Uploaded by emiriasrikandi9

LAPORAN FINAL prinsip stratigrafi iki

advertisement
LAPORAN FINAL
PRINSIP STRATIGRAFI
Sebagai Laporan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Prinsip Stratigrafi
Oleh :
Rizky Ramadhan Tania
471 417 021
Dosen pengampu :
Muhammad Kasim, S.T, M.T
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci urut-urutan
perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah
sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu penampang
stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi. Dalam
penerapannya secara langsung di lapangan seorang geologist harus melakukan pengamatan
lapangan untuk mendapatkan data-data primer mengenai jenis litologi yang dijumpai pada
daerah penelitian. Tentunya pada daerah pemetaan yang sangat luas seorang geologis tidak
akan mengamati meter demi meter dari daerah tersebut, melainkan akan menentukan
stasiun-stasiun pengamatan tertentu pada daerah tersebut yang dianggap mewakili
keseluruhan daerah yang akan dipetakan.
Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci uruturutan perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi,
sejarah sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan. Mengukur suatu
penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi.
Secara umum tujuan pengukuran stratigrafi adalah mendapatkan data litologi terperinci dari
urut-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi (formasi), kelompok, anggota dan sebagainya,
mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.Untuk mendapatkan dan
mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam
arah vertical secara detil, untuk menafsirkan lingkungan pengendapan.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum ini yaitu untuk mempelajari hubungan stratigrafi antar
batuan dan urutan-urutan stratigrafi berdasarkan arah vertikal secara detail, dengan tujuan
untuk mengetahui cara pembuatan sayatan penampang geologi, dapat menafsirkan
lingkungan
pengendapan dan mendapatkan nilai ketebalan yang didapatkan dari hasil
analisis pada penampang terukur dan kolom stratigrafi.
1.3 Lokasi dan kesampaian daerah
Lokasi penelitian berlokasi di desa Zuriyati dan desa Tudi, Kab. Gorontalo utara,
Provinsi Gorontalo. Lokasi tersebut dipilih dengan mempertimbangkan stratigrafi dan
struktur geologi yang sangat kompleks dilokasi praktikum tersebut sehingga sangat cocok
untuk dilakukannya praktikum stratigrafi. Praktikum berlangsung selama 2 hari yaitu pada
tanggal 16-17 November 2019.
Lokasi penelitian ini dapat ditempuh dari pusat kota Gorontalo melalui jalur darat
(Kampus 1 UNG-Desa Zuriyati) dengan kendaraan roda dua dapat ditempuh selama kurang
lebih 3 jam perjalanan. Dengan kondisi jalan yang sulit dilalui apabila dalam kondisi
berlumpur ketika hujan.
1.4 Waktu pelaksanaan praktikum
Praktikum dilaksanakan selama dua hari yaitu hari sabtu 16 November – 17 November
2019. Hari pertama berlokasi didesa Zuriyati sedangkan hari kedua didesa Tudi, Kabupaten
Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
1.5 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan adalah:

Kompas

Palu Geologi

GPS

HVS

Alat Tulis Geologi

Clip Board
Adapun Bahan yang digunakan adalah:

