Uploaded by User48292

Jurnal (Bahasa Indonesia)

advertisement
PENGARUH PEMANFAATAN MONUMEN TSUNAMI KAPAL PLTD APUNG
SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TERHADAP MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI
M. Firman Irha1, Darsiharjo2, Dede Sugandi3
Pascasarjana Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia,
Jl. DR. Setiabudi No. 229, Bandung 40154, Indonesia
1
[email protected]
Abstrak
Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung merupakan sebuah kapal peninggalan bencana gempa
dan tsunami aceh tahun 2004 lalu, kapal yang dulunya memiliki fungsi sebagai pembangkit listrik
terhempas ke daratan setelah peristiwa bencana gempa dan tsunami aceh yang terjadi pada tahun
2004 silam. Setelah dilakukan berbagai upaya perbaikan oleh pemerintah setempat akhirnya kapal
ini dijadikan sebagai monumen tsunami dan pusat edukasi masyarakat sekitar. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis metode outdoor stady dan metode pembelajaran konvensional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode quasi eksperimen. Populasi
dalam penelitian ini terdiri dua kelas yang berada di kelas XI SMAN 6 Banda Aceh, di mana
sampel penelitian terdiri dari 33 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) terdapat
peningkatan pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami pada peserta didik setelah
pembelajaran menggunakan metode outdoor study dengan memanfaatkan Monumen Tsunami
Kapal PLTD Apung sebagai sumber belajar, 2) terdapat peningkatan pemahaman mitigasi bencana
gempa dan tsunami menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan memanfaatkan
Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung sebagai sumber belajar, 3) terdapat perbedaan
pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami pada peserta didik setelah pembelajaran antara
metode outdoor study dengan metode pembelajaran konvensional dalam memanfaatkan Monumen
Tsunami Kapal PLTD Apung sumber belajar.
Kata Kunci: Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung, Sumber Belajar, Mitigasi Bencana Gempa
Dan Tsunami
1. Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia. Pendidikan selalu mengalami perubahan,
perkembangan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan di segala bidang kehidupan. Perubahan
dan perbaikan dalam bidang pendidikan meliputi berbagai komponen yang terlibat di dalamnya
baik itu pelaksana pendidikan di lapangan (kompetensi guru dan kualitas tenaga pendidik), mutu
pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan dan mutu menejemen
pendidikan termasuk perubahan dalam metode dan strategi pembelajaran yang lebih inovatif.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal
yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem
pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global [4].
Dalam beberapa dekade terakhir pandangan tentang instruksi pembelajaran telah bergeser,
perubahan pola pembelajaran dari pola yang berpusat pada guru (teacher centred) menjadi
berpusat pada siswa (student centred) atau sering disebut dengan pendekatan konstruktivisme.
Berkaitan dengan kompetensi profesional guru dalam proses pembelajaran dan kaitannya
dengan pemanfaatan sumber belajar, guru yang kreatif, profesional dan menyenangkan harus
memiliki berbagai konsep dan cara untuk mendongkrak kualitas pembelajaran, antara lain dengan
mengembangkan kecerdasan emosional (emotional quotion), mengembangkan kreatifitas
(creativity quotion) dalam pembelajaran, mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang,
membangkitkan nafsu belajar, memecahkan masalah, mendayagunakan sumber belajar dan
melibatkan masyarakat dalam pembelajaran [5]. Guru geografi dapat memanfatkan dan mendesain
lingkungan tertentu menjadi sumber belajar dengan menyesuaikannya dengan materi yang ada
dalam kurikulum sekolah.
Pemanfataan lingkungan sebagai sumber belajar geografi yaitu: Keberadaan lingkungan alam
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran geografi dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu membawa kelas ke dalam lingkungan artinya siswa dibawa ke sekitar
lingkungan, melalui pengamatan tidak langsung yaitu melalui suatu model pembelajaran,
membawa masyarakat atau lingkungan ke dalam kelas dan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar secara verbal tanpa menghadirkan lingkungan [6]
Provinsi Aceh merupakan salah satu bagian dari wilayah NKRI yang memiliki potensi besar
terkena bencana gempa dan tsunami, dengan letak astronomis 010 58' 37,2" - 60 04' 33,6" LU
dan 940 57' 57,6" - 980 17' 13,2" BT dan secara geografis berbatasan dengan laut yaitu: sebelah
utara dan timur berbatasan dengan Selat Malaka serta sebelah barat dengan Samudera Hindia.
Secara geologis Aceh dilalui oleh 2 lempeng aktif dunia yaitu Indo-Australia dan Eurasia.
