Uploaded by riyantihelena

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI DISUSUN OLEH TIM

advertisement
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI
DISUSUN OLEH
TIM
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2013
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR ISI
Daftar Isi ............................................................................................................... 2
Pendahuluan ........................................................................................................ 3
Kegiatan Belajar 1 : Konsep Kesehatan Reproduksi dan Hak-Hak
Reproduksi, Serta Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai
Kesehatan Reproduksi....................................................................................... 5
Kegiatan Belajar 2 : Seksualitas Dalam Kerangka Pikir Gender ................ 23
Kegiatan Belajar 3 : Kesehatan Reproduksi Remaja.................................... 32
Kegiatan Belajar 4 : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak .............. 38
Daftar Pustaka..................................................................................................... 52
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI2
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
PENDAHULUAN
A. Gambaran Isi Panduan
Panduan
ini
bertema
konsep
Kesehatan
Reproduksi
dan
Seksualitas, untuk digunakan pada mata ajaran Kesehatan Reproduksi.
Pada setiap akhir pelajaran, mahasiswi ditugaskan untuk menjawab
soal-soal tes uji kemampuan diri yang beguna bagi pengajar untuk
menilai sejauh mana mahasiswi telah memahami materi. Panduan ini
dirancang untuk mendukung pengajar dalam variasi penyampaian
materi sehingga tidak membosankan mahasiswi.
Pelajaran pertama berisi tentang ruang lingkup kesehatan dan hakhak reproduksi, serta kebijakan pemerintah Indonesia mengenai
kesehatan reproduksi. Pelajaran kedua menjelaskan kerangka piker
Dixon-Mueller tentang seksualitas, tradisi Indonesia terkait dengan
seksualitas serta pembagian peran di masyarakat berdasarkan gender.
Pelajaran ketiga membahas tentang kesehatan reproduksi remaja
meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, perubahan-perubahan yang
terjadi, pengaruh
buruk
akibat hubungan
seks pra nikah dan
permasalahan yang terjadi serta perlunya pembinaan sehinggat dapat
melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan.
B. Tujuan Umum
Pada akhir pembahasan modul ini, mahasiswi diharapkan memahami
konsep-konsep dan teori tentang kesehatan reproduksi, seksualitas,
dan kesehatan reproduksi remaja, kekrasan terhadap perempuan dan
anak, serta keterkaitannya dengan isu-isu kesetaraan (equity), keadilan
(equality), dan mitos-mitos yang berkembang.
C. Tujuan Khusus
Mahasiswi diharapkan mampu :
1. Menjelaskan kesehatan reproduksi (KR) dan hak-hak reproduksi
secara global dan implementasinya di Indonesia;
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI3
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
2. Menjelaskan keterkaitan seksualitas dan gender dalam setiap
elemen kesehatan reproduksi.
3. Menjelaskan kesehatan reproduksi remaja dan implementasi dalam
kehidupan remaja
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi kekerasan terhadap perempuan
dan anak
D. Petunjuk Penggunaan Panduan
1. Mengajar wajib menguasai materi modul mahasiswi sebelum masuk
kelas.
2. Mahasiswi diminta menjawab pertanyaan pada uji kemampuan diri
(self-check test), dan melakukan kegiatan yang tercantum pada akhir
setiap sesi.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI4
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
KESEHATAN REPRODUKSI
Konsep Kesehatan Reproduksi dan HakHak Reproduksi, Serta Kebijakan
Pemerintah Indonesia Mengenai
Kesehatan Reproduksi
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI5
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 1. Konsep Kesehatan Reproduksi dan Hak-Hak Reproduksi,
Serta Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Kesehatan
Reproduksi
A. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI
Isu kesehatan reproduksi tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
yang sudah tertanam pada setiap orang, contoh ;’’ setiap anak laki-laki
berharga dibandingkan anak perempuan sehingga porsi dan kualitas
makanan untuk anak laki-laki lebih diprioritaskan dibandingkan untuk
anak perempuan
1. Definisi Sehat
Keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang utuh,
bukan hanya terbabas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 1948). Sehat
berarti bukan sekedar tidak adanya penyakit ataupun kecacatan, tetapi
juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk
melalui proses reproduksi. Jadi, perempuan dan laki-laki berhak
mendapatkan standar kesehatan setinggi-tingginya, karena kesehatan
merupakan hak asasi manusia yang telah diakui dunia internasional
2. Definisi Kesehatan Reproduksi
Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi serta prosesnya
(ICPD Kairo, 1994). Artinya perempuan juga berhak menikmati
kehidupan seksual yang
memuaskan dan aman, serta berhak
memutuskan kapan dan berapa sering hamil dan melahirkan, berhak
mendapatkan akses terhadap metode pengaturan kesuburan yang
aman, efektif, dan terjangkau dan laki-laki juga wajib tahu dan
menggunakan kontrasepsi.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI6
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
3. Sejarah Konsep Kesehatan Reproduksi
1954 dan 1965 Pembicaraan mengenai pertumbuhan penduduk yang
cepat pada pertemuan PBB.
1960
Program
Keluarga
Berencana
(KB)
mulai
diperkenalkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana
Internasional (IPPF), dan mendapatkan dukungan dari
banyak negara.
1975-1985
Isu kependudukan diakibatkan efek samping program
KB.
1975
Konferensi Perempuan ke-2, pembahasan mengenai
isu perempuan.
1985
Konferensi Perempuan ke-3, isu gender mulai dibahas.
1993
Konferensi PBB di Wina, mendiskusikan hak asasi
manusia dari perspektif gender- belum ditekankan hakhak kesehatan reproduksi dan seksual sebagai bagian
dari hak asasi manusia.
1994
konferensi
Internasional
pembangunan
reproduksi
(ICPD)
dan
penekanan
Kependudukan
Kairo,
seksualitas
pada
dan
mengadopsihak-hak
perempuan
peningkatan
dengan
kualitas
hidup.
Pelayanan KB harus terintegrasi.
2001
Perubahan kebijakan pemerintah Amerika Serikat oleh
George Bush yang menentang promosi kesehatan dan
hak kesehatan reproduksi mempengaruhi hasil telaah
Lima Tahunan ICPD+5 tahun 1999.
2001-2004
Perjuangan mengamandemenkan UU no. 23/1992
dengan
memasukan
BAB
tentang
kesehatan
reproduksi.
2003
BKKBN mengajukan amanemen UU no.10 yang
mengeliminasi
perempuan
pengguna
KB
dan
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI7
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
memasukan izin tertulis dari suami unutk pemasangan
IUD.
April 2004
Komisi VII DPR telah menyetujui Draft Amandemen UU
Kesehatan
no. 23/1992 dengan termuatnya
hal
mengenai kesehatan reproduksi.
4. Tujuan Pembangunan Milenium :
a. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan
b. Mencapai pendidikan dasar secara universal
c. Mendorong kesetaraan gender dan memeberdayakan perempuan
d. Mengurangi tingkat kematian anak
e. Meningkatan kesehatan ibu
f. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya
g. Menjamin keberkelanjutan lingkungan serta merehAbiliitasi sumber
daya yang hilang
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan kewenangan bidan :
 Menurunkan angka kematian bayi sebanyak 2/3 pada tahun 2015
 Menurunkan angka kematian ibu sebanyak ¾ pada tahun 2015
 Pencegahan dan penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2015
5. Kesimpulan :
 Kesehatan reproduksi tidak semata-mata tidak adanya penyakit atau
kecacatan tetapi terbebas dari segala gangguan fisik, mental, dan
sosial yang
terkait dengan system reproduksi, fungsi
serta
prosesnya.
 Pertemuan ICPD menjadi tonggak penting karena memperkanalkan
konsep hak
seksualitas
dan reproduksi sebagai hak
asasi
perempuan
 Belum ada pencapaian bermakna di Indonesia dari sisi landasan
hukum yang melindungi hak seksualitas dan reproduksi perempuan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI8
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
LEMBAR KASUS
Sungai Berbuaya
Nona dan Abi adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.
Mereka tinggal di suatu daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai yang
penuh dengan buaya. Meskipun tempat tinggal mereka dipisahkan oleh
sungai itu, mereka dapat saling berkunjung menyeberangi sungai melalui
jembatan kecil
Pada suatu hari Sinbad seorang pelaut berlayar di sepanjang sungai itu
mendekati tempat tinggal Nona. Nona memanggilnya dan meminta
mengantarkannya
ke seberang sungai untuk menjumpai Abi. Sinbad
merasa gembira atas permintaan itu dan berkata;”Tentu saja! Saya dengan
senang hati membawamu ke seberang, tetapi ada syaratnya, kau harus
tidur denganku dulu!”.
Nona menangis mendengar syarat yang diajukan Sinbad. Dia belum pernah
berhubungan seks dengan siapapun. Dia memutuskan untuk meminta
hasihat dengan seorang teman yang bernama Iwan. Ternyata Iwan
bersikap acuh tak acuh dan dingin terhadap persoalan ini. Dia hanya
berpangku tangan dan berkata pada Nona;”itu urusanmu, saya tak ingin
terlibat”.
Jawaban Iwan yang begitu dingin membuat Nona berpikir berkali-kali
mengenai masalah yang dihadapinya itu. Akhirnya Nona memutuskan
untuk memenuhi tuntutan Sinbad. Ketika akhirnya Nona bertemu dengan
Abi pada hari berikutnya, diceritakannya kepada Abi semua yang telah
terjadi dan bagaimana sulitnya dia berjuang untuk membuat keputusan ini.
Abi sangat marah atas apa yang telah dilakukan Nona dan dia mengusir
gadis itu supaya tidak kembali lagi. Gadis malang itu berlutut dan merangkul
Abi sambil menangis, memohon supaya Abi tidak meninggalkannya, tetapi
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI9
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
anak muda itu menghiraukannya. Maka Nona pergi kepada teman lainnya
yang beranama Badi. Setelah diceritakannya kisahnya dari awal sampai
akhir, Badi memutuskan untuk menemui Abi. Dia mengahajar Abi hAbishAbisan…
Bagaimanapun juga, mengapa seseorang seperti Abi sampai hati
memperlakukan gadis semanis Nona sedemikian itu?
Pertanyaan untuk diskusi kelompok:
1. Dari kelima orang ini, siapakah yang anda anggap paling bersalah ?
2. Buatlah unrutan (ranking) dari kelima itu berdasarkan berat ringannya
kesalahan masing-masing.
3. Ajukan alasan-alasan mengapa anda sampai pada urutan yang
demikian?
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI10
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
B. PENDEKATAN SIKLUS HIDUP
Identifikasi Permasalahan menurut Tahapan Siklus Kehidupan:
 Bayi dan Anak-anak (<10 tahun); pengutamaan jenis kelaimin,
kurang gizi (malnutrisi), sunat perempuan dan kekerasan.
 Remaja (10-19); pelecehan dan kekerasan seksual, perdagangan
anak dan perempuan, kehamilan usia dini, aborsi tidak aman, dan
ISR/IMS/AIDS.
 Dewasa usia reproduksi (20-49 tahun; kehamilan tidak diinginkan,
aborsi tidak aman, ISR/IMS/HIV/AIDS, dan kekerasan berbasis
gender termasuk pelecehan/kekerasan seksual.
 Usia lanjut
(50+ tahun);
kehamilan
usia lanjut,
kekerasan,
menopause, ISR/IMS/HIV/AIDS, dan masalah-masalah seksualitas.
Hal-hal yang mempengaruhi permasalahan kesehatan reproduksi:
 Nilai-nilai sosial budaya; misalnya menganggap perempuan tidak
berharga.
 Kemiskinan dan angka melek huruf laki-laki dan perempuan.
 Pendidik; prioritas diberikan kepada anak laki-laki.
 Hukum dan kebijakan yang sering kali tidak berpihak pada
perempuan; misalnya UU no. 23/1992 tentang kesehatan dan
amandemen UU no. 10/1992 tentang Kependudukan.
