Sejarah Perkembangan Vokasi dari Pra Kemerdekaan sampai Repelita Makalah Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Vokasi dan Ketenagakerjaan Oleh Firdamdam Sasmita (NIM) 1906671 R. Ergy Rangga Surya (NIM) 1906481 Rony Patria (NIM) 1906874 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2 BAB I Zaman Kemerdekaan (1945 – 1969)........................................................................... 3 1.1 SLTP............................................................................................................................ 3 1.2 SLTA ........................................................................................................................... 3 1.3 Ford Foundation ......................................................................................................... 4 1.4 PCPPT ......................................................................................................................... 4 BAB II Pelita I dan II (1969 – 1979)....................................................................................... 4 2.1 BPPT ........................................................................................................................... 4 2.2 Potential Tradesman ................................................................................................... 4 2.3 Upgrading Course ....................................................................................................... 4 BAB III Pelita iII (1969 – 1979) .............................................................................................. 4 3.1 Program D-III Guru Kejuruan ..................................................................................... 4 3.2 Sekolah Menengah Kejuruan Multi Disiplin .............................................................. 5 3.3 Afiliasi Sekolah dengan Industri ................................................................................. 5 BAB IV Pelita IV (1969 – 1979) .............................................................................................. 6 BAB V Pelita V (1969 – 1979) ................................................................................................. 7 BAB VI Pelita VI (1969 – 1979) .............................................................................................. 7 BAB VII List Kontribusi Tugas ............................................................................................. 8 2 BAB I Zaman Kemerdekaan (1945 – 1969) 1.1 SLTP Di zaman kemerdekaan, untuk masyarakat yang merupakan lulusan taman kanakkanak yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya di suatu sekolah, sekolah tersebut dinamakan dengan sekolah rakyat. Sekolah rakyat ini jika di zaman sekarang disebut dengan sekolah dasar, di mana sekolah dasar adalah jeng jeng pendidikan yang kita tempuh sebelum memasuki SMP. Namun, di zaman kemerdekaan, setelah pendidikan yang dinamakan dengan sekolah rakyat, selanjutnya akan memasuki suatu sekolah yang bernama SLTP. SLTP merupakan singkatan dari pendidikan lanjutan tingkat pertama nama yang yang terbagi dalam dua jenis sekolah, salah satunya yaitu jenis sekolah yang bersifat khusus. Khusus disini merupakan suatu sekolah yang disiapkan untuk memasuki sekolah kejuruan berikutnya, dalam artian tingkat atasnya setelah tingkat pertama, jika di zaman sekarang dinamakan dengan SMP. Menariknya, di zaman kemerdekaan SMP pun sudah dibangun suatu sekolah dalam SLTP tersebut yang bersifat khusus dalam artian lain ada suatu pembelajaran yang menerapkan keterampilan, cara mayoritas mungkin keterampilan yang diunggulkan, dibandingkan dengan sekolah umum, sMP pada umumnya yang secara pembelajaran secara mayoritas diungguli oleh konsep teoritis dari materi yang disampaikan. Sekolah kejuruan dalam SMP di sini dibangun berdasarkan falsafah pendidikan yang dicetuskan oleh badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat atau KNIP di tahun 1945. Adapun jenis-jenis sekolah yang terdapat dalam sekolah kejuruan pada tingkatan SLTP, diantaranya kola kerajinan, teknik pertama, teknik, ekonomi pertama, dan kesejahteraan keluarga pertama. 