Salah satu peristiwa gempa bumi besar yang pernah terjadi di Aceh adalah gempa bumi pada
tanggal 26 Desember 2004. Korban jiwa gempa dan tsunami Aceh mencapai lebih dari 237.448
jiwa sementara secara keseluruhan diperkirakan mencapai tak kurang 300.000 jiwa. Gempa yang
memiliki kekuatan 9.3 Skala Richter mengakibatkan wilayah paling ujung Sumatera porakporanda, hal ini semakin diperparah oleh bencana susulan tsunami yang masih terdengar asing di
telinga masyarakat Aceh pada saat itu [7].
Geografi merupakan salah satu disiplin ilmu yang dirasakan tepat dalam memberikan
informasi, pemahaman tentang bencana gempa dan tsunami peserta didik dapat meningkatkan
kesiapsiagaan dan mengurangi resiko dari bencana pada peserta didik. Pada dasarnya geografi
adalah ilmu yang kajiannya tidak hanya mempelajari makhluk hidup saja, melainkan benda-benda
mati yang merupakan gejala dipermukaan bumi dengan penekanan utama pada atroposfera, yang
berarti setiap gejala dipermukaan bumi dihubungkan dengan kepentingan manusia [2]. Fenomena
dan gejala bencana akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam hal kehidupan manusia,
bencana merupakan salah satu kajian ilmu geografi, ini semakin dibuktikan dengan dimasukannya
materi mitigasi bencana pada KD. 3.7 Menganalisis mitigasi dan adaptasi bencana alam dengan
kajian geografi pada Kurikulum 2013.
Salah satu sumber belajar yang berpotensial untuk digunakan oleh peserta didik dalam
memberikan pemahaman bencana gempa dan tsunami yaitu monumen wisata kapal PLTD Apung.
Fungsi monumen bukan sedekar dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang
dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa
lalu, tapi monumen juga berfungsi sebagai edukasi bagi masyarakat dan untuk menambah ilmu
pengetahuan dan mendapatkan berbagai informasi
kapal PLTD Apung ini didatangkan ke Banda Aceh guna untuk mensuplai kebutuhan listrik di
kota itu. Karena pada saat konflik dulu, menara-menara listrik dari PLN banyak dirobohkan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan pasokan listrik terhambat. Kekuatan
tsunami aceh yang sangat dahsyat dapat mengangkat benda apapun seperti terangkat dan
terbawanya kapal PLTD Apung dari pelabuhan Ulee Lheeu ke desa Punge Blang Cut. Saat terjadi
Tsunami, kapal ini pun tidak luput dari gulungan ombak, yang menyeretnya ke daratan yang
kemudian menimpa apapun yang berada dibawahnya. Pasca tsunami, PLN berniat untuk
mengembalikan kapal ini lagi ke laut, dikarenakan kondisi mesin tidak mengalami kerusakan
parah.
Tapi pemerintah setempat berkeinginan untuk menjadikannya wisata sejarah. Akhirnya PLN
hanya mencabut mesin-mesin pembangkit listrik dan kapal ini pun akhirnya dijadikan tempat
wisata. Setelah pemerintah kota Banda Aceh membebaskan lahan dan bangunan penduduk yang
berada disekitar lokasi kapal, kini lokasi monumen kapal PLTD Apung ini memiliki luas lahan
sekitar 2 Ha. Pembangunan pun terus dilakukan untuk mempercantik lokasi wisata ini. Seperti
pembangunan pagar pembatas di sepanjang lokasi kapal, pembangunan areal lahan parkir,
pembangunan taman, pembangunan monumen tsunami yang berisi catatan-catatan dan foto pasca
terjadinya tsunami saat itu, pemerintah juga mengganti isi kapal PLTD Apung dengan berbagai
media edukasi tentang bencana tsunami, hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar kapal PLTD
Apung menjadi pusat edukasi tsunami bagi masyarakat.
Dari pembahasan diatas maka yang menjadi rumusan masalah antara lain: 1) Bagaimanakah
pengaruh metode outdoor study terhadap peningkatan pemahaman siswa tentang mitigasi bencana
gempa dan tsunami dengan memanfaatan Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung sebagai sumber
belajar? 2) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran konvensional terhadap peningkatan
pemahaman siswa tentang mitigasi bencana gempa dan tsunami dengan memanfaatan Monumen
Tsunami Kapal PLTD Apung sebagai sumber belajar? 3) Adakah perbedaan peningkatan
pemahaman siswa tentang mitigasi bencana gempa dan tsunami antara metode outdoor study
dengan metode pembelajaran konvensional dalam memanfaatkan Monumen Tsunami Kapal
PLTD Apung sebagai sumber belajar?
2. Metodologi Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan deskrptif kuantitatif dengan metode quasi
eksperimen. Quasi eksperimen merupakan jenis penelitian yang peneliti membatasi pengaruh dan
kontrol pada pemilihan partisipan penelitian. Desain penelitian ini memiliki kelompok kontrol
akan tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen [3].
