BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan manusia yang paling utama bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan air untuk melakukan berbagai aktivitas, misalnya dalam hal mandi, masak, mencuci, dan lain-lain. Air ada yang terdapat di permukaan dan ada juga yang berada di bawah permukaan atau yang sering dikenal dengan air tanah. Air tanah merupakan suatu sumber alam yang dapat diperbaharui yang bersifat terbatas dan perlu peran penting dalam penyediaan air bersih untuk berbagai keperluan. Air tanah juga merupakan sumber air tawar terbesar potensinya di daratan yang penyebarannya dipengaruhi oleh faktor curah hujan, ketinggian tempat, formasi geologi, dan keaadaan lingkungan. Cara pengambilan air tanah yang paling sederhana adalah dengan membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas dan yang diambil adalah air tanah dangkal atau air tanah freatik. Penggunaan air tanah sebagai sarana kehidupan lambat laun semakin meningkat baik guna kebutuhan industri maupun untuk kebutuhan rumah tangga. Peningkatan jumlah penduduk selalu disertai dengan berkembangnya industri dan pemukiman, khususnya di daerah dataran, ketergantungan manusia akan air tanah semakin tinggi. Hal itu terlihat dari banyaknya penduduk yang menggunakan sumur gali di pemukiman sekitar alur-alur sungai. Peningkatan pemanfaatan air tanah yang tidak memperhitungkan keadaan lingkungan akan 1 2 mempengaruhi kondisi air tanah, seperti masuknya polutan ke dalam sumursumur penduduk yang berada dekat dengan alur sungai. Menurut tempatnya, air tanah bebas dapat dijumpai pada kedalaman yang berbeda-beda. Di dataran rendah, kedalaman air tanah itu mungkin hanya 5-8 meter saja sehingga air muncul ke permukaan. Sebaliknya di daerah pegunungan kedalaman air tanah bebas dapat mencapai puluhan meter. Pada kenyataannya air tanah tersebar secara tidak merata dipermukaan bumi, ada kawasan yang memiliki potensi air tanah tinggi dan ada pula yang berpotensi rendah. Distribusi air tanah cenderung mengubah secara perlahan komposisi kimia air yang ada dari hulu ke hilir dan mengarah pada komposisi kimia air laut. Unsur-unsur kimia yang larut dalam air tanah berjalan dan berevolusi lewat jalan aliran air tanah. Pemanfaatan air tanah secara tidak tepat, dapat mengakibatkan degradasi kualitas dan kuantitas terhadap air tanah itu sendiri. Oleh karena itu penting untuk memahami keberadaan air tanah (lokasi, kedalaman, dan arah aliran air tanahnya). Adapun dampak negatif pemanfaatan air tanah yang berlebihan dapat dibedakan menjadi dampak yang bersifat kualitatif (kualitas air tanah) dan kuantitatif (pasokan air tanah). Dampak yang pertama mulai dirasakan dengan ditemuinya kasus-kasus pencemaran sumur-sumur penduduk, terutama yang berdekatan dengan aliran air sungai yang mengalami pencemaran. Sedangkan dampak yang berkaitan dengan kuantitas air tanah umumnya dijumpai selama berlangsungnya musim kemarau, yaitu tinggi permukaan air yang semakin menjauh dari permukaan air sumur. Air permukaan (aliran air sungai, air danau/waduk dan genangan air permukaan lainnya) beserta dengan air tanah, pada prinsipnya 3 mempunyai keterkaitan yang erat dimana keduanya mengalami proses pertukaran yang berlangsung secara terus menerus. Kodoatie (2012) hubungan air tanah dengan air sungai dapat ditentukan dengan garis kontur permukaan air tanah. Jika permukaan air tanah bebas itu mempunyai gradien (gradien hidrolik), maka air tanah akan bergerak kearah itu. Apabila suatu saluran aliran berhubungan langsung dengan air tanah pada suatu akifer bebas atau akifer tertekan, aliran tersebut dapat menerima atau memberikan air kepada air tanah. Sehingga sungai dapat dibedakan menurut sistem alirannya, yaitu aliran influent, aliran effluent, dan aliran sungai musim kemarau. Demikian, diperlukan untuk mengetahui gambaran umum aliran dasar yang mengalir ke sungai. Jika dilihat dari sistem aliran sungai, maka sungai memiliki peran pemberi dan penerima air