 Dampak kekerasan terhadap kesehatan fisik dan psikologis menurut
siklus hidup.
 Lingkungan
 Informasi dan pelayanan.
Kesimpulan :
 Perempuan mengalami kondisi tidak menguntungkan sepanjang
hidupnya.
 Pemerintah seharusnya memberikan perhatian kepada masalah
kesehatan reproduksi perempuan sejak masih dalam kandungan
hinga lanjut usia.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI11
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
C. ELEMEN-ELEMEN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI
1. Elemen Kesehatan Reproduksi :
a. Pelayanan dan konseling, informasi, edukasi dan komunikasi KB
yang berkualitas;
b. Pelayanan prenatal, persalinan dan postpartum yang sama,
termasuk menyusui;
c. Pencegahan dan penanganan Aborsi tidak aman.
d. Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hokum;
e. Pengobatan ISR/IMS dan kondisi lain dalam sitem reproduksi;
f. Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua
yang bertanggung
jawab serta kesehatan reproduksi dan
seksual;
g. Penceganahan secara aktif praktik-praktik berbahay seperti
sunat perempuan/ mutilasi kelaminan;
h. Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, Kehamilan, persalinan
dan aborsi, kemandulan, ISR,IMS dan HIV/AIDS, serta kanker
Kandungan;
i. (Jika mungkin) program kesehatan reproduksi dan KB harus
meliputi fasilitas diagnosis dan pengobatan IMS seiring dengan
meningkatnya penularan HIV.
2. Hak Asasi Dalam Hubungannya Dengan Hak Reproduksi
a. Hak-hak Reproduksi menurut ICPD kairo 1994 :
1.) Hak pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas
dan bertanggumg jawab jumlah dan jarak kelahiran anakanaknya
2.) Hak
untuk
mendapat
pelayan
dan informasi
tentang
kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas; dan
3.) Hak
untuk
membuat
keputusan
yang
terbebas
dari
diskriminasi, paksaan atau kekerasan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI12
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
b. 12 hak-hak Reproduksi, menurut IPPF:
1. Hak untuk hidup; kehidupan perempuan tidak terancam risiko
kehamilan/persalinan
2. Hak untuk mendapatkan kebebasan dan keamanan ; tidak
menjadi objek mutilasi genital perempuan,
pemaksaan
kehamilan, sterilisasi, atau aborsi.
3. Hk atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk
diskriminasi ; termasuk kehidupan seksual dan reproduksi
seseorang.
4. Hak privasi ; seluruh pelayanan kesehatan seksual dan
reproduksi harus menjamin kerahasiaan dan perempuan
memiliki hak memilih atas otonomi reproduksi
5. Hak kebebasan berpikir; kebebasan dari interprestasi teks
agama, kepercayaan, filosofi dan budaya, yang menjadi alat
untuk
membatasi kebebasan berpikir tentang
masalah
seksualitas, kesehatan reproduksi dan isu lainnya.
6. Hak atas informasi dan edukasi; yang terkait dengan
kesehatan seksual dan reproduksi bagi semua, termasuk
akses untuk mendapatkan informasi tentang manfaat, risiko,
dan
efektifitas
dan
seluruh
dan
metode
pengaturan
kesuburan, sehingga seluruh keputusan didasarkan atas
persetujuan (informed consent).
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak dan untuk membentuk
dan merencanakan sebuah keluarga.
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak
9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan; hak klien
untuk
memperoleh
standar
kesehatan
yang
setinggi-
tingginya, dan hak untuk terbebas dari praktik tradisional yang
membahayakan kesehatan.
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan; hak
seksualitas dan kesehatan reproduksi klien untuk meniikmati
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI13
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
teknologi kesehatan reproduksi yang aman, efektif dan dapat
diterima
11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam
arena politik.
12. Hak untuk terbebas dari penyiksaan dan salah pengobatan;
hak perempuan, laki-laki dan remaja untuk dilindungi dari
kekerasan, eksploitasi dan penyiksaan seksual dan salah
pengobatan.
c. Hak-hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah:
1. Hak-hak sipil dan politis (hak untuk memberikan suara, hak
untuk hidup, hak bebas dari tekanan, hak untuk mendapatkan
informasi)
2. Hak-hak
ekonomi,
sosial
dan
budaya
(hak
untuk
mendapatkan pendidikan, pekerjaan, standar hidup yang
sehat fisik dan mental)
Pemerintah mempunyai 3 tingkat peraturan dalam memenuhi hak :
1. Menghormati HAM yang berarti pemerintah tidak melakukan
kekerasan
2. Melindungi HAM yang berarti pemerintah membuat suatu hukum
yang mengatur mekanisme untuk melindungi kekerasan
3. Memenuhi
HAM yang
berarti pemerintah membuat suatu
tindakan yang bertahap dan ditempatkan dalam suatu peraturan
yang prosedural (sesuai prosedur) dalam suatu institusi.
Komitmen pemerintahan indonesia di tingkat internasioal terhadap
hak asasi perempuan:
1. Kebijakan untuk
pemberdayaan
mempertahankan
perempuan
pada
keberadaan kementrian
setiap
periode
kabinet
pemerintah hingga saat ini.
2. Membentuk komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI14
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
3. Menerbitkan kebijakan negara untuk menerapkan pengarus
Utamaan Gender (Gender Mainstreaming) dalam perencanaan
pembangunan melalui intruksi presiden nomor 9 tahun 2000
3. Sejarah hak kesehatan reproduksi :
< 1960
beberapa konseus PBB tentang
populasi tapi tidak
memfokuskan pada hak konveksi tentang perempuan,
namun tidak fokus pada HAM atau isu yang mempedulikan
reproduksi dan seksualitas.
< 1960
Komferensi HAM I di teheran menyebutkan adanya hak
untuk menentukan jumlah dan jarak anak.
< 1993
Konferensi HAM II di viena mulai membuat tahapan
mengenai hasil konvensi
menegaskan
hak
di kairo dan beijing yang
perempuan
adalah
HAM
yang
memangkas semua bentuk diskriminasi berdasarkan seks
harus menjadi prioritas pemerintah
Beberapa hak yang
digunakan untuk
melindungi
dan
meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan reproduksi dan
kesehatan seksual:
1) Hak untuk hidup
2) Hak untuk aman
3) Hak untuk privacy
4) Hak
untuk
mendapatkan
keuntungan
dari perkembangan
penelitian
5) Hak meminta, menerima dan memberi informasi
6) Hak untuk mendapatkan pendidikan
7) Hak untuk sehat
8) Hak untuk kesetaraan dalam perkawinan dan perceraian
9) Non diskriminasi
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI15
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
LEMBAR KASUS
Mengapa Lena Meninggal ?
Lena seorang perempuan berasal dari sebuah dusun nelayan pantai utara
.Masyarakat dusun kecil itu mayoritas bekerja sebagai buruh nelayan yang
pendapatannya tergantung pada laut , cuaca dan upah dari pemilik perahu
. Di ujung kampung ada sebuah rumah kecil tempat seoang mantri
memberikan layanan kesehatan . Menjelang matahari terbenam dikampung
nelayan tersebut, suasana terasa menyenangkan bagi Lena. Ia bermain
dan belajar mengaji bersama teman-temannya
. ustadznya
selalu
mengajarkan kebaikan , bagi santri-santri belia itu. Kepada mereka
ditanamkan nilai-noialai kebaikan,menjaga hubungan harmonis dengan
tetangga, berbakti,taat tidak membantah orang tua. Khusus pada anakanak pada anak perempuan diajarkan agar menyiapkan diri untuk brumah
tangga dan berbakti kepada suami. Suami adalah kepala rumah tangga
sehingga kelak jika sudah berkeluarga harus tunduk pada perintahnya.
Keluarga Lena tergolong miskin, ayahnya sakit encook,kakinya pegal-pegal
sepanjang hari sehingga tidak bias dituntut untuk bekerja keras. Satusatunya sumber penghidupan berasal dari ibunya yang bekerja sebagai
buruh cuci pada keluarga-keluarga
pemilik perahu. Sebagai anank
perempuan satu-satunya dari enam bersaudara, Lena diharapkan orang
tuanya segera mendapatkan jodohagar tidak mendapat julukan perawan
tua. Ayah Lena menganggap bahwa perkawinan anak perempuan berarti
bias mengurangi beban keluarga karena hidup perempuan adalah
tanggung jawab suaminya.
Menjelang
hari raya
Idul Adha , Lena genap berusia 14 tahun
.Ayahnyamenjodohkan Lena seorang pemuda yang baru dating dari
perantaun.Pemuda bernama Badri kemudian menikahinya. Tahun pertama
perkawinannya , Badri masih kerja merantau,hanya tiga bulan sekali
iapulang. Pada akhir tahun Lena dinyatakan positif hamil. Mereka
menyambut gembira, lengkaplah Lena sebagai perempuan , ia bias
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI16
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
memberikan anak kepada suami dan dan memmberikan cucu kepada
orang tuanya.
Selama hamil ia memeriksakan kandungannya kepada pak mantra, satusatunya tenaga kesehatan yang bias dijangkau. Menjelang kehamilannya
berusia Sembilan bulan,Lena sakit,perutnyakejang,lemas tidak bertenaga.
Ia mengalami pendarahan berkepanjangan. Suaminya kebetulan sedang
berada di rumah,tetapi ia tidak memmbawa Lena ke tempat praktik bidan
yang adanya hanya di kecamatan dan letaknya cukup jauh.Badri malah
menyalahkan Lena yang tidak hati-hati menjaga diri dan menghabiskan
banyak uang untuk periksa ke pak mantra. Ayah Lena juga mengatakan
bahwa
melahirkan
adalah kejadian biasa, jadi tidak perlu
rebut-
ribut.Buktinya, istrinya telah melahirkan enam anak tanpa satu kalipun
prtolongan dari bidan. Maka mereka memutuskan tidak membawa Lena
kebidan, karena semua akan berjalan alamiah. Setiap perempuan pasti bias
melahirkan tanpa harus dimanjakan.
Selang dua hari sakit berlangsung,Lena sudah kehabisan darah dan
meninggal. Semua berduka, diluar duka mereka tersimpan harapan
terhadap Lena nantinya asuk surga karena mati melahirkan bayi diyakini
oleh mereka adalah mati syahid.
(Disarikan dari berbagai pengalaman di lapangan)
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI17
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
D. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN INDONESIA TENTANG KESEHATAN
REPRODUKSI
1. Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRE)
Komponen paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE):
a. Kesehatan ibu dan anak (KIA)
b. Keluarga berencana (KB)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) / infeksi menular
seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS (yang terpadu dengan (1) dan/
atau(2)
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Penyempurnaan
paket
pelayanan
kesehatan
reproduksi
komprehensif (PKRK)
f. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi usia lanjut,
terutama
untuk
deteksi gangguan
gizi atau
tanda-tanda
keganasan (kanker)
2. Komponen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRE)
a. Komponen
pertama;
penting
untuk
menurunkan
angka
kematian/kesakitan ibu dan bayi. Namun tidak mudah diterapkan
jika pengambil keputusan dikeluarga bukanlah orang yang
memahami
maslaha
kesehatan
maternal
atau
kebutuhan
keluarga yang berkaitan dengan kesehatan maternal.
b. Komponen
kedua;
kunci
utama
dalam
penyelesaian
permasalahan kesehatan reproduksi melalui kontrasepsinya.
c. Komponen ketiga; pengobatan ISR/IMS/HIV/AIDS. Pelajanan ini
sangat
penting
namun
menjadi
isu kontrofersial
karena
perempuan biasanya enggan memeriksakan organ genitalnya.
Sedangkan kejadian ISR/PMS cenderung meningkat.
d. Komponen kelima; banyak perempuan kelompok usia lanjut yang
mengalami gangguan gizi serta menderita keganasan (kanker)
akibat tidak terdeteksi sejak dini.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI18
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kesehatan reproduksi remaja menjadi focus karena kelompok
remaja merupakan kelompok yang terpinggirkan tidak adanya akses
terhadap pelayanan daan informasi/konseling kesehatan reproduksi,
akibatnya banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan
reproduksi (ISR/IMS/HIV/AIDS) atau mengalami kehamilan tidak
diinginkan.
E. SITUASI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA
a. Situasi Kesehatan Reproduksi di Indonesia

