Uploaded by User55515

LTM 14 Syahda Juvenil Profitamela 195070209131001 KONSEP PICU, MPKP, CLHMN

advertisement
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
KONSEP PICU
A. Definisi Psychiatric Intensive Care Unit (Picu) Atau UPIP (Unit Perawatan Intensif Psikiatri)
Kedaruratan psikiatrik adalah keadaan gangguan dalam proses fikir, alam perasaan dan
perbuatan yang memerlukan tindakan pertolongan segera. Psychiatric Intensive Care Unit (PICU)
merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri
(Keliat, dkk, 2009). Psychiatric Intensive Care Unit (PICU) merupakan gabungan pelayanan gawat
darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit
psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009). Adapun kriteria kedaruratan memiliki kriteria adalah
sebagai berikut.
1. Ancaman segera terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda, atau lingkungan
2. Telah menyebabkan kehilangan kehidupan, gangguan kesehatan, serta harta benda dan
lingkungan.
3. Memiliki kecenderungan peningkatan bahaya yang tinggi dan segera terhadap kehidupan,
kesehatan, harta benda, atau lingkungan.
B. Kriteria Kondisi Darurat Psikiatri
Secara umum pasien yang dirawat di PICU adalah pasien dengan kriteria:
1. Risiko bunuh diri yang berhubungan dengan kejadian akut dan atau suatu perubahan alam
perasaan atau perilaku yang menetap
2. Penyalahgunaan NAPZA atau kedaruratan yang berhubungan yang berlangsung relatif
singkat
3. Kondisi lain yang akan mengalami peningkatan yang bermakna dalam waktu singkat dan
pasien tampak mampu kembali ke komunitas segera bila peningkatan tersebut terjadi.
Sedangkan berdasarkan masalah keperawatan maka pasien yang perlu dirawat di unit
perawatan intensif psikiatri adalah pasien dengan masalah keperawatan sebagai berikut:
1. Perilaku Kekerasan
2. Perilaku Bunuh diri
a. Perubahan sensori persepsi: halusinasi (fase IV)
b. Perubahan proses pikir: waham curiga
c. Masalah-masalah keperawatan yang berkaitan dengan kondisi pasien putus zat dan over
dosis:
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
1) Perubahan kenyamanan: nyeri
2) Gangguan pola tidur
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Gangguan eliminasi bowel
5) Defisit perawatan diri
C. Pola Penanganan di Psychiatric Intensive Care Unit
Pola penanganan di PICU menggunakan pendekatan MPKP yang terdiri dari empat pilar yaitu :
1. Pendekatan manajemen
2. Compensatory reward
3. Hubungan profesional
4. Manajemen asuhan keperawatan
Pada ruangan PICU keempat pilar ini dilebur menjadi 2 pilar sebagai berikut:
1. Manajemen pelayanan keperawatan (pilar I-III)
2. Manajemen asuhan keperawatan (pilar IV)
D. Triase
Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening
assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus meliputi
nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta
nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi, tanda vital dan keluhan
utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di unit UPIP dan bila dirawat
untuk menentukan level/fase intensif pasien. Sedangkan pihak medis melakukan pengkajian dengan
menggunakan skala GAF.
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
E. Fase-fase Tindakan Intensif Bagi Pasien Psikiatri
Fase intensif I
Fase intensif II
Fase intensif III
(24 jam pertama)
(24-72 jam pertama)
(72 jam-10 hari)
 Prinsip tindakan :
life  Prinsip tindakan: observasi  Prinsip tindakan: observasi
saving, Mencegah cedera
lanjutan dari fase krisis
lanjutan dari fase akut
pada pasien, orang lain dan
(intensif I), mempertahankan
(intensif II), memfasilitasi
lingkungan
pencegahan
cedera
pada
perawatan mandiri pasien
pasien,
orang
lain
dan
 Indikasi: Pasien dengan skor
 Indikasi: Pasien dengan
lingkungan
1-10 RUFA
skor 21-30 RUFA
 Intervensi: observasi ketat,  Indikasi : Pasien dengan skor  Intervensi:
observasi
11-20 RUFA
KDM (Kebutuhan Dasar
dilakukan secara minimal,
observasi
Manusia), Terapi modalitas :  Intervensi:
pasien
lebih
banyak
terapi musik.
frekuensi dan intensitas yang
melakukan aktivitas secara
lebih rendah dari fase intensif
mandiri, terapi modalitas :
I, terapi modalitas : terapi
terapi music, terapi olah
music dan olah raga
raga, life skill therapy.
