Uploaded by User50520

makalh fix

advertisement
MAKALAH
MATERNITAS II
(KEGANASAN ORGAN-ORGAN REPRODUKSI KANKER
ENDOMETRIUM DAN OVARIUM)
Dosen pembimbing : dina zakiyyatul fuadah,S.Kep.Ns.,M.Kep
Nama Kelomppok :













Agustina Purwitasari
Angglelia Permata K
Chiesa Refinda NR
Dini Maya
Fahim Risalatul K
Kartika Sari
Kukuh Dwi M
Mellinda Fitri WS
Nithalia Ivada Putri P
Risky Melina Iflacha
Vera Elma Deviana
Yovira Dyantika
(201801001)
(201801013)
(201801024)
(201801033)
(201801042)
(201801054)
(201801057)
(201801064)
(201801075)
(201801086)
(201801095)
(201801104)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ KEGANASAN ORGANORGAN REPRODUKSI KANKER ENDOMETRIUM DAN OVARIUM”.
Dengan
tepat waktu. Ada pun tujuan dari pembuatan makalah adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah maternitas II.
Keberhasilan penyusunan makalah merupakan kerja keras semua anggota kelompok yang
tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan yang berupa moril maupun materil dari
berbagai pihak.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna karena keterbatasan dan
ketrampilan, untuk itu kelompok mengharaapkan saran yang bersifat membangun
agar
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya.
Kediri , 27 November 201
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengettian kanker endometrium
2.2 Etiologi kanker endometrium
2.3 Manifestasi kanker endometrium
2.4 Komplikasi kanker endometrium
2.5 Patofisiologi kanker endometrium
2.6 Patway kanker endometrium
2.7 Pemeriksaan penunjang
2.8 Anatomi fisiologi ovarium
2.9 Pengertian kankwe ovarium
2.10 Etiologi kanker ovarium
2.11 Manifestasi kilinis
2.12 Patofisiologi kanker ovarium
2.13 Patway kanker ovarium
2.14 Klasifikasi kanker ovarium
2.15 Tanda gejala klinis
2.16 Pemeriksaan fisik
2.17 Pemeriksaan penunjang
2.18 Kemungkinan komplikasi
2.19 Penatalaksaan
BAB 3 ASKEP KANKER ENDOMETRIUM DAN KANKER OVARIUM
3.1 Kasus semu
3.2 Pengkajian
3.3 Pemeriksaan fisik
3.4 Analisa data
3.5 Diagnosa keperawatan
3.6 Intervensi
3.7 Implementasi
3.8 Evaluasi
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kanker endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium, umumnya
dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh.
Insidensi kanker endometrium mencapai 8% pada kasus kankerperempuan di
dunia.1Prevalensi kanker endometrium selama 5 tahun mencapai 31% pada kasus kanker
ginekologi di dunia dengan prevalensi kanker serviks 48,1%.2Kanker endometrium
merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi di dunia barat, menempati urutan
keempat kanker pada wanita setelah kanker payudara, kolon, dan paru. Angka kematian
di Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988 dan1998.1 Berdasarkan
penelitian Martin pada tahun 2002 didapatkan angka kejadian kanker endometrium 2,06%
dari 194 kasus kanker ginekologi yang dirawat di RSUP H. Adam Malik dan RSU dr.
Pirngadi Medan. Umumnya (75-80% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah
endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari jaringan kelenjar atau
karsinoma yang sel-sel tumornya membentuk struktur seperti kelenjar.1 Adenokarsinoma
merupakan tipe kanker yang terbentuk pada kelenjar yang mensekresikan mucus di
seluruh tubuh.sedangkan Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan
di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium
di seluruh dunia dan 125.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium merupakan
penyebab utama kematian wanita karena kanker dan merupakan penyebab kelima
kematian karena kanker di Amerika Serikat (AS). Satu diantara 78 wanita di AS (1.3%)
diperkirakan akan mengalami kanker ovarium selama hidupnya. Delapan puluh persen
dari 14.000 kasus kanker ovarium di AmerikaSerikat yang terdiagnosis pertahunnya
berasal dari sel epitel (Gubbels, 2010). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan
keluhan apabila telah menyebar ke rongga peritoneum, atau organ visera lainnya.