Alokasi dana kesehatan:
alokasi dana pemerintahan untuk
pembiayaan kesehatan kecil sekali (<3% dari total APBD).
Masih kurang dari batas minimal yang ditentukan oleh badan
kesehatan sedunia (WHO) yaitu 5%. Sebagian besar dana
digunakan untuk upaya-upaya pengobatan (kuratif).

Dampak
krisis
ekonomi
tahun
1998 berdampak
pada
penyediaan pelayanan kesehatan oleh pemerintah pusat dan
daerah, serta meningkatkan kemiskinan. Kemiskinan semakin
menurunkan derajat kesehatan perempuan dan anak karena
tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

Perbedaan gender juga mempengaruhi kesehatan reproduksi
seseoran. Dalam kondisi ekonomi yang rendah, prioritas
pendidikan diutamakan kepada anak laki-laki. Kebanyakan
anak perempuan yang tidak duduk di bangku sekolah lagi,
membantu keluarga mengurus
anggota keluarga lainnya
ataupun dinikahkan. Pernikahan tidak jarang dilakukan di usia
dini saat tubuh belum siap melalui proses reproduksi.

Hukum di Indonesia belum menjawab kebutuhhan perempuan
dan memenuhi
hak-hak reproduksinya. UU No. 10/1992
tentang kependudukan masih bersifat diskriminasi, perempuan
lajang tidak bisa mendapatkan akses pelayanan KB. Undangundang
No.
23/1992
tentang
kesehatan
tidak
dapat
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI19
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
diimlementasikan
karena
banyak
pasal-pasalnya
yang
penerapannya memerlukan peraturan pemerintah.

