Uploaded by achniatiffany88

Seminar Muhammad Iqbal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rokan Hulu adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau yang diberi julukan
Negeri Seribu Suluk. Kabupaten Rokan Hulu terletak di Barat Laut Pulau Sumatera,
Indonesia dan memiliki luas wilayah 7.449.85 Km2. Disebelah barat kabupaten
mempunyai kontur tanah yang bergelombang bagian dari pegunungan Bukit Barisan
(15%) sedangkan sebagian besar lainnya (85%) merupakan dataran yang subur,
terdapat 3 sungai besar yaitu Sungai Rokan Kiri, Sungai Sosah, dan Sungai Rokan
Kanan (Sungai Batang Lubuh).
Dari letak geografisnya Kabupaten Rokan Hulu memiliki ketinggian yang
berada antara 70-80 meter dari permukaan laut dan merupakan salah satu daerah
tropis dengan perkebunan kelapa sawit yang luas di Indonesia. Selain memiliki
perkebunan kelapa sawit yang luas, Kabupaten Rokan Hulu juga salah satu
kabupaten yang memiliki potensi wisata di Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hulu
apabila dikembangkan dengan baik akan memiliki daya tarik wisata yang unggul
untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata Kabupaten Rokan Hulu
Tahun 2012 s/d 2018
No
Tahun
1
2012
Nama Objek
Pengunjung Nusantara Pengunjung Mancanegara
Air Panas Hapanasan
3.300
-
Air Panas Suaman
3.520
-
Danau Cibogas
1.600
-
Aek Martua
3.140
-
Total Pengunjung Objek Wisata
2
2013
11.560
Air Panas Hapanasan
4.031
-
Air Panas Suaman
4.610
-
Danau Cibogas
7.209
-
Aek Martua
2.641
-
Total Pengunjung Objek Wisata
18.491
1
3
2014
Air Panas Hapanasan
13.405
-
Air Panas Suaman
3.555
-
Danau Cibogas
6.728
-
Aek Martua
3.300
-
Total Pengunjung Objek Wisata
4
2015
26.988
Air Panas Hapanasan
11.857
-
Air Panas Suaman
3.643
-
Danau Cibogas
7.261
-
Aek Martua
2.000
-
Air Panas Hapanasan
36.993
-
Air Panas Suaman
10.450
-
Danau Cibogas
7.964
-
Aek Martua
-
-
Masjid Agung Islamic Centre
840.275
Total Pengunjung Objek Wisata
5
2016
Total Pengunjung Objek Wisata
6
2017
895.792
Air Panas Hapanasan
41.199
-
Air Panas Suaman
18.237
-
Danau Cibogas
12.980
-
Aek Martua
-
-
Masjid Agung Islamic Centre
248.357
Total Pengunjung Objek Wisata
7
2018
110
81
320.854
Air Panas Hapanasan
21.439
-
Air Panas Suaman
12.355
-
Danau Cibogas
9.478
-
Aek Martua
22.016
-
Masjid Agung Islamic Centre
65.948
-
Suligi Hill (Aliantan)
1.655
-
Puncak Koto Ranan
2.081
-
Makam Raja Rambah
40
-
Benteng Tujuh Lapis
-
-
Rantau Benuang Sakti
-
-
Gua Sikapir
-
-
Total Pengunjung Objek Wisata
135.012
Sumber : Disparbud Kabupaten Rokan Hulu (2018)
2
Berdasarkan tabel 1.1 diperoleh lima objek wisata yang memiliki potensi terus
berkembang yaitu Air Panas Hapanasan, Air Panas Suaman, Danau Cibogas, Aek
Martua dan Masjid Agung Nasional Islamic Centre yang diresmikan menjadi objek
wisata islami pada tahun 2016 di Kabupaten Rokan Hulu. Selanjutnya
bermunculan objek wisata baru yang terdata dalam Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Rokan Hulu yaitu Suligi Hill (Aliantan), Puncak Koto
Ranan, Makam Raja Rambah, Benteng Tujuh Lapis, Rantau Benuang Sakti dan Gua
Sikapir. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Rokan Hulu
memang memiliki potensi dalam rangka pengembangan wisata. Potensi tersebut
dibuktikan dengan trend kunjungan wisatawan ke Rokan Hulu yang dominan
meningkat dan kedepannya diharapkan akan terus meningkat.
Diketahui dari semua objek wisata tersebut tidak ada satupun yang bergerak
dengan fungsi wisata ke arah kuliner, maka untuk menunjang dan menyokong
pegembangan objek wisata yang sudah ada di Kabupaten Rokan Hulu dibutuhkan
suatu terobosan wisata baru yaitu Wisata Kuliner. Wisata Kuliner yang dimaksud
adalah pujasera. Pujasera merupakan akronim yang dilafalkan sebagai kata dari
pusat jajanan serba ada (Inggris: food court, atau Asia Pasifik; food hall )
merupakan
sebuah
tempat
makan
yang
terdiri
dari
gerai-gerai
atau
counters makanan yang menawarkan aneka menu yang variatif.
Ibu Kota Kabupaten Rokan Hulu adalah Pasir Pengaraian. Sebagai pusat
jajanan serba ada di Kabupaten Rokan Hulu, Pasir Pengaraian adalah lokasi yang
tepat untuk dipilih dalam perancangan tersebut. Pujasera ini tentunya juga
memiliki pertimbangan sendiri dalam pemilihan tapak, seperti tapak di tepian
Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan Kanan yang mengalir melewati sebagian
besar dari Kota Pasir Pengaraian dan merupakan bagian dari Sungai Rokan yaitu
Sungai Rokan Kiri, Sungai Sosah dan Sungai Rokan Kanan. Ketiga sungai ini
terdapat di Kabupaten Rokan Hulu, mengalir dan bermuara menjadi Sungai
Rokan lalu mengalir melewati Kabupaten Rokan Hilir akhirnya menuju laut lepas
dan Selat Malaka. Oleh karena itu, Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan
Kanan ini sudah terkenal dikalangan masyarakat Kabupupaten Rokan Hulu.
3
Berdasarkan pertimbangan pemilihan tapak di tepian Sungai Batang Lubuh
atau Sungai Rokan Kanan tersebut maka pendekatan Arsitektur Tepian Air
merupakan pendekatan yang dianggap sesuai dalam perancangan pusat jajanan serba
ada di Rokan Hulu. Arsitektur Tepian Air merupakan penerapan tema yang tanggap
akan tepian air sehingga Arsitektur Tepian Air mampu menjadi daya tarik yang kuat
dalam perancangan.
Merumuskan konsep yang tepat dalam perancangan Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan Pendekatan Arsitekur Tepian Air adalah salah
satu tujuan dari perancangan ini dan diharapakan pujasera ini dapat menjadi pusat
wisata kuliner dan icon baru di Kabupaten Rokan Hulu
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan diatas dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana merancang Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan
Hulu sebagai pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu?
2.
Bagaimana penerapan tema Arsitektur Tepian Air dalam perancangan
Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu?
3.
Bagaimana merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di
Rokan Hulu yang sesuai dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari perencanaan dan perancangan Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu ini adalah:
1.
Mengidentifikasi fungsi rancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan
Hulu agar menjadi pusat wisata kuliner dan icon baru di Rokan Hulu.
2.
Menerapkan prinsip-prinsip Arsitektur Tepian Air dalam perancangan
Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu secara eksterior (fisik bangunan),
organisasi ruang interior dan tata lansekap.
3.
Merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan
Hulu yang sesuai dengan penerapan tema Arsitektur Tepian Air.
4
1.4
Lingkup dan Batasan
Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan, maka lingkup dan batasan yang
menjadi dasar dalam proses perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di
Rokan Hulu yaitu:
1)
Lingkup
Ruang lingkup perancangan pujasera ini berkaitan dengan perancangan
wisata kuliner yang akan menjadi icon baru di Kabupaten Rokan Hulu.
Perancangan pujasera ini merupakan perancangan single building yang
harus memiliki potensi pengembangan daya tarik wisata. Materi
perancangan ditinjau dari penerapan tema Arsitektur Tepian Air, dalam
proses perancangan digunakan juga teori perancangan Guna dan Citra oleh
Y.B. Mangunwijaya.
2)
Batasan
Sesuai dengan pemaparan identifikasi masalah dan tujuan dalam
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan
Pendekatan Arsitektur Tepian Air, maka perlu adanya batasan-batasan
agar tidak menyimpang dari target rancangan, antara lain :
a. Perancangan dibatasi oleh batas tapak rancangan yang berada di
tepian Sungai Batang Lubuh dengan prinsip Arsitektur Tepian Air.
b. Menyediakan
rancangan
fasilitas
utama
maupun
fasilitas
pendukung yang nantinya digunakan dalam pengembangan potensi
wisata khususnya wisata kuliner di Rokan Hulu.
c. Perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu
dengan Pendekatan Arsitektur Tepian Air dibatasi oleh Peraturan
Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 tentang
standar usaha pusat penjualan makanan.
d. Pengembangan ekonomi penduduk setempat tidak menjadi
tanggung jawab dari perancangan.
e. Sasaran dari pengguna bangunan adalah masyarakat umum,
wisatawan lokal maupun mancanegara.