Penyakit telah mencapai stadium lanjut pada tingkat ini sehingga tindakan pembedahan
dan terapi adjuvan seringkali tidak menolong. Upaya pengenalan dini kanker ovarium
stadium awal berdasarkanpemeriksaan fisik saja tidak cukup sehingga perlu dilengkapi
dengan pemeriksaan penunjang seperti serum tumor marker, Ultrasonografi(USG), atau
computerised tomography scanning (CT-scan). Salah satu tumor marker untuk
memprediksi adanya keganasan pada ovarium adalah pemeriksaan kadar serum Cancer
Antigen 125 (CA125) (Rarung, 2008).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari kanker endometrium ?
2. Bagaimana etiologi dari kanker eendometrium ?
3. Apa saja manifestasi dari kanker endometrium ?
4. Apa saja komplikasi pada kanker endometrium ?
5. Bagaimana patofisiologi dari kanker endometrium ?
6. Bagaimana pathway dari kanker endometrium ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kanker endometrium ?
8. Apa pengertian dari kanker ovarium?
9. Bagaimana etiologi dari kanker ovarium?
10. Apa saja manifestasi dari kanker ovarium?
11. Apa saja komplikasi pada kanker ovarium?
12. Bagaimana patofisiologi dari kanker ovarium?
13. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kanker ovarium?
1.3 TUJUAN
Tujuan umum :menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada kasus keganasan
organ-organ reproduksi kanker endometrium dan ovarium.
Tujuan khusus :
1. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pengertian kanker endometrium
dankanker ovarium
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang etiologin dari kanker
endometrium dan kanker ovarium
3. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang manifestasi dari kanker
endometrium dan kanker ovarium
4. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang komplikasi dari kanker
endometrium dan kanker ovarium
5. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang patofisiologi kanker
endometrium dan kanker ovarium
6. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pemeriksaan penunjang apa
saja yang dilakukan pada kanker endometrium dan kanker ovarium
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadipada organ endometrium
ataupadadinding Rahim. Endometrium adalah organ Rahim yang berbentuk seperti buah
pir sebagai tempat tertanan dan berkembangnya janin. Kanker endometrium kadang
kadang disebut kanker seperti otot atau sel miometrium. Kanker endometrium sering
terdeteksi pada tahap awal karena sering menghasilkan pendarahan vagina di antara
periode menstruasi atau menopause (Wheollan 2009)
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium, tetapi
beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan dan terus
menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa faktor resiko yang
bisa meningkatkan munculnya kanker mendometrium :
1. Obesitas atau kegemukan
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi androstenedion
menjadi estron. Pada obesitas konvers ini ditemukansebanyak 25-20 kali. Obesitas
merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium sebanyak 2 sampai 20 kali.
Wanita dengan berat badan 10-25Kg diatas berat badan normal menpunyai resiko 3
kali lipat disbanding dengan wanita dengan berat badan normal. Bila berat badan
lebih dari 25Kg diatas berat badan normal maka resiko menjadi 9 kali lipat.
2. Haid pertama (menarche)
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6 kali
lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia lebih dari
12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk menentukan faktor
resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah paritas. Menstruasion
span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS 39 maka resiko terkena
kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS < 29.
3. Tidak pernah melahirkan
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah atau
belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa
25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak (nulipara).
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor ketidaksuburan(infertilitas) lebih
berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
4. Penggunaan estrogen
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
5. Hiperplasia endometrium
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan selaput
lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen yang
berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel jika
hyperplasia endometrium disertai sel-selatipikal dan meningkatkan resiko menjadi
kanker endometrium sebesar 23%.
6. Diabetes mellitus (DM)
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor resiko
keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada penderita
karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka kejadian TTG yang
abnormal berkisar antara 17-64%.
7. Hipertensi
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3populasi
kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada keganasan
endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada populasi kontrol.
8. Faktor lingkungan dan diet
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian keganasan
endometrium lenih tinggi daripada di ngara-negara yang sedang berkembang.
Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih tinggi daripada
angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin. Agaknya perbedaan mil
disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari dan juga terbukti dengan
adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan endometrium pada golongan kaya
dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada orang-orang negro yang pindah dari
daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang sama juga terjadi pada orang-orang Asia
yang pindah ke negara industri dan merubah menu makanannya dengan cara barat
Seperti misalnya di Manila dan Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih
tinggi daripada di negara-negara Asia lainnya
9. Riwayat keluarga
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga yang
terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
10. Tumor memproduksi estrogen
Adanya tumor yang memproduksi estrogen, misalnya tumor sel granulosa,akan
meningkatkan angka kejadian kanker endometrium
C. Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause danperdarahan intermenstruasi bagi pasien
yang belum menopause. Keluhankeputihan merupakan keluhan yang paling banyak
menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia diatas
40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause)
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto: 2010).