Bidan
sebagai
pemberi
layanan
masyarakat
terdepan
menunjukan keprihatinan. Penghasilan yang tidak memadai
sehingga diperkirakan akan banyak bidan yang meninggalkan
posnya.
b. Kendala dan Tantangan yang Dihadapi:
 Kematian ibu, dengan kematian ibu (AKI) 307 per 100.000kelahiran hidup, Indonesia menduduki tempat tertinggi di ASEAN
(data SDKI 2002-2003). Angka ini tidak banyak berubah sejak
sepuluh tahun terakhir padahal Indonesia memiliki komitmen
internasional untuk menurunkan AKI ¾-nya-dari AKI tahun 1990
(MDG)
 Hanya
66%
persalinan
kesehatan,sementara
yang
dibantu
oleh
tenaga
persentase mereka yang mendapatkan
asuhan ante-natal minimal 4 kali sebesar 81% berdasarkan SDKI
2002-2003 (BPS, 2003). Artinya ada factor lain yang berperan
dalam mengambil keputusan memilih penolong persalinan.
 Perdarahan merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu
(AKI)
(WHO,
2004).
Di
Negara
berkembang
khususnya
Indonesia,sering terkait dengan keterlambatan (Depkes, FKMUI,
dan
WHO,
1997:17)
baik
dalam
memutuskan
mencari
pelayanan,mencapai fasilitas kesehatan, dan menerima pelayanan
yang tepat (Thaddeus dan Maine, 1994:1092).
 Aborsi tidak aman merupakan salah satu penyebab tingginya AKI
(Depkes, 2000). Walaupun angka nasional menunjukan aborsi
berkontribusi 11,1% (SKRT 1995) terhadap kematian ibu,namun
angka sesungguhnya bisa lebih tinggi karena banyak kejadian
yang tidak tercatat.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI20
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
 Masih
dijumpai
pernikahan
usia
belia
(<16
tahun)
yang
meningkatkan remaja berisiko kepada kematian dan kesakitan 2-4
kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang menikah di usia 20
tahun. Walaupun usia nikah pertama meningkat dari 17,7 pada
tahun 1991 menjadi 18,6 pada tahun 1997 (GOI & UNICEF
2000),ternyata belum menunjukkan dampak positif. Tidak adanya
akses remaja terhadap informasi yang benar serta pelayanan
kesehatan reprodusi sehingga banyak remaja yang mengalami
resiko-resiko
kesehatan
reproduksi
seperti
tertular
ISR/IMS/HIV/AIDS atau kehamilan tak diinginkan.
 Angka kesuburan total di Indonesia menurut dari 5,6 (1967/70)
menjadi 2,6 (2002/03). Meskipun demikian, belum tersedia
konseling dan pelayanan KB yang memadai. Sehingga tingkat
kegagalan menjadi meningkat. Perempuan yang mengalami
kegagalan KB dapat berakhir dengan tindakan aborsi apabila
terjadi kehamilan.
 Fakta menunjukkan bahwa infeksi menular seksual ternyata juga
ditemukan pada kelompok berisiko rendah (ibu rumah tangga).
Sehingga penyakit “bukan
perempuan
baik-baik.” Banyak
perempuan tidak menyadari penyakit ini hingga berkembang
menjadi kronis.
 Hal yang sama ditemukan pada kasus HIV/AIDS. Menepis
kepercayaan lama bahwa HIV/AIDS hanya ditemukan pada
kelompok
menunjukan
homoseksual,
angka
data
angka
hingga
terbanyak
Desember
akibat
2003
hubungan
heteroseksual. Peningkatan juga pada kelompok pengguna
narkoba jarum suntik dan penularan dari ibu ke anak.
 Belum adanya penapisan kanker rahim yang mudah diakses oleh
perempuan di pedesaan dan masih mahalnya biaya untuk
melakukan screening tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI21
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
 Sedikit sekali peran laki-laki dalam ber-KB. Peran laki-laki dapat
ditingkat dengan berperan aktif menggunakan alat kontrasepsi,
mendukung
perempuan
memilih metode KB terbaik dan
meningkatkan komunikasi antara pasangan.
 Kekerasan terhadap perempuan merupakan isu kesehatan
masyarakat yang sering terabaikan. Walaupun tidak ada data
nasional tentang kekerasan terutama dalam lingkungan rumah
tangga di Indonesia, namun database sejumlah pusat krisis
perempuan (Women Crisis Center/WCC) dan pusat krisis rumah
sakit menunjukkan peningkatan
 Masih
ditemukannya
kawin
paksa
terjodohkan.
Hal
ini
menunjukkan perempuan tidak memiliki hak memilih, yang akan
berdampak pada tindak memiliki kemampuan untuk menongtrol
seksual dan bernegosiasi dengan pasangannya hingga bisa
menimbulkan KDRT.
 Belum
adanya
pelayanan
kesehatan
reproduksi
untuk
perempuan di daerah konflik atau darurat, padahal dalam kondisi
tersebut, perempuan sangat membutuhkan pelayanan kesehatan
reproduksi seperti yang disepakati dalam konvensi penduduk di
Kairo tahun 1994.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI22
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
KESEHATAN REPRODUKSI
SEKSUALITAS DALAM KERANGKA PIKIR
GENDER
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI23
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelajaran 2. Seksualitas Dalam Kerangka Pikir Gender
1. SEKSUALITAS DALAM KERANGKA PIKIR GENDER – DIXON
MUELLER’S FRAMEWORK
Penyuluhan
Kesehatan
Reproduksi
 Sensitif gender
 Mengutamakan
kepentingan
klien
 Seksualitas
Promosi
Kesehatan
Konseling
Kesehatan
Reproduksi
a. Empat Dimensi Utama Kerangka Pikir Dixon-Mueller
1. Pasangan seksual;
2. Tindakan seksual;
3. Makna seksual; dan
4. Dorongan dan kenikmatan seksual
b. Elemen-Elemen Seksualitas
Dalam Pasangan Seksual
1. Jumlah pasangan seks; saat ini maupun di masa lampau, baik
terikat pernikahan maupun tidak.
2. Lama suatu hubungan (seksual) terjadi dengan setiap partner,
misalnya: hanya sekali, selama 3 bulan, selama 1 tahun, selama
3 tahun, dst.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI24
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
3. Identitas pasangan seksual; karakteristik sosio-ekonomi (kondisi
ekonomi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, dll).
4. Latar belakang suatu hubungan; sukarela, dipaksa atau terpaksa.
Dalam Tindakan Seksual
1. Naluri alamiah; hubungan sesama atau berbeda jenis; penetrasi,
non-penetrasi, konvensional, anal, oral, dll.
2. Frekuensi (berapa sering)
3. Latar belakang suatu hubungan.
Makna seksual, merupakan pemikiran, perilaku dan kondisi seksual
yang diinterpretasikan menurut budaya setempat misalnya :
1. Perempuan tidak boleh agresif dan harus mempertahanka n
keperawanannya sebelum menikah.
2. Laki-laki dikatakan jatan bila mampu menunjukkan dominasi
terhadap perempuan.
Dorongan dan Kenikmatan Seksual, sangat dipengaruhi oleh:
1. Identitas seksual (homoseksual, heteroseksual atau biseksual).
2. Konstruksi sosial; misalnya: keinginan seks perempuan lebih
rendah dibandingkan laiki-laki.
3. Persepsi kenikmatan seksual; misalnya: laki-laki menyukai
vagina yang “keset”
c. Hak Seseorang Untuk Bebas Dari Diskriminasi Dan Kekerasan
1. Mencapai standar kesehatan yang tinggi dalam hubungannya
dengan seksualitas, termasuk akses pelayanan kesehatan
reproduksi dan seksualitas
2. Mencari, menerima dan member informasi yang berhubungan
dengan seksualitas
3. Pendidikan seks
4. Menghormati integritas tubuh
5. Memilih pasangan
6. Memutuskan untuk seksual aktif atau tidak
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI25
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
7. Persetujuan relasi seksual
8. Persetujuan perkawinan
9. Memutuskan atau tidak dan kapan memiliki anak
10. Mengejar kepuasan, keamanan dan kehidupan seksual yang
menyenangkan
2. SEKSUALITAS DAN MITOS-MITOS
Rambu-rambu pemikiran bahwa :
a. Seksualitas dalam pengertian sederhana adalah kemampuan fisik
dalam menanggapi rangsangan dan melakukan aktifitas seksual.
b. Dalam seluru fase kehidupanya – dari lahir sampai mati – manusia
dapat
melakukan
dan
menikmati
aktifitas
seksuaknya.
Ini
mematahkan anggapan bahwa perempuan hanya bisa menikmati
seksualitasnya sampai masa monopausenya.
c. Rangsangan seksual di dalam tubuh manusia berada diseluru
bagian tubuhnya, dari kepala sampai ujung kaki. Oleh karena itu,
kenikmatan seksual tidak hanya didapat dari penetrasi penis laki-laki
kedalam
vagina
perempuan
dalam
hubungan
seksual.
Ini
mematahkan mitos bahwa satu-satunya cara melakukan hubungan
seks hanya melalui penetrasi. Dalam konteks inilah menjadi penting
untuk membicarakan sunat perempuan yang dapat mengurangi
kemampuan vagina menerima rangsangan
d. Tingkah laku dan ekspresi seksual sangat dipengaruhi oleh etika,
agama, social dan budaya. Misalnya perempuan dan laki-laki
dilarang mastrubasi dan onani, tidak boleh melihat alat vital
pasangannya saat melakukan hubungan seksual, perempuan tidak
boleh meminta hubungan seksual lebih dulu, dll.
e. Orientasi seksual manusia tidak hanya satu heteroseksual, tetapi
ada juga homoseksual dan bisseksual, dan trans-gender.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI26
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
f. Konsep Gender menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah
tangga,perempuan sebagai ibu rumah tangga berdampak pada
relasi seksual antar laki-laki dan perempuan.
g. Laki-laki menjadi dominan dalam memutuskan kapan melakukan
hubungan seksual,menggunakan alat kontrasepsi atau tidak,dan
menentukan
posisi hubungan
seksual.
Hal-hal
inilah
yang
menyulitkan perempuan untuk mengekpresikan seksualitasnya.
h. Pentingya untuk mulai membicarakan seksualitas baik denan
pasangan,anak,maupun anggota keluarga lainnya karena tindakan
tersebut merupakan awal sari membongkar mitos seksualitas
perempuan.
3. KAITAN PERAN GENDER DAN SEKSUALITAS

SEKS (jenis kelamin biologis) ditentukan dari adanya penis
(laki-laki) atau vagina (perempuan)