5
1.5
Kerangka Berpikir
Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu
(Pujasera) dengan Pendekatan Arsitektur Tepian Air
LATAR BELAKANG
 Rokan Hulu memiliki objek wisata antara lain Air Panas Hapanasan, Air Panas Suaman, Danau Ciobogas, Aek Martua,
Masjid Agung Nasional Islmic Centre, Suligi Hill (Aliantan), Puncak Koto Ranan, Makam Raja Rambah, Benteng Tujuh Lapis,
Rantau Benuang Sakti dan Gua Sikapir.
 Untuk menunjang dan menyokong objek wisata yang sudah ada di Kabupaten Rokan Hulu ditbutuhkan terobosan wisata
baru yaitu Wisata Kuliner. Wisata Kuliner yang dimaksud adalah Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera).
 Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu menggunakan pendekatan tema Arsitekktur Tepian Air.
S
k
r
i
p
s
i
A
ds
i
ce
k
t
u
r
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana merancang Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai pusat wisata kuliner dan icon baru di
Rokan Hulu?
2. Bagaimana penerapan tema Arsitektur Tepian Air dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu?
3. Bagaimana merumuskan konsep perancangan Pusat Jajanan Serba Ada di Rokan Hulu yang sesuai dengan pendekatan
Arsitektur Tepian Air?
TUJUAN
1. Mengidentifikasi
fungsi
rancangan Pusat Jajanan
Serba Ada di Rokan Hulu
agar menjadi pusat wisata
kuliner dan icon baru di
Rokan Hulu.
2. Menerapkan prinsip-prinsip
Arsitektur Tepian Air dalam
perancangan Pusat Jajanan
Serba Ada di Rokan Hulu
baik secara eksterior (fisik
bangunan), interior dan tata
lansekap di sekitarnaya.
3. Merumuskan
konsep
perancangan Pusat Jajanan
Serba Ada di Rokan Hulu
yang
sesuai
dengan
penerapan tema Arsitektur
Tepian Air.
Studi Banding
LINGKUP DAN BATASAN
Lingkup
Ruang lingkup perancangan pujasera ini berkaitan dengan perancangan wisata
kuliner yang akan menjadi icon baru di Kabupaten Rokan Hulu. Perancangan
pujasera ini merupakan perancangan single building yang harus memiliki potensi
pengembangan daya tarik wisata. Materi perancangan ditinjau dari penerapan tema
Arsitektur Tepian Air, dalam proses perancangan digunakan juga teori perancangan
Guna dan Citra oleh Y.B. Mangunwijaya.
Batasan
a.
b.
c.
d.
e.
Perancangan dibatasi oleh batas tapak rancangan yang berada di tepian Sungai
Batang Lubuh dengan prinsip Arsitektur Tepian Air.
Menyediakan rancangan fasilitas utama maupun fasilitas pendukung yang
nantinya digunakan dalam pengembangan potensi wisata khususnya wisata
kuliner di Rokan Hulu.
Mengikuti peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2015 tentang standar usaha pusat penjualan makanan.
Pengembangan ekonomi penduduk setempat tidak menjadi tanggung jawab
dari perancangan.
Sasaran dari pengguna bangunan adalah masyarakat umum, wisatawan lokal
maupun mancanegara.
PENGUMPULAN DATA
Studi Pustaka
ANALISA
Pendekatan Arsitektur Tepian Air
KONSEP
DESAIN
PAD
TD
PD
Skema 1.1 Kerangka Berpikir
6
F
e
er
b
at
k
1.6
Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pemahaman dalam pemecahan masalah, maka
pembahasan akan dilakukan dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Berisikan mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar
belakang pemilihan judul, identifikasi masalah, tujuan kegiatan,
lingkup dan batasan, kerangka berpikir, sistematika pembahasan,
dan keaslian penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan fungsi rancangan, tinjauan tema rancangan, studi
banding fungsi dan tema perancangan yang sejenis.
BAB III
METODE PERANCANGAN
Berisi
tentang
paradigma
perancangan,
tinjauan
lokasi,
building coverage dan bagan alur perancangan.
BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
Berisi analisis kondisi tapak dan lingkungan, analisis fungsional,
analisis sistem struktur dan konstruksi, analisis sistem utilitas,
analisis tampilan fisik bangunan, analisis lain yang diperlukan, dan
konsep.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran dari hasil perancangan Pusat Jajanan
Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekatan Arsitektur
Tepian Air.
7
1.7
Keaslian Penulisan
Keaslian penulisan berisi tentang Skripsi fungsi sejenis yang telah di
rancang. Adapun Skripsi yang dicantum yaitu:
Tabel 1.2 Perbandingan Penulisan
No
Judul
Persamaan
Perbedaan
1.
Pusat Wisata Kuliner dan Souvenir
Khas Melayu di Kawasan Wisata
Sejarah Kota Pekanbaru dengan
Penerapan
Konsep
Arsitektur
Melayu, Indryami Rahima, Jurusan
Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil
Dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia Tahun 2016/2017
Pada objek
fungsi
perancangan
yaitu sebagai
Pusat Wisata
Kuliner
Pada pendekatan
tema
perancangan
yaitu Arsitektur
Melayu
2
Pusat Wisata Kuliner di Kabupaten
Lamongan Tema: Eklektik Bahari,
Ahcmad Agus Nasihuddin, Jurusan
Teknik Arsitektur, Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Tahun 2010
Pada objek
fungsi
perancangan
yaitu sebagai
Pusat Wisata
Kuliner
Pada pendekatan
tema
perancangan
yaitu Elektik
Bahari.
Berdsarkan dua skripsi fungsi sejenis di atas, judul Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air belum
pernah dilakukan sebelumnya dalam Skripsi. Letak lokasi perancangan dan
pendekatan tema yang digunakan merupakan keaslian dari pemikiran, ide atau
gagasan keilmuan yang telah dipertimbangkan. Keaslian Pusat Jajanan Serba Ada
(Pujasera) di Rokan Hulu dengan pendekaatan Arsitektur Tepian Air dapat
dipertanggung-jawabkan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung
tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan proses
untuk menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian perancangan ini
dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka
untuk kritisi yang membangun.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Fungsi Rancangan
2.1.1 Pengertian Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
Pujasera merupakan akronim yang dilafalkan sebagai kata dari pusat jajanan
serba ada (Inggris: food court, atau Asia Pasifik; food hall ). Terdapat beberapa
definisi pujasera menurut Fitriandi (2013) sebagai berikut:
1)
Tempat yang menampung sebuah kegiatan utama yaitu makanan dan
minuman.
2)
Tempat yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman yang
disediakan melalui kedai-kedai atau restoran-restoran yang dikelompokkan
menjadi satu bangunan maupun dalam berbagai bangunan dalam satu area
pada suatu kota tertentu.
3)
Tempat untuk makan atau sitting area bisa berupa tempat makan bersama
(comunal eating area) atau area yang disediakan oleh masing-masing
restoran.
2.1.2 Standarisasi Produk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu:
NO
Aspek
I
PRODUK
UNSUR
A. Tempat
B. Penanada
Arah
NO
SUB UNSUR
1.
Luas ruangan sesuai dengan kebutuhan jenis
restoran, rumah
makan, dan/atau kafe.
2.
Memiliki system sirkulasi udara dan pencahayaan
sesuai standar dan/atau ketentuan peraturan
perundang- undangan.
3.
Tersedia akses masuk dan keluar untuk masingmasing restoran, rumah makan, dan/atau kafe.
4.
Papan nama pusat penjualan makanan dengan
tulisan yang terbaca jelas dan mudah terlihat,
pemasangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
Penanda arah yang menunjukkan fasilitas makan
dan minuman yang jelas dan mudah terlihat.
5.
9
C. Fasilitas
Penunjang
6.
7.
8.
9.
10.
11.
D. Ruang
Makan dan
Minum
12.
13.
14.
15.
E. Dapur/Pantry
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Fasilitas parkir yang bersih, aman, dan terawat,
dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketersediaan air bersih yang memenuhi
persyaratan kelaikan sesuai kapasitas yang
dibutuhkan.
Ketersediaan listrik sesuai kapasitas yang
dibutuhkan.
Musholla yang bersih dan terawat dengan
perlengkapannya.
