dengan meninggalkan lubang VB,
yang bersifat oksidator kuat. Akibatnya senyawa organik akan lebih mudah teroksidasi.
Mekanisme kerja pada efek fotokatalitik TiO2, dapat diamati pada Gambar 2.2 berikut ini.
Gambar 2.2 Mekanisme perpindahan elektron karena pengaruh cahaya pada TiO2 (Hoffman et
al., 1995)
Pada Gambar 2.2 ditunjukkan tahapan utama mekanisme fotokatalitik pada
semikonduktor TiO2 yang meliputi:
a) Pembentukan pembawa muatan oleh foton: jika suatu semikonduktor fotokatalitik
dikenai suatu energi foton hυ maka elektron pada pita valensi akan tereksitasi ke
pita konduksi (ecbˉ) sambil meninggalkan hole pada pita valensi (hυb+).
TiO2 + hυ → TiO2 (hυb+ + ecbˉ)
b) Rekombinasi pembawa muatan: elektron pada pita konduksi (ecbˉ) dan hole pada
pita valensi (hυb+) akan bergabung menghasilkan energi kalor.
TiO2 + hυb+ + ecbˉ→ TiO2 + kalor
e- + h+
panas
(rekombinasi)
8
c) Inisiasi reaksi oksidasi oleh hole pada pita valensi (hυb+), yang bereaksi dengan
substrat atau reduktor.
hυb+ + Red → Red+
d) Inisiasi reaksi reduksi oleh elektron pada pita konduksi (ecbˉ), yang akan bereaksi
dengan oksidator yaitu oksigen.
ecbˉ + Oks → Oksˉ
e) Reaksi fotoreduksi terkatalisis dan reaksi termal lanjutan (reaksi dengan oksigen
aktif) akan menghasilkan gas CO2 atau zat-zat mineral.
f) Penjebakan elektron pada pita konduksi ke dalam ikatan pada permukaan
membentuk Ti(III).
ecbˉ + TiIV → TiIII
g Penjebakan hole pada pita valensi ke dalam gugus titaniol dipermukaan.
hυb+ + Ti(OH)4 → Ti 4+ + OH•
Semikonduktur TiO2 memiliki struktur pita dimana pita konduksi dipisahkan dari pita valensi oleh
celah pita dengan lebar yang sesuai. Ketika energi cahaya lebih besar dari band gap, elektron dan
hole akan dihasilkan dalam pita konduksi dan pita valensi. Elektron dan hole menyebabkan reaksi
redoks mirip dengan elektrolisis. Molekul air direduksi oleh elektron untuk membentuk H2 dan
teroksidasi oleh hole untuk membentuk O2 untuk pemisahan air secara keseluruhan. Reaksi
fotokatalik pada semikonduktor ditunjukkan pada Gambar 2.2 (Kudo, 2007).
Menurut Afrozi (2010) ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada pasangan
elektron-hole, yaitu:
1. Sebagian pasangan terekombinasi dalam partikel (volume recombination).
Rekombinasi pembawa muatan: elektron pada pita konduksi (ecbˉ) dan hole pada pita valensi
(hυb+) akan bergabung menghasilkan energi kalor.
TiO2 + hυb+ + ecbˉ→ TiO2 + kalor
e- + h+
→ panas
(rekombinasi)
2. Pasangan
elektron-hole
berekombinasi
di
permukaan
(surface
recombination)
Semikonduktor
(eCB-
+
hVB+) →
semikonduktor + heat
3. Pasangan elektron masing-masing dapat bereaksi dengan spesies donor
(D) dan akseptor (A) yang teradsorb ke permukaan partikel.
Dengan kata lain elektron pada pita konduksi yang mencapai
permukaan akan mereduksi substrat (A) atau pelarut pada
permukaan partikel, sedangkan hole pada pita valensi akan
mengoksidasi substrat (D) baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pembentukan radikal hidroksil. Fenomena ini
mengikuti persamaan reaksi sebagai berikut:
hv +
semikonduktor
→
D (ads)
+
→
e- + h+ A (ads)
A- (ads)
h+
→
D+ (ads)
Ion-ion radikal (A- dan D+) dapat mengalami beberapa kemungkinan reaksi:
1. A- dan D+ bereaksi dengan sesama ion radikal atau bereaksi
dengan adsorbat yang ada di permukaan semikonduktor.