F. Mengukur Tingkat Kedaruratan Pasien Dengan Skala GAF (General Adaptive Function)
Adapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien adalah skala GAF
(General Adaptive Function) dengan rentang skor 1 – 30 skala GAF. Kondisi klien dikaji setiap shift
dengan menggunakan skor GAF. Katagori klien yang berada dalam rentang skor 1-30 GAF adalah:
a. Skor 21 – 30 : perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi atau gangguan serius pada
komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang-kadang inkoheren, tindakan jelas
tidak sesuai preokupasi bunuh diri) atau ketidakmampuan untuk berfungsi hampir
pada semua bidang (misalnya tinggal ditempat tidur) sepanjang hari, tidak memiliki
pekerjaan.
b. Skor 11 – 20 : terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri
tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kegembiraan
manik) atau kadang-kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang
minimal (misalnya mengusap feses) atau gangguan yang jelas dalam komunikasi
(sebagian besar inkoheren atau membisu)
c. Skor 1 – 10 : Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan
rekuren) atau ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegene pribadi
yang minimal atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan bunuh diri yang
jelas.
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
G. Modifikasi Skor GAF ( General Adaptive Function).
Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function
Response) yang merupakan modifikasi dari skor GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor
RUFA tersendiri (lihat tabel dibawah ini).
No
1
2
3
Diagnosa
Keperawatan
Skor RUFA 1-10
(Intensif I)
Skor RUFA 11-20
(Intensif II)
Gangguan
persepsi
sensori:
halusinasi
1. Setiap saat mengalami halusinasi
2. Halusinasi tidak terkendali
3. Perilaku dikendalikan oleh isi
halusinasi
4. Halusinasi berisi ancaman terhadap
diri atau orang lain
5. Risiko tinggi bunuh diri atau
membunuh orang lain
1. Sering mengalami halusinasi
2. Seringkali tidak bisa mengendalikan
halusinasi
3. Halusinasi mengancam tetapi masih
bisa dikendalikan
4. Perilaku sering kacau
Perilaku
kekerasan
1. Perilaku kacau
1. Perilaku kadang kacau
1. Perilaku kadang kacau
2. Sedang
melakukan
tindak 2. Sedang melakukan
kekerasan 2. Ada riwayat melakukan tindakan
kekerasan fisik dan verbal
verbal
kekerasan
3. Berisiko tinggi mencederai orang 3. Risiko sedang mencederai diri dan 3. Sesekali melakukan tindakan
lain dan diri sendiri
orang lain
kekerasan verbal, tidak fisik
1. Perilaku kacau
Gangguan
2. Waham terjadi setiap saat
proses pikir:
3. Komunikasi sangat kacau
waham
1. Perilaku sering kacau
2. Waham sering terjadi
3. Komunikasi kadang kacau
Skor RUFA 21-30
(Intensif III)
1.
2.
3.
4.