Toilet yang bersih, terawat dan terpisah untuk
pengunjung pria dan wanita, termasuk untuk
penyandang disabilitas, yang masing- masing
dilengkapi dengan:
a. tanda yang jel.as;
b. air bersih yang cukup;
c. tempat cuci tangan dan pengering;
d. kloset;
e. tempat sampah tertutup;
f.
tempat buang air kecil (urinoir) untuk
toilet pengunjung pria; dan
g. sirkulasi udara dan pencahayaan yang
baik.
Tempat sampah tertutup yang terdiri atas:
a. tempat sampah organik; dan
b. tempat sampah non-organik.
Tersedia ruang ibu menyusui (laktasi).
Tersedia ruang makan dan minum untuk usaha
restoran, rumah makan, dan/atau kafe.
Tersedia meja dan kursi yang bersih danbterawat,
sesuai jenis
restoran, rumah makan, dan/atau
kafe.
Tersedia sirkulasi udara dan pencahayaan yang
baik.
Tersedia tempat/area pengolahan makanan pada
masing-masing usaha restoran dilengkapi Alat
Pemadam Api
Ringan (APAR) dan
Perlengkapan Pertolongan Pertama
Pada
Kecelakaan (P3K).
Tersedia ruang/tempat pantry pada masing-masing
usaha kafe.
Tersedia perlengkapan dan peralatan untuk
penyimpanan dan
penyajian makanan untuk
rumah makan.
Tersedia sirkulasibudara dan pencahayaan yang
baik.
Tempat sampah tertutup yang terdiri atas:
a. tempat sampah organik; dan
b. tempat sampah non-organik
Tempat penyimpanan makanan mudah rusak
(perishable) dan makanan kering (groceries) pada
masing-masing usaha.
Tabel 2.1 Standarisasi Produk Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
10
2.1.3 Standarisasi Pelayanan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu:
NO
ASPEK
II
PELAYANAN
UNSUR
NO
SUB UNSUR
Pelaksanaan
Prosedur
Operasional
Standar
(Standard
Operating
Procedure)
1.
Penyewaan tempat usaha restoran, rumah
makan, dan/atau kafe.
Penyiapan kontrak sewa pengelola restoran,
rumah makan, dan/atau kafe.
Penanganan keluhan pengelola restoran, rumah
makan, dan/atau kafe.
Pelayanan informasi kesehatan, keselamatan,
dan keamanan.
2.
3.
4.
Tabel 2.2 Standarisasi Pelayanan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
2.1.4 Standarisasi Pengelolaan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
Berdasarkan Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan yaitu:
NO
ASPEK
III
PENGELOLAAN
UNSUR
A. Organisasi
NO
SUB UNSUR
1.
Profil perusahaan yang terdiri atas:
a. struktur organisasi yang lengkap dan
terdokumentasi;
b. uraian tugas dan fungsi yang lengkap untuk
setiap jabatan dan terdokumentasi.
2.
Rencana usaha yang lengkap, terukur dan
terdokumentasi.
Dokumen Prosedur Operasional
Standar
(Standard Operating Prosedure) dan/atau
petunjuk pelaksanaan kerja.
Peraturan Perusahaan sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan
dan
terdokumentasi.
Pelaksanakan program pemeliharaan dan
penyimpanan dokumen kegiatan usaha pusat
penjualan makanan.
3.
4.
B. Manajemen
5.
6.
Pelaksanakan program
perawatan lingkungan.
kebersihan
dan
7.
Pelaksanakan program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, atau
dalam
keadaan darurat, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
8.
Pelaksanakan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
11
9.
10.
C. Sumber
Daya
Manusia
11.
12.
13.
14.
D. Sarana dan
Prasarana
15.
16.
Tersedia perlengkapan pertolongan pertama
pada kecelakaan (P3K) sesuai dengan standar
dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan.
Tersedia tempat penampungan sementara
sampah organik dan non-organik, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan
undangan (untuk usaha yang berdiri sendiri).
Melaksanakan
program
peningkatan
kemampuan
dan
keterampilan
sesuai
kebutuhan.
Melaksanakan
evaluasi
kinerja
SDM
sesuai kebutuhan.
Melaksanakan pemeriksaan kesehatan untuk
karyawan sesuai kebutuhan.
Satuan Pengamanan yang memiliki Kartu
Tanda Anggota (KTA) Satuan Pengamanan
yang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik
Indonesia.
Ruang ganti pakaian untuk karyawan tertentu.
Ruang makan karyawan dengan sirkulasi udara
dan pencahayaan yang sesuai dengan standar
dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan.
17. Toilet karyawan dengan sirkulasi udara
dan
pencahayaan yang sesuai dengan standar dan/
atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
18. Ruang kantor, dengan sistem pencahayaan dan
sirkulasi udara yang
sesuai dengan standar
dan/atau ketentuan peraturan perundangundangan (untuk usaha yang berdiri sendiri).
19. Tersedia limbah ketentuan pengolahan
air
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
20. lnstalasi listrik/genset sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
21. Instalasi air bersih sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
22. Instalasi gas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
23. Akses khusus darurat dan tempat berkumpul
yang terlihat dengan rambu yang jelas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
24. Peralatan komunikasi yang terdiri dari telepon,
faksimili dan jaringan internet.
25. Instalasi kamera pengawas (closed circuit
television/CCTV) yang
berfungsi dengan
baik.
26. Gudang atau ternpat penyimpanan
yang
bersih dan terawat.
Tabel 2.3 Standarisasi Pengelolaan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
12
2.1.5 Tipe Dasar Pelayanan Makanan
Menurut Kusumawardani (2016) terdapat 4 tipe dasar pelayanan makanan
sebagai beriku:
1)
Table service
-
Tipe A: memberikan daftar menu, mengantar, manyajikan makanan,
pengunjung hanya duduk dan menunggu.
-
Tipe B: tamu mendatangi dan memesan, menunggu pesanan dan
pelayanan mengantar.
2)
Counter service
Terdapat pembatas 2 ruangan antara dapur dan restoran.
3)
Self service
Menu yang disajikan lengkap dengan letak tertata dan disajikan dimeja
khusus. Pembeli dapat mengambil sesuka hati.
4)
Carry out service
Pembeli membawa pergi makanan ke tempat lain.
2.1.6 Standar Besaran Ruang
Dalam Kusumawardani (2016) menjelaskan mengenai beberapa standar
besaran ruang pada tempat makan pengunjung, tata layout meja, dapur dan tata
layout display ruang retail sebgai berikut:
A.
Tempat makan pengunjung
Untuk penataan area makan lesehan, dalam menentukan luasan per meja
beserta sirkulasinya dapat digunakan pendekatan standard ukuran orang yang sedan
duduk bersila.
Gambar 2.1 Ukuran Orang Duduk Bersila
Sumber: Dines, N. T., & Brown, K. D. (1998). Time-Saver Standards For Landscape.
New York: Mc Graw-Hill
13
13
Pada umumnya selain layanan makan di tempat, juga menyediakan layanan
pesan di bawa. Oleh karena itu, dibutuhkan area tunggu bagi pemesan, seperti
berikut:
Gambar 2.2 Tempat duduk Ruang Tunggu
Sumber: Dines, N. T., & Brown, K. D. (1998). Time-Saver Standards For Landscape.
New York: Mc Graw-Hill
B.
Tata Layout Meja dan Kursi
Pola penataan ruang dalam pada Pusat Kuliner identik dengan tata ruang
dalam pada restoran. Untuk menata ruang dalam diperlukan pertinmbangan bentuk
dan ukuran perabot area makan. Berikut ukuran standard yang umumnya dipakai
pada tempat makan:
Gambar 2.3 Ukuran Meja Berbentuk Persegi dan Lingkaran
Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga
14
14
C.
Dapur
Pada umumnya perabot kombinasi pada ukuran dan program-program
produksi dikombinasii sesuai dengan kebutuhan untuk setiap dapur.
Gambar 2.4 Fungsi pada Dapur Restoran
Sumber: Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga
15
15
D.
Tata Layout Display Ruang Retail
Komponen interior yang paling sering digunakan sebagai wadah
penyimpanan adalah rak. Berikut ukuran standard tempat penjualan barang yang
umum:
Gambar 2.5 Tempat Penjualan Barang yang Umum
Sumber: Panero, J., & Zelnik, M. (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Pada display makanan jarak yang diperhatikan adalah kegiatan pembeli yang
berkaitan dengan gerakan mengambil barang dari tempat display. Berikut ukuran
jarak bersih yang diperlukan pada sebuah unit tempat display tempat display yang
berada di tengah:
Gambar 2.6 Tempat Display yang berada di tengah
Sumber: Panero, J., & Zelnik, M. (2003). Dimensi Manusia & Ruang Interior.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
16
16
2.2
Tinjauan Tema Rancangan
2.2.1
Pengertian Arsitektur
Menurut Mangunwijaya (2013:436) Arsitektur merupakan Vasthuwidya
(dalam bahasa Jawa Kuna) atau Wastuwidya yang berarti ilmu bangunan (Widya =
ilmu, kebijaksanaan. Vasthu/Wastu = bangunan). Namun arti Vasthu/Wastu dapat
diartikan lebih luas lagi yaitu hakikat, hal, perkara, kenyataan dan juga norma, tolak
ukur dari hidup susila, hidup secara benar, pegangan normatif semesta dari Yang
Mutlak. Berdasarkan Vasthu/Wastu yang dikemukakan tersebut dapat terwujud
menjadi suatu hakikat, hal atau perkara sesuai dengan dua prinsip perancangan:
Guna dan Citra.
