BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai kawasan seperti kawasan hunian, industri dan perdagangan. Ironisnya kondisi ini ternyata juga membawa konsekuensi logis tersendiri seperti adanya ancaman terhadap bahaya kebakaran (Hia, 2007). Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam dunia rekayasa bangunan di kota-kota besar dimana pada banyak kenyataan menunjukkan tidak diimbang dengan perlengkapan dan peraturan perlindumgan terhadap bahaya kebakaran, kebakaran adalah ancaman yang sangat patut diperhitungkan di kota manapun di dunia, kejadiaannya tidak dapat dipastikan sehingga sulit diprediksi yang dapat dilakukan adalah hanyalah upaya meminimalkan korban dan kerugian.(Masrun,2011) Angka kematian pemadam kebakaran per 100.000 kebakaran di 50 negara bagian Amerika Serikat tahun 2008 berjumlah 120 orang (3,86%), tahun 2009 berjumlah 91 orang (2,97%), dan tahun 2010 berjumlah 87 orang (2,78%). Kematian ini diantaranya disebabkan karena kelelahan akibat aktivitas fisik yang terlalu berat, kecelakaan kendaraan, tersesat dan terjebak di dalam bangunan yang terbakar, terjatuh dari ketinggian, dan gangguan 1 kesehatan seperti sesak nafas, serangan jantung dan sebagainya (US Fire Administration, 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya di Dinas Kebakaran Surabaya, pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi berupa kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami gangguan - gangguan kesehatan yang diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki bahaya tinggi. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jabatan anggota regu memiliki tingkat risiko tertinggi disusul jabatan komandan regu, supir pemadam, dan staf operasional. (Andriyan 2011) Dalam melaksanakan tugasnya, petugas pemadam kebakaran harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan kebutuhan di tempat kejadian untuk menghindari risiko kecelakaan ataupun gangguan kesehatan (Depdagri, 2005). Menurut Occupational Safety and HealthAdministration (OSHA), alat pelindung diri merupakan alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi berupa kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami 2 gangguan - gangguan kesehatan yang diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki bahaya tinggi. (Anonim, 2008) Adapun untuk Kota Kendari, institusi yang berwenang dalam menanggulangi kebakaran adalah Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Data kebakaran yang berhasil dirilis kantor pemadam Kebakaran Kota Kendari menyebutkan, kejadian kebakaran meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Dari Januari hingga Desember 2013, Damkar hanya menangani musibah kebakaran 36 kasus, sementara tahun 2014 dari Januari hingga November tercatat sudah 102 musibah kebakaran yang terjadi. 75 persen kebakaran itu terjadi diakibatkan korsleting listrik, sementara sisanya diakibatkan hasil pembakaran kecil atau pembakaran sampah, Umumnya masalah kesehatan yang di keluhkan oleh para anggota pemadam kebakaran di kota kendari adalah kelelahan kerja dan nyeri otot (musculoskeletal disorder). Masalah kesehatan ini diakui mereka alami selama bekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. Berdasarkan data dan pengamatan yang kami lakukan maka kami tertarik untuk meneliti ”Gambaran Kelelahan Kerja Dan Kejadian Muskuloskeletal Disorder Pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Kendari”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka kami tertarik untuk menggangkat satu rumusan masalah yaitu ”Gambaran kelelahan kerja dan kejadian musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran Kota Kendari?” 3 1.3 Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja dan kejadian MSDs pada petugas pemadam kebakaran kota kendari. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kelelahan kerja yang dialami oleh petugas pemadam kebakaran 2. Untuk mengetahui kejadian musculoskeletal disorder yang dialami oleh petugas pemadam kebakaran 1.4 Manfaat Penelitian 1. Teoritis Diharapkan sebagai pembuktian tentang ada atau tidaknya hubungan antara kelelahan kerja dengan kejadian musculoskeletal disorder di tempat kerja. 