Peta topografi

Peta Geologi

Hcl
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Geologi Regional
2.1.1 Fisiografi Daerah Penelitian
Secara fisiografi, daerah Gorontalo dibagi menjadi empat zonafisiografi yaitu Zona
Pegunungan Utara Tilongkabila – Boliohutuo, Zona Dataran Interior Paguyaman –
Limboto, Zona Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta – Modello, dan Zona Dataran Pantai
Pohuwato ( Budibramantyo, 2009).
1. Zona Pegunungan Utara Tilongkabika – Boliohutuo, zona ini dijumpai pada daerah
wilayah utara yang memanjang kearah Barat dari pegunungan Tilongkabila sampai
pegunungan Boliohutuo. Dan memiliki bebrapa puncak gunung yakni G. Gambuta, G.
Dolokapa, G. Boliohutuo, G. Tentolomatinah. Umumnya terdiri dari formasi – formasi
batuan gunungapi berumur Miosen – Pliosen ( 23 – 2 juta ) tahun yang lalu. Yang terdiri
dari batuan beku intermedier dan granit, batuan sedimen bersumber dari gunungapi terdiri
dari lava, tuf, breksi, atau konglomerat.
2. Zona Datara interior Paguyaman – Limboto, zona ini membentang luas dari dataran
suwawa sebelah timur,melewati Gorontalo, danau Limboto hingga Paguyaman dan
Botulantio disebelah barat.
3. Zona Pegunungan Selatan Bone – Tilamuta –Modello. Yang memiliki beberapa
pegunungan yakni G. Ali, G. Olii, G. Pani, dan G. Modello, umumnya tersusun oleh
formasi – formasi batuan sedimen gunungapi berumur Eosen – Oligosen dan intrusi –
intrisi diorit, granodiorit, dan granit yang berumur Pliosen.
4. Zona terakhir adalah zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato. Dataran yang
terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi
Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya
merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan,
masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan
rumah bagi burung endemis Wallacea, burung maleo.
Dari zona fisiografis di atas, dapat disimpulkan bahwa morfologi Gorontalo
umumnya merupakan daerah pegunungan yang berrelief terjal, kecuali di dataran interior
dan dataran aluvial pantai. Batas-batas pegunungan terbentang hingga pantai. Pantai-pantai
yang ada, baik di utara ke Laut Sulawesi, maupun di selatan ke Teluk Tomini, hanyalah
pantai-pantai sempit atau berbatu-batu. Relief yang terjal memang sangat rawan terhadap
longsor ataupun jatuhan batu. Erosi pun akan menjadi sangat peka jika lingkungan hutan
pada lereng terjal berubah
2.1.2 Stratigrafi daerah penelitian
Berdasarkan Peta geologi regional lembar Tilamuta skala 1:250.000 (Bachri,
Sukindo, Ratman. 1993), stratigrafi regional daerahpenelitian dari tua ke muda terdiri
dari beberapa formasi, antaralain:
1. Diorit Boliohuto (Tmbo)
Satuan Diorit Boliohuto, satuan ini terdiri dari batuan diorit sampai granodiorit
yang mengandung kuarsa sampai 20 %, dengan kandungan feldspar dan biotit cukup
menonjol. Dibeberapa tempat di jumpai senolit bersusun basa, kemungkinan batuan
dioritan tersebut berasosiasi (menerobos) batuan basah jauh dipermukaan. Batuan ini
menerobos sampai ke Formasi Dolokapa. Singkapan baik satuan ini dijumpai di gunung
Boliohuto dan membentuk pegunungan terjal dengan ketinggian mencapai 1.800 m diatas
permukaan laut.
2. Formasi Dolokapa (Tmd)
Formasi Dolokapa (Tmd) merupakan satuan dengan umur kisaran Miosen awalakhir pada peta geologi lembar Tilamuta, satuan ini tersusun oleh dominan batuan
sedimen yakni, batupasir wacke, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, aglomerat,
breksi gunung api. Adapun ciri pada batu pasir wacke berwarna abu-abu, setempat
gampingan, berlapis baik sangat kompak. Sedangkan pada konglomerat warna abu-abu
terpilah buruk, kemas tertutup, kompak dijumpai perlapisan bersusun. Disebelah timur
laut Kuandang konglomerat ini mengandung kepingan batu gamping. Pada breksi
mempunyai ciri dengan warna abu-abu sampai abu-abu gelap, tersusun oleh kepingan
batuan andesitan hingga basalan, dengan bentuk bersudut sampai bersudut tanggung,
terpilah buruk, kemas tertutup, dan umumnya kompak.
3. Breksi Wobudu (Tpwv)
