Uploaded by User54116

DR Muchlis - PNPK 2019 - 9 okt 2019 (1)

advertisement
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
TATALAKSANA HIV
KMK RI No. HK.01.07/MENKES/90/2019
DR. Dr. Muchlis Achsan Udji Sofro, Sp.PD-KPTI
SOFRO, MAU 2019
1
LATAR BELAKANG
 Secara global penanggulangan HIV menunjukkan hasil
menggembirakan
 Komitmen Indonesia dengan pendekatan fast track 90-90-90

Mendeteksi orang yang terinfeksi pada 90% orang yang diperkirakan terinfeksi,

Memberikan terapi antiretroviral (ARV) dini pada 90% orang yang terinfeksi,

Mencapai kedaan virus tak terdeteksi pada 90% orang yang minum ARV.
 Tujuan fast track untuk mencapai indicator capaian pada sustainable
development goals (SDGs)
SOFRO, MAU 2019
2
SITUASI CAKUPAN PENGOBATAN
3
Target of PLHIV on ART by 2020 (red) and current estimated coverage
40% estimated
(blue)
PLHIV
300 000
258 340
250 000
200 000
186 165
150 000
129 490 125 589
142 699
108 479
100 000
50 000
39 418
50 400
63 066
77 748
91 369
115,782
2 029
4 440
31 190
19 572 24 002
063
16
6 653 10 616
2 005
Capaian & Target
2 029
Sedang Pengobatan ARV 2 029
2 006
4 440
4 440
2 007 2 008 2 009 2 010 2 011 2 012 2 013 2 014 2015 2016 2017 2018 2019 2 020
6 653 10 616 16 063 19 572 24 002 31 190 39 418 50 400 63 066 77 748 91 369 129 490 186 165 258 340
6 653 10 616 16 063 19 572 24 002 31 190 39 418 50 400 63 066 77 748 91 369 108 479 125 589 142 699
-
SOFRO, MAU 2019
PERMASALAHAN
1. Pemahaman pasien dan masyarakat tentang infeksi HIV, penularan dan
penanggulangannya masih kurang
2. Pemahaman tenaga kesehatan dan disiplin ilmu lain dalam upaya
penanggulangan infeksi HIV masih perlu ditingkatkan
3. Kurangnya layanan HIV yang terintegrasi, tidak terpisah dan eksklusif sehingga
dapat menurunkan risiko stigma
4. Jumlah tes HIV yang dilaksanakan di masyarakat masih rendah
5. Perlunya distribusi tes HIV serta obat ARV yang tersebar secara merata dan dapat
dijangkau oleh seluruh masyarakat
6. Tingginya angka putus obat (loss to follow up)
SOFRO, MAU 2019
4
Bagaimana meningkatkan Temuan HIV
1. Permudah DPJP lakukan skrining HIV pasien
2. Aktivkan “Klinik IMS” untuk skrining HIV
3. “Antenatal Care”  semua ibu hami tes HIV
4. Klinik DOTS TB  ingatkan Kolaborasi TB-HIV
5. Divisi Gastro-entero-hepatologi: Hepatitis B-C  tes HIV
5
Terkait
DIAGNOSIS HIV

Mengikuti prinsip 5C:







informed consent
confidentiality
Counseling
correct test results
connections to care
treatment and prevention services
Ketersediaan rujukan efektif ke fasyankes yang menyediakan terapi ARV


connections to care
treatment and prevention services
SOFRO, MAU 2019
8
Tes diagnosis HIV

Metode pemeriksaan serologis
 rapid immunochromatography test (tes cepat)
 EIA (enzyme immunoassay
 Metode pemeriksaan virologis : Pemeriksaan virologis dilakukan dengan
pemeriksaan DNA HIV dan RNA HIV
SOFRO, MAU 2019
9
DIAGNOSIS HIV
Diagnosis HIV pada anak > 18 bulan, remaja dan dewasa

Terdapat tiga jenis tes antibodi untuk menegakkan diagnosis HIV pada anak
>18 bulan, remaja, dan dewasa

Hasil pemeriksaan anti-HIV dapat berupa reaktif, non-reaktif (negatif), dan
tidak dapat ditentukan (inkonklusif)

