Analisis Laporan Keuangan Bab 4: Analisis Aktivitas Investasi Dosen Pengampu: Dr. Sriyono, M.Si., Ak., CA. Azka Mufida 142160046 EA-B Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta 2018 ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI PENGANTAR ASET LANCAR Asset lancar merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang langsung dapat diubah menjadi kas. Selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar disebut modal kerja. Kas dan Setara Kas Kas merupakan asset yang paling likuid, mencankup mata uang, deposito dana, money orders dan cek. Setara kas tergolong asset yang sangat lancar, investasi jangka pendek yang siap dikonversi menjadi kas, dan hampir jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabakan pergerakan tingkat bunga minimal. Likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam waktu singkat. Selain memeriksa jumlah asset likuid untuk perusahaan, harus mempertimbangkan: 1. Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek investasi tersebut turun. 2. Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi untuk mendukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang. Piutang Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau dari pemberian pinjaman uang. piutang usaha mengacu pada janji lisan untuk membayar yang perasal dari penjualan produk dan jas asecara kredit. Wesel tagih mengacu pada janji tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan ke dalam asset lancar jika diharapkan akan direalisasi atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung dari mana yang lebih panjang. Penilaian Piutang Analisis piutang sangat penting karena dampaknya terhadap posisi asset dan arus laba yang saling terkait. Realitanya banyak perusahaan yang tidak mampu menagih semua piutangnya. Kerugian piutang dapat menjadi sangat berarti dan mengurangi asset lancar serta laba bersih sekarang dan masa depan. Resiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu kurang bisa memprediksi kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal mencerminkan kondisi terkini. Analisis Piutang Resiko kolektabilitas/penagihan Analisis harus mempertimbangkan bahwa meskipun pendekatan dengan rumus untuk menghitung penyisihan piutang tak tertagih sangat mudah dan praktis, penghitungan ini mencerminkan penilaian mekanik yang menghasilkan kesalahan. Informasi yang berguna harus diperoleh dari sumber atau perusahaan lain. Alat analisis untuk memeriksa kolektabilitas mencankup: 1. Memebandingkan presentase piutang terhadap penjualan perusahaan pesaing dengan perusahaan yang sedang dianalisis. 2. Memerikasa konsentrasi pelangggan-resiko meningkat jika piutang terkosentrasi pada satu atau sedikit pelanggan. 3. Menghitung menyelidiki tren periode rata-rata kolektabilitas piutang disbanding dengan syarat kredit pelanggan untuk industry yang bersangkutan. 4. Menentukan bagian piutang yang merupakan pengalihan dari piutang atau wesel tagih masa lalu. Keaslian piutang Pemahaman mengenai praktik industri dan sumber informasi tambahan digunakan untuk menambah keyakinan. Pelanggan pada industri tertentu mengembaikan hak untuk mengembalikan barang. Analisis harus mempertimbangkan hak pengembalian tersebut. Hak pengembalian yang bebas dapat menurunkan kualitas piutang. Sekuritas piutang Salah satu masalah analisis penting adalah saat perusahaan menjual semua atau sebagian piutangnya pada pihak ketiga yang disebut anjak piutang atau sekuritisasi, piutang dapat dijual dengan ataupun tanpa recourse pada pembeli jaminan kolektabilitas. Biaya Dibayar di Muka Biaya dibayar dimuka merupakan pembayaran di muka atas barang atau jasa yang belum diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena mencerminkan jasa yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset lancar lain. PERSEDIAAN Akuntansi dan Penilaian Persediaan Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan. Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh dampaknya pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untukm mengalokasikan biaya barang tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir. Persamaan persediaan untuk perusahaan dagang: Persediaan awal + pembelian bersih – harga pokok penjualan = persediaan akhir. Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini dipindahkan dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan. Biaya tidak dapat berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan dapat dicatat pada neraca sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan dengan pendapatan penjualan. Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh pada periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika persediaan tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang telah terjual dan biaya mana yang tersdia pada neraca. Arus Biaya Persediaan 1. First- in, first-out (FIFO): yang dibeli pertama merupakan yang pertama dijual. 2. Last-in, first-out (LIFO): yang dibeli terakhir merupakan yang pertama dijual. 3. Average cost (Biaya persediaan rata-rata): unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung HPP serta persediaan akhir sebagai rata-rata tertimbang. Analisis Persediaan Dampak Biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas Laba kotor dapat dipengaruhi oleh pilihan metode penghitungan biaya perusahaan. Terdapat keuntungan fiktif FIFO karena laba kotor sebenarnya merupakan penjumlahan dari laba ekonomi dan laba kepemilikan. Laba ekonomi sesuai dengan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisih antar harga jual dan biaya penggantian persediaan. Laba kepemilikan merupakan kenaikan biaya penggantian karena persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikalikan dengan selisish biaya penggantian terkini dengan biaya perolehan awal. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Neraca Pada periode harga meningkat, dan dengan asumsi persediaan belum melikuidasi laporan persediaan lamanya, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya penggantian. Sehingga, neraca perusahan yang menggunakan LIFO, tidak secara akurat mencerminkan investasi lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaan. Dampak Biaya Persediaan Terhadap Arus Kas Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO juga menyebabkan laba sebelum pajak yang lebih tinggi, sehingga menimbulkan utang pajak yang lebih tinggi. Masalah Penilaian Persediaan Lainnya 1. Likuidasi LIFO 2. Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari LIFO ke FIFO 3. Penyajian Kembali (Restatement) Analisis Dari FIFO ke LIFO Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi Biaya manufaktur terdiri atas tiga komponen: 1. Bahan baku atau bahan mentah: biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk. 2. Tenaga kerja: biaya tenaga langsng yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi. 3. Overhead: biaya tidak langsung pada prises manufaktur. Biaya Perolehan atau Nilai Pasar, Mana yang Lebih Rendah Harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui pembelian atau produksi ulang. Meskipun begitu, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. Biaya (cost) merpakan biaya perolehan persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu dari metode biaya persediaan. Misalnya, FIFO, LIFO, atau Biaya Rata-rata. Analisis persediaan kita harus memperhatikan dampak aturan LOCOM. Saat harga meningkat, aturan ini cenderung menilai persediaan terlalu rendah tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Hal ini akan menekan rasio lancar. PENGANTAR ASET JANGKA PANJANG Aset jangka panjang merupakan aset yuang digunakan untuk menghasilkan penghasilan operasi atau mengurangi biaya operasi untuk lebih dari satu periode. Asset jangka panjang yang paling umum adalah asset tetap berwujud seperti bangunan, pabrik, dan peralatan. Aset jangka panjang juga mencakup aset tak berwujud seperti hak paten, merk dagang, copyright, dan goodwill. Akuntansi Aset Jangka Panjang Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai 1. Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode di masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun asset. 2. Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara periodic sepanjang satu atau lebih periode amnfaat yang diharapkan. Proses alokasi ini dinamakna penyusutan untuk asset berwujud, amortisasi untuk asset tak berwujud, dan deplesi untuk sumber daya alam. Penurunan nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku asset saat arus kas yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yan masih tercatat pada neraca. 