BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokan Hulu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang diberi julukan Negeri Seribu Suluk. Kabupaten Rokan Hulu terletak di Barat Laut Pulau Sumatera, Indonesia dan memiliki luas wilayah 7.449.85 Km2. Disebelah barat kabupaten mempunyai kontur tanah yang bergelombang bagian dari pegunungan Bukit Barisan (15%) sedangkan sebagian besar lainnya (85%) merupakan dataran yang subur, terdapat 3 sungai besar yaitu Sungai Rokan Kiri, Sungai Sosah, dan Sungai Rokan Kanan (Sungai Batang Lubuh). Dari letak geografisnya Kabupaten Rokan Hulu memiliki ketinggian yang berada antara 70-80 meter dari permukaan laut dan merupakan salah satu daerah tropis dengan perkebunan kelapa sawit yang luas di Indonesia. Selain memiliki perkebunan kelapa sawit yang luas, Kabupaten Rokan Hulu juga salah satu kabupaten yang memiliki potensi wisata di Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hulu apabila dikembangkan dengan baik akan memiliki daya tarik wisata yang unggul untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012 s/d 2018 No Tahun 1 2012 Nama Objek Pengunjung Nusantara Pengunjung Mancanegara Air Panas Hapanasan 3.300 - Air Panas Suaman 3.520 - Danau Cibogas 1.600 - Aek Martua 3.140 - Total Pengunjung Objek Wisata 2 2013 11.560 Air Panas Hapanasan 4.031 - Air Panas Suaman 4.610 - Danau Cibogas 7.209 - Aek Martua 2.641 - Total Pengunjung Objek Wisata 18.491 1 3 2014 Air Panas Hapanasan 13.405 - Air Panas Suaman 3.555 - Danau Cibogas 6.728 - Aek Martua 3.300 - Total Pengunjung Objek Wisata 4 2015 26.988 Air Panas Hapanasan 11.857 - Air Panas Suaman 3.643 - Danau Cibogas 7.261 - Aek Martua 2.000 - Air Panas Hapanasan 36.993 - Air Panas Suaman 10.450 - Danau Cibogas 7.964 - Aek Martua - - Masjid Agung Islamic Centre 840.275 Total Pengunjung Objek Wisata 5 2016 Total Pengunjung Objek Wisata 6 2017 895.792 Air Panas Hapanasan 41.199 - Air Panas Suaman 18.237 - Danau Cibogas 12.980 - Aek Martua - - Masjid Agung Islamic Centre 248.357 Total Pengunjung Objek Wisata 7 2018 110 81 320.854 Air Panas Hapanasan 21.439 - Air Panas Suaman 12.355 - Danau Cibogas 9.478 - Aek Martua 22.016 - Masjid Agung Islamic Centre 65.948 - Suligi Hill (Aliantan) 1.655 - Puncak Koto Ranan 2.081 - Makam Raja Rambah 40 - Benteng Tujuh Lapis - - Rantau Benuang Sakti - - Gua Sikapir - - Total Pengunjung Objek Wisata 135.012 Sumber : Disparbud Kabupaten Rokan Hulu (2018) 2 Berdasarkan tabel 1.1 diperoleh lima objek wisata yang memiliki potensi terus berkembang yaitu Air Panas Hapanasan, Air Panas Suaman, Danau Cibogas, Aek Martua dan Masjid Agung Nasional Islamic Centre yang diresmikan menjadi objek wisata islami pada tahun 2016 di Kabupaten Rokan Hulu. Selanjutnya bermunculan objek wisata baru yang terdata dalam Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu yaitu Suligi Hill (Aliantan), Puncak Koto Ranan, Makam Raja Rambah, Benteng Tujuh Lapis, Rantau Benuang Sakti dan Gua Sikapir. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Rokan Hulu memang memiliki potensi dalam rangka pengembangan wisata. Potensi tersebut dibuktikan dengan trend kunjungan wisatawan ke Rokan Hulu yang dominan meningkat dan kedepannya diharapkan akan terus meningkat. Diketahui dari semua objek wisata tersebut tidak ada satupun yang bergerak dengan fungsi wisata ke arah kuliner, maka untuk menunjang dan menyokong pegembangan objek wisata yang sudah ada di Kabupaten Rokan Hulu dibutuhkan suatu terobosan wisata baru yaitu Wisata Kuliner. Wisata Kuliner yang dimaksud adalah pujasera. Pujasera merupakan akronim yang dilafalkan sebagai kata dari pusat jajanan serba ada (Inggris: food court, atau Asia Pasifik; food hall ) merupakan sebuah tempat makan yang terdiri dari gerai-gerai atau counters makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif. Ibu Kota Kabupaten Rokan Hulu adalah Pasir Pengaraian. Sebagai pusat jajanan serba ada di Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian adalah lokasi yang tepat untuk dipilih dalam perancangan tersebut. Pujasera ini tentunya juga memiliki pertimbangan sendiri dalam pemilihan tapak, seperti tapak di tepian Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan yang mengalir melewati sebagian besar dari Kota Pasir Pengaraian dan merupakan bagian dari Sungai Rokan yaitu Sungai Rokan Kiri, Sungai Sosah dan Sungai Rokan Kanan. Ketiga sungai ini terdapat di Kabupaten Rokan Hulu, mengalir dan bermuara menjadi Sungai Rokan lalu mengalir melewati Kabupaten Rokan Hilir akhirnya menuju laut lepas dan Selat Malaka. Oleh karena itu, Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan ini sudah terkenal dikalangan masyarakat Kabupupaten Rokan Hulu. 3 Berdasarkan pertimbangan pemilihan tapak di tepian Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan tersebut maka pendekatan Arsitektur Tepian Air merupakan pendekatan yang dianggap sesuai dalam perancangan pusat jajanan serba ada di Rokan Hulu. Arsitektur Tepian Air merupakan penerapan tema yang tanggap akan tepian air sehingga Arsitektur Tepian Air mampu menjadi daya tarik yang kuat dalam perancangan. Merumuskan konsep yang tepat dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan Pendekatan Arsitekur Tepian Air adalah salah satu tujuan dari perancangan ini dan diharapakan pujasera ini dapat menjadi pusat wisata kuliner dan icon baru di Kabupaten Rokan Hulu 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu? 2. Bagaimana penerapan tema Arsitektur Tepian Air dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu? 3. Bagaimana merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu yang sesuai dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari perencanaan dan perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu ini adalah: 1. Mengidentifikasi fungsi rancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu agar menjadi pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu. 2. Menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Tepian Air dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu secara eksterior (fisik bangunan), organisasi ruang interior dan tata lansekap. 3. Merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu yang sesuai dengan penerapan tema Arsitektur Tepian Air. 4 1.4 Lingkup dan Batasan Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan, maka lingkup dan batasan yang menjadi dasar dalam proses perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu yaitu: 1) Lingkup Ruang lingkup perancangan pujasera ini berkaitan dengan perancangan wisata kuliner yang akan menjadi icon baru di Kabupaten Rokan Hulu. Perancangan pujasera ini merupakan perancangan single building yang harus memiliki potensi pengembangan daya tarik wisata. Materi perancangan ditinjau dari penerapan tema Arsitektur Tepian Air, dalam proses perancangan digunakan juga teori perancangan Guna dan Citra oleh Y.B. Mangunwijaya. 2) Batasan Sesuai dengan pemaparan identifikasi masalah dan tujuan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan Pendekatan Arsitektur Tepian Air, maka perlu adanya batasan-batasan agar tidak menyimpang dari target rancangan, antara lain : a. Perancangan dibatasi oleh batas tapak rancangan yang berada di tepian Sungai Batang Lubuh dengan prinsip Arsitektur Tepian Air. b. Menyediakan rancangan fasilitas utama maupun fasilitas pendukung yang nantinya digunakan dalam pengembangan potensi wisata khususnya wisata kuliner di Rokan Hulu. c. Perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan Pendekatan Arsitektur Tepian Air dibatasi oleh Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang standar usaha pusat penjualan makanan. d. Pengembangan ekonomi penduduk setempat tidak menjadi tanggung jawab dari perancangan. e. Sasaran dari pengguna bangunan adalah masyarakat umum, wisatawan lokal maupun mancanegara. 