PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN GOOD GOVERNANCE Disusun oleh : Kelompok 13 Adinda Ayulia Rahmadhanti (J3N119004) Khoerunnisa Agustina (J3N119119) Salsabilla Oktidiati (J3N119223) Cindy Ruth Gloria Tobing (J3N219291) Puja Wireza Rachmadan (J3N219351) Program Studi Akuntansi Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1 Profil Ir. Soekarno ..................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4 Latar Belakang ....................................................................................................................... 4 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 5 Tujuan..................................................................................................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6 Pengertian Good Governance................................................................................................. 6 Prinsip–prinsip Good Governance ......................................................................................... 6 Pelaksanaan Good Governance di Indonesia ....................................................................... 10 Asas-asas Good Governance ................................................................................................ 11 Contoh Kasus yang Tidak Sesuai dengan Asas Good Governance ..................................... 15 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 18 Kesimpulan........................................................................................................................... 18 Saran ..................................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19 1 Profil Ir. Soekarno Nama Lahir : Koesno Sosrodiharjo Nama Populer : Soekarno Lahir : Surabaya, 6 Juni 1901 Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970 Makam : Kota Blitar, Jawa Timur Agama : Islam Kebangsaan : Indonesia Orangtua : Soekemi Sosrodihardjo (Bapak), Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu) Gelar : Pahlawan Indonesia Pasangan : Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi Soekarno, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar Anak : Guruh Soekarnoputra, Guntur Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Totok Suryawan, Megawati Soekarnoputri, Kartika Sari Dewi Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Ayu Gembirowati, Rukmini Soekarno Pendidikan : Pendidikan sekolah dasar di Eerste Inlandse School, Mojokerto Pendidikan sekolah dasar di Europeesche Lagere School (ELS), Mojokerto (1911) Hoogere Burger School (HBS) Mojokerto (1911-1915) Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) (1920) 2 Penghargaan : Penghargaan Perdamaian Lenin (1960) Bintang Kehormatan Filipina (1965) Doktor Honoris Causa dari 26 Universitas The Order Of The Supreme Companions of OR Tambo (Presiden Afsel – 2005) 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi World Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Hal ini bagi pemerintah maupun swasta di Indonesia ialah merupakan suatu terobosan mutakhir dalam menciptakan kredibilitas publik danuntuk melahirkan bentuk manajerial yang handal. Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan cita-cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua produk utama Good Governance. Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga-lembaga penunjang pelaksanaan Good Governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governanc. 4 Diterapkannya Good Governance di Indonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha non pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat diharapkanakan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Good Governance? 2. Apa saja prinsip-prinsip dari Good Governance? 3. Bagaimana pelaksanaan Good Governance di Indonesia? 4. Apa saja asas- asas dari Good Governance? 5. Bagaimana contoh yang tidak sesuai dengan asas Good Governance? C. Tujuan 1. Untuk mengeahui pengertian dari Good Governance. 2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip Good Governance. 3. Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan Good Governance di Indonesia. 4. Untuk mengetahui apa saja asas-asas Good Governance. 5. Untuk menjelaskan contoh kasus yang tidak sesuai dengan asas Good Governance. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Good Governance Citra buruk pelaksanaan pemerintahan Indonesia ditandai dengan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme telah melahirkan sebuah fase sejarah politik bangsa Indonesia dengan semangat reformasi. Salah satu isu reformasi adalah good governance. Pelaksanaan good governance mendapat relevansi nya di Indonesia berkaitan dengan tiga hal, yaitu : 1. Krisis ekonomi dan politik masih terus berlangsung. 2. Banyaknya korupsi dalam berbagai bentuk penyimpangan dalam penyelenggaraan negara. 