Uploaded by Rudi Ilhamsyah

21 INKOMPATIBILITAS ABO

advertisement
INKOMPATIBILITAS A-B-O
(Kompetensi 2) Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh
dokter. Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
Pengertian
Inkompatibilitas ABO merupakan suatu kondisi sebagai akibat dari ketidaksesuaian
golongan darah antara ibu dan janin yang dikandungnya. Kondisi inkompatibilitas terjadi pada
perkawinan yang inkompatibel di mana darah ibu dan bayi yang mengakibatkan zat anti dari serum
darah ibu bertemu dengan antigen dari eritrosit bayi dalam kandungan. Sehingga tidak jarang
embrio hilang pada waktu yang sangat awal secara misterius atau tiba-tiba, bahkan sebelum ibu
menyadari bahwa ia hamil.
Inkompatibilitas ABO merupakan salah satu penyebab dari penyakit hemolitik
pada neonatus yang biasanya terjadi pada janin dengan golongan darah A,B atau AB dari ibu yang
bergolongan darah O, karena antibodi yang ditemukan pada golongan darah O ibuadalah dari kelas
IgG yang dapat menembus plasenta.
Etiologi
 Inkompabilitas ABO pada Kesalahan Tranfusi Darah
Kasus hemolitik akibat inkompatibilitas ABO disebabkan karena ketidaksesuaian
golongan darah antara penerima dan pendonor. Ketidaksesuaian ini mengakibatkan adanya
reaksi penghancuran pada sel darah merah donor oleh antibodi penerima. Keadaan ini
disebut lethal tranfusion reaction
Keadaan ini terjadi karena kurang hati-hati dan teliti dalam memberikan transfusi darah
pada:
1. Golongan A, B, atau AB kepada penerima yang bergolongan darah O
2. Golongan darah A atau AB kepada penerima yang bergolongan darah B
3. Golongan darah B atau AB kepada penerima yang bergolongan darah A

Inkompabilitas pada Kondisi Kehamilan (Neonatus)
Kasus hemolitik akibat inkompatibilitas ABO disebabkan oleh ketidakcocokan dari
golongan darah ibu dengan golongan darah janin, dimana umumnya ibu bergolongan darah
O dan janinnya bergolongan darah A, atau B, atau AB. Dikarenakan dalam kelompok
golongan darah O, terdapat antibodi anti-A dan anti-B (IgG) yang muncul secara natural,
dan dapat melewati sawar plasenta. Situasi ini dapat juga disebabkan oleh karena robekan
pada membran plasenta yang memisahkan darah maternal dengan darah fetal, sama halnya
seperti pada previa plasenta, abruptio placenta, trauma, dan amniosentesis.
Manifestasi Klinis
 Inkompabilitas
pada
Kesalahan
Tranfusi
Darah
Awal manifestasi klinis umumnya tidak spesifik, dapat berupa demam menggigil, nyeri
kepala, nyeri pada panggul, sesak napas, hipotensi, hiperkalemia, dan urin berwarna
kemerahan atau keabuan (hemoglobinuria). Pada reaksi hemolitik akut yang terjadi di
intravaskular dapat timbul komplikasi yang berat berupa disseminated intravascular
coagulation

(DIC),
gagal
ginjal
akut
(GGA),
dan
syok.
Pada reaksi hemolitik tipe lambat memunculkan gejala dan tanda klinis reaksi timbul 3
sampai 21 hari setelah transfusi berupa demam yang tidak begitu tinggi, penurunan
hematokrit, peningkatan kadar bilirubin tidak terkonjugasi, ikterus prehepatik, dan
dijumpainya sferositosis pada apusan darah tepi. Beberapa kasus reaksi hemolitik tipe
lambat tidak memperlihatkan gejala klinis, tetapi setelah beberapa hari dapat dijumpai
DAT yang positif. Haptoglobin yang menurun dan dijumpainya hemoglobinuria dapat
terjadi, tetapi jarang terjadi GGA. Kematian sangat jarang terjadi, tetapi pada pasien yang
mengalami penyakit kritis, reaksi ini akan memperburuk kondisi penyakit.
Inkompabilitas
pada
Kondisi
Kehamilan
(Neonatus)
Manifestasi yang ditimbulkan Inkompatibilitas ABO neonatus terhadap janin bervariasi
mulai dari ikterus ringan dan anemia sampai hidrops fetalis. Manifestasi yang muncul pada
bayi setelah persalinan meliputi :
1.
Asfiksia
2.
Pucat (oleh karena anemia)
3.
Distres pernafasan
4.
Jaundice
5.
Hipoglikemia
6.
Hipertensi pulmonal
7.
Edema (hydrops, berhubungan dengan serum albumin yang rendah)
8.
Koagulopati (penurunan platelets dan faktor pembekuan darah)
9.
Ikterus mengarah pada Kern ikterus oleh karena hiperbilirubinemia
Patofisiologi

