MATERI MATAKULIAH : TEORI AKUNTANSI Kode Mata Kuliah/sks : EAA 503 / 3 SKS Dosen : Adrie Putra, SE, MM Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini memberikan pemahaman mengenai pendekatan teoritis terhadap berbagai masalah akuntansi untuk penyelesaian masalah. Disisi lain memberikan logika penalaran tentang apa yang dilakukan akuntan terutama adanya berbagai upaya untuk memecahkan masalah akuntansi dan merumuskan kerangka teoritis untuk praktik akuntansi. Ruang lingkup pembahasan diarahkan pada materi Sejarah dan pendekatan (metodologi) dalam perumusan teori; Proses penyusunan standar dan dewan pembuat standar akuntansi; Kerangka konseptual dalam penyusunan laporan keuangan; konsep, definisi, pengakuan, pengukuran, pelaporan dan pengungkapan aktiva, hutang, modal, pendapatan, penghasilan, beban, rugi, gain; serta Akuntansi untuk perubahan harga. Standar Kompetensi : 1. Mampu Menganalisis Tataran Kerangka Konseptual Akuntansi 2. Mampu merumuskan masalah akuntansi dan solusi praktek akuntansi 3. Mampu menjunjung sikap integritas dalam penyajian laporan keuangan 4. Mampu menjelaskan sejarah dan pendekatan (metodologi) dalam perumusan teori 5. Mampu menjelaskan proses penyusunan standar dan dewan pembuat standar akuntansi 6. Mampu menjelaskan Kerangka konseptual dalam penyusunan laporan keuangan. 7. Mampu menjelaskan Konsep, definisi, pengakuan, pengukuran, pelaporandan pengungkapan aktiva, hutang, modal, pendapatan, penghasilan, beban, rugi, gain. 8. Mampu menjelaskan berkaitan dengan akuntansi untuk perubahan harga. 1 Jadwal Pertemuan Terdapat 14 kali pertemuan dengan durasi pertemuan masing – masing 150 menit. Pertemuan Topik Bahasan Metode Pembelajaran Bahan Bacaan 1 2 Ceramah Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Aturan Akademik Belkoui, Ch 1 3 Norma Akademik Sejarah akuntansi dan badan-badanp embuat standar akuntansi Pengantar Teori Akuntansi 4 Struktur Teori Akuntansi Cooperatif Learning Small Group Discussion 5 Kerangka konseptual laporan keuangan penyusunan Cooperatif Learning Small Group Discussion 6 Laporan Keuangan : Balance Sheet, Comprehensive Income Cooperatif Learning Small Group Discussion 7 Laporan Keuangan : Arus Kas Cooperatif Learning Small Group Discussion - Tearney Ch 1 - Suwarjono Ch 1 - Belkaoui, Ch 2 Belkoui, Ch 3 Tearney, Ch 5 Suwarjono, Bab 5 Belkoui, Ch 6 Tearney, Ch 7 Suwarjono, Ch 4 IAI, IFRS Godfrey, Ch 4 Suwarjono IFRS SAK Suwarjono IFRS SAK UJIAN TENGAH SEMESTER 8 9 Konsep Aktiva : Aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan investasi jangka panjang Konsep Hutang dan Ekuitas Pemilik 10 Konsep Pendapatan dan Biaya 11 Konsep Laba 12 Positive Accounting Theory 13 Akuntansi Perubahan Harga 14 Akuntansi : Ilmu dengan Paradigma Cooperatif Learning Small Group Discussion Suwarjono, Ch: 6 Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Cooperatif Learning Small Group Discussion Suwarjono: Ch: 7, 11 Tearney, Ch 5 Suwarjono: Ch: 8,9 Tearney, Ch 5 Suwarjono, Ch: 10 Tearney, Ch 5 Watt dan Zimmerman Suwarjono, Ch: 13 Tearney, Ch 5 Suwarjono, Ch: 13 UJIAN AKHIR SEMESTER 2 MATERI I SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEORI AKUNTANSI Kompetensi Dasar: Mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan akuntansi dari jaman kolonial hingga terkini Pendahuluan Mempelajari sejarah dan perkembangan akuntansi merupakan hal yang sangat penting memahami dan mengapresiasi praktik sekarang, masa depan, dan struktur institusional bidang sains akuntansi. Bab ini menyajikan tahapan-tahapan penting sejarah dan perkembangan akuntansi yang harus diketahui oleh setiap mahasiswa akuntansi yang serius. a. Sejarah Awal Akuntansi Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengidentifikasi tempat dan waktu lahirnya system pembukuan berpasangan. Ada berbagai scenario yang dihasilkan oleh usahausah tersebut. Sebagian besar scenario tersebut mengakui bahwa system pencatatan telah ada dalam berbagai peradaban sejak kurang lebih tahun 3000 BC. Diantaranya adalah peradaban Kaldea-Babilonia, Astria, dan Samaria, yang merupakan pembentuk system pemerintah pertama di dunia, pembentuk system bahasa tulisan tertua membentuk “poros tempat berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen”, perdaban China, dengan akuntansi pemerintahan yang memainkan peran kunci dan canggih selama Dinasti Chao (1122-256 BC) peradaban Yunani, dimana Zenon, manajer serta Appolonius , memperkenalkan system akuntansi pertanggung jawaban 3 yang luas pada tahun 256 BC, dan peradaban Roma, dengan hukum yang menentukan bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan, dan dengan hak sipil yang tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan warga negara. Adanya bentuk-bentuk pembukuan pada jaman kuno tersebut berkaitan dengan berbagai factor diantaranya penemuan system penulisan, pengenalan angka arab dan system decimal, penyebaran pengetahuan aljabar, adanya bahan-bahan penulisan yang murah, meningkatnya literasi (kemelehurufan) dan adanya medium pertukaran yang baku. A Litleton menyebutkan tujuh prakondisi dan timbulnya pembukuan yang sistimatis : 1. Seni menulis. Karena pembukuan pertama-tama adalah suatu pencatatan. 2. Arimetika. Karena aspek-aspek mekanis pembukuan terdiri dari serangkaian komputasi sederhana. 3. Kekayaan Pribadi. Karena pembukuan hanya berkaitan dengan pencatatan fakta tentang kekayaan, dan hak atas kekayaan. 4. Uang. Yaitu (perantara dalam perekonomian), karena pembukuan tidak diperlukan kecuali transaksi dalam kekayaan dan hak atas kekayaan dapat direduksi ke dalam denominator umum ini. 5. Kredit. Yaitu (transaksi yang belum selesai), karena dorongan untuk membuat catatan tidak begitu kuat jika semua transaksi pertukaran telah selesai pada saat kejadian. 6. Perniagaan. Karena pertukaran yang hanya bersifat local tidak cukup memberi tekanan (volume usaha) untuk mendorong orang mengkoordinasikan gagasan yang berbeda-beda ke dalam suatu system. 7. Modal. Karena tanpa modal perniagaan akan tidak berarti dan kredit akan tidak mungkin. 4 Masing–masing peradaban kuno yang disebutkan di atas mencakup prasyarat tersebut, sehingga mendorong kehadiran berbagai bentuk pembukuan. Yang masih terhilang adalah scenario tentang sejarah akuntansi dari informasi yang terisolasi dalam risalat pembukuan yang mula-mula. Salah satu skenario yang masuk akal adalah sebagai berikut: Apabila kita akan menelusuri asal mula sejarah sains (akuntansi) yang penting ini, secara alamiah kita akan menganggap bahwa penemuan pertama akuntansi adalah oleh para pedagang, dan tidak ada orang yang memiliki klaim yang lebih utama daripada bangsa Arabia, Bangsa Mesir, yang selama beberapa abad menguasai perdagangan dunia, menurunkan gagasan pertama tentang perdagangan dari hubungan mereka dengan orang-orang yang jujur ini, dan konsekuensinya mereka harus menerima bentuk pertama dari perakuntanan, yang dalam cara perdagangan yang alamiah, dikomunikasikan kepada semua kota Mediterania. Ketika kekaisaran barat diserang oleh bangsa Barbar, dan semua Negara yang telah disusunnya, mengambil kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan, perniagaan segera hilang setelah kemerdekaan, dan segera Italia yang pernah menjadi pusat dunia, menjadi pusat perdagangan, yang merupakan puing-puing kekaisaran timur oleh Turki, yang tidak pernah dimasuki oleh orang-orang yang berbakat atau aturaan-aturan seni perdagangan, bukan merupakan penyumbang kecil. Bisnis pertukaran, yang oleh Lombard dikaitkan dengan kota-kota perdagangan Eropa, memperkenalkan metode pencataan akun, dengan cara berpasangan, yang saat sekarang memperoleh nama pembukuan Italia. Pembukuan Italia ini menjadi berhasil baik seiring dengan perkembangan perdagangan Republik Italia dan penggunaan metode berpasangan dalam abad keempat belas. Buku pertama tentang pembukuan berpasangan muncul pada tahun 1340 oleh Massari dari Genoa, Pembukuan berpasangan ini mendahului Paciolo 5 kurang lebih dua ratus tahun Raumond de Rover menggambarkan perkembangan awal akuntansi di Italia sebagai berikut: Pencapaian besar pedagan-pedagang Italia, kira-kuira antara 1250 dan 1400, adalah menggabungkan elemen-elemen yang beragam menjadi suatu system klasifikasi yang terintegrasi di mana lacinya di sebut akun dan semua transaksi dimasukkan dengan prinsip berpasangan. Namun, tidak dapat diasumsikan bahwa keseimbangan pembukuan merupakan tujuan utama akuntansi abad pertengahan. Sebalinya, paling tidak di Italia, pedagang-pedagang telah mulai menggunakan akuntansi sebagai alat pengendalain manajemen sejak 1400. Mereka belumlah semaju kita sekarang ini, bahkan masih jauh dari mewujudkan potensi-potensi pembukuan berpasangan. Namun, mereka telah memulai dengan mengembangakn dasar-dasar akuntansi biaya (cost), dengan memperkenalkan pembalikan dan penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti akrual (accruals) dan tangguhan (deferred), dan dengan memberi perhatian pada audit neraca. Hanya dalam analisis laporan keuangan saja pedagang-pedagang pada masa itu membuat kemajuan kecil. Adalah, wajar untuk menyebut bentuk dasar akuntansi berpasangan yang belum sempurna telah ada dalam peradaban Inca Kuno dalam tahun 1577. b. Kontribusi Luca Pacioli Luca Pacioli, seorang rahib Franciscan, secara umum diasosiasikan dengan pengenalan pembukuan berpasangan. Pada tahun 1494 dia mempublikasikan buku, “Summa de Arithmetica Geomeria, Proportioni et Proportionalita yang didalamnya mencakup dua bab (de Computis et Scripturis) yang menggambarkan pembukuan berpasangan. Risalahnya merefleksikan praktik yang terjadi di Venesia pada saat itu yang dikenal dengan “Metode Venesia” atau Metode Italia”. Sehingga dia tidak 6 menemukan pembukuan berpasangan, tetapi menggambarkan sesuatu yang ada dalam praktik pada saat itu. Dia menyatakan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk memberi informasi yang tepat waktu bagi para pedagang mengenai asset dan kewajibannya. Debit(adebeo) dan Kredit (credito)digunakan untuk melakukan pencatatan secara berpasangan. Dia mengatakan , “Semua pencatatan , harus dilakukan secara berpasangan, yaitu bahwa jika anda membuat seseorang sebagai kreditor. Tiga buku digunakan memorandum, jurnal dan buku besar. Catatan bersifat diskripti. Pacioli menyarankan bahwa “tidak hanya nama pembeli atau penjual dan penjelasan mengenai berat, ukuran, dan harga barang yang dicatat, tetapi syarat pembayaran juga ditunjukkan “dan” jika kas diterima atau dibayarkan, catatannya mencantumkan jenis mata uang dan nilai konversinya. Pada saat yang sama dikarenakan durasi kongsi bisnis yang pendek. Pacioli menyarankan penghitungan profit periodik dan penutupan buku. (Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika anada dalam kerja sama dengan orang lain. Akuntansi membuat kerjasama berlangsung lama). Pengalihan bahasan buku Pacioli dalam berbagai bahasa, merupakan penyumbang bagi penyebaran popularitas metode Italia. c. Perkembangan Pembukuan Berpasangan Metode Italia menyebar keseluruh Eropa pada abad ke enam belas dan tujuhbelas, kemudian memiliki karakteristik dan perkembangan baru, menjadi model pembukuan berpasangan yang kita kenal sekarang. Dalam upaya untuk menunjukkan bahwa model berpasangan telah berkembang dengan cara yang sangat mirip dengan ilmu pengetahuan yang lazim, Cushing menggambarkan secara garis besar rangkaian tahaphap perkembangan sebagai berikut : 7 1. Sekitar abad ke enambelas sedikit perubahan dibuat dalam teknik pemubukuan. Perubahan yang nyata adalah pengenalan jurnal khusus untuk mencatat tipe-tipe transaksi yang berbeda. 2. Evolusi praktik laporan keuangan periodic terjadi pada abad enambelas dan tujuhbelas. Pada masa tersebut juga terjadi evolusi personafikasi akun dan transaksi sebagai upaya untuk membuat aturan debit dan kredit menjadi masuk akal. 3. Penerapan system berpasangan diperluas dalam tipe organisasi lain. 4. Penggunaan akun sediaan yang terpisah untuk tipe barang yang berbeda terjadi dalam abad ke tujuh belas. 5. Dimulia dengan East India company dalam abad ke tujuhbelas dan pertumbuhan korporasi yang berkelanjutan setelah revolusi industri, akuntansi memperoleh status yang lebih baik, dicirikan oleh kebutuhan akan akuntansi kos, dan suatu kepercayaan pada konsep kesinambungan (continuity), periodisasi (periodicity), dan akrual. 6. Metode perlakuan asset tetap yang dikembangkan sebelum abad ke delapan belas. Asset dibawa keperiode pada kos pemerolehan, selain antara pendapatanpembayaran (revenue) dan penerimaan. Akun asset, yang berisi catatan pengeluaran awal dan pengeluaran lain dan penerimaan (termasuk penerimaan dari penjualan bagian asset) ditutup pada tanggal neraca dan selisih antara total debit dan total kredit di bawa ke periode berikutnya sebagai saldo akun. Asset dinilai kembali, naik atau turun, pada tanggal neraca, nilai hasil penilaian kembali dibawa ke periode berikutnya dan perbedaan saldonya(termasuk untung atau rugi penilaian kembali dibawa ke akun profit dan loss) 8 7. Sampai dengan awal ke sembilanbelas, depresiasi kekayaan, diperlakukan sebagai barang dagangan yang tidak terjual. Dalam paruh ke dua dari abad ke sembilan belas, depresiasi dalam industri kereta api di pandang tidak perlu jika kekayaan tersebut tidak mengalami kondisi yang memburuk. Meskipun tidak banyak digunakan, Saliero pada tahun 1915, membuktikan adanya metode depresiasi berikut garis lurus, metode menurun, sinking fund dan metode anuitas, dan metode kos unit. Hanya setelah tahun 1930-an beban depresiasi menjadi sesuatu yang umum. 8. Akuntansi Kos hadir dalam abad ke sembilanbelas sebagai akibat revolusi industri. Akuntansi kos dimulai pada perusahaan-perusahaan tekstil abad lima belas. 9. Perkembangan teknik akuntansi untuk pembayaran di muka dan akrual untuk memungkinkan dilakukan komputasi profit periodic terjadi pada paruh ke dua abad kesimbilan belas. 10. Perkembangan laporan dana terjadi pada paruh kedua abd kesembilan belas dan abad ke dua puluh. 11. Pada abad ke duapuluh terjadi perkembangan metode-metode akuntnasi yang menyangkut isu-isu kompleks, dari masalah komputasi earning perlembar saham, akuntansi untuk komputasi bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa guna jangka panjang dan pensiun, sampai maslah akuntansi yang krusial untuk produk baru dari rekayasa keuangan. 2. Perkembangan Teknik-Teknik Akuntansi di Amerika Serikat. Ada empat fase proses perkembangan akuntansi yang dapat diidentifikasi . a. Fase Kontribusi Manajemen (1900 – 1933) 9 Pengaruh manajemen dalam pembentukan teknik-teknik akuntansi muncul dari meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomik yang dominan yang dimainkan oleh korporasi industri setelah 1900. Penyebaran kepemilikan saham memberi peluang bagi manajemen untuk sepenuhnya mengendalikan bentuk dan isi ungkapan akuntansi. Intervensi manajemen dicirikan oleh penyelesaianpenyelesaian yang bersifat ad hoc terhadap masalah-masalah mendesak dan controversial. Ketergantungan pada inisiatif manajemen menimbulkan konsekuensi-kosekuensi : 1. Dikarenakan ciri pragmatis solusi yang diadopsi, sebagian besar teknik akuntansi tidak memiliki dukungan teoritis. 2. Fokusnya adalah pada penentuan income kena pajak(taxable income) minimasi pajak income. 3. Teknik yang diadopsi didorong oleh keinginan untuk mertakan earnings 4. Masalah-masalah kompleks dihindari dan solusi berdasarkan kebijaksanaan diadopsi. 5. Perusahaan yang berbeda mengadopsi teknik akuntansi untuk maslah yang sama. Peristiwa Penting Pada Fase Kontribusi Manajemen Tahun 1900 The New York Exchange, yang mensyaratkan semua korporasi yang mencatatkan saham untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan. Tahun 1917 mendirikan Board of Examiners untuk membuat ujian CPA yang seragam. Tahun 1920. Ripley dan JMB Hoxley adalah dua orang yang bersuara keras menuntut adanya peningkatan dalam standar Pelaporan Keuangan. Adolph A 10 Berle dan Gardiner C. Means menunjuk pada kemakmuran korporat dan kekuatan korporasi industri, dan meminta adanya perlindungan investor. b. Fase Konstribusi Institusi (1933 – 1959) Fase ini ditandai oleh penciptaan dan peningkatan peran institusi dalam pengembangan teknik akuntansi. Termasuk di dalamnya adalah pembentukan Securities dan Exchange Commision (SEC). Peristiwa Penting Pada Fase Konstribusi Institusi : 1. Tahun 1934 Kongres membentuk SEC untuk melaksanakan berbagai peraturan investasi federal 2. Komite AICPA bekerja sama dengan bursa saham mengusulkan solusi umum kepada Komite NYSE yaitu membiarkan setiap korporasi bebas untuk memilih metode akuntansinya sendiri dalam batas yang sangat luas tetapi mensyaratkan pengungkapan metode yang digunakan konsistensi penerapan mereka dari tahun ke tahun. 3. Tahun 1957 sampai tahun 1959 ditandai dengan kritik intensif terhadap CAP (Committee Accounting Procedure), karena berbagai alasan termasuk kegagalan untuk mendengarkan eksekutif keuangan dan praktisi akuntansi, kegagalan untuk bekerja pada isu-isu yang tidak popular, kegagalan untuk mengembangkan pernyataan yang komprehensif tentang prinsip-prinsip yang mendasar. c. Fase Kontribusi Profesional (1958 – 1979) Ketidakpastian terhadap CAP dinyatakan oleh presiden AICPA, Alvin R Jennings, dengan pertanyaan “ Seberapa berhasilkah kita akan dalam mempersempit bidang perbedaan dan inkonsistensi dalam penyiapan dan penyajian informasi keuangan. 11 Komite khusus tentang program Riset yang dibentuk tahun 1957 dan 1958 mengusulkan pembubaran CAP dan Departemen Risetnya. AICPA menerima rekomendasi tersebut dan dalam tahun 1959 mendirikan the Accounting Principle Board (APB) dan The Accounting Research Division (ARD) dengan untuk memajukan pernyataan tentang apa yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. ARD memulai dengan publikasi posisi yang disusun dengan cermat yang didasarkan pada penalaran deduktif. APB juga menerbitkan berbagai opini yang membahas isu-isu konvensional, hingga mencapai 31 opini antara tahun 1959 dan 1973. AAA juga berpartisipasi dalam proses tersebut melalui beberapa riset dan berusaha mengembangkan pernyataan yang terintegrasi tentang teori akuntansi dasar. Upaya tersebut tidak selalu berhasil, APB diserang dan dikritik karena : Opini yang bersifat ad hoc atau controversial termasuk APB 8 tentang akuntansi pensiun, APB 11 tentang alokasi pada income, dan APB 2 dan 4 tentang kredit pajak investasi. Kegagalan dalam menyelesaikan maslah akuntansi untuk penggabungan usaha dari goodwill. Kegiatan profesi dengan APB yang dicurigai tidak membantu. Intervensi asosiasi dan badan-badan professional dalam perumusan teori akuntansi dipicu oleh upayaupaya untuk mengeliminasi teknik-teknik yang tidak diinginkan dan untuk mengkodifikasikan teknik-teknik yang dapat diterima. Sekali lagi ketergantungan pada asosiasi dan badan-badan seperti itu mengandung konsekuensi, yang mencakup hal-hal berikut : 1. Asosiasi dan badan-badan tidak mendasarkan diri pada kerangka teoritis yang ditetapkan. 2. Kewenangan Pernyataan tidak jelas 12 3. Adanya perlakuan-perlakuan alternative memungkinkan fleksiblitas dalam pilihan teknik akuntansi. 4. Ketidakpuasan yang berakibat pada intervensi professional seperti yang ditulis oleh Brioff, efektif untuk menarik perhatian public akan adanya penyalahgunaan akuntansi yang mendominasi laporan tahunan tertentu. d. Fase Politisasi (1973 – Sekarang) Keterbatasan asosiasi professional dan manajemen dalam merumuskan teori akuntansi mendorong diadopsinya pendekatan yang lebih deduktif dan politisasi proses penetapan standar-standar situasi yang diciptakan oleh pandangan yang diterima luas bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi perilaku ekonomi dan konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi harus ditetapkan dalam arena politis. Horngren menyatakan : Penetapan standar akuntansi merupakan produk temuan logis atau empiris sekaligus produk tindakan politis. Mengapa ? Karena penetapan standar merupakan keputusan sosial. Standar menentukan batasan perilaku, sehingga harus diterima oleh pihak-pihak yang dipengaruhi. Penerimaan ini mungkin dipaksakan atau secara sukarela, atau keduanya. Dalam masyarakat demokratik, mencapai keberterimaan merupakan proses yang sangat rumit yang memerlukan ketrampilan pemasaran dalam arena politis. Sejak pembentukannya, FASB telah mengadopsi pendekatan deduktif dan kuasipolitis untuk merumuskan prinsip-prinsip akuntansi. Perilaku FASB dapat ditandai dengan: Adanya upaya untuk mengembangkan kerangka teoritis atau konstitusi akuntansi. Timbulnya berbagai kelompok kepentingan, suatu konstribusi yang diperlukan bagi penerimaan “umum” standar yang baru. 13 Dengan demikian, proses penetapan standar memiliki aspek politis. Bahwa proses perumusan standar akuntansi menjadi bersifat politis dengan baik dinyatakan sebuah laporan yang diterbitkan oleh the Senate Sub Committee on Report Accounting and Management, berjudul The Accounting Establishment. Dikenal Metchalf Report” Laporan tersebut menyatakan, bahwa kantor akuntan “delapan besar” memonopoli pengauditan korporasi besar dan mengendalikan proses penetapan standar. 14 MATERI II PENGANTAR TEORI AKUNTANSI Kompetensi Dasar: a. Mampu menjelaskan pengertian dan fungsi teori akuntansi b. Mampu menjelaskan teori akuntansi dan pembuatan kebijakan. c. Mampu menjelaskan peran pengukuran dalam akuntansi d. Mampu menjelaskan penerapan pendekatan ilmiah terhadap akuntansi Pengertian Teori Akuntansi Pengertian teori akuntansi dapat dipandang dari berbagai macam, yaitu: a. Teori Akuntansi adalah bidang akuntansi yang membahas proses pemikiran atau penalaran. Struktur akuntansi dan seperangkat konsep-konsep sebagai hasil proses pemikiran dan pemilihan konsep (kerangka acuan konseptual). b. Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis adalah suatu proses pemikiran atau penalaran, dengan menggunakan konsep-konsep yang relevan sebagai landasan, untuk menjelaskan kelayakan prinsip atau prkaik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau untuk mendukung prinsip dan praktik yang baru atau yang diharapkan. c. Teori Akuntansi Sebagai Lawan Praktik. Seperangkat konsep-konsep yang membahas tentang bagaimana seharusnya konsep-konsep yang membahas tentang bagaiman seharusnya praktik akuntansi berjalan atau yang membahas alternativealternatif prinsip yang dapat digunakan dalam praktik. d. Teori Akuntansi Sebagai Pembenaran. Teori memberikan penjelasan dan alasan tentang perlakuan akuntansi tertentu. 15 e. Teori Akuntansi Sebagai Penjelasan Ilmiah. Teori merupakan pernyataanpernyataan tentang hubungan antara perilaku variabel-variabel alam atau social yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam atau sosial. f. Teori Akuntansi Sebagai Model. Sebagai model penalaran untuk menciptakan suatu praktik akuntansi yang dianggap baik dan sehat serta cocok dengan lingkungan tempat akuntansi akan dipraktikan. Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyusunan Teori Akuntansi Walaupun belum ada satupun teori akuntansi yang komprehensif namun berbagai teori akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah pendekatan yang berbeda antara lain pendekatan trasisional, pendekatan otoritas, pendekatan regulatori, keperilakuan, peristiwa, prediktif, dan positif. a. Pendekatan Tradisional : 1. Pendekatan non teoritis, praktis, atau pragmatis. Penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktek sesungguhnya yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis. Pendekatan otoritas dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi. Suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah teori yang buruk . 2. Pendekatan Teoritis : Deduktif, Induktif, Etis, Sosiologis, Economics, Eklektik. 16 b. Pendekatan Deduktif Dari asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dan sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Tahap-tahap pendekatan deduktif : 1. Penetapan-penetapan tujuan pelaporan keuangan 2. Pemilihan dalil-dalil akuntansi 3. Penentuan prinsip-prinsip akuntansi 4. Pengembangan teknik-teknik akuntansi. c. Pendekatan Induktif Pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan gagasan serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang terjadi secara berulang. Pendekatan induktif dalam penyusunan teori mencakup empat tahap : 1. Pencatatan seluruh pengamatan 2. Penganalisaan dan pengelompokan pengamatan untuk mendeteksi adanya hubungan yang berulang (kesamaan atau kemiripan) 3. Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-pengamatan yang menggambarkan hubungan secara berulang. 4. Pengujian konklusi-konklusi yang dibuat. d. Pendekatan Etis Konsep kewajaran (penyajian yang tidak bias, dan tidak memihak), keadilan (sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan). 17 Keseimbangan dan kebenaran (sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interpretasi). The Committee on Auditing Procedure merujuk criteria “kewajaran penyajian” sebagai berikut : Kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi Pengungkapan Konsistensi Dapat Diperbandingkan e. Pendekatan Sosiologis 1. Akibat-akibat sosial yang ditimbulkan dari teknik-teknik akuntansi. Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan etis yang dasarnya merupakan suatu perluaan konsep kewajaran yang dinamakan kesejahteraan sosial. 2. Dalam pendekatan ini, diharapkan bahwa data akuntansi akan memberikan manfaat dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan sosial. 3. Kesulitan dalam pendekatan ini adalah penetapan criteria “nilai-nilai sosial” yang dapat diterima oleh semua masyarakat. 4. Bedford, berpendapat maksimalisasi kesejahteraan sosial berhubungan dengan pengukuran penentuan pendapatan yang terbaik bagi masyarakat. 5. Pendekatan ini telah memberikan kontribusi pada evolusi cabang bidang akuntansi yang baru, yang terkenal sebagai akuntansi sosio ekonomi (socioeconomic accounting). Tujuan utama bidang ilmu ini adalah mendorong entitas bisnis yang beraktivitas dalam pasar bebas agar mempertanggungjawabkan aktivitas produksi mereka terhadap lingkungan sosial melaui pengukuran internalisasi dan pengungkapan di dalam Laporan Keuangan. 18 f. Pendekatan Ekonomi Dalam penyusuan teori akuntansi menekankan pengendalian perilaku indicatorindikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai prkatik akuntansi. Menekankan pada konsep kesejahteraan ekonomi secara umum. Kriteria umum yang digunakan dalam pendekatan ekonomi makro adalah : 1. Kebijakan dan teknik akuntansi yang digunakan harus menyajikan realitas ekonomi. 2. Pemilihan teknik-teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi ekonomi. Contoh di Swedia metode LIFO akan merupakan teknik akuntansi yang menarik selama periode inflasi yang berkepanjangan daripada FIFO. g. Pendekatan Eklektik Penyusunan Teori Akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi telah mengikuti suatu pendekatan ekletik, atau pendekatan gabungan. h. Pendekatan Regulatori Dalam Formulasi Teori Akuntansi Proses penyiapan dan pelaksanaan standar merupakan masalah serius dalam profesi menetapakan keseragaman standar akuntansi merupakan factor penting agar standar akuntansi dapat diterima dan bermanfaat. Bab ini menyajikan diskusi tentang keunggulan dan kegunaan dari masing-masing pendekatan yaitu pasar bebas, sektor swasta, maupun sektor publik. 19 Sifat-Sifat Standar Akuntansi Standar terus menerus berubah, dihapus, dan atau ditambahkan baik itu di Amerika Serikat maupun di Negara-negara lainnya. Standar menyajikan petunjuk yang praktis dan mudah yang terkait dengan tugas-tugas akuntan. Standar biasanya terdiri dari tiga bagian: 1. Uraian masalah yang harus diatasi. 2. Pembahasan dengan penalaran (cara-cara pemecahan masalah) 3. Solusi ditetapkan Sejumlah pertimbangan dalam penetapan standar yang harus diperhatikan : a. Standar menyajikan petunjuk dan aturan tindakan bagi akuntan public yang memungkinkan pengujian secara hati-hati (due care) dan independent saat menggunakan keahlian dan integritasya dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan serta saat membuktikan kewajarannya. b. Standar menyajikan kumpulan data bagi pemerintah tentang berbagai variable yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi perusahaan perencanaan serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial lainnya. c. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi. Tujuan Penyusunan Standar 1. Pendekatan penyajian kebenaran menginginkan laporan yang netral dan berusaha mencapai penyajian yang benar melalui proses penyusunan standar. Konsekuensi ekonomi yang hendak dicapai, maka para pembuat kebijakan akuntansi harus menyajikan sejumlah sinyal informasi yang dapat memberi petunjuk pada pengguna informasi dalam pembuatan keputusan. 20 2. Pendekatan konsekuensi ekonomik, standar yang diundangkan harus memiliki pengaruh positif atau setidaknya tidak memiliki pengaruh negative terhadap kesejahteraan sosial, akibat strategis pendekatan ini adalah kesejahteraan sosial diharapkan meningkat apabila praktik-praktik akuntansi secara parsial dilakukan secara konsisten. a. Entitas Yang Menaruh Perhatian Pada Standar Akuntansi di Amerika Kantor-kantor Akuntan Publik dan Individu. Kantor Akuntan Publik dan Induvidu bertanggung jawab untuk secara independent menyatakan bahwa laporan keuangan suatu perusahaan disajikan secara wajar dan akurat seluruh hasil aktivitasnya. American Institute of Certified Public Accountansts (AICPA). AICPA merupakan organisasi profesi yang mengkoordinasi praktik para akuntan public bersertifikat (CPA) di Amerika. Tahun 1959, AICPA membentuk lembaga baru, yaitu APB (Accounting Principles Board) untuk mempercepat penyajian secara tertulis tentang apa yang dimaksudkan dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. APB mempublikasikan pernyataan sbb : APB Statement No.1 Laporan Penerimaan ARS No.1 dan No.3 APB Statement No.2 Disclousure of Suplementary Financial Information by Diversified Companies dikeluarkan September 1967. APB Statement No.3 Financial Statement Restated for General Price Level Change, dikeluarkan Juni 1969. APB Statement No.4 Basic Concept and Accounting Principles Underlying Fianancial Statement of Business Enterprise, dikeluarkan Oktober 1970. 