1.2 SLTA Setelah menempuh jenjang pendidikan pada tingkat pertama, setiap siswa dapat memilih pendidikan selanjutnya, entah itu berlatar pendidikan sekolah umum maupun sekolah khusus yang terdapat di SLTP. Sekolah pendidikan khusus yang terdapat di SLTP memiliki tujuan khusus di sekolah tersebut untuk dapat melanjutkan ke jenjang sLTA secara khusus pula. Hal itu dikarenakan SLTA merupakan suatu sekolah pada pendidikan lanjutan tingkat atas setelah tingkat pertama yang memiliki dua jenis sekolah juga, yang pertama sekolah umum dan yang kedua adalah sekolah khusus. Sekolah 3 umum banyak diminati oleh setiap siswa karena setiap siswa yang mengikuti sekolah umum berkeinginan untuk dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi telah lulus di sekolah tersebut. Beda halnya dengan pendidikan khusus yang difokuskan kepada keterampilan setiap siswanya, setiap siswa cara mayoritas berkeinginan untuk memasuki dunia industri setelah lulus di sekolahnya. Salah satu yang menarik di sini adalah pendidikan khusus yang terdapat di SLTA. SLTA jika di zaman sekarang itu seperti SMA yang secara mayoritas sMA sekarang itu itu sudah tidak ada lagi dan dipisahkan dengan yang dinamakan kejuruan, bahkan kejuruan sudah di khusus kan pada sekolah SMK. Seperti halnya SLTP, berdasarkan falsafah pendidikan, sLTA ini dibangun oleh badan pekerja Komite Nasional Indonesia atau KNIP untuk menerapkan sekolah kejuruan di tingkat pertama dan atas pada tahun 1945. Setiap sekolah khusus yang ada di sini ini terdiri dari sekolah menengah teknik, Menengah ekonomi atas, kesejahteraan keluarga atas, dan guru A. 1.3 Ford Foundation 1.4 PCPPT BAB II Pelita I dan II (1969 – 1979) 2.1 BPPT 2.2 Potential Tradesman 2.3 Upgrading Course BAB III Pelita III (1969 – 1979) 3.1 Program D-III Guru Kejuruan Pada Pelita III pemerintah berpusat untuk mengatasi kekurangan guru yang sangat mendesak dengan memanfaatkan sumber-sumber yang telah di bangun di Peita sebelumnya, dalam hal ini Pusat pengembangan Penataran Guru (PPPG) Teknologi di Bandung dan PPPG Kejuruan di Ragunan Jakarta menjadi modal dasar yang dapat 4 dioptimalkan, untuk itu usaha lintas pintas di lakukan kerjasama dengan direktorat jendral pendidikan tinggi, Konsersium Ilmu Pendidikan, dan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan membuka Program D-III Guru Kejuruan yang diselenggarakan di PPPG Teknologi dimulai pada bulan Januari 1981, sedangkan untuk guru kejuruan diselenggarakan di PPPG Kejuruan dimulai sejak tahun 1982. Masa pendidikan Program D-III Guru Teknologi/Kejuruan tersebut adalah 6 semester yang ditempuh melalui pendidikan di institusi (PPPG Teknologi atau PPPG Kejuruan) selama 3 semester, dan 3 semester lainnya diselenggarakan secara berlapis di SMK yang ditunjuk. Selama mengikuti pendidikan di SMK, mahasiswa diwajibkan melakukan 40 jam tatap muka per minggu termasuk 12-18 jam pelajaran mengajar di bawah supervisi guru senior di SMK yang bersangkutan. Mulai semester IV, mahasiswa dilatih untuk membangun kerjasama dengan industri setempat guna memperoleh pengalaman industri. 3.2 Sekolah Menengah Kejuruan Multi Disiplin Inovasi lain yang dikembangkan adalah menempatkan beberapa sekolah kejuruan dalam satu lokasi dengan administrasi, sehingga fasilitas dan guru dapat dimanfaatkan lebih efisien. Pada waktu itu, gagasan ini disebut Sekolah Menengah Kejuruan Multi-Disiplin dan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi penyelanggaraan pendidikan kejuruan. Gagasan ini direalisasikan oleh sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh yayasan Kartini Batam dengan membuka program Rekayasa, Bisnis dan Industri Pariwisata dalam satu sekolah. Pada sekolah kejuruan negri, inovasi ini baru dapat direalisasikan sekitar dua dasawarsa kemudian. 3.3 Afiliasi Sekolah dengan Industri Inovasi yang dilakukan pemerintah selanjutnya dimulainya kerjasama antara sekolah dengan industry, contohnya berafiliasinya STM Penerbangan Bandung dengan PT. IPTN yang kini menjadi PT. Digantara Indonesia. 