tanah. (1) Sungai yang berperan sebagai pemberi/pemasok air terhadap air tanah dangkal dimana kelak akan merugikan sungai pada musimmusim kemarau. Sungai akan terus mengisi sumur-sumur penduduk sampai mencapai titik seimbang antara permukaan air sungai dengan permukaan air tanah dangkal. Aktifitas masyarakat disektor pertanian juga akan terganggu akibat terjadinya penurunan air sungai sehingga tidak mampu lagi untuk mengairi sawah. Selain itu, kemungkinan adanya dampak negatif juga ada dan perlu diperhatikan masyarakat misalnya kualitas sungai apakah benar-benar layak untuk dikonsumsi? Bagaimana jika kondisi sungai yang menjadi pemasok air tanah mengalami pencemaran? Dengan demikian peran aktif masyarakat sangat diperlukan, guna menjaga kebersihan dan kelestarian sungai. (2) Sungai yang berperan sebagai penerima atau sumber airnya berasal dari air tanah dangkal. Pada jenis ini yang 4 mengalami kerugian secara terus-menerus adalah air tanah, sangat berdampak buruk pada masyarakat yang hanya mengandalkan sumur-sumur sebagai sumber air bersih, akibat dari terjadinya penurunan muka air tanah. Masyarakat akan kesulitan dalam memperoleh air bersih, jika kemarau berkepanjangan maka tidak mungkin sungai akan mengalami kekeringan karena air tanah tidak mampu mengisi air sungai. Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu daerah pemukiman yang berkembang dengan pesat yang tercermin dari laju pembangunannya. Sebagai konsekuensinya perlu ditingkatkan sarana maupun prasarana seperti halnya pengadaan air bersih sebagai komuditi ekonomi yang mempunyai peranan penting. Sumber air bersih ini berasal dari air sungai, mata air dan air tanah, salah satu pengadaan air adalah dari air tanah, karena air tersebut dapat digunakan secara mudah dan ekonomis, diambil dengan cara pemboran ataupun penggalian tanah dengan harga yang lebih ekonomis. Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu dari 21 Kecamatan di Kota Medan dengan jumlah penduduk 147. 571 jiwa dengan 32.850 KK (Kantor Camat Medan Denai 2018). Kecamatan ini memiliki enam kelurahan dengan penduduk terbanyak berada dikelurahan Binjai yakni sebanyak 45.778 jiwa. Jumlah penduduk terkecil di kelurahan Tegal Sari Mandala I yakni sebanyak 11.003 jiwa. Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu Kecamatan di Kota Medan yang penduduknya masih terdapat menggunakan air tanah dangkal (sumur gali) sebagai sumber air bersih (minum), dan untuk keperluan rumah tangga lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Sumur-sumur dangkal ini terletak di belakang rumah penduduk yang hanya berjarak ± 2 meter dari rumah, namun ada juga sebagian 5 membuat sumur di dalam rumahnya. Berdasarkan studi awal kepada masyarakat dikatakan bahwa sumur-sumur penduduk juga sering mengalami perubahan ketinggian muka air tanah pada musim-musim tertentu, misalnya musim kemarau dan penghujan. Selain itu jarak sumur-sumur penduduk dengan aliran sungai akan mempengaruhi terhadap air tanah di wilayah tersebut. Karena pemanfaatan air tanah yang tidak tepat akan dapat mengakibatkan degradasi kualitas dan kuantitas terhadap air tanah. Karena itu pemanfaatan air tanah harus memperhitungkan daya dukung dan keadaan lingkungan agar tidak mengubah kondisi hidrolika air tanah. Oleh karena itu, perlu bagi masyarakat untuk memahami keberadaan air tanah salah satunya memahami kemana arah aliran air tanah itu untuk bisa menjaga agar air tanah bebas dari pencemaran. Menurut data keterangan dari Kantor Camat Medan Denai, sumur gali yang terdapat di Kecamatan Medan Denai jika dijumlahkan memiliki ±4.970 sumur gali yang tersebar di enam kelurahan. Sedangkan masyarakat yang berlangganan PAM jika dijumlahkan terdapat ±23.897 rumah tangga yang berlangganan air PAM di Kecamatan Medan Denai. Demikian halnya dengan sungai Percut, yang melintasi beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Denai. Kelurahan yang dilewati sungai Percut yaitu Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kelurahan Denai, Kelurahan Binjai dan Kelurahan Medan Tenggara. Dalam hubungannya dengan air tanah, hendaknya perlu diketahui pada batas-batas mana sajakah sungai Percut berperan sebagai sungai influen atau effluen terhadap air tanah di Kelurahan yang dilewati oleh aliran sungai. 