Breksi Wobudu (Tpwv), formasi ini merupakan satuan termuda di daerah penelitian
dimana terdapat berbagai jenis litologi pada penyebaran formasi ini diantaranya adalah,
breksi gunungapi, aglomerat, tuf, tuf lapilli, lava andesitan dan basalan. Breksi gunungapi
berwarna abu-abu, tersusun oleh kepiangan batuan andesit dan basal yang berukuran
kerikil sampai bongkah, menyudut tanggung hingga membulat tanggung, mempunyai
susunan batuan dan kenampakan fisik yang sama dengan breksi gunungapi.
Tuf dan tuf lapili berwarna kuning dan kuning kecoklatan, berbutir halus hingga
berukuran kerikil, membulat tanggung, kemas terbuka, terkekarkan, umumnya lunak dan
berlapis. Sedangkan lava umumnya berwarna abu-abu hingga abu-abu tua, massif,
bertekstur porfiro-afanitik dan bersusunan andesit hingga basalt. Berdasarkan posisi
stratigrafinya, yang menindih tak selaras Formasi Dolokapa yang berumur Miosen
Tengah sampai Miosen Akhir, maka umur.
Breksi Wobudu diperkirakan Pliosen Awal. Satuan ini tersingkap dibagian utara
daerah penelitian, mulai dari pegunungan Paleleh sampai disebelah barat teluk Kuandang.
Ketebalan diperkirakan 1.000 sampai 1.500 m.
4. Batuan Gunungapi Pinogu (QTpv)
Satuan ini tersusuan atas perselingan aglomerat, tuf, dan lava. Aglomerat berwarna
abu-abu, tersusun oleh kepingan andesit, membulat tanggung sampai menyudut
tanggung, bermasadasar tuf, terpilah buruk dan agak kompak. Tuf berwarna coklat muda
hingga putih kecoklatan, berbutir sedang sampai kasar dengan susunan andesit sampai
dasit dan termampatkan lemah. Lava berwarna abu-abu tua, bersusunan andesit sampai
basalt, dan masif. Satuan batuan ini diduga menindih Breksi Wobudu, sehingga umurnya
diperkirakan Pliosen Akhir, mungkin sampai Pleistosen Awal. Ketebalannya diperkirakan
mencapai 250 meter.
5. Aluvium (Qal)
Endapan alluvium tersusun atas material pasir, lempung, lanau, kerikil dan kerakal,
berupa endapan pantai, rawa, dan sungai. Pelamparannya terutama di daerah pesisir
selatan bagian barat, yaitu di muara S. Randangan dan sekitarnya. Ketebalannya
mencapai beberapa puluh meter.
2.1.3 Tektonik pulau Sulawesi
Secara tektonik pulau Sulawesi dibagi dalam empat yang didasari atas sejarah
pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur,Bangai – Sula dan Sulawesi
Tengah yang bersatu pada kala Miosen – Pliosen oleh interaksi antara lempeng pasifik,
australia terhadap lempeng Asia.
Pulau Sulawesi dan sekitarnya merupakan salah satu margin aktif dalam jangka waktu
geologi, struktur dan juga geologi. Wilayah ini merupakan pusat pertemuan tiga lempeng
konvergen, karena interaksi tiga kerak bumi utama (lempeng) di masa Neogen (Simandjuntak,
1992). Konvergensi ini menimbulkan pengembangan semua jenis struktur di semua skala. Dan di
kawasan pulau sulawesi terdapat sedikitnya sembilan unsur tektonik dan struktur yaitu: sesar
walane , sesar palu-koro, sesar matono lawanoppo, sesar kolaka, sesar paternoster, sesar
gorontalo, sesar naik batui-balantak, subduksi lempeng laut sulawesi dan subduksi lempeng
maluku.
2.2 Teori ringkas
2.2.1 Satuan Stratigrafi
Satuan Lithostratigrafi
Pembagian litostratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan batuan di bumi
secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.
Pada satuan litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri batuan yang dapat
di-amati di lapangan, sedangkan batas penyebarannya tidak tergantung kepada batas
waktu. Satuan Resmi dan Tak Resmi: Satuan litostratigrafi resmi ialah satuan yang
memenuhi persyaratan Sandi, sedangkan satuan litostratigrafi tak resmmi ialah satuan
yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
Satuan Litodemik
Pembagian satuan litodemik dimaksudkan untuk menggolongkan batuan beku,
metamorf dan batuan lain yang terubah kuat menjadi satuan-satuan bernama yang
bersendi kepada ciri-ciri litologi. Batuan penyusun satuan litodemik tidak mengikuti
kaidah Hukum Superposisi dan kontaknya dengan satuan litostratigrafi dapat bersifat
extrusif, intrusif, metamorfosa atau tektonik.