D. Komplikasi
1. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
2. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan
usus.
3. Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah merah dari
sum-sum tulang sebagai sistem imun. Sel darah merah berusaha untuk
menghancurkan sel-sel tumor sehingga kerja sel-sel tumor optimal.
4. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat
menyebabkan rupture
E. Patofisiologi
Kanker endometrium adalah kanker yang terbentuk di dalamendometrium yang
merupakan lapisan dalam halus rahim atau rahim. Rahimterletak di daerah panggul dan
menyerupai bentuk sebuah pepaya atau buah pir.90% dari semua kanker rahim yang
terbentuk di endometrium. Profesionalmedis tidak tahu persis apa yang menyebabkan
kanker endometrium, tetapitelah dikaitkan dengan estrogen terlalu banyak, yang
merupakan hormonwanita. Ini adalah ovarium yang memproduksi estrogen, tetapi mereka
juga memproduksi hormon lain yang disebut progesteron yang membantu untuk
menyeimbangkan estrogen. Kedua hormon harus seimbang, tetapi jika terlalu banyak
estrogen yang diproduksi akan menyebabkan endometrium tumbuh, sehingga
meningkatkan risiko kanker endometrium. Ada faktor lain yang meningkatkan kadar
estrogen dan salah satunya adalah obesitas. Jaringan lemak dalam tubuh juga
memproduksi hormon estrogen. Pola makan dengan asupan tinggi lemak hewani,
termasuk daging, susu, dan unggas, bersama dengan makanan olahan dan gula halus
adalah nomor satu penyebab obesitas. Makanan ini harus di hindari terutama oleh mereka
yang beresiko. Mereka yangberisiko adalah wanita yang telah melalui menopause, tidak
punya anak, menderita diabetes, memiliki kanker payudara, atau sering mengkonsumsi
makanan dengan lemak tinggi.
Tanda pertama kanker endometrium adalah perdarahan atau bercak. Pendarahan atau
bercak mungkin tidak selalu hasil dari kanker, tetapi ide yang baik untuk segera
memeriksakan ke dokter agar diperiksa lebih detail lagi. Gejala lain dari kanker
endometrium adalah penurunan berat badan, kelelahan,nyeri panggul, kesulitan buang air
kecil dan nyeri selama hubungan seksual. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita
yang telah melewati menopause.Mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun
(Corwin: 1999).
F. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
Pap Smear adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias
Papanikolaou, untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human
papilomavirus. Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya diperiksa dengan
mikroskop (PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalahdengan aspirasi sitologi dan
biopsy hisap (suction biopsy) menggunakansuatu kanul khusus. Alat yang digunakan
adalahnovak, serrated novak,kovorkian, explora (mylex), pipelly (uniman),
probet(Hidayat: 2009).
Dilatasi dan Kuretase (D&C)
Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya
dikuret. Hasil kuret lalu di cek di lab Patologi. Memasukkan kamera (endoskopi)
kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di cek di lab
Patologi (Hidayat: 2009).
3.
Biopsiendometrium
Endometrial biopsi, teknik pengambilan dan pemeriksaan sampel sel jaringan rahim
yang bertujuan menemukan kanker endometrial dan hanya dilakukan pada pasien
yang beresiko tinggi (Hidayat: 2009).
4.
Pelvic exam, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat lesi,
benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jikadiraba. Untuk daerah
kandungan bagian atas dokter menggunakan alat speculum. Teknik pemeriksaan ini
sebenarnya harus rutin dilakukan olehwanita untuk mengetahui kondisi vaginanya
(Hidayat: 2009).
G. Penatalaksaan Medis
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi
untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi, sedangkan staging surgical
yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar getah bening paraaorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua
tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena sel-sel
tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang
mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh
ovarium. Jika ditemukan sel-selkanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor,
maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah ditemukan di
dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah menyebar ke bagian
tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisanrahim),
maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.
2. Radioterapi
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
kanker.Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker di
daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan
pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium
menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor)
atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I
dan II secara medis hanyadiberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah
(stadium IA grade 1atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan terapi
sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapaisel kanker yang telah
menyebar jauh atau metastase ke tempat lain. Tujuan Kemoterapi :
a. Membunuh sel-sel kanker.
b. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
c.
Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun
2.8 Anatomi fisiologi ovarium
A. . ovarium
 Ovarium Adalah gonad wanita, dua struktur kecil yang terletak pada kedua sisi uterus.
Kelenjar yanng berada di bawah pengaruh sikliis hormon hipofise ini menghasilkan
oosit dan hormon ovarium (Brooker, 2012)
 Ovarium adalah salah satu di antara beberapa organ reproduksi wanita yang berfungsi
untuk menghasilkan sel telur. Setiap wanita memiliki dua ovarium, terletak pada
rongga panggul sebelah kiri dan kanan. (Ilmu Dokter, 2014)
 Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi wanita. Setiap wanita memiliki
dua ovarium. Mereka oval, sekitar empat sentimeter panjang dan berbaring di kedua
sisi rahim (uterus) terhadap dinding panggul di daerah yang dikenal sebagai fossa
ovarium. Mereka diadakan di tempat oleh ligamen melekat pada rahim, tetapi tidak
secara langsung melekat pada sisa saluran reproduksi wanita, misalnya saluran
telur.(Kliksama, 2015)
B. Fungsi ovarium
a. Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui
tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus,
jika terjadi proses pembuahan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam
uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses
fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari
setelah ovulasi.
b. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini
berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan
mengatur siklus menstruasi.
c. Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti estrogen
dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas wanita dan
ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan
dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan
dalam memberikan sinyal kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur
sikuls menstruasi.
C. Letak Ovarium
Ovarium adalah dua organ kecil, seukuran ibu jari Anda, yang terletak di panggul
perempuan. Mereka melekat pada rahim, satu di setiap sisi, dekat pembukaan
tuba fallopi. Ovarium berisi sel gamet wanita, disebut oosit. Dalam istilah non
medis, oosit disebut “telur”. Ovarium merupakan bagian dari sistem reproduksi
wanita. Setiap wanita memiliki dua indung telur. Mereka oval, sekitar empat
sentimeter panjang dan berbaring di kedua sisi rahim (uterus) dinding panggul di
wilayah yang dikenal sebagai fossa ovarium. Mereka ditahan oleh ligamen
melekat pada rahim tetapi tidak secara langsung melekat pada sisa saluran
reproduksi wanita.(Hikmat, 2014)
D. Bagian bagian ovarium
Struktur ovarium terdiri atas :
a.
b.
Korteks disebelah luar yang diliputi oleh epitelium germinativum yang
berbentuk kubik dan di dalam terdiri dari stroma serta folikel-folikel primordial.
Medulla di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluhpembuluh darah, serabut-serabut saraf dan sedikit otot polos.Diperkirakan pada
wanita terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan
keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi
folikel de Graff. Folikel-folikel ini merupakan badian terpenting dari ovarium
dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula
dalam tingkat-tingkat perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu
lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan
likuor folikulli, mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.
2.9 Pengertian
Kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh pada ovarium (indung telur) yang
paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa
menyebar melalui system getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru – paru.
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit).Kanker indung telur atau
kita sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau
indung telur. (Sofyan, 2006)
Kanker ovarium merupakan sebuah penyakit di mana ovarium yang dimiliki wanita
memiliki perkembangan sel-sel abnormal. Secara umum, kanker ovarium merupakan
suatu bentuk kanker yang menyerang ovarium. Kanker ini bisa berkembang sangat cepat,
bahkan, dari stadium awal hingga stadium lanjut bisa terjadi hanya dalam satu tahun saja.
Kanker ovarium merupakan suatu proses lebih lanjut dari suatu tumor malignan di
ovarium. Tumor malignan sendiri merupakan suatu bentuk perkembangan sel-sel yang
tidak terkontrol sehingga berpotensi menjadi kanker. WikipediaKanker adalah
pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan
menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh (Corwin, 2009, Hal; 66).
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat
berasal dari ketiga demoblast (ektodermal, endodermal, mesoderal) dengan sifat-sifat
histologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan
10% terdapat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas
jinak dan tidak jelas pasti ganas (borderline malignancy atau carsinoma of low-maligna
potensial) dan jelas ganas (true malignant)(Priyanto, 2007).
Kanker ovarium adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak
terkendali. (Apotik Online dan Media Informasi Obat-Penyakit. Hal.2 di akses tgl 20-72009).
Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab
kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297)
Kanker ovarium memiliki 4 stadium yaitu :(Smeltzer, 2001;1570)




Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium
Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis
jauh
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kanker indung telur atau kita
sebut dengan kanker ovarium, adalah kanker yang berasal dari sel-sel ovarium atau
indung telur. dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya
sehingga mengalami pertumbuhan tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
2.10 Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yaitu :
 Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor
 Hipotesis Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan hasil percobaan binatang pada data
epidemiologi. Hormon hipofisa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada
beberapa percobaan pada binatang rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika
kadar hormon esterogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin akan
mengikat. Peningkatan kadar hormon goonadotropin ini ternyata berhubungan dengan
makin bertambah bsarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
 Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini
didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel-sel kanker ovarium.
 Hipotesisi Progesteron
Berbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen,
progesteron ternyata memiliki peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium.
Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron. Percobaan pada kera macaque,
progesteron menginduksi terjadinya apoptosis sel epitel ovarium, sedangkan esterogen
menghambatnya. Pemberian pil yang mengandung esterogen saja pada wanita pasca
menopause akan meningkatkan terjadinya resiko kanker ovarium, sedangkan pemberian
kombinasi dengan progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar
progesteron tinggi, menurunkan kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan
resiko terjadinya kanker ovarium. Demikian juga yang hanya mengandung progesteron
yang menekan ovulasi juga menurunkan resiko kanker ovarium. Akan tetapi, pemakaian
depo medroksiprogesteron asetat ternyata tidak menurunkan resiko terjadinya kanker
ovarium.
Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial.Risiko
berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor
genetik (Price, 2005;1297).
a. Faktor lingkungan
Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan
penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin
menyebabkan kanker.
b. Faktor endokrin
Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara,
menarche dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak
pernah menyusui.Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan
mungkin dapat mencegah. Terapi pengganti estrogen (ERT) pascamenopause untuk
10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium
c. Faktor genetic
Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah
ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium.Bila terdapat dua
atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang
perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium.
Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker ovarium yaitu:














Diet tinggi lemak
Merokok
Alkohol
Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
Nulipara
Infertilitas
Menstruasi dini
Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
Ras kaucasia > Afrika-Amerika
Kontrasepsi oral
Berawal dari hyperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.
Menarche dini
2.11Manifestasi Klinis
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia
2.12 Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de
Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan
dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen
dan pelvis. Sel-sel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi
dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan
intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk
penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada
akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal
dan limfatik muncul tanpa gejala yang spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul
seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria
dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh,
mual, tidak enak pada
perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina sekunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan
estrogen, beberapa tumor menghasilkan testosterone dan menyebabkan virilasi. Gejalagejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan
dalam tumor , ruptur atau torsi ovarium. Namun tumor ovarium paling sering terdeteksi
selama pemeriksaan pelvis rutin.
2.13 Klasifikasi
Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan
dalam 3 kategori (Price, 2005;1297) besar yaitu :



Tumor-tumor epitel
Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan
diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas
Tumor stroma gonad
Tumor-tumor sel germinal
Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaitu : tumor jinak (kista dermoid),
tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionik
dan ekstraembrionik)
Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting
untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat.
Klasifikasi stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
 Stadium I : pertumbuhan terbatas pada ovarium
o Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
o Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
o Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan
peritoneum positif.
 Stadium II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
o Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
o Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
o Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
bilasan peritoneum positif.
 Stadium III : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di
luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel
histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
o Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan
(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
o Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah
bening negatif.
o Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
 Stadium IV : pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh.
Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke
permukaan liver.
2.14 Tanda dan Gejala Klinis
Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium
adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Haid tidak teratur
Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara
Menopause dini
Dispepsia
Tekanan pada pelvis
Sering berkemih dan disuria
Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
cepat kenyang dan konstipasi.
h. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat
hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen. (Smeltzer, 2001;1570)
2.15 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa
pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut
bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah
digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat,
noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar memenuhi rongga abdomen
dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya
asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
2.16 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium yaitu :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvic
b. Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
c. Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP
(penanda tumor sel germinal)
d. Laparoskopi
e. Laparotomi
f. Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
g. Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan
sigmoidoskopi.
h. Foto rontgen dada dan tulang
i. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
j. Scan traktus urinarius
2.17 Kemungkinan komplikasi
a.Torsi
b. Rupture kista
c.Perdarahan
d. Keganasan
2.18 Penatalaksanaan
Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain:
(Smeltzer, 2001;1570)





Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan
pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral
dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini
Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat
dilakukan setelah pembedahan
Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk sisplantin,
sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan
Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik, bekerja
dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan mencegah
pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi
ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri.
Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF
(factor granulosit koloni stimulating)
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan
asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista
akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut.
Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat
desakan pada diafragma.
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
KANKER ENDOMETRIUM DAN KANKER OVARIUM
3.1 Kasus Semu
Ny. X berusia 60 tahun beragama budha, alamat tinggal Pare masuk rumah sakit
dengan keluhan sakit pada daerah panggul, nyeri saat buang air kecil, nyeri saat
berhubungan seksual, dan pasien mengatakan mengalami mual muntah, ketika
menstruasi darah keluar lebih banyak dan masa menstruasi lebih dari 7 hari. Dari hasil
pemeriksaan pasien tampak meringis kesakitan, tampak memegangi area
abdomen,pasien tampak pucat ,lemas ,CRT >3 detik,TTV diperoleh TD: 130/90 mmHg,
Nadi: 80 X/menit, suhu: 37,7 C, RR: 24 X/menit,.Terdapat sekret pada daerah vagina,
berwarna kekuningan, berbau dan bercampur darah serta terdapat pembengkakan pada
daerah abdomen.
3.2 Pengkajian

Identitas
Nama : Ny. X
Usia
: 60 tahun
JK
: Perempuan
Agama : Budha
Suku : Jawa
Alamat : Pare

Keluhan Utama
Ny. X keluhan sakit pada daerah panggul, nyeri saat buang air kecil, nyeri saat
berhubungan seksual, dan pasien mengatakan mengalami mual muntah, ketika
menstruasi darah keluar lebih banyak dan masa menstruasi lebih dari 7 hari

Riwayat penyakit sekarang
Saat dilakukan pemeriksaan pada fisik Ny. X pasien tampak meringis kesakitan,
tampak memegangi area abdomen,CRT >3 detik,pucat,lemas,terdapat sekret pada
daerah vagina, berwarna kekuningan, berbau dan bercampur darah serta terdapat
pembengkakan pada daerah abdomen.

Riwayat penyakit dahulu: -

Riwayat penyakit keluarga: tidak ada riwayat penyakit kanker

Riwayat psikossosial: -
3.3 Pemeriksaan fisik
B1(Breath)
RR: 24 X/menit
B2 (Blood)
TD: 130/90 mmHg,ketika menstruasi darah keluar lebih banyak,CRT >3 detik
B3 (Brain): B4 (Bladder)
Nyeri saat buang air kecil
B5 (Bowel)
Mual muntah
B6 (Bone)
Nyeri pada tulang panggul
P : Tekanan esterogen meningkat
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk
R : tulang panggul
S:7
T : digunakan saat beraktivitas
3.4 Analisis Data
N
Data
o
Etiologi
Masalah
keperawatan
DS: 1
Kerusakan
Pasien mengeluh nyeri panggul, nyeri saat BAK, nyeri
.
sistem saraf
saat berhubungan seksual
DO:
pasien tampak meringis kesakitan,tampak memegangi
area abdomen, TTV:TD:130/90,RR:24x/mnt,N:80x/mnt,
S:37,7C
Nyeri Kronis
DS:pasien
2
mengeluh mual-muntah
Nausea
Efek toksin
DO:pasien tampak pucat
DS: 3menstruasi darah keluar lebih banyak dan masa kekurangan
menstruasi lebih dari 7 hari
Hipovolemia
intake
DO:Terdapat sekret pada daerah vagina, berwarna
cairan
kekuningan, berbau dan bercampur darah
3.5 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan sistem saraf
2. Nausea berhubungan dengan efek toksin
3. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan
DIAGNOSA
SDKI
I. Nyeri Kronis
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
(0078) Hal. 174
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang
berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab:
1. Kerusakan sistem saraf
2. Riwayat penganiayaan (mis. fisik, psikologis, seksual)
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif:
-
Mengeluh nyeri
-
Merasa depresi (tertekan)
 Objektif:
-
Tampak meringis
-
Gelisah
-
Tidak mampu menuntaskan aktifitas
Gejala dan tanda minor
 Subjektif: - Merasa takut mengalami cedera berulang
 Objektif:
-
Bersikap protektif (mis. posisi menghindari nyeri)
-
Waspada
-
Pola tidur berubah
-
Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait: Infeksi
II. Neusea (0076)
Definisi: Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan
Hal. 170
atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah
Penyebab:
1. Kehamilan
2. Rasa makan atau minum yang tidak enak
3. Faktor psikologis (mis. kecemasan, ketakutan, stress)
4. Efek agen farmakologis
5. Efek toksin
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif:
-
Mengeluh mual
-
Merasa ingin muntah
-
Tidak berminat makan
 Objektif: Tidak tersedia
Gejala dan tanda minor
 Subjektif: - Merasa asam dimulut
- Sensasi panas atau dingin
 Objektif: - Pucat
- Diaforesis
- Takikardia
Kondisi klinis terkait: Kanker
III.Hipovolemia
Definisi:penurunan volume cairan intravaskular,interstitial atu intra
(0023) hal.64
selular
Penyebab:
1.kehilangan cairan aktif
2.kekurangan intake cairan
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif:  Objektif: - frekuensi nadi meningkat
-turgor kulit
 Gejala dan tanda minor
 Subjektif: -merasa lemah
 Objektif: - suhu tubuh meningkat
Kondisi klinis terkait:
- Muntah
- perdarahan
3.6 Intervensi
Diagnosa
SLKI
I. Nyeri Kronis
Tingkat Nyeri (L.