5 1.5 Kerangka Berpikir Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu (Pujasera) dengan Pendekatan Arsitektur Tepian Air LATAR BELAKANG Rokan Hulu memiliki objek wisata antara lain Air Panas Hapanasan, Air Panas Suaman, Danau Ciobogas, Aek Martua, Masjid Agung Nasional Islmic Centre, Suligi Hill (Aliantan), Puncak Koto Ranan, Makam Raja Rambah, Benteng Tujuh Lapis, Rantau Benuang Sakti dan Gua Sikapir. Untuk menunjang dan menyokong objek wisata yang sudah ada di Kabupaten Rokan Hulu ditbutuhkan terobosan wisata baru yaitu Wisata Kuliner. Wisata Kuliner yang dimaksud adalah Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera). Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu menggunakan pendekatan tema Arsitekktur Tepian Air. S k r i p s i A ds i ce k t u r IDENTIFIKASI MASALAH 1. Bagaimana merancang Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu? 2. Bagaimana penerapan tema Arsitektur Tepian Air dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu? 3. Bagaimana merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu yang sesuai dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air? TUJUAN 1. Mengidentifikasi fungsi rancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu agar menjadi pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu. 2. Menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Tepian Air dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu baik secara eksterior (fisik bangunan), interior dan tata lansekap di sekitarnaya. 3. Merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu yang sesuai dengan penerapan tema Arsitektur Tepian Air. Studi Banding LINGKUP DAN BATASAN Lingkup Ruang lingkup perancangan pujasera ini berkaitan dengan perancangan wisata kuliner yang akan menjadi icon baru di Kabupaten Rokan Hulu. Perancangan pujasera ini merupakan perancangan single building yang harus memiliki potensi pengembangan daya tarik wisata. Materi perancangan ditinjau dari penerapan tema Arsitektur Tepian Air, dalam proses perancangan digunakan juga teori perancangan Guna dan Citra oleh Y.B. Mangunwijaya. Batasan a. b. c. d. e. Perancangan dibatasi oleh batas tapak rancangan yang berada di tepian Sungai Batang Lubuh dengan prinsip Arsitektur Tepian Air. Menyediakan rancangan fasilitas utama maupun fasilitas pendukung yang nantinya digunakan dalam pengembangan potensi wisata khususnya wisata kuliner di Rokan Hulu. Mengikuti peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang standar usaha pusat penjualan makanan. Pengembangan ekonomi penduduk setempat tidak menjadi tanggung jawab dari perancangan. Sasaran dari pengguna bangunan adalah masyarakat umum, wisatawan lokal maupun mancanegara. PENGUMPULAN DATA Studi Pustaka ANALISA Pendekatan Arsitektur Tepian Air KONSEP DESAIN PAD TD PD Skema 1.1 Kerangka Berpikir 6 F e er b at k 1.6 Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pemahaman dalam pemecahan masalah, maka pembahasan akan dilakukan dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisikan mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang pemilihan judul, identifikasi masalah, tujuan kegiatan, lingkup dan batasan, kerangka berpikir, sistematika pembahasan, dan keaslian penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tinjauan fungsi rancangan, tinjauan tema rancangan, studi banding fungsi dan tema perancangan yang sejenis. BAB III METODE PERANCANGAN Berisi tentang paradigma perancangan, tinjauan lokasi, building coverage dan bagan alur perancangan. BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN Berisi analisis kondisi tapak dan lingkungan, analisis fungsional, analisis sistem struktur dan konstruksi, analisis sistem utilitas, analisis tampilan fisik bangunan, analisis lain yang diperlukan, dan konsep. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi kesimpulan dan saran dari hasil perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air. 7 1.7 Keaslian Penulisan Keaslian penulisan berisi tentang Skripsi fungsi sejenis yang telah di rancang. Adapun Skripsi yang dicantum yaitu: Tabel 1.2 Perbandingan Penulisan No Judul Persamaan Perbedaan 1. Pusat Wisata Kuliner dan Souvenir Khas Melayu di Kawasan Wisata Sejarah Kota Pekanbaru dengan Penerapan Konsep Arsitektur Melayu, Indryami Rahima, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Tahun 2016/2017 Pada objek fungsi perancangan yaitu sebagai Pusat Wisata Kuliner Pada pendekatan tema perancangan yaitu Arsitektur Melayu 2 Pusat Wisata Kuliner di Kabupaten Lamongan Tema: Eklektik Bahari, Ahcmad Agus Nasihuddin, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2010 Pada objek fungsi perancangan yaitu sebagai Pusat Wisata Kuliner Pada pendekatan tema perancangan yaitu Elektik Bahari. Berdsarkan dua skripsi fungsi sejenis di atas, judul Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air belum pernah dilakukan sebelumnya dalam Skripsi. Letak lokasi perancangan dan pendekatan tema yang digunakan merupakan keaslian dari pemikiran, ide atau gagasan keilmuan yang telah dipertimbangkan. Keaslian Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekaatan Arsitektur Tepian Air dapat dipertanggung-jawabkan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan proses untuk menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian perancangan ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang membangun. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Fungsi Rancangan 2.1.1 Pengertian Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Pujasera merupakan akronim yang dilafalkan sebagai kata dari pusat jajanan serba ada (Inggris: food court, atau Asia Pasifik; food hall ). Terdapat beberapa definisi pujasera menurut Fitriandi (2013) sebagai berikut: 1) Tempat yang menampung sebuah kegiatan utama yaitu makanan dan minuman. 2) Tempat yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang disediakan melalui kedai-kedai atau restoran-restoran yang dikelompokkan menjadi satu bangunan maupun dalam berbagai bangunan dalam satu area pada suatu kota tertentu. 3) Tempat untuk makan atau sitting area bisa berupa tempat makan bersama (comunal eating area) atau area yang disediakan oleh masing-masing restoran. 2.1.2 Standarisasi Produk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu: NO Aspek I PRODUK UNSUR A. Tempat B. Penanada Arah NO SUB UNSUR 1. Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan jenis restoran, rumah makan, dan/atau kafe. 2. Memiliki system sirkulasi udara dan pencahayaan sesuai standar dan/atau ketentuan peraturan perundang- undangan. 3. Tersedia akses masuk dan keluar untuk masingmasing restoran, rumah makan, dan/atau kafe. 4. Papan nama pusat penjualan makanan dengan tulisan yang terbaca jelas dan mudah terlihat, pemasangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Penanda arah yang menunjukkan fasilitas makan dan minuman yang jelas dan mudah terlihat. 5. 9 C. Fasilitas Penunjang 6. 7. 8. 9. 10. 11. D. Ruang Makan dan Minum 12. 13. 14. 15. E. Dapur/Pantry 16. 17. 18. 19. 20. 