21 Komisi penelitian menerbitkan ARS (Accounting Research Study) 1. ARS No.1 The Basic Postulates of Accounting. Mauries Moonitz dan R Taprouse (1961) 2. ARS No.2 Cash Flow Analysis and The Funds Statement, oleh Perry Mason (1961) 3. ARS No.3 A. Tentative Set of Broad Accounting Principles For Business Enterprises Maurice Moonitz dan R. Taprouse (1962) 4. ARS No.4 Reporting of Leses in Financial, oleh John H. Myers (1962) 5. ARS No.5 A. Critical Study of Accounting for Bussiness Combination, oleh Arthur B.Watt (1963) 6. ARS No.6 Reporting The Financial Effects of Price Level Change, Stafff Divisi Penelitian (1963) 7. ARS No.7 Inventory of a Generally Accepted Accounting Principles For Business Paul Grady (1963) 8. ARS No.8 Accounting For the Cost of Pensiun Plan, Ernest L. Hicks (1966) 9. ARS No.9 Interperiod Allocation of Corporate Income Taxes, oleh Howard A Black (1966) 10. ARS No.10 Accounting for Goodwill oleh George R. Caelett dan Norman O Olson Inventory of a Generally Accepted Accounting Principles For Business Paul Grady (1963) 11. ARS No.11 Financial Reporting in The Extractives Industries, oleh Robert R, Field (1968) 12. ARS No.12 Reporting Foreign Operations Of Us Companies in US Dollar , oleh Leonard Lorenso (1972) 22 13. ARS No.13 The Accounting Basis Of Inventoris oleh Horace G, Barden (1973) (1963) 14. ARS No.14 Accounting For R & D Expenditure, oleh Oscar S Gellien dan Maurice S Newman (1973) 15. ARS No.15 Stocholedrs, Equity oleh Beatrice Meicher (1973) The American Accounting Association (AAA). AAA merupakan organisasi untuk para akuntansi dan bidang akademik maupun induvidu yang tertarik dengan perbaikan praktik dan teori akuntansi. Diawali dengan pendekatan induktif, secara bertahap menjadi pendekatan deduktif. Studi-studinya meliputi : A Tentative of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements. An Introduction to Corporate Accounting Standard oleh W.A Paton dan A.C Littleton (1940) An Inquiry Into Nature of Accounting oleh Louis Goldberg (1964) A Statement of Basic Accounting Theory (1966) A Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance (1977) FASB (The Financial Accounting Standard Board). Financial Accounting Standard Board (FASB) menggantikan APB tahun 1973 sebagai badan yang bertanggung jawab untuk menetapkan standar-standar akuntansi. Bubarnya APB disebabkan oleh faktorfaktor berikut : Kemunculan dari perlakuan akuntasi alternative yang memungkinkan perusahaan menunjukkan earning pershare yang lebih tinggi terutama sebagai hasil proses merger dan akuisisi. Kurangnya perlakuan akuntansi yang memadai untuk sejumlah persoalan baru dalam akuntansi seperti kredit pajak investasi, akuntansi untuk industri franchise 23 (accounting for franching industries), bisnis pengembangan lahan, dan sewa beli jangka panjang. Sejumlah kasus kejahatan dan tuntutan hokum akibat metode-metode akuntansi yang gagal untuk menyajikan informasi relevan dalam banyak kasus. Kegiatan APB dalam mengembangkan kerangka konseptual. Yang Dihasilkan FASB : SFAC No. 1 “Objectives Of Financial Reporting” by Business yang menyajikan maksud dan sasaran akuntansi. SFAC No. 2 “Qualitative Characteristic Of Accounting Information “yang menyajikan karakteristik yang membuat akuntansi berguna. SFAC No. 3 “ Element of Financial Statement of Business Enterprise “ Yang memberikan definisi item-item dalam laporan keuangan, seperti asset, utang ,revenue, expenses. SFAC No. 4 “Objectives Of Financial Reporting by Non Business” Organization yang menyajikan maksud dan sasaran akuntansi untuk organisasi non business. SFAC No. 5 “Recognition and Measurement in Financial Statement of Business Enterprises”, yang menyajikan serangkaian criteria pengakuan dan pengukuran dan petunjuk tentang informasi apa yang seharusnya masuk dalam laporan keuangan. SFAC No. 6 “Element of Fiancial Statement” yang menggantikan SFAC No. 3 dan meliputi organisasi Nirlaba. Securities and Exchange Commission (SEC). SEC dibentuk oleh kongres pada tahun 1934 dengan tanggung jawab utama menangani administrasi berbagai ketentuan yang meregulasi pasar saham dan menjamin laporan serta pengungkapan yang memadai dan setiap perusahaan di Amerika. SEC secara umum sependapat dengan apa 24 yang dikemukakan oleh lembaga profesi, opini, APB, dan pernyataan FASB. Walaupun demikian SEC tetap mempertahankan kekuasaannya untuk mengungkapkan pandangan dengan lima secara berikut : 1. Regulasi S-x yang menguraikan bentuk dan kandungan laporan yang disimpan oleh SEC. 2. Accounting Series Releases 3. Keputusan dan Laporan SEC 4. Laporan Tahunan SEC 5. Komentar dan artikel yang disajikan oleh anggota komite serta para stafnya SEC tidak selalu setuju dengan keputusan yang dihasilkan oleh profesi akuntansi. Contohnya : ASR No. 96, ASR No. 147, ASR No. 146 Pengguna Laporan Keuangan Kelompok-kelompok yang bertentangan terhadap laporan aktivitas sebuah organisasi berorientasi profit dapat diklasifikaiskan sebagai pengguna langsung (direct users) dan tidak langsung (indirect users) Pengguna Langsung Meliputi : Pemilik dan pemegang saham perusahaan . Pemberi pinjaman (kreditor ) dan pemasok Manajemen perusahaan Kantor Pajak Organisasi pekerja Pelanggan 25 Pengguna tidak langsung meliputi : Analisis dan konsultan keuangan Pasar Saham Pengacara Otoritas yang terkait dengan regulasi Kalngan berita keuangan dan agen0agen penyaji laporan Asosiasi dagang Serikat pekerja Kompetitor Masyarakat Umum Depatemen pemerintah lainnya. b. Siapa Yang Seharusnya Menyusun Standar Akuntansi ? Teori-Teori Regulasi. Regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh industri terkait dan didesain serta dioperasikan dengan tujuan utama memperoleh keuntungan. Ada dua kategori utama tentang regulasi industri. Teori-Teori Kepentingan Umum (menyajikan bahwa regulasi disajikan untuk menanggapi permintaan public akan koreksi terhadap ketidak efisien atau ketidak layakan harga pasar.Teori ini tujuan utamanya adalah melindungi dan menjamin kepentingan umum). Teori-Teori Kepentingan Kelompok atau Teori Perebutan (regulasi disajikan untuk menanggapi permintaan kelompok tertentu, dengan tujuan untuk memaksimalkan income anggotanya. Versi utama teori ini adalah : The political ruling-elite theory of regulation (menekankan penggunaan kekuatan politik untuk mendapatkan pengendalian regulator) 26 The economic theory of regulation (menekankan pada kekuatan ekonomi) Haruskah Kita Meregulasi Akuntansi. Pihak yang tidak mengingikan regulasi menggunakan teori agensi : Mengapa harus ada insentif untuk pembuatan laporan yang andal dan sukarela bagi pemilik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor hubungan kerja, untuk menilai dan menentukan kompensasi manajer. Perusahaan dituntut untuk menyajikan laporan secara sukarela dan kegagalan untuk menyajikan laporan dapat diinterprestasikan sebagai kabar buruk bagi pasar. Apabila perusahaan tidak menyajikan laporan secra sukarela, pengguna informasi dapat memaksa pihak-pihak terkait dalam menyajikan informasi tersebut. c. Pihak Yang Menginginkan Regulasi Menggunakan Argumentasi Kepentingan Umum Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial dan kegagalan pasar memaksa perlu adanya regulasi. Kegagalan pasar disebabkan : Keengganan perusahaan untuk mengungkapkan informasinya, sebagai pihak yang mengusai informasi tentang dirinya sendiri. Adanya penyelewengan Penyajian Informasi Akuntansi (sebagai produk umum) secara tidak semestinya. Tujuan sosial mencakup kewajaran laporan, informasi seimbang,perlindungan terhadap investor. Pendekatan Pasar Bebas . Pendekatan pasar bebas dalam meghasilkan standar dimulai dari asumsi dasar bahwa informasi akuntansi merupakan sebuah poduk yang bersifat ekonimis, sama seperti barang atau jasa lainnya. Pendukung pendekatan regulator baik sawsta maupun public menyatakan bahwa ada kegagalan pasar baik 27 secara eksplisit maupun imolivit dalam pasar informasi swasta terjadi karena kuantitas dan kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial maksimum yang dapat diperoleh, disebabkan : Pengendalian atas informasi yang bersifat monopoli oleh manajemen. (Dihipotesiskan bahwa akuntan memiliki pengaruh monopolistic atas data yang disajikan dan digunakan pasar, akibtnya pasar tidak dapat benar-benar membedakan antara pengaruh yang disebabkan oleh keadaannya sesungguhnya atau pengaruh akuntansi). Investor yang naïf, (Dihipotesikan bahwa para investor yang tidak memahami dengan baik kompleksitas teknik-teknik dan transformasi akuntansi mungkin akan dikelabui dengan penggunaan teknik-teknik yang berbeda). Ketakuatan akan kegagalan fungsional.(Investor mungkin tidak mampu mengubah proses pembuatan keputusannya untuk merespons data yang dihasilkan oleh perubahan yang terjadi dalam proses akuntansi.) Penyimpangan perhitungan. (Karena akuntansi sangat bertumpu pada berbagai basis perhitungan asset dan prosedur alokasi yang dipandang sepihak dan tidak dapat diperbaiki, keluaran akuntansi merupakan sesuatu yang tidak berarti atau bahkan menyesatkan untuk pembuatan keputusan) Keanekaragaman prosedur, (fleksibilitas dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi yang digunakan untuk melaporkan kejadian tertentu) Kurangnya objektivitas. (tidak ada criteria objektif yang dapat digunakan manajemen untuk mendasarkan pilihannya akan tehknik-tekhnik akuntansi, hasilnya keluaran yang tidak dapat diperbandingkan) 28 Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Swasta Pendekatan sector swasta dalam regulasi standar akuntansi menggunakan asumsi dasar bahwa kepentingan public terhadap akuntnasi akan terlayani dengan baik apabila penyusunan standar diserahkan kepada sector swasta (Commite on Accounting Procedure (1939 -1959)), FASB (Financial Accounting Standard Board (1973 – Sekarang)) Pendukung Standar akuntansi oleh Sektor Swasta 1. FASB terlihat responsive terhadap berbagai konstituen 2. FASB mampu menarik sebagai anggota atau staff, orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan system pengukuran dan pengungkapan alternative. 3. FASB sukses dalam memperoleh tanggapan dari berbagai konstituensinya. Penentang Pendekatan Sektor Swasta : a. FASB tidak memiliki kewenangan statori dan kekuatan untuk memaksakan aturan yang dibuatnya. b. FASB sering dituduh tidak independen dari konstituennyayang besar (kantor akuntan, korporasi) c. FASB sering dituduh lamban dalam menanggapi isu-isu utama yang krusial bagi sejumlah konstituennya. Regulasi Standar Akuntansi Oleh Sektor Publik. Regulasi sector public berpusat pada peran SEC. Pendukung regulasi standar akuntansi oleh sector public : 29 a. SEC merupakan instrument dalam menuntun profesi dari metode akuntansi yang safe dan konservatif ke arah metode yang lebih inovatif dan realistis. b. SEC melalui securities Acrs of 1933 dan 1934 memberi perlindungan bagi para investor terhadap berbagai ancaman. c. SEC dimotivasi oleh keinginan untuk menyajikan tingkat pengungkapan kepada public yang dianggap perlu dan memadai dalam pembuatan keputusan. d. SEC mempunyai legitimasi yang lebih besar melalui kewenangan statutory yang lebih jelas. Penentang Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Publik. Diperlukan biaya yang besar untuk memenuhi ketentuan pemerintah dalam penyajian informasi. Cenderung memaksimalkan kesejahteraannya tanpa pertimbangan terhadap biaya dan manfaat tambahan laporan. Akan timbul kondisi yang berbahaya apabila penyusunan standar semakin bersifat politis. Perlunya system pemerintahan yang didukung kekuatan kepolisian. d. Legimitasi Proses Penyusunan Standar Prognisis Pesimistik dihubungkan dengan kemampuannya untuk menghasilkan system akuntansi optimal, yakni sebuah system dimana keuntungan yang diharapkan oleh pemakai strategi keputusan optimal dapat lebih besar atau paling tidak sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system lain. Prognosis pesimistik ini diperlukan untuk menunjukkan Bahwa pemilihan alternative laporan keuangan “pada akhirnya memerlukan pertukaran antara 30 keuntungan seseorang di satu sisi dengan yang lainnya. Bahwa resolusi alternative laporan keuangan akan mensyaratkan “kebijakan nilai atau etika yang akan dipertukarkan dengan kesejahteraan seseorang dan dalam dimensi apa terhadap kesejahteraan siapa. Prognosis Optimistik Prinsipnya proses penyesuaian dengan dasar konstitusional calculus menetapkan legitimasi FASB berdasarkan : Kemampuannya dalam menyajikan jaminan prosedur yang memadai. Kemampuannya untuk memaksakan batasan yang memadai dalam proses pemilihan, untuk menjamin hasil yang dapat diterima. Keseimbangan antara procedural dan hasil yang ditetapkan oleh proses penyusunan standar FASB. e. Accounting Standard Overload Accounting Standard Overload umumnya berhubungan dengan pertumbuhan untuk akuntansi. Situasi-situasi berikut ini diidentifikasi sebagai accounting standard overload : Standar yang terlalu banyak Standar yang terlalu rumit Tidak ada standar yang kaku, membuat pemulihan aplikasi menjadi sulit. Standar bertujuan umum Standar bertujuan umum yang gagal dalam menyajikan perbedaan antara : 1. Entitas public dan non public 2. Laporan keuangan tahunan dan intern 31 3. Perusahaan besar dan kecil 4. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks, atau keduaduanya. Pengaruh Accounting Standard Overload Standar akuntansi yang jumlahnya banyak, terlalu sempit, dan kaku dapat berpengaruh serius terhadap kinerja akuntan, nilai informasi yang disajikan bagi para pengguna, dan keputusan yang dibuat para manajer. Salah satu jalan keluar bagi para praktisi dalam menghadapi penyimpangan dari PABU (Prisip Akuntansi Berterima Umum) adalah dengan memberikan opini yang dimodifikasi. Catatan hanya dapat dipahami oleh orang yang berpengalaman dan akrab dengan jargon dan pengetahuan akuntansi. Solusi Terhadap Accounting Standard Overload Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Accounting Standard Overload: Tida ada perubahan, mempertahankan apa yang sudah ada Perubahan dari konsep yang ada Perubahan dalam PABU untuk mempermudah penerapannya dalam setiap usaha bisnis. Menentukan alternative pengungkapan dan pengukuran yang berbeda. Perubahan dalam stndar pelaporan CPA atas laporan keuangan Alternatif terhadap PABU sebagai dasar yang sifatnya pilihan dalam penyajian laporan keuangan. 32 Pendekatan yang digunakan pada alternative PABU Sebuah metode akuntansi dengan basis baru (a new basis accounting method, BAM) Berdasar kas atau kas yang dimodifikasi Berdasar pajak penghasilan BAM dikeluarkan dari pembahasan karena kos yang diperlukan lebih tinggi dari manfaatnya. Factor lainnya : BAM akan mengandung factor-faktor PABU yang bersifat pokok dan memungkinkan untuk meninggalkan prinsip-prinsip pengukuran PABU dengan jumlah yang signifikan. BAM lebih cenderung meningkatkan masalah standar overload daripada menguranginya. BAM akan memiliki posisi dalam setiap isu PABU, yang akan membutuhkan biaya dan waktu BAM perlu disiapkan oleh dewan penyusun standar yang baru BAM akan dianggap bukan bagian dari PABU, tetapi sebagai bagian dari PABU untuk entitas tertentu. Penyusunan dan pelaksanaan standar akuntansi muncul sebagai suatu masalah yang kompleks : Pertama, tidak terlihat bahwa standar didasarkan pada prinsip-prinsip debatan yang luas dan perbandingan antara pendukung dan penentang teori-teori yang relevan, dan kemudian dipilih atas dasar tersebut oleh badan penyusun standar. Kedua, terdapat pertentangan yang jelas dalam kepentingan dan kebutuhan di antara entitas-entitas yang terkait dengan prinsip akuntansi. 33 Ketiga, pengembangan prinsip-prinsip akuntansi merupakan sebuah proses yang semrawut (pertama didominasi oleh manajemen, kemudian diregulasi oleh profesi, dan akhirnya menjadi suatu proses yang benar-benar bersifat praktis) Keempat, setiap bentuk penyusunan standar dalam dalam pasar bebas, sector swasta, atau sector public lainnya, memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing, tidak ada konsep atau praktis yang dapat dijadikan ukuran. Kelima, masalah accounting standard overload memerlukan solusi perbaikan 34 MATERI III STRUKTUR TEORI AKUNTANSI Kompetensi Dasar: a. Mampu menjelaskan hiraki struktur teori akuntansi b. Mampu menjelaskan upaya yang dilakukan profesi akuntan dalam merumuskan standar, prinsip dan tujuan akuntansi c. Mampu menjelaskan konsep, postulat, prinsip, dan standar akuntansi Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi, rerangka acuan yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa elemen-elemen berikut ini : 1. Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan 2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari pernyataan tujuan. 3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep teoritis . 4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi. TUJUAN LAPORAN KEUANGAN Tujuan Pelaporan Keuangan menurut konsepsi FASB yang disusun atas dasar kondisi lingkungan ekonomi sosial di Amerika : 35 1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor dan kreditur untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian keputusan . 2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumbersumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal kekayaan tersebut (siapa pihak yang mempunyai hak atas atas kekayaan tersebut) 3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) 4. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya. 5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber pembiayaan perusahaan. 6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran kas masuk ke perusahaan. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi FASB menerbitkan Statement of Accounting Concept No.2 “KarakteristikKualitatif Informasi Akuntansi”, yang menyediakan kreteria untuk memilih antara : 1. Metode akuntansi alternative dan pelaporan, atau 2. Permintaan akan pengungkapan Secara mendasar criteria mengindikasikan mana informasi yang lebih baik (lebih berguna) untuk pembuatan keputusan. Karakteristik di pandang sebagai hirarki. Kegunaan untuk pembuatan keputusan disajikan sebagai kualitas informasi yang paling penting. Dalam kaitannya dengan ini informasi, relevansi dan reliabilitas merupakan dua kualitas primer, Komparabilitas dan konsistensi disajikan dengan kualitas sekunder dan interaktif. 36 Terakhir, konsep pertimbangan cost benefit dan materialitas diakui secara berturut-turut, sebagai batasan pervasive dan batas untuk pengakuan. Dapat digambarkan sebagai berikut: Relevansi informasi harus terkait dengan atau berguna dalam kaitannya dengan tindakan yang didesaian untuk memfasilitasi atau menghasilkan informasi yang ingin dihasilkan. Nilai Prediksi. Informasi yang dihasilkan dapat membantu investor, kreditor dan pemakai lainnya mengevaluasi kejadian masa lalu, sekarang dan masa mendatang. Nilai umpan balik. Selain agar informasi menjadi relevan, informasi harus memiliki nilai prediksi dan umpan balik, dan pada saat yang sama harus disampaikan dengan tepat waktu. Tepat Waktu. Informasi juga harus tersedia untuk membuat keputusan sebelum kehilangan kapasitas dalam mempengaruhi keputusan. Reliabilitas adalah kualitas yang memungkinkan pengguna data bergantung padanya dengan penuh keyakinan sebagai penyajian apa yang seharusnya disajikan. Dapat diverifiaksi adalah atribut yang memungkinkan induvidu berkualitas yang bekerja secara independent satu sama lain menggambarkan ukuran yang secara mendasar sama atau menyimpulkan suatu pengujian dari bukti, data atau catatan yang sama. Penyajian yang jujur. Maka informasi bebas dari bias pengukuran dan pengukur. Netralitas adalah informasi yang bebas dari bias menuju pencapaian hasil yang diinginkan. Komparabilitas dan Konsistensi adalah penggunaan metode yang sama sepanjang waktu oleh satu perusahaan. 37 Pertimbangan manfaat biaya diakui sebagai batasan pervasive, informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut melebihi biayanya. Materialitas pernyataan atas kepentingan relative, informasi mempunyai dampak signifikan atau material terhadap keputusan atau tidak. b. APB Statement No.4 Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajir dan sesuai prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan. Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomis dan kewajiban suatu usaha binis dengan tujuan untuk : a. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan b. Menunjukkan pendanaan dan investasi c. Mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen d. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan 2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk : a. Menunjukkan tingkat kembalian dividen harapan bagi investor. b. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk ekspansi. 38 c. Menyediakan informasi keuangan bagi manajemen untuk perencanaan dan pengendalian. d. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang 3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi earning potensial perusahaan : 4. Menyediakan informasi lain yang dihasilkan tentang perubahan sumber daya ekonomi dan kewajiban. 5. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai. Tujuan Kualitatif akuntansi keuangan adalah sebagai berikut : Relevan, memilih informsi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi . Dapat dipahami selain harus jelas informasi yang dipilih, juga harus dapat dipakai pemakai Dapat diuji kebarannya , hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran yang independent, menggunakan metode pengukuran yang sama. Netral. Informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu. Tepat Waktu. Berarti mengkomunikasikan informasi se-awal mungkin untuk menghindari dari keterlambatanpembuatan keputusan ekonomi. Dapat Diperbandingkan. Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibtakan perlakuan akuntansi yang berbeda. Kelengkapan. Semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan kualitatif lain harus dilaporakan. 39 c. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984 Tujuan Laporan Keuangan : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebuthan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. Tujuan Kualitatif : Relevan, Dapat Dimengerti, Daya Uji, Netral, Tepat Waktu, Daya Banding, Lengkap. d. Trueblood Report. Tujuan Laporan Keuangan Yang Dinyatakan Dalam Trueblood Report. 1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi sebagai dasar keputusan ekonomi. 2. Tujuan Laporan Keuangan adalah untuk melayani pemakai yang memiliki keterbatasan otoritas, kemampuan, atau sumber daya untuk memperoleh informasi 40 dan pemakai yang bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber informasi utama tentang aktivitas perusahaan. 3. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi investor dan kreditur untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi jumlah, waktu, dan ketidakpastian yang terikat dengan aliran kas potensial. 4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi pada pemakai untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan memperoleh earnings. 5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya organisasi secara efektif guna mencapai tujuan utama perusahaan. 6. Tujuan Laporan keuangan adalah menyediakan informasi factual dan penafsiran tentang transaksi dan kejadian lain yang berguna untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi earnings power perusahaan. Asumsi0asumsi dasar yang mendasari interpretasi, evaluasi, prediksi atau estimasi suatu persoalan harus diungkapkan. 7. Tujuannya adalah menyediakan laporan posisi keuangan yang berguna untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi earning perusahaan. 8. Tujuannya untuk menyediakan laporan earning periodic yang berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi earning power perusahaan. 9. Tujuannya untuk menyediakan laporan aktivitas keuangan yang berguna untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi earning power perusahaan. 10. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk proses prediksi. 41 11. Tujuan laporan keuangan adalah untuk pemerintah dan organisasi nirlaba adalah menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi keefktifan manajemen sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi terutama bersifat non moneter. 12. Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang mempengaruhi komunikasi yang mana dapat ditentukan dan dijelaskan atau diukur dan penting bagi perusahaan dalam lingkungan sosialnya. Trueblood Report menyebutkan tujuh karateristik kualitatif pelaporan : Relevansi dan Materialitas, Bentuk dan Substansi, Reliabilitas, Bebas dari Bias, Dapat Dibandingkan, Konsistensi, Dapat Dipahami. 2. POSTULAT-POSTULAT AKUNTANSI Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hukum tempat akuntansi beroperasi. a. Postulat Entitas Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulat entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administrative atas unit. 42 Entitas akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka kepentingan ekonomi berbagai pemakai. Implikasinya : Dibedakan anatar transaksi bisnis dan induvidu Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemne pada pemegang saham. Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait) Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin mudah masuk dalam laporan keuangan. b. Postulat Kelangsungan Usaha Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas yang sedang berjalan. Implikasinya : o Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan akan menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi. o Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar untuk akuntansi depresiasi o Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. c. Postulat Unit Pengukur Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. 43 Implikasinya o Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan namun bersifat non moneter o Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya tidak signifikan. d. Postulat Periode Akuntansi Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejateraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodic. Implikasinya : o Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum pajak Penghasilan yang mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional menggunakan periode normal satu tahun. o Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan 3. KONSEP-KONSEP TEORITIS AKUNTANSI Konsep teori akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau aksioma, juga berterima umum berdasrkan ksesuainnya dengan tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam ekonomi bebas yang dikarakteritikan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan. a. Teori Propriatery/Kepemilikan. Menurut teori propriatery, entitas sebagai “agen perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atas pengoperasian pemegang saham.” Tujuan utama teori propriteray adalah untuk menetukan dan menganalisa kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi : 44 Asset – Utang = Ekuitas Pemilik Implikasinya : Asset dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam keperntingan atau kesejahteraan pemilik. Revenue dan expense dianggap meningkat atau menurun secara berturut-turut dalam kepemilikam yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penatikan modal jadi pemilik. Bunga, pajak income sebagai expense, laba per lembar saham, dividen perlembar saham. Hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari kelompok Proprietary dan pemegang saham preferred tidak termasuk didalamnya (dividen preferen dikurangkan ketika menghitung earning pemilik) Saham biasa dan saham preferen termasuk dalam ekuitas pemilik (deviden tidak dikurangkan ketika menghitung erning pemilik) b. Teori Entitas Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Unit bisnis bukan pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan akuntansinya adalah : Asset = Ekuitas Asset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham Asset adalah pertumbuhan hak perusahaan Ekuitas adalah sumber asset dan terdiri dari utang dan ekuitas pemegang saham. 45 Implikasinya : Baik kreditor dan pemegang saham saham adalah pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, control resiko, dan likuidasi. Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi dann keuangan perusahaan. Income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh bunga jangka panjang, dan pajak penghasilan ) telah terpenuhi Teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian sedian LIFO ketimbang FIFO, karena penilaian LIFO dapat mencapai penentuan income yang lebih baik. Definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan expenses sebagai barang dan jasa yang dikonsumsi untuk mendapatkan revenue. c. Teori Dana. Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi kelompok asset dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana, yang mengatur penggunaan asset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya . Persamaan akuntansinya adalah : Asset = Restriksi Asset Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian asset dan penggunaan asset yang telah dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian rertriksi hokum dan ekonomi pada penggunaan asset. Sehingga teori dana berorientasi asset dalam pengertian bahwa focus utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan asset secara memadai. Laporan 46 sumber dan penggunaan dana bukan neraca atau laporan keuangan merupakan tujuan pelaporan keuangan. Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba, rumah sakit, universitas, Unit kota, dan pemerinthan. Dana adalah entitas fiscal dan akuntansi independent dengan pencatatan serangkaian akunkas dan atau sumber daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai dengan aturan khusus, restriksi atau limitasi. Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunkan dana untuk aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi untuk kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan asset dalam asset lancer atau tetap, dan konsolidasi. 4. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturnkan baik dari tujuan dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi. Untuk lebih memahami dan membandingkan apa sebenarnya yang dapat dimasukkan sebagai prinsip akuntansi, berikut dikemukakan aeperangkat konsep-konsep dasar menurut beberapa sumber: a. Prinsip Akuntansi menurut Prinsip Akuntansi 1984. 1. Kesatuan Akuntansi 2. Kesinambungan 3. Periode Akuntansi 4. Pengukuran Dalam Nilai Uang 5. Harga Pertukaran 47 b. Prinsip Akuntansi menurut APB Statement No.4 1. Kesatuan usaha sebagai focus akuntansi (accounting entity) 2. Kontinuitas Usaha (Going Concern) 3. Pengukuran aktiva dan Passiva unit Usaha (measurement of economic resources and obligations) 4. Laporan berdasarkan periode waktu (Time Periode) 5. Pengukuran dalam satuan moneter (measurement in term of money) 6. Asas himpun/akrual (accrual) 7. Harga Pertukaran (jual beli) (exchange price) 8. Angka/jumlah rupiah pendekatan (Approximation) 9. Kebijaksanaan (judgement) 10. Informasi Keuangan Umum (General Purpose Finansial Information) 11. Laporan Keuangan Saling Berkaitan (Fundamentally Related Financial Statements) 12. Mementingkan Substansi Daripada Bentuk luar/Yuridis (Substance Over Form) 13. Materialitas (Materiality) Konsep Dasar Menurut Paul Grady Pengakuan hak milik pribadi (ASociety and Government structure honoting private property right) Kesatuan Usaha yang berdiri sendiri (spesifik businee entities) Kontinuitas Usaha (Going Concern) Satuan Uang 48 c. Prinsip Kos APB Statement No.4 mendefinisikan Kos adalah jumlah, diukur dalam uang, kas uang dibelanjakan atau property lain yang ditransfer, penerbitan modal saham, jasa yang diberikan atau uang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa yang diterima, atau seharusnya diterima. Kos dapat diklasifikasikan sebagai belum terpakai (unexpired) adalah asset yang dapat digunakan untuk menghasilkan revenue di masa mendatang dan telah terpakai (experid) adalah pengurang revebue atau dibenbankan sebagai pengurang laba ditahan. Prinsip kos dijustifikasi oleh postulat kelangsungan usaha yang mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan aktivitasnya secara tidak terbatas, sehingga mengelimiasi perlunya menggunakan nilai sekarang atau nilai likuiditas untuk penilaian asset, Prinsip kos lemah pada validitas postulat unit pengukur, yang mengasumsikan bahwa daya beli dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama untuk menerapkan prinsip kos, pada kenyataannya adanya inflasi. d. Prinsip Revenue Prinsip Revenue Menspesifikasi : Sifat Komponen-komponen revenue Pengukuran Revenue Waktu Pengukuran Revenue 49 Sifat dan Komponen-Komponen Revenue 1. Revenue Diintrepretasikan sebagai : Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa. Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan, produk perusahaan yang dihasilkan dan penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu. Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue : a. Pandangan revenue yang komprehensif adalah semua perubahan dalam asset bersih yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan keuntungan atau kerugian yang berasal dari penjualan asset tetap dan investasi. b. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya memasukkan hasil yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan tidak memasukkan Penghasilan investasi dan keuntungan dan kerugian dari pelepasan asset tetap. 2. Pengukuran Revenue Revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam sebuah transaksi yang lugas. Terdapat dua interpretasi revenue yang muncul dari konsep revenue ini : Potongan tunai dan berbagai pengurangan adalam harga tetap, seperti kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian untuk menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai diskonto sekarang atau klaim uang dan secara konsekuen harus dikurangkan ketika harus menghitung revenue. 50 Untuk transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai pasar yang wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih mudah dan jelas dalam menghitungnya. 3. Waktu Pengakuan Revenue Umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh dalam semua tahap siklus operasi (yaitu, selama penerimaan order, produksi, penjualan dan penagihan). Akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih sebuah peristiwa kritis dalam siklus untuk waktu pengakuan revenue dan income. Realisasi dalam perubahan dalam asset atau uatang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun. 4. Revenue secara umum diakui selama produksi dalam situasi berikut ini : a. Revenue berupa sewa, bunga, dan komisi diakui ketika telah diperoleh (earned). b. Pemberian jasa individual atau kelompok professional atau jasa yang berupa mungkin lebih baik menggunakan dasar akrual. c. Revenue dari kontrak jangka panjang diakui dengan dasar kemajuan konstruksi atau persentase penyelesaian. d. Revenue atas “cost plus fixed cobtracts lebih baik diakui dengan dasar akrual. e. Perubahan asset karena pertumbuhan (accretion) akan menimbulkan peningkatan revenue sebagai contoh, ketika umur minuman kerasa atau anggur, tanaman kayu, atau ternak menjadi dewasa, revenue akresi 51 didasarkan pada penilaian sedian yang sebanding, meskipun belum ada transaksi. 5. Dasar peristiwa kritis Untuk pengakuan revenue dipicu oleh peristiwa krusil dalam silklus operasi. Peristiwa tersebut mungkin adalah : Saat terjadinya penjualan Penyelesaian Produksi Penerimaan pembayaran untuk penjualan berikutnya 6. Dasar penjualan untuk pengakun revenue dapat dibenarkan karena : Harga produksi diketahui dengn pasti Pertukaran telah diakhiri dengan pengirman barang, sehingga diperoleh pengetahuan yang objektif akan kos yang tejadi Dalam artian realisasi, penjualan merupakan peristiwa krusial. 7. Dasar penyelesaian produksi untuk pengakuan revenue dapat dibenarkan ketika pasar stabil dan harga stabil tersedia untuk (komoditi standar) logam mulia, emas, perak e. Prinsip Penandingan. Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban) harus diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait kemudian diakui. Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada satu dari empat criteria : 52 a. Penandingan langsung kos yang telah terpakai dengan peridenya (sebagai contoh, gaji direktur untuk periode tertentu). b. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai contoh, depresiasi) c. Menjadikan expense semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa mendatang. Kos yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak memenuhi salah satu dari empat criteria untuk menjadikannya expense pada periode berjalan dapat dibebankan pada periode mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip penandingan. f. Prinsip Objektivitas. Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat realibilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas maksimum adalah salat sulit, akuntan, telah menggunakan prinsip objektivitas untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan. Prinsip objektivitas, bagaimanapun, yang menjadi subjek interpretasi yang berbeda : 1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang tidak bersifat personel dalam pengertian bebas dan bias personel pengukurnya. 2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable dalam pengertian bahwa pengukuran didasarkan pada bukti. 3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari dari konsensus diantara kelompok pengamat atau pengukur tertentu. 4. Ukuran penyebaran atau distribusi pengukuran digunakan sebagai indicator tingkat objectivitas suatu system pengukuran termaksud. 53 g. Prinsip Konsistensi. Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari period ke periode. Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur akuntansi yang semua akan diterapkan dalam item serupa sepanjang waktu. Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntansi ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika prosedur alternative lebih baik. Menurut APB opinion No. 20 perubahan yang dapat menjustifikasi perubahan prosedur adalah : 1. Perubahan dalam prinsip akuntansi 2. Perubahan dalam estimasi akuntansi 3. Perubahan dalam entitas pelaporan Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporakan dalam laporan keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan segera untuk perubahan dalam prinsip akuntansi. h. Prinsip Pengungkapan Penuh. Terdapat consensus umum dalam terdapat pengungkapan data akuntansi yang penuh (full), wajar (fair), cukup (adequate). Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesaian dan dibuat untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk membuat laporan keuangan dan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor. Beberapa hal yang menjadi perhatian pengungkapan penuh : Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila diperlukan pertimbangan dalam penerapan metode akuntansi. 54 Informasi tambahan untuk membantu analisa investasi atau untuk mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan entitas. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan dan dampak perubahan tersebut. Aset, Utang, Kos, dan Revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak lain yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau karyawan yang memiliki hubungan khusus dalam entitas pelaporan. Aset, Utang, dan Komitmen Bersyarat Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entitas. i. Prinsip Konservatisme Prinsip Konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. j. Prinsip Materialitas Prinsip materialitas menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak, dan tidak perlu diungkapkan. Suatu jumlah material tidak semata-mata, karena alasan besarnya jumlah, factor-factor lain meliputi serangkaian hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang materilitas. Antara lain : Sifat Item, apakah item : 55 Merupakan factor masukkan dalam penentuan net income Tidak biasa atau luar biasa Peristiwa atau kondisi bersyarat. Dapat ditentukan berdasarkan fakta dan keadaan yang ada Diminta oleh undang-undang atau regulasi. Jumlah item itu sendiri, dalam hubungannya dengan : Laporan keuangan secara keseluruhan. Total akun tempat item tersebut terbentuk, atau seharusnya terbentuk sebagai bagiuannya, Item item terkait Jumlah yang terkait dalam tahun sebelumnya atau jumlah yang diharapakan dalam tahun-tahun mendatang. k. Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama oleh perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai komparabilitas laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta karena penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda. Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa prinsip tersebut akan : 1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan praktik akuntansi 2. Memungkinkan perbandingan yang berarti bagi pengguna laporan keuangan. 3. Memperbaiki kepercayaan pengguna para laporan keuangan. 4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi 56 Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa : 1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item yang sama yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan risiko penyembunyian perbedaan-perbedaan penting diantara kasus tersebut. 2. Komparbilitas merupakan tujuan yang tidak praktis, hal tersebut tidak dapat dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan perusahaan yang tidak menggunakan pencatatan yang memadai untuk situasi factual yang berbeda. 3. Perbedaan dalam keadaan”atau “ variable-variabel keadaan meminta perlakuan yang berbeda, sehinggga pelaporan perusahaan dapat merespon keaadaan tempat transaksi dan peristiwa terjadi 5. Teknik Akuntansi Teknik akuntansi adalah adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas akuntansi. Akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka yang implicit. Rerangka ini dikenal sebagai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), istilah ini sebenarnya digunakan untuk menunjuk seperangkat pedoman resmi dan kebiasaan-kebiasaan dunia usaha yang dianggap berlaku dalam lingkungan (Negara) dan waktu tertentu. Soewarjono dalam bukunya teori akuntansi berpendapat prinsip akuntansi berterima umum cukup tepat sebagai pedanan generally accepted accounting principles (GAAP). Di Amerika Istilah generally accepted accounting principle timbul dan digunakan melalui proses atau riwayat yang bertahap khususnya tentang pemakaian kata generally accepted, karena itu istilah GAAP tersebut sebenarnya mempunyai konotasi sebagai prinsip akuntansi berterima umum di Amerika dan bukannya istilah yang generic (berlaku universal) meskipin selalu ditulis dengan huruf kecil. Di Amerika 57 yang dimaksud dengan GAAP adalah konsep-konsep, prinsip-prinsip dan praktikpraktik akuntansi tertentu yang secara otoritatif di dukung berlakunya sebagai suatu pedoman (mempunyai substansi authoritative support) walaupun tiap jenis prinsip atau praktik tersebut mempunyai tingkat keotoritatifan yang berbed. Struktur GAAP tersebut terdiri dari beberapa tingkat (level). Makin ke atas dan ke kanan tingkat otoritatifnya makin lemah. Berikut ini diuraikan secara ringkas ini tiap tingkat bangunan GAAP tersebut : Foundation (fondasi) yang berupa konsep dasar dan prinsip-prinsip umum (akuntansi) seperti kelangsungan hidup, substansi mengungguli bentuk, netralitas, dasar akrual, konservatisme, materialitas). Tingkat Pertama (first floor). Tingkat ini berisi pengumuman atau ketentan resmi yang diterbitkan oleh badan otoritatif. Pengumuman resmi ini biasanya berupa pernyataan standar, interpretasi, dan suplemen. Otoritas penerbitan ini kuat karena ketentuanyang termuat dalam pengumuman resmi tersebut telah dirancang dan dibahas melalui prose dan prosedur formal sebelum diterbitkan. Prosedur yang biasanya dilakukan oleh badan yang berwenang ini adalah: 1. Membentuk komisi yang terdiri atas beberapa ahli yang dianggap dapat mewakili kepentingan pihak yang akan menggunakan pedoman yang akan disusun. 2. Komisi mempelajari sumber-sumber acuan dan literature tentang subjek yang akan ditentukan dan melakukan riset lapangan . 3. Menerbitkan notulen atau memorandum diskusi tentang permasalahan yang timbul dan alternative pemecahannya untuk mendapatkan tanggapan dari masyarakat. 4. Melakukan dengar pendapat umum 58 5. Berdasarkan komentar dan pendapat yang dikumpulkan dalam langkah 3 dan 4, komite akan membuat rancangan pernyataan resmi (disebut dengan exposure draf) dan menyebarluaskan rancanagan tersebut untuk mendapatkan tanggapan atas komentar public. Tingkat kedua (second floor). Kalau suatu perlakuan akuntansi tidak diatur dalam ketentuan resmi yang diterbitkan dalam tingkat pertama, sumber acuan untuk menentukan perlakuan akuntansi tertentu yang dapat diambilkan dari tingkat kedua atau tingkat berikutnya. Kalau terdapat perbedaan atau konflik perlakuan maka harus dipertimbangkan dan dipilih perlakuan yang menggambarkan substansi transaksi yang lebih baik. Penerbitan-penerbitan pada tingkat kedua ini memberi pedoman akuntansi yang lebih sempit aplikasinya karena hanya menyangkut industri tertentu dan biasanya bersifat agak teknis dan procedural. Tingkat ketiga (third Floor). Tingkat ini berisi publikasi badan resmi yang berwenang yang tidak termasuk dalam kategori resmi karena tidak disusun berdasarkan prosedur resmi seperti penerbitan pada tingkat pertama. Penerbitan ini lebih merupakan petunjuk aplikasi ketentuan yang diatur dalam penerbitan resmi dalam tingkat pertama yang berupa pernyataan standar atau interpretasi. Tingkat keempat (fourth floor). Kalau perlakuan akuntansi tertentu tidak dapat dicarikan acuannya dalam ketiga tingkatan yang ada di bawahnya maka sumbersumber atau literature akuntnasi lainnya dapat dignakan sebagai acuan . 59 MATERI IV KERANGKA KONSEPTUAL Kompetensi Dasar: a. Mampu menjelaskan tentang kerangka konseptual b. Mampu menjelaskan tentang pernyataan konsep akuntansi keuangan c. Mampu menjelaskan tentang materialitas d. Mampu menjelaskan tentang pengukuran kriteria dan atribut Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses penyusunan standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat selama proses penyusunan standar dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka kerja konseptual adalah : Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar khusus yang mengaturnya. Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode akuntansi. 60 Isu-Isu Kerangka Konseptual : Sebelum memulai kerja yang efektif dalam menyusun kerangka kerja konseptual, FASB berusah mengidentifikasi isu-isu konseptual terpenting berkaitan dengan penyusunan standar. Ada sembilan isu disajikan untuk didiskusikan dan dicarikan penyelesaian : 1. Isu : Pandangan Earnings Manakah yang seharusnya diadopsi ? Terdapat tiga pandangan yang berbeda tentang pengukuran earning yaitu : 1. Pandangan Asset/utang 2. Pandangan Revenue/Expense 3. Pandangan nonartikulasi Pandangan earnig Asset/Utang . Revenue dan expense merupakan hasil dari perubahan asset dan utang. Pandangan earning Revenue/Expense. Revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan akan penandingan. Artikulasi terdapat saling hubungan antara tiap jenis laporan keuangan yaitu neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal. Pandangan revenue/expense juga disebut pandangan laporan income atau penandingan berarti bahwa revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan akan penandingan. Earning semata-mata merupakan perbedaan antara revenue pada suatu periode dan expense yang terjadi dalam menghasilkan revenue. Penandingan, proses pengukuran fundamental dalam akuntansi, terdiri dari dua tahap : 1. Pengakuan revenue atau waktu melalui prinsip realisasi 2. Pengakuan expense dalam tiga cara : Hubungan sebab akibat, seperti kos barang terjual 61 Alokasi yang rasional dan sistematis, seperti depresiasi Pengakuan segera, seperti biaya administrasi dan penjualan Pandangan nonartikualsi didasarkan pada keyakinan bahwa artikulasi mendorong perulangan, karena ”semua kejadian yang dilaporkan dalam laporan income juga dilaporkan dalam neraca meskipun dari perspektif yang berbeda “. Menurut pandangan ini, definisi asset dan utang penting dalam penyajian posisi keuangan dan definisi revenue dan expense mendominasi pengukuran earning. Dua laporan keuangan tersebut mempunyai eksistensi dan makna yang independent, sehingga skema pengukuran yang berbeda digunakan oleh masing-masing laporan. Contoh pandangan nonartikulasi adalah penggunaan LIFO dalam laporan income dan FIFO dalam neraca. Pandangan non artikulasi muncul pada tahun 1966 A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dari American Accounting Association (AAA) mengkritik artikulasi : Kita tidak menemukan alasan yang logis mengapa laporan eksternal diharapkan untuk “seimbang” atau berartikulasi satu sama lain. Pada kenyataannya, kita menemukan bahwa keseimbangan yang dibuat dan artikulasi seringkali membatasi penyajian informasi yang relevan. Petunjuk pentingnya adalah mengungkapkan semua informasi yang relevan dengan prosedur pengukuran yang memenuhi standar yang disarankan dalam ASOBAT. Pandangan earning yang mana yang seharusnya diadopsi sebagai dasar kerangka kerja konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan? Jika artikulasi terbukti tidak hanya perlu tapi juga menguntungkan, maka pilih di antara pandangan asset/hutang dan pendangan revenue/expense. Pemilihan antara dua pandangan 62 tersebut tergantung pada pandangan mana yang merupakan proses pengukuran fundamental : 1. Pengukuran atribut-atribut asset dan hutang dan perubahan dalam keduanya 2. Proses penandingan Pemilihan di antara dua pandangan ini akan menyediakan tidak hanya dasar bagi kerangka kerja konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan tetapi juga definisi elemen laporan keuangan. 2. Isu : Definisi Aset Definisi untuk setiap elemen laporan keuangan tersedia baik oleh pandangan asset/ hutang dan pandangan revenue/expense: Menurut pandangan asset/hutang, asset adalah sumber daya ekonomi perusahaan, sumber daya tersebut mempresentasikan manfaat di masa mendatang yang diharapkan menghasilkan aliran kas masuk secara langsung atau tidak langsung. Adapun sumber daya ekonomi perusahaan adalah : 1. Sumber daya produktif yang dimiliki perusahaan 2. Hak kontrak atau sumber daya produktif 3. Produk 4. Uang 5. Klaim untuk menerima uang 6. Kepemilikan saham diperusahaan lain Menurut pandangan revenue/expense, asset tidak hanya meliputi asset yang didefinisi oleh pandangan asset/hutang, tetapi semua item yang tidak mempresentasikan sumber daya ekonomi namun diperlukan untuk penandingan dan penentuan income secara memadai. 63 Pandangan ketiga atas asset muncul dari presepsi neraca tidak hanya sebagai laporan posisi keuangan, tetapi sebagai “laporan tentang sumber dan komposisi modal perusahaan”. Definisi asset yang memberi generalisasi aplikasi yang diperlukan kerangka kerja konseptual memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Asset merepresentasikan sumber daya ekonomi dan tidak meliputi beban tangguhan. 2. Asset mempresentasikan aliran kas potensial perusahaan 3. Manfaat potensial dapat diperoleh perusahaan 4. Aset merepresentasikan himpunan hal legal tentang manfaat tertentu sebagai hasil dari transaksi sekarang atau masa lalu dan meliputi semua komitmen, seperti dalam keseluruhan kontrak executary. 5. Dapatdipertukarkan bukanlah karakterisik penting asset kecuali untuk beban tangguhan, untuk menjaga asset tidak berujud sebagai asset dan mengeluarkan beban tangguhan. 3. Isu : Definisi Utang Menurut pandangan asset/utang, hutang adalah kewajiban perusahaan untuk mentransfer sumber daya ekonomi ke pihak lain di masa mendatang. Menurut pandangan revenue/expense, hutang tidak hanya meliputi utang yang didefinisi oleh pandangan asset/hutang, tetapi juga kredit tangguhan dan cadangan yang tidak mempresentasikan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi, tetapidiperlukan untuk penandingan dan penentuan income dengan memadai. Pandangan ketiga atas hutang dari presepsi neraca sebagai “laporan sumber dan komposisi modal perusahaan”. Menurut pandangan ini, uatang dianggap sebagai 64 sumber modal perusahaan”. Menurut pandangan ini, utang dianggap sebagai sumber modal dan meliputi kredit tangguhan dan cadangan yang tidak mempresentasikan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi. Definisi hutang yang disajikan oleh ketiga pandangan tersebut memiliki karakteristik umum sbb : 1. Hutang adalah pengorbanan sumber daya ekonomi di masa mendatang 2. Hutang mempresentasikan kewajiban tertentu perusahaan 3. Hutang mungkin dibatasi pada hutang legal. 4. Hutang merupakan hasil dari transaksi atau kejadian sekarang atau masa lalu. 4. Isu : Definisi Earning, Revenue, dan Expense. Menurut pandangan asset/hutang earning adalah peningkatan dalam asset bersih perusahaan kecuali perubahan modal. Menurut pandangan revenue/expense, earning adalah hasil dari proses penandingan revenue dan expense, mungkin juga gains dan losses. Komponen earning (revenue, expenses, gains, dan losses). Menurut pandangan asset/hutang, revenue yang meliputi gains dan losses didefinis sebagai peningkatan dalam asset atau penurunan dalam hutang yang tidak mempengaruhi modal. Expenese yang meliputi gains dan losses, didefinisi sebagai penurunan dalam asset atau peningkatan dalam hutang yang timbul dari penggunaan sumber daya ekonomi dan jasa dalam periode tertentu. Menurut pandangan revenue/expense, revenue yang meliputi gains dan losses, hasil dari penjualan barang dan jasa dan termasuk gains dari penjualan dan pertukaran asset selain persediaan, bunga dan deviden yang diperoleh dari 65 investasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik selama satu periode selain kontribusi modal dan penyesuaian. Expense meliputi semua kos yang sudah digunakan untuk menghasilkan revenue pada satu periode. Jika gains dan loses didefinisi sebagai elemen yang terpisah dari earning, maka revenue didefinisi sebagai ukuran output perusahaan yang merupakan hasil dari memproduksi atau menjual barang dan memberikan jasa selama satu periode. Expense adalah kos yang telah digunakan untuk menghasilkan revenue selama satu periode. 5. Isu : Gains dan Loses Menurut pandangan asset dan hutang, gains didefenisikan sebagai peningkatan dalam asset bersih selain peningkatan dalam revenue atau dari perubahan dalam modal. Sedangkan losses didefiniskan sebagai penurunan asset bersih selain penurunan dalam expense dan perubahan dalam modal. Jadi gains dan losses dianggap sebagai bagian dari earning yang tidak dijelaskan oleh revenue dan expenses. Menurut pandangan reveue dan expense, gains didefinisikan sebagai kelebihan hasil di atas kos asset terjual, atau keuntungan yang tidak diduga, atau manfaat lain yang diperoleh tanpa kos atau pengorbanan. Loss didefinisikan sebagai kelebihan di atas hasil yang terkait, jika ada, atau semua atau porsi yang layak dari kos asset terjual, diabaikan, atau keseluruhan atau sebagian rusak karena bencana, atau kos yang telah digunakan bukan untuk menghasilkan revenue. Jadi menurut pandangan revenue/expense, gains dan loses adalah independent dari definisi elemen lain dalam laporan keuangan. 66 6. Isu : Hubungan antara earning dan komponen earnings Tiga hubungan utama antara earnings dan komponen earnings: a. Earning = Revenue – Expenses + Gains – Losses b. Earning = Revenue – Expenses c. Earning = Revenue (termasuk Gains) – Expenses (termasuk Losses) Dalam hubungan pertama, setiap komponen adalah terpisah dan penting untuk definisi earning. Perbedaan sumber earning dibedakan, sehingga menyediakan fleksibilitas yang lebih besar dalam klasifikasi dan analisa kinerja perusahaan. Dalam hubungan kedua, gains dan loses tidak dipisah dan tidak penting bagi definisi earning. Semua peningkatan dan penurunan diperlakukan sama sebagai revenue dan expense. Definisi ini tidak cocok untuk gains dan losses dari transfer searah, keuntungan tak terduga, korban bencana, dan gains dan losses holding. Dalam hubungan ketiga, meskipun gains dan losses merupakan konsep terpisah kedunaya adalah bagian dari revenue dan expense. Definisi revenue dan income harus campuran dari item-item yang berbeda dan memerlukan identifikasi lengkap dan daftar item yang termasuk dalam revenue expense, gains dan losses. Hubungan pertama tampaknya menyajikan kerugian terkecil menurut pandangan asset/hutang maupun revenue.expenses. 7. Isu : Akuntansi Akrual Elemen-elemen laporan keuangan dihitung dan dimasukkan dalam laporan keuangan melalui penggunaan prosedur akuntansi akrual. Akuntansi akrual 67 mendasarkan pada konsep akrual, tangguhan (deferral), alokasi, amortisasi, realisasi, dan pengakuan, FASB memberikan definisi untuk konsep-konsep tersebut yaitu : Akrual adalah proses akuntansi dalam pengakuan kejadian non kas dan keadaankeadaan yang terjadi, secara spesifik, akrual meminta pengakuan revenue dan peningkatan asset, dan expenses dan peningkatan hutang dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar, biasanya dalam kas di masa mendatang. Tangguhan adalah proses akuntansi dalam pengakuan utang dengan penerimaan kas sekarang atau asset dengan pembayaran kas sekarang (atau utang, yang terjadi sekarang) dengan harapan berdampak pada revenue dan expenses di masa mendatang. Alokasi adalah proses akuntansi dalam pembebanan dan pendistribusian suatu jumlah sesuai rencana atau formula tertentu. Alokasi lebih luas dari amortisasi, karena amortisasi merupakan proses alokasi. Amortisasi adalah proses akuntansi yang secara sistematis mengurangi jumlah dengan pembayaran periodic, atau dengan mencatat saja. Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya non kas dan hak menjadi uang, penggunaan yang lebih tepat dalam akuntansi dan pelaporan keuangan merujuk pada penjualan asset dengan kas atau klaim atas kas. Pengakuan adalah proses pencatatan secara formal atau pemasukan item-item dalam akun dan laporan keuangan perusahaan. Jadi suatu elemen dapat diakui (dicatat) atau tidak diakui (tidak dicatat) . Realisasi dan Pengakuan tidak digunakan sebagai sinonim. 68 8. Isu : Konsep Pemeliharaan modal (Cost Recovery) yang seharusnya digunakan ? Konsep pemeliharaan modal memungkinkan kita membuat perbedaan antara return on capital atau (earning) dan return of capital atau (Cost of recovery). Earning berasal dari pemulihan atau pemeliharaan modal. Terdapat dua konsep pemeliharaan modal, konsep modal keuangan dan konsep modal fisik. Kedua konsep menggunakan pengukuran unit monetr atau unit daya beli umum yang sama, menghasilkan empat konsep pemeliharan modal : a. Modal keuangan yang diukur dengan unit uang b. Modal keuangan yang diukur dengan daya beli umum yang sama c. Modal fisik yang diukur dengan uang d. Modal fisik yang diukur dengan daya beli umum yang sama 9. Isu. Metode Pengukuran manakah yang seharusnya diadopsi Isu metode pengukuran berkaitan dengan penentuan unit ukuran maupun atribut yang diukur. Terkait dengan unit ukuran, pilihannya adalah antara dolar actual dan dollar yang disesuaikan dengan daya beli umum. Terkait dengan atribut yang akan diukur kita memiliki lima pilihan, yaitu : a. Metode kos historis b. Kos sekarang c. Nilai keluaran /jual sekarang d. Nilai keluaran/jual harapan e. Nilai sekarang dan aliran kos harapan 69 KERANGKA KONSEPTUAL FASB Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai : “a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting”. Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batasbatas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan. Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual 1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan. 2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada kerangka teori yang telah ada 70 Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu: SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi. SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat. SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban. SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi. SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba. SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan informasi: 1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit; 71 2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan; 3) tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya. Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness). Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut. 72 Kualitas Primer Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi. 1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feedback value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan. 2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi. Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa. Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi. Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias 73 3) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis. 4) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu. 5) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan. Kualitas Sekunder Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan (comparability) dan konsistensi (consistency). 1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu. 2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode. 74 Kendala-kendala. Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan konservatisme. 1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya menjadi masalah 2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak. 3) Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar. 4) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi. Elemen-elemen Laporan Keuangan. SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, 75 kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi. Asumsi-Asumsi Dasar. Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan. a. asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya). b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang 76 MATERI V LAPORAN KEUANGAN Kompetensi Dasar a. Mampu menjelaskan Laporan Keuangan Laba/Rugi dan Neraca b. Mampu menjelaskan isi laba/rugi dan neraca serta metode-metode yang digunakan dalam menyusun dan mengkaji elemen dalam laporan keuangan c. Mampu menjelaskan pengertian komponen-komponen dalam laporan keuangan d. Mampu menjelaskan peristiwa kemudian dan catatan atas laporan keuangan e. Mampu menjelaskan keterbatasan laporan keuangan Tujuan laporan keuangan : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan : 1. Dapat dipahami 2. Relevan : dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai 3. Keandalan (reliable) : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material & disajikan secara jujur Termasuk dalam pengertian ini : - substansi mengungguli bentuk - Netralitas 77 - Pertimbangan sehat (karena adanya ketidakpastian) - Kelengkapan 4. Dapat diperbandingkan : antar periode & antar perusahaan Asumsi Dasar (SAK) : 1. ACCRUAL BASIS (DASAR AKRUAL) : Transaksi diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima/dibayar. 