RESUME MATA KULIAH PBSI DI KELAS TINGGI MEMAHAMI KETERAMPILAN BERBAHASA LANJUTAN Dosen pengampu: FEBRINA DAFIT , S.Pd., M.Pd. Oleh: Kelompok : 1 Kelas Anggota :A : Rahmi Andrianingsih (176910306) Datin Suri Perdana (186910399) Eka Nurafni Sihotang (186910746) Nacjmi Aulia Fadhilla (186910544) Rahma Viona Zulfa S (186911007) Widia Tita Nila (186910881) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FALKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU T.A 2019/2020 MEMAHAMI KETERAMPILAN BERBAHASA LANJUTAN 1. Keterampilan Menyimak Tingkat Lanjut Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat. Karena itu pembelajaran dalam salah satu keterampilan meningkatkan keterampilan yang lain Kemampuan menyimak lanjut ini kita golongkan ke dalam 3 jenis menyimak sebagai berikut. a. Menyimak kritis b. Menyimak kreatif c. Menyimak eksploratif Agar anda tidak menghadapi kendala atau kesulitan dalam latihan-latihan menyimak tersebut , ikutilah terlebih dahulu uraian pendapat tokoh tentang menyimak berikut ini : Broadbent berpendapat bahwa organisme manusia itu mempunyai kapasitas yang terbatas dalam menyerap informasi. Butir-butir yang tidak relevan akan menjadi beban ekstra pda sistem pemahaman . Tompkins dan hosskison menyatakan bahwa teradapat enam kiat yang dapat kita gunakan untuk belajar menangkap gagasan inti simakan, yaitu membentuk citraan , mengelompokkan , mengajukan pertanyaan , mengorganisasi ,mencatat dan memusatkan perhatian . A. Menyimak Kritis Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sunggguh-sunggguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menetukan keaslian, kebenaran dan kelebihan , serta kekurangan-kekurangan bahan simakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah mengamati tepat tidaknya ujaran pembicara, mencari jawaban atas pertanyaan, dapatkah penyimak membedakan anatara fakta dan opini dalam menyimak dan dapatkah penyimak mengambil kesimpulan dari hasil menyimak. B. Menyimak kreatif Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas pembelajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau bahasa daerah, mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun struktur dan pilihan katanya berbeda, merekonstruksi pesan yang disampaikan. C. Menyimak Eksploratif Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru . Pada akhir kegiatan, seorang penyimak eksploratif akan menemukan gagasan baru , informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu , menemukan topik- topik baru yang dapat dikembangkan dari bidang tertentu , menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru. 2. Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Berbicara Dalam kegitan belajar ini akan di bahas tentang kemampuan berbicara lanjutan yang meliputi kegiatan musyawarah , diskusi, dan pidato. A. Musyawarah Musyawarah mengandung arti perundingan , yaitu membicarakan sesuatu supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang mengesampaikan kepentingan pribadi demi kepentingan umum. Dalam musyawarah biasanya terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan Pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan . bila tidak maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada kesimpulan. B. Diskusi Diskusi ialah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar- menukar informasi untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, dalam sebuah diskusi, harus ada sebuah masalah yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada peserta diskusi yang dapat mengemukakan pendapat secara teratur. Dari kedua batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah : a. Partisipan lebih dari seorang b. Dilaksanakan dengan bertatap muka c. Menggunakan bahasa lisan d. Bertujuan untuk mendapatkan kesempatan bersama e. Dilakukan dengan cara bertukar informasi dan tanyak jawab Selain itu, ketika proses diskusi berlangsung hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian, menghilangkan sikap emosional dan prasangka, menangkap gagasan utama, dan gagasan penjelas, serta mempertimbangkannya .Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan secara santun, yaitu dendan cara : a. Pertanyaan dan sanggahan diajukan dengan jelas dan tidak berbelit-belit b. Pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun, menghindari pertanyaan, permintaan , dan perintah langsing, c. Diusahakan agar pertayaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debet. Sementra itu, dalam memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal, yaitu sebagai berikut. a. Jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan b. Jawaban harus objektif dan memuskan berbagai pihak c. Prasangka dan emosi harus dihindarkan d. Bersikap jujur dan terus terang apabila tidak bisa menjawab C. Pidato Komunikasi lisan khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu , manuskrip, memoriter dan ekstempore . 1. Pidato impromtu Pidato yang dilakukan secara tiba-tiba, spontan, tanpa persiapan sebelumnya. Apabila Anda menghadiri sebuah acara pertemuan, tiba-tiba Anda dipanggil untuk menampaikan pidato, maka pidato yang Anda lakukan disebut impromtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman, impromtu memiliki beberapa keuntungan: (1)Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disampaikannya (2)Gagasan dan pendapatnya dating secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup (3)Impromtu memungkinkan Anda terus berpikir. Tetapi bagi juru pidato yang masih belum berpengalaman, keuntungankeuntungan di atas tidak akan tampak, bahkan dapat mendatangkan kerugian sebagai berikut: (1)Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak memadai (2)Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar (3)Gagasan yang disampaikan bisa “acak-acakan” dan ngawur (4)Karena tiadanya persiapan, kemungkinan “demam panggung” besar sekali. 2. Pidato Manuskrip Pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir. Di sini lebih tepat jika kita menyebutnya”membacakan pidato” dan bukan “menyampaikan pidato”. Pidato manuskrip perlu dilakukan jika isi yang disampaikan tidak boleh ada kesalahan. Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut: (1)Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang (2)Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali (3)Kefasihan bicara dapat dicapai karena kata-kata sudah disiapkan (4)Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari (5)Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak. Namun demikian, ditinjau dari proses komunikasi, pidato manuskrip kerugiannya cukup berat: (1)Komunikasi pendengar akan akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka (2)Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik karena ia lebih berkonsentrasi pada teks pidato, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku (3)Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan (4)Pembuatannya lebih lama. 3. Pidato Memoriter Pidato yang ditulis dalam bentuk naskah kemudian dihapalkan kata demi kata. Pada pidato jenis ini, yang penting Anda memiliki kemampuan menghapalkan teks pidato dan mengingat kata-kata yang ada di dalamnya dengan baik. Keuntungannya (jika hapal), pidato Anda akan lancar, tetapi kerugiannya Anda akan berpidato secara datar dan monoton, sehingga tidak akan mampu menarik perhatian hadirin. 4. Pidato Ekstempore Pidato yang paling baik dan paling sering digunakan oleh juru pidato yang berpengalaman dan mahir. Dalam menyampaikan pidato jenis ini, juru pidato hanya menyiapkan garis-garis besar (out-line) dan pokok-pokok bahasan penunjang (supporting points) saja. Tetapi, pembicara tidak berusaha mengingat atau menghapalkannya kata demi kata. Out-line hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita. Keuntungan pidato ekstempore ialah komunikasi pendengar dan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada pendengar atau khalayaknya, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. Pidato jenis ini memerlukan latihan yang intensif bagi pelakunya. Berdasarkan tujuannya, jenis-jenis pidato diantaranya: a. Pidato informatif adalah pidato yang tujuan utamanya untuk menyampaikan informasi agar orang menjadi tahu tentang sesuatu. b. Pidato persuasif adalah pidato yang tujuan utamanya membujuk atau mempengaruhi orang lain agar mau menerima ajakan kita secara sukarela bukan sukar rela. c. Pidato rekreatif adalah pidato yang tujuan utamanya adalah menyenangkan atau menghibur orang lain. Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, selain itu penyajian pesan dengan jelas akan mempermudah pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun. 3 Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Membaca A. Membaca Naskah Pidato Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membacakan naskah pidato. Pertama, sebelum membaca suatu naskah pidato secara nyaring ,hendaklah naskah tersebut dipahami terlebih dulu , dengan cara membacanya dalam hati. Kedua, berupaya menggunakan bahasa tubuh yang tepat , terutama memelihara kontak mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato secara nyaring. (Memahami isi naskah dan berlatih membaca bersuara) Melalui aktivitas membaca dalam hati, kita hendaknya berupaya memahami dengan sebaik-baiknya suatu naskah pidato. Bila naskah pidato itu ditulis oleh orang lain maka kita harus memahami sebaik-baiknya tujuan pidato yang tercermin dalam isi naskah, apakah bersifat member informasi, berupaya mempengaruhi ataukah sekedar suatu tindakan pendahuluan dari suatu rangkaian kegiatan misalnya: membuka suatu acara pameran, perlombaan , seminar. Hal penting lain yang harus diperhatikan ketika membacakan naskah pidato di depan publik atau televisi adalah tubuh, terutama kontak mata dengan pendengar. Jangan sampai isi pidato berkenaan dengan hal-hal yang menyedihkan , tetapi ekspresi pembaca tampak gembira dengan senyum di bibir Upayakan agar mata kita sekali pandang dan dengan cepat dapat menjangkau seluruh kalimat dalam naskah, kemudian kita mengucapkannya sambil memandang ke arah pendengar . jangan sebaliknya, kita hanya melihat sekilas (sedetik) kearah pendengar, kemudian mata kita berlama-lama pada naskah. B. Membaca Wacana Informatif di Internet Internet merupakan salah satu sumber informasi. kemampuan mennelusuri wacana informasif di internet merupakan nilai tambah yang harus dikuasai. Strategi membaca wacana informatif telah dibahas di kegiatan belajar, melalui internet, setiap hari disebarkan informasi yang melimpah ruah, mulai dari informasi ringan, sampai kepada informasi yang kompleks, seperti cara kerja komputer canggih. Apabila kita bermaksud menggunakan komputer sendiri dalam menjelajah informasi di internet, maka computer kita harus di lengkapi modem (internal atau eksternal) dan program untuk menjelajahi internet, misalnya internet explorer yang produksi oleh Microsoft. (penjelajahan di internet) Setelah semua persyaratan teknis terpenuhi tinggal meng-klik logo internet explorer yang terdapat pada windows desktop.Apabila sebelumnya pada internet properties telah ditulis www.yahoo.com ( misalnya ) sebagai default address home page maka akan muncul halaman yahoo ( yahoo home page ).apabila anda tidak menemukan topic yang anda cari pada halaman tersebut di atas, ketiklah pada kotak search the web topic yang anda cari tersebut. C. Membaca Karya Sastra Mungkin kita pernah membaca membaca cerpen atau novel yang bergaya cerita aku. Dengan gaya cerita seperti itu seolah-olah pristiwa demi peristiwa dalam novel itu dialami oleh penulisnya sendiri. Segala kejadian yang dituangkan dalam novel itu hanyalah hasil imajinasi.Kemudian, dalam membaca karya sastra, seseorang paling tidak harus memehami tiga hal, yaitu : a. Kode bahasa b. Kode sastra, c. Kode budaya yang berkaitkan dengan karya sastra itu. 3. Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Menulis Secara perbedaan kita dapat membedakan tulisan atas dua jenis, yaitu fiski dan notifikasi. Contoh fiski, yaitu :cerpen, novel, dan naskah drama. Sedangkan contoh nonfiksi yaitu :makalah , artikel dalam jurnal , artikel dan berita dalam surat kabar, dan laporan penelitian. A. Merencanakan Tulisan Fiksi Fiksi merupakan hasil kegiatan kreatif – imajinasi penulis yang berupa karya tulis yang biasanya digolongkan kedalam tulisan kesastraan. Hal yang sama yang ditempuh oleh penulis fiksi adalah mereka membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-peristiwa dan kesan-kesan imajinatif yang muncul dalam kepalanyanya atau fikirannya. Selanjutnya, peristiwa-peristiwa dan kesenangan imajinatif itu dirangkaikan menjadi sebuah synopsis atau sebuah ringkasan cerita. Setelah sebuah synopsis terwujud, lalu sipenulis dapat menjadikannya menjadi sebuah cerita pendek, sebuah novel atau menjadi babak-babak dalam drama. B. Merencanakan Tulisan Nonfiksi Pada datahp perencanaan, seorang penulis harus melakukan pemilihan terhadap topik karangan, merumuskan tujuan karangan, dan menulis kerangka karangan. 1. Pemilihan Topik Langkah yang pertama dalam perencanaan sebuah karangan adalah memilih topik karangan. Ada beberapa kreteria yang dapat dipakai dalam pemilihan topik karangan: a. Kriteria yang pertama, topik yang dipilih untuk ditulis hendaklah yang menarik hati bagi penulis sendiri dan dikuasai betul oleh penulis b. Kriteria yang kedua, topik yang dipilih hendaklah actual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran c. Kriteria yang ketiga, bahan-bahan yang kita perlu untuk menulis sehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat dijangkau d. Kreteria keempat, topik yang kita pilih hendaklah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia. 2. Perumusan tujuan Tujuan yang ingin kita capai dalam menulis adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan pembaca melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topik yang kita tulis. Tujuan yang kita rumuskan akan berpengaruh terhadap kerangka karangan yang akan kita susun serta terhadap jenis data atau informasi yang kita perlukan dalam menulis.Sebagai contoh ,berikut ini dikemukaakan topik karangan serta perumusan tujuan penulisan. Topik : hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar Tujuan: melalui tulisan yang bersifat argumentatif, penulis bermaksud menjelaskan hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar, serta perlunya bimbingan mengenai konsep diri bagi para siswa yang sedang berada pada masa puber. 3. Penulisan kerangka karangan Kerangka karangan merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur karangan serta dalam pengumpulan bahan bagi karangan . Ada 2 cara penulisan kerangka karangan. Cara yang pertama adalah dengan mendaftarkan seluruh subtopik dari topik yang telah dipilih, kemudian memilih-milih, mengelompokkan dan menyusunnya suatu struktur kerangka tertentu . cara ini biasanya dipakai oleh para penulis pemula. Cara yang kedua , penulis langsung menentukan subtopik apa yang perlu ditulis dan langsung menguratkannya.setiap subtopik tersebut siperinci lagi sesai dengan keperluan penulis . Topik : hubungan konsep diri dengan prestasi belajar Tujuan : agar pembaca memahami hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas 2 smp dan dapat aktif member bimbingan terhadap siswa yang memiliki konsep diri rendah. Kerangka karangan 1. 2. 3. Konsep diri 1.1 konsep disi akademik 1.2 konsep diri fisik Presrtasi belajar 2.1 prestasi belajar secara umum 2.2 prestasi belajar tiap bidang studi Hubungan konsep diri dengan prestasi belajar 3.1 hubungan konsep diri akademik dengan prestasi belajar 3.2 hubungan konsep diri fisik dengan prestasi belajar Setelah semua kerangka karangan terwujud, selanjutnya penulis perlu mengumpulkan bahan-bahan, baik berupa teori, data, atau informasi lainnya. Setelah bahan-bahan tulisan terkumpul, langkah berikutnya adalah mengembangkan kerangka karangan yang sudah dibuat menjadi karangan yang utuh. DAFTAR PUSTAKA Elmustian. 2007 . Program Pembelajaran Bahasa Terpadu. Pekanbaru : Universitas Riau Mulyati , Yeti, ddk , 2008 . Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas terbuka Patra Gading. 2016.Jenis-Jenis Pidato Berdasarkan Ada/Tidaknya Persiapan di https://patragading3.blogspot.com/2016/09/jenis-jenis-pidatoberdasarkan.html (di akses 20 Agustus 2019)