BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara yang berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan , biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan(post partum), bayi dan keluarga khususnya, serta masyarakat umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu bidang pelayanan kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat atau ibu itu sendiri. Asuhan masa nifas diperlukan dalam perioda ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (buku acuan nasional, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006). Meskipun persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini ditunjang dengan kemajuan yang pesat dalam bidang kesehatan, adanya antibiotika berspektrum luas, teknik pertolongan persalinan yang lebih sempurna serta tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih, namun tidak menutup kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu seperti infeksi pada masa ifas, partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, serta terhadap bayi yaitu IVFD, asfeksia, prematuritas. Bila komplikasi yang terjadi pada bayi tidak ditanggulangi secara dini dapat meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Bedasarkan hal tersebut diatas, untuk menekan angka kematian pada ibu akibat komplikasi dari persalian dengan riwayat ketuban pecah dini diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kususnya bagi tenaga keperawatan untuk membeikan asuhan pada ibu post partum dengan 1 riwayat ketuban pecahdini yang komprehensif, sehingga ibu dapat kembali pada keadaan semuala sesuai waktunya tanpa komplikasi. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas penulisan tertarik mengambil kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini (KPD), dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus, kasus yang terjadi khususnya pada pasien ketuban pecah dini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari Ketuban Pecah Dini ? 2. Apa etiologi dari Ketuban Pecah Dini? 3. Apa manifestasi klinis dari Ketuban Pecah Dini? 4. Apa patofisiologi dari Ketuban Pecah Dini? 5. Apa komplikasi dari Ketuban Pecah Dini? 6. Apa pemeriksaan penunjang dari Ketuban Pecah Dini? 7. Apa penatalaksanaan dari Ketuban Pecah Dini? 8. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ketuban Pecah Dini? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari Ketuban Pecah Dini. 2. Mengetahui etiologi dari Ketuban Pecah Dini. 3. Mengetahui manifestasi klinis dari Ketuban Pecah Dini. 4. Mengetahui patofisiologi dari Ketuban Pecah Dini. 5. Mengetahui komplikasi dari Ketuban Pecah Dini. 6. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari Ketuban Pecah Dini. 7. Penatalaksanaan dari Ketuban Pecah Dini. 8. Asuhan keperawatan pada Ketuban Pecah Dini. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Protein Premature Rupture Of Membrane (PPROM) 2.1.1 Definisi Ketuban pecah dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini/protein premature rupture of membrane (PPROM) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungandan KB 2010). 2.1.2 Etiologi Meningkatnyatekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : 1. Inkompetensi serviks (leher rahim) Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. 3 2. Peninggian tekanan intrauterin Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. 3. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis. 4. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah(Saifudin. 2002). 5. Makrosomia Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah (Winkjosastro, 2006). 6. Hidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. 7. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. 8. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic disproporsi). 4 9. Korioamnionitis Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama. 10. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. 11. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik 12. Riwayat KPD sebelumya. 13. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 14. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu. 2.1.3 Manifestasi Klinis Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. 2.1.4 Patofisiologi Ada factor penyebab seperti hipermotilitas rahim, selaput ketuban yang terlallu tipis, infeksi dan factor predisposisi, multipara, malposisi, servik, inkompeten, gemeli, hidramnion, adanya factor- 5 faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut disebut periode laten atau large periode (lp). Makin muda umur hehamilan makin memanjang lpnya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu pada premi 10 jam dan pada multi 10 jam. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap janin yaitu walaupun ibu belum menunjukkan gejala gejala infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dulu terjadi (amnionitis). Sebelum gejala dirasakan pengaruh terhadap ibu yaitu karena jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi terlalu sering dipriksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai peritonitis dan sptikemia, ibu merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama maka terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,50 C, nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi yang akan meningkatkan angka kematian ibu. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dimulai dari selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangya jaringan ikat dan vaskularisasi bila terjadi pembukaan servik maka selaput ketuban sangat melemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. Kemudian kolagen terdapat pada lapisan kompakta. Amnion, fibroblast, jaringan rektikuler, korion, dan trofotblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin – 1(IL-I) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-I dan prostaglandin, menghasilkan kolagenese jaringan sehingga terjadi depolimrisasi kolagen pada selaput korin / amnion menyebabkan selaput ketuban tipis. 6 2.1.5 Pathway HIS b’ulang Mengiritasi nervus pudendalis s Stimulus nyeri Gravida Kanalis serviks selalu terbuka akibat kelainan serviks uteri Mudahnya pengeluaran air ketuban Infeksi genetalia Kelainan letak janin tdk ada bagian trendah yg menutupi PAP yg menghalangi tekanan thdp membran Serviks inkomplit Proses biomekanik bakteri mengeluarkan enzi proteolitik Selaput ketuban mudah pecah Nyeri akut Dilatasi berlebihan servik Ketegangan uterus bertambah Selaput ketuban menonjol dan mudah pecah Servik tdk bisa menahan tekanan intra uterus KPD Air ketuban terlalu banyak keluar Distosia/partus kering Kurang familier dengan sumbersumber informasi tentang KPD Tdk ada perlindungan dunia luar dg daerah rahim Defisiensi pengetahuan Mudahnya mikroorganisme masuk secara asenden Laserasi pd jlan lahir Ansietas Resiko infeksi Kecemasan ibutrhdap kselmatan anin & ibu 7 Gemeli, polihidramnion 2.1.6 Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal. 1. Infeksi risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah Dini,pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. 2. Hipoksia dan asfiksia dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat. 3. Syndrom deformitas janin Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal. 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 1) Memeriksa adanya cairan yang kluar dari vagina berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo, atau bila infeksi berbau. 2) Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah pecah. 8 3) Test ferning : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi merah ( asama ) berarti air kemih ( urine ). Darah dari infeksi vagina dapat menghasilkan test positif palsu. 4) Pemeriksaan leukosit darah >15.000/ Ul bila terjadi infeksi. 5) USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang 2.1.8 Penatalaksanaan 1. Pasien dirawat di rumah sakit. 2. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. 3. Dengan pemikiran janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru dapat terjadi. 4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan. 5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan atau menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan bayi. 9 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Protein Premature Rupture Of Membrane (PPROM) 2.2.1 Pengkajian Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008). 1. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Keluhan utama Keluhan utama pada ketuban pecah dini biasanya : keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering. 3. Riwayat menstruasi Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus. 4. Riwayat Perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa. 5. Riwayat Obstetris Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh. 10 6. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang. 7. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga. 8. Data biologis a. Bernapas Tanyakan kesulitan dalam bernapas terutama setelah pembedahan. b. Makan dan Minum Tanyakan bagaimana kebisaan makan dan minum pasien apakah telah mengandung zat gizi. c. Eliminasi Tanyakan kebiasaan dan kesulitan atau masalah dalam BAB dan BAK. d. Istirahat dan Tidur Perlu ditanyakan bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat menganggu istirahat dan tidur pasien. e. Gerak dan Aktifitas Observasi hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah aktifitas. f. Kebersihan Diri Observasi kebersihan diri terutama payudara dan vulva. g. Berpakaian Tanyakan kebiasaan mengganti pakaian. 11 h. Pengaturan Suhu Tubuh Tanyakan apakah pasienselama hamil dan pasca pembedahan mengalami peninggkatan suhu tubuh dan penurunan suhu tubuh. i. Seksualitas Tanyakan pola seksualitas dan frekuensi sebelum,saat dan setelah hamil serta keluhan saat melakukan hubungan seksual. 