5 BAB IV Pelita IV (1969 – 1979) 4.1 Persoalan Pendidikan Kejuruan Pada Repelita IV, masih digunakan sebutan SMTP dan SMTA. Sejak disahkan UU No. 2/1989 Tenatang sistem Pendidikan nasional, istilah SMTP berubah menjadi SLTP ( Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ) yang menjadi bagian dari Pendidikan dasar Sembilan tahun, dan SLTA ( Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yang teridir dari atas Sekolah Menengah Umum ( SMU ), Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) 4.2 Relevansi dan Mutu Pendidikan Masalah mutu dan relevansi Pendidikan menengah kejuruan terhadap laju pembangunan nasional perlu dilihat dalam konteks mencakup kepentingan siswa dan tamatan sebagai subyek yang terlibat dalam ruang lingkup Pendidikan, harapan masyarakat, dan lingkungan sebagai tempat pengabdiannya serta kesempatan kerja baik yang tersedia maupun diperkirakan akan tersedia 4.2.1 Penyediaan Guru dan Tenaga Pendidik Persoalan yang mencolok pada repelita ini dalam dunia SMK adalah pemyediaan guru dan tenaga pendidik untuk SMTA Kejuruan dan Teknologi ( SMTA – KT ) adalah kesulitan untuk mendapatkan guru praktik. Seperti dikemukakan sebelumnya dalam pelita III 4.2.2 Kondisi Fasilitas Pendidikan Peningkatan mutu dan relevansi program Pendidikan berimplikasi perlu dibenahi standar kebutuhann fasilitas Pendidikan ( Sarana dan Prasarana) sesuai dengan persyaratan kurikulum. Pada hakikatnya berusaha mencapai tujuan Pendidikan. 4.2.3 Perluasan kesempatan belajar Berdasarkan pengamatan selama ini pada repelita IV kecenderungan yang kuat bahawa usaha para calon siswa untuk masuk sekolah menengah kejuruan merupakan pilihan kedua, dikarenakan para calaon siswamasuk sekolah yang diinginkannya gagal. Kecenderungan lain menunjukan minat siswa ketidakpastian mereka setelah lulus dari sekolah menengah kejuruan .Dan ini masih diperkuat lagi berkaitan dengan Sarana Prasaran bagi dunia pendidikan SMK. 4.2.4 Pembinaan Program Pendidikan Dalam repelita ini di dunia Pendidikan SMK berbicara juga menyangkut pembinaan Pendidikan pada SMK yang dijumpai mekanisme kerja dalam perencanaan Pendidikan,pengendalian dan evaluasi yang berdampak pada output siswa lemahnya dalam kerja sama dalkam dunia usaha dan industri. 6 BAB V Pelita V (1969 – 1979) 5.1 Perubahan Bentuk SMKTP Menjadi SMP Pada awal tahun 1988, jumlah SMKTP tercatat sebanyak 260 buah, terdiri dari 72 SKKP dan 188 ST. konsekuansi dari disahkanya UU no.2/1989, PP. No. 28/1990 dan PP. No. 29/1990 adalah bahwa mulai tahun 1991/1992 telah dilakukan perubahan bentuk bagi 81 SMKTP (yaitu 60 ST dan 21 SKKP) menjadi SMP, Dilanjut pada tahun 1992/1993 dengan perubahan bentuk bagi 106 SMKTP lainnya. Dengan demikian masih ada 73 SMKTP yang perlu dipelajari eksistensinya (apakah akan di alihfungsikan menjadi SMP atau SLTA Kekjuruan). 5.2 Penambahan Kerjasama Sekolah dengan Industri Beberapa contoh bentuk kerjasama yang telah terwujud antara pendidikan menegah kejuruan dengan pihak usah atau industry dalam negeri : - PT. IPTN dengan ruang lingkup kerjasama pemanfaatan fasilitas praktik kerja lapangan dan pelatihan guru. PT. PAL Surbaya dengan ruang lingkup kerjasama dalam kegiatan proses belajar-mengajar, pemeanfaatan fasilitas PT. PAL untuk kegiatan praktik, bantuan biaya oprasional parkti, dan sumbangan SPP. -PT. Pupuk Kaltim di Bontang dengan ruang lingkup kerjasama dalam kegiatan proses belajar mengajar, bantuan pembangunan gedung peralatan. -PT. Telkom dengan ruang lingkup kerjasama pemanfaatan praktik untuk praktik kerja lapangan siswa dan pelatihan guru. BAB VI Pelita VI (1969 – 1979) 6.1 Perkembangan Dunia SMK dalam masa ini dengan meningkatkan kaulitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah amanat penting GBHIN 1993 bahkan menjadi titik berat pembangunan jangka Panjang kedua ( PJP II ) yang mengiringi pembangunan ekonomi. 6. 2 Perlunya Pembaharuan dengan berbagai masalah sebelumnya permaslahan pada konsep, program maupun operasionalnya, maka Pendidikan menengah kejuruan memeerlukan pembaharuan secara menyeluruh dan bersifat terobosan . konsep Supply – Driven tidak bisa dipertahankan. Pendidikan kejuruan akan bermakna dan akan menjadi efektif hanya dengan cara melibatkan pihak dunia kerja untuk berperan serta dalam keseluruhan program Pendidikan kejuruan. 6.3 Kebijakan Link & Match dan Pembaruan SMK Pada masa kabinet pembangunan VI, Menteri Pendidikan kebudayaan ( Prof. Dr Ing Wardiman Djojonegoro ) memperkenalkan kebijakan baru untuk pembangunan yaitu Link & Match yang berarti Link bararti terkait 7 menyagkur proses yang harus interaktif dan Match berarti cocok menyangkut hasil yang harus sesuai dan sepadan. Yang artinnya berimpilkasi wawasan sumber daya manusia, wawasan amsa depan dan wawasan mutu.. BAB VII List Kontribusi Tugas Dibawah ini kami lampirkan list kontribusi tugas dari masing – masing anggota. No 1 NIM Nama 1906671 Firdamdam Sasmita Tugas - Zaman Kemerdekaan - Pelita I - Pelita II 2 1906481 R. Ergy Rangga Surya - Pelita III dan V 3 1906874 Rony Patria - Pelita IV dan VI 8