21. Fasilitas parkir yang bersih, aman, dan terawat, dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketersediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kelaikan sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Ketersediaan listrik sesuai kapasitas yang dibutuhkan. Musholla yang bersih dan terawat dengan perlengkapannya. Toilet yang bersih, terawat dan terpisah untuk pengunjung pria dan wanita, termasuk untuk penyandang disabilitas, yang masing- masing dilengkapi dengan: a. tanda yang jel.as; b. air bersih yang cukup; c. tempat cuci tangan dan pengering; d. kloset; e. tempat sampah tertutup; f. tempat buang air kecil (urinoir) untuk toilet pengunjung pria; dan g. sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Tempat sampah tertutup yang terdiri atas: a. tempat sampah organik; dan b. tempat sampah non-organik. Tersedia ruang ibu menyusui (laktasi). Tersedia ruang makan dan minum untuk usaha restoran, rumah makan, dan/atau kafe. Tersedia meja dan kursi yang bersih danbterawat, sesuai jenis restoran, rumah makan, dan/atau kafe. Tersedia sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Tersedia tempat/area pengolahan makanan pada masing-masing usaha restoran dilengkapi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Tersedia ruang/tempat pantry pada masing-masing usaha kafe. Tersedia perlengkapan dan peralatan untuk penyimpanan dan penyajian makanan untuk rumah makan. Tersedia sirkulasibudara dan pencahayaan yang baik. Tempat sampah tertutup yang terdiri atas: a. tempat sampah organik; dan b. tempat sampah non-organik Tempat penyimpanan makanan mudah rusak (perishable) dan makanan kering (groceries) pada masing-masing usaha. Tabel 2.1 Standarisasi Produk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) 10 2.1.3 Standarisasi Pelayanan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu: NO ASPEK II PELAYANAN UNSUR NO SUB UNSUR Pelaksanaan Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Procedure) 1. Penyewaan tempat usaha restoran, rumah makan, dan/atau kafe. Penyiapan kontrak sewa pengelola restoran, rumah makan, dan/atau kafe. Penanganan keluhan pengelola restoran, rumah makan, dan/atau kafe. Pelayanan informasi kesehatan, keselamatan, dan keamanan. 2. 3. 4. Tabel 2.2 Standarisasi Pelayanan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) 2.1.4 Standarisasi Pengelolaan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu: NO ASPEK III PENGELOLAAN UNSUR A. Organisasi NO SUB UNSUR 1. Profil perusahaan yang terdiri atas: a. struktur organisasi yang lengkap dan terdokumentasi; b. uraian tugas dan fungsi yang lengkap untuk setiap jabatan dan terdokumentasi. 2. Rencana usaha yang lengkap, terukur dan terdokumentasi. Dokumen Prosedur Operasional Standar (Standard Operating Prosedure) dan/atau petunjuk pelaksanaan kerja. Peraturan Perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan terdokumentasi. Pelaksanakan program pemeliharaan dan penyimpanan dokumen kegiatan usaha pusat penjualan makanan. 3. 4. B. Manajemen 5. 6. Pelaksanakan program perawatan lingkungan. kebersihan dan 7. Pelaksanakan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran, atau dalam keadaan darurat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 8. Pelaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 11 9. 10. C. Sumber Daya Manusia 11. 12. 13. 14. D. Sarana dan Prasarana 15. 16. Tersedia perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) sesuai dengan standar dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan. Tersedia tempat penampungan sementara sampah organik dan non-organik, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan undangan (untuk usaha yang berdiri sendiri). Melaksanakan program peningkatan kemampuan dan keterampilan sesuai kebutuhan. Melaksanakan evaluasi kinerja SDM sesuai kebutuhan. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan untuk karyawan sesuai kebutuhan. Satuan Pengamanan yang memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Satuan Pengamanan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia. Ruang ganti pakaian untuk karyawan tertentu. Ruang makan karyawan dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang sesuai dengan standar dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan. 17. Toilet karyawan dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang sesuai dengan standar dan/ atau ketentuan peraturan perundang-undangan. 18. Ruang kantor, dengan sistem pencahayaan dan sirkulasi udara yang sesuai dengan standar dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan (untuk usaha yang berdiri sendiri). 19. Tersedia limbah ketentuan pengolahan air sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 20. lnstalasi listrik/genset sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. 21. Instalasi air bersih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 22. Instalasi gas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 23. Akses khusus darurat dan tempat berkumpul yang terlihat dengan rambu yang jelas sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 24. Peralatan komunikasi yang terdiri dari telepon, faksimili dan jaringan internet. 25. Instalasi kamera pengawas (closed circuit television/CCTV) yang berfungsi dengan baik. 26. Gudang atau ternpat penyimpanan yang bersih dan terawat. Tabel 2.3 Standarisasi Pengelolaan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) 12 2.1.5 Tipe Dasar Pelayanan Makanan Menurut Kusumawardani (2016) terdapat 4 tipe dasar pelayanan makanan sebagai beriku: 1) Table service - Tipe A: memberikan daftar menu, mengantar, manyajikan makanan, pengunjung hanya duduk dan menunggu. - Tipe B: tamu mendatangi dan memesan, menunggu pesanan dan pelayanan mengantar. 2) Counter service Terdapat pembatas 2 ruangan antara dapur dan restoran. 3) Self service Menu yang disajikan lengkap dengan letak tertata dan disajikan dimeja khusus. Pembeli dapat mengambil sesuka hati. 4) Carry out service Pembeli membawa pergi makanan ke tempat lain. 2.1.6 Standar Besaran Ruang Dalam Kusumawardani (2016) menjelaskan mengenai beberapa standar besaran ruang pada tempat makan pengunjung, tata layout meja, dapur dan tata layout display ruang retail sebgai berikut: A. Tempat makan pengunjung Untuk penataan area makan lesehan, dalam menentukan luasan per meja beserta sirkulasinya dapat digunakan pendekatan standard ukuran orang yang sedan duduk bersila. Gambar 2.1 Ukuran Orang Duduk Bersila Sumber: Dines, N. T., & Brown, K. D. (1998). Time-Saver Standards For Landscape. New York: Mc Graw-Hill 13 13 Pada umumnya selain layanan makan di tempat, juga menyediakan layanan pesan di bawa. Oleh karena itu, dibutuhkan area tunggu bagi pemesan, seperti berikut: Gambar 2.2 Tempat duduk Ruang Tunggu Sumber: Dines, N. T., & Brown, K. D. (1998). Time-Saver Standards For Landscape. New York: Mc Graw-Hill B. Tata Layout Meja dan Kursi Pola penataan ruang dalam pada Pusat Kuliner identik dengan tata ruang dalam pada restoran. Untuk menata ruang dalam diperlukan pertinmbangan bentuk dan ukuran perabot area makan. Berikut ukuran standard yang umumnya dipakai pada tempat makan: Gambar 2.3 Ukuran Meja Berbentuk Persegi dan Lingkaran Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga 14 14 C. Dapur Pada umumnya perabot kombinasi pada ukuran dan program-program produksi dikombinasii sesuai dengan kebutuhan untuk setiap dapur. Gambar 2.4 Fungsi pada Dapur Restoran Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga 15 15 D. Tata Layout Display Ruang Retail Komponen interior yang paling sering digunakan sebagai wadah penyimpanan adalah rak. Berikut ukuran standard tempat penjualan barang yang umum: Gambar 2.5 Tempat Penjualan Barang yang Umum Sumber: Panero, J., & Zelnik, M. (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pada display makanan jarak yang diperhatikan adalah kegiatan pembeli yang berkaitan dengan gerakan mengambil barang dari tempat display. Berikut ukuran jarak bersih yang diperlukan pada sebuah unit tempat display tempat display yang berada di tengah: Gambar 2.6 Tempat Display yang berada di tengah Sumber: Panero, J., & Zelnik, M. (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Penerbit Erlangga. 