Batas dan Penyebaran Satuan Litodemik:
Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri
litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat ekstrusif, intrusif, metamorfosa,
tektonik atau kontak berangsur.

Tingkat Tingkat Satuan Litodemik:
1. Urutan tingkat Satuan Litodemik resmi, masing-masing dari besar ke kecil adalah:
Supersuite, Suite, dan Litodem.
2. Litodem adalah satuan dasar dalam pembagian Satuan Litodemik, satuan dibawah
litodem merupakan satuan tidak resmi.

Tata Nama Satuan Litodemik:
Tatanama Satuan dasar Litodemik yang terdiri dari nama geografi dan ciri utama
komposisi litologinya, misalnya Diorit Cihara.
Satuan Biostratigrafi
Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
di bumi secara bersistem menjadi satuan satuan bernama berdasar kandungan dan
penyebaran fosil. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan
berdasar kandungan fosil atau ciri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda terhadap
tubuh batuan sekitarnya. Satuan Resmi dan Tak Resmi: Satuan biostratigrafi resmi ialah
satuan yang memenuhi persyaratan Sandi sedangkan satuan biostratigrafi tak resmi
adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi persyaratan Sandi.
2.2.2 Pembuatan kolom stratigrafi
Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan berbagai jenis
batuan serta hubungan antar batuan menurut usia geologinya, ketebalan setiap satuan
batuan, serta genesa pembentukan batuan. Penampang kolom stratigrafi umumnya
tersusun dari kolom-kolom dengan atribut umur, formasi, satuan batuan, ketebalan, besarbutir, simbol litologi, deskripsi/pemerian, fosil dianostik, dan lingkungan pengendapan
Fungsi lain dari pembuatan kolom stratigrafi ini yaitu untuk digunakan sebagai
legenda dalam peta, penggabungan dari kolom litologi satuan batuan, umur satuan
batuan, lingkungan pengendapan, hubungan antara satuan batuan dan yang paling penting
untuk mengetahui urutan – urutan kejadian batuan pada daerah penelitian sehingga bisa
dapat menceritakan dan mudah dipahami.
Kolom litologi (profil litologi) merupakan salah satu data dalam pengambilan data
di lapangan. Kolom litologi dibuat hamper disetiap lokasi pengamatan dilapangan. Data–
data yang perlu diambil untuk pembuatan kolom litologi seperti:
a. Ketebalan batuan, ketebalan harus diukur setiap layernya. Ketebalan tersebut bisa
diukur menggunakan pita ukur atau meteran, jika batuan intrusi lakukan dengan
pengukuran beda tinggi pada topografi.
b. Struktur pada batuan, amati struktur setiap layernya dan secara singkapan.
c. Deskripsi batuan, deskripsi setiap layernya dan secara singkapan.
2.2.3 Lingkungan pengendapan
Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta
kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan
tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari
struktur sedimen yang terbentuk.
Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa
macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu
pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk
interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut
disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan
tertentu.
Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan
biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963)
Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya
material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat
mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan
laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau,
ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan
oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di
daerah antara darat dan laut seperti delta, lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk
endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal. Contoh Lingkungan
Pengendapan Pantai: Proses Fisik: ombak dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia:
pelarutan dan pengendapan dan Proses Biologi: Burrowing. Ketiga proses tersebut
berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang
meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh praktikum mahasiswa
di daerah yang sama, didapatkan lokasi penelitian memiliki suatu tatanan geologi yang
tersusun oleh batuan yang termasuk pada dua formasi yaitu formasi Diorit Boliohuto,
terdiri dari batuan diorite sampai granodiorite yang mengandung kursa sampai 20% dengan
kandungan feldspar dan biotit cukup menonjol. Di beberapa tempat dijumpai senolit
bersusunan basa, menunjukan kemungkinan batuan dioritan tersebut berasosiai (menerobos)
batuan basa jauh di bawah permukaan. Batuan in menerobos Formasi Dolokapa serta
Formasi Dolokapa, terdiri atas batupair wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf
lapilli, aglomerat, breksi gunungapi dan lava bersusunan andesit sampai basal. Adapun
lingkungan pengendapan dari formasi ini adalah “inner sublittoral”. Tebal formasi ini secara
keseluruhan diperkirakan mencapai sekitar 2.000 m. Pada lokasi penelitian ini terdapat dua
litologi yaitu sebagai berikut:
1. Stasiun 1
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun pertama, singkapan merupakan batuan
konglomerat dengan karateristik berwarna abu-abu gelap berukuran kerikil-kerakal, butiran
umumnya membundar tanggung-membundar, fragmen polemik tersusun atas (granodiorite,
basalt, dan andesit), pemilahan buruk, kemas tertutup serta pada fragmen telah mengalami
efek bakar akibat dari intrusi sill yang memotong lapisan. Secara berangsur makin ke atas
runtunan atau ke arah hulu sungai, konglomerat ini berubah menjadi batupasir
konglomeratan atau berupa struktur berangsur ke atas (graded bedding).
2. Stasiun 2
Berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun 2, lapisan batubara dijumpai dalam
runtunan perselingan antara batupasir dan batulanau. Batupasir dengan karateritik
berwarna abu-abu kecoklatan, berukuran pasir kasar, bentuk butir membundar
tanggung-membundar kemas tertutup, pemilahan baik, komposisi terdiri atas feldspar
dominan 70-80 %, non karbonat, sebagian teroksidasi dan kompak. Di atas batupasir ini
diendapkan batulanau dengan karateristik abu-abu terang, mengalami oksidasi,
komposisi terdiri atas feldspar dan dalam kondisi lapuk. Batubara yang terdapat dalam
runtunan batuan ini terdiri atas 2 lapisan yang semakin menebal ke atas dengan
karateristik berwarna hitam pekat dengan kilap cukup baik dan secara fisik kering dan
ringan. Ketebalan masing-masing lapisan yaitu 20-40 cm, lapisan miring kea rah timur
laut dengan besar kemiringan 65o.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Deskripsi setiap stasiun pengamatan
A. Stasiun 1