2. Aplikatif a. Tenaga Kerja Diharapkan tenaga kerja mampu meningkatkan pengetahuannya sehingga lebih memahami bahwa akibat dari kerja berlebihan yang mengakibatkan kelelahan kerja musculoskeletal disorder b. Perusahaan 4 akan menimbulkan penyakit Diharapkan bagi pihak manajemen memberi masukan dalam melakukan tindakan korektif dengan pengendalian lingkungan kerja dan pengendalian administratif berupa pembagian shift kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang sehat dan aman. c. Pembaca Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenali lingkungan kerja di kantor pemadam kebakaran Kota Kendari. d. Penulis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Epidemiologi K3 a. Epidemiologi K3 Epidemiologi K3 adalah penerapan ilmu epidemiologi dalam kesehatan kerja agar tenaga kerja dapat bekerja secara aman, nyaman, sehat dan produktif serta berusaha terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja. Penerapan konsep epidemiologi dalam lingkup K3 adalah suatu upaya memahami risiko terjadinya penyakit atau cedera dalam rangka melakukan tindakan upaya pencegahan atau pengendalian. Dalam hal ini epidemiologi kesehatan kerja akan menentukan dan mempelajari faktor determinan dari penyakit akibat kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja dan distribusinya pada masyarakat pekerja.(Harington & Gill,2005) b. Pengertian K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3 merupakan Suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. K3 yaitu Semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada 6 keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.( OHSAS 18001:2007) c. Sistem manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Audit SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematis dan independen terhadap pemenuhan kriteria yang telah ditetapkan untuk mengukur suatu hasil kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan dalam penerapan SMK3 di perusahaan. d. Tujuan Penerapan SMK3: 1) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi; 2) mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta 3) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas e. Penerapan SMK3: 1) Penerapan SMK3 dilakukan berdasarkan kebijakan nasional tentang SMK3. 2) Kebijakan nasional tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3. 7 3) Instansi pembina sektor usaha dapat mengembangkan pedoman penerapan SMK3 sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.2 Tinjauan Umum Tentang Kelelahan Kerja a. Pengertian kelelahan kerja Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuhmenghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan(Suma’mur, 1996).Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbedabeda dari setiap individu, tetapisemuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja sertaketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Menurut Cameron kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominanhubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunanmotivasi dan penurunan produktivitas kerja. (Ambar, 2 006). Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stress yang banyak dialami oleh orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, dan sebagainya. (Schuler,1999). Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yangberhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan sertapeningkatan kecemasan atau kebosanan. (Hotmatua, 2006). 8 Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi,performans kerja dan berkurangnya kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terusmelanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000). b. Jenis Kelelahan Kerja Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 1996). Kelelahan kerja dapat dibedakan menjadi beberapa macam,yaitu: 1) Berdasarkan proses dalam otot Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum (AMSugeng Budiono, 2003) : a. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue) Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisikuntuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukantidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnyagerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yangkurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalammelakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatankerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya.Gejala Kelelahan ototdapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau SugengBudiono, 2003). 9 external signs (AM Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energy dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf adalah penyebab sekunder.Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagaikelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusatpusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dankecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengandemikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka, 2004). b. Kelelahan Umum (General Fatigue) Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahantersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003).Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerjayang disebabkan oleh 10 karena monotoni, intensit as dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004). 2) Berdasar penyebab kelelahan Menutut Kalimo dibedakan atas kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain: kebisingan,suhu dan kelelahan psikologis yang disebabkan oleh faktor psikologis (konflik-konflikmental), monotoni pekerjaan, bekerja karena terpaksa, pekerjaan yangbertumpuk-tumpuk (Ambar, 2006)Menurut Phoon disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerjafisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan adahubungannya dengan faktor psikososial.(Ambar, 2006) 3). Berdasarkan waktu terjadinya a) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuhsecara berlebihan. b) Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan. c. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan Kerja Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab yang mendatangkan ketegangan (stress) yang dialami oleh tubuh manusia (Wignjosoebroto,2000).Green (1992) dan Suma’mur (1994) dari proceeding mengemukakan faktor yang mempengaruhi 11 kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Yang termasuk faktor internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah keadaab fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu,pencahayaan, faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur), faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan,upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan. Menurut Siswanto yang dikutip dari Ambar (2006), faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan: a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasikerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan. b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yangberlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun. c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidakmenimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja. d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi. e. Monoton (pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan) 2.3 Tunjuan Umum Musculoskeletal disorders (MSDs) a. Definisi MSDs Musculoskeletal disorders (MSDs)atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan 12 degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir. MSDsterjadi dengan dua cara: 1. Kelelahan dan keletihan terus menerus yang disebabkan oleh frekuensi atau periode waktu yang lama dari usaha otot, dihubungkan dengan pengulangan atau usaha yang terus menerus dari bagian tubuh yang sama meliputi posisi tubuh yang statis; 2. Kerusakan tiba-tiba yang disebabkan oleh aktivitas yang sangat kuat/berat atau pergerakan yang tak terduga. Frekuensi yang lebih sering terjadiMSDs adalah pada area tangan, bahu, dan punggung. Aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya MSDsyaitu penanganan bahan dengan punggung yang membungkuk atau memutar, membawa ke tempat yang jauh (aktivitas mendorong dan menarik), posisi kerja yang statik dengan punggung membungkuk atau terus menerus dan duduk atau berdiri tiba-tiba, mengemudikan kendaraan dalam waktu yang lama (getaran seluruh tubuh), pengulangan atau gerakan tiba-tiba meliputi memegang dengan atau tanpa kekuatan besar. b. Sinonim MSDs Musculoskeletal disorders (MSDs) juga dikenal dengan nama lain, diantaranya: 1. Repetitive Strain Injuries (RSIs); 2. Cumulative Trauma Disorders (CTDs); 3. Overuse Injuries; 13 4. Repetitive Motion Disorders; 5. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs). c. Gejala MSDs Gejala Musculoskeletal disorders (MSDs) dapat menyerang secara cepat maupun lambat (berangsur-angsur), menurut Kromer (1989), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu: Tahap 1 : Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat; Tahap 2 : Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja; Tahap 3 : Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja. d. Jenis keluhan MSDs Jenis-jenis keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs)antara lain: 1. Sakit Leher Sakit leher adalah penggambaran umum terhadap gejala yang mengenai leher, peningkatan tegangan otot atau myalgia, leher miring atau kaku leher. Pengguna komputer yang terkena sakit ini adalah pengguna yang 14 menggunakan gerakan berulang pada kepala seperti menggambar dan mengarsip, serta pengguna dengan postur yang kaku; 2. Nyeri Punggung Nyeri punggung merupakan istilah yang digunakan untuk gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniasi lumbal, arthiritis, ataupun spasme otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur yang buruk saat menggunakan komputer; 3. Carpal Tunnel Syndrome Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus. Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus; 4. De Quervains Tenosynovitis Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space bar dengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah; 15 5. Thoracic Outlet Syndrome Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut. Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang dengan lengan diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan keyboard dan mouse; 6. Tennis Elbow Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan. Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon ekstensor. 7. Low Back Pain Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja. 2.4 Pemadam kebakaran Pemadam kebakaran atau damkar adalah petugas atau dinas yang dilatih dan bertugas untuk menanggulangi kebakaran. Petugas pemadam kebakaran 16 selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran, juga dilatih untuk menyelamatkan korban kecelakaanlalu lintas, gedung runtuh, dll. Dinas pemadam kebakaran dan/atau BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) adalah unsur pelaksana pemerintah yang diberi tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas penanganan masalah kebakaran dan bencana yang termasuk dalam dinas gawat darurat atau Rescue/(Penyelamatan) seperti Ambulans dan Badan SAR Nasional. Para Pemadam Kebakaran dilengkapi dengan pakaian anti-panas atau anti-api dan juga helm serta boot/sepatu khusus dalam melaksanakan tugas, dan biasanya pakaianya dilengkapi dengan scotlight reflektor berwarna putih mengkilat agar dapat terlihat pada saat pelaksanaan tugas. 2.5 Kerangka Konsep a. Kerangka Pikir Musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot rangka merupakan kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligament, persendian, kartilago, dan discus invertebralis. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan degenerasi. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja. 17 b. Kerangka Konsep Muskuloskeletal disorder Kelelahan Kerja Keterangan : Variabel Dependent/Variabel Terikat Variabel Independent/Variabel Bebas Gambar . Kerangka Konsep Penelitian 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode menggunakan kuisioner untuk menggali informasi mengenai risiko pekerjaan petugas pemadam kebakaran Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. 3.2 Waktu Dan Tempat Pada penelitian ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 25 november 2014 dan bertempat di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari 3.3 Populasi Dan Sampel a. populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para petugas Pemadam Kebakaran Kota Kendari yang bertugas yang memliki tugas untuk melaksanakan operasi penanggulangan kebakaran secara langsung di lokasi kebakaran yakni berjumlah 125 orang. b. Sampel Teknik pengamblian sampel pada penelitian ini dengan cara Accidental sample yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan kesediaan responen untukmengisi kuesioner baik dari sisi waktu dan pemikiran. 19 Pada penelitian ini kami mengambil sampel berjumlah 25 orang yang dijadikan sebagai informan dipilih berdasarkan pengambilan sampel homogen karena memiliki tugas dan fungsi yang sama dalam melakukan pemadaman kebakaran berdasarkan kecukupan penelitian dari petugas Pemadam Kebakaran Kota Kendari yang menggunakan media kuisioner yang diberikan pada para petugas yang kami dapatkan dilokasi. 3.4 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini ialah pengumpulan data primer yaitu dengan menggunakan kuiseoner dan data sekunder yang diambil dari data Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. 