Menurut Mangunwijaya (2013:52) "Guna" menunjuk kepada keuntungan,
pemanfaatan (use) yang diperoleh dari pelayanan, berkat tata ruang, pengaturan
fisiki bangunan yang tepat dan efisiensi. Sedangkan "Citra" menunjuk kepada suatu
gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang menangkap arti bagi seseorang.
2.2.2
Pengertian Tepian Air/Waterfront
Dalam
Puspitasari (2014)
menjelaskan tepian air/waterfront dapat
didefenisikan sebagai berikut :
a)
Kawasan dinamis suatu kota tempat terjadinya pertemuan antara daratan
dan perairan (Breen, 1994)
b)
Tanah atau tepi sungai, pelabuhan atau tanah semacam itu di sebuah kota
dengan dermaganya. (Salim, 1993)
c)
Daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan
(Echols, 2003)
d)
Suatu lingkungan perkotaan yang berada ditepi atau dekat wilayah perairan,
misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983).
Jadi dapat disimpulkan tepian air/waterfront adalah suatu area atau kawasan
dinamis yang terletak berbatasan langsung dengan tepian air. Karena berbatasan
langsung maka setiap area atau kawasan yang memiliki ikatan fisik maupun visual
dengan daerah perairan (laut, sungai, kali, danau maupun tepian air lainnya) dengan
daratan dapat disebut sebagai area atau kawasan tepian air/waterfront.
17
17
2.2.3
Pengertian Arsitektur Tepian Air
Berdasarkan pengertian dari Arsitektur dan Tepian Air dapat disimpulkan
Arsitektur Tepian Air merupakan Vasthuwidya (Ilmu Bangunan) yang diterapkan
pada tapak area atau kawasan yang berbatasan langsung dengan tepian air dengan
menggunakan prinsip-prinsip Arsitektur Tepian Air sebagai Guna dan Citra
lingkungan sekitarnya.
2.2.4
Kriteria Tepian Air
Menurut Prabudiantoro (1997) dalam Prameswari (2018) terdapat 5 kriteria
umum perancangan dengan pendekatan Aristektur Tepian sebagai berikut:
1)
Berlokasi di tepi suatu wilayah perairan yang besar (sungai, danau, laut, dan
sebagainya).
2)
Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, dan
pariwisata.
3)
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat rekreasi permukiman, industri,
dan pelabuhan.
4)
Pemandangan berorientasi ke arah perairan.
5)
Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal.
2.2.5
Tipologi Tepian Air
Tipologi tepian air dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan pertemuannya
dengan air permukaan dan berdasarkan sifat dan jenis aktivitasnya. Menurut
Firdaus.Purwadi.Angin (2017) tentang air permukaan maka dapat dibedakan
tipologi berdasarkan pertemuannya dengan air permukaan sebagai berikut:
a)
Laut merupakan perairan yang lebih luas dibandingkan daratan di Bumi.
Permukaan darat yang bertemu dengan perairan laut disebut Tepian Laut.
b)
Danau adalah cekungan terisi air hujan, air tanah atau mata air terjadi secara
alami atau buatan. Daratan yang bertemu danau disebut Tepian Danau.
c)
Rawa adalah perairan yang selalu tergenang air dan mempunyai kadar air
yang relatif tinggi. Tepian darat yang bertemu rawa disebut Tepian Rawa.
d)
Sungai adalah jaringan pengaliran air yang dibatasi oleh garis sempadan
sungai. Daratan yang bertemu dengan sungai disebut Tepian Sungai.
18
18
Sedangkan Menurut Breen (1996) dalam Prameswari (2014) membagi 4
tipologi utama berdasarkan sifat dan jenis aktifitasnya, yaitu:
a)
Mixed-used waterfront, dalam mixed-used waterfront area tepian
air
difungsikan untuk menampung aktifitas-aktifitas yang berbeda karakter dan
terintegrasi,
semisal permukiman, perkantoran, perniagaan, tempat
kebudayaan, dan sebagainya;
b)
Recreational waterfront, dalam recreational waterfront area tepian air
difungsikan untuk aktifitas rekreasi masyarakat (Wisata).
c)
Residental waterfront, dalam residental waterfront area tepian air
difungsikan sebagai permukiman,
d)
Working waterfront sedangkan dalam working waterfront area tepian air
difungsikan untuk aktifitas pekerjaan masyarakat setempat.
2.2.6
Aspek Perancangan Tepian Air
Menurut Wrenn (1983) dalam Indrawan.Santoso.Utami (2017) perancangan
tepian air terdapat 3 aspek yang dominan, yaitu:
1)
Aspek arsitektural merupakan aspek yang berkaitan dengan pembentukan
citra (image) dari kawasan waterfront dan bagaimana menciptakan kawasan
waterfront yang memenuhi nilai-nilai estetika pada objek rancangan Taman
Hiburan Pantai Kenjeran.
2)
Aspek keteknikan merupakan aspek yang berkaitan terutama dalam
perencanaan struktur dan teknologi konstruksi yang dapat mengatasi
kendala-kendala dalam mewujudkan
rancangan
waterfront,
seperti
stabilisasi perairan, korosi ,erosi, kondisi alam setempat, perencanaan
infrastruktur yang berkaitan dengan drainase, transportasi dan sebagainya.
3)
Aspek sosial budaya merupakan aspek yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan
waterfront tersebut.
19
19
Menurut Indrawan.Santoso.Utami (2017) dalam mengolah suatu area tepian
air, terdapat beberapa elemen yang dapat diberikan penekanan dengan memberikan
solusi desain dengan spesifik, yang dapat membedakan area tepian air dengan area
lainnya dan dapat memberikan kesan mendalam oleh pengunjungnya. Elemenelemen tersebut diantaranya adalah:
1)
Tepian Air
Area tanah atau pesisir yang landai atau datar dan langsung berbatasan
dengan air. Merupakan tempat berjemur atau hanya sekedar duduk-duduk
dibawah keteduhan pohon (kelapa atau jenis pohon pantai lainnya)
2)
Promenade/Esplanade
Permukaan air disebut promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh
tinggi dari permukaan (seperti balkon) disebut esplanade. Pada beberapa
tempat dari promenade dapat dibuat tangga turun ke air, yang disebut
“tangga pemandian” (baptismal steps).
3)
Jembatan
Jembatan adalah penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh
sungai atau kanal dan suatu elemen yang sangat popular guna
mengekspresikan misi arsitektural tertentu, misalnya tradisional atau
hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah sculpture. Banyak jembatan
yang kemudian menjadi lengaran (landmark) bagi area perancangannya.
4)
Ruang Terbuka (Open Space)
Merupakan sebuah taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan
ruang tata lansekap terhadap area atau kawasan tepi air.
5)
Aktifitas
Dalam mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk
meramaikan atau memberi ciri khas pada lansekap antara daratan dan
perairan. “Floting Market” misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat
ditampilkan untuk menambah daya tarik suatu area tepian air, sedang festival
market place adalah sebuah contoh paduan antara aktivitas (hiburan dan
perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban space).
20
20
2.3
Studi Banding Fungsi dan Tema Perancangan Sejenis
2.3.1
Studi Banding Fungsi Sejenis
A.
Newton Food Centre, Singapura
Gambar 2.7 Penataan Massa Newton Food Centre
Sumber: https://bit.ly/2SiB9YO (weekender.com.sg)
Newton Food Centre adalah salah satu tempat pusat jajanan makanan yang
terkenal di Singapura. Lokasinya terletak di Circus, Jalan Cavenagh, Singapura.
Food court ini telah dipromosikan oleh Singapore Tourism Board (STB) sebagai
tourist attraction sebagai salah satu bangunan percontohan masakan di Singapura
yang dikelola dengan baik oleh pemerintah.