9. Data Psikologis a. Rasa nyaman Tanyakan ketidak nyamanan yang dirasakan pasca melahirkan. b. Rasa aman Kaji hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien. 10. Data Sosial a. Sosial Tanyakan tentang interaksi atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain. b. Konsep Diri 1) Identitas Diri Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa sudah menjadi seorang ibu. 2) Harga Diri Tanyakan pada pasien apakah merasa minder atau senang dengan kehadiran anaknya. 3) Ideal Diri Tanyakan pada pasien apakah ada cita-cita untuk merawat anaknya. 4) Gambaran Diri Tanyakan pendapat tentang dirinya. 5) Peran Diri Tanyakan pada pasien sadarkah pada perannya sekarang setelah memiliki anak. 12 c. Bermain dan Berekreasi Tanyakan pada kebiasaan pengisian waktu luang. d. Prestasi Kaji hal-hal yang membanggakan dari pasien yang ada hubungan dengan kondisinya. e. Belajar Kaji tingkat pengetahuan pasien dengan sectio caesarea meliputi perawatan lika,perawatan payudara,kebersihan vulva atau cara cebok yang benar,nutrisi KB,seksual serta hal-hal yang perlu ditanyakan tentang perawatan bayi yang ,merawat tali pusat dan cara meneteki yang benar. 11. Data Spritual Kaji kepercayaan pasien terhadap Tuhan. 12. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh dan keadaan kulit. b. Gejala Kardinal Observasi vital sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi. c. Ukuran ukuran lain Kaji berat badan sebelum, saat hamil, saat pengkajian dan tinggi badan. d. Keadaan fisik 1) Kepala Observasi kulit kepala, kebersihan, adanya nyeri tekan. 2) Muka Pucat, koloasma gravidarum, adanya nyeri tekan, adanya odema. 13 3) Mata Observasi pergerakan bola mata, adanya nyeri tekan, konjungtiva pucat atau tidak. 4) Hidung Observasi kesimetrisan, adanya sekret, adanya nyeri tekan, pernafasan cuping hidung. 5) Telinga Observasi kesimetrisan, adanya nyeri tekan, kebersihan, pendengaran. 6) Mulut Observasi membran mukosa, lidah, stomatis, adanya pembesaran tonsil, kebiruan dan karies. 7) Leher Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe. 8) Thorak Observasi pergerakan otot dada saat bernafas, retraksi otot dada, adanya wheezing, rhonci dan bunyi jantung. 9) Payudara Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, keadaaan puting susu, hiperpigmentasi aerola mamae, lecet/luka, pembengkakan buah dada, pengeluaran (kolostrum, asi, nanah). 10) Abdomen Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi, distensi kandung kemih, bising usus, terdapat striae. 11) Ekstremitas Kemampuan pergerakan, cianocis dan odema. 12) Genetalia dan anus 14 Kebersihan, pengeluaran rochea (jumlah, warna, bau, konsistensi) haemoroid. 13) Data penunjang Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti data laboratorium. 2.2.2 Diagnosa keperawatan 1. Analisa Data No. Symtom 1. DO: a. Gelisah b. Perasaan takut c. Peningkatan kekhawatiran d. Perasaan tidak adekuat Etiologi KPD ↓ Air ketuban terlalu banyak keluar ↓ Kecemasan ibutrhdap kselmatan janin & ibu 2. DS: KPD a. Mengungkapkan secara ↓ verbal atau melaporkan Air ketuban terlalu [nyeri] dengan isyarat banyak keluar ↓ Distosia/partus DO: kering a. Posisi untuk menghindari ↓ nyeri Laserasi pd jlan b. Perubahan tonus otot lahir c. Perubahan selera makan d. Perilaku ekspresif. e. Wajah topeng [nyeri] f. Perilaku menjaga atau melindungi nyeri. g. Bukti nyeri dapat diamati. 3. DS: a. Mengungkapkan masalah secara verbal DO: a. Performa uji tidak akurat KPD ↓ Kurang familier dengan sumbersumber informasi tentang KPD 15 Problem Ansietas Nyeri Akut Defisiensi pengetahuan (proses penyakit) b. Perilaku tidak sesuai atau berlebih-lebihan. 4. DS: DO: KPD ↓ Tdk ada perlindungan dunia luar dg daerah rahim ↓ Mudahnya mikroorganisme masuk secara asenden Resiko Infeksi 2. Rumusan Diagnosa 1) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit ditandai dengan pasien tampak: Gelisah, Perasaan takut,Peningkatan kekhawatiranPerasaan tidak adekuat. 2) Defisiensi pengetahuan (proses penyakit) berhubungan dengan pasien tidak mengetahui sebab akibat terjadinya KPD ditandai dengan pasien mengungkapkan masalah secara verbal, performa uji tidak akurat, perilaku tidak sesuai atau berlebihlebihan. 3) Nyeri akut berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahim ditandai dengan pasien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan isyarat, posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot. perubahan selera makan, perilaku ekspresif, wajah topeng [nyeri], perilaku menjaga atau melindungi nyeri, bukti nyeri dapat diamati. 4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen. 16 2.2.3 Intervensi Keperawatan No Diagnosa 1. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang Penyakit berhubungan dengan pasien tampak: Gelisah, Perasaan takut, Peningkatan kekhawatiran Perasaan tidak adekuat. 