16 16 2.2 Tinjauan Tema Rancangan 2.2.1 Pengertian Arsitektur Menurut Mangunwijaya (2013:436) Arsitektur merupakan Vasthuwidya (dalam bahasa Jawa Kuna) atau Wastuwidya yang berarti ilmu bangunan (Widya = ilmu, kebijaksanaan. Vasthu/Wastu = bangunan). Namun arti Vasthu/Wastu dapat diartikan lebih luas lagi yaitu hakikat, hal, perkara, kenyataan dan juga norma, tolak ukur dari hidup susila, hidup secara benar, pegangan normatif semesta dari Yang Mutlak. Berdasarkan Vasthu/Wastu yang dikemukakan tersebut dapat terwujud menjadi suatu hakikat, hal atau perkara sesuai dengan dua prinsip perancangan: Guna dan Citra. Menurut Mangunwijaya (2013:52) "Guna" menunjuk kepada keuntungan, pemanfaatan (use) yang diperoleh dari pelayanan, berkat tata ruang, pengaturan fisiki bangunan yang tepat dan efisiensi. Sedangkan "Citra" menunjuk kepada suatu gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. 2.2.2 Pengertian Tepian Air/Waterfront Dalam Puspitasari (2014) menjelaskan tepian air/waterfront dapat didefenisikan sebagai berikut : a) Kawasan dinamis suatu kota tempat terjadinya pertemuan antara daratan dan perairan (Breen, 1994) b) Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah kota dengan dermaganya. (Salim, 1993) c) Daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003) d) Suatu lingkungan perkotaan yang berada ditepi atau dekat wilayah perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983). Jadi dapat disimpulkan tepian air/waterfront adalah suatu area atau kawasan dinamis yang terletak berbatasan langsung dengan tepian air. Karena berbatasan langsung maka setiap area atau kawasan yang memiliki ikatan fisik maupun visual dengan daerah perairan (laut, sungai, kali, danau maupun tepian air lainnya) dengan daratan dapat disebut sebagai area atau kawasan tepian air/waterfront. 17 17 2.2.3 Pengertian Arsitektur Tepian Air Berdasarkan pengertian dari Arsitektur dan Tepian Air dapat disimpulkan Arsitektur Tepian Air merupakan Vasthuwidya (Ilmu Bangunan) yang diterapkan pada tapak area atau kawasan yang berbatasan langsung dengan tepian air dengan menggunakan prinsip-prinsip Arsitektur Tepian Air sebagai Guna dan Citra lingkungan sekitarnya. 2.2.4 Kriteria Tepian Air Menurut Prabudiantoro (1997) dalam Prameswari (2018) terdapat 5 kriteria umum perancangan dengan pendekatan Aristektur Tepian sebagai berikut: 1) Berlokasi di tepi suatu wilayah perairan yang besar (sungai, danau, laut, dan sebagainya). 2) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, dan pariwisata. 3) Mempunyai fungsi utama sebagai tempat rekreasi permukiman, industri, dan pelabuhan. 4) Pemandangan berorientasi ke arah perairan. 5) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal. 2.2.5 Tipologi Tepian Air Tipologi tepian air dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan pertemuannya dengan air permukaan dan berdasarkan sifat dan jenis aktivitasnya. Menurut Firdaus.Purwadi.Angin (2017) tentang air permukaan maka dapat dibedakan tipologi berdasarkan pertemuannya dengan air permukaan sebagai berikut: a) Laut merupakan perairan yang lebih luas dibandingkan daratan di Bumi. Permukaan darat yang bertemu dengan perairan laut disebut Tepian Laut. b) Danau adalah cekungan terisi air hujan, air tanah atau mata air terjadi secara alami atau buatan. Daratan yang bertemu danau disebut Tepian Danau. c) Rawa adalah perairan yang selalu tergenang air dan mempunyai kadar air yang relatif tinggi. Tepian darat yang bertemu rawa disebut Tepian Rawa. d) Sungai adalah jaringan pengaliran air yang dibatasi oleh garis sempadan sungai. Daratan yang bertemu dengan sungai disebut Tepian Sungai. 18 18 Sedangkan Menurut Breen (1996) dalam Prameswari (2014) membagi 4 tipologi utama berdasarkan sifat dan jenis aktifitasnya, yaitu: a) Mixed-used waterfront, dalam mixed-used waterfront area tepian air difungsikan untuk menampung aktifitas-aktifitas yang berbeda karakter dan terintegrasi, semisal permukiman, perkantoran, perniagaan, tempat kebudayaan, dan sebagainya; b) Recreational waterfront, dalam recreational waterfront area tepian air difungsikan untuk aktifitas rekreasi masyarakat (Wisata). c) Residental waterfront, dalam residental waterfront area tepian air difungsikan sebagai permukiman, d) Working waterfront sedangkan dalam working waterfront area tepian air difungsikan untuk aktifitas pekerjaan masyarakat setempat. 2.2.6 Aspek Perancangan Tepian Air Menurut Wrenn (1983) dalam Indrawan.Santoso.Utami (2017) perancangan tepian air terdapat 3 aspek yang dominan, yaitu: 1) Aspek arsitektural merupakan aspek yang berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang memenuhi nilai-nilai estetika pada objek rancangan Taman Hiburan Pantai Kenjeran. 2) Aspek keteknikan merupakan aspek yang berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi konstruksi yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan waterfront, seperti stabilisasi perairan, korosi ,erosi, kondisi alam setempat, perencanaan infrastruktur yang berkaitan dengan drainase, transportasi dan sebagainya. 3) Aspek sosial budaya merupakan aspek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan waterfront tersebut. 19 19 Menurut Indrawan.Santoso.Utami (2017) dalam mengolah suatu area tepian air, terdapat beberapa elemen yang dapat diberikan penekanan dengan memberikan solusi desain dengan spesifik, yang dapat membedakan area tepian air dengan area lainnya dan dapat memberikan kesan mendalam oleh pengunjungnya. Elemenelemen tersebut diantaranya adalah: 1) Tepian Air Area tanah atau pesisir yang landai atau datar dan langsung berbatasan dengan air. Merupakan tempat berjemur atau hanya sekedar duduk-duduk dibawah keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya) 2) Promenade/Esplanade Permukaan air disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh tinggi dari permukaan (seperti balkon) disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut “tangga pemandian” (baptismal steps). 3) Jembatan Jembatan adalah penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal dan suatu elemen yang sangat popular guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah sculpture. Banyak jembatan yang kemudian menjadi lengaran (landmark) bagi area perancangannya. 4) Ruang Terbuka (Open Space) Merupakan sebuah taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang tata lansekap terhadap area atau kawasan tepi air. 5) Aktifitas Dalam mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk meramaikan atau memberi ciri khas pada lansekap antara daratan dan perairan. “Floting Market” misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah daya tarik suatu area tepian air, sedang festival market place adalah sebuah contoh paduan antara aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban space). 