GENDER ditentukan oleh masyarakat. Perilaku-perilaku mana
saja yang pantas dilakukan oeh seorang laki-laki atau seorang
perempuan.
Identifikasi Kaitan Seksualitas dan Gender
PERTANYAAN PANDUAN
Alat kelamin
PEREMPUAN
Vagina
Anatomi reproduksi
Sel telur
Tuba
Rahim
Ovarium
LAKI-LAKI
Penis
(Ovum) Sperma
falopii Vas
Deferens
Testis
Scrotum
Anatomi
reproduksi Payudara
Ganteng. Aktif
pendukung (sekunder)
Harapan ibu terhadap bayi
Cantik, bulu mata
lentik
Dekorasi kamar
Merah
muda, Biru, kapal-kapalan,
bunga, boneka
mobil-mobilan
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI27
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Benda/pakaian
yang Gaun
dikenakan bayi dan anak- Rok
anak bila mereka …
Pita
Selop
Bagaimana kita melekatkan Lemah
karakteristik saat mereka Cengeng
tumbuh besar
Lembut
Pasif
Pilihan karir yang diinginkan Guru
Pegawai
Perpustakaan
Sekretaris
Perawat/Bidan
Identifikasi pasangan untuk Laki-laki
dinikahi
Laki-laki usia lebih
tua
Celana
(panjang,pendek)
Sepatu
Kaos
Kuat
Aktif
Kasar
Agresif
Kepala
sekolah
Teknisi
Pimpinan
Dokter
Istilah
yang digunakan Lesbian
untuk
perempuan/laki-laki
yang tertarik kepada sesama
jenis.
Bagaimana
kita Seperti
laki-laki
mengkarakterkan?
(tomboy)
rambut
pendek, dll.
Gay,
homo,
banci/waria/wadang
Jelaskan apa yang mereka Pakaian
laki-laki
kenakan?
(kaus,celana)
sepatu
olahraga
tidak berdandan
Bagaimana
gerak gerik Kasar
mereka?
gagah/maskulin
Pakaian perempuan
(gaun,
rok)
berdandan
Perempuan
Perempuan
lebih muda
usia
Seperti perempuan
berambut panjang
Kemayu
lembut/feminine
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI28
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kesimpulan:
1. Seksualitas merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam
kehidupan manusia tapi justru yang paling sering diabaikan karena
dianggap tabu.
2. Jarangnya
seksualitas
dibicarakan
mengakibatkan
terjadinya
ketikdakadilan terhadap prempuan. Perempuan hanya dianggap
sebagai pemuas nafsu seks
mendapatkan
Penyakit
laki-laki
Menular
saja,perempuan rentan
Seksual
(PMS),dan
hanya
perempuan bertanggung jawab terhadap kehamilannya.
3. Masalah seksualitas ini sangat dipengaruhi oleh agama,etika,sosial
budaya,dan poltik. Misalnya dalam kasus Inul;sebagian masyarakat
menganggap goyang Inul mengobral seksualitas perempuan yang
sengaja dilakukan untuk merangsang nafsu laki-laki.
4. Dalam konteks budaya patriarki,perempuan tidak memiliki hak untuk
memutuskan hal-hal yang terbaik bagi tubuhnya sendiri;misalnya
mau hamil atau tidak,dan perempuan tidak mempunyai hak untuk
menentukan
hal-hal yang verkenan degan hubungan
seksual.
Padahal otonomi politik permpuan di tingkat domestik maupun politik.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI29
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
LEMBAR CERITA
Kisah Supinah
Supinah adalah seorang gadis berusia 15tahun, masih duduk di kelas 1
SMU. Ia mempunyai pacar bernama yunus, seorang seorang pemuda
berusia 20 tahun. Suatu hari, ketika kedua orang tuanya sedang pergi,
yunus dating. Kondisi rumah yang sepi membuat Yunus berani merayu
Supinah untuk melakukan hubungan seksual. Supinah semula menolak,
tetapi karena diancam akan diputuskan bila menolak dan yunus berjanji
menikahinya bila terjadi kehamilan, akhirnya Supinah bersedia menerima
ajakan pacarnya itu. Ternyata Yunus tidak menepati janjinya. Dia menolak
menikahi supinah dengan alasan bahwa janin dalam rahim Supinah bukan
miliknya karena dia hanya sekali berbuat. Yunus meninggalkan Supinah
tanpa kabar.
Akibat rasa takut serta rasa malu bila kehamilannya diketahui orang lain,
Supinah mencoba untuk menggugurkan kandungannya. Berbagai macam
pil dan jamu peluntur
sudah dicobanya, tapi tetap tidak berhasil
menggugurkan kehamilannya. Ketika kehamilannya berusia 4 bulan, atas
informasi seorang teman, Supinah mendatangi seorang dukun. Dukun
mencoba menggugurkan kandungan supinah dengan cara memijatnya.
Janin dalam kandunga Supinah berhasil dikeluarkan dukun, tetapi supinah
mengalami pendarahan. Segera Supinah dibawa ke rumah sakit, sehingga
nyawanya masih bisa terselamatkan. Akibat rasa malu, Supinah kemudian
dititipkan dirumah neneknya.
Ketika Supinah menginjak usia 17 tahun, orangyuanya menjemputnya.
Seorang duda kaya bernama Babe Ali (43 tahun) ingin menikahinya. Babe
Aliadala seorang pengusaha sukses yang mempunyai perusahaan di
beberapa kota. Supinah terpaksa menerima perjodohan tersebut karena
tidak ingin mengecewakan orang tuanya, walaupun sebenarnya ia masih
ingin melanjutkan sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI30
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Sejak menikah, Supinah tinggal di rumah yang dibelikan Babe Ali. Tidak
jarang, suaminya meninggalkannya dalam untu jangka waktu yang lama,
alasannya untuk mengurus keperluan usahanya. Beberapa bulan terakhir
ini, Supinah mengalami keputihan yang tidak biasanya. Ia telah berusaha
untuk mengobatinya dengan cara mandi menggunakan air sirih atau
meminum jamu-jamuan seperti yang disarankan oleh ibunya, tapi keputihan
ini tidak kunjung sembuh. Hal ini menyebabkan iatidak nyaman (rasa sakit),
terutama saat bersenggama dengan suaminya. Pernah ia menolak
bersenggama.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI31
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
KESEHATAN REPRODUKSI
Kesehatan Reproduksi Remaja
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI32
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
1. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
Keadaan sehat jesmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan
dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Batasan usia
remaja, yaitu 10-24 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan/
pertumbuhan secara fisik (tumbuh payudara, jakun,rambut di ketiak,
atau di sekitar kemaluan),dan emosi/psikologis (ketertarikan pada lawan
jenis). Perubahan dan perkembangan ini di pengaruhi oleh berfungsinya
hormon-hormon seksual.
Dorongan seksual adalah suatu bentuk keinginan yang bersifat
erotis yang mndorong seseorang untuk melakukan aktivitas seksual
atau hubungan seksual. Dorongan seksual mulai muncul karena
pengaruh
hormon
testosteron
yang
dipengaruhi
oleh
keadaan
kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya.
Dorongan seks bisa muncul ddalam bentuk ketertarikan terhadap lawan
jenis, keinginan untuk mendapatkaan kepuasan seksual, dsb.
Dorongan sekssual timbul apabila :
a. Memandang lawan jenis
b. Membicarakan ide
c. Berpegangan tangan
d. Memeluk bahu
e. Memeluk pinggang
f. Ciuman bibir
g. Ciuman bibir sambil berpelukan
h. Meraba tubuh pasangan
i. Mencium daerah erogen pasangan
j.
Saling menghelus daerah erogen
k. Bersenggama
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan
seksual atau kegiatan mendapatkaan kesenangan organ seksualmelalui
berbagai perilaku, misalnya fantasi, masturbasi, berpegangan tangan,
cium pip, berpelukan, cium bibir, petting, dan berhubungan intim.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI33
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
BERMAIN PERAN “Say No To Sex.”
SAY NO TO SEX
Minta mahasiswa untuk berpikir bagaimana mereka menanggapi
seandainya seseorang yang menggunakan argumen sebagai berikut:
 Jika kita melakukan hubungan seks,maka kita akan menjadi lebih
populer/terkenal;
 Seks hanya untuk kesenangan fisik,jadi tidak harus ada cinta untuk
melakukannya;
 Jika tidak melakukan hubungan seks,orang-orang berpikir kamu
homoseks;
 Setiap orang merasakan seks,jadi kamu juga harus melakukan;
 Orang tuamu bilang kamu tidak boleh melakukan hubungan
seks?seperti bayi saja mendengarkan omongan mereka[orang tua];
 Tidak ada alasan menunda seks,jadi lakukan sekarang;
 Jika kamu cintai aku, lakukan seks denganku sekarang!
Saat mendiskusikan skenario,pengajar memandu mahasiswi dengan
mengatakan bahwa:
a. Seks adalah keputusan yang sangat personal,pilihan untuk
melakukan seks atau tergantung masing-masing ,tidak ada yang
mempengaruhi;
b. Suatu hal yang normal dan ilmiah ingin dicintai dan merasakan
seks,biasa menunggu atau langsung melakukan;
c. Hubungan seksmemiliki konsekuensi emosidan fisik dan tidak hanya
satu yang bisa mengepresikan cinta;
d. Ada alasan-alasan yang baik untuk menunggu melakukan hubungan
seksual,misalnya
ingin
menyelesaikan
sekolah,menghindari
kehamilan ISR
e. Remaja tidak harus merasa tertekan bila pacar/pasangan meminta
imbalan hubungan seks dengan alasan untuk membayar kencan yang
mahal,hadiah ataupun makanan;
f. Orang dewasa dapat membatu remaja karena mereka bisa berbicara
dengan orang tua, guru dan tokoh masyarakat.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI34
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
g. Harus disadari bahwa film,TV, radio dan majalah tidak selalu
memberikan berita yang realistis sedangkan program/artikel
menekankan bahwa seks itu menyenangkan dan tidak menjelaskan
konsekuensi dari aktivitas seksual;
h. Tidak boleh membuat keputusan bila sedang menggunakan alkohol
atau obat-obatan;
i. Untuk membantu mahasiswi belajar “SAY NO TO SEX”, gunakan 5
langkah berikut ini:
Langkah 1 -> Buatlah pernyataan tentang minat anda
Langkah 2 -> Katakan tidak dan identifikasi masalah atua isu
Langkah 3 -> Katakan tidak dan identifikasi konsekuensi
Langkah 4 -> Sarankan buat alternatif
Langkah 5 -> Aktualisasi
Contoh: Bila seseorang mempengaruhi untuk melakukan hubungan
seksual karena “SETIAP ORANG MELAKUKAN ITU”. Lakukan
respon berikut ini:

