Analisi Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang (Analisis IS-LM) Fajar Ari Wicaksono [email protected] Dalam ekonomi konvensional terdapat keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang. Keseimbangan tersebut terjadi antara pendapatan nasional (Y) dengan tingkat bunga (i). Dalam keadaan keseimbangan besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat buga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) keseimbangan baik di pasar barang maupun di pasar uang, menurut Eko Suprayitno. Keseimbangan pada pasar barang disimbolkan dengan kurva IS, dan keseimbangan pada pasar uang disimbolkan dengan kurva LM. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana keseimbangan pasar barang dan pasar uang dalam ekonomi konvensional terbentuk. KESEIMBANGAN PASAR BARANG : KURVA IS Untuk menguraikan keseimbangan pada pasar barang dalam ekonomi konvensional, kami menyajikan analisa grafik berdasarkan buku yang ditulis oleh Eko Suprayitno tentang keseimbangan pasar barang dan pasar uang. Pasar barang ditulis juga sebagai sektor riil dalam bukunya Eko Suprayitno tersebut dalam pembahasan mengenai 1 ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Stabilitas ekonomi makro dilihat dari keseimbangan antara permintaan (yang ditunjukkan oleh total pengeluaran) dan penawaran yang ditunjukkan oleh kemampuan perekonomian tersebut mengghasilkan barang dan jasa yang terjadi di pasar tersebut. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa menurut Keynes pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh pendapatan. Secara matematis, hubungan fungsional antara pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dan pendapatan (Y) dapat dinyatakan sebagai berikut : C = f (Y) Kita juga mengetahui bahwa investasi perusahaan sangat tergantung dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil investasi yang dilaksanakan, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu hubungan matematisnya adalah sebagai berikut : I = f(i) Di mana ∆I/∆I < 0 Secara eksplisit bentuk poersamaan investasi sebagai berikut : I = I0 – ki Dimana : I0 : besarnya pengaruh investasi pada saat tingkat bunga = 0 i : tingkat bunga umum k : besarnya koefisien tingkat bunga Dalam analisis keseimbangan pasar barang atau sektor riil, kondisi keseimbangan perekonomian dapat digambarkan ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva IS. Menurut Mankiw untuk terbentuknya kurva IS tersebut, maka Mankiw menggunakan model Keynesian cross. Keynesian cross adalah model dasar dalam penentuan pendapatan. Ini mengambil kebijakan fiskal dan perencanaan investasi sebagai exogenous dan kemudian menunjukkan bahwa terdapat satu level dari pendapatan nasional yang mana actual expenditure sama dengan planned expenditure. Secara matematisnya adalah : Y=E Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dalam kebijakan fiskal memiliki dampak multiplier atas pendapatan. Mankiw juga menyatakan bahwa perencanaan investasi 2 tergantung dengan tingkat bunga, Keynesian cross menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan pendapatan nasional. Makin tinggi tingkat bunga, maka makin rendah investasi yang akan ditanamkan, hal ini akan mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari grafik berikut ini : (c) The Keynesian Cross Expenditure, E Actual Expenditure Planned Expenditure 0 (a) Interest rate,r Interest rate, r Y1 (b) r2 r2 r1 r1 0 Income, output, Y Y2 IS I I2 0 I1 Y Y2 Y1 Invesment, I Gambar 1. Menurunkan kurva IS secara grafik Dari gambar 1 diatas pada grafik a yang menunjukkan fungsi investasi, yang mana pertambahan tingkat bunga dari r1 ke r2, mengakibatkan penurunan tingkat investasi dari I1 ke I2. Penurunan investasi ini juga mempengaruhi Keynesian cross yang ditunjukkan pada grafik b hubungan antara pengeluaran dengan pendapatan nasional. Ketika terjadi penurunan investasi, maka pendapatan