Halusinasi sesekali muncul
Perilaku masih bisa dikendalikan
Isi halusinasi tidak mengancam
Perilaku kadang kacau
1. Perilaku cukup terorganisir
2. Waham jarang terjadi
3. Komunikasi kacau jika terjadi
waham
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
Aktif mencoba bunuh diri engan
cara:
a. gantung diri
b. minum racun
c. memotong urat nadi
d. menjatuhkan diri dari tempat
yang tinggi
2. Mengalami tanda-tanda depresi
3. Mempunyai rencana bunuh diri
yang spesifik
4. Menyiapkan alat untuk bunuh diri
(pistol, pisau, silet, dll)
1. Aktif memikirkan rencana bunuh 1. Mungkin sudah memiliki ide
diri, namun tidak disertai dengan
untuk mengakhiri hidupnya,
percobaan bunuh diri
namun tidak disertai dengan
ancaman dan percobaan bunuh
2. Mengatakan ingin bunuh diri
diri
namun tanpa rencana yang spesifik 2. Mengungkapkan perasaan seperti
3. Menarik diri dari pergaulan sosial
rasa bersalah / sedih / marah /
putus asa / tidak berdaya
3. Mengungkapkan hal-hal negatif
tentang
diri
sendiri
yang
menggambarkan harga diri rendah
4. Mengatakan: “Tolong jaga anakanak karena saya akan pergi
jauh!” atau “Segala sesuatu akan
lebih baik tanpa saya”.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
4
Risiko
bunuh diri
5
Panik
6
Gejala putus
zat
7
Over dosis
zat adiktif
Perilaku kacau
Persepsi sangat sempit
Tidak mampu menerima informasi
Tidak sadar lingkungan
Perilaku agak kacau
Persepsi hanya yang nyata
Mampu berkomunikasi terbatas
Sadar lingkungan terbatas
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
8
9
Defisit
perawatan
diri
Isolasi sosial
1. Sama sekali tidak mau dan
mampu melakukan perawatan
diri
2. Perilaku kacau
3. Tidak
mampu
mengikuti
perintah
1. Mampu melakukan kebersihan
diri tetapi tidak mau
2. Perilaku masih bisa diarahkan
3. Praktek kebersihan diri hanya
jika diingatkan
1. Mau berinisiatif melakukan
perawatan diri hanya dengan
bimbingan
2. Perilaku
masih
bisa
diarahkan
3. Kadang-kadang
tidak
melakukan kebersihan diri
dengan rutin
1. Kontak sosial sangat kurang
2. Katatonia
3. Sama sekali atau kurang sekali
dalam kontak verbal
1. Kontak sosial sangat terbatas,
hanya dengan orang yang
sangat dekat
2. Komunikasi verbal sangat
terbatas
3. Aktivitas fisik hanya terbatas
untuk kebutuhan dasar fisik
1. Kontak verbal masih sangat
terbatas
2. Sudah mau berinteraksi
walaupun sangat terbatas
3. Aktifitas fisik sudah makin
sering dilakukan
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
KONSEP MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL MPKP
A. Definisi
Model praktek keperawatan profesional atau MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses, nilainilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menunjang asuhan tersebut. (Hoffart & Woods, 1996
dalam Huber, 2010).
B. Pilar – Pilar MPKP
4 Pilar – pilar Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Model praktek keperawatan profesional terdiri dari 4 pilar diantaranya: (Keliat, 2012).
Pilar I yaitu Pendekatan Manajemen Keperawatan
MPKP mensyaratkan pendekatan manajemen sebagai pilar praktek keperawatan
profesional yang pertama. Pada pilar I terdiri dari:
1. Perencanaan
Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan
visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian,bulanan,dan tahunan)
2. Pengorganisasian yaitu kegiatan dan tenaga perawat.
Merupakan pengelompokaan aktifitas untuk mencapai tujuan melalui struktur organisasi
MPKP, menyusun daftar dinas, menyusun daftar alokasi asuhan keperawatan pasien.
3. Pengarahan yaitu bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan iklim motifasi,
manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan
manajsemen konflik
 Pendelegasian
Melakukan pekerjaan melalui orang lain dalam pengorganisasian, pendelegasian dilakukan
agar aktifitas organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendelegasian dilakukan melalui proses:
- Buat rencana tugas yang dituntaskan
- Identifikasi keterampilan dan tingkatkan pengetahuan yang diperlakukan untuk
melaksanakan tugas
- Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan
- Evaluasi kerja setelah tugas selesai
- Pendelegasian terdiri dari tugas dan wewenang
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
 Supervisi
Proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan tujuan organisasi, dengan cara
melakukan pelaksanaan terhadap pelaksanaan kegiatan.
Penerapan supervisi di MPKP adalah:
-
Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala
ruangan.