Konsep pada Newton Food Centre adalah rumah kolonial/indish masa
lampau dengan tema warna putih, hitam, dan coklat. Pemilihan warna tersebut
memberikan kesan hangat, tenang dan nyaman pada desain bangunannya. Selain
itu, bentukan massanya merupakan konfigurasi dari bentukan tapal kuda yaitu
bentuk terpadu konfigurasi antara ruang tertutup dan terbuka sebagai kontrol iklim
dalam perancangan sirkulasi udara dan pencahayaan alami yang dimanfaatkan
sangat efektf dari rancangan ini. Luas lahan Newton Food Centre adalah 5500 m²
dengan taman ruang terbuka yang digunakan juga sebagai tempat performing grup
musik tertentu.
21
21
Kesan bangunan kolonial atau indish sangat kental dengan atap-atap
yang
tinggi
menyesuaikan
iklim
yang ada di Singapura.
Bagian lansekap
bangunan mengahadirkan ruang terbuka hijau dan tata layout meja dan kursi yang
efektif sehingga menambah kesan luas dan nyaman. Bentuk bangunan sederhana
tidak terlalu mencolok tetapi tetap selaras dengan adanya kesinambungan atap.
Gambar 2.8 Perspektif Eksterior Newton Circus Food Centre
Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org)
Newton Food Centre adalah bangunan non tunggal terdiri dari fasilitas
indoor dan outdoor. Adapun bangunan ini terdiri dari satu lantai dengan pembagiaan
ruang sebagai berikut:
1)
83 stand kuliner
2)
Area makan indoor dan Area makan outdoor
3)
Ruang terbuka untuk performing musik
4)
Ruang CCTV
5)
Taman
6)
Area hiburan dan sirkulasi
7)
Toilet pengunjung (pria dan wanita)
8)
Parkiran
22
22
Penggunaan layout meja pada Newton Food Centre terdapat dua tipe yaitu
pengguaan layout meja persegi dan layout meja lingkaran. Penyusunan meja makan
ini disesuaikan dengan bentukan tata lansekap dan tata ruang. Tipe pelayanannya
diatur dengan tipe Table service A & B, Self Service, Carry Out Service. Dengan
mepertimbangkan aspek-aspek perancangan tersebut setiap ruang makan baik di dalam
maupun di luar bangunan menjadi memiliki wilayah atau zona tersendiri.
Gambar 2.9 Perspektif penggunaan layout meja persegi Newton Food Centre
Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org)
Gambar 2.10 Perspektif penggunaan layout meja lingkaran Newton Food Centre
Sumber: https://bit.ly/2PUgQiH (commons.wikimedia.org)
23
23
Bentukan fisik bangunan meliputi keseragaman bentuk pada atap dan massa
bangunan. Bangunan diapit oleh pepohanan dengan tata lansekap yang sangat kuat
terhubung antara bangunan dan lansekapnya sebagai ruang untuk makan. Ditengah
lahan dibiarkan sebagai ruang terbuka dengan memperhitungkan sirkulasi
pergerakan yang dipaksa berputar agar pengunjung dapat dengan mudah mellihat
sekelilingnya untuk memilih jajanan yang diinginkan.
Gambar 2.11 : Tata Lansekap Newton Food Centre
Sumber: https://earth.google.com
Gambar 2.12 : Bentuk Fisik Bangunan Newton Food Centre
Sumber: Penulis (2018)
24
24
B.
Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya
Gambar 2.13 : Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya
Sumber: https://bit.ly/2PTCq6I (scontent.cdninstagram.com)
Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya merupakan wisata kuliner di
Surabaya dengan langgam arsitektur food court kekinian. Konsep yang diangkat
dalam desainnya adalah konsep ramah keluarga dengan membawa nuansa alam ke
dalam perancangan. Food Junction Grand Pakuwon terletak di Jl. Banjar Sugihan
Tandes Surabaya Barat. Letaknya 18 km dari Swiss-Belinn Manyar Surabaya,
dengan luas lahan ±6 ha FJGP mampu menciptakan suasana alam dengan tatanan
lansekap yang termanfaatkan secara efektif karena food court yang berkonsep
outdoor terbesar di Surabaya ini memiliki lebih dari 100 outlet jajanan. Food court
ini menawarkan menu kaki lima hingga menu bintang lima. Selain bisa menikmati
kuliner, pada lansekap dirancang juga beberapa wahana hiburan sebagai fasilitas
penunjang food court.
Gambar 2.14 : Wahana Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya
Sumber: https://bit.ly/2PTCq6I (scontent.cdninstagram.com)
25
25
FJGP ini tempatnya terbilang nyaman dengan udara yang sejuk di tengah
perkotaan. Melalui analisis apa yang membuat tempat tersebut berudara sejuk
sedangkan Surabaya memiliki suhu 26.8 °C – 34.0°C. Hal itu karena adanya danau
buatan seluas 4.400 m2 dan juga penataan sirkulasi udaranya yang dibuat sedemikian
rupa. FJGP menjadi tempat favorit bagi masyarakat setempat untuk menghabiskan
waktu bersama keluarga maupun teman. Setiap harinya FJGP tidak pernah sepi
pengunjung. Adapun bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan pembagiaan ruang
sebagai berikut:
1)
>100 stand kuliner
2)
Lagoon Pond (Luas 4.400 m2 )
3)
Area makan indoor dan Area makan outdoor
4)
Taman Lampion
5)
Wahana Bermain
6)
Ruang Pengelola
7)
Taman (Open Space)
8)
Area hiburan (Thematic Live Music Entertaiment)
9)
Toilet pengunjung (pria dan wanita)
10)
Parkir
Gambar 2.15 : Perspektif Eksterior Food Junction Grand Pakuwon, Surabaya
Sumber : https://bit.ly/2Jffkox (cdn.idntimes.com)
26
26
Gambar 2.16 : Bangunan Tungggal Food Junction Grand Pakuwon (FJGP)
Sumber : https://bit.ly/2z9Pa2f (katalogkuliner.com)
FJGP merupakan perancangan Single Building berlantai satu. Dalam
targetnya FJGP berhasil menaikan pamornya menjadi icon kulier baru di Surabaya
karena pengunjung tidak hanya masyarakat sekitar Surabaya saja namun masyarakat
dari luar Kota Surabaya dan bahkan mancanegara.
Perancangan ruang dalam juga dilakukan berdasarkan konsep ramah
keluarga, dimana ruangan dibuat dengan gaya vintage dengan kombinasi
penggunaan warna coklat untuk menciptakan suasana hangat dan nyaman.
Gambar 2.17 : Perspektif Interior Food Junction Grand Pakuwon (FJGP)
Sumber : https://www.idntimes.com
27
27
Gambar 2.18 : Tata Lansekap Food Junction Grand Pakuwon (FJGP)
Sumber : https://www.skygrapher.id/photos/9760
Gambar 2.19 : Bentuk Fisik Bangunan Food Junction Grand Pakuwon (FJGP)
Sumber : Penulis (2018)
28
28
Tabel 2.4 Perbandingan Studi Kausus Fungsi Sejenis
UNSUR
NEWTON CIRCUS FOOD
CENTRE, SINGAPURA
FOOD JUNCTION GRAND
PAKUWON, SURABAYA
Lokasi
Tengah Kota
Pinggir Kota
Letak
Bangunan
Berdiri Sendiri
Berdiri Sendiri
Luas area
5500 m²
±6 ha
Tipe
Bangunan
Non tunggal:
Indoor and Outdoor
Single Building:
Indoor and Outdoor
Konsep
Bangunan kolonial/indish
Family Friendly with Nature
Tipe
Pelayanan
Table service A & B, Self
Service, Carry Out Service
Table service A & B, Self Service,
Carry Out Service
Kapasitas
2000 orang
>2000 orang
Jumlah stand
84
>100
Fasilitas
Taman dan ruang terbuka untuk
performing musik
Lagoon Pond (Luas 4.400 m2 ),
taman lampoin dan wahana
bermain
Pengembang
Pemerintah
Swasta
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018)
29
29
Tabel 2.5 Perbandingan Tata Lansekap dan Bentuk Fisik Bangunan
Studi Kasus Fungsi Sejenis
NAMA FUNGSI
TATA LANSEKAP
DAN BENTUK FISIK BANGUNAN
KETERANGAN
Luas lahan Newton
Food Centre adalah
5500 m² dengan tata
lasekap berputar
pada taman ruang
terbuka yang
digunakan juga
sebagai tempat
penyajian makanan.
NEWTON
CIRCUS FOOD
CENTRE,
SINGAPURA
Kesan bangunan
kolonial atau indish
sangat kental dengan
atap-atap yang tinggi
menyesuaikan iklim
yang ada di
Singapura. Bentuk
fisik bangunan
sederhana tetapi tetap
selaras dengan adanya
kesinambungan atap.
Tata lansekap ditata
dengan megikuti
pola tapak. Secara
keseluruhan tapak
dirancang dengan
bentukan dinamis.