3.5 Pengolahan Data Dalam penelitian ini pengolahan data yang akan digunakan meliputi : 1. Dengan menganalisis manual hasil pengisian kuisioner yang diberikan kepada sampel sebanyak 25 orang pada waktu yang bersamaan 2. Melakukan wawancara (interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan wawancara dengan responden. Wawancara dilakukan baik secara langsung maupun dengan menggunakan pedoman “daftar pertanyaan” dari kuesioner pada pemimpin pasukan petugas Pemadam Kebakaran sebagai instrumen penelitian. 3. Pengamatan (observasi), yaitu teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Teknik observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan teknik lain untuk mengamati 20 keadaan fisik, lokasi atau daerah penelitian secara sepintas lalu (on the spot) dan dengan melakukan pencatatan seperlunya. 3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif a. Kelelahan kerja Kelelahan kerja adalah kondisi dimana petugas pemadam mengalami kelelahan dalam bekerja disebabkan oleh beberapa faktor sehingga mengakibatkan menurunnya semangat dan produktivitas kerja diantaranya kegiatan yang dilakukan saat bekerja, lamanya jam kerja dan lingkungan kerja yang tidak mendukung sehingga menyebabkan kelelahan. Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan yaitu sebanyak 6 nomor yang memiliki dua alternatif pilihan dengan menggunakan skala Guttman. Pertanyaan terdiri atas 2 jenis yaitu pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif, jika Ya = 1, jika Tidak = 0. untuk pertanyaan negatif, jika Ya = 0, jika Tidak = 1, sehingga diperoleh skor nilai : Skor tertinggi : 6 x 1 = 10 (100%) Skor terendah : 6 x 0 = 0 (0%) Jadi, Kriteria Objektif : Ringan : Jika skor responden mencapai 1 sampai 3 atau <50% Berat : Jika skor responden mencapai 4 sampai 6 atau >50% 21 b. Musculoskeletal disorder Muskuloskeletas disorder yaitu keluhan yang dialami dan diakibatkan beberapa faktor selama kerja berupa nyeri dan musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran diantaranya lamanya jam kerja dan lingkungan kerja yang beresiko. Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan yaitu sebanyak 6 nomor yang memiliki dua alternatif pilihan dengan menggunakan skala Guttman. Pertanyaan terdiri atas 2 jenis yaitu pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif, jika Ya = 1, jika Tidak = 0. untuk pertanyaan negatif, jika Ya = 0, jika Tidak = 1, sehingga diperoleh skor nilai : Skor tertinggi : 6 x 1 = 6 (100%) Skor terendah : 6 x 0 = 0 (0%) Jadi, Kriteria Objektif : Baik : Jika skor responden mencapai 1 sampai 3 atau <50% Buruk : Jika skor responden mencapai 4 sampai 6 atau >50% 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Umum Kantor Pemadam Kebakaran merupakan kantor yang bertanggung jawab atas penanganan musibah kebakaran di kota kendari. Kantor ini Berlokasi Di Jln Balai Kota III Permai Kecamatan Kadia Kelurahan Pondambea. Kantor Pemadam Kebakaran Memliki Batas – Batas Wilayah Yakni : Sebelah Utara : Kantor Dinas Pendidikan Kota Kendari Sebelah Timur : Jln. Balai Kota II Sebelah Barat : Lrg Kadia Sebelah Selatan : Kantor Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara 4.2 Hasil a. Analisis Univariat 1. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara lakilaki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Paramadina, 2007). Tabel 1: Distribusi responden menurut jenis kelamin di kantor pemadam kebakaran kota kendari tahun 2014 . Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Rumah Sakit Santa Anna Tahun 2014 No. Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) 1. 2. Laki – Laki Perempuan 23 2 92 8 25 100 Total Sumber : Data Primer, Desember2014 23 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 25 responden sebanyak 23orang (92 %) berjenis kelamin laki – laki sedangkan 2 orang (8 %) lainnya berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini dilakukan pada 25 responden yang bekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari dimana responden tersebut terdiri dari 20 orang petugas pemadam kebakaran yang seluruhnya adalah laki-laki dan 5 karyawan administrasi, yang terdiri dari 2 perempuan dan 3 lakilaki. 2. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia lahir hingga waktu itu dihitung (Rush, 2001). Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Kantor Pemadam Kebakaran. No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 1 <24 3 12 2. 25 – 29 5 20 3. 