Langkah 1 : Tidak, saya tidak ingin melkukan hubungan seksual!

Langkah 2 : Tidak semua orang melakukan hubungan seksual,
banyak orang bicara seks tapi tidak berarti meraka melakukan
hubungan seksual secara aktif, banyak orang tidak jujur tentang
pengalamannya!

Langkah 3 : Tidak, jika saya melakukan melakukan hubungan
seksual sekarang, saya bisa mengalami resiko hamil tidak
direncanakan atau ISR dan HIV. Bila hamil akan menghambat
saya untuk menyelesaikan sekolah, ISR akan mengarah ke
masalah kesehatan yang serius, HIV dapat menumbuh saya!


Langkah 4 : Saya akan pulang sekarang!
Langkah 5 : Saya tidak siap utuk melakukan hubungan seksual
sekarang
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI35
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
LEMBAR CERITA
KASUS NANI
Nani, seorang pelajar SMU kelas 2, memiliki 2 orang adik perempuan dan
1 adik laki-laki. Ayahnya bekerja di bengkel sebagai montir sedangkan
ibunya berjualan kue basah yang disimpan di warung-warung sekitar
rumahnya.
Sudah dua minggu ini Nani terlihat murung dan pucat. Ibunya menyarankan
Nani untuk pergi berobat tapi menolak dengan alas an hanya masuk angin
dan sebentar lagi sembuh. Di sekolah pun Nani terlihat murung, sering
ditegur oleh guru karena tidak memperhatikan pelajaran yang sedang
diajarkan.
Suatu hari nani muntah-muntah dan akhirnya pingsan. Keluarganya
membawa Nani ke puskesmas. Setelah diperiksa, Dokter menyatakan
bahwa Nani hamil 3 bulan. Berita itu bagaikan petir di siang hari di telinga
Ibunya, rasanya dunia begitu gelap dan ia pun ambruk.
Akhirnya, Nani mengaku bahwa laki-laki yang menghamilinya adalah
Anton, pacarnya yang bersekolah di SMU lain, dan saat ini kelas 3.
Orang
tua
Nani
mendatangi
orang
tua
Anton
untuk
meminta
pertanggungjawaban dari perbuatan anaknya.
Awalnya orang tua Anton menolak, namun akhirnya mau bertanggung
jawab terhadap kehamilan Nani namun hanya sampai melahirnkan saja
karena sebenarnya mereka tidak setuju hubungan antar Anton dengan
Nani. Pernikahan antara Nani dan Anton pun dilangsungkan secara diamdiam.
1 bulan setelah itu, Nani pun mengundurkan diri dari sekolah dan memilih
berdiam di rumah Neneknya di kampong. Ia tidak berani keluar rumah
karena malu dengan tetangga sekitar yang sering melihat sinis pada dirinya.
Berbeda dengan Nani, Anton dengan leluasa pergi ke sekolah dan sebentar
lagi akan menghadapi ujian akhir.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI36
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Saat kelahiran pun tiba, dengan perasaan sedih dan sakit, Nani melahirkan
di rumah hanya ditemani oleh Nenek dan Ibunya; tak ada Anton yang
menemaninya, karena ia sudah kuliah di kota lain.
Kini Nani sendirian merawat anaknya, tanpa ada bantuan dari pihak
keluarga Anton.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI37
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
KESEHATAN REPRODUKSI
KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI38
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kegiatan Belajar 4 : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
A. PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK
1. Kekerasan Terhadap Perempuan
Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang
berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik,
seksual dan psikologis, termasuk ancaman tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi
di depan umum atau didalam kehidupan pribadi. Segala bentuk
kekerasan berasarkan gender merupakan bentuk kekerasan terhadap
perempuan karena menyakiti tubuh, mental, dan integritas perempuan
untuk bebas bergerak. Kekerasan terhadap perempuan sering disebut
dengan
kekerasan berbasis gender karena
menyangkut
posisi
subordinasi perempuan di masyarakat. Perlu juga dicatat bahwa
kepercayaan, norma dan institusi sosial seringkali melegalisasi sistem
tersebut yang mendorong terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
Saat kata gender digunakan, harus diingat bahwa perempuan sering
menjadi korban utama kekerasan sedangkan pelakunya umumnya
adalah laki-laki.
2. PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP ANAK
Anak didefinisikan kelompok usia dibawah 19 tahun atau 24
tahun. Definisi anak bervariasi menurut situasi sosial-budaya. Batasan
usia tersebut digunakan dengan pengertian bahwa pada usia tersebut
seseorang anak belum mencapai kematangan mental, pribadi dan
kedewasaan individu dan sosial. Walaupun secara biologis mereka
telah matang (YLKI 1998; Van Dijik 1999).
Dikatakan kekerasan pada anak bila seseorang melakukan halhal berikut :
a. Kekerasan psikologis dan kekerasan fisik, penelantaran, berlaku
kasar, kekerasan seksual dan perlakuan yang emosional
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI39
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
b. Segala perkataan yang merendahakan atau memalukan nilai dan
harga diri sebagai makhluk hidup
c. Tidak memenuhi keperluan dasar anak untuk hidup, seperti makan
dan tempat tinggal
d. Tidak segera memberikan / mencarikan pertolongan medis terhadap
anak
yang
terganggunya
mengalami
luka
pertumbuhan/
serius
sehingga
perkembangan
menyebakan
anak, mengalami
kecacatan, atau kematian
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KTP-A) merupakan
fenomena gunung es yang muncul dipermukaan hanya sebagian kecil dari
pemasalahan keseluruhan. Masalah sebenarnyma mungkin lebih besar
dari mengingat masih banyak anggota masyarakat yang mengganggap
KTP-A sebagai masalah keluarga dan tidak perlu dieksplor keluar.
Akibatnya tidak tereksplor besaran sesungguhnya, pemecahan masalah
mengalami kesulitan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI40
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Tugas DIskusi
Berikan pendapat mengenai mitos dan fakta tentang KTP-A.
Mitos dan fakta tentang KTP-A
Waktu : 15 menit.
Tujuan : klasifikasi pernyataan tentang mitos dan fakta mengenai KTP-A.
Langkah-Langkah :
1. Bagi mahasiswa menjadi tiga kelompok.
2. Pengajar membagikan embaran tentang mitos dan fakta.
3. Pengajar meminta mahasiswa membedakan pernyataan menurut
mitos dan fakta.
MATRIX 1
MITOS DAN FAKTA TENTANG KTP-A
MITOS
FAKTA
Seorang suami dapat melakukan Tidak ada seorangpun yang berhak
apapunjuga terhadap istri atau memukuli istri. Tidak ada perna
partnernya
seorang istri yang memberikan hak
kepada laki-laki untuk menyakitinya.
Walaupun laki-laki tersebut berfikir
perumpuan tersebut itu juga layak
mendapatkannya.
Laki-laki tidak akan memukul Memukul bukanlah tanda cinta,
perempuan jika dia tidak sunggu- cinta
adalah
rasa
saling
sungguh mencintanya
menghormati dan mngasihi.
Hanya orang-orang yang miskin Kekerasan tidak hanya masalah
dan tidak peduli yang memukuli dan kemiskinan
dan ketidak
istrinya
pedulian.
Kekerasan
atau
kurangnya pendidikan dikota atau di
desa.
Karena kekerasan terjadi karena Alkohol
tidak
menyebabkan
laki-laki mabuk
terjadinya kekerasan, tetapi sering
membuat menjadi buruk. Kekerasan
sering terjadi dimana orang-orang
tidak meminum alkohol.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI41
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Kekerasan
meruaka
urusan
pribadi
mereka.
Kita
tidak
mempunya hak untuk mencampuri
urusan pribadi pasangan. Sudah
biasa didalam rumah tangga
terjadi pertengkaran anta suami
istri. Karenaya hal ini tidak perlu
dipermasalahkan
Sangat baik bagi anak-anak jika Bu
etap tinggal bersama suai. Dia
tetap dapat menjadi ayah yang
baik bagi mereka
Penganiyaan terhadap perempuan
bukanlah hal yangserius, hanya
dialami oleh sebagian kecil
perempuan dimuka bumi
Perempuan senang diperlakukan
kasar oleh pasanganya, kalau
tidak mungkinsudah pergi dari dulu
Kekerasan bukan hanya urusan
keluarga. Banyak perempuan yang
disakiti dan dibunuh. Kekerasan
adlah
masalah
social
dan
kesehatan komunitas.
Akibat sering terjadi pertengkaran
dalam rumah tangga, pihak yang
dirugikan biasanya istri, seperti
diceraiakan, tidak dinafkahi, diusir
dari rumah dll.
Tidak selalu baik bagi keluarga
ketika seorang istri tinggal bersama
dengan laki-laki yang melakukan
kekerasan. Dia akan mengajarkan
anak-anak dengan hal-hal yang
buruk ketika berhadapan dengan
perasaan, dan memperlakukan
perempuan. Dia tidak baik untuk
anak-anak jika dia tetap memukuli
ibu mereka atau mereka.
Tidak ada yang pasti berapa banyak
perempuan yang dianiaya, karena
sanga jarang dilaporkan. Angka
rata-rata
menunjukan
20-50%
perempuan
dalam
hubungan
perkawinan atau hubungan erat
lainnya mengalami kekerasan.
Tidak mudah bagi perempuan untuk
meninggalkan rumah tangganya.
Faktornya adalah rasa malu, takut
kepada si penganiaya, ketidak
mampuan menghidupi diri dan
anaknya,
hukum
agama dan
budaya
yang
mengikat.
Meninggalkan
rumah
tidak
menjamin bahwa ia akan bebas dari
si penganiaya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI42
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Pelaku kekerasan adalah orang Perilaku
yang keras
kekerasan tidak
selalu
bertindak kasar, sesudah terjadinya
kekerasan ian sering kali menyesal
akan perbuatannya, sikap lembut
dan
berjanji
tidak
akan
mengulanginya lagi.
Kekerasan terjadi karena suami Kekerasan dapat terjadi dimana
tidak bekerja
saja. Suami bekerja juga dapat
melakukan kekerasan
MATRIX 2
MITOS DAN FAKTA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK
MITOS
Kekerasan hanya terjadi pada
anak-anak orang lain
FAKTA
Korban kekerasan dpat terdiri dari