2. GOING CONCERN (Kelangsungan usaha) Unsur-unsur laporan keuangan : 1. Berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan : a. AKTIVA : Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. b. KEWAJIBAN : Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu , penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi c. EKUITAS : Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. 2. Berhubungan langsung dengan pengukuran kinerja : - Ukuran kinerja : LABA,, unsur yang berhubungan langsung dengan laba : 78 PENGHASILAN & BEBAN a. PENGHASILAN : kenaikan manfaat eikonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiba atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi : Pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains) PENDAPATAN : Timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa. KEUNTUNGAN : mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitras perusahaan yang biasa. b. BEBAN : penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban meliputi : KERUGIAN dan beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas biasa, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. KERUGIAN : mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. 79 Pengakuan Unsur laporan keuangan : Unsur laporan keuangan harus diakui jika : a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal Pengakuan AKTIVA aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal Pengakuan KEWAJIBAN kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Pengakuan PENGHASILAN penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pengakuan BEBAN beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. 80 Dasar pengukuran unsur laporan keuangan : 1. Biaya historis : aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas/setara kas yang dibayar atau sebesar niali wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation) , atau dalam keadaan tertentu (mis: pajak penghasilan), dalam jumlah kas/setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal. 2. Biaya kini (current cost) : aktiva diinilai dalam jumlah kas/setara kas yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas /setara kas yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang. 3. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/setllement value) : Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas /setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjuual aktiva dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah kas/setara kas yang tidak didikontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal 4. Nilai sekarang (present value) : aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. 81 KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL KONSEP MODAL KEUANGAN : modal adalah sinonim dengan aktiva bersih/ekuitas perusahaan. Konsep modal tersebut menciptakan konsep pemeliharaan modal : a. Pemeliharaan modal keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (uang) dari aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumlah finansial(uang) dair aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada dan mengeluarkan setiap kontiribusi dari, para pemilik selama periode. Pemeliharaan modal keuangan dpat diukur dalam satuan moneter nominal atau dalam satuan daya beli yang konstan. b. Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini , laba hanya diperoleh kalau kapasitas porduktif fisik(kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi 82 tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga” Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugastugas yang dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi. Laporan keuangan terdiri dari: - Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan. - Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. - Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan. - Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu 83 barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu. TUJUAN LAPOARAN KEUANGAN Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris: stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen. KARAKTERISRIK KUALIFIKASI LAPORAN KEUANGAN Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan. 84 1. Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu . 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role)terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, 85 pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa ,abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal {reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. 4. Dapat Dibandingkan Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 86 Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman sematamata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam laporan keuangan. 87 Laporan keuangan terdiri dari 3 macam : a. Laporan Laba-Rugi (income statement) Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu periode akuntansi. Laporan laba-rugi (statement of income) adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Kegunaan laporan laba-Rugi 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu 2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan 3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastiaan pencapaian arus kas masa depan Keterbatasan Laporan Laba-Rugi 1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan labarugi 2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi 3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan Kualitas Laba Pengelolaan laba adalah (earnings management) adalah perencanaan waktu dan pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian untuk mengurangi gejolak laba. Pengelolaan laba seperti itu dapat membawa dampak tehadap kualita laba (quality of earnings). FORMAT LAPORAN LABA-RUGI Unsur Unsur Laporan Lab-Rugi Pendapatan Beban 88 Keuntungan Kerugian Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung hanya ada dua pengelompokan: yaitu pendapatan dan beban. Keuntungan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya.dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi yang muncul. Laporan Laba-Rugi Bentuk Bertahap Klasifikasi Lanjutannya meliputi: 1. Pemisahan aktifitas operasi dan non operasi perusahaan 2. Klasifikasi beban menurut fungsi,seperti barang dagang atau manufaktur, penjualan, dan administrasi Bagian Laporan Laba-rugi 1. Bagian Operasi o Bagian penjualan/pendapatan o Bagian Harga pokok penjualan o Beban penjualan o Beban Administrasi atu umum 2. Bagian Non opoerasi o Pendapatan dan keuntungan lain o Beban kerugian lain 3. Pajak Penghasilan 89 4. Operasi yang dihentikan 5. Pos-pos luar biasa 6. Laba per saham b. Laporan Perubahan Modal (statement of equity) Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi. Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diataranya : Modal awal : Keseluruhan dana yang di investasikan kedalam perusahan yang digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahan pada saat awal perusahan tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahan pada awal bulan pada tahun yang bersangkutan. Laba / rugi : Selisih dari bersih antara total pendapatan dengan total biaya. Prive : Penarikan sejumlah dana oleh pemilik perusahan yang digunakan untuk keperluan di luar kegiatan / operasional perusahaan atau yang digunakan untuk keperluan pribadi. Modal akhir : Keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari penambahan modal awal ditambah dengan laba ( jika mengalami keuntungan ) atau pengurangan modal awal dikurangi rugi usaha ( Jika mengalami kerugian ) kemudian dikurangi dengan total prive dan hasil merupakan modal akhir. Jadi unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari Investasi awal atau modal awal, laba-rugi selama periode yang bersangkutan, prive penarikan modal oleh pemilik dan modal akhir 90 c. Neraca (balance sheet) Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan. Isi/komponen laporan neraca terdiri atas: HartaAktiva (Asset) Asset adl harta yg dimiliki perusahaan yg berperan dalam operasi perusahaan misal kas persediaan aktiva tetap aktiva yg tak terwujud dan lain-lain. Pengertian asset ini dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut : Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement (1970:132) dikemukakan bahwa : “kekayaan ekonomi perusahaan termasuk didalam pembebanan yg ditunda yg dinilai dan diakui sesuai prinsip akuntansi yg berlaku.” Selanjut Financial Accounting Standard Board (FASB) (1985) memberikan definisi sebagai berikut : “asset adl kemungkinan keuntungan ekonomi yg diperoleh atau dikuasai di masa yg akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yg lalu.” Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sesuatu dianggap sebagai asset jika di masa yg akan datang dapat diharapkan memberikan net cash inflow yg positif kepada perusahaan. Klasifikasi aktiva yg dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam. Secara umum klasifikasi aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset) dan 2) aktiva tetap tak berwujud (Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua 91 barang yg dimiliki perusahaan dgn tujuan utk dipakai secara aktif dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud yg mempunyai masa kegunaan yg terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaan dan disajikan dalam neraca sebesar nilai buku (harga perolehan dikurangi dgn akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva ini adl bangunan mesin dan alat-alat pabrik mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport alat kerja bengkel aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yg mempunyai masa kegunaan tak terbatas disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan. Sedangkan aktiva tetap tak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yg dijamin oleh undang-undang kontrak perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa manfaat dalam waktu relatif permanen. Menurut Harnanto (1991:357) bagi manajemen operating investment (assets) meliputi seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan lain-lain equipmen serta modal kerja yg ditempatkan utk dikelola atau dioperasikan dalam usaha perusahaan utk menghasilkan laba. Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang operasional investasi aktiva tetap adl merupakan salah satu unsur penting yg perlu menjadi fokus perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasional dalam kaitan dgn menghasilkan pendapatan/laba. Disamping itu utk untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap baik berwujud maupun tak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan diperlukan ada depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva tetap tersebut. 92 Kewajiban/utang (Liabilities) Menurut definisi yg diberikan oleh APB bahwa : “kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yg diakui dan dinilai seusuai prinsip akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yg ditunda yg bukan merupakan utang atau kewajiban. ”Berdasarkan definisi di atas maka kewajiban ekonomis bagi perusahaan adl diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yg akan datang. Selanjut FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut : “….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yg akan datang yg timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang utk memberikan harta atau memberikan jasa kepada pihak lain di masa yg akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yg sudah terjadi. ” Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa kewajiban memiliki 3 sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada (2) kewajiban itu tak dapat dihindarkan (3) kewajiban yg mewajibkan perusahaan telah terjadi. Kewajiban jika dikategorikan sesuai dgn jangka waktu maka terdapat kewajiban jangka pendek (Current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long-term liabilities). Menurut Harnanto (1991:59) hutang jangka panjang adl semua hutang yg jatuh tempo pembayaran melampaui batas waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau pembayaran tak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan tetapi lbh panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi hutang hipoteik hutang bank (kredit investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang jangka panjang. Dalam kegiatan operasi perusahaan hutang jangka panjang merupakan salah satu sumber permodalan yg mengandung resiko krn memiliki komitmen utk melakukan pembayaran sesuai jumlah yg disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi sekalipun sehingga hutang dapat saja menanggung resiko melebihi jumlah modal sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto (1991:304) bahwa semakin besar proporsi 93 hutang di dalam struktur permodalan perusahaan akan semakin besar pula kemungkinan terjadi ketak mampuan utk membayar kembali hutang beserta bunga pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur bahwa kemungkinan turut serta dana yg mereka tanamkan di dalam perusahaan utk dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik khusus pemegang saham biasa adaaa hutang di dalam perusahaan merupakan pula suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yg dihadapi dari dana yg mereka tanamkan. Tetapi resiko itu juga diimbangi ada harapan utk mendapatkan tingkat keuntungan yg lebih tinggi (rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan tetapi perlu diingat bahwa proporsi hutang/modal asing yg berlebihan akan berakibat pada fleksibilitas manajemen utk beralih pada aktivitas yg profitable akan tertutup dan menghadapi banyak hambatan/tintangan. Modal Pemilik (Owner’s Equity) Equity adalah suatu hak yg tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi kewajibannya. Kategori modal bagi tiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemilik sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan (retained Earnings). FASB dalam SFAC Nomor 1 telah menerangkan tujuan utama pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan melalui ukuran pendapatan. Income Statement (Laporan Laba Rugi) merupakan sesuatu yang utama bagi perusahaan terkait ukuran pendapatan. Income statement memiliki nilai prediktif sesuai karakteristik kualitatif yang didefinisikan dalam SFAC Nomor 2. Income statement memiliki nilai 94 sebagai ukuran arus kasa masa depan, yakni sebagai ukuran dari efisiensi manajemen dan panduan dalam pencapaian tujuan manajerial. Di sisi yang lain, investor merupakan fokus utama dalam lingkungan pelaporan keuangan. Sumber daya investor (current resources) yang digunakan perusahaan untuk memperoleh keuntungan mengandung sifat ketidakpastian atas arus kas masa depan (future-uncertain resources). Sebagai konsekuensinya, investor dalam kondisi seperti ini memerlukan informasi yang yang dapat membantu mereka untuk menilai arus kas di masa yang akan datang. Seperti kita ketahui bersama, pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi ekonomis (economic consequences of financial reporting) yakni: 1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor. Investor yang memperoleh informasih lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas) mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang informasi. 2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan. Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin mengandung efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects). 3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi. 4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam perusahaan. Konsekuensi-konsekuensi ekonomis inilah yang seharusya dipertimbangkan oleh FASB dan SEC, sebagai organisasi penyusun standar akuntansi, mengingat pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing konsekuensi di atas akan berbeda-beda bagi para pengguna informasi keuangan. 95 INCOME STATEMENT ELEMENTS Penekanan fungsi income statement sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan penilaian kinerja kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan diantara para akuntan tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni pendapatan, keuntungan, beban, dan kerugian. SFAC Nomor 6 FASB menerbitkan SFAC no.6 yang mendefinisikan elemen-elemen income statement sebagai berikut : 1. Pendapatan, merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas ATAU pengurangan kewajiban (ATAU gabungan keduanya) selama periode tertentu, yang diperoleh dari penjualan barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan. 2. Keuntungan, merupakan peningkatan aset bersih yang berasal dari transakti peripheral atau insidental suatu entitas DAN dari transaksi lainnya, kegiatan lainnya, dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode KECUALI yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik. 3. Beban, arus keluar atau penggunaan aset lainnya ATAU timbulnya kewajiban (ATAU kombinasi keduanya) selama satu periode mulai dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan. 4. Kerugian, penurunan nilai aset bersih yang berasal dari transaksi yang bersifa peripheral atau insidental dari suatu entitas DAN dari semua transaksi lain serta dari peristiwa lain DAN keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode KECUALI yang termasuk beban atau distribusi kepada pemilik. 96 Dari definisi elemen-elemen income statement diatas, tampak bahwa FASB berusaha menggeser terminologi APB yang menekankan pada arus masuk dan arus keluar, realisasi, dan konsep penandingan. FASB telah menggunakan perubahan aset dan/atau kewajiban dalam kriteria pengakuan dan pengukuran. Dan sebagai dampaknya, kini neraca tampil lebih dari sekedar tempat menyimpan NILAI SISA dalam proses penentuan pendapatan. Perbandingan atas kedua konsep diatas adalah : No. FASB (perubahan aktiva/kewajiban) APB (inflows/outflows) 1. Sebagai alat ukur perubahan sumber Sebagai alat ukur efektifitas perusahaan daya ekonomi 2. Tergantung pada definisi aktiva dan Tergantung pada definisi pendapatan dan kewajiban untuk menentukan laba beban dan menandingkan keduanya untuk menentukan income 3. Mengakui hal-hal yang ditangguhkan Membentuk biaya dan hutang yang hanya saat merupakan sumber daya atau ditangguhkan dan cadangan ketika kewajiban ekonomi menghitung income 4. Keduanya sepakat bahwa laporan laba rugi lebih penting dari neraca karena dapat meramal arus sumber daya dia masa yang akan dating 5. Membatasi populasi pada kejadian- Pendapatan dan beban meliputi seluruh kejadian yang mengakibatkan perubahan item yang diperlukan untuk menandingkan sumber daya ekonomis pendapatan dan biaya Dalam teori akuntansi dikenal dua pendekatan dalam menilai hubungan antarabalance sheet dan income statement, yakni articulated dan non-articulated.Pendekatan articulated berarti income statement dianggap sebagai subklasifikasi dari pos modal. Laba rugi hanya merupakan hasil matematis yang berasal dari perubahan modal dari satu periode ke periode yang lainnya. Dalam pendekatan articulated ada dua konsep, yaitu konseprevenue-expense approach dan asset-liability approach. Dalam konsep pertama, revenue expense, income statement diaggap laporan yang paling utama dimana semua transaksi dpandang sebagai posrevenue 97 dan expense, semua transaksi dinggap sebagai pengakuan laba (matching), pengukuran laba dan alokasi ke laba rugi. Dalam konsep ini yang dipindahkan ke neraca adalah by product dari hasil pengakuan laba atau matching tadi. Artinya yang dicatat ke neraca hanya deferred credits (liabilities) dan deferred charges (asset). Sementara dalam pendekatan non-articulated, balance sheet dan income statement secara matematis independen satu sama lain. Pendekatan ini banyak menjadi perhatian karena ada transaksi yang tidak memengaruhi laba tetapi langsung dipindah ke pos yang bukan hasil dan bukan biaya. Misalnya, ada kerugian sementara yang langsung dianggap merupakan penyesuaian terhadap unrealized capital (SFAS No. 12) INCOME STATEMENT FORMAT Pertanyaan yang kemudian timbul adalah : format income statement seperti apakah yang diinginkan oleh berbagai pengguna laporan keuangan? Dua pendapat yang kemudian mendominasi diskusi ini adalah current operating performance concept dan all-inclusive concept. Current Operating Performance Concept Konsep ini berpendapat bahwa hanya perubahan dan kejadian yang dapat dikendalikan oleh manajemen yang dihasilkan dari keputusan periode sekarang yang seharusnya dimasukkan dalam laba. Hanya hal-hal yang NORMAL dan BERULANG yang seharusnya membentuk ukuran dasar kinerja perusahaan. Maka LABA BERSIH pun harus mencerminkan AKTIFITAS HARI KE HARI. All-inclusive Concept Konsep ini berpendapat bahwa laba bersih harus mencerminkan SEMUA ITEM yang mempengaruhi KENAIKAN atau PENURUNAN ekuitas pemegang saham selama satu 98 periode, dengan pengecualian dari transaksi modal. LABA BERSIH TOTAL ditentukan dengan MENJUMLAHKAN LABA BERSIH PERIODIK. FASB dalam SFAC No.5 mencatat bahwa laporan laba rugi menurut all- inclusivedimaksudkan untuk menghindari penghapusan informasi secara bebas dari laporan keuangan, walaupun pencantuman keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan tidak berulang-ulang mungkin dapat mengurangi fungsi dari laporan laba rugi dalam satu tahun untuk tujuan prediksi. Kedua konsep ini hanya berkontroversi dalam bagaimana informasi keuangan ditampilkan, tempat dimana pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian ditampilkan. Namun yang lebih penting, sejatinya kedua konsep ini setuju dengan informasi yang harus disajikan. Sedangkan penelitian menunjukkan bahwa investor tidak terpengaruh dengan tempat dimana item dilaporkan dalam laporan keuangan selama pernyataan itu menyajikan informasi yang sama. Dengan kata lain, kontroversi dari kedua konsep ini menjadi suatu yang TIDAK PENTING. APB OPINION NO. 9 Salah satu masalah yang pertama kali dipelajari APB adalah apa yang termasuk dalam laba bersih. Kurangnya batasan formasl mengenai penyesuaian laba ditahan ternyata menghasilkan banyak ketidakseragaman dalam praktik bisnis. Dalam salah satu hasil studinya tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum secara menyeluruh dari pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang “Reporting The Result of The Operation“. APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan tengah antara current operating performance concept dan all-inclusive concept. Secara umum, APB No.9 memberi ketentuan bahwa semua item dianggap NORMAL dan BERULANG kecuali jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pengklasifikasian 99 baik sebagai extraordinary item maupun penyesuain periode sebelumnya. APB No. 9 mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai : 1. hal normal yang berulang-ulang, 2. kejadian luar biasa (extraordinary item), 3. penyesuaian terhadap periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Maka LABA BERSIH seharusnya menggambarkan seluruh pos keuntungan dan kerugian yang diakui selama periode, dengan pengecualian penyesuaian terhadap periode sebelumnya. Format laporan yang ditentukan memuat dua bentuk laba, yakni laba bersih dari operasi dan laba bersih operasi ditambahextraordinary item. Hal ini memberikan kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi hasil operasi normal atau total laba setelah extraordinary item sesuai dengan kebutuhan mereka. 1. Income from Continuing Operations Jumlah yang diperlihatkan untuk laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan dan beban normal perusahaan yang berulang-ulang. ANGKA LABA menggambarkan jumlah yang dapat diperoleh kembali di masa depan. Bahkan sering merujuk pada laba perusahaan yang dapat dipertahankan sebagai titik awal bagi investor untuk memprediksi pendapatan masa depan. 2. Income from Nonrecurring Items Ada tiga macam pendapatan tidak biasa yang mungkin diperoleh oleh sebuah perusahaan yang harus diungkapkan, yakni : operasi yang dihentikan,extraordinary item, dan perubahan prinsip akuntansi. 100 Discontinued Operations Sebuah studi menyebutkan bahwa terjadi beberapa penyimpangan dalam pelaporan terkait penerapan opini APB no.9 terkait penyajian hasil penjualan bagian aset sebagai extraordinary namun memasukkan pendapatan dari bagian ini selama periode penjualan sebagai laba biasa. Maka APB No. 30 diterbitkan untuk menyimpulkan kriteria tambahan untuk mengidentifikasi bagian bisnis yang akan dijual dengan mensyaratkan penyajian terpisah atas : (1) hasil operasi dari segmen yang dihentikan, (2) keuntungan atau kerugian pada penjualan aset untuk segmen yang dihentikan termasuk adanya keuntungan dan kerugian operasional selama periode penghentian. Total keuntungan atau kerugian ditentukan dengan menjumlahkan semua keuntungan atau kerugian pada penjualan bagian aset, dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan oleh kegiatan penghapusan segmen selama masa penghapusan. APB No.30 kemudian diamandemen dengan SFAS No. 144 tentang “Accounting for Impairment or Disposal of Long-Lived Assets“. Untuk memenuhi syarat untuk diperlakukan sebagai sebuah operasi yang dihentikan harus memenuhi beberapa kriteria, yakni : (1) Unit yang dihentikan harus dianggap sebagai sebuah “komponen” bisnis. Definisi “komponen” didasarkan pada pengertian operasi dan arus kas yang dapat dibedakan. “Komponen” ini dapat berupa segmen, bagian, divisi operasi, lini bisnis, anak perusahaan, dan lain-lain, tergantung kegiatan bisnis dimana entitas beroperasi. Sedangkan untuk mengasumsikan sebuah “komponen” sebagai kegiatan operasi yang dihentikan harus memenuhi dua kriteria tambahan, yaitu : 101 (i) operasi dan arus kas dari komponen yang dihentikan harus dihilangkan dari hasil transaksi operasional dan arus kas entitasnya, (ii) entitas tidak boleh memiliki keterlibatan yang signifikan dalam operasi komponen setelah penjualan berlangsung. (2) Saat manajemen memutuskan untuk menjual suatu komponen, maka aktiva dan kewajiban komponen diklasifikasikan “held for sale” di dalam balance sheet. Kemudian, apabila penghentian komponen telah dilakukan, hasil dari operasi komponen harus dilaporkan dalam income statement sebagai discontinued operations dan dicantumkan tepat dibawah bagian income from continuing operations. Hasil ini dilaporkan bersih setelah dikurangi pajak. Keuntungan atau kerugian penjualan kemudian baru diungkapkan di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Extraordinary Items APB No.9 mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang mempunyai efek material yang tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap sebagai faktor yang berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar. APB kemudian membuat review di tahun 1973 tentang kegunaan definisiextraordinary item yang ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak dikelompokkan dengan cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan. Bisnis tidak mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih banyak kriteria spesifik yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih seragam atas ketetapannya. Maka diterbitkanlah APB No. 30 tentang “Reporting The Result of Operations” yang mendefiniskan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh sifat sebagai berikut : 102 (1) Unusual nature, kejadian atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang tinggi dan tidak berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan aktivitas biasa. Karena suatu perubahan filosofi, beberapa hal yang dulunya didefinisikan sebagai extraordinary item dalam APB No.9 kini dikeluarkan dari APB No. 30 yakni : - penurunan dan penghapusan piutang, persediaan, peralatan yang dileasing kepada pihak lain, biaya penelitian dan pengembangan yang ditangguhkan, atau aset tidak berwujud lainnya, - keuntungan atau kerugian dari penjualan bagian bisnis, - keuntungan atau kerugian lainnya dalam penjualan atau penghancuran properti (kekayaan), pabrik, dan peralatan yang digunakan dalam bisnis, - akibat pemogokan, - penyesuaian kontrak jangka panjang akrual. Hal ini menyebabkan jumlah pendapatan dan beban yang diijinkan untuk dilaporkan sebagai extraordinary item berkurang signifikan. (2) Infrequency of occurance, kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal diperkirakan tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang. Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary item dari item lainnya dalam laporan laba rugi tidak dipisahkan menurut item yang berulang dan tidak berulang. Item yang jarang terjadi namun bukan tidak biasa diklasifikasikan sebagai laba non operasi dalam kelompok keuntungan dan kerugian lainnya dalam income statement. Penelitian mengindikasikan persyaratan ini sebagai sebuah inkonsistensi kecuali FASB mewajibkan catatan kaki pengungkapan atas efek kejadian tidak teratur pada laba dan pendapatan per lembar saham (EPS). 103 Perubahan Prinsip Akuntansi Standar akuntansi atas kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama seharusnya dilaporkan dengan cara yang sama setiap tahun. Namun manajemen seharusnya memilih perangkat praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber daya dan kinerja unit pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap tahunnya. Sehingga terkadang, perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan berkembang oleh perubahan metode atau perubahan prosedur mungkin diperintahkan oleh FASB atau SEC. Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah : haruskah laporan keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya diubah untuk menggambarkan metode atau prosedur yang baru? Dalam APB no. 20 tentang “Accounting Channges” mengindentifikasikan tiga jenis perubahan akuntansi dan mendiskusikan penyiapan laporan keuangan. Bahkan dewan merekomendasikan sebuah kelayakan penyajian retroaktif (bergaya membalik) atas ketiga macam perubahan prinsip akuntansi dan errordi bawah ini. (i) Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi Jenis perubahan ini terjadi jika suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan. Contohnya perubahan penghitungan persediaan dari LIFO ke FIFO. Jika prinsip akuntansi diubah, maka perusahaan menampilkan laporan keuangan tahun-tahun sebelum perubahan dilakukan. Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun perubahan dilakukan dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item. SFAS No. 154 tentang “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan aplikasi retrospective ke periode sebelumnya. 104 1. Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana jika perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya 2. Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan perubahan entitas pelaporan 3. Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi atas kesalahan (ii) Perubahan dalam estimasi akuntansi Penyajian laporan keuangan mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan estimasi seperti itu adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan penyajian periodok). Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat didepresiasi atau estimasi kolektabilitas piutang. Perubahan ini tidak membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahuntahun sebelumnya yang telah diterbitkan. Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh pada tahun terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya. (iii) Perubahan entitas pelaporan Perubahan jenis ini disebabkan oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin disebabkan oleh penggabungan usaha, perubahan spesifik anak perusahaan, atau perubahan konsolidasi. Perubahan dalam pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru telah diterapkan di laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan kembali laporan laporan keuangan tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil dari perubahan pelaporan keuangan yang baru dan yang lama. Selain itu, efek perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi, laba bersih, dan laba per saham terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan. 105 (iv) Error Kesalahan tidak dipandang sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari kesalahan perhitungan matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah. Error didefinisikan sebagai prior period adjustment. Contoh erroradalah : 1. Perubahan praktek akuntansi yang awalnya tidak diterima menjadi diterima. 2. Kesalahan matematis, klerikal. 3. Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir periode akuntansi. 4. Salah pengklasifikasian biaya dan beban. Dalam SFAS No. 16, periode dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya terhadap pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus diungkapkan. Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan secara retroaktif yang diperlukan untuk perubahan-perubahan akuntansi. Dengan menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna bisa mempredikasi dengan lebih baik prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan tepat. Terdapat error yang bersifat counterbalanced apabila error tidak ditemukan dalam dua tahun. Error ini tidak memerlukan penyesuaian apabila ditemukan setelah dua tahun. Apabila error tidak bersifat counterbalanced, maka penyesuaian harus diungkapkan. 106 MATERI VI LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS Kompetensi Dasar a. Mampu menjelaskan kegunaan laporan arus kas bagi para investor, kreditur, dan pemakai lainnya b. Mampu menjelaskan pengelompokan penerimaan dan pengeluaran dalam penyajian arus kas c. Mampu menjelaskan bentuk-bentuk penyajian laporan arus kas dan isi yang ada di dalamnya Tujuan Laporan Arus Kas Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi. 107 RUANG LINGKUP Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan dan menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak tergantung pada aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai produk perusahaan, seperti yang berlaku di lembaga keuangan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor. Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas. KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai perusahaan. 108 Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga. Beberapa istilah yang dipergunakan dalam laporan arus kas, masing-masing didefinisikan sebagai berikut: Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue- producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan . Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. 109 PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Aktivitas Operasi Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain; pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; pembayaran kas kepada karyawan; penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya; pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; 110 penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau b) metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan . Aktivitas Investasi Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri; penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain; perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain. uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan) . 111 pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan; Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik: 1. dari catatan akuntansi perusahaan; atau 2. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi untuk: perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama periode berjalan; pos bukan kas lainnya; dan pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasidan pendanaan. Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh: a) perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan; b) pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan c) semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sebagai alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan 112 laba rugi serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama periode. Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya o pelunasan pinjaman pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease). PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas operasi Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut ini: (a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau (b) metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi 113 pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depanf dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat disajikan menurut arus kas bersih: (a) penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada aktivitas perusahaan; dan (b) penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan perputaran cepat, dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat (maturity short). Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan dengan dasar arus kas bersih: penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka waktu tetap; penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan pemberian dan pelunasan kredit. Arus Kas dalam Valuta Uang Asing Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing 114 tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. Arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas. Pos Luar Biasa Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah. Bunga dan Dividen Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing harus diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasi secara konsisten antar periode sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan. Pajak Penghasilan Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri dan diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi. Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak perusahaan dan Unit Bisnis lainnya Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau unit bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas investasi. Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan dengan perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya selama satu periode: (a) jumlah harga perolehan atau pelepasan; (b) bagian nilai perolehan atau pelepasan yang dibayarkan dengan kas dan setara kas. (c) jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan (d) jumlah aktiva dan kewajiban 115 selain kas atau setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya. Transaksi bukan Kas Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut. CONTOH LAPORAN ARUS KAS Wiloyo Service Laporan Arus Kas Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009 Arus kas dari aktivitas operasi Kas yang diterima dari pelanggan Rp. 7.500.000 Dikurangi : pembayaran kas untuk beban dan pembayaran kepada kreditor Rp. 4.600.000 Arus kas dari aktivitas operasi Rp. 2.900.000 Arus kas dari aktivitas investasi Pembayaran kas untuk pembelian tanah (Rp.20.000.000) Arus kas dari aktivitas pendanaan Kas yang diterima sebagai investasi pemilik Rp.25.000.000 Dikurangi : penarikan kas oleh pemilik Rp. 2.000.000 Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Rp. 23.000.000 Saldo kas pada 31 Desember 2009 116 MATERI VII KONSEP AKTIVA Kompetensi Dasar a. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan aktiva berujud b. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan aktiva tidak berujud KARAKTERISTIK AKTIVA Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan. Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Karakteristik umum aktiva sebagai berikut : 1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang 2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva 3. Berkaitan dengan entitas tertentu 4. Menunjukkan proses akuntansi 5. Berkaitan dengan dimensi waktu 6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki 3 karakteristik utama: 117 1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang cukup pasti dimasa mendatang.Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk dimasa mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung. SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi hutang.Jadi manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-sumber ekonomi. Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan sumber-sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No 4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut: a. Sumber-sumber ekonomi yang produktif 1. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam produksi. 2. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti hak guna bangunan dsb. b. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/yang masih dalam proses produksi. c. Uang d. Klaim untuk menerima uang e. Hak pemilikan pada perusahaan lain 118 2. Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan faktor yang sangat penting agar suatuunit usaha dapat menghalangi akses pihak lain terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran. Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik bukan faktor penentu dari aktiva. 3. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability. Mac Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan 119 untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut. Meskipun demikian, FASB menolak ise tersebut karena pada dasarnya manfaat darisuatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan. 2. KONSEP PENILAIAN Konsep penilaian berkaitan dengan masalah penentuan makna yang ingin disampaikan pada pemakai laporan terhadap aktiva yang bersangkutan. Konsep penilaian harus didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi. A. TUJUAN Adapun tujuan pengukuran atau penilaian aktiva adalah sebagai berikut : a) Sebagai salah satu langkah dalam penentuan laba. b) Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan. c) Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan. d) Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk kepentingan manajemen. B. DASAR PENILAIAN Penilaian aktiva berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva tersebut. Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values). 1) Nilai Keluaran Nilai keluaran didasarkan padajumlah kas atau non kas yang diterima suatu unit usaha bila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit tersebut karena suatu pertukaran. Apabila nilai tersebut tidak relevan, ada dasar lain yang dapat digunakan yaitu : 120 a. Discounted future cash receipts or service potential Adalah nilai sekarang kas masa yang akan diterima perusahaan seandainya aktiva tersebut dijual. b. Harga keluaran sekarang (Current output price) Apabila produk perusahaan umumnya dijual di pasar yang terorganisis, harga pasar sekarang merupakan dasar yang rasional untuk menilai besarnya harga jual di masa mendatang. c. Nilai setara kas sekarang ( Current cash Equivalent ). Nilai setara kas sekarang menunjukkan jumlah kas atau daya beli umum yang dapat diperoleh dengan menjual setiap aktiva berdasarkan keadaan perusahaan normal. d. Nilai Likuidasi (Liquidation value). Nilai likuidasi sama dengan harga jual sekarang atau nilai setara kas sekarang, dengan perbedaan bahwa nilai keluarannya diperoleh dari kondisi pasar yang berbeda. 2) Nilai Masukan Dalam menilai aktiva, nilai masukan sering dianggap lebih tepat daripada nilai keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya atau nilai tersebut tidak memungkinkan dilakukannya pelaporanpendapatan sebelumpendapatan benar-benar terealisasi. Dasar yang dapat digunakan untuk nilai masukan adalah sebagai berikut : a. Cost histories Cost merupakan harga pertukaran barang dan jasa pada saat terjadinya. b. Cost masukan terkini (Current input cost) 121 Menunjukkan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama. c. Discounted future cost Menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang seandainya potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang. d. Standart cost Menunjukkan cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas produksi normal. 3. PENGAKUAN AKTIVA Penentuan definisi aktiva merupakan langkah pertama dalam proses identifikasi suatu aktiva. Apabila jumlah rupiah tertentu akan mempengaruhi posisi keuangan/hasil usaha dan akan tampak dalam neraca. FASB(1984) menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada 4 kriteria, sbb : 1. Definisi Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen laporan keuangan. 2. Keterukuran Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi. 3. Relevansi Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan keuangan. 4. Reliabilitas 122 Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya dan netral. Dalam praktik ada beberapa pos yang memenuhi kriteria definisi tapi tidak dicatat dalam stuktur akuntansi.penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang dinamakan aturan pengakuan(recognized rules). Beberapa aturan secara informal diwujudkan dalam bentuk konvensi atau hal lain yang secara formal dirancang oleh badan yang berwenang. Contoh aturan menurut konvensi adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan dan peralatan dicatat saat pembelian. Contoh aturan yang didasarkan pada keputusan badan berwenang adalah capital lease.Dalam SFAS No.13 “accounting for lease” disebutkan bahwa kapitalisasi lease (sewa gung usaha) hanya dilakukan bila salah satu/lebih kriteria ini dipenuhi: a) Adanya transfer hak milik kepada pembeli (lessee) b) Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih untuk membeli dengan syarat yang menguntungkan pembeli c) Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat kontrak ditandatangani d) Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai pasar yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai. Praktik menunjukkan banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva tertentu. Aturan pengakuan menunjukkan aturan khusus yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva tertentu. Sedang kriteria pengakuan merupakan pedoman umum yang digunakan untuk memformulasikan aturan pengakuan. Tujuan akuntansi adalah memberikan dasar bagi kriteria pengakuan, yaitu menyediakan 123 informasi yang relevan dan reliable. Kam (1992) memberikan beberapa kriteria yaitu: Didasarkan pada hukum Pemakaian prisip koservatif Makna /substansi ekonomi suatu transaksi Kemampuan mengukur nilai aktiva 4. MASALAH-MASALAH KHUSUS A. BEBAN TANGGUHAN Beban tangguhan sering menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Masalah tersebut adalah; apakah beban tangguhan dapat digolongkan sebagai aktiva? Jenis beban tangguhan yang mana yang dapat digolongkan sebagai aktiva? Beban tangguhan tidak hanya menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga cost jasa dalam bentuk lain selama memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan. Kriteria umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan beban tangguhan adalah: a) Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran pengeluaran yang sah dan wajar? b) Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya dimasa mendatang dapat diantisipasi dengan mudah? c) Apakah cost tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang setiap periode? Ukuran manfaat tidak hanya didasarkan pada kemampuan untuk menambah volume produk tapi lebih ditekankan pada manfaat yang berhubungan dengan kegiatan operasi perusahaan dimasa mendatang secara keseluruhan. Dalam 124 praktek, beberapa pos yang sebenarnya berbeda sifat sering dikelompokkan dalam neraca dengan satu judul yaitu “beban tangguhan”. Misalnya:biaya dibayar dimuka,cost pendirian perusahaan, cost penelitian dan pengembangan, dan diskonto surat berharga. Walaupun itu sebenarnya kurang tepat. B. KAPITALISASI BUNGA Ada beberapa perlakuan akuntansi bunga : 1. Bunga tidak dikapitalisasi 2. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai eleman cost fasilitas fisik yang dibangun sendiri 3. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang dibangun Dalam kondisi tertentu mungkin saja tidak perlu dilakukan kapitalisasi apabila memang manfaatnya kecil. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untukaktiva yang memenuhi syarat tertentu. Ada beberapa pedoman yang diatur dalam standar akuntansi yaitu : 1. Aktiva yang memenuhi syarat Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut : a. Aktiva yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan. b. Aktiva yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai unit/proyek yang berdiri sendiri. Aktiva yang tidak dapat dijadikan objek kapitalisasi yaitu: a. Aktiva yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan pembangunan atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan 125 b. Aktiva yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan pendapatan dan juga tidak sedang mengalami penyelesaian/perbaikan atau aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap digunakan lagi dalam operasi. 2. Besarnya Kapitalisasi Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Besarnya tarif kapitalisasi ditentukan sebagai berikut : a. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk konstruksi tersebut. b. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya dana pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari tingkat bunga sumber dana lainnya. 3. Periode Kapitalisasi Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat berikut dipenuhi : a. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar b. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak berhenti cukup lama selama periode bersangkutan c. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya pembangunan konstruksi d. Penyajian dan pengungkapan 126 Hal yang perlu diungkapkan sebagai penjelasan dalam laporan keuangan : • Total bunga yang terjadi selama periode • Bagian dari total bunga yang dikapitalisasi • Total bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode tersebut tidak ada bagian bunga yang dikapitalisasi C. PENGELUARAN KAPITAL/UNTUK AKTIVA (CAPITAL EXPENDITURE) Capital Expenditure adalah pengorbanan sumber ekonomik yang berkaitan dengan objek jasa (fasilitas fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam operasi. Aturan umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi sebagai pengeluaran capital: 1. Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan dikapitalisasi jika pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva sampai aktiva yang bersangkutan siap digunakan untuk operasi perusahaan. 2. Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi bila memenuhi syarat berikut: • Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan • Menambah umur ekonomi • Menambah nilai aktiva D. AKTIVA DONASI /SUMBANGAN Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan /mengorbankan sumber ekonomi. Aktiva yang berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini 127 dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. E. TRANSAKSI AKTIVA NON MONETER Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva bukan berupa kas tetapi berbentuk aktiva non moneter. 128 MATERI VIII KONSEP HUTANG DAN EKUITAS Kompetensi Dasar a. Mampu menjelaskan tentang konsep hutang, karakteristik hutang pengukuran dan pengakuan hutang b. Mampu menjelaskan tentang konsep ekuitas Kepemilikan dan teori entitas Dua teori yang telah diusulkan untuk memahami akuntansi, teori yaitu proprietary dan teori entitas. Teori Kepemilikan Kepemilikan merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam persamaan akuntansi: P = A-L Dimana kepemilikan (atau ekuitas pemilik) adalah sama dengan aset kurang kewajiban. P merupakan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague : Neraca kepemilikan adalah menjumlahkan pada beberapa waktu tertentu dari semua elemen yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kumpulan orangorang ..... Seluruh tujuan dari perjuangan usaha adalah peningkatan kekayaan, yaitu, peningkatan kepemilikan. Aset milik pemilik dan kewajiban adalah kewajiban pemilik. 129 tujuan akuntansi adalah untuk menentukan nilai bersih pemiliknya. Pendapatan dan beban piutang adalah anak rekening P, yang untuk sementara waktu memisahkan untuk tujuan menentukan laba pemilik. Pendapatan adalah peningkatan kepemilikan, beban adalah penurunan kepemilikan. Vatter menjelaskan : Teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa beban dan pendapatan piutang memiliki karakteristik aljabar sama seperti kekayaan bersih, yaitu rekening cenderung meningkatkan kekayaan bersih meningkat sebesar kredit, account cenderung menurunkan kekayaan bersih ditangani dalam urutan terbalik. Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan pendapatan serta perubahan nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead dapat meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika menyadari (dijual). Dalam kasus tersebut, argumen adalah bahwa peningkatan kekayaan bersih pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan nasional sampai waktu seperti surat kabar sebenarnya dijual kepada pihak ketiga. Masalah akuntansi adalah mengukur perubahan nilai nasional. Untuk sebagian besar, praktik akuntansi ini didasarkan pada teori berpemilik. Dividen dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena mereka adalah pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan dianggap beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik. Sebuah modal finansial daripada modal fisik pandangan adalah wajar teori kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan yang terakhir berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa 130 mempedulikan klaim kepemilikan. Pandangan eksklusif tidak melihat perbedaan antara aset pemilik dan aset entitas. Oleh karena itu, semua laba entitas didistribusikan kepada pemilik perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan. Modal merupakan kas diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan yang diinvestasikan kembali oleh berikut tegangan kembali dalam bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan keuangan modal dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional tradisional. Akuntabilitas untuk pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar karena kesenjangan antara manajemen dan pemegang saham. Untuk perusahaan kecil, pemilik menyadari status keuangan usaha sehingga gagasan akuntabilitas atau kepengurusan tidak seperti miningful. Dalam contast, kontak pemegang saham dengan urusan yang dilaporkan kepada mereka oleh manajemen. Teori entitas Teori entitas dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kekurangan pandangan eksklusif mengenai status hukum yang terpisah dari perusahaan. Teori ini dimulai dengan fakta bahwa perusahaan merupakan entitas yang terpisah dengan identitasnya sendiri. Teori melampaui asumsi entitas akuntansi tentang pemisahan urusan bisnis dan pribadi. Martin Menguraikan dua asumsi terkait terkandung dalam pengertian entitas akuntansi : • Pemisahan, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya. • Sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas. Meskipun teori entitas sangat cocok untuk pendukung akuntansi perusahaan percaya bahwa hal itu dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan dan bahkan bukan untuk organisasi nirlaba, yang menyediakan : 131 Laporan keuangan dan transaksi diklasifikasikan dan menganalisis dari sudut pandang entitas sebagai unit operasi dan, Prinsip dan prosedur Akuntansi tidak diformulasikan dalam bentuk suatu kepentingan tunggal, seperti kepemilikan. Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis : Ini adalah bisnis yang keuangan sejarah pemegang buku dan akuntan mencoba untuk merekam dan menganalisa, buku dan rekening adalah catatan bisnis; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan adalah laporan bisnis. Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi dapat kepengurusan atau akuntabilitas. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis beroperasi untuk kepentingan equityholders, mereka yang menyediakan dana untuk entitas. Entitas karena itu harus melaporkan kepada equityholders status dan konsekuensi dari investasi mereka. Dalam teori entitas, fokus dari persamaan akuntansi aktiva dan ekuitas. senilai Bersih pemilik bukanlah konsep yang bermakna, karena entitas adalah pusat perhatian. Pemilik dan kreditur dipandang hanya sebagai equityholders, penyedia dana. Persamaan akuntansi demikian. Aktiva = ekuitas Neraca menunjukkan aset entitas, yang mengacu Paton sebagai mewakili pernyataan langsung dari nilai entitas dan ekuitas, yang disebutnya sebuah ekspresi tidak langsung dari total yang sama. Aset milik perusahaan dan kewajiban kewajiban perusahaan, bukan pemilik. Telah berpendapat bahwa karena jumlah yang diinvestasikan oleh equityholders harus dicatat, tujuan ini secara logis mengarah ke penggunaan biaya historis untuk aktiva non moneter, karena total pada sisi kanan dari laporan posisi 132 keuangan harus sama dengan total kiri. Setelah menerima dana yang diberikan oleh equityholders, perusahaan menginvestasikan dana dalam aset. Untuk aset non moneter, ini adalah harga beli. Aset dan beban pada dasarnya sama di alam mereka menyediakan jasa. Ini hanyalah sebuah pertanyaan apakah jasa digunakan atau tetap untuk penggunaan masa depan. Karakteristik dasar dari pendapatan adalah bahwa hal itu menciptakan aset lebih sedangkan biaya akhirnya mengurangi aktiva: Teori Akuntansi, karena itu harus menjelaskan konsep pendapatan (penghasilan) dan biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik atau pemegang saham. Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki klaim sisa kontrak pada total aktiva, dan itu untuk alasan ini bahwa pendapatan bersih laba ditahan. Para pemegang saham mendapatkan sisanya, sisa, setelah para kreditur telah dibayar dalam hal terjadi likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi konvensional teori ekuitas. Penafsiran yang lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai modal perusahaan atau investasi sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya karena baik kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu, bunga perubahan dan dividen, serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka mengurangi jumlah ekuitas entitas memiliki dalam dirinya sendiri. Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa baik teori proprietary dan entitas yang berpengaruh dalam praktek. teori akuntansi konvensional didasarkan pada konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan pandangan badan, dengan fokus mereka pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan perdagangan saham mereka sendiri, yang menunjukkan pasar menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah. 133 Namun, konsep kepemilikan, beban bunga dianggap sebagai beban dan dividen distribusi laba. Definisi kewajiban IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah: Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya dan manfaat ekonomi. Kewajiban Kini Ayat 62 dari Kerangka menyatakan bahwa "penyelesaian" dari kewajiban kini dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan 1. pembayaran tunai 2. transfer lainnya asset 3. penyediaan jasa 4. penggantian bahwa kewajiban dengan yang lain kewajiban, 5. konversi dari kewajiban terhadap ekuitas metode ini, jika penyelesaian kewajiban, hanya yang pertama harus melibatkan dua arus keluar jika aset yang diakui oleh entitas. misalnya, hutang akan diselesaikan secara tunai (pendapatan yang dibayar di muka) diselesaikan dengan pemberian barang atau jasa. Transaksi Terakhir Persyaratan bahwa kewajiban harus hasil dari peristiwa masa lalu memastikan bahwa hanya kewajiban kini dicatat dan bukan yang akan datang. Namun, keadaan masa lalu bahkan mungkin sulit menetapkan yang ada dalam kewajiban sampai barang diterima atau 134 sampai lewat judul. Oleh karena itu, masa lalu bahkan dalam hal ini adalah penerimaan barang, bukan penempatan pesanan. pelaksana sepenuhnya memberikan kasus yang menarik untuk menafsirkan ‘past event’. Sebagai contoh, adalah kewajiban membeli kewajiban tanpa syarat? Mempertimbangkan situasi di mana pembeli setuju untuk membayar jumlah tertentu secara berkala sebagai imbalan untuk produk atau jasa, dan pembayaran ini harus dibuat terlepas dari apakah pembeli mengambil pengiriman produk atau layanan. Pembeli wajib melakukan pembayaran berkala, bahkan jika servic tersebut gagal kapal kuantitas minimum. Pada tahap ini, ada perjanjian antara dua pihak yang yang tidak dilakukan oleh keduanya. asumsi bahwa pembelian harus melakukan pembayaran terlepas dari apakah produk atau layanan recevied, kewajiban untuk pengorbanan manfaat ekonomi masa depan (dengan membayar tunai) kepada entitas lain ada dari penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, kewajiban pembelian bersyarat merupakan sebuah kewajiban, yang muncul dari masa lalu bahkan penandatanganan kontrak. kewajiban ada meskipun tidak dilakukan Pengakuan Kewajiban Sekali definisi kewajiban terpenuhi, akuntan harus menentukan aturan apakah itu harus diakui. Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan untuk pengakuan aset. Mereka termasuk : o ketergantungan pada hukum o penentuan substansi ekonomi acara o kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban o penggunaan prinsip konservatisme 135 Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Kerangka IASB Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen harus diakui jika: 1. Hal ini kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang akan mengalir ke atau dari entitas 2. Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui di neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal. Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah 'bebas dari kesalahan material dan bias'; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga 'setia merupakan' apa yang dimaksudkan untuk mewakili (paragraf 31) menyatakan kerangka kerja ini secara khusus bahwa kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal. Salah satu contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan yang akan dibayar tidak dapat diestimasi dengan andal maka item tidak dapat diakui sebagai kewajiban. Contoh tindakan hukum menggambarkan perdagangan dibuat antara relevansi dan keandalan. Sebuah keluar kemungkinan masa depan manfaat ekonomi yang terkait dengan gugatan adalah informasi yang relevan, tetapi untuk mengenali jumlah yang salah dapat menyesatkan pengguna informasi keuangan. 