2. A- dan D+ berekombinasi melalui transfer elektron balik
untuk membentuk keadaan tereksitasi dari salah satu
reaktan.
3. A- dan D+ berdifusi dari permukaan semikonduktor dan
berpartisipasi dalam reaksi kimia yang terjadi dalam
medium larutan.
+
e-
2.2 Proses Dekomposisi Air
Gambar 2.1. Prinsip dasar dekomposisi pada fotokatalis heterogen
(Maeda dan Domen, 2007
Prinsip dasar dekomposisi air dimulai ketika semikonduktor dikenai
sinar yang memiliki energi sama atau lebih besar dari band gap
semikonduktor untuk mengeksitasi elektron yang berada di pita valensi
menuju ke pita konduksi dengan meninggalkan hole di pita valensi.
Perpindahan elektron ini menyebabkan terjadinya reaksi reduksi dan
oksidasi. Pada proses dekomposisi air, molekul air direduksi oleh elektron
untuk membentuk hidrogen dan dioksidasi oleh hole untuk membentuk
oksigen. Pada proses dekomposisi air, bagian bawah dari pita konduksi
harus memiliki potensial reduksi yang lebih negatif dari potensial H+ untuk
membentuk H2 (0 V vs NHE), sementara bagian teratas pada pita valensi
harus lebih positif daripada potensial oksidasi dari H2 untuk membentuk
O2 (1,23 V vs NHE). Oleh karena itu, band gap yang digunakan harus lebih
dari 1,23 eV (Kudo, 2007).
Langkah pertama dari reaksi dekomposisi air adalah fotokatalis menyerap energi
foton lebih tinggi daripada energi gap dari fotokatalis dan menyebabkan terjadinya
foto eksitasi yang menyebabkan terciptanya elektron hole pada bulk. Langkah kedua,
foto eksitasi menyebabkan e- dan h+ memisah tanpa adanya rekombinan. Langkah
ketiga menyerap spesies yang akan direduksi dan dioksidasi untuk menggerakkan
elektron dan hole untuk memproduksi H2 dan O2. Langkah pertama dan kedua sangat
bergantung pada struktur dan sifat-sifat elektronik dari fotokatalis. Langkah ketiga
dari dekomposisi air merupakan gambaran cocatalyst yang biasa didopan untuk
meningkatkan aktifitas dari fotokatalis untuk meminimalisir adanya rekombinan.
Cocatalyst ini biasanya berupa logam-logam mulia atau oksida logam dan didopan
pada permukaan fotokatalis juga menyebar pada nanopartikel untuk mengaktifkan
sisi aktif dan mengurangi energi aktifasi untuk gas yang dihasilkan. Keberadaan
cocatalyst ini merupakan langkah yang penting untuk menciptakan bulk dan sifatsifat permukaan dari material untuk meningkatkan aktifitas fotokatalitik untuk reaksi
dekomposisi air.
Effect of Support on the Photocatalytic Degradation of Textile Effluents Using
Nb2O5 and ZnO: Photocatalytic Degradation of Textile Dye
F.F. Brites; V.S. Santana; dan
N.R.C Fernandes-Machado
Pengaruh pendukung pada Degradasi Fotokatalitik dari Limbah Tekstil
Menggunakan ZnO dan Nb2O5: Degradasi Fotokatalitik Zat warna Tekstil
1. Karbon aktif kurang efektif dalam fotodegradasi zat warna, meskipun luas
permukaan yang besar, sedangkan NaX menunjukkan aktivitas fotokatalis tinggi
karena kadar aluminium tinggi, yang berperan dalam adsorpsi air. Sifat hidrofilik
dari zeolit meningkatkan pembentukan radikal hidroksil dari OH-(produksi
hidrogen peroksida pada permukaan katalis).