-
Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat pelaksana.
-
Ketua tim melakukan pengawasan kepasa perawat pelaksana.
 Komunikasi efektif
Fungsi pokok manajemen, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggu kelancaran
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi (Swanbrug, 2000)
Penerapan organisasi di Model praktek keperawatan profesional antara lain:
- Pre konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana
kegiatan pada shif tersebut dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab.
- Operan
Komunikasi serah terima anta shif pagi, siang dan malam.
- Post konferens
Komunikasi ketua tim dengan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif
sebelum operan kepada shif berikutnya.
 Manajemen konflik
Perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Perbedaan konflik
mudah terjadi demikian juga diruang MPKP maka perlu dibudidayakan upaya-upaya
mengantisipasi konflik antara petugas tim.
Cara – cara penanganan konflik melalui:
- Berkolaborasi, yaitu upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang
sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerja sama, berbagai pihak yang
terlibat konflik, didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan
mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang
diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian
konflik ini adalah win – win solution.
- Berkompromi, yaitu cara penyelesaian konflik dimana semua pihak yang berkonflik
mengorbankan kepentingannya demi terjaminnya keharmonisan hubungan kedua belah
pihak tersebut. dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah.
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
Istilah lain cara penyelesaian konflik ini adalah lose – lose solution. Dimana masing –
masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap
harmonis.
Pilar II yaitu sistem penghargaan pada tenaga keperawatan.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu dipertahankan dan ditingkatkan
melalui manajemen sumber daya manusia, sehingga perawat mendapatkan kompensasi berupa
penghargaan sesuai dengan apa yang dikerjakan (Nursalam, 2007). Sistem penghargaan ini
melalui proses rekruitmen, seleksi kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staff
perawat.
1)
Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan diruang MPKP yang mempunyai kriteria:
2)
a)
Kepala ruangan
b)
Ketua tim
c)
Perawat pelaksana
Kerja orientasi
Perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang disebut
pelatihan awal sebelum bekerja pada unit kerja MPKP.
3)
Penilaian kerja.
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana menggunakan supervsi baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
4) Pengembangan staf
Membantu masing-masing perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisi dan untuk
penghargaan terhadap kemampuan profesional, bentuk pengembangan karir, pendidikan
berkelanjutan dari D3 ke S1.
Pilar III yaitu hubungan profesional komunikasi horizontal antara kepala ruangan dengan
ketua tim dan perawat pelaksana serta antara ketua tim dengan perawat pelaksana. Komunikasi
diagonal yang dilakukan perawat dengan profesi lainnya.
Hubungan profesional di ruang Model Praktek Keperawatan profesional adalah:
1) Rapat perawat ruangan
2) Pere dan post konferens
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
Pilar IV Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan
sumber daya dalam menjalankan kegiatan kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien.
KONSEP CONSULTANT LIAISON MENTAL HEALTH NURSING (CLMHN)
A. Definisi
Consultant Liaison Mental Health Nursing-CLMHN (Konsultan penghubung keperawatan
kesehatan mental) merupakan pelayanan kesehatan jiwa integratif yang diberikan kepada seseorang
yang mengalami gangguan kejiwaan dan masalah kesehatan jiwa lainnya yang dilaksanakan di
Rumah Sakit Umum.