6 Dalam sistem pengelolaan air tanah yang sudah tertata, pengambilan air tanah akan selalu disesuaikan dengan tingkat kebutuhan. Pada tingkat pengelolaan seperti ini informasi tentang potensi air tanah tersebut perlu di petakan untuk perencanaan pemanfaatan selajutnya. Seperti halnya tinggi permukaan air tanah yang dapat dilakukan dengan cara mengukur ketinggian permukaan air sumur (preatis). Permasalahan diatas menjadi hal yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian, untuk mengetahui apakah betul adanya peranan antara aliran air tanah dangkal dengan sungai Percut yang melewati kawasan di Kecamatan Medan Denai. B. Identifikasi Masalah Kecamatan Medan Denai secara administrasi yang dilalui oleh sungai Denai yang tergolong kedalam DAS Percut ini merupakan daerah yang penduduknya masih terdapat memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur gali sebagai sumber air bersih. Pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah mengakibatkan banyaknya pemanfaatan air tanah oleh penduduk yang bermukim di sekitar alur sungai Percut ini. Ketinggian muka air tanah ini akan digunakan untuk mengetahui arah aliran air tanah. Sehingga akan mudah mengetahui sumur-sumur penduduk arah alirannya influent atau effluent terhadap air sungai. Kajian mengenai air tanah sangat penting mengingat Kota Medan terutama di Kecamatan Medan Denai merupakan salah satu Kecamatan yang dilalui oleh DAS Percut. Pemanfaatan sumur gali di sekitar alur sungai Percut tentunya berpotensi untuk mengancam jaminan kebersihan dan penggunaan air tanah yang berkesinambungan. 7 Formasi geologi juga mempengaruhi distribusi dan gerakan air tanah dalam arti kemampuan menghasilkan dan menyimpan air di tentukan oleh keadaan struktur batuan. Di setiap wilayah ketersediaan air tanah tidaklah merata, ada wilayah yang berpotensi air tanah tinggi dan ada pula yang berpotensi rendah. Kedalaman air tanah juga berbeda-beda, tergantung pada kondisi topografi suatu wilayah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : (1) persebaran tinggi muka air tanah, (2) sebaran arah aliran air tanah dangkal, (3) sistem aliran sungai influent atau effluent terhadap air tanah di Kecamatan Medan Denai. C. Pembatasan Masalah Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : (1) sebaran tinggi muka air tanah pada akuifer alur sungai Percut Kecamatan Medan Denai, (2) sebaran arah aliran air tanah pada akuifer alur sungai Percut Kecamatan Medan Denai, dan (3) sistem aliran sungai influent atau effluent terhadap air tanah di Kecamatan Medan Denai. D. Rumusan Masalah Dari latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka fokus dari penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana arah aliran air tanah pada akuifer alur sungai Percut di Kecamatan Medan Denai? 2. Bagaimana sistem aliran sungai Percut terhadap air tanah di Kecamatan Medan Denai? 8 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan di capai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui arah aliran air tanah pada akuifer alur sungai Percut di Kecamatan Medan Denai. 2. Untuk mengetahui sistem aliran air sungai Percut terhadap air tanah di Kecamatan Medan Denai. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Memberikan gambaran arah aliran air tanah pada akuifer alur sungai sehingga masyarakat setempat bijak untuk tidak mencemari kawasan daerah peresapan air tanah dan sungai. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah daerah dalam pembuatan kebijakan menyangkut pengadaan, penggunaan serta pemanfaatan air tanah. 3. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa lainnya jika kelak ingin membahas topik yang sama untuk diteliti dimasa yang akan datang.