Hari / Tanggal
: Sabtu, 16 November 2019
Waktu
: 09.30 WITA
Daerah
: Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca
: Cerah
Koordinat
: N 00052′26″ dan E 122° 41′ 43″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan
: Lebar ± 20 m dan Tinggi ±15 m
Keadaan singkapan
: Terdapat struktur kekar pada singkapan
Warna soil
: Kecoklatan
Tingkat pelapukan
: Sedang
Jenis batuan
: Batuan beku dan Batuan sedimen
Deskripsi Batuan Beku
Warna
: Abu abu
Tekstur
: Porfiri Afanitik
Struktur
: Massif
Derajat Kristalin
: Holokristalin
Granularitas
: Equigranular
Nama batuan
: Andesit Porfiri
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna
: Coklat Kemerahan
Matriks
: Lempung
Struktur
: Massif
Kekompakan
: Kompak
B. Stasiun 2
Hari / Tanggal


: Sabtu, 16 November 2019
Daerah
: Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca
: Cerah
Koordinat
: N 00052′19, 38″ dan E 122° 38′ 54, 44″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan
: Lebar ±5 m dan Tinggi ± 1 m
Arah singkapan
: Singkapan berada di tenggara dan menghadap kearah timur laut
Keadaan singkapan
: lapuk
Warna soil
: Kecoklatan
Tingkat pelapukan
: Sedang
Jenis batuan
: Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna
: Kuning Kecoklatan
Besar Butir
: Pasir Halus
Bentuk Butir
: Subrounded-rounded
Pemilahan
: Baik
Kemas
: Terbuka
Matriks
: Pasir
Nama Batuan
: Batu Pasir
C. Stasiun 3