Tes ulang pada periode jendela
 Pada orang terduga terpapar secara spesifik atau berisiko tinggi disarankan
tes ulang setelah 4 hingga 6 minggu
 Hasil tes negatif tetapi memiliki risiko pajanan, untuk mengeluarkan
kemungkinan infeksi akut pada periode yang terlalu dini untuk melakukan
tes diagnostik (periode jendela).
SOFRO, MAU 2019
10
SOFRO, MAU 2019
11
DIAGNOSIS HIV
Diagnosis infeksi HIV pada anak berusia <18 bulan

Diagnosis definitif infeksi HIV anak usia <18 bulan:



hanya gunakan tes virologis (DNA HIV dan RNA HIV )
Spesifitas PCR RNA HIV  100% saat lahir, usia 1, 3, dan 6 bulan
Uji serologis tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif
infeksi HIV pada anak berusia <18 bulan karena terdapat transfer
transplasental antibodi maternal terhadap HIV
SOFRO, MAU 2019
12
STADIUM HIV
SOFRO, MAU 2019
13
KLASIFIKASI HIV/ AIDS
Stadium IV
Stadium III
Stadium II
Stadium I
SOFRO, MAU 2019
14
PENCEGAHAN PENULARAN HIV

Pengobatan ARV  pencegahan penularan HIV paling efektif saat ini

Harus diikuti pengurangan perilaku berisiko

Semua ibu hamil HIV harus diberi terapi ARV, tanpa menunggu jumlah CD4

Bedah sesar elektif usia gestasi 38 minggu:




mengurangi risiko transmisi vertikal infeksi HIV
dilakukan pada ODHA hamil dengan viral load ≥1000 kopi/mL
atau viral load tidak diketahui pada trimester ketiga kehamilan
Bedah sesar elektif tidak dilakukan secara rutin pada ODHA hamil dengan
viral load <1000 kopi/mL

kecuali atas indikasi obstetri
SOFRO, MAU 2019
15
PENCEGAHAN PASCA-PAJANAN
 Pemberian ARV singkat (28 hari) mengurangi infeksi HIV setelah
terpapar
 Zat pajanan berisiko tinggi  cairan tubuh :