3. Kebijakan otonomi daerah yang diharapkan memberikan harapan besar bagi proses demokrasi. Istilah good governance diterjemahkan dengan tata kelola pemerintahan yang baik. Pengertian good governance adalah tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai – nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai- nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi juga pada ranah masyarakat sipil melalui organisasi non pemerintah dan sektor swasta. B. Prinsip–prinsip Good Governance Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu sebagaimana tertera di bawah ini: 1. Partisipasi Masyarakat (Participation) Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan pendapatnya. Jalur komunikasi ini 6 meliputi pertemuan umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan isu sektoral. 2. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law) Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law), Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia. 3. Transparansi (Transparency) Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan. 4. Peduli pada Stakeholder/ Dunia Usaha Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan dunia usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk mendukung bagaimana good governance dapat berjalan dengan baik di masing-masing lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia. Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan. Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih luas untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi kemudian 7 guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik. 5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus) Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. 6. Kesetaraan (Equity) Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. 7. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency) Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas, pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur dengan parameter produk 8 yang dapat menjangkau sebesar-besarnya kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat akan dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu menjadi bagian dari kebutuhan mereka. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. 8. Akuntabilitas (Accountability) Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumeninstrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas. 9. Visi Strategis (Strategic Vision) Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut. Karakteristik Good Governance : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Adanya partisipasi masyarakat Adanya aturan hukum yang adil tanpa pandang bulu Pemerintah bersifat transparan Pemerintah mempunyai daya tanggap terhadap berbagai pihak Menerapkan prinsip keadilan Pemerintah berorientasi pada konsensus untuk mencapai kesepakatan Segala keputusan dapat di pertanggungjawabkan kepada publik atau bersifat akuntabilitas 9 8. Pemerintah bertindak secara efektif dan efisien 9. Penyelenggaraan pembangunan bervisi strategis 10. Adanya salingketerkaitan antar kebijakan C. Pelaksanaan Good Governance di Indonesia Mewujudkan konsep good governance dapat dilakukan dengan mencapai keadaan yang baik dan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam pengelolaan sumber-sumber alam, sosial, lingkungan dan ekonomi. Prasyarat minimal untuk mencapai good governance adalah adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas dan efisiensi, dan keadilan. Kebijakan publik yang dikeluarkan oleh pemerintah harus transparan, efektif dan efisien, serta mampu menjawab ketentuan dasar keadilan. Sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang baik maka harus keterlibatan masyarakat di setiap jenjang proses pengambilan keputusan (Hunja, 2009). Konsep good governance dapat diartikan menjadi acuan untuk proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Human interest adalah faktor terkuat yang saat ini mempengaruhi baik buruknya dan tercapai atau tidaknya sebuah negara serta pemerintahan yang baik. Sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan bahwa setiap manusia memiliki kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok, dan/atau kepentingan masyarakat nasional bahkan internasional. Dalam rangka mewujudkan setiap kepentingan tersebut selalu terjadi benturan. Begitu juga dalam merealisasikan apa yang namanya “good governance” benturan kepentingan selalu lawan utama. Kepentingan melahirkan jarak dan sekat antar individu dan kelompok yang membuat sulit tercapainya kata “sepakat”. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara. Negara berperan memberikan pelayanan demi kesejahteraan rakyat dengan sistem peradilan yang baik dan sistem pemerintahan yang dapat dipertanggungjawaban kepada publik. Meruju pada 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan. Dalam pembangunan ekonomi, lingkungan, dan pembangunan manusia. Good governance menyentuh 3 (tiga) pihak yaitu pihak pemerintah (penyelenggara negara), pihak korporat atau dunia usaha (penggerak ekonomi), dan masyarakat sipil (menemukan kesesuaiannya). Ketiga pihak tersebut saling berperan dan mempengaruhi dalam penyelenggaraan negara yang baik. Sinkronisasi dan harmonisasi antar pihak tersebut menjadi jawaban besar. Namun dengan keadaan Indonesia saat ini masih sulit untuk bisa terjadi (Efendi, 2005). 10 Mencari orang yang jujur dan memilik integritas tinggi sama halnya dengan mencari jarum dalam tumpukan jerami. Memilih aparatur atau pelaku pemerintahan yang unggul akan berpengaruh baik dengan penyelenggaraan negara. Korupsi yang masih tetap eksis sampai saat ini adalah salahsatu faktor yang mempersulit dicapainya good governance. Pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi agenda wajib yang tidak pernah lelah untuk dilakukan. Inilah satu hal yang tidak boleh dilewatkan untuk mencapai pemerintahan yang baik. Mencegah (preventif) dan menanggulangi (represif) adalah dua upaya yang dilakukan. Pencegahan dilakukan dengan memberi jaminan hukum bagi perwujudan pemerintahan terbuka (open government). Jaminan kepada hak publik seperti hak mengamati perilaku pejabat, hak memperoleh akses informasi, hak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hak mengajukan keberatan bila ketiga hak di atas tidak dipenuhi secara memadai. Jaminan yang diberikan jika memang benar-benar bisa disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat (Hardjasoemantri, 2003). Berikut ini adalah contoh pelaksaan good governance di Indonesia: 1. 2. Kota Banjar merupakan salah satu daerah yang telah berhasil dalam menerapkan good governance. Keberhasilan ini dibuktikan dengan angka IPM (Indeks Pengembangan Manusia) di Banjar yang mencapai angka tertinggi dibandingkan rata-rata IPM di Jawa Barat, hal ini membuktikan bahwa pemerintah kota Banjar telah sepenuhnya berorientasi pada pelayanan publik. Dengan segala perolehan yang dicapai Kota Banjar, daerah ini layak mendapatkan predikat good governance atas keberhasilannya dalam menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut. Selain itu berbagai penghargaan yang diraih Kota Banjar juga membuktikan bahwa pemerintahnya telah kompeten dalam melaksanakan otonomi daerah. Salah satu kota lain adalah Kota Manado, walaupun implementasi prinsip good governance di kota ini masih belum sepenuhnya diterapkan dengan baik namun dapat Kota Manado sudah menerapkan pendekatan good governance dalam pengelolaan organisasi. Penerapan good governance di Kota Manado diterapkan dalam implementasi kebijakan Dinas Tata Ruang Kota Manado dengan indeks pelaksaaan yang tergolong cukup baik menurut Helly Kolondam (20014). Aspek yang kurang dalam implementasi good governance dalam penerapan kebijakan Dinas Tata Ruang Kota adalag efektivitas dan efisiensi dalam penerapannya. D. Asas-asas Good Governance Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Pengertian asas-asas umum pemerintahan yang baik menurut Jazim Hamidi, merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkungan hukum adminsitrasi negara. Asas-asas umum 11 pemerintahan yang baik berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi negara dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi dalam menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud beschikking), dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi penggugat. Asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik terbagi menjadi 9 (Sembilan), yaitu : 1. Asas Kepastian Hukum Asas kepastian hukum merupakan asas yang menghendaki agar hak yang telah diperoleh oleh seseorang berdasarkan suatu keputusan badan atau pejabat administrasi Negara haruslah dihormati, sehingga kedudukan dan kepentingan memiliki kepastian hukum , secara materiil menghalangi badan pemerintah untuk menarik kembali suatu ketetapan dan mengubahnya yang menyebabkan kerugian yang berkepentingan. Asas ini menjaga setiap hak dan kewjiban para pihak dalam suatu Negara tetap terjaga, agar setiap kegiatan yang dilakukakan oleh pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan bernegara tidak saling bertentangan satu sama lainnya. Dalam pemerintahan yang baik, pemerintah sebagai lembaga pembentuk kebijakan harus berpegang teguh pada aturan yang mengaturnya dan harus menjaga kepastian hukum bagi seluruh pihak dalam suatu Negara. Asas kepastian hukum menjadi suatu asas yang paling mendasar dalam suatu Negara demokrasi. 