3. Penurunan Nilai (Impairment) Jika arus kas yang diharapkan (tidak didiskonto) lebih kecil dibanding dengan nilai tercatat aset (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), aset perlu diturunkan nilainya dan dinyatakan sebesar nilai pasar wajar (jumlah diskonto taksiran arus kas). Dampaknya adalah untuk mengurangi nilai tercatat aset pada neraca dan mengurangi profitabilitas sebesar jumlah yang sama. Ada dua distorsi terkait dengan penurunan aset, yaitu: a. Bias konservatif mendistorsi valuasi aset jangka panjang karena nilai aset dapat diturunkan namun tidak dapat dinaikkan. b. Pengakuan penurunan nilai aset memiliki dampak temporer besar yang mendistorsi laba bersih sementara berpotensi untuk meningkatkan kegunaan nilai aset pada neraca. Kapitalisasi Versus Pembebanan Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio 1. Kapitalisasi mempengaruhi baik laporan keuangan maupun rasionya. 2. Kapitalisasi membuat laba menjadi lebih unggul dibandingkan arus kas sebagai pengukuran kinerja keuangan. Dampak Kapitalisai terhadap Laba 1. Kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya sehingga menghasilkan laba yang lebih tinggi selama periode akuisisi namun laba yang rendah pada periode berikutnya jika dibandingkan dengan pembebanan biaya. 2. Kapitalisasi menghasilkan serial perataan laba. Dampak kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi Kapitalisasi mempengaruhi laba maupun basis investasi dari rasio tingkat pengembalian investasi. Sebaliknya, membebankan biaya aset menghasilkan basis investasi yang lebih rendah dan meningkatkan fliuktuasi laba. Peningkatan fliktuasi laba diperbesar dengan digunakannya basis investasi, yang mengarah pada rasio tingkat pemgembalian yang lebih berfliktuasi dan kurang bermanfaat. Pembebanan juga menghasilkan bias terhadap pengukuran laba, karena laba dinyatakan terlalu rendah pada tahun akuisisi dan terlalu tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas Biaya aset secara langsung, rasio solvabilitas, seperti rasio utang terhadap ekuitas mencerminkan kondisi perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya langsung menyebabkan ekuitas dinyatakan terlalu rendah untuk perusahaan yang memiliki aset produktif. Dampak Kapitalisasi terhadap arus Kas Operasi Ketika biaya aset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas operasi. Sebaliknya, jika aset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas investasi. Hal ini berarti pembebanan langsung biaya aset akan menyatakan arus kas keluar operasi yang terlalu tinggi dan arus kas keluar investasi terlalu rendah pada tahun akuisisi dibandingkan degngan kapitalisasui biaya. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM Properti, pabrik, dan peralatan (atau aset tetap) merupakan aset berwujud tak lancar yang digunakan dalam proses manufaktur, penjualan, atau jasa untuk menhasilkan pendapat dan arus kas selama lebih dari satu periode. Oleh karena itu, aset ini memiliki periode manfaat yang diharapkan (masa manfaat) yang meliputi lebih dari satu periode. Menilai Aset Tetap dan Sumber Daya Alam Menilai Properti, Pabrik, dan Peraalatan Biaya ini mencakup beban apapun yang diperlukan agar aset tersebut berada dalam lokasi dan kondisi siap digunakan atau siap memberikan jasa seperti biaya angkut, instalasi, pajak, dan biaya pemasangan (set up). Seluruh biaya akuisisi dan persiapan dikapitalisasi pada saldo akun aset. Alasan digunakan biaya historis terutama berhubungan dengan objektivitasnya. Menilai Sumber Daya Alam Sumber daya alam yang digunakan disebut aset yang dihabiskan (wasting asset), merupakan hak untuk mengambil atau mengonsumsi sumber daya alam. Biaya ini langsung dibebankan saat sumber daya tersebut kemudian dipindahkan, dikonsumsi, atau dijual. Perusahaan biasanya mengalokasikan biaya sumber daya alam pada jumlah estimasi unit cadang yang tersedia. Penyusutan Prinsip dasar penyusutan laba adalah laba yang mendapatkan manfaat dari penggunaan aset jangka panjang, harus menanggung bagian proporsional dan biaya aset tersebut. Penyusutan merupakan alokasi biaya bangunan dan peralatan (tanah tidak disusutkan) sepanjang masa manfaatnya. Tingkat Penyusutan Faktor tingkat penyusutan: 1. Umur masa manfaat. 