3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa kedua kelas baik kelas eksperimen dan
kontrol sama-sama mengalami peningkatakan pemahaman siswa terhadap mitigasi bencana gempa
dan tsunami setelah diberikan perlakuan. Pada pengujian hipotesis 1 yaitu kelas yang menerapkan
metode outdoor study dapat dilihat terdapat perbedaan pemahaman mitigasi bencana gempa dan
tsunami peserta didik sebelum diberikan perlakuan, nilai rata-rata yang didapatkan adalah 64,66
dan setelah diberikan perlakuan menjadi 78 dengan persentase rata-rata peningkatannya sebesar
36,05%. Rata-rata nilai Gain yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 0,36 yang termasuk
katagori sedang.
Pada hipotesis 2, yaitu kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dapat
dilihat nilai rata-rata sebelum diberikan perlakuan adalah sebesar 44 dan setelah diberikan
perlakuan menjadi 60 dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 28,12%. Rata-rata nilai Gain
yang diperoleh kelas kontrol adalah 0,28 yang termasuk ke dalam katagori rendah.
Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dapat meningkatkan
pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami peserta didik dengan memberikan pengalaman
tidak langsung kepada peserta didik akan tetapi peningkatan yang diperoleh kelas yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional tidak sebanding dengan kelas yang berkunjung
langsung ke Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung.
Pada hipotesis 3, yaitu perbedaan pemahaman siswa terhadap mitigasi bencana gempa dan
tsunami antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan membandingkan nilai posttest setiap
kelas, didapatkan hasil berupa adanya perbedaan pemahaman siswa terhadap mitigasi bencana
gempa dan tsunami antara kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol, dimana kelas
eksperimen lebih unggul dengan nilai rata-rata posttest sebesar 78 sedangkan kelas kontrol
mendapatkan nilai 60. Nilai Gain rata-rata eksperimen sebesar 0,36 berkatagori sedang, untuk
kelas kontrol didapatkan nilai Gain sebesar 0,28 berkatagori rendah. Persentase kenaikan rata-rata
kelas eksperimen sebesar 36,05%. sedangkan kelas kontrol 28,12%.
Dengan menggunakan metode outdoor study peserta didik mendapatkan pengalaman langsung
yang tidak dapat diciptakan di ruangan kelas hal ini membuki teori dari Dale Cone’s Exprience
people will generally remember: 10% of what they read 20% of what they hear 30% of what they
see 50% of what they hear and see,[1]. Pengalaman langsung akan mengaktifkan indera peserta
didik secara kongret dibandingkan pembelajaran konvensional yang hanya mengaktifkan indera
pengelihatan dan indera pendengaran serta dilakukan didalam kelas, hal ini akan memberikan
pengaruh terhadap penerimaan isi pengajaran atau pesan.
4. Kesimpulan.
1) Terdapat peningkatan pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami pada peserta didik
setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode outdoor study dengan
memanfaatkan Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung sebagai sumber belajar. Hal ini
menunjukan bahwa metode outdoor study berpengaruh terhadap meningkatnya pemahaman
mitigasi bencana gempa dan tsunami peserta didik. 2) Terdapat peningkatan pemahaman mitigasi
bencana gempa dan tsunami pada kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional dengan memanfaatkan Monumen Tsunami Kapal PLTD Apung sebagai sumber
belajar. Hal ini menunjukan bahwa metode pembelajaran konvensional berpengaruh terhadap
meningkatnya pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami peserta didik. 3) Terdapat
perbedaan pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami pada peserta didik setelah
pembelajaran antara kelas eksperimen dengan menggunakan metode outdoor study dengan kelas
kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam memanfaatkan Monumen
Tsunami Kapal PLTD Apung sumber belajar. Kelas yang menggunakan metode outdoor study
lebih baik dalam meningkatkan pemahaman mitigasi bencana gempa dan tsunami pada peserta
didik dibandingkan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Referensi:
1. Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
2. Kamil, Pasya. (2002). Masyarakat Indonesia Dalam Dinamika. Bandung: Buana Nusantara.
3. Levy, Y, dan Timothy J. E. (2011). A Guide for Novice Researchers on Experimental and
Quasi-Experimental Studies in Information Systems Research. Interdisciplinary Journal of
Information, Knowledge, and Management Volume 6 2011.
4. Mulyasa. (2006). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
5. Mulyasa, E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kemandirian Guru
dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
6. Ningrum, E. (2004). Kompetensi guru mendayagunakan lingkungan dalam pembelajaran IPS.
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Vol. 13 No. 23. Hlm: 39- 40.
7. Tedjakusuma, G.I (2008). Analisis Paska Bencana Tsunami Ciamis-Cilacap. Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 2 Hlm 78-83
Download