6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN DASAR HUKUM: • Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit . Bag. V Pasal 43 mengenai Keselamatan Pasien • Permenkes No. 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN INDIKATOR MUTU RUMAH SAKIT 1 MENGINDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR Maksud dan tujuan adalah • Pertama : memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan • Kedua : untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien. Elemen Penilaian SKP.1 1. Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. (R) 2. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 (dua) identitas, tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai regulasi rumah sakit (D,O,W) 3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik dan terapetik (W,O,S)\ 4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan specimen dan pemberian diet. (W,O,S) 5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravenous, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik dan identifikasi terhadap pasien koma (W,O,S) Kesalahan Identifikasi Pasien Dapat Terjadi disemua Aspek Diagnosis dan Tindakan Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar adalah 1. Pasien dalam keadaan terbius 2. Mengalami disorientasi 3. Tidak sepenuhnya sadar 4. Dalam keadaan koma 5. Saat pasien berpindah tempat tidur atau kamar tidur 6. Berpindah lokasi di dalam lingkungan rumah sakit 7. Terjadi disfungsi sensoris 8. Lupa identitas diri atau mengalami situasi lainnya. Cara Identifikasi Pasien : a. Nama Pasien b. Tanggal Lahir/ Umur 2 Detail Wajib c. Nomor Rekam Medis d. NIK (Nomor Induk Kependudukan) Pasien Alergi Pasien Risiko Jatuh Kapan dilakukan identifikasi? Sebelum pemberian obat Sebelum pemberian darah/ produk darah Sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis Sebelum memberikan tindakan 2 PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF Maksud dan tujuan SKP 2 s/d SKP 2.2 komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Standar SKP 2 : Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan efektifitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telepon antar PPA Elemen Penilaian SKP 2: 1. Ada regulasi tentang komunikai efektif antar profesional pemberi asuhan (R) 2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antar profesional pemberi asuhan (D,W) 3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap,dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan.(D,W,S) 4. Penyampaian hasil pemeriksaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap, dibaca ulang dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara lengkap(D,W,S) Standar SKP 2.1 : Rumah Sakit Menetapkan Regulasi Untuk Proses Pelaporan Hasil Pemeriksaan Diagnostik Kritis Elemen Penilaian SKP 2.1: 1. Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil diagnostik kritis. (R) 2. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis. (W,S) Standar SKP 2.2 : Rumah Sakit menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi “Serah Terima” (hand over) Elemen Penilaian SKP 2.2 1. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara profesionanal pemberi asuhan pada waktu dilakukan serang terima pasien (D,W) 2. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses serah terima pasien (hand over) bila mungkin melibatkan pasien (D,W) 3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah terima pasien untuk memperbaiki proses. (D,W,S) KAPAN DILAKUKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ?? 1. Melaporkan kondisi pasien, menerima instruksi verbal/ telephone 2. Melaporkan hasil pemeriksaan diagnostik yang bersifat klinis 3. Timbang terima pasien selama perawatan 13 METODE SBAR S Situation Kondisi yang terjadi pada pasien B Background Informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien A Assesment Hasil pengkajian dari kondisi pasien saat itu R Recommendation Intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan Hasil advis dokter 14 CONTOH METODE SBAR S Selamat pagi dengan dr. Budi, Saya Ners Eko dari ruang MK RSUD Sidoarjo Saya mau melaporkan px Tn X. Reg xxxxxxx Tgl lahir…. MRS hari ke 5. Dengan dx open fr femur 1/3 tengah