FOOD
JUNCTION
GRAND
PAKUWON,
SURABAYA
Bangunan terdapat di
pinggir tapak
mengikuti bentukan
dari pinggir tapak.
Bentukan massanya
selaras dengan pola
tapak.
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018)
30
30
2.3.2
Studi Banding Tema Sejenis
A.
Paseo del Rio San Antonio (Riverwalk), Texas
Gambar 2.20 : Kuliner lokal dari Paseo del Rio San Antonio, Texas
Sumber : http://www.casa-rio.com/menu/category/riverboat-menu
San Antonio adalah kota terpadat kedua di Texas, setelah Houston. Kota ini
terletak dekat dengan tepian Sungai San Antonio di bagian tengah selatan negara
bagian Texas. Tempat wisata kuliner yang menarik untuk didatangi adalah Paseo
del Rio (Riverwalk) yang merupakan ruang makan dan wisata kuliner khas lokal
yang terdapat di sepanjang Sungai San Antonio.
Gambar 2.21 : Perancangan Gerai Jajanan dari Paseo del Rio San Antonio, Texas
Sumber : https://bit.ly/2EFzKbF (Peru.com)
31
31
Paseo del Rio San Antonio adalah pusat manufaktur, wisata kuliner, dan
transportasi air utama. Paseo del Rio menyajikan konsep perancangan Riverwalk
sebagai wujud untuk mendukukung kearifan lokal (Sosial dan Budaya) lingkungan
sekitarnya. Jika berjalan menelusuri pinggir Sungai San Antonio dan berkelokkelok sepanjang tepian Sungai San Antonio, Paseo del Río, atau San Antonio
Riverwalk maka akan didapati suatu jaringan kesatuan untuk mengekspos secara
langsung perancangan dari Paseo del Rio.
Di antara pedestarian way terdapat kios-kios jajanan khas lokal, suasana
ruang dibiarkan terbuka untuk mempertontonkan suasana budaya dengan suara
pengunjung dan pedangang yang berjualan. Selain itu pedestarian way juga
dihubungkan sepanjang 15 mil untuk mengakses banyak museum dan distrik
bersejarah di San Antonio dengan misi abad ke-18 Kolonial Spanyol.
Adapun pola ruang yang dirancang yaitu kios atau konter disusun rapi
mengikuti pola tepian Sungai San Antonio begitu juga dengan tempat makannya,
tersedia alat transpor berupa sampan unik khas buatan lokal sebagai alternatif
transportasi selain menikmati untuk berjalan kaki disepanjang pedestarian way
tepian Sungai San Antonio.
Gambar 2.22 : Pedestarian way dan tangga Paseo del Rio San Antonio, Texas
Sumber : https://bit.ly/2JiyFpe (archpaper.com)
32
32
Sedangkan pengolahan pada tata lansekapnya mengikuti alur dari pola
sungai. Kontur sungai dimanfaatkan dengan membuat promenede berupa tangga
turun ke sungai. Dengan menerapkan konsep riverwalk tersebut, pola lansekap
berhasil diselaraskan dengan alur sirkulasi yang ada pada setiap tepian air dari
sungai dan perkerasan (promenade).
Gambar 2.23 : Mapping Lansekap Paseo del Rio San Antonio, Texas
Sumber : https://earth.google.com
Gambar 2.24 : Tata Lansekap Paseo del Rio San Antonio, Texas
Sumber : Penulis (2018)
33
33
B.
Glasgow Riverside Museum of Transport
Gambar 2.25 : Riverside Museum, Glasgow
Sumber : https://bit.ly/2CGjcOs (riversidemuseum.wordpress.com)
Glasgow Riverside Museum of Transport berlokasi di Glasgow, Skotlandia
dengan konteks kearifan lokalnya (Sosial dan Budaya). Glasgow Riverside Museum
of Transport dijadikan tempat wisata edukasi dan sejarah dari kerarifan lokalnya
terseut. Perkembangan dari tipologi Sungai Clyde dan kota Glasgow adalah warisan
yang unik untuk menjadi ide perancangan.
Dengan konsep penarikan garis berdasarkan elemen air sungai yang
mengalir disekeliling tapak dan kondisi bentukan eksisting tapak maka terbentuklah
bangunan yang menyerupai aliran sungai zig-zag dengan bentukan atap
bergelombang.
Gambar 2.26 : Penarikan Garis Riverside Museum, Glasgow
Sumber : http://www.zaha-hadid.com/architecture/glasgow-riverside-museum-of-transport
34
34
Lokasi perancangan terletak di antara Sungai Kelvin yang bermuara menjadi
satu dengan Sungai Clyde, desain museum selaras dari kota ke sungai,
melambangkan hubungan dinamis di mana museum adalah bagian dari alam
sekitarnya. Dengan menghubungkan kota ke sungai dan juga transisi dari setiap
aspek-aspek yang ada disekeliling museum aktif mendorong konektivitas antara
pameran museum dan lingkungan yang lebih luas.
Gambar 2.27 : Persperktif Eksterior Riverside Museum, Glasgow
Sumber : http://www.zaha-hadid.com/architecture/glasgow-riverside-museum-of-transport
Glasgow Riverside Museum of Transport memposisikan dirinya secara
simbolis dan fungsional sebagai suatu ruang yang terbuka untuk umum dan melebur
bersama tepian sungai, melibatkan konteks dan isinya untuk memastikan setiap
elemen menjadi kesatuan yang terkait. Pengunjung mendapatkan konteks eksternal
secara bertahap saat mereka bergerak melalui museum dari pameran ke pameran.
Gambar 2.28 : Persperktif Interior Riverside Museum, Glasgow
Sumber : http://aasarchitecture.com/2011/11/riverside-museum-by-zaha-hadid.html
35
35
Desainnya adalah penarikan garis ekstrusi sectional dari aliran air. Garis
besar cross-sectional ini adalah gerakan responsif dan fleksibel untuk merangkum
gelombang atau lipatan bentukan. Lipatan luar terlampir pada atap untuk
mengakomodasi jatuhnya air hujan. Dengan demikian rancangan bebas dan terbuka,
menawarkan fleksibilitas terbesar untuk memamerkan koleksi kelas dunia di dalam
museum.
Gambar 2.29 : Aliran Atap Riverside Museum, Glasgow
Sumber : http://www.zaha-hadid.com (Dimodifikasi 5 Agustus 2018)
Gambar 2.30 : Penarikan Garis Riverside Museum, Glasgow
Sumber : Penulis (2018)
36
36
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1
Paradigma Perancangan
Dalam paragdigma dari perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera)
di Rokan Hulu menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air. Dengan
menggunakan pendekatan tersebut diterapkan sesuai kriteria dari pendekatan
Arsitektur Tepian Air. Menurut Prabudiantoro (1997) dalam Prameswari (2018)
terdapat 5 kriteria umum sebagai berikut: :
1)
Berlokasi di tepi suatu wilayah perairan yang besar (sungai, danau, laut,
dan sebagainya).
2)
Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, dan
pariwisata.
3)
Mempunyai fungsi utama sebagai tempat rekreasi permukiman, industri,
dan pelabuhan.
4)
Pemandangan berorientasi ke arah perairan.
5)
Pembangunannya dilakukan ke arah vertikal horisontal.
Berdasarkan kriteria tersebut diambil kesesuaian paradigma dengan
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu sebagai berikut:
1)
Lokasi yang digunakan dalam perancangan berfokus Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu kepada tepian sungai.
2)
Area yang digunakan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada
(Pujasera) di Rokan Hulu adalah area pariwisata yaitu wisata kuliner
3)
Fungsi utama dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di
Rokan Hulu sebagai tempat rekreasi atau wisata.
4)
Pemandangan dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di
Rokan Hulu dominan berorientasi ke arah perairan sungai.
5)
Perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dilakukan
ke arah vertikal horisontal dengan pertimbangan tertentu.
37
37
Selain kriteria, aspek dari pendekatan Arsitektur Tepian Air juga menjadi
pertimbangan dalam paradigma perancangan. Menurut Wrenn (1983) dalam
Indrawan.Santoso.Utami (2017) perancangan tepian air terdapat 3 aspek yang
dominan, yaitu:
1)
Aspek Arsitektural (perumusan konsep yang sesuai dengan tema arsitektur
tepian air)
2)
Aspek Keteknikan (pemahaman tentang sistem bangunan hingga
penggunaan material yang tepat dalam rancangan)
3)
Aspek Sosial dan Budaya (dalam hal ini kearifan lokal yang ada juga
menjadi pertimbangan).