Darah
air liur
bercampur darah
air susu
sekresi genital
cairan serebrospinal
cairan amnion
cairan peritoneum, cairan sinovial, cairan perikardium, atau cairan pleura.
SOFRO, MAU 2019
16
HIV dalam cairan tubuh
Cairan bersama
sperma
Darah
18,000
Semen
11,000
Air liur
Air Ketuban
Cairan
Vagina
7,000
Cairan
Amnion
4,000
Air Liur
Saliva
1
Rerata jumlah partikel HIV dalam 1 ml cairan tubuh tsb
SOFRO, MAU 2019
17
 Tipe jalan masuk pajanan adalah membran mukosa dan
parenteral.
 Pada orang terpapar  tes anti-HIV, hepatitis B dan hepatitis C.
 ARV diberikan pada semua kejadian pajanan yang berisiko
penularan HIV sesegera mungkin
 idealnya dalam 72 jam setelah pajanan
 Rejimen:
 TDF + 3TC/FTC + LPV/r
 (Tenovofir + Lamivudin/emtricitabine + Aluvia)
 Atau: Tenofovir + Lamivudin + Efavirens
SOFRO, MAU 2019
18
Risiko Penularan di Sarana Pelayanan
Kesehatan
Agen
Cara pajanan
Resiko infeksi
HBV
Perkutaneus
30 %
HCV
Perkutaneus
3%
HIV
Perkutaneus
0.3 %
HIV
Mukokutaneus
0.03 %
SOFRO, MAU 2019
19
TAHAPAN PENILAIAN PENCEGAHAN PASCA-PAJANAN
SOFRO, MAU 2019
20
PPP untuk pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan
Jenis Pajanan
HIV positif Kelas 1*
HIV positif Kelas 2*
HIV Asimtomatis atau diketahui
beban viral rendah (y.i. <1500)
HIV Simtomatis, AIDS, serokonversi akut,
atau diketahui beban viral tinggi
Tidak diketahui
HIV negatif
(mis, pasien meninggal & tidak dapat
dilakukan tes darah)
Perlukaan kulit
Kurang berat
(y.i. jarum buntu, luka di
permukaan)
Lebih berat
(y.i. jarum besar berlubang, luka
tusuk dalam, nampak darah pada
alat, atau jarum bekas dipakai pada
arteri atau vena)
Dianjurkan Pengobatan
dasar
2 – obat PPP
Anjuran pengobatan
dengan
3 –obat PPP
Umumnya Tidak ada
PPP‡♪
Tidak perlu
PPP
Pengobatan dengan
3 –obat PPP
Anjuran pengobatan
dengan
3 –obat PPP
Umumnya Tidak ada
PPP‡♪
Tidak perlu
PPP
Pajanan pada lapisan Mukosa atau pajanan pada luka di kulit¶
Pajanan dalam jumlah sedikit
Pertimbangkan
Pengobatan dasar
2 – obat PPP‡
Anjuran pengobatan
dengan
3 –obat PPP
Umumnya Tidak ada
PPP‡♪
Tidak perlu
PPP
Pajanan dalam jumlah banyak
Dianjurkan Pengobatan
dasar
2 – obat PPP
Anjuran pengobatan
dengan
3 –obat PPP
Umumnya Tidak ada
PPP‡♪
Tidak perlu
PPP
(y.i. tumpahan banyak darah)
Rekomendasi 3 ARV: AZT (Zidovudin) + 3TC (Lamivudin) + LPV/rt (Aluvia) (atau Evafiren)
4 minggu
- NVP (Nevirapin) tidak dianjurkan sebagai PPP
SOFRO, MAU 2019
21
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS HIV
 Pasien diberikan konseling pasca-diagnosis dengan penekanan
pada:
 Kepatuhan minum obat,
 Efek samping ARV atau terjadinya sindrom inflamasi rekonstitusi
imun (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS)
 Komplikasi ARV jangka panjang dan interaksi dengan obat lain,
 Monitoring klinis dan laboratorium rutin termasuk jumlah CD4.
 Setelah dilakukan konseling, pasien diminta persetujuan
tertulis/informed consent terapi ARV jangka panjang.
SOFRO, MAU 2019
22
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS HIV
Sebelum inisiasi ARV lakukan penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan stadium HIV dan pemilihan panduan kombinasi ARV:
 Tes cepat mikobakterium (GeneXpert MTB/RIF) atau pengecatan BTA dan
X Foto thoraks jika tidak memiliki alat GeneXpert
 Pemeriksaan darah lengkap
 CD4  untuk pemberian profilaksis infeksi oportunistik
 HbsAg, Anti HCV
 Tes fungsi hati dan ginjal
 Tes kehamilan  pada wanita usia subur
 Viral load  untuk prognosis dan memantau respon terapi
 VDRL atau TPHA  pada pasien dengan risiko penyakit infeksi menular
seksual
SOFRO, MAU 2019
23
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS HIV
 ARV diindikasikan pada semua ODHA berapapun jumlah CD4
 ODHA tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV dimulai segera dalam
7 hari setelah diagnosis dan penilaian klinis.
 Pada ODHA sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan
untuk memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu
hamil
 ODHA dengan TB:

pengobatan TB dimulai terlebih dahulu,

dilanjutkan pengobatan ARV sesegera mungkin 8 minggu pertama
pengobatan TB
SOFRO, MAU 2019
24
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS HIV

ODHA dengan TB dan imunosupresi berat (CD4 <50 sel/μL) harus mendapat
terapi ARV dalam 2 minggu pertama pengobatan TB

Terapi ARV dini pada meningitis kriptokokus tidak direkomendasikan pada
pasien dengan HIV dan meningitis kriptokokus karena dapat meningkatkan
mortalitas.