juga mengalami penurunan dari Y1 ke Y2.. Grafik a dan b tersebut kita turunkan akan menghasilkan kurva IS yang ditunjukkan pada grafik 3 c hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan. Ketika tingkat bunga mengalami kenaikan dari r1 ke r2, maka mengakibatkan penurunan pendapatan dari Y1 ke Y2. Kurva IS akan mengalami perubahan, apabila terjadi perubahan dalam kebijakan fiskal. Apabila pemerintah melakukan pertambahan pada tingkat pembeliannya, sehingga menaikkan planned expenditure. Dianggap bahwa G dan T tetap ketika terjadi perubahan kebijakan fiskal dan tingkat bunga juga tetap, maka hal ini akan mengakibatkan pendapatan mengalami kenaikan, sehingga kurva IS bergerak ke kanan, hal ini dapat ditunjukkan pada gambar 2 berikut ini. Interest rate,r r IS2 IS1 0 Y1 Y2 Income, output, Y Gambar 2. Pengaruh perubahan kebijakan fiskal terhadap kurva IS Mankiw menyimpulkan bahwa kurva IS menunjukkan kombinasi antara tingkat bunga dan pendapatan nasional, bahwa hal tersebut sesuai dengan keseimbangan pada pasar barang. Kurva IS digambarkan untuk kebijkan fiskal. Perubahan pada kebijakan fiskal yang mengakibatkan kenaikkan permintaan akan barang dan jasa akan menggerakkan kurva IS ke kanan. Perubahan kebijakan fiskal yang mengakibatkan penurunan permintaan akan barang dan jasa mengakibatkan kurva IS bergerak kekiri. 4 KESEIMBANGAN PASAR UANG : KURVA LM Dalam ekonomi konvensional, pasar uang akan berada dalam keseimbangan apabila penawaran akan uang (ms) sama dengan permintaan akan uang (md). Dalam analisis keseimbangan di pasar uang digunakan suatu kurva yang disebut kurva LM. Kurva LM adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), dimana pasar uang dalam keadaan seimbang. (Suprayitno, 2005). Sebagaimana kita ketahui bahwa penawaran akan uang (Ms) adalah ditentukan oleh pemerintah atau dinyatakan tetap. Menurut Mankiw perubahan pendapatan akan mempengaruhi permintaan akan uang. Apabila pendapatan naik, maka expenditure akan mengalami kenaikan, sehingga masyarakat banyak melakukan transaksi yangg menggunakan uang. Sehingga, kenaikan pendapatan akan mengakibatkan kenaikan permintaan akan uang. Hal ini dapat ditunjukkan secara matematis sebagai berikut : (M/P)d = L (r,Y) Permintaan akan uang memiliki hubungan negatif dengan tingkat bunga dan memiliki hubungan positif dengan pendapatan. Menurut Mankiw penurunan kurva LM dapat ditunjukkan pada gambar 3 berikut ini. Interest rate,r Interest rate,r (a) (b) r2 LM r2 L(r,Y2) r1 0 I M/P L(r,Y1) Real Money balances, M/P r1 0 Income, Output, Y Y1 Y2 Gambar 3. Penurunan kurva LM 5 Dari gambar 3 dapat kita lihat pada grafik a yang menunjukkan perubahan keseimbangan pada pasar uang, dimana ketika pendapatan mengalami kenaikan sebesar Y1 ke Y2, maka akan mengakibatkan kenaikan permintan uang, sehingga kurva Md bergerak ke kanan. Hal ini juga mengakibatkan kenaikan tingkat bunga dari r1 ke r2. Perubahan pada tingkat bunga tersebut menunjukkan kurva lm yang ditunjukkan pada grafik b.hubungan antara tingkat bunga dengan pendapatan, ketika pendapatan mengalami kenaikan, maka mengakibatkan kenaikan tingkat bunga. Menurut Mankiw untuk memahami bagaimana kebijakan moneter dapat mempengaruhi pergerakan kurva LM digunakanlah teori liquidity preference. Hal ini dapat kita lihat pada gambar 4 berikut ini. Interest rate,r LM2 r2 LM1 r1 Income, output, Y 0 Y Gambar 4. Pengaruh perubahan kebijakan moneter terhadap kurva LM Dari gambar 4 tersebut menunjukkan bagaimana pengaruhnya kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh bank sentral terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Ketika bank sentral melakukan pengurangan money supply (Ms) dari M1 ke M2, hal ini mengakibatkan keseimbangan Ms mengalami penurunan dari M1/P ke M2/P. Dianggap pendapatan tetap dan kurva permintaan uang mengalami keseimbangan, maka hal ini akan mengakibatkan kenaikan tingkat