LAPORAN KEGIATAN HARIAN SUPERVISI KE BPJS KESEHATAN DI RSUD WONOSARI DAN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Refa Nabila 13711089 Asri Ayuning K 13711076 Amiroh Dewi K 13711029 Muhammad Yasir 13711062 Alfieckry Ronaldo 12711020 Pembimbing: dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2017 CATATAN HARIAN RINGKASAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SUPERVISI KE BPJS KESEHATAN RSUD WONOSARI DAN RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Hari, Tanggal Jam Kegiatan 09.30 – 10.00 1. Tiba di RSUD Wonosari dan RSUD Panembahan Senopati Bantul 2. Sambung rasa dengan pegawai Kamis, 29 September BPJS di masing-masing tempat 2017 10.00 – 11.00 1. Melakukan wawancaara dan diskusi terkait proses bisnis BPJS Kesehatan Hasil Yang diperoleh : 1. Didapatkan kendala penyelenggaraan JKN di rumah sakit DESKRIPSI KEGIATAN HARIAN SUPERVISI KE BPJS KESEHATAN Pada hari supervisi ke BPJS kesehatan, satu kelompok besar dibagi menjadi dua kelompok kecil. Kelompok pertama, melaksanakan supervisi ke BPJS RSUD Panembahan Senopati Bantul sedangkan kelompok kedua melaksanakan supervisi ke RSUD Wonosari. Supervisi dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2017 pada pukul 10.00-11.00. Ketika tiba di RSUD Panembahan Senopati Bantul kami disambut baik oleh karyawan BPJS, yaitu dokter Ayu. Beliau menjelaskan mengenani prosedur rujukan BPJS. BPJS menggunakan sistem rujukan berjenjang, dimana pasien harus periksa terlebih dahulu ke fasilitas kesehatan primer sebelum ke fasilitas kesehatan lanjutan. Penyakit-penyakit yang dapat diselesaikan di faskes primer tidak perlu dirujuk ke failitas kesehatan lanjutan. Ada 155 penyakit yang merupakan kompetensi dokter di fasilitas kesehatan layanan primer yang tidak boleh dirujuk. Apabila pasien mengalami penyakit diluar tersebut, maka fasilitas kesehatan primer memberikan rujukan ke poli terkait di rumah sakit jejaring. Surat rujukan tersebut berlaku satu bulan. Namun apabila tindakan termasuk gawat darurat maka tidak memerlukan surat rujukan, semua tingkat fasilitas kesehatan wajib menangani keadaan gawat darurat. Ketika pasien JKN yang telah dirujuk ia mendapatkan surat eligibilitas peserta (SEP). SEP diterbitkan untuk mempermudah peserta JKN memperoleh pelayanan kesehatan, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Sistem pembiayaan JKN di rumah sakit berbeda dengan di fasilitas kesehatan primer. Fasilitas kesehatan primer menggunakan sistem pembiayaan kapitasi, sedangkan di rumah sakit menggunakan INA-CBG’s. Pembiayaan sistem INACBG’s berdasarkan klaim paket penyakit. Jadi, di rumah sakit, setelah selesai pemeriksaan dokter menuliskan resume. Resume yang berisi diagnosis pemeriksaan akan dikoding oleh petugas coder rumah sakit. Setelah itu, coder akan dievaluasi dan verifikasi oleh BPJS. Apabila lolos verifikasi, maka klaim dapat cair. Namun, yang sering menjadi kendala di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu ketidaksepakatan berkas antara petugas koder dan petugas BPJS. Hal ini seringkali terjadi karena kesalahan penulisan kode diagnosis International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem (ICD). Akibatknya, klaim biaya dapat mengalami penundaan. Setelah tiba di RSUD Wonosari kami pun disambut baik oleh karyawan BPJS. Kurang lebih sama halnya dengan RSUD Panembahan Senopati, disini kami dijelaskan tentang prosedur rujukan, SEP, dan proses verifikasi BPJS. Hanya saja yang menjadi kendala utama pelaksanan JKN di RSUD Wonosari adalah masih banyak pasien yang belum memahami alur rujukan BPJS. Akibatnya banyak pasien yang harus kembali ke fasilitas kesehatan layanan primer setelah sampai ke rumah sakit. Jadi, temuan-temuan kendala penyelenggaran BPJS yang kami temukan di RSUD Panembahan Senopati Bantul dan RSUD Wonosari adalah sebagai berikut : 1. Pasien belum mengerti alur rujukan berjenjang BPJS sehingga setelah sampai di failitas kesehatan lanjutan harus kembali ke fasilitas kesehatan layanan primer jika ingin tetap menggunakan jaminan. 2. Kesalahan penulisan kode diagnosis International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem (ICD) sehingga menghambat proses klaim.