siapa saja dan dimana saja, dari
kelas social ekonomi mana saja,
jenis kelamin, agama maupun tepat.
Pelaku kejahatan terlihat bahaya, Pelaku biasanya dikenali oleh
jahat dan tidak dikenali oleh korba korban meliputi teman, tetangga,
guru, dll. Biasanya pelaku adalah
laki-laki
korban
biasanya
perempuan
Pelaku biasanya menggunakan Cara-cara kekerasan jarang sekali
cara-cara ekerasan
digunakan.
Pelaku
biasanya
menggunakan
ancaman
untuk
memaksa dan meyakini korba
bahwa orang lai tidak akan
mempercayai jika dia menceritakan
kepada orang lain.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI43
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Anak-anak cenderung berimajinasi Anak-anak jarang sekali berbohong
tentang
kekerasan
yang tentang
kekerasan
yang
dialaminya
dialaminya.
Anak-anak
akan
mengurungkan
niatnya
untuk
memberitahukan
ytentang
kekerasan yang dialaminya karena
tekanan dari keluarga.
Pelaku
biasanya
adalah Hanya sebagian kecil pelaku yang
Homosekual
merupakan
Homoseksual.
Umumnya
pelaku
adalah
heteroseksual tidak aktif dengan
orang dewasa.
Bila kekerasan tidak berhasil Trauma pada anak tetap terjadi
dilakukan maka anak tidak akan sekalipun kekerasan tidak terjadi.
mengalami trauma
Korban akan tetap merasa tidak
berdaya, terhin, marah, serba salah,
malu, dan keliru.
Kita boleh mempercayai yang tidak Pelaku tidak akan jera tanpa ada
akan melakukan kekerasannya upaya
terapi
untuk
kembali
menghentikannya.
Pendapat
terdahulu
menyatakan
bahwa
pelaku adalah anggota keliarga
sendiri, namun
temuan
baru
menunjuksn bahwa pelaku akan
melakukan kekerasan terhadap
orang lain(bukan keluarga sendiri).
Orang-orang seperti ini harus dapat
bantuan dari tenaga professional
Ibu dari korban selalu mengetahui Sebagian besar ibu tidak langsung
kekerasan yang dialami oleh mengetahui
kekerasan
yang
korban
dialami korban. Nemaun sering kali
menyalahkan
diri
setelah
mengetahui apa yang dialami
korban.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI44
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
RANGKUMAN
KEKERASAN PADA PEREMPUAN
1. Kekerasan fisik mengacu kepada pola menyakiti secara fisik yang
digunakan
untuk
mengontrol
perempuan.
Mencangkup
meninju,
memukil, menendang, melempar dengan benda. Kekerasan fisik
biasanya merupakan akumulasi perlakuan yang telah lama terjadi dan
bisa berakhir dengan kematian.
2. Kekerasan seksual atau control terhadap sekualitas perempuan
mencakup memaksa hubungan seksual, termasuk memaksa gaya seks
tertentu, berhbungan seks dengan orang lain dan hubungan seks tidak
aman.
3. Kekerasan emosi atau merendahkan perempuan, biaanya dengan katakata. Mencangkup kritikan pedas, mengancam, menyakiti, menyele, dll.
4. Kekerasan psikologi, biasanya menggunakan berbagai cara untuk
mengisolasi dan merendahkan rasa percaya didi sehinggah membuat
perempuan sangat tergantung
pada suami karena takut disakiti.
Mencangkup :
 Melarang perempuan bekerja diluar rumah.
 Membatasi akses terhadap keuangan.
 Melarang berhubungan dengan keluarga dan teman.
 Mengancam akan menyakiti orang yang disayangi.
 Terus-menerus memantau keberadaan perempuan.
5. KDRT, mencangkup pemukulan istri, pemerkosaan, kekerasan pada
anak, incest, kekerasan pada saudara kandung, kekerasan pada orang
tua dan kerabat yang cacat
6. Kekeraan terhadap mertua atau ipar dan pada pembantu
7. Kekerasan
institusi
biasanya
dilakukan
oleh
Negara,
berupa
pengabdian pelayanan social dasar, diskriminasi, kekerasan seksual dll
8. Diskriminasi pekerjaan yang dimanifestasikan melalui
kekerasan
seksual, praktik-praktk kepegawaian yang bias gender
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI45
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
9. Kekerasan media terjadi bila menempatkan perempuan sebagai objek
seks
10. Kekerasan seksual diruang public, mencangkup prositusi dan dan
penjualan anak perempuan
KEKERASAN PADA ANAK
1. Kekerasan fisik atau pemukula anak adlah segala tidakan secara
sengaja yang menyebabkan terjadiya luka sfisik.
2. Kekerasan
psikologi
atau
menyakiti
fungsi
intelektual
dengan
menggunakan kata-kata, termasuk mengutuk, menyepelekan, menolak
atau tindakan semacam lainnya.
 Menolak atau isolasi yang digunakan dengan cara terus menerus
mengkritik
anak,
memarahi
memarahi
tanpa
alasan
atau
menjauhkan dari kehidupan social dengan cara mengunci didalam
rumah.
 Mengancam engan menggunakan kata-kata atau hukuman berat
membuatnya takut dan tidak merasa aman.
 Berbohong dengan menyampaikan pemahaman konsep yang salah
sehinggah menghalangi
anakan mendapatkan pelajaan yang
sebernanya.
3. Kekerasan seksual mencangkup
menggoda, atau memaksa
seksual,prostitusi,
memperkerjakan, menggunakan,
anak untuk
terlibat
incest dengan anak-anak.
dalam aktifitas
Kekerasan seksual
mencakup meraba, masturbasi, kontak seksual juga meliputi prostitusi,
pornografi, dan exhibitionsm
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI46
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
B. SEBAB DAN AKIBAT KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN
ANAK
Ketegangan
Tekanan agama :
Penganiayaan : menyalahkan
pasangan dan seringkali
cemburu
masa bulan madu :
penganiayaan : merasa brsalahdan
sedih, mungkin menangis dan
memohon maaf, berjanji untuk
mengubah kelakuan, menunjukan
rasa sayang
Tekanan adat :
Korban : menyabarkan diri, merasa
was-was,merasa sudah selayaknya
dilakukan seperti itu,merasa wajib
menyelamakan RT.
KONTROL
Tekanan keluarga :
Koran : merasa bahagia dan
mempunyai harapan memberikan
pengertian terhadapa pasangan.
Tekanan keuangan :
Korban : merasa ketakutan
melepaskan rasa marahnya, dengan
jalan melawan sesudahnya merasa
tak berdaya dan depresi.
Hubungan
sosial
komunitas
Penganiayaan:
Korban : kemarahan yang meledak,
bermaksud mmberi pelajaran pada
pasangan, kemungkinan untuk lupa
akan ledakan amarah.
Riwayat individu
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI47
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Penyebab TKP-A merupakan hasil interaksi faktor dari tingkatan yang
berbeda di lingkungan social mulai dari riwayat pelaku itu sendiri,
hubungan dengan pasangan, masyarakat hingga norma yang berlaku.
Factor yang mempengaruhi kejadian KTP-A :
a. Budaya : norma, kepercayaan, dan pandangan yang melestarikan
kekerasan
b. Ekonomi : tingkat ketergantungan perempuan kepada laki-laki,
diskriminasi serta kurangnya akses perempuan terhadap sumber
daya
c. Hokum : kurangnya/tidak
adanya perlindungan
hukum yang
berpihak kepada perempuan
d. Politik : kurangnya representative perempuan dalam politik dan tidak
adanya niat pemerintah untuk memperhatikan masalah ini secara
serius
Pola relasi keluarga meliputi :
 Dimensi kekuasaan dalam perkawinan : ditentukan oleh iapa yang
paling berpengaruh dan memiliki otoritas.
 Konsep patriakis menjad akar terjadinya KTP-A dibentuk, diperkuat,
dan diabadikan oleh lembaga-lembaga osil politik sehingga menjadi
suatu keyakinan bahwa laki-laki memiliki kekuatan dan kendali atas
perempuan dan anak-anak.
Banyak penelitian menunjukan bahwa kekerasa berdampak serius
pada kesehatan fisik perempuan dan anak. Akibat kekerasan yang
teruss menerus dialaminya, perempuan dan anak tidak bisa mengalami
berbagai macam kesakitan. Permasalahan kesehatan yang biasanya
dialami perempuan dan anak korban kekerasan adalah:
 Permasalahan fisik.
 Permasalahan mental dan emosi.
 Permasalahan kesehatan reproduksi.
Dampak KTP terhadap aspek lain :
 Konsekuensi kekerasan terhadap keluarga.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI48
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
 Dampak terhadap kemunitas.
 Dampak terhadap perkembangan social.
TUGAS DISKUSI
Identifikasi kebijakan pemerintah dalam KTP-A, meliputi :
 Kekerasan seksual.
 Perkosaan.
 Kekerasan dalam rumah tangga.
 Aborsi.
 Perdagangan perempuan.
 Pelecehan seksual.
 Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI49
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
C. PENATALAKSANAAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
DAN ANAK
Manajemen kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang di
titikberatkan pada tempat pelayanan kesehatan:
a. Menilai adanya bahaya yang mengancam “korban kekerasan” bila
ditemukan perlu dibantu untuk melakukan upaya penyelamatan diri.
Menyediakan tempat sementara untuk menyelamatkan diri.
b. Memberikan pelayanan yang memadai “memberikan kontrasepsi
darurat dan terapi terhadap korban pemerkosaan”.
c. Mencatat keadaan korban secara lengkap.
d. Menyusun rencana penyelamatan diri bagi korban.
e. Memberitahu korban tentang hak-haknya “Seseorang Tidak Layak
Untuk
Mendapat
Seseorang
Perlakuan
Berhak
Buruk
Mendapat
Dengan Kekerasan Dan
Pertolongan
Bila
Mengalami
Kekerasan”.
f. Merujuk korban ke pelayan kesehatan yang tersedia dilingkungan
korban.
Untuk mengeliminir dan menghapus kekerasan terhadap perempuan dan
anak maka kita perlu mendukung
deklarasi pemikiran negara dan
masyarakat untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Selain itu korban mempunyai hak untuk melindungi diri dan atau anakanaknya serta siapapun tidak pantas untuk mengalami kekerasan atau
ancaman. Dengan adanya berbagai kekerasan yang terjadi maka setiap
masyarakat harus mengetahui dan memahami jejaring atau networking
KTP-A diantaranya:
a. Guna memupuk kesadaran untuk melawan kekerasan perlu dijelaskan
tentang hak-hak korban.