2. Asas Tertib Penyelenggara Negara Asas ini menghendaki suatu ketertiban dalam penyelenggaraan pemerintahan, segala kegiatan yang akan dilakukan diharapkan tertata dengan baik dan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu penyelenggaraan pemerintahan dapat dikerjakan dengan baik demi terciptanya suatu hasil yang maksimal dari kegiatan yang dilakukan. Asas tertib penyelenggara Negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara pemerintahan. Pemerintah daerah sebagi lembaga penyelenggara pemerintahan di daerah harus mendasari setiap kebijakannya dengan berbagai asas yang terkandung dalam prinsip good governance. 3. Asas Kepentingan Umum Asas kepentingan umum yang terdapat dalam salah satu asas-asas umum pemerintahan yang baik harus diperhatikan secara serius oleh pemerintah daerah sebagai penyelenggara pemerintahan di daerah pada era otonomi ini. Asas kepentingan umum merupakan asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif. Artinya asas kepentingan umum ini mengharuskan setiap kebijakan yang akan dilakukan harus berdasar pada aspirasi masyarakatnya, dan mengharuskan pemerintah untuk memfasilitasi setiap aspirasi tersebut, dengan menyeleksi terlebih dahulu kehendak yang harus 12 direalisasikan dengan tetap memperhatikan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan utama dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dilakukan. Asas kepentingan umum merupakan suatu landasan pelayan publik dalam sebuah penyelenggaraan pemerintahan. Pelayanan publik adalah sebuah layanan yang diberikan kepada publik oleh pemerintah, baik berupa barang atau jasa publik. Pelayanan publik merupakan realisasi dari asas kepentingan umum, pelayanan publik yang baik ialah ketika pemerintah memberikan pelayan terbaiknya pada masyarakat. Pelayan publik ini tidak membeda-bedakan satu kelompok dengan kelompok lainya, keadilan dan penyamarataan mejadi tujuan utama dari pelayanan publik itu sendiri, karena hal tersebut merupakan suatu harapan yang tertuang dalam asas kepentingan umum dalam prinsip good governance. 4. Asas Keterbukaan Asas keterbukaan ialah salah satu asas yang terkandung dalam asas-asas pemerintahan yang baik. Asas keterbukaan yaitu bertalian dengan keinginan menyelenggarakan administrasi negra yang terbuka dan mudah dijabarkan yang berlandaskan susunan konstitusional dan keabsahannya.Asas keterbukaan ini merupakan asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindunagan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara. Keterbukaan merupakan salah satu aspek mendasar bagi terwujudnya penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik. Perwujudan tata pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan kemudahan untuk mendapatkan akses bagi masyarakat terhadap proses pengambilan kebijakan publik. Penyelenggaraan pemerintah daerah yang mengabaikan transparansi akan sangat sulit untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik.[6] Asas ini mengarah pada pemerintah yang bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan karena kontrol masyarakat terhadap penyelenggaran pemerintahan yang dilakukan bisa lebih efektif dengan transparansi yang dilakukan oleh pemerintah sebagai salah satu perwujudan dari good governance (pemerintahan yang baik). Keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi berbagai dimensi yang meliputi transparansi anggaran, transparansi pelaksanaan program kerja pemerintah daerah, dan transparansi pertanggungjawaban kinerja. Transparansi di bidang perumusan kebijakan anggaran daerah merupakan persoalan yang sangat penting mengingat perumusan anggaran adalah penentuan skala prioritas program pembangunan. Keterbukaan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah mekanisme publik yang dapat memiliki akses informasi terhadap proses jalanya pemerintahan daerah. Secara umum, keterbukaan dalam penyelenggaraan akan menekan terjadinya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme di tingkat birokrasi lokal. 13 5. Asas Proporsionalitas Asas proporsionalitas merupakan asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara pemerintahan. Asas ini mengharapakan terciptanya suatu penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari penyalahgunaan wewenang, artinya asas ini merupakan dasar bagi penyelenggaraan pemerintahan yang berakedilan dalam hukum sehingga tidak adanya tumpang tindih kewenangan dalam suatu lembaga. Jika hal tersebut terjadi maka akan terjadi suatu sengketa kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan antara lembaga satu dengan lembaga yang lainya. Ketertiban memerintah menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintahan. 6. Asas Profesionalitas Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundnag-undangan yang berlaku. Asas profesionalitas dimulai dari penyusunan rencana anggaran, pengelolaannya dan sampai pada tahap pertanggungjawaban dituntut untuk dilaksanakan secara profesionalitas, yaitu merupakan kolaborasi antara kesepadanan kemampuan dan keterampilan serta pengambil kebijakan yang menfokuskan kinerja yang efektif dan efisien, baik kinerja dari sudut proses maupun dari sudut hasil, dampak dan manfaat. 