20 20 2.3 Studi Banding Fungsi dan Tema Perancangan Sejenis 2.3.1 Studi Banding Fungsi Sejenis A. Newton Food Centre, Singapura Gambar 2.7 Penataan Massa Newton Food Centre Sumber: https://bit.ly/2SiB9YO (weekender.com.sg) Newton Food Centre adalah salah satu tempat pusat jajanan makanan yang terkenal di Singapura. Lokasinya terletak di Circus, Jalan Cavenagh, Singapura. Food court ini telah dipromosikan oleh Singapore Tourism Board (STB) sebagai tourist attraction sebagai salah satu bangunan percontohan masakan di Singapura yang dikelola dengan baik oleh pemerintah. Konsep pada Newton Food Centre adalah rumah kolonial/indish masa lampau dengan tema warna putih, hitam, dan coklat. Pemilihan warna tersebut memberikan kesan hangat, tenang dan nyaman pada desain bangunannya. Selain itu, bentukan massanya merupakan konfigurasi dari bentukan tapal kuda yaitu bentuk terpadu konfigurasi antara ruang tertutup dan terbuka sebagai kontrol iklim dalam perancangan sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang dimanfaatkan sangat efektf dari rancangan ini. Luas lahan Newton Food Centre adalah 5500 m² dengan taman ruang terbuka yang digunakan juga sebagai tempat performing grup musik tertentu. 21 21 Kesan bangunan kolonial atau indish sangat kental dengan atap-atap yang tinggi menyesuaikan iklim yang ada di Singapura. Bagian lansekap bangunan mengahadirkan ruang terbuka hijau dan tata layout meja dan kursi yang efektif sehingga menambah kesan luas dan nyaman. Bentuk bangunan sederhana tidak terlalu mencolok tetapi tetap selaras dengan adanya kesinambungan atap. Gambar 2.8 Perspektif Eksterior Newton Circus Food Centre Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org) Newton Food Centre adalah bangunan non tunggal terdiri dari fasilitas indoor dan outdoor. Adapun bangunan ini terdiri dari satu lantai dengan pembagiaan ruang sebagai berikut: 1) 83 stand kuliner 2) Area makan indoor dan Area makan outdoor 3) Ruang terbuka untuk performing musik 4) Ruang CCTV 5) Taman 6) Area hiburan dan sirkulasi 7) Toilet pengunjung (pria dan wanita) 8) Parkiran 22 22 Penggunaan layout meja pada Newton Food Centre terdapat dua tipe yaitu pengguaan layout meja persegi dan layout meja lingkaran. Penyusunan meja makan ini disesuaikan dengan bentukan tata lansekap dan tata ruang. Tipe pelayanannya diatur dengan tipe Table service A & B, Self Service, Carry Out Service. Dengan mepertimbangkan aspek-aspek perancangan tersebut setiap ruang makan baik di dalam maupun di luar bangunan menjadi memiliki wilayah atau zona tersendiri. Gambar 2.9 Perspektif penggunaan layout meja persegi Newton Food Centre Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org) Gambar 2.10 Perspektif penggunaan layout meja lingkaran Newton Food Centre Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org) 23 23 Bentukan fisik bangunan meliputi keseragaman bentuk pada atap dan massa bangunan. Bangunan diapit oleh pepohanan dengan tata lansekap yang sangat kuat terhubung antara bangunan dan lansekapnya sebagai ruang untuk makan. Ditengah lahan dibiarkan sebagai ruang terbuka dengan memperhitungkan sirkulasi pergerakan yang dipaksa berputar agar pengunjung dapat dengan mudah mellihat sekelilingnya untuk memilih jajanan yang diinginkan. Gambar 2.11 : Tata Lansekap Newton Food Centre Sumber: https://earth.google.com Gambar 2.12 : Bentuk Fisik Bangunan Newton Food Centre Sumber: Penulis (2018) 24 24 B. Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya Gambar 2.13 : Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya Sumber: https://bit.ly/2PTCq6I (scontent.cdninstagram.com) Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya merupakan wisata kuliner di Surabaya dengan langgam arsitektur food court kekinian. Konsep yang diangkat dalam desainnya adalah konsep ramah keluarga dengan membawa nuansa alam ke dalam perancangan. Food Junction Grand Pakuwon terletak di Jl. Banjar Sugihan Tandes Surabaya Barat. Letaknya 18 km dari Swiss-Belinn Manyar Surabaya, dengan luas lahan ±6 ha FJGP mampu menciptakan suasana alam dengan tatanan lansekap yang termanfaatkan secara efektif karena food court yang berkonsep outdoor terbesar di Surabaya ini memiliki lebih dari 100 outlet jajanan. Food court ini menawarkan menu kaki lima hingga menu bintang lima. Selain bisa menikmati kuliner, pada lansekap dirancang juga beberapa wahana hiburan sebagai fasilitas penunjang food court. Gambar 2.14 : Wahana Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya Sumber: https://bit.ly/2PTCq6I (scontent.cdninstagram.com) 25 25 FJGP ini tempatnya terbilang nyaman dengan udara yang sejuk di tengah perkotaan. Melalui analisis apa yang membuat tempat tersebut berudara sejuk sedangkan Surabaya memiliki suhu 26.8 °C – 34.0°C. Hal itu karena adanya danau buatan seluas 4.400 m2 dan juga penataan sirkulasi udaranya yang dibuat sedemikian rupa. FJGP menjadi tempat favorit bagi masyarakat setempat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga maupun teman. Setiap harinya FJGP tidak pernah sepi pengunjung. Adapun bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan pembagiaan ruang sebagai berikut: 1) >100 stand kuliner 2) Lagoon Pond (Luas 4.400 m2 ) 3) Area makan indoor dan Area makan outdoor 4) Taman Lampion 5) Wahana Bermain 6) Ruang Pengelola 7) Taman (Open Space) 8) Area hiburan (Thematic Live Music Entertaiment) 9) Toilet pengunjung (pria dan wanita) 10) Parkir Gambar 2.15 : Perspektif Eksterior Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya Sumber : https://bit.ly/2Jffkox (cdn.idntimes.com) 26 26 Gambar 2.16 : Bangunan Tungggal Food Junction Grand Pakuwon (FJGP) Sumber : https://bit.ly/2z9Pa2f (katalogkuliner.com) FJGP merupakan perancangan Single Building berlantai satu. Dalam targetnya FJGP berhasil menaikan pamornya menjadi icon kulier baru di Surabaya karena pengunjung tidak hanya masyarakat sekitar Surabaya saja namun masyarakat dari luar Kota Surabaya dan bahkan mancanegara. Perancangan ruang dalam juga dilakukan berdasarkan konsep ramah keluarga, dimana ruangan dibuat dengan gaya vintage dengan kombinasi penggunaan warna coklat untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman. Gambar 2.17 : Perspektif Interior Food Junction Grand Pakuwon (FJGP) Sumber : https://www.idntimes.com 27 27 Gambar 2.18 : Tata Lansekap Food Junction Grand Pakuwon (FJGP) Sumber : https://www.skygrapher.id/photos/9760 Gambar 2.19 : Bentuk Fisik Bangunan Food Junction Grand Pakuwon (FJGP) Sumber : Penulis (2018) 28 28 Tabel 2.4 Perbandingan Studi Kausus Fungsi Sejenis UNSUR NEWTON CIRCUS FOOD CENTRE, SINGAPURA FOOD JUNCTION GRAND PAKUWON, SURABAYA Lokasi Tengah Kota Pinggir Kota Letak Bangunan Berdiri Sendiri Berdiri Sendiri Luas area 5500 m² ±6 ha Tipe Bangunan Non tunggal: Indoor and Outdoor Single Building: Indoor and Outdoor Konsep Bangunan kolonial/indish Family Friendly with Nature Tipe Pelayanan Table service A & B, Self Service, Carry Out Service Table service A & B, Self Service, Carry Out Service Kapasitas 2000 orang >2000 orang Jumlah stand 84 >100 Fasilitas Taman dan ruang terbuka untuk performing musik Lagoon Pond (Luas 4.400 m2 ), taman lampoin dan wahana bermain Pengembang Pemerintah Swasta Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018) 29 29 Tabel 2.5 Perbandingan Tata Lansekap dan Bentuk Fisik Bangunan Studi Kasus Fungsi Sejenis NAMA FUNGSI TATA LANSEKAP DAN BENTUK FISIK BANGUNAN KETERANGAN Luas lahan Newton Food Centre adalah 5500 m² dengan tata lasekap berputar pada taman ruang terbuka yang digunakan juga sebagai tempat penyajian makanan. NEWTON CIRCUS FOOD CENTRE, SINGAPURA Kesan bangunan kolonial atau indish sangat kental dengan atap-atap yang tinggi menyesuaikan iklim yang ada di Singapura. Bentuk fisik bangunan sederhana tetapi tetap selaras dengan adanya kesinambungan atap. Tata lansekap ditata dengan megikuti pola tapak. Secara keseluruhan tapak dirancang dengan bentukan dinamis. FOOD JUNCTION GRAND PAKUWON, SURABAYA Bangunan terdapat di pinggir tapak mengikuti bentukan dari pinggir tapak. Bentukan massanya selaras dengan pola tapak. Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018) 30 30 2.3.2 Studi Banding Tema Sejenis A. Paseo del Rio San Antonio (Riverwalk), Texas Gambar 2.20 : Kuliner lokal dari Paseo del Rio San Antonio, Texas Sumber : http://www.casa-rio.com/menu/category/riverboat-menu San Antonio adalah kota terpadat kedua di Texas, setelah Houston. Kota ini terletak dekat dengan tepian Sungai San Antonio di bagian tengah selatan negara bagian Texas. Tempat wisata kuliner yang menarik untuk didatangi adalah Paseo del Rio (Riverwalk) yang merupakan ruang makan dan wisata kuliner khas lokal yang terdapat di sepanjang Sungai San Antonio. Gambar 2.21 : Perancangan Gerai Jajanan dari Paseo del Rio San Antonio, Texas Sumber : https://bit.ly/2EFzKbF (Peru.com) 31 31 Paseo del Rio San Antonio adalah pusat manufaktur, wisata kuliner, dan transportasi air utama. Paseo del Rio menyajikan konsep perancangan Riverwalk sebagai wujud untuk mendukukung kearifan lokal (Sosial dan Budaya) lingkungan sekitarnya. Jika berjalan menelusuri pinggir Sungai San Antonio dan berkelokkelok sepanjang tepian Sungai San Antonio, Paseo del Río, atau San Antonio Riverwalk maka akan didapati suatu jaringan kesatuan untuk mengekspos secara langsung perancangan dari Paseo del Rio. Di antara pedestarian way terdapat kios-kios jajanan khas lokal, suasana ruang dibiarkan terbuka untuk mempertontonkan suasana budaya dengan suara pengunjung dan pedangang yang berjualan. Selain itu pedestarian way juga dihubungkan sepanjang 15 mil untuk mengakses banyak museum dan distrik bersejarah di San Antonio dengan misi abad ke-18 Kolonial Spanyol. Adapun pola ruang yang dirancang yaitu kios atau konter disusun rapi mengikuti pola tepian Sungai San Antonio begitu juga dengan tempat makannya, tersedia alat transpor berupa sampan unik khas buatan lokal sebagai alternatif transportasi selain menikmati untuk berjalan kaki disepanjang pedestarian way tepian Sungai San Antonio. Gambar 2.22 : Pedestarian way dan tangga Paseo del Rio San Antonio, Texas Sumber : https://bit.ly/2JiyFpe (archpaper.com) 32 32 Sedangkan pengolahan pada tata lansekapnya mengikuti alur dari pola sungai. Kontur sungai dimanfaatkan dengan membuat promenede berupa tangga turun ke sungai. Dengan menerapkan konsep riverwalk tersebut, pola lansekap berhasil diselaraskan dengan alur sirkulasi yang ada pada setiap tepian air dari sungai dan perkerasan (promenade). Gambar 2.23 : Mapping Lansekap Paseo del Rio San Antonio, Texas Sumber : https://earth.google.com Gambar 2.24 : Tata Lansekap Paseo del Rio San Antonio, Texas Sumber : Penulis (2018) 33 33 B. Glasgow Riverside Museum of Transport Gambar 2.25 : Riverside Museum, Glasgow Sumber : https://bit.ly/2CGjcOs (riversidemuseum.wordpress.com) Glasgow Riverside Museum of Transport berlokasi di Glasgow, Skotlandia dengan konteks kearifan lokalnya (Sosial dan Budaya). Glasgow Riverside Museum of Transport dijadikan tempat wisata edukasi dan sejarah dari kerarifan lokalnya terseut. Perkembangan dari tipologi Sungai Clyde dan kota Glasgow adalah warisan yang unik untuk menjadi ide perancangan. Dengan konsep penarikan garis berdasarkan elemen air sungai yang mengalir disekeliling tapak dan kondisi bentukan eksisting tapak maka terbentuklah bangunan yang menyerupai aliran sungai zig-zag dengan bentukan atap bergelombang. Gambar 2.26 : Penarikan Garis Riverside Museum, Glasgow Sumber : http://www.zaha-hadid.com/architecture/glasgow-riverside-museum-of-transport 34 34 Lokasi perancangan terletak di antara Sungai Kelvin yang bermuara menjadi satu dengan Sungai Clyde, desain museum selaras dari kota ke sungai, melambangkan hubungan dinamis di mana museum adalah bagian dari alam sekitarnya. Dengan menghubungkan kota ke sungai dan juga transisi dari setiap aspek-aspek yang ada disekeliling museum aktif mendorong konektivitas antara pameran museum dan lingkungan yang lebih luas. Gambar 2.27 : Persperktif Eksterior Riverside Museum, Glasgow Sumber : http://www.zaha-hadid.com/architecture/glasgow-riverside-museum-of-transport Glasgow Riverside Museum of Transport memposisikan dirinya secara simbolis dan fungsional sebagai suatu ruang yang terbuka untuk umum dan melebur bersama tepian sungai, melibatkan konteks dan isinya untuk memastikan setiap elemen menjadi kesatuan yang terkait. Pengunjung mendapatkan konteks eksternal secara bertahap saat mereka bergerak melalui museum dari pameran ke pameran. Gambar 2.28 : Persperktif Interior Riverside Museum, Glasgow Sumber : http://aasarchitecture.com/2011/11/riverside-museum-by-zaha-hadid.html 35 35 Desainnya adalah penarikan garis ekstrusi sectional dari aliran air. Garis besar cross-sectional ini adalah gerakan responsif dan fleksibel untuk merangkum gelombang atau lipatan bentukan. Lipatan luar terlampir pada atap untuk mengakomodasi jatuhnya air hujan. Dengan demikian rancangan bebas dan terbuka, menawarkan fleksibilitas terbesar untuk memamerkan koleksi kelas dunia di dalam museum. Gambar 2.29 : Aliran Atap Riverside Museum, Glasgow Sumber : http://www.zaha-hadid.com (Dimodifikasi 5 Agustus 2018) Gambar 2.30 : Penarikan Garis Riverside Museum, Glasgow Sumber : Penulis (2018) 36 36 BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Paradigma Perancangan Dalam paragdigma dari perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air. Dengan menggunakan pendekatan tersebut diterapkan sesuai kriteria dari pendekatan Arsitektur Tepian Air. Menurut Prabudiantoro (1997) dalam Prameswari (2018) terdapat 5 kriteria umum sebagai berikut: : 1) Berlokasi di tepi suatu wilayah perairan yang besar (sungai, danau, laut, dan sebagainya). 2) Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, dan pariwisata. 3) Mempunyai fungsi utama sebagai tempat rekreasi permukiman, industri, dan pelabuhan. 4) Pemandangan berorientasi ke arah perairan. 5) Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal. Berdasarkan kriteria tersebut diambil kesesuaian paradigma dengan perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai berikut: 1) Lokasi yang digunakan dalam perancangan berfokus Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu kepada tepian sungai. 2) Area yang digunakan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu adalah area pariwisata yaitu wisata kuliner 3) Fungsi utama dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai tempat rekreasi atau wisata. 4) Pemandangan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dominan berorientasi ke arah perairan sungai. 5) Perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dilakukan ke arah vertikal horisontal dengan pertimbangan tertentu. 37 37 Selain kriteria, aspek dari pendekatan Arsitektur Tepian Air juga menjadi pertimbangan dalam paradigma perancangan. Menurut Wrenn (1983) dalam Indrawan.Santoso.Utami (2017) perancangan tepian air terdapat 3 aspek yang dominan, yaitu: 1) Aspek Arsitektural (perumusan konsep yang sesuai dengan tema arsitektur tepian air) 2) Aspek Keteknikan (pemahaman tentang sistem bangunan hingga penggunaan material yang tepat dalam rancangan) 3) Aspek Sosial dan Budaya (dalam hal ini kearifan lokal yang ada juga menjadi pertimbangan). Berdasarkan Vasthu/Wastu yang dikemukakan oleh Y.B Mangunwijaya dapat terwujud menjadi suatu hakikat, hal atau perkara sesuai dengan dua prinsip perancangan Guna dan Citra. Menurut Mangunwijaya (2013:52) "Guna" menunjuk kepada keuntungan, pemanfaatan (use) yang diperoleh dari pelayanan, berkat tata ruang, pengaturan fisiki bangunan yang tepat dan efisiensi. Sedangkan "Citra" menunjuk kepada suatu gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang. Dalam paradigma perancangan juga digunakan teori Guna dan Citra tersebut. Aplikasinya diterapkan pada desain dan ide perancangan sebagai berikut: Guna 1. Kesesuaian fungsi dan tema dalam Citra 1. Perancangan dilakukan dengan perancangan. Meliputi kriteria mempertimbangkan citra lingkungan maupun aspek yang telah ditentukan sekitarnya (sosial, budaya dan kearifan dalam fungsi dan tema rancangan. lokal). 