Berdasarkan Vasthu/Wastu yang dikemukakan oleh Y.B Mangunwijaya
dapat terwujud menjadi suatu hakikat, hal atau perkara sesuai dengan dua prinsip
perancangan Guna dan Citra. Menurut Mangunwijaya (2013:52) "Guna"
menunjuk kepada keuntungan, pemanfaatan (use) yang diperoleh dari pelayanan,
berkat tata ruang, pengaturan fisiki bangunan yang tepat dan efisiensi. Sedangkan
"Citra" menunjuk kepada suatu gambaran (image), suatu kesan penghayatan yang
menangkap arti bagi seseorang.
Dalam paradigma perancangan juga digunakan teori Guna dan Citra
tersebut. Aplikasinya diterapkan pada desain dan ide perancangan sebagai berikut:
Guna
1. Kesesuaian fungsi dan tema dalam
Citra
1. Perancangan dilakukan dengan
perancangan. Meliputi kriteria
mempertimbangkan citra lingkungan
maupun aspek yang telah ditentukan
sekitarnya (sosial, budaya dan kearifan
dalam fungsi dan tema rancangan.
lokal).
2. Perancangan ruang dan fisik
bangunan yang tepat dan efisien.
3. Pemanfaatan lahan dengan tata
lansekap yang efisien.
4. Kesesuaian Guna dan Citra
2. Pengggunaan konsep yang sesuai untuk
membanngun citra (image) rancangan
3. Ruang dan fisik bangunan meberikan
kesan bagi penggunanya.
4. Kesesuaian Guna dan Citra
Tabel 3.1 Teori Guna dan Citra dalam Perancangan
Sumber : Hasil Analisis Penulis (2018)
38
38
3.1.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu
yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
1.
Survei Lokasi
Tahapan awal dari perancangan Pusat perancangan Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu adalah melakukan survei lokasi/survey site. Hal ini
dilakuakan untuk mengumpulkan data dalam mengolah analisa site.
2.
Analisa Tapak
Bersamaan dengan survei lokasi analisa tapak dilakukan untuk mengetahui
potensi dan kekurangan yang dimilki oleh lokasi terpilih untuk dijadikan lahan yang
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. Analisa ini
bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan pertimbngan pemilihan tapak,
peletakan bangunan, analisa aktifitas kegiatan, analisa sosial dan budaya (kearifan
lokal), analasia kondisi dan pontensi lahan, peraturan yang berlaku, sarana dan
prasarana,
orientasi
serta
pemandangan
dan
sirkulasi
pengguna
untuk
mendapatkan tata Guna dan Citra lahan yang tepat untuk Pusat Jajanan Serba Ada
(Pujasera) di Rokan Hulu
3.
Analisa Fungsi dan Tema
Analisa fungsi dan tema bertujuan untuk mengetahui kegiatan apa saja yag
akan diakomodasikan dalam perancangan dengan kesesuain tema yang diangkat
pada perancangan. Dengan mengetahui bermacam kegiatan yang akan dilakukan
dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dengan
pendekatan Arsitektur Tepian Air ini maka dapat diketahui apa saja yang dibutuhkan
dalam perancangan termasuk siapa saja pengguna dalam perancangan tanpa
mengabaikan tema yang angkat, sehingga selanjutnya dapat dilakukan analisa
ruang.
4.
Analisa Ruang
Analisa ruang bertujuan untuk memudahkan dalam menentukan kebutuhan
ruang, hubungan antar ruang, pencapaian ruang, akses dan sirkulasi baik didalam
bangunan maupun diluar bangunan yang akan ditentukan untuk mengakomodasi
setiap kegiatan yang ada di Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu.
39
39
5.
Penzoningan
Penzoningan dilakukan bersamaan dengan analisa tapak yang bertujuan
untuk membedakan tingkatan zona, yaitu zona Privat, Semi Publik, Publik,
maupun Servis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perletakan area-area sesuai
dengan kondisi tapak.
6.
Konsep
Konsep merupakan ide dasar dari perancangan. Merumuskan konsep
dilakukan dengan memepertimbangkan kesesuain tema. Konsep dilakukan setelah
melakukan analisa desain. Dengan merumuskan konsep yang tepat dapat terhadap
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu dapat
mempermudah alur dalam perancangan..
7.
Tatanan Massa
Perancangan terhadap tatanan massa pada Pusat Jajanan Serba Ada
(Pujasera) di Rokan Hulu ini sesuai dengan pendekatan Arsitektur Tepian Air, Guna
dan Citra serta konsep desain yang diangkat, selanjutnya disesuaikan dengan
fungsi ruang, alur kegiatan, tata lansekap lingkungan sekitar, serta orientasi
bangunan.
8.
Bentukan Massa
Bentukan massa pada perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di
Rokan Hulu ini dibentuk berdasarkan konsep desain yang akan dipadukan dengan
pendekatan Arsitektur Tepian Air, Guna dan Citra hingga menghasilkan suatu
bentukan massa yang memiliki keselarasan.
9.
Denah (Tata Ruang Dalam)
Setelah melakukan perancangan bentukan massa maka tahap selanjutnya
adalah menyusun denah ruang yang sesuai dengan standar ukuran ruang serta
kebutuhan ruang yang telah dianalisis dalam perancangan.
10.
Utilitas
Utilitas merupakan sistem yang ada pada bangunan. Sistem utilitas
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu meliputi sistem
plumbing, disposal, drainase, instalasi listrik, servis, keamanan dan sistem utilitas
yang lainnya.
40
40
11.
Struktur
Selanjtnya pemilihan sistem struktur. Sistem struktur yang digunakan adalah
sistem plan and grid dengan beton bertulang yang akan mengakomodasi massa
dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu.
12.
Bentukan Fisik (Eksterior)
Bentukan fisik merupakan salah satu aspek arsitektural yang harus
dipetimbangkan. Dalam menentukan bentuk fisik dilakukan sesuai dengan konsep
dan pendekatan yang diangkat. Tema Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan
Citra akan menjadi pertimbangakn dalam penentuan konsep bentukan fisik yang
tepat dari perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu.
13.
Interior
Perancangan interior mengikuti konsep yang diangkat yaitu meliputi tata
ruang indoor, perletakan perabot, dinding, dan pola lantai. Dalam hal ini
menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan Citra sebagai
pertimbangan keselarasan dengan konsep perancangan. Penggunaan material
disesuaikan dengan fungsi ruang pada perancangan Pusat Jajanan Serba Ada
(Pujasera) di Rokan Hulu dengan menggunakan beton, kaca, gypsum, dan kayu.
14.
Lansekap (Tata Ruang Luar)
Pengolahan ruang luar meliputi mengikuti konsep yang diangkat yaitu tata
ruang outdoor, vegetasi, sirkulasi tapak (pedistarian way), dan tata parkir. Dalam
hal ini menggunakan pendekatan Arsitektur Tepian Air dan teori Guna dan Citra
sebagai pertimbangan keselarasan dengan konsep perancangan.
15.
Hasil Desain
Pada proses ini bertujuan untuk melengkapi semua data menjadi bentuk
visual dalam gambar 2 demensi, 3 demensi maupun Animasi yang dibutuhkan
dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu, dari
proses penggambaran denah hingga penggambaran detail-detail yang diperlukan.
41
41
3.1.2
Metode Pengumpulan Data
Dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu
menggunakan dua metode pengumpulan data, yaitu data primer dan data
sekunder. Dalam pengumpulan data dari informasi primer dan sekunder,
digunakan metode yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
A.
Data Primer
Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode pengumpulan data
dengan cara melakukan pengamatan langsung mengenai hal-hal penting
terhadap obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah yang ada secara
langsung. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara:
1.
Survei lapangan (observasi) meruapakan suatu kegiatan
bertujuan u n t uk
mengamati dan
mencatat
yang
secara sistematis
terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan
survei lapangan ini akan mendapatkan data:
a) Kondisi tapak dan kawasan sekitar
b) Luasan tapak
c) Batasan tapak terhadap kawasan sekitar
d) Data iklim, pergerakan angin, dan orientasi matahari
e) Vegetasi eksisting pada tapak dan sarana-prasarana tapak
f) Sistem drainase pada tapak
g) Transportasi yang meliputi: jalur dan besaran jalan, jembatan
penghubung jalan, angkutan dan pengguna jalan serta fasilitas
pendukung lainnya
h) Sosial dan Budaya (Kearifan Lokal)
2.
Wawancara
Metode ini untuk mendapatkan informasi lebih detail dari hasil
pengamatan yang dilakukan.
3.
Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan mengambil gambar atau rekaman yang
bersifat nyata untuk memperjelas dan memperkuat data-data yang
akan digunakan dalam analisa.
42
42
B.
Data Sekunder
Data
sekunder
yaitu
data
yang
bukan
diusahakan
sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, atau data yang diperoleh dari studi literatur atau
data yang bersumber secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:
1.