2 Defisiensi pengetahuan (proses penyakit) berhubungan dengan pasien tidak mengetahui sebab akibat terjadinya KPD ditandai dengan pasien mengungkapkan masalah secara verbal, performa uji tidak akurat, perilaku tidak sesuai atau berlebih-lebihan. Tujuan dan KH Tujuan:setelah diberikan asuhan keperawatan …x… jam pasien mampu mendemonstrasikan pengendalian diri terhadap ansietas. Kriteria Hasil: 1. Mengungkapkan secara verbal perasaan (misalnya sedih, marah, kehilangan) dan pikiran dengan perawat dan/ orang terdekat. 2. Mengungkapkan penurunan perasaan ansietas. 3. Mengidenfikasi area kontrol pribadi. 4. Mengekspresikan perasaan positif mengenai hubungan dengan orang terdekat. 5. Menerima keterbatasan dan mencari bantuan sesuai kebutuhan. Tujuan:setelah diberikan asuhan keperawatan …x… jam Pengetahuan pasien adekuat. Kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang penyakit yang dialami. 2. Pasien dan keluarga tidak cemas 17 Intervensi 1. Pantau tanda atau gejala ansietas. 2. Kaji dukungan yang diberikan oleh orang terdekat pasien. 3. Pantau ekspresi perasaan ketidak berdayaan atau putus asa. 4. Tentukan sumber ansietas. 5. Berikan informasi mengenai penyakit dan prognosis pasien. 6. Berikan jawaban langsung dan jujur terhadap pertanyaan pasien. 7. Dukung kebutuhan spiritual tanpa memaksakan kepercayaan perawat kepada pasien. 8. Dengarkan dengan penuh perhatian. 9. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan kepada orang terdekat dan / perawat. 10. Gunakan keterampilan komunikasi terapiutik untuk membangun hubungan saling percaya dan memfasilitasi ekspresi kebutuhan pasien. 1. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit. 2. Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi jika diperlukan. 3. Penyuluhan : individual (NIC) a. Tentukan kebutuhan belajar pasien. b. Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini. c. Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus. d. Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu. e. Ikut sertakan keluarga dan orang terdekat No Diagnosa Nyeri akut berhubungan 3 dengan terjadi nya ketegangan otot rahim behubungan dengan pasien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan isyarat, posisi untuk menghindari nyeri, perubahan tonus otot. perubahan selera makan, perilaku ekspresif, wajah topeng [nyeri], perilaku menjaga atau melindungi nyeri, bukti nyeri dapat diamati. Tujuan dan KH Tujuan:setelah diberikan asuhan keperawatan …x… jampasien Memperlihatkan pengendalian nyeri Kriteria hasil : 1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan. 2. Mempertahankan tingkat nyeri atau kurang ( dengan skala nyeri 0-10). 3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi. Intervensi 1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan utama untuk mengumpuklan informasi pengkajian. 2. Minta pasien untuk menilai nyeri pada sekala 0-10. 3. Manajemen nyeri (NIC): a. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor prpitasinya. b. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif. c. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri. d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, distraksi, ralaksas, hipnotis, dll) sebelum, setelah dan jika memungkinkan selama kativitas yang menimbulkan nyeri. 4. Kolaboratif: a. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat. b. Berkolaborasdengan dokter pemberian obat analgetik Resiko4 infeksi berhubungan Tujuan:setelah diberikan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi. dengan prosedur invasif, asuhan keperawatan …x… 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan pecah ketuban, kerusakan jam Faktor resiko infeksi kerentanan terhadap infeksi. kulit, penurunan hilang. 3. Pantau hasil laboratorium. hemoglobin, pemajanan Kriteria hasil: 4. Amati penampilan praktik hiegiene pada patogen. 1. Terbebas dari tanda dan personal untuk perlindungan terhadap gejala infeksi. infeksi. 2. Memperlihatkan 5. Jelaskan kepada pasien dan keluarga higiene personal yang mengapa sakit atau terapi adekuat. meningkatkan resiko terhadap infeksi. 3. Melaporkan tanda atau 6. Instruksikan untuk menjaga higiene gejala infeksi serta personal untuk melindungi tubuh mengikuti prosedur terhadap infeksi. skrining dan 7. Pengendaliana infeksi (NIC): pemantauan. a. Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar. 18 No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi b. Ajarkan pasien dan pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien. 8. Tindakan kolaborasi : a. Ikuti protokol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif. b. Berikan terapi antibiotik (jika diperlukan.) 2.2.4 Implementasi Keperawatan Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik. 2.2.5 Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan dilanjutkan. 19 intervensi yang akan BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Yang biasanya disebabkan oleh infeksi, polihidramnion, gemeli, inkompetensi serviks, peningkatan tekanan intra uteri dan lain-lain. 20 DAFTAR PUSTAKA Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP. Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC. 21