bunga pada keseimbangan pasar uang . Hal ini dengan penurunan Ms mengakibatkan kurva LM bergerak keatas. Dapat disimpulkan, bahwa kurva LM menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan pendapatan nasional yang mana hal ini sesuai dengan keseimbangan pada pasar uang. Kurva LM menggambarkan bagaimana keseimbangan penawaran akan uang riil. 6 Penurunan pada keseimbangan penawaran akan uang riil membuat kurva LM bergerak keatas, pertambahan pada keseimbangan akan uang riil membuat kurva LM bergerak kebawah. KESEIMBANGAN JANGKA PENDEK : KURVA IS-LM Menurut Mankiw kurva IS dan kurva LM dapat digambarkan dalam matematisnya sebagai berikut : IS : Y = C (Y-T) + I(r) + G LM : M/P = L (r,Y) Model tersebut menunjukkan kebijakan fiskal , G dan T, kebijakan moneter M, dan harga sebagai exogenous. Sehingga hal tersebut menunjukkan kurva IS hanya menujukkan kombinasi antara r dan Y, hal ini sesuai dengan persamaan pada pasar barang. Dan kurva LM hanya menunjukkan kombinasi antara r dan Y yang sesuai dengan persamaan pada pasar uang. Kedua kurva tersebut dapat kita lihat dari gambar 5 berikut ini. Interest rate,r LM rE IS I 0 YE Income, output, Y Gambar 5. Keseimbangan IS-LM Dari gambar 5 tersebut dapat kita ketahui hubungan antara kurva IS dan kurva LM yang menunjukkan secara simultant keseimbangan pada pasar barang dan pasar uang untuk memberikan nilai pada pengeluaran pemerintah, pajak, penawaran uang, dan tingkat harga. 7 KESEIMBANGAN SEKTOR RIIL (PASAR BARANG) DALAM EKONOMI ISLAM Keseimbangan pasar barang pada sistem ekonomi Islam sangat berbeda dengan keseimbangan pasar barang pada sistem ekonomi konvensional. Hal ini karena pada sistem ekonomi Islam, bunga (i) dihapuskan dan diganti dengan keuntungan yang diharapkan (r). ANALISIS KESEIMBANGAN SEKTOR RIIL DENGAN GRAFIK Pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) dipengaruhi oleh pendapatan (Y). Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan fungsi matematis: C = f(Y) dengan C = C1 + C2 Dimana C1 = pendapatan muzakki; C2 = pendapatan mustahiq Dalam ekonomi Islam, investasi tergantung dari besarnya tingkat keuntungan yang diharapkan dan biaya aset yang kurang produktif. Semakin besar tingkat keuntungan yang diharapkan dan semakin tinggi biaya aset yang kurang produktif, maka semakin besar pula investasi yang dilakukan, demikian sebaliknya. Kondisi keseimbangan dalam sektor riil dapat digambarkan secara grafis ke dalam sebuah kurva yang disebut kurva ISI. Kurva ISI menggambarkan kedudukan titik-titik yang menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan (r) dan pendapatan nasional (Y), dimana pasar barang berada dalam kondisi keseimbangan. Untuk menurunkan kurva ISI secara grafis, maka langkah pertama adalah menggambarkan empat buah kurva yang terdiri dari diagram I, II, III dan IV (dimulai dari kurva kanan bawah berputar kebalikan dengan arah jarum jam). 8 S S Diagram III Diagram II S=f(Y) S=I S2 S2 S1 S1 0 Y1 Y Y2 0 r I1 I2 I r Diagram IV Diagram I ISI1 r2 r1 0 r2 B A Y1 r1 Y2 Y 0 I1 I2 I Gambar 6. Menurunkan kurva ISI secara grafik Diagram I menunjukkan fungsi investasi. Fungsi ini menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan (r) dan besarnya investasi yang dilakukan (I). Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, dimana besarnya tabungan (S) sama dengan besarnya investasi (I), atau dapat dituliskan S = I. Bila tingkat keuntungan yang diharapkan adalah r1 maka menuntut agar investasi bersih menjadi I1. Keseimbangan investasi tabungan mengharuskan bahwa simpanan mesti menjadi sebesar S1 = I. Diagram III menunjukkan fungsi tabungan. Pada diagram ini tampak bahwa hanya satu tingkat pendapatan tertentu yang dapat mendorong masyarakat untuk menyediakan 9 tabungan pada tingkat yang disebutkan. Bila tingkat tabungan berada pada S1, maka dapat diperhitungkan bahwa tingkat pendapatan nasional berada pada Y1 (Metwally, 1995). Diagram IV menunjukkan kurva ISI, kurva yang menghubungkan antara titik-titik tingkat keuntungan yang diharapkan (r), dan pendapatan nasional (Y). Karena kurva ISI adalah kurva yang menghubungkan tingkat keuntungan yang diharapkan, serta pendapatan nasional, maka masing-masing sumbu pada diagram IV kita tentukan sumbu-sumbu yang akan ditempati variabel tingkat keuntungan yang diharapkan dan variabel pendapatan nasional. Pada sumbu horisontal kita tempatkan variabel pendapatan nasional (Y) dan pada sumbu vertikal kita tempatkan variabel tingkat keuntungan yang diharapkan (r). Dengan demikian, diagram yang berada di atas diagram IV yaitu diagram III adalah diagram yang menghubungkan besarnya tabungan pada berbagai tingkat pendapatan nasional (fungsi tabungan). Hubungan antara tabungan dengan pendapata nasional adalah positif, artinya makin besar pendapatan nasional, maka tabungan yang terjadi juga makin besar. (Metwally, 1995). Diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, yaitu suatu kondisi dimana besarnya investasi (I) sama dengan besarnya tabungan (S), atau dapat ditulis I = S. Diagram II merupakan kurva bantu yang menggambarkan keseimbangan di pasar barang, dimana I = S. Kurva kesamaan investasi dan tabungan adalah kurva yang ditarik dari titik (titik pusat sumbu) yang membentuk sudut 450 terhadap masing-masing sumbu, yang berarti jarak dari suatu titik tersebut ke sumbu tegak akan sama jaraknya dengan titik tersebut ke sumbu datar. Pada diagram I ditunjukkan hubungan positif antara tingkat keuntungan yang diharapkan (r), dan besarnya investasi (I). Bila tingkat keuntungan yang diharapkan naik, maka investasi yang dilakukan juga akan naik, demikian sebaliknya. Hal ini ditunjukkan dengan kurva investasi berlereng positif. Sumbu tegak pada diagram I menunjukkan variabel tingkat keuntungan yang diharapkan sedangkan sumbu datar menunjukkan besarnya investasi. 10 Untuk menghasilkan kurva ISI kita mulai dari diagram I dengan mengambil titik salah satu titik tingkat keuntungan yang diharapkan, misalnya r1. Pada kondisi tersebut, investasi yang dilakukan sebesar I1 dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan adalah S1. Tabungan sebesar S1 terjadi apabila pendapatan sebesar Y1. Apabila keadaan tersebut kita bawa ke diagram IV, maka kita peroleh satu titik di kurva ISI (misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan suatu kurva (kita anggap kurva ISI adalah linear) minimal harus ada dua titik I. Dengan demikian, kita perlu mengambil salah satu titik pada tingkat keuntungan yang diharapkan lagi, misalnya titik I2. Pada kondisi tersebut, investasi yang diinginkan sebesar I2, dan dalam keadaan keseimbangan besarnya tabungan sebesar S2. Tabungan sebesar S2 terjadi apabila pendapatan sebesar Y2. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada diagram IV, maka kita memperoleh satu titik lagi dari kurva ISI (misalnya kita beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B tersebut kita hubungkan, maka kita memperoleh kurva ISI, yaitu kurva yang menggambarkan keseimbangan di sektor riil (pasar barang) yang berlereng positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada sektor riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan keuntungan yang diharapkan, maka pendapatan nasional akan naik. Kenaikan keuntungan yang diharapkan akan menyebabkan naiknya investasi dan naiknya investasi secara langsung akan menyebabkan naiknya pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkst keuntungan yang diharapkan turun maka pendapatan nasional juga akan turun. Karena turunnya tingkat keuntungan yang diharapkan akan menyebabkan turunnya investasi. Pergeseran fungsi investasi dan fungsi tabungan (atau fungsi konsumsi) akan mengakibatkan pergeseran kurva ISI. Kenaikan biaya atas aset yang kurang produktif (menganggur) akan menyebabkan meningkatnya permintaan investasi, dan sepanjang tidak ada perubahan fungsi tabungan, akan menyebabkan pergeseran kurva ISI ke kanan bawah. 