Terapi ARV ditunda hingga 4-6 minggu pasca-pemberian terapi antijamur
SOFRO, MAU 2019
25
PADUAN TERAPI ARV LINI PERTAMA
Paduan terapi ARV lini pertama pada orang dewasa, termasuk ibu hamil dan menyusui, terdiri
atas 3 paduan ARV.
Paduan tersebut harus terdiri dari 2 obat kelompok NRTI + 1 obat kelompok NNRTI:

TDF+3TC(atau FTC)+EFV dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT)  pilihan paduan terapi
ARV lini pertama

Jika TDF+3TC(atau FTC)+EFV dikontraindikasikan atau tidak tersedia, pilihannya:
 AZT+3TC+EFV
 AZT+3TC+NVP
 TDF+3TC(atau FTC)+NVP

TDF+3TC(atau FTC)+EFV (lepasan) dapat digunakan sebagai alternatif paduan terapi ARV lini
pertama
SOFRO, MAU 2019
26
Rilpivirin (RPV)

Rilpivirin (RPV): obat alternatif pada ODHA yang tidak dapat mentoleransi EFV
dan NVP

RPV sebaiknya tidak digunakan pada ODHA dengan CD4 < 200 sel/μL atau
viral load > 100.000 kopi/mL karena efektivitasnya lebih rendah pada kondisi
tersebut

Harus diminum bersama makanan (minimal 390 kalori) dan absorpsinya akan
berkurang pada pasien yang menggunakan obat penurun asam lambung 
penghambat pompa proton (proton pump inhibitor) dikontraindikasikan 
Antasida dapat digunakan minimal 2 jam sebelum atau 4 jam sesudah
pemberian RPV, agonis reseptor H2 minimal 12 jam sebelum atau 4 jam
sesudah pemberian RPV
SOFRO, MAU 2019
27
PADUAN TERAPI ARV LINI KEDUA
Paduan obat lini kedua pada remaja dan orang dewasa dengan kombinasi 2 NRTI dan 1 boosted-PI
SOFRO, MAU 2019
28
PADUAN TERAPI ARV LINI KETIGA
Paduan ARV lini ketiga harus menggunakan obat dengan risiko resistensi silang
dengan paduan yang digunakan sebelumnya, seperti INSTI, NNRTI generasi
kedua dan PI.
SOFRO, MAU 2019
29
Toksisitas ARV lini pertama dan pilihan obat substitusi
ARV
Tipe Toksisitas
Faktor Risiko
Pilihan Substitusi Lini I
TDF
Disfungsi
tubulus ginjal
Sindroma
Fanconi
Penyakit ginjal
Underweight
Lansia
DM
HT
Penggunaan obat nefrotoksik lain atau boosted PI
Dewasa: AZT
Anak: AZT atau ABC
Jangan berikan TDF jika
eGFR <50 mL/menit
AZT
Anemia atau
neutropenia
berat
Anemia atau neutropenia sebelum terapi
CD4 ≤ 200 sel/uL(dewasa)
Dewasa: TDF atau AZT
dosis rendah
Anak: ABC atau TDF
EFV
Toksisitas SSP
Sudah ada gangguan mental sebelumnya
ARV dikonsumsi siang hari
Sudah ada penyakit liver atau koinfeksi dengan
hepatitis B atau Hepatitis C
EFV dosis rendah 400
mg/24 jam kecuali ibu
hamil dan TB.
Atau NVP atau Rilpivirin
atau LPV/rd
Penyakit liver
Koinfeksi Hep B atau Hep C
CD4 >250 sel/uL pada wanita, >400 sel/uL pria
EFV600
Jika tidak mentoleransi
beri EFV400 RPV/ LPV/rd
Hepatotoksisitas
NVP
Hepatotoksik
Hipersensitivitas
obat
SOFRO, MAU 2019
30
TOKSISITAS LINI KEDUA
SOFRO, MAU 2019
31
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI ARV
Pemantauan dalam 6 bulan
pertama terapi ARV:
 keberhasilan terapi ARV,
 efek samping ARV dan
substitusi ARV,
 deteksi masalah terkait
kepatuhan,
 menentukan kapan terapi ARV
harus diganti ke lini
selanjutnya.
SOFRO, MAU 2019
32
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI ARV
Lanjutan…
SOFRO, MAU 2019
33
KEGAGALAN TERAPI ARV
SOFRO, MAU 2019
34
SOFRO, MAU 2019
35
SOFRO, MAU 2019
36
37
2 th Terapi ARV
Berpotensi “drop out”
38
PROFILAKSIS INFEKSI OPORTUNISTIK