2. ZnO/NaX lebih efisien untuk fotokatalitik, karena mampu mendegradasi zat warna
tekstil sebesar 98% dan 50% untuk larutan 10 dan 100 mg/L. Nb2O5/NaX
mereduksi warna hanya 60% untuk larutan 10 mg/L.
2.1
Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah bagian dari suatu kajian laju reaksi yang
menunjukkan bagaimana tingkat reaksi dapat diukur dan ditafsirkan (Atkins,
1997). Reaksi kimia juga disebut sebagai reaksi kinetik yang mana mempelajari
tentang kecepatan dan mekanisme dalam reaksi kimia, Sebuah system reaksi tidak
dalam kesetimbangan sehingga reaksi kinetic bukan bagian dari termodinamika
tetapi merupakan cabang dari kinetik (Levine, 2002). Persamaan laju reaksi secara
umum dapat didefinisikan sebagai berikut.
v = k[A]a[B]b
Dimana k adalah konstanta laju reaksi, a dan b masing-masing adalah orde reaksi
terhadap A dan B.
Pada laju reaksi terjadi dua macam proses, yaitu berkurangnya konsentrasi
reaktan dan bertambahnya konsentrasi produk setiap satuan waktu. Jika ada
sebuah reaktan A dan B akan bereaksi membentuk C dan D. Hubungan tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
aA + bB
Sehingga laju konsumsi reaktan adalah:
Laju pembentukan produk adalah:
Sehingga secara umum menjadi:
cC + dD
Secara kuantitatif laju reaksi dikaji dari segi tingkat atau orde reaksi. Orde rekasi
hanya dapat diperoleh melalui eksperimen dan dapat diramalkan jika telah diketahui
mekanisme reaksinya (Levine, 2002). Berdasarkan orde reaksi totalnya dibedakan
menjadi reaksi orde satu, orde dua, orde tiga dan sebagainya. Ada kalanya reaksi berorde
nol yang berarti reaksi tidak dipengaruhi oleh reaktan yang terlibat dalam reaksi dan
biasanya terjadi pada reaksi dekomposisi atau penguraian.
A.
Reaksi orde nol
B.
Reaksi orde pertama terjadi pada saat kecepatan reaksi berbanding lurus
dengan salah satu reaktan.
[A] =
C.
Reaksi orde dua terjadi bila kecepatan reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi dua reaktan atau satu reaktan berpangkat dua.
D.
Rumus orde reaksi ke-n dan nilai paruh waktunya adalah:
Metode Sol-Gel
Sol merupakan suatu sistem yang memungkinkan bahan kimia padat tersuspensi stabil di dalam
larutan, gel adalah cairan yang terjebak dalam jaringan partikel padat.
Dalam preparasi material titanium dioksida yang didoping ion tembaga (II), untuk menyusun
kerangka titanium dioksida. kompleks tembaga (II) dengan dietanolamina( DEA) terhadap
tetraisopropoksida (TTIP) menghasilkan suatu asosiasi kompleks yang digunakan sebagai
precursor
Terjadi :
1. reaksi hidrolisis dari logam alkosida
.
2. reaksi kondensasi
Ligan DEA menstabilkan TTIP terhadap reaksi hidrolisis , penambahan air tidak segera
mengendapkan TTIP sebagai titanium hidrosida tetapi menghasilkan suatu campuran koloid
berupa sol berwarna putih.
Kalsinasi pada 450 oC, menghasilkan fase anatase
kalsinasi hingga 900 oC, menghasilkan fase rutil , yang diikuti dengan kristalisasi dopan tembaga
(II) sebagai tenorite.
Keuntungan dengan teknik sol-gel adalah mendapatkan keseragaman dari lapisan tipis.
Reaksi keseluruhan :
Hidrolisis :
Ti(O-C3H7)4 + 4 H2O --------> Ti(OH)4 + 4 C3H7OH
Kondensasi :
Ti(OH)4 ----------> TiO2 + 2 H2O
Download