Inkompatibilitas ABO pada transfusi darah
Terjadinya inkompatibilitas ABO pada transfusi darah disebabkan karena kesalahan transfusi
yaitu kesalahan dalam pemberian darah dimana golongan darah resipien berbeda dengan
golongan darah pendonor. Hal ini mengakibatkan antibodi didalam golongan darah resipien
akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Reaksi hemolitik pada kejadian
inkompatibilitas ABO dapat terjadi secara akut dan secara lambat.
Reaksi hemolitik akut pada transfusi merupakan masalah yang serius karena terjadi destruksi
eritrosit donor yang sangat cepat ( kurang dari 24 jam ). Pada umumnya dikarenakan kesalahan
dalam mencocokan sample darah resipien dan donor. Proses hemolitik terjadi di dalam
pembuluh darah (intravaskular), yaitu sebagai reaksi hipersensitivitas tipe II. Plasma donor
yang mengandung eritrosit dapat merupakan antigen yang berinteraksi dengan antibodi pada
resipien berupa IgM anti-A, anti –B atau anti-Rh. Proses hemolitik dibantu oleh reaksi
komplemen sampai terbentukmembran attack complex. Pada beberapa kasus terjadi interaksi
plasma donor sebagai antibodi dan eritrosit resipien sebagai antigen. Pada reaksi hemolitik akut
juga dapat melibatkan IgG dengan atau tanpa melibatkan komplemen, dan proses ini dapat
terjadi secara ekstravaskular. Ikatan antigen dan antibodi akan meningaktivasi reseptor Fc dari
sel sitotoksik atau sel K yang menghasilkan perforin dan mengakibatkan lisis dari eritrosit.
Reaksi hemolitik lambat pada transfusi diawali dengan reaksi antigen-antibodi yang terjadi di
intravaskular, namun proses hemolitik terjadi secara ekstravaskular. Plasma donor yang
mengandung eritrosit merupakan antigen yang berinteraksi dengan IgG atau C3b pada resipien.
Selanjutnya eritrosit yang telah diikat IgG dan C3b akan dihancurkan oleh makrofag di hati.
Jika eritrosit donor diikat oleh antibodi (IgG1 atau IgG3) tanpa melibatkan komplemen, maka
ikatan antigen-antibodi tersebut akan dibawa oleh sirkulasi darah dandihancurkan di limpa