136 Beberapa orang mengambil pandangan bahwa pengukuran yang dapat diandalkan berarti pengukuran diverifikasi, yaitu pengukuran kewajiban dapat dihubungkan dengan bukti obyektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Namun, dalam banyak kasus akuntan harus menggunakan pertimbangan untuk membuat perkiraan terbaik kewajiban mereka. Misalnya kewajiban untuk klaim garansi. akuntan ini menggunakan data masa lalu yang relevan (seperti tingkat penjualan) untuk memperkirakan kewajiban. Jika memperkirakan cukup handal (yang hanya akan diketahui di masa depan) kemudian informasi tersebut juga akan relevan bagi pengguna informasi keuangan. Buktinya adalah pandangan yang berbeda tentang bagaimana mendefinisikan dan kapan harus mengakui kewajiban yang muncul sebagai bagian dari IASB / proyek s FASB 'pada kerangka konseptual. Penyisihan dan Kontinjensi Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada batas kabur antara kewajiban sekarang dan masa depan. PSAK 37 Penyediaan, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan ini tergantung tingkat besar pada sifat ' bahkan masa lalu ' tersebut IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai : a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas b) kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena: 137 Tidak kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup. Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan kriteria kerangka untuk pengakuan kewajiban. Dengan demikian. Kewajiban dan ketentuan diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal. Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS 37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui dalam laporan keuangan. PSAK 37 IS saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari proyek kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan 'kewajiban kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non-finansial'. Proposal bertujuan untuk memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37; tanggapan mived namun, seperti biasa, proposal telah diterima dari pihak. Efek dari IAS 27 adalah untuk membatasi penggunaan jika ketentuan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat ketentuan untuk tidak diasuransikan kehilangan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan kerugian' atau sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut kinerja yang buruk. Karena tidak ada kewajiban keluar kepada pihak eksternal (misalnya 138 komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat dihindari) seperti ketentuan tidak akan diizinkan dalam kerangka atau standar saat ini. Kewajiban pengukuran Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban adalah biaya historis (atau diubah biaya historis). Nilai wajar,, pengukuran digunakan pada pengukuran awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS 17 sewa, IAS 39 pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2 setoran saham berbasis IFRS 3 penggabungan usaha. Apa yang kita maksud dengan nilai wajar? Konsep ini didefinisikan dalam standar seperti IAS 17 (ayat 4) menjadi : Jumlah aset yang bisa tukar atau kewajiban diselesaikan antara luas, pihak bersedia panjang. Dengan demikian, kewajiban yang timbul dalam sewa pembiayaan diakui pada awal berdasarkan nilai wajar sewa (yang menurut definisi di atas bisa menjadi harga pasar untuk aset sewaan) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah ( IAS 17, ayat 20) di tahun-tahun berikutnya, jumlah kewajiban pengukuran berdasarkan 'biaya diamortisasi' metode itu, yaitu, 'biaya' dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah) disesuaikan secara tahunan untuk mencerminkan estimasi nilai saat ini. Saldo kewajiban berdasarkan metode tingkat bunga efektif amortisasi (ayat 25). Dalam hal sewa pembiayaan, standar yang memberikan panduan yang jelas untuk menentukan nilai kewajiban sewa guna usaha. Namun, dalam kasus lain, pengukuran nilai wajar kewajiban hadir beberapa tantangan. Sebagai contoh, 139 bagaimana kita memperkirakan nilai wajar suatu kewajiban yang tidak ada nilai pasar. Banyak kewajiban diselesaikan, tidak dijual. Kita bisa melihat bahwa biaya historis (yang agak dimodifikasi biaya historis, dalam hal ini diamortisasi biaya) adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran selanjutnya kewajiban. Dua contoh di mana pengukuran nilai wajar diperlukan setelah akuisisi adalah kewajiban pasca kerja seperti pensiun (pensiun) di bawah 119 IAS Manfaat karyawan 19/AASB dan ketentuan jangka panjang dengan ketentuan 37/AASB IAS 137. Kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi. Perhatikan bahwa dalam kedua kasus kewajiban jangka panjang dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh nilai waktu banyak. Dalam hal nilai sekarang, semakin lama jangka waktu sampai dengan penyelesaian kewajiban, semakin rendah nilainya. Hal ini karena suatu entitas manfaat dari kemampuan untuk mendapatkan bunga pada dana yang belum digunakan saat ini untuk menyelesaikan kewajiban. Bagian berikutnya membahas pengukuran kewajiban yang terkait dengan pensiun (pensiun) dan ketentuan dan kontinjensi. RENCANA IMBALAN KERJA PENSIUN Di banyak negara pensiun (atau dana) rencana ditetapkan oleh atasan untuk memberikan manfaat pensiun untuk karyawan. Pengusaha melakukan pembayaran kepada dana pensiun yang memiliki aktiva, kepercayaan, untuk mendanai pembayaran ketika karyawan pensiun. Dana pensiun adalah suatu badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja. Dana pensiun mungkin iuran (baik atasan dan pekerja berkontribusi untuk mendanai) atau non-iuran (dimana hanya atasan membuat kontribusi). Untuk dana imbalan pasti, jumlah yang akan dibayarkan kepada karyawan setidaknya sebagian fungsi dari gaji karyawan 140 akhir atau rata-rata, sebaliknya, suatu iuran pasti (atau akumulasi manfaat) dana membayar jumlah yang adalah fungsi dari kontribusi dibuat untuk dana tersebut. Tabel pengukuran 1. Kewajiban dalam laporan keuangan konsolidasi IFRS. Biasanya Diizinkan pengukuran oleh IFRS dasar dan diadopsi Dalam praktek Nilai Wajar Opsi Pinjaman jangka panjang Amortisasi biaya Tidak Sewa pembiayaan Amortisasi biaya Tidak Kewajiban Tidak Lancar Kewajiban imbalan pasca kerja Nilai kini pembayaran diharapkan Tidak imbalan dikurangi nilai wajar aktiva program Pajak tangguhan Diharapkan pembayaran Tidak Ketentuan jangka panjang Nilai kini pembayaran diharapkan Tidak Hutang usaha Amortisasi biaya Tidak Derivatif Nilai wajar - Pinjaman jangka pendek Amortisasi biaya Tidak dari Amortisasi biaya Tidak Kewajiban lancar Bagian jangka pendek hutang jangka panjang Kewajiban keuangan lainnya Amortisasi biaya Ya Hutang pajak kini Diharapkan pembayaran Tidak Jangka pendek ketentuan Diharapkan pembayaran Tidak Dana pensiun dapat seluruhnya dibiayai, sebagian didanai atau tidak didanai. Sepenuhnya didanai rencana memiliki kas yang cukup atau investasi untuk memenuhi kewajiban dana untuk anggota. Sebaliknya, rencana didanai tidak memiliki uang tunai atau investasi untuk menutupi potensi pembayaran di bawah rencana. Sejauh yang jumlah yang diselenggarakan di percaya dan yang dibayarkan ke dana pensiun tidak cukup untuk 141 memenuhi kewajiban berdasarkan program saat mereka jatuh tempo, dana pensiun adalah kekurangan dana. Karena dana pensiun adalah badan hukum yang terpisah, mungkin akan dianggap bahwa komitmen tidak didanai, rencana bukan merupakan kewajiban dari sebuah perusahaan atasan yang membayar ke dana pensiun. Namun, bisa dikatakan bahwa perusahaan memiliki kewajiban yang adil untuk memenuhi komitmen tidak didanai dan karenanya, memiliki kewajiban. Untuk mendukung argumen ini, Whittred, Zimmer dan Taylor menawarkan contoh sebuah perusahaan yang memungkinkan superannuation disponsori default dana dan menderita kehilangan reputasi dalam Tenaga Kerja dan pasar lain sebagai konsekuensinya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat ekonomi. Meskipun beberapa perusahaan tradisional belum mengakui komitmen didanai sebagai kewajiban, dalam kerangka dan IAS 37/AASB 137 sulit untuk berpendapat bahwa mereka bukan merupakan kewajiban. Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban untuk pensiun (tabungan hari tua) pembayaran. Apakah : Sebagai jasa karyawan yang membuat? gagasan adalah bahwa pembayaran adalah bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat pemberian jasa. Namun, dibayarkan di masa depan, setelah pensiun. Ketika karyawan pensiun? Bila dana yang dibutuhkan untuk membuat pembayaran berdasarkan program pensiun? Dana pensiun dapat dianggap sebagai janji oleh entitas untuk memberikan pensiun kepada karyawan sebagai imbalan jasa masa lalu dan saat ini. manfaat pensiun adalah bentuk kompensasi ditangguhkan ditawarkan oleh perusahaan dalam pertukaran untuk pelayanan oleh karyawan yang telah memilih, baik implisit maupun eksplisit, untuk menerima 142 kompensasi yang lebih rendah saat di kembali untuk pembayaran pensiun di masa depan. Ini manfaat pensiun yang diterima oleh karyawan, dan biaya mereka mencatat selama bertahun-tahun jasa diberikan. Acara lalu kritis adalah jasa oleh karyawan dan, oleh karena itu, kewajiban muncul bagi mereka manfaat pensiun yang belum didanai. Studi kasus 8.2 menganggap masalah yang berhubungan dengan akuntansi pensiun (pensiun) di kerajaan bersatu dan Australia dengan fokus pada pensiun (pensiun) kewajiban dari sejumlah perusahaan yang terdaftar besar. Ketentuan dan kontinjensi Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada kabur batas antara kewajiban sekarang dan masa depan. IAS 37/AASB 137 Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan tergantung derajat besar pada sifat dari 'peristiwa masa lalu' IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai: a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya akan dikonfirmasi hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas, atau kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena : o Hal ini tidak mungkin tersebut mengakibatkan arus keluar atau sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut; atau o Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup. 143 Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan kriteria Kerangka pengakuan kewajiban. Dengan demikian, kewajiban dan ketentuan diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal. Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS 37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui dalam laporan keuangan. PSAK 37 saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari proyek Kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan 'kewajiban kontinjensi' menggantinya dengan 'non-keuangan. Proposal bertujuan untuk memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37, namun, seperti biasa, proposal telah menerima tanggapan beragam dari stakeholder. Pengaruh IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan ketentuan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat penyisihan kerugian yang tidak diasuransikan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan kerugian' atau sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut kinerja yang buruk. Karena tidak ada kewajiban yang ada kepada pihak eksternal (misalnya komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat dihindari) ketentuan tersebut tidak akan diizinkan dalam Kerangka atau standar saat ini. Tentu saja, ada keadaan ketika pengguna informasi keuangan ingin tahu tentang potensi kerugian atau pengeluaran. PSAK 37 menyatakan bahwa dalam beberapa keadaan catatan ke rekening diperlukan karena pengetahuan tentang kewajiban yang relevan bagi 144 pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang langka. Artinya, penyelesaian masa depan mungkin diperlukan, tetapi diperkirakan kemungkinan tidak cukup tinggi untuk menjamin pengakuan formal. Tes probabilitas subyektif memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengecualikan kewajiban dari laporan keuangan mereka. Namun, kewajiban tetap harus diungkapkan ketika pengetahuan dari mereka cenderung mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna. Teori dalam aksi 8.3 memberikan contoh dari catatan kewajiban kontinjensi dari Public Transport Authority of Western Australia (badan sektor publik). Ini adalah latihan yang berguna untuk mempertimbangkan tingkat pengungkapan termasuk dalam catatan dan alasan yang telah disediakan. Pemilik ekuitas ekuitas Pemilik 'adalah ketiga dari konsep-konsep dasar akuntansi ditangkap dalam persamaan akuntansi. Ini merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari entitas (P = AL). demikian, pemilik ekuitas (atau usaha) menangkap pemilik 'klaim terhadap aktiva bersih entitas, entitas yang tidak memiliki kewajiban lancar membayar. Ini mewakili kepentingan pemilik 'atau modal dalam perusahaan. ekuitas Pemilik '(bunga sisa) adalah sebuah klaim atau kanan ke aktiva bersih entitas. Kerangka mendefinisikan ekuitas dalam ayat 49 (C) sebagai berikut: Ekuitas 'adalah kepentingan sisa dalam aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajibannya. Oleh karena itu, ekuitas pemilik 'tidak kewajiban untuk pengalihan aset, namun klaim sisa. Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan secara terpisah dari aktiva dan kewajiban. Dengan demikian, definisi aset dan kewajiban yang harus disepakati sebelum definisi ekuitas dapat diselesaikan dan diterapkan dalam arti teoritis atau praktis suara. Sebagai hasil dari sifat residu, jumlah yang ditampilkan dalam neraca sebagai 145 mewakili ekuitas tergantung pada tidak hanya aset dan kewajiban yang diakui tetapi juga bagaimana mereka diukur. Sebagai contoh, asumsikan sebuah Perusahaan A melakukan revaluasi atas aktiva sesuai IAS 16/AASB 116 Aktiva Tetap tetapi Perusahaan B, yang memegang aset identik, tidak. Perusahaan A akan melaporkan aset yang lebih tinggi dan ekuitas dari Kantor B. Pertanyaan mendasar yang harus ditangani dalam mencapai jumlah ekuitas adalah apakah item merupakan kewajiban atau ekuitas entitas. Ada dua fitur penting yang dapat membantu kita untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik. Mereka adalah: • Hak para pihak • Substansi ekonomi pengaturan Hak hukum adalah pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh menjadi dasar satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Setelah semua, definisi kewajiban termasuk kewajiban konstruktif dan adil serta kewajiban hukum. Alasan lain adalah bahwa sudut pandang hukum terlalu sempit fokus yang akan berguna dalam mencapai tujuan keputusan kegunaan akuntansi. Oleh karena itu, substansi ekonomi juga harus dipelajari. Hak para pihak satu fitur dari hak yang diberikan kepada para pihak baik oleh hukum atau oleh kebijakan perusahaan berkaitan dengan prioritas hak untuk (kembali) dibayar dalam hal badan tersebut ditutup. Secara hukum, untuk kepemilikan tunggal atau kemitraan, kreditur mempunyai klaim pada pemilik (s) dan, untuk korporasi, tuntutan terhadap perusahaan. Namun, dalam teori akuntansi, tidak peduli apa bentuk hukum organisasi, entitas diakui sebagai unit akuntabilitas. Oleh karena itu, kreditur mempunyai klaim atas entitas dan dengan demikian terhadap aset. 146 Kreditor memiliki hak-hak berikut: • Penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau jasa) • Prioritas dari pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam likuidasi Perhatikan bahwa klaim kreditur terbatas pada jumlah tertentu (yang mungkin berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan persyaratan perjanjian). Sebaliknya, pemilik memiliki kepentingan sisa saja, walaupun dengan pengaturan kontrak kelas yang berbeda dari pemilik mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam pengembalian modal. Aspek lain dari hak kreditur dan pemilik berkaitan dengan penggunaan aset atau ke operasi bisnis. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan aset dari perusahaan lain selain yang dirinci dalam kontrak. Kecuali secara tidak langsung dalam beberapa kasus, mereka tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan dalam operasi bisnis. Dalam cara yang terbatas, dengan kontrak, mereka mungkin mengganggu operasi dengan mensyaratkan bahwa saldo laba dibatasi, atau bahwa aset diberikan tidak akan dijual tanpa persetujuan mereka. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau wewenang untuk menjalankan usahanya. Substansi Ekonomi Baik kewajiban dan ekuitas pemilik 'mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu terhadap entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya kreditur, risiko mereka lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap perusahaan, tingkat risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan demikian, perbedaan utama antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor memiliki hak untuk pemukiman, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini mencerminkan risiko ekonomi dan fitur 147 pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung risiko kurang dan mendapatkan imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok), sedangkan pemilik menanggung risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan variabel (dan sering lebih tinggi) tingkat pengembalian melalui partisipasi mereka dalam keuntungan. Memberikan representasi diagram hubungan antara substansi ekonomi dan hak. Konsep modal Akuntansi ekuitas dipengaruhi oleh resep hukum. Sebagai contoh, di Inggris Raya dan hukum perusahaan Australia termasuk undang-undang yang berkaitan dengan akuntansi untuk modal. Terpenting adalah kebutuhan 'pemeliharaan modal', yang menuntut bahwa perusahaan mempertahankan utuh awal mereka (dan berikutnya) basis modal. Kerangka mengakui bahwa baik atau tidak perusahaan mempertahankan modal yang utuh merupakan fungsi tidak hanya dari definisi ekuitas sebagai suatu kepentingan sisa dalam suatu entitas, tetapi juga konsep modal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai uang ditemukan atau ditemukan daya beli (modal keuangan) atau sebagai kapasitas produktif dari entitas (modal fisik). Selanjutnya, modal dapat diukur di kedua satu dolar nominal atau daya beli ('nyata') skala. Berbagai kombinasi dari konsep modal dan skala pengukuran yang digunakan dalam model yang berbeda yang menghasilkan ukuran yang berbeda dari modal dalam keadaan yang identik. Kerangka tidak memberikan panduan tentang model mana yang paling sesuai, tetapi tidak mengakui dalam paragraf 108 dan 109 bahwa perusahaan akan membutuhkan jumlah yang berbeda untuk mempertahankan sumber daya untuk mempertahankan konsep yang berbeda dan ukuran modal. Tujuan lain persyaratan perawatan modal adalah untuk melindungi kreditur dengan memberikan sebuah 'bantal' atau 'buffer'. Misalnya, suatu entitas memiliki tidak lebih dari ibukota Leal sebesar $ 10.000. jika jumlah aktiva adalah $ 100.000, ini berarti bahwa jumlah kewajiban kepada $ 90,000. ini adalah: 148 A=L+P $ 100.000 = $ 90.000 + $ 10.000 Jika entitas itu harus dilikuidasi dan nilai tercatat aktiva menyadari hanya $ 80.000, ada akan cukup untuk membayar kreditur. Hal ini dimungkinkan karena adanya modal sebesar $ 10.000. tanpa itu, kreditur tidak akan. Dibayar lunas. Modal bukan jaminan untuk perlindungan kreditur, tetapi tidak menawarkan keamanan beberapa. Pentingnya cadangan modal disorot dalam krisis perbankan dan likuiditas 2007-2008. Klasifikasi Modal Perbedaan antara kontribusi dan memperoleh modal adalah salah satu yang akuntan menemukan berguna. Alasannya adalah untuk menjaga memisahkan nilai investasi dari jumlah yang diinvestasikan kembali. Yang pertama adalah karena transaksi pembiayaan, sedangkan surat ini berasal dari aktivitas laba-diarahkan. Saldo laba, atau laba dicadangkan, membentuk modal diperoleh. Saldo laba dapat disesuaikan untuk tujuan tertentu. Ingat bahwa saldo aktiva produktif tidak dalam diri mereka sendiri dan oleh karena itu alokasi dana cadangan ke rekening cadangan khusus tidak merupakan aktiva tertentu. Pada tahun 1950, sebuah komite khusus dari American Association Akuntansi menjelaskan bahwa alokasi berasal dari tiga jenis: Mereka yang dirancang untuk menjelaskan kebijakan manajerial tentang reinvestasi keuntungan Mereka yang dimaksudkan untuk membatasi dividen sebagaimana disyaratkan oleh hukum atau kontrak Mereka yang memberikan kerugian diantisipasi. Komite ini menyatakan sebagai berikut : 149 Jenis pertama tidak efektif mencapai tujuan dan akan menjadi yang terbaik dijelaskan dalam bentuk narasi di tempat lain. Untuk tipe kedua, panitia diyakini catatan ke rekening akan lebih baik pada suatu pengalokasian Untuk tipe ketiga, komite merasa apropriasi adalah tidak perlu dan sering menyesatkan catatan akan lebih cocok. Komite ini menekankan bahwa alokasi tidak boleh mempengaruhi penentuan keuntungan. Ada sedikit yang bisa dicapai dengan alokasi. Beberapa perusahaan dituduh menggunakan alokasi sebagai cara untuk mengurangi jumlah yang tersedia untuk dividen, berharap demikian untuk mengurangi keluhan oleh pemegang saham tentang tingkat dividen yang dibayarkan. argumen tersebut mengasumsikan bahwa manajer percaya pemegang saham naif. Demarkasi antara kontribusi dan memperoleh modal tidak dapat dijaga ketat karena transaksi yang tidak jatuh rapi ke dalam kategori ini. Sebagai contoh, saham dividen (dividen yaitu yang 'Disetor' dalam bentuk alokasi saham) merupakan perubahan dalam klasifikasi dari yang diperoleh menjadi modal memberikan kontribusi. Perbedaan Hutang dengan ekuitas Berdasarkan kriteria definisi dan pengakuan dibahas dalam bab ini, kita dapat setuju bahwa saham yang dikeluarkan untuk membentuk bagian investor dari ekuitas dan pinjaman dari kreditur merupakan kewajiban. Namun, pertanyaan diajukan tentang instrumen hibrida yang memiliki karakteristik dari kedua hutang dan ekuitas. Sebagai contoh, saham preferensi secara tradisional dianggap sebagai modal dan, karena itu, sebagai bagian dari ekuitas pemilik ', tetapi mereka memiliki karakteristik yang juga menyelaraskan mereka dengan kewajiban, seperti berikut: 150 - Mereka adalah tetap klaim - Mereka mungkin tidak berpartisipasi dalam dividen lain dari pada tingkat pra-tertentu (mirip dengan bunga) - Mereka memiliki prioritas atas saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya kewajiban) - Mereka umumnya melakukan tidak memiliki hak suara Meskipun mereka adalah saham disebut, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang memenuhi definisi kewajiban, dan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban. Klasifikasi instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas memiliki efek luar neraca sejak klasifikasi menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan yang berhubungan dengan instrumen yang diakui sebagai pendapatan atau beban dalam menghitung laba bersih, atau apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi dari keuntungan dihitung. Distribusi bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait dengan instrumen keuangan atau komponen dari instrumen keuangan yang kewajiban diakui sebagai pendapatan atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas diperlakukan sebagai pembagian keuntungan setelah mereka telah dihitung. Tujuan membedakan antara pemilik modal dan kewajiban adalah untuk meningkatkan manfaat informasi bagi pengambilan keputusan. pertanyaan menarik yang diajukan tentang bagaimana investor melihat efek hibrida yang disebut, yang menggabungkan kedua fitur hutang dan ekuitas seperti catatan konversi, saham preferensi ditebus dan hutang subordinasi. IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara instrumen ekuitas dan non-ekuitas. Titik awalnya adalah gagasan bahwa semua instrumen abadi adalah modal. Selain itu, instrumen dipertukarkan sesuai dengan pilihan penerbit akan ekuitas. Sebaliknya, kewajiban adalah wajib diuangkan pada tanggal tertentu atau tanggal atau pasti terjadi. 151 Penyelesaian utang Utang mungkin diselesaikan dengan cara lain selain dengan pembayaran langsung atau jasa kepada kreditur. Situasi itu berhubungan dengan disebut sebagai 'off-set dan pelunasan utang' atau 'di-substansi peniadaan'. Hal ini memungkinkan debitur untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau kewajiban hanya jika entitas memiliki hak t kekuatan hukum tetap saat berangkat jumlah yang diakui, dan bermaksud baik untuk (a) menyelesaikan secara bersih atau (b) merealisasikan aktiva dan menyelesaikan kewajiban secara bersamaan. Misalnya Perusahaan A memiliki hutang obligasi dari $ 10.000.000 dijual awalnya setara dengan tingkat bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun sisa hidup. Saat ini, karena suku bunga yang lebih tinggi, nilai pasar obligasi lebih rendah dari nilai jatuh tempo mereka. Sebuah perusahaan akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai nominal sebesar $ 10.000.000 suku bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun sisa hidup, untuk $ 7.500.000. Ini akan ditempatkan dalam sebuah kepercayaan tidak dapat dibatalkan untuk tujuan melunasi obligasi perusahaan hutang. Investasi dalam Obligasi Pemerintah Kas $ 7.500.000 Hutang Obligasi Investasi dalam Surat Utang Keuntungan Hutang Obligasi $ 10.000.000 $ 7.500.000 $ 7.500.000 $ 2.500.000 Keuntungan bagi perusahaan adalah : - Hutang dihapus dan, oleh karena itu, utang perusahaan terhadap ekuitas meningkatkan Laba tahun berjalan meningkat dengan jumlah keuntungan yang Untuk keperluan pajak, keuntungan tersebut tidak diakui karena perusahaan masih secara hukum diwajibkan untuk membayar obligasi. 152 - Untuk tujuan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan diperhitungkan dengan beban bunga obligasi perusahaan - Pencabutan izin perusahaan untuk mengelola sisi kewajiban dalam neraca karena akan surat berharga pada sisi aktiva Definisi kerangka kewajiban menyiratkan bahwa itu diselesaikan pada saat aktiva atau jasa telah dialihkan ke entitas lain. Karyawan saham (pembayaran saham-based) IASB telah memutuskan untuk mengobati remunerasi saham berdasarkan sebagai beban. IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham berbasis membedakan antara pembayaran saham berbasis yang cash-diselesaikan dan mereka yang ekuitas-diselesaikan. Ketika barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham, entitas mencatat kejadian ketika mendapatkan barang barang atau jasa tersebut diterima. Jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan sahamsaham berbasis, sisi kredit masuk adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai, kredit entri yang sesuai adalah kewajiban. 153 MATERI IX KONSEP PENDAPATAN DAN BEBAN Kompetensi Dasar a. Mampu menjelaskan tentang konsep pendapatan,pengukuran dan pengakuan pendapatan b. Mampu menjelaskan tentang konsep biaya c. Mampu menjelaskan konsep prinsip matching PENDAPATAN (REVENUE) Sifat Pendapatan Definisi pendapatan yang lebih tradisional adalah bahwa pendapatan merupakan arus masuk aktiva atau aktiva bersih ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau jasa. Inilah pendekatan FASB Statement of Financial Accounting Concept No.3 (SFAC 3). Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus, yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu. Apakah yang seharusnya termasuk dalam pendapatan Dalam Statement No.4. APB menyajikan pandangan yang komprehensif mengenai pendapatan. Selain penjualan dan jasa, dalam pendapatan dimaksudkan penjualan sumbersumber daya selan produk perusahaan, seperti pabrik, peralatan dan investasi. Di dalam FASB SFAC No.3, dijelaskan definisi pendapatan yang lebih sempit sebagai produk atau jasa perusahaan sebagai berikut: “pendapatan terjadi (dari) operasi utama atau operasi pusat perusahaan yang bersinambung selama satu periode”. Jadi dalam definisi ini, pendapatan tidak mencakup keuntungan. Paton dan Littleton mengutarakan juga pandangan ini dengan mengakui arus penyelesaian sebagai sumber utama pendapatan. 154 Pengukuran pendapatan Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan. Nilai tukar ini menunjukkan ekivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan. Saat pelaporan pendapatan Suatu alternative pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian kegiatan utama ekonomik adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian kritis. Pencatatan pendapatan di dalam laporan akuntansi harus berdasarkan krtiteria berikut: (1) nilai ekonomik harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya, (2) jumlah pendapatan harus dapat diukur, (3) pengukuran harus dapat dibutuhkan dan secara relative bebas dari bias, (4) beban yang berkaitan harus dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan yang layak. Pada umumnya, laporan akuntansi akan lebih baik jika pendapatan dilaporkan sedini mungkin sesudah pertambahan nilai dapat diukur. Akan tetapi pengukuran pendapatan dengan menggunakan probabilitas akan lebih baik daripada hanya melaporkan jumlah pendatan berniali tunggal yang menggambarkan ekivalen kepastian. 155 Saat Pelaporan Ktriteria Contoh Selama produksi Penetapan harga perusahaan berdasarkan Akrual: kontrak jangka Pada saat penyelesaian kontrak atau persyaratan usaha yang panjang, pertumbuhan produksi umum ataupun harga pasar yang ada (accreation) Pada saat penjualan pada berbagai tingkat produksi. Logam muli; produk Pada saat penagihan kas Adanya harga jual yang dapat ditentukan pertanian; jasa atau harga pasar yang stabil. Biaya Sebagian besar penjualan pemasaran tidak besar. barang dagangan. Harga yang ditetapkan untuk produk itu. Penjualan angsuran; Metode yang layak untuk menaksir pertukaran aktiva tetap tanpa jumlah yang dapat ditagih. Penaksiran nilai yang ditetapkan secara semua beban material yang berkaitan. teruji. Tidak mungkin menilai aktiva yang diterima dengan tingkat ketepatan yang wajar. Beban tambahan material, mungkin masih ada, dan beban ini tidak dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan yang wajar pada saat penjualan BEBAN (EXPENSES) Seperti istilah pendapatan, istilah beban juga merupakan konsep arus, yang menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan dalam sumber daya perusahaan. Tetapi tidak semua perusahaan yang tidak menguntungkan itu termasuk beban. Definisinya yang lebih tepat, beban adalah penggunaan atau pemakaian barang dan jasa di dalam proses mendapatkan pendapatan. Aspek yang tidak menguntungkan dari kegiatan menghasilkan pendapataan cenderung mengurangi kekayaan pemegang saha di dalam perusahaan. Beban sering didefinisikan dalam konteks ini. Biaya sering didefinisikan dalam arti biaya yang habis terpakai atau 156 alokasi biaya. Definisi ini tidak mencerminkan observasi dunia nyata. Penilaian beban tidak sama dengan pendefinisian beban. Apakah yang seharusnya termasuk di dalam beban? Perhimpunan Akuntansi Amerika (AAA) pada tahu 1948 mendefinisikan bahwa beban terdiri dari biaya operasi dan kerugian. Dengan kata lain, FASB SFAC No.3 dengan jelas membedakan antara beban dan kerugian. Hanya beban berkaitan dengan operasi utama dan operasi perusahaan berkaitan dengan atau incidental bagi kegiatan perusahaan. Perbedaan ini akan diteuskan di dalam penambahan berikut untuk mempertahankan kejelasan penambahan Bagaimanakah beban seharusnya diukur? Menurut mereka yang mendefinisikan beban sebagai penurunan dalam aktiva bersih perusahaan, suatu alat ukur yang logis adalah nilai barang dan jasa pada waktu digunakan dalam operasi perusahaan. Pengukuran biaya yang paling umum adalah: (1) biaya historis, (2) nilai berjalan, seperti biaya pengganti, dan (3) biaya oportunitas atau ekivalen kas pada saat berjalan. Saat pengakuan beban Menurut difinisi, beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau dilakukan dengan mencatat kegiatan di dalam perkiraan atau memasukkannya di dalam laporan keuangan. Pelaporan beban dapat terjadi bersamaan dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa; atau boleh dilakukan sesudah kegiatan itu; atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh mendahului kegiatan itu. 157 Definisi laba sebagai perubahan dalam nilai umumnya menyarankan bahwa beban harus dilaporkan kapan saja terjadi penurunan nilai atau jika tidak terdapat manfaat atau nilai nyata yang akan diterima pada masa yang akan datang dari penggunaan barang atau jasa. Konsep laba yang menekankan arus kas menyimpulkan beban bahwa beban harus dilaporkan sedekat mungkin dengan saat pengeluaran kas yang sebenarnya. Akuntansi akrual yang tradisional yang agaknya berada diantara kedua ekstrem ini, tetapi bersandar pada konsep nilai yang menyarankan bahwa harga masukan (biaya) harus ditahan sampai pertambahan nilai dilaporkan dengan penggantinya, yaitu harga keluar (penjualan). Artinya, beban harus diakui pada periode dimana pendapatan yang berkaitan diakui. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN Keuntungan dan kerugian merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Definisi keuntungan dan kerugian yang disajikan dalam FASB SFAC No.3 konsisten dengan definisi di atas. Keuntungan Pemberian kepada perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai modal atau laba, tergantung pada maksud pemberian dan keadaan yang melatarbelakangi pemberian tersebut. Pemberian harus diukur seperti pendapatan – yaitu menurut nilai berjalan dari aktiva yang diterima. Sebagian besar keuntungan lainnya berasal dari pertukaran, sehingga diperlukan penandingan di antara aspek-aspek yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. Saat pengakuan keuntungan sama dengan pengakuan pendapat, kecuali bahwa umumnya para akuntan berpegang lebih erat pada konsep realisasi. Artinya, keuntungan umumnya tidak diakui sampai pertukaran atau penjualan terjadi. 158 Kerugian Istilah kerugian yang digunakan oleh akuntan untuk memaksudkan kelebihan beban atas pendapatan suatu periode – yaitu kebalikan laba bersih. Tetapi istilah kerugian digunakan di sini sebagai kebalikan dari keuntungan yang berkaitan dengan hasil bersih peristiwa yang tidak menguntungkan yang tidak timbul dari kegiatan normal yang menghasilkan pendapatan. Pengukuran kerugian serupa dengan pengukuran beban kecuali bahwa hasilnya langsung diofset untuk mencerminkan jumlah bersih. Sebagimana halnya dengan beban, kelihatnnya lebih disukai untuk merumuskan kerugian sebagai habisnya nilai dan bukannya sebagai alokasi biaya. Sebagaimana halnya dengan beban, harga perolehan merupakan pengukuran yang dapat diverifikasi dan nilai tukar aktiva pada saat diperoleh. Criteria pengakuan kerugian sama dengan criteria pengakuan beban periode. Kerugian tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan, sehingga harus diakui pada periode dimana kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat yang lebih sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat. 159 MATERI X KONSEP LABA Kompetensi Dasar Mampu menjelaskan tentang konsep laba, karakteristik pengakuan, pengukuran, penilaian, dan penyajian KONSEP LABA DALAM PELAPORAN KEUANGAN Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi (Belkaoui,1993) Dalam SFAC no. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional adalah nilai maksimum yang dapat dibagi atau di konsumsi selama satu periode akuntansi dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal periode. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang comprehensive income merupakan konsep paling luas (Muqodim, 2005:110). 160 Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak (Muqodim, 2005:131). Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332) mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor. Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai (Suwardjono, 2005: 456) : a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital). b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen. c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak. d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara. e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public. f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang. g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus. h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. i. Dasar pembagian dividen. Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa 161 keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah: a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi. b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti. c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme. d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen. TUJUAN PELAPORAN LABA Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Dengan konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep laba yang digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat memenuhi semua kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua alternative yang dapat digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus. Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan untuk memnuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk meyajikan informasi 162 yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan: 1. Sebagai indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital) 2. Sebagai pengukur prestasi manajemen 3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak 4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara 5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus 6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan 7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran 8. Sebagai dasar pembagian deviden KUALITAS INFORMASI LABA M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam kaitannya dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi arus kas dan laba di masa yang akan datang. Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi: 163 a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural) Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba (income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan Aktiva. b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif) Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi. c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku) Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan. Konsep income ini paling tidak harus memberikan implikasi income sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen. PENGUKURAN & PENGAKUAN LABA Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada 164 besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep penghimpunan an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian perlakuan akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi terhadap pendapatan. Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba diakui sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa: penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap 92) Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba. Pendekatan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan mempertahankan capital/kemakmuran (capital maintenence) A. Pendekatan Transaksi Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya karena transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan. Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama akan diubah menjadi aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi pendapatan. Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu : 165 1. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas dasar, produk /konsumen. 2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi. 3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada pada akhir periode. 4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan. 5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang lainnya. B. Pendekatan Kegiatan Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran. Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang mengukur transaksi dengan pihak luar. Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/ kegiatan dalam arti luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar. Meskipun demikian keduanya gagal menunjukan pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan dua pendekatan tersebut di dasarkan pada hubungan struktural yang sama yang tidak ada dalam dunia nyata. Kebaikan pendekatan kegiatan adalah : 1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenios evaluasi dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat berharga yang ditukar pada usaha memperoleh capital gain. 166 2. Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen. 3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari jenis kegiatan yang berbeda. C. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept) Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep laba dan kapital. Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) artian luas dan dalam berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefinisikan laba sebagai berikut : Laba (income) adalah perubahan dalam kapital perusahaan diantara dua titik waktu yang berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada skala pengukuran tertentu (p. 194) Sementara Hendrikson (1989) mengartikan kapital laba sebagai berikut : Laba adalah aliran jasa sepanjangperiode waktu. Kapital adalah persediaan kemakmuran (the embodiment of future services), dan laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat dinikmati selama satu periode tertentu (p. 142) Dari pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di konsumsikan (dinikmati) selama satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya. Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir 167 periode dengan tingkat kemakmuran pada awal periode [ Laba = total aktiva neto (akhir periode)- kapital yang diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut dengan konsep mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance concept). Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto (net-worth) atau aktiva neto. Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu. pengukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital, dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang diperoleh. LABA (INCOME) Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital paa awal perioda. Dalam teori akuntansi sendiri, laba diartikan sebagai laba komprehensif yaitu kenaikan asset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Apabila dilihat menggunakan PABU, laba adalah selisih pendapatan dan biaya yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima umum (PABU). Tujuan Pelaporan Laba Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran, laba akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai: pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan pajak, sarana alokasi sumber ekonomik, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak utang-piutang, basis kompensasi, motivator, dasar pembagian dividen. 168 Konsep Laba Konvensional Laba akuntansi menurut konsep konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: tidak bermakna semantik, berfokus pemegang saham, PABU memberi peluang perbedaan antarentitas, berbasis kos histories, dan hanya sebagian masukan informasi bagi investor. Konsep Laba Dalam TataranSemantik konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pengukur Kinerja Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur keefisienan bila dihubungkan dengan tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat mempresantikan kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi. Konfirmasi Harapan Investor Informasi yang tersedia dalam pelaporan keuangan akan mempresentasikan informasi privat mengenai perusahaan atau laba bila dirujuk secara lebih spesifik. Kondisi pasar yang efisien ataupun yang tidak efisien akan sangat mempengaruhi prediksi / harapan investor mengenai laba yang akan diperoleh sehingga akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil investor dalam melakukan sebuah investasi. Jadi informasi mengenai laba dapat diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengkorfirmasi harapan/ prediksi mengenai keputusan investasi yang akan dilakukan . 169 Estimator Laba Ekonomik Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena laba digunakan untuk menilai investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunkan informasi yang tersaji dalam pelaporan laba secara akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat digunakan sebagai estimator/prediktor laba ekonomik. Maka akuntansi cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan analisis dan perhitungan laba ekonomik kepada investor, walaupun persepsi dari masing-masing investorlah yang aakn memegang peranan yang lebih besar dalam penilaian/estimasi mengenai laba ekonomi suatu entitas. Makna Laba diartikan sebagai kemakmuran yang dicapai, hal ini dapat dilihat dengan kenaikan kemakmuran yang dikuasai suatu entitas, prubahan kemakmuran yang dilihat dari selisih kemakmuran awal dan akhir dari suatu perioda, dan perubahan kemakmuran harus dapat didistribusikan , dinkmati atau ditari oleh entitas yang menguasai kemakmuran tersebut. Laba dan kapital Kapital adalah sediaan atau potensi jasa, maka laba bila dilihat dari pespektif kapital merupakan kemakmuaran yang bisa diraih ari aliran petensi jasa yang dapat dinikmati dalam suatu periode tanpa mengurangi tingkat potensi jasa pada awal perioda. Konsep Pemertahanan Kapital Berdasarkan konsep ini laba diartikan sebagai harapan supaya kapital atau investasi yang tertanam akan terus dan selalu berkembang. 170 Konsep Laba Dalam Sintatik Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan dalam tataran sintaktik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat beberapa criteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan kapital. Pendekatan transaksi Berdasarkan pendekatan transaksi laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Pengukuran dan pengakuan laba akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya Pendekatan Kegiatan Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan Pemertahanan Kapital Entitas berhak mendapatkan imbalan dan menikmatinya setelah kapital dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti seperti awal, pada pendekatan ini imbalan atau laba didefinisikan sebagai konsekuansi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban. 171 Pengukuran atau Penilaian Kapital Jenis Kapital Kapital finansial adalah klaim dari jumlah rupah atau nilai yang melekat pada aset total badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen aset. Laba akan timbul bila jumlah rupiah aset pada akhir perioda lebih banyak dari jumlah rupiah pada awal perioda. Kapital fisis, dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis, jadi laba akan dinilai dengan melihat kelebihan antara produksi fisis di akhir perioda dengan awal perioda. Skala Pengukuran Skala nominal adalah satuan rupiah yang seperti terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik, skala nominal lebih menitikberatkan pada jumlah unuit rupiah daripada jumlah unit daya beli. Skala Daya Beli adalah skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah normal atas dasar harga indeks tertentu. Dasar atau Atribut Pengukuran Kos historis adalah jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam system pembukuan), Kos sekarang adalah jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara. Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital Menggambarkan laba secara umum sebagai perubahan kapital atas dasar konsep pemertahanan kapital. Pendekatan penilaian dan implikasinya terhadap penentuan laba : 172 Kapitalisasi aliran kas harapan, Penilaian pasar atas perusahaan, Setara kas sekarang, Harga masukan historis, Harga masukan sekarang, Pemertahanan daya beli. Konsep Laba dalam tataran Pragmatik Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah, sedangkan dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan. Prediktor Aliran Kas ke Investor Laba disisni bertujuan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya Laba dan Harga Saham Laba merupakan prediktor aliran kas masa depan ke investor digunakan untuk menentukan apa yang disebut nilai intrinsik sekuritas atau saham, dan nilai intrinsik inilah yang akan memnentukan harga saham di pasar modal pada saat tertentu. Perkontrakan Efisien Kontrak yang efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan yang diperjanjikan. 173 Pengendalian Manajemen Dalam tataran pragmatik, laba juga dapat digunakan sebagai pengendalian manajemen, yaitu sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Perilaku manajer dikendalikan melalui laba dengan cara mengaitkan kompensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja. Teori Pasar Efisien Pasar modal dikatakan efisien terhadap suatu informasi bila harga saham merefleksi secara penuh informasi tersebut, atau, bila harga sekuritas merefleksi secara cepat dan penuh semua informasi yang tersedia dalam suatu sistem pelaporan keuangan. Bentuk Efisiensi Pasar Laba Sebagai Signal : Bentuk lemah, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu, Bentuk semi-kuat ,jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara public termasuk data statemen keuangan), Bentuk kuat , jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasikan). Pengujian Kandungan Informasi Laba Terdapat dua bentuk pengujian terhadap kandungan informasi laba yaitu pengujian peristiwa dan pengujian asosiasi (nilai relevan laba), Pengujian peristiwa adalah pengujian yang berfokus pada peristiwa pengumuman laba. Pengujian asosiasi dilihat dari kepekaan return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan. 174 Laba dan Teori Entitas Membahas berbagai konsep entitas selain kesatuan usaha dan implikasinya terhadap pengertian dan penyajian laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas (kesatuan) sering disebut pula dengan teori ekuitas. Terdapat beberapa teori entitas atau teori ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akutansi, yaitu entitas usaha bersama, entitas usaha atau bisnis, entitas investor, entitas pemilik, entitas pemilik residual, entitas pengendali, dan entitas dana. Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik. Partispan tersebut merupakan pihak yang akhirnya meneima manfaat dari nilai tambahan yang timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen laba-rugi. Penyajian Laba Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen laba-rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas 175 MATERI XI POSITIVE ACCOUNTING THEORY Kompetensi Dasar a. Menjelaskan praktik akuntansi yang berlaku saat ini b. Menerangkan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan c. Menjelaskan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kontrak-kontrak yang telah dibuat Teori Positive Teori ekonomi positif menjelaskan fenomena ekonomi dan bisnis melalui spesifikasi variabel yang saling terkait. Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini merupakan sekumpulan proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk yang didefinisikan secara luas dan menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam proposisi tersebut. Teori ekonomi positif, menurut Friedman (1953), pada hakekatnya terbebas dari ikatan berbagai aspek etika, sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it should be). Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan ketepatan (precision), bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan berdasarkan pada pengalaman. Ringkasnya, ekonomi positif adalah, atau dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan yang objektif (objective science), seperti halnya ilmu fisika. Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan Zimmerman, 176 1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan akuntansi normatif, yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku, it should be. Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa yang nyatanya terjadi (what it is). Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada kasus ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan krisis kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur Andersen, tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali jaminan terhadap hasil audit mereka. Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan. SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan 177 sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif. Berbeda dengan di Indonesia, Amerika Serikat mendirikan badan penyusun standar akuntansi yang berada di luar asosiasi profesi. Badan ini adalah Financial Accounting Standards Board (FASB) yang tidak berada di bawah AICPA melainkan di bawah Financial Accounting Foundation (FAF). Badan ini berwenang penuh dalam menentukan standar akuntansi yang akan ditetapkan. Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika Jensen menyatakan bahwa “penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus penelitian ini telah sangat normatif dan terdefinisi”. Jensen selanjutnya meminta akan adanya “perkembangan suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang dan sumber daya. Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester” adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu. Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi. 178 Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan aparat pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan oleh karena itu kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan mereka. Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau faktorfaktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji validitas dari hipotesis ini secara empiris: 1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan perataan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang dianggap terbaik atau normal oleh manajemen. 2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya dengan menurunkan kovarians pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar. Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa harga saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang dilaporkan. Lebih jauh lagi pada pasar yang efisien dua perusahaan dengan distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama tanpa memperhatikan perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam teori positif adalah untuk menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus kas, dan kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas faktor yang mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari masalah ini di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini: 179 1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul di antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan sebagai suatu “penghubung (nexus)kontrak” melalui pernyataan Jensen dan Macklin yang menyatakan bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang berfungsi sebagai penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu. Farma memperluas pandangan “penghubung kontrak” ini dengan mencakup baik pasar modal maupun pasr untuk tenaga kerja manajerial. 2. Dengan adanya perspektif “penghubung kontrak” terhadap perusahaan ini, teori biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak atas kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan tertentu. Satu konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara pemegang obligasi dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada. Dalam kejadian seperti ini keputusan yang menguntungkan pemegang saham tidaklah harus selalu keputusan yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi. Hal ini mungkin meminta perjanjian pemberian pinjaman untuk mendefinisikan aturan perhitungan guna menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan perjanjian yang terbatas. Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup: 1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara) 2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa akibat keputusan yang disfungsional) 3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi) 180 4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada ketika kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang tidak dapat diperkirakan) 5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya keputusan yang disfungsional) Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan intensif manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang, dan proses politik. Sebagai hasilnya ada tiga hipotesis yang dihasilkan; hipotesis rencana bonus, hipotesis modal hutang, dan hipotesis biaya politis. Hipotesis ini secara umum dinyatakan dalam bentuk perilaku oportunistis dari para manajer. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis rencana bonus berpendapat bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laporan laba periode di periode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak terdapat penyesuaian terhadap metode terpilih. 2. Hipotesis ekuitas utang berpendapat bahwa semakin tinggi hutang/ekuitas perusahaan yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahaan terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian hutang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa para manajer menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba. 3. Hipotesis biaya politis berpendapat bahwa perusahaan besar dan bukannya perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan laporan laba. 181 Pesan dasar yang selanjutnya menjadi dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester” adalah hampir semua teori akuntansi tidak bersifat keilmuan karena ia bersifat “normatif” dan harus diganti dengan teori “positif” yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dalam bentuk pilihan bebas manajemen terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu. Evaluasi Pendekatan Positif Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktek akuntansi dan/atau teori akuntansi berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau meramalkan peristiwa akuntansi. Karenanya pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang diamati. Pendekatan positif secara umum dibedakan dari pendekatan normatif yang berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan “apa yang seharusnya” dan bukannya “apa yang ada”. Pendekatan positif sepertinya menimbulkan rasa optimisme yang cukup besar di antara para pendukungnya. Rasa optimisme ini tidak dimiliki secara hal alamiah oleh semua orang. Satu kritik keras terhadap pendekatan positif didasarkan pada empat hal pokok: 1. Pernyataan dari Kelompok Rochester bahwa jenis penelitian “positif” yang mereka lakukan menjadi suatu prasyarat bagi teori akuntansi normatif yang berdasar pada suatu kebingungan dari wilayah fenomenal ditingkat-tingkat yang berbeda (anuitas akuntansi berbanding akuntan) dan telah salah. 2. Konsep “Teori Positif” berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan dalam hal apapun merupakan suatu istilah yang kurang sesuai karena teori ilmu empiris tidak membuat pernyataan positif atas “apakah” 182 3. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah diketahui salah, suatu teori penjelasan atas jenis yang dicari oleh Kelompok Rochester atau teori yang biasa dipakai untuk menguji proposal normatif seharusnya diketahui tidak akan salah. Metode analisis yang dasar pemikirannya berasal dari fenomena hingga premis yang diterima atas dasar bukti independen adalah metode yang sesuai untuk membangun teori penjelasan. 4. Bertolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usaha yang gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subyek, Kelompok Rochester memperkenalkan argumen ad hoc sebagai alasan bagi kegagalan teori mereka. Satu titik lainnya berdasar pada pendapat bahwa teori positif atau “empiris” adalah juga normatif dan bernilai karena teori tersebut biasanya menandai suatu ideologi konservatif dalam dampak kebijakan akuntansi mereka. Kritik yang terkeras atas teori akuntansi positif (positive accounting theory-PAT) berasal dari Sterling dengan komentarnya bahwa: 1. Dua pilar dari studi bebas-nilai dan praktek akuntansi adalah hal yang tidak bersifat substantif 2. Pendukung ekonomi dan ilmu dari teori adalah salah 3. Hasil pencapaiannya nihil Sterling juga membuat kesimpulan yang patut untuk tidak kita lewatkan, ia menyatakan bahwa: …saya merekomendasikan para akuntan untuk menerapkan “pisau bedah milik sterling” yang lemah dan secara memalukan tercuri, dimana konsep akuntansi apapun yang tidak memiliki inti logika umum yang dapat Anda jelaskan pada diri Anda seharusnya dilupakan. Saya percaya bahwa suatu penerapan yang baik atas kriteria tersebut dalam akuntansi akan membuat PAT menjadi suatu industri penginapan dan menggantinya sebagai gaya dominan masa ini, sekaligus memberikan perlindungan terhadap gaya mendatang. 183 MATERI XII AKUNTANSI INFLASI (PERUBAHAN HARGA) Kompetensi Dasar a. Menjelaskan beberapa alasan yang mendukung masih diterapkannya historical cost b. Menjelaskan beberapa pendapat tentang pengaruh akuntansi perilaku c. Menjelaskan penerapan teori Efficiency Market Hyphotesis dalam Pasar Modal d. Menjelaskan konsep mengenai indeks harga PENDAHULUAN Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor. Laporan keuangan memberikan informasi yang disajikan oleh akuntansi keuangan dalam rangka menilai kinerja perusahaan. Informasi yang disajikan pada laporan keuangan ini disusun berdasarkan standar yang sudah ditetapkan dan prinsip-prinsip yang sudah baku. Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum atas semua barang dan jasa di dalam suatu perekonomian.Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses pembangunan. Sebagai negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan, Indonesia mengalami inflasi dari tahun ke tahun. Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat 184 faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik. Pengukuran yang selama ini digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical Cost. Historical Cost adalah menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga acquisition cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang , jasa , biaya , harga pokok, dan ekuitas. Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan (Sofyan Syafri Harahap:2011). Metode historical cost ini menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat historis,yaitu merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga disusun berdasarkan prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya memberikan data kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang sifatnya material. Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang akan datang, yang di pengaruhi dari kejadian sebelumnya. Inflasi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak terhadap laporan keuangan yang disajikan karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu kesatuan moneter dianggap stabil. Hal ini tidak berlaku pada kenyataannya karena kita ketahui bahwa dimana saja di dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia pada tahun 1956 tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat inflasinya mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011) Permasalahan- permasalahan inilah, yang memicu banyaknya kritik terhadap kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi khusunya pada masa inflasi. Pada saat inflasi, informasi-informasi yang disajiakn pada laporan keuangan hanya sia-sia saja 185 karena informasi yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal ini juga yang memicu munculnya akuntansi inflasi. Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis. Pengertian Inflasi dan Tingkatan Inflasi Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi: 1. Menurut Nopirin (1987:25) adalah `Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu. 2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year t-l) Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 186 a. Merayap {Creeping Inflation) Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. b. Inflasi menengah {Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. c. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation) Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja. Metode Pengukuran Inflasi Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain: a) ConsumerPriceIndex (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup: CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100% b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index Index yang menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI. 187 c) GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas: GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100% Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi: a. DemandPull Inflation Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat. b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh : a) Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri. b) Imported Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang 188 Akuntansi Inflasi Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan oleh laporan keuangan , sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga diperlukan metodemetode. Menurut Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi : 1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari : a. Historical cost b. General price level c. Replacement cost d. Reproduction cost 2. The Exit Value System harga pasar atau current market value yang terdiri dari : a. net realizable value b. selling price c. expected value Pada akuntansi inflasi ,metode –metode di atas digunakan dalam menyusun laporan keuangan pada saat inflasi adalah : a. General Price Livel Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah : 1. Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan 2. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antarperiode 3. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih baik 189 4. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angkaangka laporan keuangan yang sudah disesuaikan Kelemahannya adalah : 1. Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa disamakan 2. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan 3. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas 4. Rasio itu adalah indikator mentah b. Current Cost Accounting Menurut Edgar Edward dan Philip Bell (1961), yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasiakan sumber-sumber ekonomi memaksimalkan laba. Manajer biasanya menghadapi yang ada untuk masalag apakah ingin mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini mereka mengusulkan perhitungan business profit, yang memliki dua komponen. 1. Current Operating Profit Laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang dijual dengan harga pokoknya. 2. Realizable Cost Saving ( Holding Gain) Kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dilmiliki sekarang ( dengan harga sekarang) . Beberapa bentuk Current Cost : 190 a. Replacement Cost nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pada masa inflasi nilai dari replacemet value ini lebih besar dari general price level. Metode ini dikritik dalam hal : Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya. Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari historical cost. Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi inflasi Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda. Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah diterapkan dalam akuntansi inflasi. b. Reproduction cost harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi 191 aktiva yang dibuat itu. Secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost berlaku juga pada metode reproduction cost. c. Net Realizable Value merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal dibandingkan dengan pada akhir periode. d. selling Price Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya. e. Expected Value Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang. 3. Monetary Non-Monetary Items Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah 192 yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang. Contohnya : deposito , valuta asing , atau klaim valuta asing, dan alin-lain. Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap,lahan. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.contohnya adalah biaya dibayar dimuka. 4. Model Akuntansi Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba yaitu: 1. pengukuran menurut unit uang : a. Historical Cost Accounting b. Replacement Cost Accounting c. Net Realizable Value Accounting d. Present Value Accounting 2. Pengukuran menurut Uint Tenaga Beli (GPL) a. GPL Historical Cost Accounting b. GPL Replacement Cost Accounting c. GPL Net Realizable Value Accounting d. GPL Present Value Accounting Namun yang akan dibahas pada paper ini hanya tiga model akuntansi saja, yaitu : a. Historical Cost Accounting b. Replacement Cost Accounting c. Net Realizable Value Accounting 193 1. Atribut yang akan dinilai a. Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan aktiva itu. b. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva tersebut. c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang. d. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali hutang. Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut : Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value). Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang. Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya, present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan). 194 2. Unit Of Measure Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut : 1. Unit Moneter (Uang) Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang. 2. Unit Daya Beli (Purchasing Power) Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu berbeda apabila waktunya berbeda. 3. Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut. a. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang. b. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi c. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset d. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian adalah. 1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error) Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain. Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan dilaporkan sesuai pada periode itu. 2. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors) Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut. 195 Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun laporan keuangan. 3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability) Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya. Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus menggunakan rumus : “Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them). Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah (Number of Dollars = NOD). Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of Goods (COG) 4. Relevansi Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam. 196 Metode Pengukuran Harga Wajar ( Fair Value ) Metode pengukuran harga wajar telah berlaku di Amerika sesuai dengan statement NO. 157 tentang Fair Value Measurement. “Statement ini mendifinisikan fair value , menentapkan kerangka untuk mengukur nilai yang wajar ( fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan memperluas pengungkapan tentang pengukurna fair value. Statement ini diterapkan dalam kerangka dasar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair value. Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak meemerlukan metode pengukuran fair vale yang baru. Namun, untuk sebagian entitas penerapan fair value ini akan mengubah praktik yang berlaku sekarang. Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi Untuk memberikan gambaran yang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit. Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut: Januari 1 Mei 1 Desember 1 Replacement Cost 10 12 13 Net Realizable Value - 15 17 General Price Level Index 100 130 156 197 Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money” Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu. Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah: 1. Historical Cost Accounting 2. Replacement Cost Accounting 3. Net Realizable Value Accounting Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut: PT Sipangko Jaya Laporan Laba Rugi Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 Keterangan Historical Cost Replacement Value Hasil Harga Poko Penjualan 50.000 Laba Kotor 25.000 Bunga 10% 3.000 Laba Operasi 22.000 Realisasi holding gain and loss sudah termasuk Holding gain and loss yang tidak dihitung Tidak direalisasi General Price level gain tidak dihitung and loss Laba bersih 22.000 Net Realizable Value 75.000 60.000 15.000 3.000 12.000 10.000 3.000 92.000 73.000 19.000 3.000 16.000 10.000 3.000 tidak dihitung tidak dihitung 25.000 29.000 PT Sipangko Jaya Neraca 31 Desember 2005 Keterangan Harta Kas Persediaan Total Harta Historical Cost 72.000 10.000 82.000 Reolacement Value 72.000 13.000 85.000 Net Realizable Value 72.000 17.000 89.000 198 Utang & Modal Kewajiban Modal : Modal Saham Laba ditahan Realisasi Belum realisasi Total laba ditahan Total Modal Setor Total Utang & Modal 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 22.000 3.000 25.000 55.000 85.000 22.000 7.000 29.000 59.000 89.000 22.000 22.000 52.000 82.000 Analisis perbedaan akibat waktu Total Laba 29.000 HC Laba yang dilaporkan 22.000 RC Kesalahan 7.000 Laba yang dilaporkan 25.000 NRV Kesalahan 4.000 Laba yang dilaporkan 29.000 Kesalahan 0 2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga Beli Umum Dalam model ini yang kita bahas adalah: 1. General Price Level Adjusted Historical Accounting 2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting 3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting PT Sipangko Jaya Laporan Laba Rugi Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005 Keterangan Hasil Harga Pokok Penjualan Laba Kotor Bunga 10% Laba Operasi Real Realized Holding Gain and Loss Real Unrealized Holding Gain and Loss General Price Level Gain and Loss Laba Bersih GPLA HC 90.000 78.000 12.000 3.000 9.000 termasuk tidak dihitung 1.800 10.800 GPLA RC 90.000 72.000 18.000 3.000 15.000 (6.000) (2.600) 1.800 8.200 GPLA NRVA 107.000 85.000 22.000 3.000 19.000 (6.000) (2.600) 1.800 12.200 199 PT Sipangko Jaya Neraca Menurut General Price Level Per 31 desember 2005 Keterangan Aktiva: Kas Persediaan Total Aktiva Pasiva: Obligasi Modal Laba Ditahan: Realized Unrealized Laba/Rugi GPL Total Pasiva GPL HC 72.000 15.600 GPL RC 72.000 13.000 GPL NRVA 72.000 17.000 87.600 30.000 46.800 9.000 (0) 1.800 85.000 30.000 46.800 9.000 (2.600) 1.800 89.000 30.000 46.800 9.000 1.400 1.800 87.600 85.000 89.000 Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model Timing error No Accounting Model Interpretation MeasurengNOD COG Operating Holding Unit Error (Number of (Command of Profit Gains dollars) Goods) Relevance 1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak 2 Replacement-cost Ya Hilang Ya Ya Laba Rugi Ya Harta Ya Harta 3 Net-realizable-value accounting Hilang Hilang Ya Ya Ya Laba Rugi Aktiva Moneter dan Utang dan Utang 4 General price-level-adjusted historical cost accounting Ya Ya Hilang Ya Ya Ya 5 General Price-level-adjusted replacement-cost accounting Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya 6 General Price-level-adjusted netrealizable-value accounting Hilang Hilang Hilang Hilang Ya 200 Aktiva Moneter MATERI XIII AKUNTANSI : ILMU DAN PARADIGMA Kompetensi dasar a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep paradigma b. Menjelaskan tentang pendekatan deskriptif induktif dalam dalam penyusunan teori akuntansi dan keyakinan nilai dari praktik akuntansi c. Menjelaskan tentang alternatif sistem akuntansi biay historis d. Menjelaskan hubungan pemakaian informasi akuntansi dan informasi akuntansi yang relevan dengan konsep pembuatan keputusan akuntansi Perubahan Revolusioner Teori, dan Paradigma Punctuated Equilibrium Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental) menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Sejarawan mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated equilibrium: sebuah altematif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang bergolak (Niles Eldredge dan Stephen Gould). Pada dasamya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba, melalui perubahan yang secara tiba-tiba menyela (punctuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin - seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)". 201 Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok yaitu: struktur yang mendalam, periode keseimbangan, dan periode revolusioner. http://www.blogger.com/postedit.g?blogID=270526506489306105&postID=4340176887558244991 Teori Umum Kuhn tentang Revolusi Ilmiah Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada pengembangan pengetahuan dalam bidang sain normal tertentu. Tesis utama revolusi pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik tentang perbedaan dan ketidak konsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua: Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda. Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam sain normal. Paradigma-paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali dijumpai adanya sejumlah anomali (kelainan/keganjilan). Anomali ini tidak dapat diperbaiki. Suatu periode ketidak nyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan 202 antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang tidak menganggapnya: Sain normal berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi-yaitu saat profesi tidak lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu pengetahuan yang ada-maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu pengetahuan. Krisis berlanjut dengan munculnya sekumpulan alternatif ide dan identifikasi cabang pemikiran baru. Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak banyak yang tahu. H.Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dr sain normal: o Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari; naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru, diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru. o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik dibandingkan tulisan yang lain. o Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini terdiri dari suatu kenaikan, yang mungkin dlikuti penurunan, dalam tingkat usaha di antara para pengikut paradigma yang ada, dan 203 diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan masalah lain. o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif dibandingkan tulisan yang lain. o Peningkatan usaha kuanfitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik. o Akan terjadi peningkatan jml penulis selama pengembangan revolusi. o Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengemba- ngan revolusi. o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumiah tulisan penulis muda daripada penulis yang lebih tua. o Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma lama. o Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral. o Porsi pengharpan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat selama revolusi. Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirk. Penolakan suatu paradigma terhadap paradigma lain bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin menjadi beban keputusan. Pengakuan paradigma oleh para pendukungnya yang lebih dari sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti maupun komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial terhadap informasi. 204 Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik. Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian terhadap pengakuan akan menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan. PANDANGAN RITZER TENTANG BERBAGAI PARADIGMA Fokus perhatikan teori revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten. Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan, manfaat, dan kesamaannya". Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah: 1. Contoh (exemplar), atau potongan akfivitas yang berfungsi sebagai model bagi individu yang bekeda menggunakan suatu paradigma; 2. gambaran (images) dari pokok persoalan; 3. teori-teori (theories); dan 4. metode dan instrumen. 205 Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat prediksi bagi para pengguna. PARADIGMA DALAM AKUNTANSI Paradigma Antropologikal / Induktif Gambaran Pokok Masalah Bagi pengguna paradigma anthropological/ inductive, pokok persoalan yang ada adalah: o Praktik-praktik akuntansi yang ada, dan o Sikap manajemen terhadap praktik-praktik tersebut. Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa pada umumnya teknik-teknik mungkin diturunkan dan dipertimbangkan dengan berdasarkan pengujian terhadap manfaatnya atau bahwa manajemen memegang peranan utama dalam menentukan teknik-teknik yang akan diimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang berhubungan dengan paradigma anthropological/ inductive adalah untuk memahami, menjelaskan, dan memprediksi praktik-praktik akuntansi yang ada. Contoh, Ijiri memandang misi pendekatan paradigma ini sebagai berikut: Bentuk penalaran induktif untuk memperoleh tujuan yang secara implisit terkandung dalam perilaku sistem yang ada, tidak ditujukan untuk menjamin kelangsungan sistem 206 yang sudah ada. Tujuan sejumlah pengujian adalah untuk menyoroti di mana perubahan diperlukan dan di mana sebaiknya dilakukan. Perubahan yang disarankan sejumlah penelitian memiliki lebih banyak kesempatan yang secara aktual dapat diimplementasikan. Teori-teori Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari paradigma anthropologikal/ inductif o Informasi ekonomis o Model analitis/agensi o Hipotesis income smoothing/eamings management; dan o Teori akuntansi positif. Metode-metode Para pengguna paradigma anthropological/ inductive cenderung untuk menggunakan salah satu dari tiga teknik berikut ini: o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian income smoothing; o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian eamings management; dan o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif. Paradigma True Income / Deduktive Gambaran Pokok Masalah Siapa saja yang mengadopsi paradigma true-income/deductive, pokok persoalannya adalah: 207 o Penyusunan teori akuntansi dengan menggunakan dasar logika, alasan normatif, serta konsep yang baku dan o Konsep income yang ideal berdasarkan sejumlah metode lain selain metode historical cost. MacNeal berpendapat bahwa konsep income yang ideal adalah sebagai berikut: Ada satu definisi profit yang benar dalam istilah akuntansi. Profit merupakan peningkatan bersih dalam tingkat kesejahteraan. "Loss" merupakan penurunan bersih dalam tingkat kesejahteraan. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi para ekonom. Definisi ini singkat dan tepat, jelas, serta dapat diukur secara matematis. Alexander, berpendapat tentang konsep income yang ideal, menyatakan: Kita harus menemukan apakah income ekonomik yang ideal berbeda dengan income akuntansi hanya dalam tingkatan bahwa yang ideal itu sulit dicapal, atau apakah income ekonomis sudah cukup memadai apabila pengukurannya mudah dilakukan. Teori-teori Teori yang muncul dari paradigma true income/ deductive menyajikan altematif terhadap sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, lima teori atau cabang pemikiran dapat diidentifikasi: Price-level adjusted (atau current-purchasing-power) accounting. Replacement-cost accounting. Deprival-value accounting (Likuidasi). Continuously contemporary (net-realizable-value) accounting. Present-value accounting. Masing-masing teori menyajikan altematif metode penilaian assets dan penentuan income yang dapat mengatasi akuntansi biaya historis. 208 Metode-metode Para pengguna paradigma true-income/deductive umumnya menggunakan alasan analitis untuk membenarkan penyusunan teori akuntansi atau untuk mempertahankan keunggulan suatu model tertentu dalam penilaian assets/penentuan income, selain akuntansi biaya-historik. Para pendukung paradigma ini umumnya mengawali tujuan dan postulat lingkungan ke metode yang spesifik. Paradigma Decision-Usefulness / Secision - Model Gambaran Pakok Masalah Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/ decision- model, pokok persoalan dasamya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih altematif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model keputusan yang relevan. Sebagai contoh, Sterling menyatakan: Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan model keputusan tersebut)." Teori-teori Dua bentuk teori dapat dimasukkan sebagai bagian paradigma decision-usefulness/ decision-model yaitu; 209 Bentuk pertama berhubungan dengan perbedaan bentuk model keputusan yang berhubungan dengan pembuatan keputusan bisnis (seperti EOQ, PERT, linear programming, penganggaran modal, beli vs sewa beli [lease], membuat atau membeli dan sebagainya). Informasi yang diperlukan oleh sebagian besar model ini dengan mudah dapat ditentukan. Bentuk kedua berhubungan dengan perbedaan kejadian ekonomis yang mungkin dapat mempengaruhi going concem (seperti kebangkrutan, pengambil-alihan, merger, peringkat obligasi, dan sebagainya). Teori yang menghubungkan informasi akuntansi dengan kejadian-kejadian tersebut banyak yang tidak dapat diketahui. Pengembangan sejumiah teori merupakan tujuan utama aktivitas tsb dalam paradigma decision-usefulness/ decision-model. Metode-motode Para pengguna paradigma cenderung untuk tergantung pada teknik-teknik empirik dalam menentukan kemampuan prediktif dari elemen-elemen informasi yang terpilih. Pendekatan yang umumnya digunakan dalam analisis diskriminan untuk mengelompokkannya dalam satu bentuk kelompok dari sejumlah kelompok yang ada sebelumnya, tergantung pada karakteristik keuangan perusahaan secara individual. Paradigma Decision-Usefullness/Decision-Maker/Agregat-Market- Behavior Gambaran Pokok Masalah Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/ decision–maker/ agregat-market-behavior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara keseluruhan terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa 210 manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya pengaruh prosedur akuntansi altematif atau spekulasi yang dapat diniial dari perilaku pasar secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan. Teori-teori Hubungan antara perilaku pasar secara keseluruhan dengan variabel akuntansi didasarkan pada teori efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar akan dikatakan efisien jika; harga pasar mencerminkan secara penuh (fully reflect) seluruh informasi yang tersedia untuk umum, dan dr sudut implikasinya bahwa, harga pasar tidak bias dan merespon secara cepat seluruh informasi baru. Teori ini secara jelas menyatakan bahwa umumnya dalam kondisi pasar efisien, abnormal retum yang dapat diperoleh dari pemanfaatan informasi yang lebih luas dalam hubungannya dengan setiap pola perdagangan adalah nol. Perubahan dalam kumpulan informasi yang tersedia secara otomatis akan menyebabkan keseimbangan harga yang baru. Pada kenyataannya teori yang menegaskan perilaku pasar meliputi: the efficient market model; the efficient market hypothesis; the capital asset pricing model; the arbitrage pricing theory; the equilibrium theory of option pricing. 211 Metode-motode Para pengguna paradigma ini akan mengikuti metode: the market model, the beta estimation model; the event study methodology; the Ohlson's Valuation model,." the price level balance sheet evaluation model, the information content of eamings models, the models of the relation between eamings and retum. Paradigma Decision-Usefullness / Decision Maker / Individual - User Gambaran Pokok Masalah Bagi para pengguna paradigma decision-usefullness/ decision- maker/ individual-user, pokok masalahnya adalah respon pengguna individu terhadap variabel-variabel akuntansi. Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia. Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan. Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Paradigma ini berhubungan dengan kepentingan pengguna akuntansi secara intemal, prosedur dan penilai informasi, serta masyarakat umum atau perwakilannya. Teori-teori Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan paradigma decision-usefulness/ decision-maker/ individual-user tidak dikaitkan dengan manfaatnya dalam pembentukan 212 teori secara jelas. Secara umum, altematif untuk mengembangkan teori akuntansi keperilakuan yang memadai meminjam, dari disiplin ilmu yang lain. Sebagian besar teori tersebut cukup memadai untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Teori-teori pinjaman ini di antaranya: relativisme kognitif (kesadaran) dalam akuntansi; relativisme budaya dalam akuntansi; pengaruh keperilakuan dari informasi akuntansi; relativisme linguistik dalam akuntansi; hipotesis fiksasi fungsional dan fiksasi data; hipotesis information inductance; hipotesis slack organisasional dan penganggaran; pendekatan kontinjensi dalam penyusunan sistem akuntansi; penganggaran partisipatif dan kinerja; model pemrosesan informasi yang berhubungan dengan manusia; meliputi: the lens model,. the probabilistic judgment model; the predecisonal behavioral model; the cognitive style approach. Model-model Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai oleh para ahli keperilakuan-teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta 213 eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal yang baik untuk suatu proses pengakuan. Paradigma Information / Economics Gambaran Pokok Masalah Pokok masalah yang dihadapi para pengguna paradigma information/ economics, adalah sebagai berikut: o Informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan o Perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis. Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal teori pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut: ... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran bahwa pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow, accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya, nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk memproduksinya. Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan 214 dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu. Dalam kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses: tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda; dan tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan kondisi dengan tindakan terbaik Sistem informasi dengan expected utility terbesar lebih disukai. Informasi yang diperlukan dalam analisis revisi probabilitas secara sistematis (Bayesian-version) pada gilirannya memudahkan analisis informasi dengan dasar yang bersifat subjektif yaitu aturan maksimalisasi expected utility. Teori-teori Paradigma information/economic memberikan gambaran mendalam tentang "theory of teams", yang dikembangkan oleh Marschak dan Radner, pada teori keputusan secara statistik, dan pada teori ekonomi pemilihan. Apa yang dihasilkan adalah teori normatif dari penilaian informasi untuk analisis sistematis terhadap altematif-altematif informasi. Fokus paradigma information/ economic adalah asumsi ekonomi tradisional yang konsisten, yaitu perilaku pemilihan yang rasional. Metode-metode Para pengguna paradigma ini umumnya memanfaatkan alasan analitis dengan dasar teori keputusan secara statistik dan teori ekonomis proses pemilihan. Pendekatan ini memisahkan hubungan-hubungan yang bersifat umum dan pengaruh rencana altematif, kemudian menerapkan Boyesian-revision analysis dan kriteria cost-benefit untuk 215 menganalisis pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan akuntansi. Asumsi utama pendekatan ini adalah rasionalitas. ILMU AKUNTANSI Situasi dalam penelitian akuntansi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa situasi telah berubah untuk mendukung agenda penelitian yang dinamis, seperti adanya bukti transformasi akuntansi ke dalam ilmu yang benar-benar secara penuh diakui sebagai ilmu normal dengan paradigma-paradigma bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat sosial, dan telah menghasilkan perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya dan mengembangkan pemahaman kita tentang praktik akuntansi. Aliran utama penelitian akuntansi memandang secara sejajar antara ilmu fisik, sosial, dan akuntansi, justifikasi dalam proses penghitungan hypothetic-deductive dari penjelasan secara ilmiah dan perlunya konfirmasi terhadap hipotesis tersebut. DEKONTRUKSI Berbagai tulisan akuntansi tentang paradigma atau teori akuntansi tertentu menyatakan bahwa paradigma dan teori tersebut seharusnya memiliki hak-hak istimewa dibandingkan bentuk-bentuk pengetahuan atau tulisan akuntansi lainnya. Tulisan tersebut digunakan untuk menjamin kewenangan (hegemony) suatu paradigma dan kepentingan tertentu, sebagai penghambat produksi pengetahuan lainnya. Dekonstruksi dalam penelitian akuntansi mengundang banyak upaya untuk mengungkap asumsi tersembunyi dalam tulisan akuntansi. Diasumsikan bahwa seluruh wacana ilmiah bidang akuntansi, termasuk uraian historis, pada dasamya retoris. Para 216 penganut dekonstruksi akuntansi akan mengkritik tulisan akuntansi melalui berbagai teknik termasuk demythologizing, deceinonizing, dephallicizing, atau defaming. 217