2. Metode Alokasi: garis lurus, dipercepat, khusus. agian besar perusahaan. Deplesi Deplesi merupakan alokasi biaya sumber daya alam berdasarkan tingkat pemungutan. Deplesi bergantung pada produksi, menghasilkan lebih banyak produksi berarti mengeluarkan biaya deplesi yang lebih pula. Penurunan Nilai Bangunan dan sumber daya alam biasanya dusustkan selama masa manfaat berdasarkan prinsip alokasi dengan tujuan penentuan laba. Nilai yang terbawa dari asset yang disusutkan tidak dirancang untyuk merefleksikan nilai sekarang dari asset. Meskipun dengan konservatif, akuntansi seringkali melakukan refleksi nilai, dengan menurunkan nilai pada neraca (write down) untuk merefleksikan nilai saat ini. Saat Ini akuntansi tidak memperbolehkan menuliskan nilai asset untuk merefleksikan nilai pasar. Menganalisis Asset Tetap Dan Sumber Daya Alam Valuasi asset tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis. Namun, biaya historis tidak relevan dalam menilai asset pengganti. Juga biaya ini tidak dapat dibandingkan untuk beberapa lapiran keuangan perusahaan, dan tidak terlalu bermanfaat untuk mengukur biaya kesempatan atau dalam menilai kegunaan alternative dana. Dalam periode tingkat dana meningkat, biaya historis mencerminkan daya beli yang berbeda. Penilaian nilai asset tetap menjadi sebesar nilai pasar tidak diperbolehkan dalam akuntansi. Namun, konservatismen mengizinkan adanya penghapusan nilai karena penurunan nilai yang permanen. Penurunanan nilai menghilangkan beban yang terkait dengan aktivitas operasi pada periode masa depan. Aturan akuntansi untuk menurunkan nilai asset jangka panjang mewajibkan perusahaan untuk secara berkala menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang merupakan penurunan nilai. Penurunan asset setelahnya dapat mendistorsi hasil yang dilaporkan. Jika taksiran arus kas tidak lebih kecil dari nilai yang tercatat asset, maka nilai asset diturunkan. Kerugian penurunan nilai dihitung sebagai selisish nilai tercatat asset dengn nilai wajarnya. Menganalisis Penyusutan Dan Deplesi Sebagaian besar perusahaan menggunakan aset produktf jangka panjang pada aktivitas operasi mereka, dan penyusutan merupakan beban utama. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah adanya revisi masa manfaat asset. Biasanya tidak ada pengungkapan mengenai hubungan antar tingkat penyusutan dan ukuran kelompok asset, maupun antara tingkat tersebut dan metode akuntansi. Tantangan lain bagi analisis ini berasal dari perbedaan metode alokasi yang digunakan untuk pelaporan keuangan dan tujuan pajak. Menganalisa penyusustan membutuhkan evaluasi kelayakan. Evaluasi ini dapat menggunakan pengukuran seperti rasio penyusutan terhadap asset total atau penyusustan terhadap faktor yang terkait dengan ukuran lainnya. Terdapat beberapa pengukuran yang terkait dengan umur asset tetap yang berguna untuk membandingkan kebijakan penyusustan antar periode dan antar perusahaan di antaranya Rata-rata jangkauan total, umur rata-rata dan umur sisa rata-rata. Rata-rata jangkauan waktu total = umur rata-rata + umur sisa rata-rata Analisis Penurunan Nilai Tiga masalah analisis yang timbul dari penurunan nilai adalah evaluasi kelayakan jumlah penurunan nilai, evaluasi kelayakan waktu penurunan nilai, dan analisis efek penurunan nilai terhadap laba. ASET TAK BERWUJUD Asset tidak berwujud merupakan hak, istimewa, dan manfaat kepemilikan atau pengendalian. Dengan karakteristik umum tingginya ketidakpastian masa manfaat dan tidak adanya wujud fisik. Asset tidak berwujud sering kali tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya, masa manfaat yang tidak terhingga, dan mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif. Akuntansi Aset Tak Berwujud 1. Asset tak berwujud yang dapat diidentifiksikan: asset tak berwujud yang dapat diindenifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaaan selama periode manfaat yang terbatas. 2. Asset tidak berwujud yang tidak dapat diidentifikasikan: asset yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasikan dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Analisis Aset Tak Berwujud Saat kapitalisasi biaya asset tak berwujud yang dapat atau tidak dapat diidentifikasi, biaya tersebut selanjutnya harus diamortisasi sepanjang periode masa manfaat asset. Jangka masa manfaat tergantung pada dari jenis, kondisi permintaan, situasi kompetitif, hokum, kontrak, aturan atau batasan ekonomis lainnya. Misalnya, hak paten merupakan hak eksekutif yang diberikan pemerintah kepada investor selama periode tertentu. Aset Tak Berwujud Tak Tercatat Dan Kontijensi Salah satu asset tak tercatat yang terkait dengan pembebanan yang terkait dengan elemen jasa atau ide. Sebagai contoh adalah program televisi yang dicatat sebesar biaya tersembunyi untuk menghasilkan penghasilan lisensi yang bernilai jutaan.