Inkompatibilitas ABO pada Neonatus
Timbulnya penyakit Rh dan ABO pada neonatus terjadi ketika sistem imun ibu menghasilkan
antibodi yang melawan sel darah merah pada janin yang dikandungnya. Pada saat ibu hamil,
eritrosit janin dalam beberapa insiden dapat masuk kedalam sirkulasi darah ibu yang
dinamakan Fetomaternal Microtransfusion. Bila ibu tidak memiliki antigen seperti yang
terdapat
pada
eritrosit
janin,
maka
ibu
akan
distimulasi
untuk
membentuk imun antibodi. Imun antibodi tipe IgG tersebut dapat melewati plasenta dan
kemudian masuk kedalam peredaran darah janin sehingga sel-sel eritrosit janin akan diselimuti
dengan antibodi tersebut dan akhirnya terjadi aglutinasi dan hemolisis, yang kemudian akan
menyebabkan anemia. Hal ini akan dikompensasi oleh tubuh bayi dengan cara memproduksi
dan melepaskan eritroblas (yang berasal dari sumsum tulang) secara berlebihan.Produksi
eritroblas
yang
berlebihan
dapat
menyebabkan
pembesaran
hati
dan
limpa yang selanjutnya dapat menyebabkan rusaknya hepar dan ruptur limpa. Produksi
eritroblas ini melibatkan berbagai komponen sel-sel darah, sepertiplatelet dan faktorpenting
lainnya untuk pembekuan darah. Pada saat berkurangnya faktor pembekuan dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan yang banyak dan dapat memperberat komplikasi.
Hemolisis yang berat biasanya terjadi oleh adanya sensitisasi maternal sebelumnya, misalnya
karena abortus, ruptur kehamilan di luar kandungan, amniosentesis, transfusi darah Rhesus
positif atau pada kehamilan kedua dan berikutnya. Penghancuran sel-sel darah merah dapat
melepaskan pigmen darah merah (hemoglobin), yang mana bahan tersebut dikenal dengan
bilirubin. Bilirubin secara normal dibentuk dari sel-sel darah merah yang telah mati, tetapi
tubuh dapat mengatasi kekurangan kadar bilirubin dalam sirkulasi darah pada suatu waktu.
Eritroblastosis fetalis menyebabkan terjadinya penumpukan bilirubin ,yang dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia, yang nantinya menyebabkan jaundice pada bayi. Bayi dapat
berkembang menjadi kernikterus.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi
a. Pemeriksaan crossmatch ulang antara darah pendonor dan penerima
b. Direct Antiglobulin Test (DAT)
c. Pemeriksaan serologis rhesus
d. Urinalisis didapatkan adanya hemoglobinuria
e. Pemeriksaan lain untuk mengetahui komplikasi dari reaksi hemolitik, antara lain:
 Renal function test
 LDH, bilirubin dan haptoglobin
 Status koagulasi.
Pemeriksaan penunjang pada Inkompatibilitas ABO neonatus, meliputi:
a. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis neonatus pada kasus inkompatibilitas ABO merujuk pada
pemeriksaan klinis pada ikterus neonatorum karena secara klinis neonatus dengan
inkompatibilitas ABO akan mengalami ikterus/ hiperbilirubinemia. Ikterus/
hiperbilirubinemia adalah pewarnaan di kulit, konjungtiva, dan mukosa yang terjadi karena
meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
Klinis akan menunjukkan ikterus bila kadar bilirubin dalam serum adalah ≥ 5mg/dl
(85µmol/L). Disebut hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum mencapai 13
mg/dl.
Pemeriksaan klinis ikterus dilakukan menggunakan pencahayaan yang memadai.
Pemeriksaan dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya. Cara pemeriksaannya ialah dengan
menekan jari telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang
dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor
disesuaikan dengan angka rata-rata di dalam gambar di bawah ini :
Pemeriksaan tanda klinis lain, meliputi adanya gangguan minum, keadaan umum,
apnea, suhu yang labil, sangat membantumenegakkan diagnosa penyakit utama disamping
keadaan hiperbilirubinemianya.
a. Hitung sel darah merah
Pada kasus inkompatibilitas ABO pada neonatus, pemeriksaan sel darah
merah menunjukkan adanya retikulositosis (retikulosit > 4, 6%) dan
mikrosferosit pada hapusan darah tepi
Retikulosit merupakan sel darah merah imatur. Jika terjadi anemia, sumsum
tulang berusaha mengkompensasi dengan meningkatkan aktivitas
eritropoiesis, yang tercermin pada peningkatan hitung retikulosit. Jika
produksi sumsum tulang terganggu maka hitung retikulosit akan tetap
rendah
b. Direct Coomb Test (DCT)
Neonatus yang mengalami inkompatibilitas ABO, menunjukkan hasil
positif pada pemeriksaan ini. Tujuan dari pemeriksaan DCT untuk
mengetahui apakah sel darah merah diselubungi oleh IgG atau komplemen,
artinya apakah ada proses sensitisasi pada sel darah merah di invivo (pada
tubuh pasien). Bahan yang dipergunakan adalah sel darah merah pasien.
Pada pemeriksaan ini menggunakan sampel darah dengan antikoagulan
EDTA
Download