Hari / Tanggal
: Sabtu, 16 November 2019
Waktu
: 11.20 WITA
Daerah
: Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca
: Cerah
Koordinat
: N 00052′22″ dan E 122° 38′ 48.7″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan
Arah singkapan
: panjang ± 30 m dan Tinggi ± 8 m
: Terdapat di arah selatan dan menghadap utara
Kondisi singkapan : hampir semua lapuk dan berupa struktur perlapisan

Warna
: Coklat Kekuningan
Keadaan vegetasi
: Semak belukar
Jenis batuan
: Batuan Beku dan Batuan Sedimen
Strike
: 245
Deep
: 64
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna
: Kelabu
Pemilahan
: Baik
Kemas
: Tertutup
Porositas
: Baik
Permeabilitas
: Baik
Nama Batuan
: Batu Pasir
D. Stasiun 4

Hari / Tanggal
: Sabtu, 16 November 2019
Waktu
: 13.20 WITA
Daerah
: Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara
Cuaca
: Cerah
Koordinat
: N 00052′22″ dan E 122° 38′ 48.7″
Deskripsi Singkapan
Dimensi singkapan : panjang ± 10 m dan Tinggi ± 2 m
Kondisi singkapan : hampir semua lapuk dan berupa struktur perlapisan

Warna
: Kuning Kecoklatan
Keadaan vegetasi
: Semak belukar
Jenis batuan
: Batuan Sedimen
Deskripsi Batuan Sedimen
Warna
: Kelabu
Besar Butir
: 1/8 – 1/4 mm
Kemas
: Tertutup
Porositas
: Baik
Permeabilitas
: Baik
Nama Batuan
: Batuan Pasir Halus
Warna
: Kelabu
Besar-Butir
: 1/256-1/16 mm
Kemas
: Tertutup
Permeabilitas
: Baik
Kekompakan
: Kompak
Nama Batuan
: Batu lanau
3.1.2 Penjelasan setiap stasiun pengamatan
Stasiun 1
Lokasi stasiun 1 terdapat di Desa Zuriati Kecamatan Monano Kabupaten Gorontalo Utara
dengan koordinat N 00052′26″ E 122° 41′ 43″. Di stasiun ini terdapat singkapan batuan yang
terletak di samping badan jalan dengan kondisi agak lapuk, dengan jenis batuan yaitu batuan
beku dan sedimen. Pada stasiun ini terdapat singkapan dengan warna lapuk coklat kemerahan
dan warna segar putih kecoklatan. Singkapan ini berada di tenggara menghadap barat daya,
dengan dimensi panjang ±30 meter dan lebar ±15 meter. singkapan ini memiliki vegetasi
sedang.dengan struktur bidang kontak N 141°/41° SW. Pada singkapan ini terdapat 3 litologi
yang pertama terdapat disebelah kanan dengan warna kemerahan dengan panjang ±9 meter dan
berjenis batuan beku, yang kedua yaitu yang terletak ditengah dengan warna putih kecoklatan
dengan dimensi ±5 meter, kemudian yang ketiga dengan jenis batuan sedimen dengan warna
coklat kehitaman serta memiliki dimensi ±3 meter.
Litologi 1
Warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu kecoklatan dengan tekstur porfiri Afanitik,
bentuk Kristal subhedral dan hubungan antar butir equigranular serta derajat kristalisasi
holokristalin, komposisi mineral biotit, hornblend, piroxin, kuarsa, dengan vein kalcit. Perkiraan
andesit porfiri.
Litologi 2
Warna batuan coklat kemerahan, ukuran butir lempung, kebundaran rounded-subrounded serta
derajat pemilahan baik dan memiliki kemas tertutup. Batuan ini memiliki struktur Massif dengan
matriks lempung.
Gambar 1. Stasiun 1
Stasiun 2
Lokasi stasiun 2 terletak di Desa Zuriati, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo
Utara, dengan titik koordinat lokasi yaitu N 00052′19,38″ E 122° 38′ 54,44″. Di lokasi ini
praktikum menemukan singkapan batuan sedimen yang terletak di arah tenggara, pelamparan
timur laut-barat daya, dimensi singkapan p ± 5 m, t ± 1 m, struktur perlapisan dengan
persilangan serpih. Kedudukan N 46°E/61. Jenis batuan sedimen. Batuan berwarna kuning