dektra. Keadaan px saat ini mengalami menurunan Hb. B Pasien post op debridemen hari ke 2 . Riwayat alergi tidak ada. Px mempunyai riwayat HT. Therapi yang sudah diberikan: Infus PZ 14tts/mnt, Injeksi Claneksi 3x1gr, Antrain 3x1gr, Gentamycin 2x80mg. A k/u cukup, kesadaran CM, GCS 4-5-6. T 110/70, N 82x/mnt, S 36,7. Hasil nilai kritis Hb cito pagi 6,7 gr/dl. Saat ini terpasang drain prod. dalam 24 jam 200cc sudah kami buang . Luka post op terpasang tensokrep dipaha kanan. Skala nyeri 4. R Mohon advis dokter apakah perlu untuk penambahan tranfusi darah. Advis dokter tranfusi darah PRC 2 kolf / hari s/d Hb 10 gr/dl. 15 Perintah Lisan/Lewat Telepon • Write back (Tulis) • Read Back/spelling (baca) • Reconfirm (Konfirmasi) 17 STEMPEL KONFIRMASI 18 3 PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI Highalert Medications Maksud dan tujuan SKP 3 dan SKP 3.1 Setiap obat jika salah penggunaannya dapat membahayakan pasien, bahkan bahayanya dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pasien, terutama obat obat yang perlu diwaspadai. Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang mengandung risiko yang meningkat bila kita salah menggunakan dan dapat menimbulkan kerugian besar pada pasien. Standar SKP 3 :Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat obat yang perlu diwaspadai Elemen Penilaian SKP 3 1. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan dan penggunaan obat yang perlu di waspadai (R) 2. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat (D,W) 3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai, yang di susun berdasarkan data spesifik sesuai kebijakan dan prosedur (D,O,W) 4. Tempat penyimpanan, pelabelan, penyimpanan obat yang perlu diwaspadai, termasuk obat “ look-alike / sound-alike” semua diatur di tempat aman (D,O,W) Standar SKP 3.1: Rumah Sakit menetapkan Regulasi Untuk melaksanakan proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat Elemen Penilaian SKP 3.1 1. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah kekurang hati hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat (R) 2. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/instalasi farmasi/depo farmasi (D,O,W) Contoh sediaan LASA : cefTAZIDIME dan cefEPIME Contoh Penulisan Mirip (Look Alike) : •craVIT - craVOX •AMINOfusin - COMAfusin •Allopurinol - Halopridol HydrALAzine dan HydrOXYzine Contoh Pengucapan Mirip (Sound Alike) / NORUM : •SEPTRIN – VECTRIN •FEVRIN – FERLIN •NORVASK – NARFOZ Penandaan High Alert dan Lasa di RSUD Sidoarjo LASA DAFTAR OBAT HIGH ALERT: 1. NARKOTIKA (VENTANIL INJEKSI, MORFIN INJEKSI, PETHIDINE INJEKSI, MST TABLET, CODEIN, CODIPRONT) 2. PSIKOTROPIKA (STESOLID, PHENOBARBITA INJEKSI, CLOBAZAN, VALISAMBE, DIAZEPAM, ALPRAZOLAM) 3. ANTI DIABETIKA/INSULIN (LEVEMIR, NOVOMIX, NOVORAPID, HUMALOG, LANTUS, APIDRA) 4. ADRENERGIC AGONIS (EPINEFRINE INJEKSI, NOREPINEPRINE INJEKSI) Daftar High Alert Medications di RSUD Kabupaten Sidoarjo KELOMPOK NO 1 NAMA OBAT Arixtra inj 2 Atropin sulfat inj 3 Amiodarone inj/Cordaron inj 4 Digoxin inj/ Fargoxin inj 5 Dobutamin inj/Idobuject inj 6 Dopamin inj/Udopa inj 7 Ecron inj 8 Heparin inj/Inviclot inj INJEKSI 9 Lidocain inj 10 Midazolam inj / Miloz inj/ Fortanes inj 11 Norepinephrin inj / Vascon inj NO NAMA OBAT NaCl 3% 1 Epinefrin inj/Adrenalin inj 1 MgSO4 20% 2 Insulin 2 MgSO4 40% 3 3 KCl 7,45meq Koate DVI/Octanat e/Haemoctin e 1 Fentanyl 2 Morphine 4 3 Pethidine Oxytosin inj/Induxin inj/ Syntocinon inj/ Pitogin inj 5 Propofol inj/ Refocol inj/ Safol inj/ Trivam inj 6 Streptase/ Alteplase 1 Iopamidol/ Iopamiro/ Ultravist KELOMPOK NO ELEKTROLIT KONSENTR AT 1 ELEKTROLIT KONSENTR ASI TERTENTU NARKOTIKA INJEKSI NAMA OBAT KELOMPOK LEMARI ES RADIOKONT RAS IV 4 TERLAKSANANYA PROSES TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR Maksud dan tujuan SKP 4 : Salah-Lokasi, Salah-Prosedur dan Salah-Pasien yang menjalani tindakan serta prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi. Kesalahan ini terjadi antara lain akibat ( komunikasi tdk efektif, tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan lokasi operasi, assesmen tdl lengkap, tulisan yang tidak terbaca,tidak jelas dan tidak lengkap) Elemen Penilaian SKP 4 1. Ada regulasi untuk melakukan pelaksanaan penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking) (R) 2. Ada bukti Rumah Sakit menggunakan satu tanda (→) di tempat sayatan operasi pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali dengan cepat sesuai kebijakan dan prosedure yang ditetapkan Rumah Sakit (D,O) 3. Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking) dilakukan oleh staff medis yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan pasien (D,O,W) STANDAR SKP 4.1: Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses time out yang dijalankan di kamar operasi sebelum operasi dimulai, dilakukan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien yang menjalani tindakan dan prosedur 1. 2. 3. 4. Ada regulasi untk prosedur bedah aman dengan menggunakan surgical safety checklist Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan Rumah Sakit menyediakan checklist apakah inform concern sudah benar dan lengkap, apakah tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien sudah teridentifikasi, apakah semua dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi dengan baik (D,O) Rumah Sakit menggunakan komponen time out terdiri dari identifikasi tepat pasien, tepat prosedur dan tepat lokasi, persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan Rumah Sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien, jika operasi dilakukan, termasuk prosedur tindakan medis dan gigi, diluar kamar operasi (D,O,W) FORMULIR SURGICAL SAFETY CHECKLIST 5 DIKURANGINYA RESIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN HANDRUB : 20 – 30 detik HANDWASH : 40 – 60 detik Standar SKP 5 : Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan “evidence-based hand hygiene guideline” untuk menurunkan resiko infeksi terkait layanan kesehatan Maksud dan Tujuan SKP 5: Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter, infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator. Elemen Penilaian SKP 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO (R) Rumah Sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) (D,W) Staff Rumah Sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur (W,O,S) Ada bukti staff melaksanakan 5 Momen Cuci Tangan (W,O,S) Prosedur disinfeksi di Rumah Sakit dilakukan sesuai dengan regulasi (W,O,S) Ada bukti Rumah Sakit melakukan evaluasi terhadap upaya menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan (D,W) 6 MENGURANGI RESIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH Pengkajian Risiko Jatuh : 1. Dewasa : MFS (Morse Fall Scale) 2. Anak – Anak Humpty Dumpty Standar SKP 6: Rumah Sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan prosedur mengurangi resiko pasien jatuh Maksud dan Tujuan SKP 6 : Banyak cidera yang terjadi di unit rawat inap dan rawat jalan akibat pasien jatuh. Berbagai faktor yang meningkatkan resiko pasien jatuh antara lain kondisi pasien, gangguan fungsional pasien, lokasi/situasi lingkungan rumah sakit, riwayat jatuh pasien, konsumsi obat/konsumsi alkohol. Rumah sakit menjalankan program pengurangan resiko jatuh dengan menetapkan regulasi yang sesuai dengan lingkungan dan fasilitas Rumah Sakit. Misalnya pembatasan gerak (restrain) atau pembatasn intake cairan. Elemen Penilaian SKP 6 1. 2. 3. 4. Ada regulasi yang mengatur tentang pencegahan pasien yang cidera karena jatuh (R) Rumah Sakit melaksanakan suatu proses assesment terhadap semua pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai kebijakan dan prosedur (D,O,W) Rumah Sakit melaksanakan proses assesment awal, assesment lanjutan, assesment ulang dari pasien-pasien rawat inap yang berdasar catatan teridentifikasi resiko jatuh (D,O,W) Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi resiko jatuh bagi pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (D,O,W) FORM PENGKAJIAN PASIEN RISIKO JATUH MORSE FALL SCALE FORM PENGKAJIAN PASIEN RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY Penandaan segitiga risiko pasien jatuh pada tempat tidur / Brancard Segitiga warna merah --- Pasien dengan risiko tinggi Segitiga warna kuning --- Pasien dengan risiko sedang 39 Penandaan Pasien Rawat Jalan dengan Risiko Jatuh Sedang sampai Tinggi 41