PPH DASAR 1 7 . S E P T. 2 0 1 6 TOPIK PEMBAHASAN • DEPRESIASI DAN AMORTISASI • HUBUNGAN ISTIMEWA • PTKP DEPRESIASI Depresiasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud, sedangkan Amortisasi merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap tidak berwujud dan harga perolehan harta sumber alam. Depresiasi secara fiscal diatur dalam Pasal 11 UU PPh, terdiri dari 2 metode: - Metode Garis Lurus (straight-line method) - Metode Saldo Menurun (declining balance method) DEPRESIASI Wajib pajak diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan. Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk kelompok harta berwujud bukan bangunan saja. Saat dimulainya Penyusutan: 1. Bulan dilakukannya pengeluaran 2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan pengerjaan harta tersebut selesai. 3. Dengan izin dari Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan atau pada bulan tersebut mulai menghasilkan. DEPRESIASI DEPRESIASI Contoh : Tuan Wolf pada bulan Juli 2015 membeli sebuah alat pertanian yang mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga sebesar Rp 10.000.000. Penghitungan penyusutan : Alternatif I: Metode Garis Lurus: Penyusutan tahun 2005 : 6/12 x 25% Rp 1.000.000 = Rp 1.250.000 Penyusutan tahun 2016 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 2.500.000 Penyusutan tahun 2017 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 2.500.000 Penyusutan tahun 2018 : 25% x Rp 1.000.000 = Rp 2.500.000 Penyusutan tahun 2019 : Sisanya disusutkan sekaligus = Rp 1.250.000 DEPRESIASI • Alternatif II: Metode Saldo Menurun Tahun Perhitungan Nilai Depresiasi (Rp) 2015 6/12 x 50% x Rp 10.000.000,- 2.500.000 2016 50% x (Rp10.000.000 – Rp2.500.000) 3.750.000 2017 50% x (Rp7.500.000 – Rp3.750.000) 1.875.000 2018 50% x (Rp3.750.000 – Rp1.875.000) 937.500 2019 Penyusutan tahun 2019: Sisanya disusutkan sekaligus 937.500 AMORTISASI Kelompok Harta Tak Berwujud Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun Kelompok 1 4 tahun 25% 50% Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5% Kelompok 4 20 tahun 5% 10% CASE PT. Nusantara mengeluarkan dana sebesar Rp150.000.000,- untuk satu buah mesin percetakan. Mesin tersebut selesai dirakit dan langsung digunakan pada bulan Mei 2016. Mesin ini memiliki masa manfaat selama 8 tahun (kelompok 2) Hitunglah Depresiasi atas mesin percetakan tersebut baik dengan metode garis lurus maupun metode saldo menurun. HUBUNGAN ISTIMEWA Pasal 18 ayat (4) HUBUNGAN ISTIMEWA DIANGGAP ADA APABILA : - WP mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 % pada WP lainnya; atau -Hubungan antara WP dengan penyertaan paling rendah 25 % pada dua WP atau lebih; - Hubungan antara dua WP atau lebih yang disebut terakhir; WP YANG MENGUASAI WP LAINNYA, DUA ATAU LEBIH BAIK LANGSUNG MAUPUN TIDAK LANGSUNG ADA HUBUNGAN KELUARGA SEDARAH MAUPUN SEMENDA DALAM GARIS KETURUNAN LURUS DAN/ATAU KE SAMPING SATU DERAJAT Hubungan Istimewa Modal Saham Minimal 25 % Hubungan Penguasaan Hubungan istimewa karena penguasan thd pihak lain, melalui manajemen , teknologi Keluarga Sedarah : ayah/ibu Anak Kakak Adik kandung Semenda : suami/isteri ipar HUBUNGAN ISTIMEWA Keluarga: Sedarah, Semenda,Anak Angkat Lurus 1 Ayah, Ibu, Anak Kandung Hibah Kesamping 1 Saudara Kandung PTKP Lurus 1 Mertua, Anak tiri Kesamping 1 Ipar Sedarah Hubungan Keluarga Semenda Anak Angkat Paman, Bibi, Menantu Kakek, Nenek, Cucu Hub. Istimewa HUBUNGAN ISTIMEWA MEMPENGARUHI : • Keuntungan Jual Beli Aktiva Tetap Harus Memakai Harga Pasar Wajar • DJP berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan untuk menghitung PhKP sesuai kewajaran • DJP berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerjasama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak2 berhubungan Istimewa • Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihakberhubungan istimewa tidak boleh dibiayakan PTKP Status Wajib Pajak: • TK/... Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga; • K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga; • K/I/... Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga; • PH Wajib pajak kawin yang secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. PTKP nya tetap seperti PTKP untuk WP kawin yang penghasilan suami istri digabungan (K/I/....) • HB/... Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga. PTKP bagi Wajib Pajak masing-masing suami isteri yang telah hidup berpisah untuk diri masing-masing Wajib Pajak diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin sedangkan tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya yang diperkenankan. PTKP 2016 Keterangan PTKP 2016 (setahun) PTKP 2016 (sebulan) Untuk Diri Wajib Pajak (Tk/-) 54.000.000 4.500.000 Untuk Diri WPYg Kawin/Nikah (K/-) 58.500.000 4.875.000 Untuk WP Yg Kawin & Memiliki 1 Tanggungan (K/1) 63.000.000 5.250.000 Untuk WP Yg Kawin & Memiliki 2 Tanggungan (K/2) 67.500.000 5.625.000 Untuk WP Yg Kawin & Memiliki 3 Tanggungan (K/3) 72.000.000 6.000.000 PERHITUNGAN PPH 21 TERUTANG Total Penghasilan xxx Penghasilan Tidak Kena Pajak (yyy) Penghasilan Kena Pajak zzz Tarif PPh Pasal 17 TARIF PPH PASAL 21 Penghitungan tarif PPh Pasal 21 dilakukan dengan cara menerapkan tarif progresif Pasal 17 UU PPh CONTOH Jika punya penghasilan 600jt, maka penghitungan tarifnya 50jt*5% = 2,5 jt 200jt*15% = 30jt 250jt*25% = 62,5jt 100jt*30% = 30jt(+) PPh600jt = 125jt PENGHITUNGAN EFEKTIF PPH PSL 21 No Jumlah PKP Penghitungan Efektif 1 ≤ 50jt 5% x PKP 2 >50jt sd ≤250jt (15% x PKP) – 5 juta 3 >250jt sd ≤500jt (25% x PKP) – 30 juta 4 >500jt (30% x PKP) – 55 juta SPT 1770 (SPT PPh WP Orang Pribadi) Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan: dari usaha/pekerjaan bebas; dari satu atau lebih pemberi kerja; yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau bersifat Final; dan/atau dalam negeri lainnya/luar negeri. SPT 1770 S (SPT PPh WP Orang Pribadi Sederhana) Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan: dari satu atau lebih pemberi kerja; dalam negeri lainnya; dan/atau yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan/atau bersifat Final. Wajib Pajak yang telah Kawin Mengisi status perpajakan suami-isteri pada identitas Wajib Pajak dengan ketentuan sebagai berikut: KK yaitu suami-isteri yang tidak menghendaki untuk melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan secara terpisah. Isteri dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menggunakan NPWP suami atau kepala keluarga HB yaitu penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah karena suamiisteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim. PH yaitu penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah karena dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. MT yaitu penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah karena dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri. Wajib Pajak yang telah Kawin Mengisi NPWP isteri atau suami pada identitas Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak telah kawin dengan status perpajakan suami-isteri HB, PH atau MT. 1770 1770 S Wajib Pajak yang telah Kawin Status Perpajakan Suami-Isteri Kewajiban Penghitungan PPh dan Pelaporan SPT Tahunan PPh KK Pihak suami atau Kepala Keluarga Masing-Masing HB PH MT Masing-Masing (dengan menggabungkan terlebih dahulu penghasilan neto suami dan isteri, PPh masing-masing dihitung berdasarkan perbandingan penghasilan neto) Wajib Pajak yang telah Kawin Wajib Pajak yang telah kawin dengan status perpajakan PH atau MT, wajib