kecoklatan, dengan kondisi lapuk memiliki ukuran butir pasir halus,dan kebundaran subroundedrounded, pemilahan baik, kemas terbuka, batuan ini memiliki matriks pasir dan semen berupan
silica.
Gambar 2. Stasiun 2
Stasiun 3
Pada stasiun tiga ini yang masih terletak sama dengan stasiun sebelumnya didapati
singkapan dengan warna coklat kehitaman dengan dimensi panjang ±30 meter dan tinggi ±8
meter, terletak diselatan dan menghadap utara, pelamparan timur-barat, kondisi singkapan lapuk,
terdapat struktur perlapisan dengan nilai kedudukan N 245° E/ 64° NW.
Deskripsi litologi dengan warna abu-abu kecoklatan, memiliki pemilahan baik, porositas
baik, besar butir halus. Batu pasir
Gambar 3. Stasiun 3
Stasiun 4
Lokasi stasiun 4 masih berada pada desa yang sama yang terletak pada koordinat N
00052′22″ E 122° 38′ 48.7″. Di lokasi ini praktikum menemukan singkapan batuan sedimen yang
terletak di arah utara, pelamparan timur-barat, dimensi singkapan p ± 2 m, t ± 1 m, struktur
perlapisan. Kontak N 189°𝐸/43°, dan terdapat struktur shear.
Litologi singkapan ini memiliki besar butir 1/8-1/4 mm, kemas tertutup, porositas baik,
permiabilitas baik, dengan kondisi kompak. Termasuk dalam jenis batuan pasir halus. Kemudian
litologi yang kedua dengan besar butir 1/256-1/16 mm, memiliki kemas tertutup, permeabilitas
baik, porositas baik dan keadaan kompak, jenis batuan lanau
Gambar 4. Stasiun 4
Jika dilihat dari litologi yang terdapat pada setiap stasiun di dominasi oleh batuan lempung dan
pasir. Batuan ini di perkirakan termasuk kedalam Formasi Dolokapa (Tmd)
yang dimana
formasi ini terdiri dari batu pasir wake, batu lanau, batu lumpur, konglomerat, tuf, tuf lapilli,
aglomerat, breksi gunung api, lava andesit sampai basal.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Batupasir
Pembahasan tentang satuan Batupasir meliputi uraian mengenai dasar penamaan,
penyebaran, ciri litologi
yang berdasarkan karakteristik megaskopis, lingkungan
penmbentukan dan umur, serta hubungan stratigrafi dengan satuan batuan lainnya

Dasar penamaan
Dasar penamaan satuan ini didasarkan pada kenampakan ciri fisik litologi. Untuk
penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara
megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis
ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian
penamaannya menggunakan klasifikasi ukuran butir menurut Wentworth (1922). Pada
kenampakan lapangan satuan ini disusun oleh litologi berupa Batupasir. Berdasarkan atas
dominasi dilapangan, maka satuan ini dinamakan satuan Batupasir.

Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan ini menempati sekitar 35 % dari luas daerah penelitian atau
penyebaran secara horizontal maupun vertikal Penyebaran satuan ini berada pada bagian
selatan sampai utara unuk vertikal dan pada bagian horizontal dari arah barat barat laut
sampai tenggara pada daerah penelitian. Litologi penyusun satuan ini tersingkap dengan
baik di daerah kulowoka. Ketebalan dari satuan ini pada lokasi penelitian berdasarkan
hasil dari perhitungan penampang geologi 2,61 meter dari keseluruhan lapisan batu pasir.

Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, litologi yang menyusun satuan ini terdiri
atas
Batu pasir Kenampakan lapangan dari Batupasir dalam kondisi segar abu-abu -
coklat, tekstur fanerik, bentuk butir rounded - sub rounded berukuran butir pasir halus pasir sedang, komposisi material berupa kuarsa, dan material pasir.

Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pembentukan dari satuan Batupasir ditentukan berdasarkan
pada struktur berlapis dengan ukuran butir pasir yang mencirikan
lingkungan
pengendapan dekat dengan lingkungan transisi.
3.2.2 Satuan Batulempung

Dasar penamaan
Dasar penamaan satuan ini didasarkan pada kenampakan ciri fisik litologi. Untuk
penamaan litologi anggota satuan ini terbagi atas dua cara yaitu penamaan batuan secara
megaskopis dan penamaan batuan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis
ditentukan secara langsung terhadap sifat fisik dan komposisi mineralnya yang kemudian
penamaannya menggunakan klasifikasi ukuran butir menurut Wentworth (1922). Pada
kenampakan lapangan satuan ini disusun oleh litologi berupa Batulempung. Berdasarkan
atas dominasi dilapangan, maka satuan ini dinamakan satuan Batulempung.

Penyebaran dan ketebalan
Penyebaran satuan ini mendominasi daerah penelitian dengan menempati sekitar
25 % dari luas daerah penelitian atau penyebaran secara horizontal maupun vertical.
Penyebaran satuan ini berada pada bagian barat daya unuk vertikal dan pada bagian
horizontal dari arah timur laut sampai tenggara pada daerah penelitian. Litologi penyusun
satuan ini tersingkap dengan baik di koluwoka. Ketebalan dari satuan ini pada lokasi
penelitian berdasarkan hasil dari perhitungan 49 cm.

Ciri Litologi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, litologi yang menyusun satuan ini terdiri
atas Batulempung. Kenampakan lapangan dari Batulempung dalam kondisi segar
berwarna abu-abu dan warna lapuk kecoklatan, tekstur klastik, ukuran butir lempung (1/
256 mm) dengan komposisi kimia silika, struktur berlapis dan convolute.

Lingkungan Pengendapan
Penentuan lingkungan pembentukan dari satuan Batulempung ditentukan
berdasarkan pada struktur berlapis dan convolute dengan ukuran butir lempung yang
mencirikan lingkungan pengendapan transisi.
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada laporan ini yakni, stratigrafi daerah
penelitian terdiri dari satuan batu batupasir, dan satuan batulempung yang diperkirakan termasuk
ke dalam formasi Dolokapa.
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis data dapat disimpulkan
bahwa daerah penelitian terdiri atas satuan batupasir dan satuan batuan lempung pada lokasi
penelitian terdapat batu pasir konglomeratan, batu lempung, dan batu serpih. Batu pasir
terbentuk pada lingkungan penegendapan Dunes (eolin), batu lempung terbentuk pada
lingkungan pengendapan fluvial, batu serpih terbentuk pada lingkungan pengendapan delta.
DAFTAR PUSTAKA
Angga Juner. (2011, 29 Oktober). Tektonik Pulau Sulawesi. Diperoleh 22 November 2019 dari
http://angghajuner.blogspot.co.id/2011/10/tektonik-pulau-sulawesi.html
Armstrong F. Sompotan. 2012.
Institut
Teknologi
Struktur Geologi Sulawesi.
Bandung.
Diperoleh
Perpustakan Sains Kebumian
22
November
2019
https://www.academia.edu/8630547/Struktur_Geologi_sulawesi.
https://docplayer.info/48972528-4-2-pembuatan-kolom-stratigrafi-pembuatan-kolom-stratigrafilampiran-f-dilakukan-berdasarkan-atas.html
S. Bahcri 1994. Peta Geologi Lembar Tilamuta Skala 1 : 250.000. Puslitbang geologi, Bandung
LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. Lampiran Deskripsi Lapangan Setiap Stasiun
STASIUN 1
STASIUN 2
STASIUN 3 DAN STASIUN 4
STASIUN 3 dan STASIUN 4
2. Lampiran Peta Lintasan
3. Lampiran Kolom Statigrafi
4. Lampiran Lingkungan Pengendapan
5. Lampiran Dokumentasi
Download