B. Tujuan
Tujuan Consultant Liaison Mental Health Nursing yaitu untuk memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara holistik dan optimal dengan mendemonstrasikan dan
mengajarkan konsep kesehatan mental dan mengaplikasikan dalam praktek; merespon peningkatan
penghargaan yang penting dalam hubungan psikofisiologi yang berdampak pada penyakit fisik,
proses penyembuhan, dan sehat
C. Manfaat
Memberikan konsultasi kepada klien gangguan fisik yang berobat ke rumah sakit umum
bukan berada di unit psikiatri. Serta memberikan asuhan keperawatan difokuskan kepada
masalah biologsi, pikiran, emosi, psikologis, spiritual, sosial, dan lingkungan klien. Asuhan
keperawatan yang diberikan pada pendekatan consultation liaison mental health nursing
berfokus pada diagnosis keperawatan seperti ansietas, HDR situasional, gangguan citra
tubuh, berduka, keputusasaan, ansietas, ketidakberdayaan, resiko penyimpangan perilaku
sehat, koping tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, sindroma post trauma, serta
penampilan peran tidak efektif
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
D. Komponen:
1. Edukasi: aspek psikososial (manajemen masalah, program training tenaga keperawatan secara
reguler); pendidikan tentang ansietas, depresi
2. Riset: hasil asuhan keperawatan yang dilakukan langsung (terapi) dan tidak langsung (konsultasi,
edukasi, supervisi)
3. Konsultasi
a. Pembagian konsultasi: klinis (fokus pada kesehatan mental klien, asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien) dan organisasi (isu profesional, faktor sistemik: keluarga, kelompok,
masyarakat)
b. Komponen: pengkajian kesehatan mental, treatmen psikologis, pemberian umpan balik
4. Supervisi
5. Dukungan: dukungan pada sistem klien dan dukungan pada tim pemberi pelayanan kesehatan
E. Kemampuan yang diharapkan dalam pelatihan CLMHN yang dilakukan oleh perawatan yaitu sikap
caring, pelayanan prima, komunikasi efektif dan terapeutik serta memberikan asuhan keperawatan
psikososial
F. Pemberdayaan keluarga yang berperan sebagai pelaku rawat diperlukan untuk mencapai self care pada
saat klien pulang, namun keluarga sering mengalami ansietas khususnya penyakit akut dan atau
kronik. Untuk itu keluarga juga merupakan target asuhan keperawatan agar memiliki ketahanan dan
kekuatan dalam merawat klien
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. (2019). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Ahsan, Ahsan & Lestari, Retno. (2017). Developing Primary Liaison Psychiatric Services for
HIV/AIDS Patients in Community. International Journal of Public Health Science (IJPHS).
Vol.6 (3) : 251-256
Krisnawati. (2017) . Literature Review Empat Pilar Metode Keperawatan Profesional.Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Rochdiat M, W., Keliat, BA., Yulia W, I. (2016). Efektifitas Terapi Kognitif dan Logoterapi Dalam
Asuhan Keperawatan Klien HDR Situasional Dan Ketidakberdayaan Melalui Pendekatan
Syahda Juvenil Profitamela_NIM 195070209131001_SAP PSIK UB 2019_LTM 14 Rangkuman Kep Jiwa
Konsep Stress Adaptasi Stuart Di RSUP Persahabatan Jakarta. Jurnal Medika Respati. Vol
9(1) : 71-82.
Yusuf, AH., PK, Rizky Fitryasari., Nihayati, HE. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika
Widuri, Endang., Keliat, Budi Anna & Daulima, Novi H.C. (2015). Pelaksanaan Terapi Kognitif
Dan Psikoedukasi Keluarga Terhadap Ansietas Pada Klien Penyakit Kronik Dengan
Pendekatan Model Konsep Adaptasi Roy. Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol 3 (1) : 1-5.
Keliat, BA. (2012). Kontribusi Keperawatan Kesehatan Jiwa. (www.budiannakeliat.com)
Wahyuningsih, SA. (2012). Manajemen Asuhan Keperawatan Ansietas Pada Klien Gangguan
Fisik Dengan Pemberian Terapi Thought Stopping, Relaksasi Progresif, dan Psikoedukasi di
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia
Keliat, B.A. (2012). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Huber, D. (2010). Leadership and Nursing Care Management (4rd ed). USA: Saunders elsevier
Keliat, BA, dkk. (2008). Modul Unit Perawatan Intensif Psikiatri. Jakarta: Tidak diterbitkan
Erikson, martin salzmann, et.al. (2008). The core characteristics and nursing care activities in
psychiatric intensive care units in Sweden. International journal of mental health
nursing.17(2008):98-107
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba Medika
Siagian, Sondang P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakata: Bumi aksara
Swanburg, Russel C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Perawatan
Klinis. Jakarta: EGC
Download