Perlindungan
dari
pihak
keluarga,
kepolisisan,
kejaksaan,
pengadilan, advokat, dll.

Pelayan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI50
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo

Penangan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban.

Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap
tingkat proses pemeriksaan.

Pelayanan bimbingan rohani.
b. Pemerintah RI memiliki kewajiban sebagai negara hukum dalam rangka
mencegah, merumuskan kebijakan, dan penghapusan kekerasan
terhadap
perempuan
dan anak
demikian juga
para gubernur,
walikota/bupati, camat, kepala desa, sampai RT/RW.
c. Mengetahui kewajian kepolisian sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagai pelindung masyarakat dalam rangka penghapusan kekerasan
terhadap perempuan dan anak.
d. Kewajiban pekerja sosial dalam memberikan pelayanan perlindungan,
koordinasi guna mencoba, menangani kekerasan terhadap perempuan
dan anak, perlindungan, dan kerjasama
e. Kewajiban relawan pendamping dalam tingkat penyidikan, penuntunan
dalam pemeriksaan keadilan.
f. Women Crisis Centring (WCC) sebagai upaya mengatasi kekerasan
dalam rumah tangga terhadap perempuan dengan kejahatan yang
bersifat penyadaran, penyembuhan
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI51
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsana, Meiwita Dan Herna Lestari. Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN, Yayasan AIDS Indonesia, The
World Bank, 2001.
Center for population and policy Studies, Gadjah mada Universty (CCPSUGM). Factsheet. Female Genital Cuting: reflection of A Social
Construction of sexuality among Javanese and madurese. CCPSUGM, 2003).
Cottingham, jane et.al. transforming Health system: Gender and Rights in
Reproductive Health. A Training curriculum for health managers.
Switzerland: WHO,2001.
Departeman Kesehatan RI. Pedoman dan Pencengahan kekerasan
perempuan di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta :2002.
Departemen Kesehatan RI. Program kesehatan Reproduksi dan Pelayanan
Integratif di tingkat pelayanan Dasar . Jakarta: RI,2001.
Departemen Kesehatan RI. Survei kesehatan Rumah tangga (SKRT) 2001
dalam Soemantri S., Setyowati, Titiek. “Tinjauan kembali Angka
kematian
ibu
Indonesia.”
Disajikan dalam
pertemuan
Ditjen
Binkesmas 10 maret 2003.
Departemen Kesehatan, Materi pelatihan Bimbingan dan Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Petugas kesehatan (pegangan
Bagi pelatih), Departemen Kesehatan RI,2000
Depkes dkk. Kebijakan dan strategi Nasional Reproduksi di Indonesia.
Jakarta: Depkes, MenegPP, Depdiknas, Depsos, BKKBN, UNFPA,
WHO, 2005.
Dixon-Mueller, R. “The sexuality Connection in Reproductive
Health” in
Zeidenstein & Moore. In Learning About Sexuality: A practical
Beginning. New York: The Population Council, 1996.
Djajadilaga, .A.B. Saifudin , S.F. Daili, dkk. Langkah-Langkah Praktis Paket
Pelayanan Kesehatan Djauzi, Samsuridjal dan Z.Djoerban (eds).
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI52
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo
Penatalaksanaan infeksi HIV di pelayanan Kesehatan Dasar-Edisi
kedua. Jakarta: Balai penerbitan FKUI, Jakarta, 2003.
Felix, Maria Leny E and R. Dela Paz-Ingente, Protecting women and
Children : A Handbook on Community-Based Response to Violence.
Philiphines
: Center of Reproductive
Health
Leadership and
Development, Inc, 2003.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (Meneg PP
RI). Paduan Perkembangan Pusat Kritis Berbasis Masyarakat.
Jakarta:Meneg PP RI 2002.
Komala, Leila Ratna. Program Nasional bagi Anak Indonesia 2012. Buku I
Ringkasan eksekutif. Jakarta : Kelompok Kerja Penyusun PNBI 2012.
Komnas Perempuan, Dampak Kelembanan Pengesahan RUU A-KDRT :
303 Lembaga Membantu Perempuan Korban Kekerasan Tanpa
Dukungan Landasan Hukum.jakarta Komnas Perempuan 2004.
Komnas
Perempuan.
Peta
kekerasan:
Pengalaman
Perempiuan
Indonesisa . Jakarta : Komnasa Perempuan, 2002.
LPK2 Fatayat NU, Ford Fundation. “ Buku Panduan Konseler tentang
Kekerasan Dalam Rumah tangga”. Jakarta, 2003.
MOH – RI and WHO. Indonesia Reproductive Health Profile 2003. Jakarta:
MOH and WHO, 2003.
WHO. Transforming health systems: gender and rights in reproductive
health. Geneva: WHO, 2001
Widjarnako, Mochammad.
Seksualitas Remaja.
Jogjakarta: Pusat
Penelitian Kependudukan UGM.
Yayasan Mitra Inti (YMI). Kekerasan Terhadap Perempuan (Violence
Againts Women). Fact Sheet. Jakarta: YMI,2003
Yayasan Mitra Inti (YMI). Tujuan Pembangunan Milenium. Fact Sheet.
Jakarta: YMI, 2005
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
KESEHATAN REPRODUKSI53
Download