(0078)
08066) Hal. 145
Kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri
(menurun)
2. Meringis
(menurun)
3.
Sikap protektif
(menurun)
4. Gelisah
SIKI
Manajemen Nyeri (I.08238) Hal. 201
 observasi
1. Identifikasi lokasi,karakteristik
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
 Terapeutik
1. Berikan teknik non-farmakologis
(menurun )
5. Kesulitan tidur
(menurun)
6. Menarik diri
(menurun)
7. Cidera berulang
(menurun)
8. Frekuensi nadi
(membaik)
untuk mengurangi rasa nyeri
(TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik)
2. Pertimbangkan jenis sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
 Edukasi
1. jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika
perlu
II. Nausea (0076)
Tingkat Nausea (L.
08065) Hal. 144
Manajemen Mual (I.03117) Hal. 197
 Observasi
Kriteria hasil:
1. Identifikasi pengalaman mual
1. Nafsu makan
2. Identifikasi dampak mual terhadap
(meningkat)
kualitas hidup(nafsu
2. Keluhan mual
(menurun)
3. Perasaan ingin
muntah (menurun)
4. Diaforesis (menurun)
5.Pucat (membaik)
makan,aktivitas,dan tidur)
3. Identifikasi faktor penyebab mual
(pengobatan,prosedur)
4. Monitor mual
(frekuensi,durasi,dan tingkat
keparahan)
5. Monitor asupan nutrisi dan kalori
 Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual(bau tak
sedap,suara,rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual(kecemasan,kelelahan)
 Edukasi
1.Anjurkan istirahat dan tidur cukup
2. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat
dan rendah lemak
3.Anjurkan teknik non-farmakologis
untuk mengatasi mual
 Kolaborasi
1. Pemberian anti emetik,jika perlu
III. Hipovolemia
Status Cairan
(L.030328) hal 107
Kriteria Hasil
1. rekuensi nadi
membaik
2. tekanan darah
membaik
3. tekanan nadi
membaik
4.intake cairan
membaik
Manajemen hipovolemik (I.03116)
 Observasi
1. periksa tanda dan gejala hipovolemik
(mis:frekuensi nadi meningkat,tekanan
darah menurun)
2. monitor intake dan output cairan
 Terapeutik
1. hitung kebutuhan cairan
2.berikan posisi modified
trendelenburg
3.berikan asupan cairan oral
 Edukasi
1. anjurkan memperbanyak cairan
oral
2.anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
 kolaborasi
1.pemberian cairan
IV,isotonis(mis:Nacl,RL)
2.kolaborasi pemberian cairan
hipotonis (mis:glukosa 2,5%,Nacl
0,4%)
3.kolaborasi pemberian cairan koloid
(mis:albumin,plasmanate)
4.kolaborasi pemberian produk darah
3.7 IMPLEMENTASI
Diagnosa
1. Nyeri Kronis
Tgl/jam
Tindakan
Paraf
 Observasi
1. mengidentifikasi
lokasi,karakteristik
durasi,frekuensi,kualitas,intensitas
nyeri
2. mengidentifikasi skala nyeri
3. mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
 Terapeutik
1. memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri(TENS,hipnosis,akupresur,terapi
musik)
2. mempertimbangkan jenis sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
 Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
2. Ajarkan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
1. berkolaborasi dalam
memberikan
2. Neusea
 Observasi
analgetik,jika perlu
1. mengidentifikasi pengalaman mual
2. mengidentifikasi dampak mual
terhadap kualitas hidup (nafsu makan,
aktivitas, dan tidur)
3. mengidentifikasi faktor penyebab
mual (pengobatan, prosedur)
4. memonitor mual (frekuensi, durasi,
dan tingkat keparahan)
5. memonitor asupan nutrisi dan
kalori
 Terapeutik
1. mengendalikan faktor lingkungan
penyebab mual(bau tak sedap, suara,
rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