11 KESEIMBANGAN DI PASAR UANG DALAM EKONOMI ISLAM Dalam ekonomi Islam, ada dua motif utama memegang uang yaitu: Motif untuk melakukan transaksi Motif untuk berjaga-jaga Sedangkan motif untuk spekulasi, seperti yang dikemukan oleh Keynes, tidak pernah akan ada di dalam ekonomi Islam. Sehingga permintaan uang untuk tujuan spekulasi (yang merupakan fungsi dari tingkat bunga) akan sebesar nol. Oleh karena itu, permintaan uang dalam ekonomi Islam selalu berhubungan dengan tingkat pendapatan. Besarnya persediaan uang tunai akan berhubungan dengan tingkat pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Jika seseorang menerima pendapatan dalam bentuk uang tunai dan dalam waktu yang bersamaan dikeluarkan juga secara tunai, maka tidak perlu memegang uang untuk tujuan transaksi. Di sana tidak ada interval waktu untuk menjembataninya. Dalam hubungannya dengan kebutuhan pribadi, persediaan akan uang tunai yang dipegang akan lebih besar proporsi dalam interval antara penerimaan dan pendapatan. Seseorang yang mendapat bayaran bulanan akan memerlukan persediaan uang tunai rata-rata lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang mendapat bayaran harian, dengan asumsi bahwa perilaku konsumsi mereka sama. Perusahaan juga memerlukan uang tunai sebagai penghubung antara pengeluaran untuk bahan baku dan penerimaan dari penjualan produk dalam bentuk tunai. Kebutuhan uang tunai tersebut akan berubah dalam interval waktu dan tingkat aktivitas usaha. Pembayaran dari seorang pengusaha kepada pengusaha yang lain akan berubah menurut tingkatan proses produksi dan tingkatan integrasi dalam perekonomian dengan anggapan hal-hal lain tetap, meningkatkan integrasi ini, menurunkan permintaan uang tunai (Metwally, 1995;88). Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu memegang uang tunai di luar apa yang diperlukan untuk transaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka. 12 MENURUNKAN KURVA LM DENGAN METODE GRAFIK Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat. Secara matematik dirumuskan sebagai berikut: dimana: MD = permintaan uang dalam masyarakat Islam Y = pendapatan m = tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan cenderung mengurangi jumlah permintaan uang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kurva berikut: Y 3 2 1 Y1 M3D M2D 1 MD MD Gambar 7. Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam Pendapatan (Y) diukur pada garis vertikal dan permintaan uang (MD) pada garis horisontal. Bila pendapatan adalah Y1 dan tingkat biaya adalah m1 maka permintaan uang 13 adalah M1D. Kenaikan tingkat biaya ke m2 akan mengakibatkan penurunan jumlah permintaan uang dari M1D menjadi M2D. Kenaikan biaya selanjutnya menjadi m3 akan menurunkan jumlah permintaan uang menjadi M3D. Penawaran uang dalam ekonomi Islam dikontrol oleh negara sebagai pemegang monopoli atas penerbitan mata uang sebagai alat tukar yang sah (legal tender). Islam membuat suatu ketentuan yang jelas tentang suatu ”Badan Keuangan Nasional” (Central National Finance House) dengan cabang-cabang yang tersebar di seluruh negeri. Badan ini, yang pada masa awal Islam disebut ”Baitul Mal”, merupakan prototype dari semua bank sentral modern milik negara, yang melaksanakan seluruh fungsi seperti yang dilakukan oleh bank sentral, dengan mengecualikan penerbitan mata uang (issue of currency) dan fungsi lain yang telah dipercayakan Islam kepada Bendahara Negara. Negara melakukan sendiri kontrol terhadap penerbitan uang dan kepemilikan atas semua bentuk uang baik uang logam, uang kertas atau kredit. Negara melalui Badan Keuangan Nasional beserta perwakilan cabang-cabangnya berkuasa penuh untuk mengontrol uang logam, pencetakan uang kertas, dan pengadaan bahan-bahan uang dengan proporsi yang layak antara