7. Asas Akuntabilitas Asas akuntabilitas menjadi salas satu prinsip penting dalam penyelenggraan pemerintahan yang baik. Asas akuntabilitas merupakan asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Pemerintah daerah sebagai otoritas kebijakan publik di daerah wajib mempertanggungjawabkan tindakan yang diambil kepada masyarakat. Akuntabilitas akan memastikan penyelenggaraan pemerintah daerah telah dilaksankan dengan baik dengan memperhatikan hak dan kewajiban yang ditentukan secara normatif. Asas akuntabilitas mengharapakan otonomi daerah dapat berjalan dengan baik, tolak ukur dari suatu otonomi daerah yang baik bisa berupa suatu sarana keterbukaan pertanggungjawaban yang mudah diakses oleh masyarakat di daerah serta dengan menjalankan segala kewenagan yang didapatkan oleh pemerintah daerah karena hukum yang mengaturnya. Penyelenggaraan good governance merupakan suatu keharusan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagai lembaga yang berwenang dalam mengurus daerah di era otonomi ini. 14 8. Asas Efisiensi dan Efektivitas Efisiensi dan efektivitas menjadi suatu landasan yang harus digunakan dalam melakukan kegiatan pemerintahan. Efisiensi dan efektifitas merupakan dua asas yang terkandung dalam asas-asas good governance, yang mana kedua asas ini menujuk pada kemampuan yang tinggi untuk mengoptimalkan kemanfaatan segala sumber daya dan dana yang tersedia dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan, sejauh mana pelaksanaan tugas tercapai untuk secara maksimal. Kedua asas ini menitikberatkan pada penyelenggaraan pemerintahan yang tepat guna tanpa penghamburan-hamburan sumber daya dan dana. Sehingga pembangunan yang dilakukan disuatu daerah dapat berjalan dengan maksimal dan berjalan dengan efisien serta efektif dalam pengerjaanya. E. Contoh Kasus yang Tidak Sesuai dengan Asas Good Governance Untuk bisa menjalankan pemerintahan dengan good governance, diperlukan banyak hal mendasar uah harus dipenuhi. Efendi (2005) mengungkapkan setidaknya ada beberapa hal mendasar yang menjadi permasalahan dan harus diperbaiki dalam penerapan good governance, antara lain: 1. Integritas Pelaku Pemerintahan Pelaku pemerintahan memiliki peran yang sangat penting dalam berhasil atau tidaknya good governance yang ingin diterapkan. Integritas pelaku pemerintahan yang tinggi akan bisa mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, seperti korupsi, praktik suap dan penyimpangan-penyimpangan lainnya. Integritas pelaku pemerintahan yang rendah seringkali menjadi penyebab korupsi dan penyimpangan lainnya. 2. Kondisi Politik Dalam Negeri Jangan anggap sepele peran politik dalam penyelenggaraan pemerintahan. Politik bisa jadi membawa masalah dan menghambat dilaksanakannya good governance di sebuah negara. Good governance akan sulit terwujud dalam sebuah negara yang memegang konsep politik tidak atau kurang demokratis. Misalnya, di Indonesia, yang termasuk negara demokrasi, masih cukup banyak kasus yang terjadi akibat suara rakyat minoritas yang kurang diperhatikan yang tidak menunjukkan ciri-ciri masyarakat demokratis. 3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Krisis ekonomi di sebuah negara juga bisa menjadi permasalahan good governance di Indonesia. Banyak masalah sosial yang muncul di masyarakat akibat 15 krisis ekonomi yang jika tidak segera diatasi bisa mengganggu kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Di Indonesia, hal ini masih sering terjadi, misalnya dengan melonjaknya harga bahan makanan akibat kesalahan pengambilan kebijakan ekspor dan impor. 4. Kondisi Sosial Masyarakat Sebagai salah satu wujud nyata dari berhasil atau tidaknya kebijakan pemerintahan yang diterapkan yaitu adanya masyarakat yang solid dan secara aktif berpartisipasi dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan sebuah negara. Masyarakat diharapkan juga melakukan pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih tidak berdaya di depan negara dan masih ada banyak sekali contoh konflik sosial dalam masyarakat yang terjadi di Indonesia, seperti konflik antar suku, anarkisme kelompok dan lain sebagainya yang menjadi permasalahan good governance di Indonesia. 