30 – 34 5 20 4 35 – 39 10 40 5. > 40 2 8 25 100 Total Sumber : Data Primer, Desember2014 24 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 responden (100 %), kelompok umur yang paling banyak adalah kelompok umur 35-39 tahun sebanyak 10 responden (40 %), dan yang paling sedikit adalah kelompok umur < 24 tahun tahun sebanyak 3 responden (12%). 3. Responden berdasarkan masa bekerja Tabel 3: Distribusi responden berdasarkan lama bekerja di Kantor Pemadam Kebakaran. No. Masa bekerja (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 1 <5 5 20 2. 5 – 10 20 80 3. 15 – 20 0 0 25 100 Total Sumber : Data Primer, Desember 2014 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 25 responden (100 %), lama bekerjanya di bawah 1 tahun, sebanyak 5 orang (20%), lama bekerjanya 5-10 tahun sebanyak 20 orang (80%). dan tidak ada yang lama bekarjanya diatas 15 sampai 20 tahun. 25 b. Analisis Bivariat 1. Musculoskeletal disorder Tabel 4 : Distribusi responden menurut keluhan musculoskeletal disorder di kantor pemadam kebakan Kota Kendari No. Musculoskeletal Jumlah Persentase disorder (%) 1. Baik 19 76 2. Buruk 6 24 25 100 Total Sumber : Data Primer, Desember2014 Berdasarkan tabel diatas, terdapat 19 responden(76%) mengalami musculoskeletal disorder, dan 6 responden (24%) tidak mengalami musculoskeletal disorder selama bekerja. Dari hasil penelitian ini di ketahui bahwa dari 25 responden terdapat 19 responden yang mengalami musculoskeletal disorder (MSDs) dengan gejala cidera otot yang keseluruhanya adalah petugas pemadam kebakaran. Dari 19 responden tersebut diketahui bahwa yang memeriksakan diri ke dokter adalah sebanyak 11 responden sedangkan 8 responden lainnya memilih untuk mengobati sendiri. Rata- rata responden mengalami keluhan rasa nyeri diatas 1 tahun, namun yang memeriksakan diri ke dokter hanya sebanyak 14 responden sedangkan 11 lainnya termasuk 6 responden yang bekerja di bagian administrasi. 26 2. Kelelahan Kerja Tabel 5 : Distribusi responden menurut keluhan kelelahan kerja di kantor pemadam kebakan Kota Kendari No. Kelelahan kerja Jumlah 1. 2. Baik Buruk 17 8 25 Total Persentase (%) 68 32 100 Sumber : Data Primer, Desember2014 Berdasarkan tabel diatas, terdapat 17 responden(68%) mengalami kelelahan kerja, dan 8 responden (32%) tidak mengalami kelelahan kerja selama bekerja. Rata-rata Pegawai yang bekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari memiliki jam kerja 8 sampai 12 jam perhari terutama pada petugas pemadam kebakaran rata-rata bekerja selama 12 jam dalam sehari di karenakan kurangnya tenaga petugas pemadam kebakaran di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari. jam kerja yang cukup lama ini mengakibatkan mereka mengalami kelelahan kerja. Sedangkan Pegawai adminstrasi memiliki jam kerja 8 jam perhari. 4.2 Pembahasan a. Musculoskeletal disorder Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan termasuk sendi, ligamen, tendon, dan saraf. Kerusakan pada otot dapat berupa ketegangan otot, inflamasi, dan 27 degenerasi. Sedangkan kerusakan pada tulang dapat berupa memar, mikro faktur, patah, atau terpelintir.(Kromer,1989) Muskuloskeletal disorder yaitu keluhan yang dialami dan diakibatkan beberapa faktor selama kerja berupa nyeri dan musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran diantaranya lamanya jam kerja lingkungan kerja yang beresiko, dan beratnya pekerjaan maupun aktivitas di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari terdapat 19 responden(76%) mengalami musculoskeletal disorder, dan 6 responden (24%) tidak mengalami musculoskeletal disorder selama bekerja. Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa musculoskeletal disorder pada petugas pemadam kebakaran terjadi karna Peregangan otot yang berlebihan (overexxertion) pada umumnya dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan yang besar, seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, menahan beban yang berat, dimana saat bekerja para petugas sering menganggkat barang-barang yang berat, serta kontak langsung dengan arus listrik dapat mengakibatkan cedera tubuh seperti kejang otot yang berakibat lanjut pada menurunnya kemampuan gerak. (Lubis, 2012) Kegiatan yang mengakibatkan terjadinya MSDs yakni dikarenakan disaat petugas pemadam kebakaran sedang piket secara tiba – tiba muncul kejadian kebakaran maka secara otot mereka menjadi tegang, selain itu ditambah lagi dengan beban alat pompa air yang cukup keras sehingga tekanannya dapat menyebabkan cedera otot.