2. mengurangi atau hilangkan keadaan
penyebab mual (kecemasan,
kelelahan)
 Edukasi
1. menganjurkan istirahat dan tidur
cukup
2. menganjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak
3. menganjurkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
 Kolaborasi
1. memberikan anti emetik, jika perlu
 Observasi
3. Hipovolemia
1.memeriksa tanda dan gejala
hipovolemik (mis:frekuensi nadi
meningkat,tekanan darah menurun)
2.memonitor intake dan output cairan
 Terapeutik
1. menghitung kebutuhan cairan
2.memberikan posisi modified
trendelenburg
3.memberikan asupan cairan oral
 Edukasi
1. menganjurkan memperbanyak
cairan
3.8 EVALUASI
Diagnosa keperawatan
I. Nyeri kronis
tanggal/jam
Catatan perkembangan
Rabu,27
S :pasien mengatakan
November
sudah nyeri berkurang
2019/08.00 wib
O :- ekspresi meringis (-)TTV normal
A :masalah teratasi
sebagian
P :intervensi dilanjutkan
II. Nausea
Rabu,27
S : pasien mengatakan
November
sudah tidak mual muntah
2019/08.00 wib
paraf
O :- pucat (-)
-lemas (-)
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
III. hipovolemia
Rabu,27
S :pasien mengatakan
November
perdarahan sudah berhenti
2019/08.00 wib
O : -TD normal
-pucat berkurang
A :masalah teratasi
P :intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
4.1KESIMPULAN
Kanker endometrium adalah kanker yang terjadi pada organ endometrium atau pada
dinding rahim. Faktor resiko dari endometrium yaitu obesitas atau kegemukan, haid
pertama, tidak pernah melahirkan, penggunaan esterogen, hipertensi, faktor lingkungan
dan diet, riwayat keluarga. Gejalanya bisa berupa perdarahan rahim abnormal, siklus
menstruasi yang abnormal, pedarahan yang sangatb lama dsb. Tanda pertama kanker
endometrium adalah perdarahan atau bercak. Kanker ini terutama mempengaruhi wanita
yang melewati menopouse, mayoritas kasus pada perempuan berusia 55-70 tahun.
Pemeriksa penunjanagnya bisa dilakukan dengan pap smear, dilatasi dan kuretase, biopsi
endometrium, pelvic exam. Sedangkan kanker ovarium adalah tumor ganas yang tumbuh
pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70
tahun. Penyakit kanker ovarium ini secara umum menyerang ovarium. Wanita dengan
kanker ovarium ini memiliki resiko mengidap penyakit kanker payudara tiga sampai
empat kali lipat dan wanita dengan payudara mempunyai resiko yang meningkat terhadap
kanker ovarium. Risiko berkembangnya kanker ovarium berakitan dengan lingkungan,
endokrin, sdan faktor genetik. Kemungkinan lain dari orang yang merokok, meminum
alkohol dan juga faktor lingkungan.
4.2 Saran
Seharusnya setiap manusia itu menjaga pola kehidupannya agar terhindar dari
penyakit seperti kanker endometrium dan kanker oovarium. Agar terhindar dari kanker
tersebut diharapkan seseorang dapat menerapkan kehidupan yang sehat dan menghindari
merokok, meminum alkohol dan selalu kontrol kesehatan untuk mendeteksi adanya gejala
dari kanker ovarium dan endometrium.
DAFTAR PUSTAKA
Likah, mus. 2017. laporan pendahuluan CA endometrium.
https://kupdf.net/download/1-laporan-pendahuluan-caendometrium_58cd0e4cdc0d60035ac34610_pdf
(26 november
2019)
Wiknjosastro, Hanifa. 2005.Ilmu Kandungan, Edisi Kedua.
Jakarta : YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Brunner and Suddarth. 1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Volume 3.Jakarta : EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/48413/Chapter%20I.
pdf?sequence=5&isAllowed=y (28 november 2019)
Download