2. Perancangan ruang dan fisik bangunan yang tepat dan efisien. 3. Pemanfaatan lahan dengan tata lansekap yang efisien. 4. Kesesuaian Guna dan Citra 2. Pengggunaan konsep yang sesuai untuk membanngun citra (image) rancangan 3. Ruang dan fisik bangunan meberikan kesan bagi penggunanya. 4. Kesesuaian Guna dan Citra Tabel 3.1 Teori Guna dan Citra dalam Perancangan Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018) 38 38 3.1.1 Strategi Perancangan Strategi perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu: 1. Survei Lokasi Tahapan awal dari perancangan Pusat perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu adalah melakukan survei lokasi/survey site. Hal ini dilakuakan untuk mengumpulkan data dalam mengolah analisa site. 2. Analisa Tapak Bersamaan dengan survei lokasi analisa tapak dilakukan untuk mengetahui potensi dan kekurangan yang dimilki oleh lokasi terpilih untuk dijadikan lahan yang perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. Analisa ini bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan pertimbngan pemilihan tapak, peletakan bangunan, analisa aktifitas kegiatan, analisa sosial dan budaya (kearifan lokal), analasia kondisi dan pontensi lahan, peraturan yang berlaku, sarana dan prasarana, orientasi serta pemandangan dan sirkulasi pengguna untuk mendapatkan tata Guna dan Citra lahan yang tepat untuk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu 3. Analisa Fungsi dan Tema Analisa fungsi dan tema bertujuan untuk mengetahui kegiatan apa saja yag akan diakomodasikan dalam perancangan dengan kesesuain tema yang diangkat pada perancangan. Dengan mengetahui bermacam kegiatan yang akan dilakukan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air ini maka dapat diketahui apa saja yang dibutuhkan dalam perancangan termasuk siapa saja pengguna dalam perancangan tanpa mengabaikan tema yang angkat, sehingga selanjutnya dapat dilakukan analisa ruang. 4. Analisa Ruang Analisa ruang bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan kebutuhan ruang, hubungan antar ruang, pencapaian ruang, akses dan sirkulasi baik didalam bangunan maupun diluar bangunan yang akan ditentukan untuk mengakomodasi setiap kegiatan yang ada di Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. 39 39 5. Penzoningan Penzoningan dilakukan bersamaan dengan analisa tapak yang bertujuan untuk membedakan tingkatan zona, yaitu zona Privat, Semi Publik, Publik, maupun Servis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perletakan area-area sesuai dengan kondisi tapak. 6. Konsep Konsep merupakan ide dasar dari perancangan. Merumuskan konsep dilakukan dengan memepertimbangkan kesesuain tema. Konsep dilakukan setelah melakukan analisa desain. Dengan merumuskan konsep yang tepat dapat terhadap perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dapat mempermudah alur dalam perancangan.. 7. Tatanan Massa Perancangan terhadap tatanan massa pada Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu ini sesuai dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air, Guna dan Citra serta konsep desain yang diangkat, selanjutnya disesuaikan dengan fungsi ruang, alur kegiatan, tata lansekap lingkungan sekitar, serta orientasi bangunan. 8. Bentukan Massa Bentukan massa pada perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu ini dibentuk berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air, Guna dan Citra hingga menghasilkan suatu bentukan massa yang memiliki keselarasan. 9. Denah (Tata Ruang Dalam) Setelah melakukan perancangan bentukan massa maka tahap selanjutnya adalah menyusun denah ruang yang sesuai dengan standar ukuran ruang serta kebutuhan ruang yang telah dianalisis dalam perancangan. 10. Utilitas Utilitas merupakan sistem yang ada pada bangunan. Sistem utilitas perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu meliputi sistem plumbing, disposal, drainase, instalasi listrik, servis, keamanan dan sistem utilitas yang lainnya. 40 40 11. Struktur Selanjtnya pemilihan sistem struktur. Sistem struktur yang digunakan adalah sistem plan and grid dengan beton bertulang yang akan mengakomodasi massa dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. 12. Bentukan Fisik (Eksterior) Bentukan fisik merupakan salah satu aspek arsitektural yang harus dipetimbangkan. Dalam menentukan bentuk fisik dilakukan sesuai dengan konsep dan pendekatan yang diangkat. Tema Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan Citra akan menjadi pertimbangakn dalam penentuan konsep bentukan fisik yang tepat dari perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. 13. Interior Perancangan interior mengikuti konsep yang diangkat yaitu meliputi tata ruang indoor, perletakan perabot, dinding, dan pola lantai. Dalam hal ini menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan Citra sebagai pertimbangan keselarasan dengan konsep perancangan. Penggunaan material disesuaikan dengan fungsi ruang pada perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan menggunakan beton, kaca, gypsum, dan kayu. 14. Lansekap (Tata Ruang Luar) Pengolahan ruang luar meliputi mengikuti konsep yang diangkat yaitu tata ruang outdoor, vegetasi, sirkulasi tapak (pedistarian way), dan tata parkir. Dalam hal ini menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan Citra sebagai pertimbangan keselarasan dengan konsep perancangan. 15. Hasil Desain Pada proses ini bertujuan untuk melengkapi semua data menjadi bentuk visual dalam gambar 2 demensi, 3 demensi maupun Animasi yang dibutuhkan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu, dari proses penggambaran denah hingga penggambaran detail-detail yang diperlukan. 41 41 3.1.2 Metode Pengumpulan Data Dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat dijabarkan sebagai berikut: A. Data Primer Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung mengenai hal-hal penting terhadap obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah yang ada secara langsung. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara: 1. Survei lapangan (observasi) meruapakan suatu kegiatan bertujuan u n t uk mengamati dan mencatat yang secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan survei lapangan ini akan mendapatkan data: a) Kondisi tapak dan kawasan sekitar b) Luasan tapak c) Batasan tapak terhadap kawasan sekitar d) Data iklim, pergerakan angin, dan orientasi matahari e) Vegetasi eksisting pada tapak dan sarana-prasarana tapak f) Sistem drainase pada tapak g) Transportasi yang meliputi: jalur dan besaran jalan, jembatan penghubung jalan, angkutan dan pengguna jalan serta fasilitas pendukung lainnya h) Sosial dan Budaya (Kearifan Lokal) 2. Wawancara Metode ini untuk mendapatkan informasi lebih detail dari hasil pengamatan yang dilakukan. 3. Dokumentasi Metode ini dilakukan dengan mengambil gambar atau rekaman yang bersifat nyata untuk memperjelas dan memperkuat data-data yang akan digunakan dalam analisa. 42 42 B. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, atau data yang diperoleh dari studi literatur atau data yang bersumber secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi: 1. Studi Pustaka a) Studi pustaka yaitu, metode pengumpulan data dengan melakukan studi literatur terhadap buku-buku, jurnal ilmiah, d a n k u t i p a n yang relevan. Studi pustaka meliputi: Data atau literatur tentang lokasi tapak terpilih berupa peta wilayah, sumber data instansi tertentu, potensi alam dan kondisi kearfian lokal yang ada disekitar lokasi tapak. Data ini selanjutnya digunakan untuk mendukung analisa tapak. b) Mengumpulkan data dari literatur dan teori-teori arsitektur yang relevan dengan tema Arsitektur Tepian Air, tujuannya sebagai unsur penguat konsep desain perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. 2. Studi Banding Studi ini bertujuan untuk mendapatkan data perbandingan dari bangunan fungsi sejenis, baik secara objek maupun tema. Setelah dilakukan analisis dari studi banding dapat ditarik suatu benang merah atau kesimpulan untuk mempermudah setiap analisis dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. Tujuan utama melakukan studi banding adalah menggali sebanyak mungkin informasi yang terkait dengan fungsi dan tema sejenis untuk dijadikan barometer dan pembanding yang kemudian dijadikan sebuah referensi dalam mencari ide desain. Jadi dengan kata lain tujuan dari studi banding tersebut adalah : a) Untuk menambah wawasan tentang fungsi dan tema sejenis. b) Untuk mendapatkan standar dan tolak ukur baru dalam perancangan. b) Untuk membandingkan fungsi dan tema sejenis perancangan. c) Untuk melakukan quick evaluation dalam perancangan. 43 43 3.2 Tinjauan Lokasi Gambar. 3.1 Tinjauan Lokasi Tapak Perancangan Sumber: Penulis (2018) Lokasi perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu ini berada di tepi Sungai Batang Lubuh dan jalan protokol yaitu Jalan Diponegoro, Ibu Kota Pasir Pengaraian, Kecamatan Rambah, Kabupaten Rokan Hulu dengan tinjauan sebagai berikut: NO UNSUR TINJAUAN TINJAUAN 1 Luas Lahan ± 2 ha 2 Kontur Relatif Datar 3 KDB Maksimum 60% dari luas lahan 44 44 3.2.1 4 KDH Minimum 10% dari luas lahan 5 KLB Maksimum ketinggian 32 meter (8 Lantai) 6 GSB 22 meter 7 GSS 5 meter Tabel 3.2 Tinjauan Lokasi Tapak Perancangan Sumber : Penulis (2018) Latar Belakang Pemilihan Lokasi Lokasi tapak dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu berbatasan langsung dengan tepian Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan dan berdekatan dengan Jembatan Sungai Batang Lubuh yang menjadi penghubung antar kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Pemilihan lokasi tapak dalam perancangan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1) Lokasi sangat strategis karena letak tapak berada di tengah Ibu Kota Pasir Pengarain dengan pemukiman masyarakat yang padat. 2) Lokasi tapak berbatasan langsung dengan tepian Sungai Batang Lubuh sebagai pendekatan Arsitektur Tepian Air. 3) Sungai Batang Lubuh merupakan sungai yang sudah sangat terkenal di Kabupaten Rokan Hulu karena sebagian besar dari wilayah Kabupaten Rokan Hulu mengalir dilewati oleh Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan. 4) Lokasi tapak menjadi tempat yang sering dilewati oleh transportasi umum karena berdekatan dengan Jembatan Sungai Batang Lubuh dan berada di tepi jalan protokol yaitu Jalan Diponegoro. 5) Lokasi memiliki aksesibilitas yang tinggi serta mencakupi segala fasilitas yang tersedia oleh bangunan yang ada disekitar. 6) Lokasi terletak berdekatan dengan beberapa tempat umum yaitu taman kota, Sekolah Dasar Negeri 001 Rambah, pasar lama, ruko, masjid, perkantoran, hotel dan puskesmas maupun rumah sakit. 7) Lokasi tapak sangat mudah ditemukan karena lahan bersifat terbuka untuk menwujudkan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) menjadi pusat wisata kuliner dan sebagai icon baru di Kabupaten Rokan Hulu. 45 45 3.2.2 Building Coverage Building Coverage merupakan pembahasan tentang peraturan bangunan yang sesuai dengan ketentuan dan ketetapan undang-undang atau pemerintah serta merupakan tolak ukur dalam perancangan. Peraturan yang menjadi tolak ukur yaitu; (1) Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan (sudah dibahas sebelumnya); (2) Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 6 tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu; dan (3) Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 4 tahun 2014 Tentang Bangunan Gedung. Adapun pembahasan mengenai peraturan 2 dan 3 meliputi pembahasan tentang peraturan KDB, KLB, KDH, GSB, dan GSS sebagai berikut: 1. Koefesian Dasar Bangunan (KDB) Penetapan KDB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/ persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total Bangunan Gedung terhadap total luas kawasan dengan luas tetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung lingkungan. Penetapan KDB dibedakan dalam tingkatan KDB tinggi (lebih besar dari 60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampai dengan 60%), dan rendah (lebih kecil dari 30%). Untuk daerah/kawasan padat dan/atau pusat kota dapat ditetapkan KDB tinggi dan/atau sedang, sedangkan untuk daerah/kawasan renggang dan/atau fungsi resapan ditetapkan KDB rendah. 2. Koefesian Lantai Bangunan (KLB) Penetapan KLB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/ persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total luas Bangunan Gedung terhadap total luas kawasan dengan tetap mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung lingkungan. Penetapan ketinggian bangunan dibedakan ketinggian: bangunan rendah (jumlah dalam tingkatan lantai Bangunan Gedung sampai dengan 4 lantai), bangunan sedang (jumlah lantai Bangunan Gedung 5 lantai sampai dengan 8 lantai), dan bangunan tinggi (jumlah lantai bangunan lebih dari 8 lantai). 38 38 3. Koefesian Daerah Hijauan (KDH) Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah. Ketentuan besarnya KDH ditetapkan dengan Rencana Tata Ruang dan jika belum ditetapkan maka KDH minimal 10% (sepuluh perseratus) pada daerah sangat padat dan KDH meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah. 4. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Garis Sempadan Muka Bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi jalan dan peruntukan lahan sebagai berikut : a. Bangunan yang terletak di jalan provinsi, Garis Sempadan Muka Bangunan ditetapkan minimal 22 (dua puluh dua) meter dari as jalan. b. Bangunan yang terletak dijalan arteri kota Pasir Pengaraian, jalan arteri kota Simpang Pemda – Simpang Kumu dan jalan arteri kota Jalan Lingkar Kota Pasir Pengaraian – Simpang Okak, Garis Sempadan Muka Bangunan ditetapkan minimal 40 (empat puluh) meter dari As Jalan. 5. Garis Sempadan Sungai (GSS) (1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul: a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter ditetapkan 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi lajur pegaman sungai pada waktu ditetapkan. b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter ditetapkan 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi lajur pengaman sungai pada waktu ditetapkan. b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter ditetapkan 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi lajur pengaman sungai pada waktu ditetapkan. (2) Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar 5 (lima) meter, dihitung dari tepi lajur pengaman sungai. 39 39 3.3 Bagan Alur Perancangan Survei Analisa Tapak Analisa Fungsi Penzoningan Analisa Ruang Konsep Tatanan Massa Bentukan Massa Denah (Tata Ruang Dalam) Utilitas Sistem Struktur Bentukan Fisik (Eksterior) F e e d b a c k Interior Lansekap (Tata Ruang Luar) Hasil Desain Skema 3.1 Bagan Alur Perancangan 40 40