(safwani,2012) 28 b. Kelelahan Kerja Kelelahan merupakan mekanisme perlindungan tubuh agar tubuhmenghindari kerusakan lebih lanjut, sehingga dengan demikian terjadilah pemulihan(Suma’mur, 1996).Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapisemuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja sertaketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Kelelahan kerja adalah kondisi dimana petugas pemadam mengalami kelelahan dalam bekerja yang disebabkan oleh beberapa faktor sehingga mengakibatkan menurunnya semangat dan produktivitas kerja diantara banyaknya kegiatan yang dilakaukan dan aktivitas memadamkan api yang mengakibatkan panas api tersebut membuat petugas menjadi mudah lelah. Pada kantor pemadam kebakaran kota kendari terdapat 17 responden(68%) mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan peneltitian sebelumya yakni, kelelahan individu terhadap panas dan kelembaban sangat berhubungan dengan saraf otak. Ketahanan fisik terhadap panas paling lama adalah 30 menit Sehingga diperlukan pergantian personil ketika melakukan pemadaman, untuk menghindari terjadinya risiko yang ditimbulkan oleh panas serta kelelahan selama melakukan penyiraman. (Sunartoyo, 2006). Peralatan pendukung lainnya seperti selang sudah mengalami kerusakan atau kondisi bocor. Hal ini menjadikan petugas mengalami kesulitan dan kurang maksimal dalam proses memadamkan api, Belum 29 lagi jumlah personil pemadam kebakaran di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari masih sangat terbatas sehingga masing-masing petugas pemadam kebakaran bekerja di atas waktu normal jam kerja yaitu 8 jam perhari. Masalah ini mengakibatkan petugas menjadi harus ekstra kerja melebihi batas yang normal sehingga keluhan berupa kelelahan kerja dan musculoskeletal disorder saat bekerja menjadi cukup tinggi. (anonim,2014) Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut: Kelelahan (fatigue), Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition), Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training, Karakteristik pekerjaan itu sendiri, hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus bahasanyang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan kerja(paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle repetitivework), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan "pemanasan prosedural",beban kerja (workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan (workhours)adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud. (Lubis,2012) 30 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner yang di bagikan kepada pekerja di Kantor Pemadam Kebakaran Kota Kendari tersebut dapat di tarik kesimpulan: 1. Gambaran kejadian MSDs pada petugas pemadam kebakaran masuk kategori buruk. Lebih dari setengah responden mengalami musculoskeletal disorder selama bekerja yang diakibatkan oleh tegang otot yang dialami pada saat bertugas memadamkan api dan adanya tekanan yang sangat kuat pada mesin pompa air yang mereka pegang untuk memadamkan api . 2. Gambaran kelelahan kerja yang di alami petugas pemadam kebakaran Kota Kendari dikatakan berat dikarenakan beban berat pekerjaan, tidak adanya shift kerja sehingga sebagian dari petugas harus bekerja ekstra, dan panas api yang membuat petugas lebih mudah lelah. 5.2 Saran 1. Sebaiknya petugas melakukan kegiatan pemanasan sebelum melakukan aktivitas bekerja sehingga resiko MSDs dapat di perkecil. 2. Perlu adanya pengendalian administratife berupa pengaturan shift kerja yang baik agar mengurangi resiko kelelahan berat pada petugas. 31 DAFTAR PUSTAKA Andriyan, A. 2011. Perhitungan Nilai Kompensasi Atas Risiko KerjaPemadam Kebakaran-Dinas Kebakaran Kota SurabayaMelalui Pendekatan Manajemen Risiko. Skripsi Mahasiswa Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Antaranews.com (Kendari Butuh Tambahan Armada Kebakaran). Diakses pada 5 desember 2014 Arya Khatulistiwa(blogger).2012. Jenis-Jenis Peralatan Pemadam . diakses pada 7 november 2014 Muhammad sahdar (Kendari news). 2014. Sudah 102 Kasus Kebakaran Terjadi di Kota Kendari . Diakses pada 5 desember 2014 odexyundoBlog .2011. Kajian teori kebakaran . Diakses pada 5 desember 2014 Shafwani, Rahmi,Dkk.. 2010. Gambaran Risiko Pekerjaan Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pencegah Pemadam Kebakaran (Dp2k) Kota Medan.Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan wikkipedia.com//pemadamkebakaran 32