Profilaksis kotrimoksazol direkomendasi pada ODHA (termasuk wanita hamil)
dengan stadium WHO 3 atau 4 dan/atau jumlah CD4 <200 sel/μL

Profilaksis kotrimoksazol direkomendasikan pada semua ODHA dengan TB
berapapun jumlah CD4

Pasien HIV yang tidak terbukti TB aktif, harus diberikan profilaksis isoniazid
selama 6 bulan :



tanpa tanda TB aktif tanpa melihat derajat imunosupresi,
status pengobatan ARV,
status kehamilan
SOFRO, MAU 2019
39
TB-HIV

Tes cepat molekular (TCM) harus digunakan sebagai tes diagnostik awal pada
pasien yang dicurigai HIV ko-infeksi TB atau TB-MDR dibandingkan mikroskop
konvensional, kultur, dan uji tuberkulin

Rekomendasi untuk pengobatan TB HIV pada fase intensif dan lanjutan:
 Intensif: 2 bulan isoniazid (INH), rifampisin (RIF), pirazinamid (PZA), dan
etambutol (EMB) setiap hari.
 Lanjutan: 4 bulan INH dan RIF setiap hari
 INH dan EMB selama 6 bulan untuk fase lanjutan tidak direkomendasi untuk
pasien TB dengan HIV  mudah terjadi kegagalan pengobatan atau kambuh
SOFRO, MAU 2019
40
TB-HIV

Pasien TB-HIV yang pernah diobati dan dinyatakan gagal terapi atau putus
obat, maka diberikan paduan OAT kategori 2 seperti yang diberikan pada
pasien TB tanpa HIV, yaitu:
 Fase awal : 2 bulan streptomisin injeksi, INH, RIF, PZA, dan EMB, diberikan
setiap hari, selanjutnya 1 bulan INH, RIF, PZA dan EMB diberikan setiap hari.
 Fase lanjutan : 5 bulan INH, RIF dan EMB, diberikan setiap hari
 HIV dengan TB-MDR lebih direkomendasikan paduan OAT jangka pendek (9-12
bulan) dibandingkan jangka panjang
 Pada pasien TB-MDR digunakan paduan dengan 5 obat yang masih efektif
selama fase intensif, termasuk pirazinamid dan 4 obat anti-tuberkulosis lini
kedua yang lain
SOFRO, MAU 2019
41
IMUNISASI PADA PASIEN HIV DEWASA

Pasien HIV memiliki respons kekebalan tubuh yang suboptimal terhadap
vaksin

Pasien dengan CD4 <200 sel/μL tidak boleh mendapatkan vaksin hidup yang
dilemahkan (live-attenuated). (BCG)

Vaksin mati (inactivated) dapat digunakan pada CD4 berapapun,

namun bila diberikan saat CD4 rendah sebaiknya vaksinasi diulang saat CD4
meningkat di atas 200 sel/μL.
SOFRO, MAU 2019
42
SOFRO, MAU 2019
43
HIV dan PENYAKIT TIDAK MENULAR

Protokol WHO package of essential NCD preventions (PEN) menargetkan populasi
berikut untuk penapisan risiko kardiovaskular (kolesterol, Triglliserid, Asam Urat):
 usia> 40 tahun,
 perokok,
 orang dengan hipertensi atau diabetes mellitus,
 lingkar pinggang >90 cm pada wanita dan >110cm pada pria
 riwayat keluarga dengan diabetes mellitus atau penyakit kardiovaskular dini

Penapisan dini gangguan jiwa pada ODHA  pengurangan perilaku berisiko dan
kepatuhan terhadap pengobatan ARV.

Penatalaksanaan meliputi psikoterapi dan psikofarmakologi
SOFRO, MAU 2019
44
Pelayanan di Poli VCT RSUP Dr.Kariadi
SOFRO, MAU 2019
46
Download