5. Sistem Hukum Sistem hukum sudah jelas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses penyelenggaraan negara. Sistem hukum merupakan faktor yang sangat penting dalam penerapan good governance. Sistem hukum yang lemah akan bisa mempengaruhi kinerja pemerintahan secara siginifikan. Good governance akan sangat sulit diterapkan di negara yang memiliki sistem hukum yang lemah. Hukum hendaknya tidak memandang jabatan atau kedudukan seseorang di masyarakat, melainkan diterapkan sama tanpa pandang bulu. Hal ini seringkali tidak diterapkan di Indonesia, seperti masih adanya perlakuan spesial bagi para pejabat korup dan lain-lain. 6. Proses Akuntansi atau Pelaporan Keuangan Negara Terdapat beberapa hal lain yang menghambat good governance bisa diterapkan dan berhasil di Indonesia. Hal-hal tersebut antara lain: a. Tidak Adanya Sistem Akuntansi Yang Handal Di Indonesia, sistem akuntansi masih dianggap kurang handal dalam mendukung proses pencatatan dan pelaporan keuangan. Hal ini pada akhirnya menyebabkan pengendalian internal di pemerintahan daerah menjadi lemah. Jika demikian, maka good governance pun akan sulit untuk diterapkan. b. Kurangnya Sumber Daya Manusia Yang Mumpuni Di Bidangnya Masih banyak daerah yang kekurangan sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Selain itu, masih sangat sedikit sarjana akuntansi yang sesuai kriteria yang tertarik untuk mengembangkan 16 profesi di pemerintahan daerah. Hal ini bisa jadi akibat rendahnya kompensasi atau benefit yang ditawarkan kepada mereka. c. Belum Ada Standar Akuntansi Keuangan Publik Yang Baku Selain dua permasalahan di atas, masih belum ada juga standar akuntansi keuangan yang baku di sektor publik. Padahal hal ini sangat penting untuk menjadi acuan dalam pembuatan laporan keuangan yang akan menjadi salah satu mekanisme pengendalian. Dengan belum adanya standar yang baku ini, proses transparansi pun masih sulit dilaksanakan karena pertanggungjawaban keuangan tidak dapat ditampilkan secara kasat mata. Masih banyak pertanggungjawaban yang direkayasa dengan pengeluaran-pengeluaran fiktif dan hal ini sulit untuk dipertanggungjawabkan secara transparan. 17 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, peduli dan stakeholder, berorientasi pada consensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis. Sehingga apa yang didambakan Indonesia menjadi negara yang good governance dapat terwujud dan hilangnya faktor-faktor kepentingan politik, KKN, ketidakadilan, bekerja diluar kewenangan, dan kurangnya integritas dan transparansi adalah beberapa masalah yang membuat Good Governance masih belum bisa tercapai. Masyarakat dan pemerintah yang masih bertolak belakang untuk mengatasi masalah tersebut seharusnya menjalin harmonisasi dan kerjasama mengatasi masalah-masalah yang ada. Good governance sebagai upaya untuk mencapai pemerintahan yang baik tercermin dalam berbagai bidang yang memiliki peran yang penting dalam gerak roda pemerintahan di Indonesia yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial, dan hukum. B. Saran Berbagai permasalahan nasional menjadi alasan belum maksimalnya pelaksanaan good governance di Indonesia. Dengan melaksanakan prinsip-prinsip good governance maka tiga pilarnya yaitu pemerintah, korporasi, dan masyarakat sipil saling menjaga, support, dan berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan pemerintahan yang sedang dilakukan. Terutama antara pemerintah dan masyarakat menjadi bagian penting tercapainya good governance. Tanpa good governance sulit bagi masing-masing pihak untuk dapat saling berkontribusi dan saling mengawasi. Good governance tidak akan bisa tercapai apabila integritas pemerintah dalam menjalankan pemerintahan tidak dapat dijamin. Hukum hanya akan menjadi boomerang yang bisa balik menyerang negara dan pemerintah menjadi lebih buruk apabila tidak dipakai sebagaimana mestinya. Konsistensi pemerintah dan masyarakat harus terjamin sebagai wujud peran masing-masing dalam pemerintahan. Setiap pihak harus bergerak dan menjalankan tugasnya sesuai dengan kewenangan masing-masing. 18 DAFTAR PUSTAKA Modul Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor https://brainly.co.id/tugas/107565 diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 11.16 WIB https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-presiden-soekarno-lengkap/ diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 12.55 WIB https://yanwariyanidwi.wordpress.com/2015/12/15/pengertian-prinsip-dan-penerapan-goodgovernance-di-indonesia/ diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 14.06 WIB https://hukumd.blogspot.com/2014/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_18.html diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 15.51 WIB https://www.daftarinformasi.com/pengertian-good-governance/ diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 16.57 WIB https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengertian-prinsip-dan-penerapan-good-governancedi-indonesia-99 diakses pada 24Maret 2020 Pukul 17.03 WIB https://bananafoscale.wordpress.com/2015/04/10/penerapan-good-governance-di-indonesia/ diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 19.55 WIB https://www.banyumaskab.go.id/read/15538/pelaksanaan-good-governance-diindonesia#.XnoDnukxWyU diakses pada 24 Maret 2020 Pukul 21.10 WIB 19