melampirkan Penghitungan PPh terutang bagi Wajib Pajak dengan status perpajakan suami-isteri PH atau MT. Wajib Pajak yang telah Kawin Wajib Pajak yang telah kawin dengan status perpajakan HB: PTKP bagi masing-masing suami-isteri diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin (TK); tanggungan sesuai dengan kenyataan sebenarnya yang diperkenankan. Wajib Pajak yang Dikenai PPh berdasarkan PP No.46 Tahun 2013 Melaporkan jumlah peredaran bruto dan PPh Final terutang pada Lampiran – III SPT 1770 (Formulir 1770 – III) bagian A nomor 16, digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai PPh Final yang belum tercakup dalam nomor 1 s.d. 15 ; wajib melampirkan rincian jumlah peredaran bruto dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari masing-masing tempat usaha. Wajib Pajak yang Dikenai PPh berdasarkan PP No.46 Tahun 2013 Contoh rincian jumlah peredaran bruto dan pembayaran PPh Final per Masa Pajak dari masing-masing tempat usaha. Pelaporan Harta Wajib Pajak wajib melaporkan harta yang dimiliki atau dikuasai pada akhir Tahun Pajak disertai pencantuman kode harta. Kode Harta Kas dan Setara Kas: 011 : uang tunai 012 : tabungan 013 : giro 014 : deposito 019 : setara kas lainnya Kode Harta Piutang: 021 : piutang 022 : piutang afiliasi (piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) UndangUndang PPh) 029 : piutang lainnya Kode Harta Investasi: 031 : saham yang dibeli untuk dijual kembali 032 : saham 033 : obligasi perusahaan 034 : obligasi pemerintah Indonesia (Obligasi Ritel Indonesia atau ORI, surat berharga syariah negara, dll) 035 : surat utang lainnya 036 : reksadana 037 : Instrumen derivatif (right, warran, kontrak berjangka, opsi, dll) 038 : penyertaan modal dalam perusahaan lain yang tidak atas saham meliputi penyertaan modal pada CV, Firma, dan sejenisnya 039 : Investasi lainnya Kode Harta Alat Transportasi: 041 : sepeda 042 : sepeda motor 043 : mobil 049 : alat transportasi lainnya Kode Harta Harta Bergerak Lainnya: 051 : logam mulia (emas batangan, emas perhiasan, platina batangan, platina perhiasan, logam mulia lainnya) 052 : batu mulia (intan, berlian, batu mulia lainnya) 053 : barang-barang seni dan antik (barang-barang seni, barang-barang antik) 054 : kapal pesiar, pesawat terbang, helikopter, jetski, peralatan olahraga khusus 055 : peralatan elektronik, furnitur 059 : harta bergerak lainnya Kode Harta Harta Tidak Bergerak 061: tanah dan/atau bangunan untuk tempat tinggal. 062: tanah dan/atau bangunan untuk usaha (toko, pabrik, gudang, dan sejenisnya) 063: tanah atau lahan untuk usaha (lahan pertanian, perkebunan, perikanan darat, dan sejenisnya) 069: harta tidak gerak lainnya Pelaporan Utang/Kewajiban Wajib Pajak wajib melaporkan utang/kewajiban yang dimiliki pada akhir Tahun Pajak disertai pencantuman kode utang. Kode Utang 101 : Utang Bank / Lembaga Keuangan Bukan Bank (KPR, Leasing Kendaraan Bermotor, dan sejenisnya) 102 : Kartu Kredit 103 : Utang Afiliasi (Pinjaman dari pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh) 109 : Utang Lainnya 1770 1770 S SPT 1770 SS (SPT PPh WP Orang Pribadi Sangat Sederhana) Diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai penghasilan: mempunyai penghasilan selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas; jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000 (enam puluh juta rupiah) setahun. Wajib Pajak yang telah Kawin Suami-isteri yang mempunyai penghasilan: selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun, namun memiliki status perpajakan PH atau MT wajib melaporkan penghasilan dan penghitungan Pajak Penghasilan dengan menggunakan Fomulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S, bukan menggunakan Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 SS.