Studi Pustaka
a) Studi
pustaka
yaitu,
metode
pengumpulan
data
dengan
melakukan studi literatur terhadap buku-buku, jurnal ilmiah, d a n
k u t i p a n yang relevan. Studi pustaka meliputi: Data atau
literatur tentang lokasi tapak terpilih berupa peta wilayah,
sumber data instansi tertentu, potensi alam dan kondisi kearfian
lokal yang ada disekitar lokasi tapak. Data ini selanjutnya
digunakan untuk mendukung analisa tapak.
b) Mengumpulkan data dari literatur dan teori-teori arsitektur yang
relevan dengan tema Arsitektur Tepian Air, tujuannya sebagai
unsur penguat konsep desain perancangan Pusat Jajanan Serba
Ada (Pujasera) di Rokan Hulu.
2.
Studi Banding
Studi ini bertujuan untuk mendapatkan data perbandingan dari
bangunan fungsi sejenis, baik secara objek maupun tema. Setelah
dilakukan analisis dari studi banding dapat ditarik suatu benang merah
atau
kesimpulan
untuk
mempermudah
setiap
analisis
dalam
perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan Hulu. Tujuan
utama melakukan studi banding adalah menggali sebanyak mungkin
informasi yang terkait dengan fungsi dan tema sejenis untuk dijadikan
barometer dan pembanding yang kemudian dijadikan sebuah referensi
dalam mencari ide desain. Jadi dengan kata lain tujuan dari studi banding
tersebut adalah :
a) Untuk menambah wawasan tentang fungsi dan tema sejenis.
b) Untuk mendapatkan standar dan tolak ukur baru dalam perancangan.
b) Untuk membandingkan fungsi dan tema sejenis perancangan.
c) Untuk melakukan quick evaluation dalam perancangan.
43
43
3.2
Tinjauan Lokasi
Gambar. 3.1 Tinjauan Lokasi Tapak Perancangan
Sumber: Penulis (2018)
Lokasi perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di Rokan
Hulu ini berada di tepi Sungai Batang Lubuh dan jalan protokol yaitu Jalan
Diponegoro, Ibu Kota Pasir Pengaraian, Kecamatan Rambah, Kabupaten
Rokan Hulu dengan tinjauan sebagai berikut:
NO
UNSUR TINJAUAN
TINJAUAN
1
Luas Lahan
± 2 ha
2
Kontur
Relatif Datar
3
KDB
Maksimum 60% dari luas lahan
44
44
3.2.1
4
KDH
Minimum 10% dari luas lahan
5
KLB
Maksimum ketinggian 32 meter (8 Lantai)
6
GSB
22 meter
7
GSS
5 meter
Tabel 3.2 Tinjauan Lokasi Tapak Perancangan
Sumber : Penulis (2018)
Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Lokasi tapak dalam perancangan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) di
Rokan Hulu berbatasan langsung dengan tepian Sungai Batang Lubuh atau Sungai
Rokan Kanan dan berdekatan dengan Jembatan Sungai Batang Lubuh yang menjadi
penghubung antar kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Pemilihan lokasi tapak
dalam perancangan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1)
Lokasi sangat strategis karena letak tapak berada di tengah Ibu Kota Pasir
Pengarain dengan pemukiman masyarakat yang padat.
2)
Lokasi tapak berbatasan langsung dengan tepian Sungai Batang Lubuh
sebagai pendekatan Arsitektur Tepian Air.
3)
Sungai Batang Lubuh merupakan sungai yang sudah sangat terkenal di
Kabupaten Rokan Hulu karena sebagian besar dari wilayah Kabupaten
Rokan Hulu mengalir dilewati oleh Sungai Batang Lubuh atau Sungai Rokan
Kanan.
4)
Lokasi tapak menjadi tempat yang sering dilewati oleh transportasi umum
karena berdekatan dengan Jembatan Sungai Batang Lubuh dan berada di tepi
jalan protokol yaitu Jalan Diponegoro.
5)
Lokasi memiliki aksesibilitas yang tinggi serta mencakupi segala fasilitas
yang tersedia oleh bangunan yang ada disekitar.
6)
Lokasi terletak berdekatan dengan beberapa tempat umum yaitu taman
kota, Sekolah Dasar Negeri 001 Rambah, pasar lama, ruko, masjid,
perkantoran, hotel dan puskesmas maupun rumah sakit.
7)
Lokasi tapak sangat mudah ditemukan karena lahan bersifat terbuka untuk
menwujudkan Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera) menjadi pusat wisata
kuliner dan sebagai icon baru di Kabupaten Rokan Hulu.
45
45
3.2.2
Building Coverage
Building Coverage merupakan pembahasan tentang peraturan bangunan
yang sesuai dengan ketentuan dan ketetapan undang-undang atau pemerintah serta
merupakan tolak ukur dalam perancangan. Peraturan yang menjadi tolak ukur yaitu;
(1) Peraturan Mentri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2015 Tentang Standar Usaha Pusat Penjualan Makanan (sudah dibahas
sebelumnya); (2) Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hulu Nomor 6 tahun
2011 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu; dan (3) Peraturan Daerah
Kabupaten Rokan Hulu Nomor 4 tahun 2014 Tentang Bangunan Gedung.
Adapun pembahasan mengenai peraturan 2 dan 3 meliputi pembahasan
tentang peraturan KDB, KLB, KDH, GSB, dan GSS sebagai berikut:
1.
Koefesian Dasar Bangunan (KDB)
Penetapan KDB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/
persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total
Bangunan
Gedung
terhadap
total
luas
kawasan
dengan
luas
tetap
mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung
lingkungan. Penetapan KDB dibedakan dalam tingkatan KDB tinggi (lebih
besar dari 60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampai dengan 60%),
dan rendah (lebih kecil dari 30%). Untuk daerah/kawasan padat dan/atau
pusat kota dapat ditetapkan KDB tinggi dan/atau sedang, sedangkan untuk
daerah/kawasan renggang dan/atau fungsi resapan ditetapkan KDB rendah.
2.
Koefesian Lantai Bangunan (KLB)
Penetapan KLB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa kaveling/
persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total luas
Bangunan
Gedung
terhadap
total
luas
kawasan
dengan
tetap
mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung
lingkungan. Penetapan ketinggian bangunan dibedakan
ketinggian: bangunan rendah (jumlah
dalam tingkatan
lantai Bangunan Gedung sampai
dengan 4 lantai), bangunan sedang (jumlah lantai Bangunan Gedung 5 lantai
sampai dengan 8 lantai), dan bangunan tinggi (jumlah lantai bangunan lebih
dari 8 lantai).
38
38
3.
Koefesian Daerah Hijauan (KDH)
Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan
pelestarian lingkungan/resapan air permukaan tanah. Ketentuan besarnya
KDH ditetapkan dengan Rencana Tata Ruang dan jika belum ditetapkan
maka KDH minimal 10% (sepuluh perseratus) pada daerah sangat padat dan
KDH meningkat setara dengan naiknya ketinggian bangunan dan
berkurangnya kepadatan wilayah.
4.
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
Garis Sempadan Muka Bangunan ditetapkan berdasarkan fungsi jalan dan
peruntukan lahan sebagai berikut :
a.
Bangunan yang terletak di jalan provinsi, Garis Sempadan Muka
Bangunan ditetapkan minimal 22 (dua puluh dua) meter dari as jalan.
b.
Bangunan yang terletak dijalan arteri kota Pasir Pengaraian, jalan
arteri kota Simpang Pemda – Simpang Kumu dan jalan arteri kota
Jalan Lingkar Kota Pasir Pengaraian – Simpang Okak, Garis
Sempadan Muka Bangunan ditetapkan minimal 40 (empat puluh)
meter dari As Jalan.
5.
Garis Sempadan Sungai (GSS)
(1) Garis sempadan sungai tidak bertanggul:
a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter
ditetapkan 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi lajur pegaman
sungai pada waktu ditetapkan.
b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter
sampai dengan 20 (dua puluh) meter ditetapkan 15 (lima belas) meter
dihitung dari tepi lajur pengaman sungai pada waktu ditetapkan.
b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 (dua puluh)
meter ditetapkan 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi lajur
pengaman sungai pada waktu ditetapkan.
(2) Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar 5
(lima) meter, dihitung dari tepi lajur pengaman sungai.
39
39
3.3 Bagan Alur Perancangan
Survei
Analisa Tapak
Analisa Fungsi
Penzoningan
Analisa Ruang
Konsep
Tatanan Massa
Bentukan Massa
Denah (Tata Ruang Dalam)
Utilitas
Sistem Struktur
Bentukan Fisik (Eksterior)
F
e
e
d
b
a
c
k
Interior
Lansekap (Tata Ruang Luar)
Hasil Desain
Skema 3.1 Bagan Alur Perancangan
40
40
Download