perunggu, nikel, perak, dan emas serta kertas, sesuai yang dipandang paling praktis. Benda-benda ini akan mempunyai status penuh sebagai uang sesuai dengan denominasinya, dan mesti diterima sebagai alat tukar yang sah dala semua bentuk transaksi, tanpa terpengaruh oleh keadaan apakah ia diberikan secara terpisah atau bersama-sama. Penawaran uang diasumsikan bebas dari tingkat biaya yang dikenakan atas aset yang tidak produktif dan ditetapkan oleh otoritas moneter sebagai proporsi bagi nilai transaksi atau tingkat pendapatan, yaitu: Ms = f() dan Ms = aY ; > 0 Asumsi tentang pengaruh perluasan penawaran uang ini dengan mudah dapat dimodifikasi tanpa berpengaruh pada analisanya. 14 Suatu kondisi yang penting bagi keseimbangan pasar uang ialah bahwa penawaran uang harus seimbang dengan permintaan uang. Ms = MD Bila kebutuhan akan uang melebihi penawaran, maka kelebihan penawaran itu dieliminir dengan meningkatnya biaya atas uang menganggur. Dengan kata lain, jika misalnya pada tingkat pendapatan (Y0) dan tingkat biaya (m0) maka: Md0 ( Y0 / 1 ) > Ms0 = Y0 Jika otoritas Islam akanmeningkatkan biaya atas uang menganggur untuk mencapai tingkat keseimbangan. Dengan pengandaian bahwa tingkat biaya yang baru mencapai m1, maka diperoleh persamaan sebagai berikut: Md0 ( Y0 / 1 ) = Ms0 = Y0 Kenaikan m akan mendorong sekaligus investasi dan konsumsi, dan ini akan menaikkan tingkat pendapatan menjadi Y1. Tingkat pendapatan yang baru akan meningkatkan tingkat permintaan uang (menjadi Md1), selanjutnya tingkat keseimbangan baru akan diperoleh seperti: Md1 ( Y1 / 1 ) = Ms1 = Y1 Keterkaitan antara penawaran uang, permintaan dan biaya terhadap uang yang menganggur pada ekonomi Islam dapat dilihat pada kurva berikut: M’d Ms Md 2 1 Y MD, Ms M1D M2D Gambar 8. Hubungan antara Penawaran Uang, Permintaan Uang, dan Biaya atas Uang Tunai dalam Ekonomi Islam 15 Sumbu horisontal mengukur jumlah uang (dalam penawaran-permintaan) sementara sumbu vertikal mengukur tingkat biaya atau uang menganggur. Kurva yang menunjukkan jumlah penawaran uang adalah vertikal, mengindikasikan bahwa penawaran uang ditetapkan oleh negara, tanpa terkait dengan tingkat biaya atas uang menganggur. Permintaan akan uang (untuk motivasi transaksi maupun berjaga-jaga) nampak bervariasi sebagai kebalikan dari tingkat biaya atas uang menganggur. Pada tingkat biaya m1 keseimbangan akan tercapai pada titik E1. Jika pada tingkat pendapatan sekarang dan dengan biaya-biaya yang berlaku terdapat kecenderungan untuk menahan uang (katakanlah M2D) pada tingkat biaya yang ada, maka negara akan menaikkan biaya-biaya itu ke tingkat yang cukup tinggi untuk menahan kecenderungan tersebut (Metwally, 1995). Pada gambar 3, tingkat biaya-biaya itu ditunjukkan dengan m2. Pada tingkat ini permintaan hanya akan mencapai M1D dan dengan demikian keseimbangan akan terpelihara. Suatu hal yang penting di sini ialah bahwa pemerintah, memelihara keseimbangan, tidak dengan meningkatkan penawaran uang tetapi justru dengan menaikkan biaya atas uang menganggur. Ini akanmenjamin bahwa penawaran uang tidak akan sampai ke tingkat rawan inflasi, sebagai reaksi atas peningkatan permintaan uang yang kemungkinan akan terbelanjakan kemudian tanpa mempengaruhi peningkatan akan barang dan jasa. Juga penting disinggung bahwa yang dimaksud dengan biaya atas uang menganggur adalah pajak yang adapat dibebankan negara bila mengalami tingkat inflasi. (Suprayitno, 156-157) 16 DAFTAR PUSTAKA Blanchard, Oliver. Macroeconomics. Third Edition. Massachusetts Institute of Technology. Prentice Hall Pearson Education International Mankiw, N. Gregory. Macroeconomics. 4thed. Worth Publishers. New York. 2000 Metwally, M.M, 1995, Teori dan Model Ekonomi Islam, PT. Bangkit Daya Insana, Edisi Pertama, Jakarta Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional. Edisi Pertama. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. 2005 17