MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI DISUSUN OLEH TIM PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO TAHUN 2013 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo DAFTAR ISI Daftar Isi ............................................................................................................... 2 Pendahuluan ........................................................................................................ 3 Kegiatan Belajar 1 : Konsep Kesehatan Reproduksi dan Hak-Hak Reproduksi, Serta Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Kesehatan Reproduksi....................................................................................... 5 Kegiatan Belajar 2 : Seksualitas Dalam Kerangka Pikir Gender ................ 23 Kegiatan Belajar 3 : Kesehatan Reproduksi Remaja.................................... 32 Kegiatan Belajar 4 : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak .............. 38 Daftar Pustaka..................................................................................................... 52 MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI2 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo PENDAHULUAN A. Gambaran Isi Panduan Panduan ini bertema konsep Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas, untuk digunakan pada mata ajaran Kesehatan Reproduksi. Pada setiap akhir pelajaran, mahasiswi ditugaskan untuk menjawab soal-soal tes uji kemampuan diri yang beguna bagi pengajar untuk menilai sejauh mana mahasiswi telah memahami materi. Panduan ini dirancang untuk mendukung pengajar dalam variasi penyampaian materi sehingga tidak membosankan mahasiswi. Pelajaran pertama berisi tentang ruang lingkup kesehatan dan hakhak reproduksi, serta kebijakan pemerintah Indonesia mengenai kesehatan reproduksi. Pelajaran kedua menjelaskan kerangka piker Dixon-Mueller tentang seksualitas, tradisi Indonesia terkait dengan seksualitas serta pembagian peran di masyarakat berdasarkan gender. Pelajaran ketiga membahas tentang kesehatan reproduksi remaja meliputi ciri-ciri perkembangan remaja, perubahan-perubahan yang terjadi, pengaruh buruk akibat hubungan seks pra nikah dan permasalahan yang terjadi serta perlunya pembinaan sehinggat dapat melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan. B. Tujuan Umum Pada akhir pembahasan modul ini, mahasiswi diharapkan memahami konsep-konsep dan teori tentang kesehatan reproduksi, seksualitas, dan kesehatan reproduksi remaja, kekrasan terhadap perempuan dan anak, serta keterkaitannya dengan isu-isu kesetaraan (equity), keadilan (equality), dan mitos-mitos yang berkembang. C. Tujuan Khusus Mahasiswi diharapkan mampu : 1. Menjelaskan kesehatan reproduksi (KR) dan hak-hak reproduksi secara global dan implementasinya di Indonesia; MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI3 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 2. Menjelaskan keterkaitan seksualitas dan gender dalam setiap elemen kesehatan reproduksi. 3. Menjelaskan kesehatan reproduksi remaja dan implementasi dalam kehidupan remaja 4. Menjelaskan dan mengidentifikasi kekerasan terhadap perempuan dan anak D. Petunjuk Penggunaan Panduan 1. Mengajar wajib menguasai materi modul mahasiswi sebelum masuk kelas. 2. Mahasiswi diminta menjawab pertanyaan pada uji kemampuan diri (self-check test), dan melakukan kegiatan yang tercantum pada akhir setiap sesi. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI4 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo KESEHATAN REPRODUKSI Konsep Kesehatan Reproduksi dan HakHak Reproduksi, Serta Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Kesehatan Reproduksi MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI5 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Pelajaran 1. Konsep Kesehatan Reproduksi dan Hak-Hak Reproduksi, Serta Kebijakan Pemerintah Indonesia Mengenai Kesehatan Reproduksi A. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI Isu kesehatan reproduksi tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai yang sudah tertanam pada setiap orang, contoh ;’’ setiap anak laki-laki berharga dibandingkan anak perempuan sehingga porsi dan kualitas makanan untuk anak laki-laki lebih diprioritaskan dibandingkan untuk anak perempuan 1. Definisi Sehat Keadaan sejahtera sempurna fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya terbabas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 1948). Sehat berarti bukan sekedar tidak adanya penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk melalui proses reproduksi. Jadi, perempuan dan laki-laki berhak mendapatkan standar kesehatan setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang telah diakui dunia internasional 2. Definisi Kesehatan Reproduksi Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICPD Kairo, 1994). Artinya perempuan juga berhak menikmati kehidupan seksual yang memuaskan dan aman, serta berhak memutuskan kapan dan berapa sering hamil dan melahirkan, berhak mendapatkan akses terhadap metode pengaturan kesuburan yang aman, efektif, dan terjangkau dan laki-laki juga wajib tahu dan menggunakan kontrasepsi. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI6 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 3. Sejarah Konsep Kesehatan Reproduksi 1954 dan 1965 Pembicaraan mengenai pertumbuhan penduduk yang cepat pada pertemuan PBB. 1960 Program Keluarga Berencana (KB) mulai diperkenalkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Internasional (IPPF), dan mendapatkan dukungan dari banyak negara. 1975-1985 Isu kependudukan diakibatkan efek samping program KB. 1975 Konferensi Perempuan ke-2, pembahasan mengenai isu perempuan. 1985 Konferensi Perempuan ke-3, isu gender mulai dibahas. 1993 Konferensi PBB di Wina, mendiskusikan hak asasi manusia dari perspektif gender- belum ditekankan hakhak kesehatan reproduksi dan seksual sebagai bagian dari hak asasi manusia. 1994 konferensi Internasional pembangunan reproduksi (ICPD) dan penekanan Kependudukan Kairo, seksualitas pada dan mengadopsihak-hak perempuan peningkatan dengan kualitas hidup. Pelayanan KB harus terintegrasi. 2001 Perubahan kebijakan pemerintah Amerika Serikat oleh George Bush yang menentang promosi kesehatan dan hak kesehatan reproduksi mempengaruhi hasil telaah Lima Tahunan ICPD+5 tahun 1999. 2001-2004 Perjuangan mengamandemenkan UU no. 23/1992 dengan memasukan BAB tentang kesehatan reproduksi. 2003 BKKBN mengajukan amanemen UU no.10 yang mengeliminasi perempuan pengguna KB dan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI7 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo memasukan izin tertulis dari suami unutk pemasangan IUD. April 2004 Komisi VII DPR telah menyetujui Draft Amandemen UU Kesehatan no. 23/1992 dengan termuatnya hal mengenai kesehatan reproduksi. 4. Tujuan Pembangunan Milenium : a. Menghapuskan tingkat kemiskinan dan kelaparan b. Mencapai pendidikan dasar secara universal c. Mendorong kesetaraan gender dan memeberdayakan perempuan d. Mengurangi tingkat kematian anak e. Meningkatan kesehatan ibu f. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya g. Menjamin keberkelanjutan lingkungan serta merehAbiliitasi sumber daya yang hilang h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan Tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan kewenangan bidan : Menurunkan angka kematian bayi sebanyak 2/3 pada tahun 2015 Menurunkan angka kematian ibu sebanyak ¾ pada tahun 2015 Pencegahan dan penyebaran HIV/AIDS pada tahun 2015 5. Kesimpulan : Kesehatan reproduksi tidak semata-mata tidak adanya penyakit atau kecacatan tetapi terbebas dari segala gangguan fisik, mental, dan sosial yang terkait dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pertemuan ICPD menjadi tonggak penting karena memperkanalkan konsep hak seksualitas dan reproduksi sebagai hak asasi perempuan Belum ada pencapaian bermakna di Indonesia dari sisi landasan hukum yang melindungi hak seksualitas dan reproduksi perempuan. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI8 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo LEMBAR KASUS Sungai Berbuaya Nona dan Abi adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Mereka tinggal di suatu daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai yang penuh dengan buaya. Meskipun tempat tinggal mereka dipisahkan oleh sungai itu, mereka dapat saling berkunjung menyeberangi sungai melalui jembatan kecil Pada suatu hari Sinbad seorang pelaut berlayar di sepanjang sungai itu mendekati tempat tinggal Nona. Nona memanggilnya dan meminta mengantarkannya ke seberang sungai untuk menjumpai Abi. Sinbad merasa gembira atas permintaan itu dan berkata;”Tentu saja! Saya dengan senang hati membawamu ke seberang, tetapi ada syaratnya, kau harus tidur denganku dulu!”. Nona menangis mendengar syarat yang diajukan Sinbad. Dia belum pernah berhubungan seks dengan siapapun. Dia memutuskan untuk meminta hasihat dengan seorang teman yang bernama Iwan. Ternyata Iwan bersikap acuh tak acuh dan dingin terhadap persoalan ini. Dia hanya berpangku tangan dan berkata pada Nona;”itu urusanmu, saya tak ingin terlibat”. Jawaban Iwan yang begitu dingin membuat Nona berpikir berkali-kali mengenai masalah yang dihadapinya itu. Akhirnya Nona memutuskan untuk memenuhi tuntutan Sinbad. Ketika akhirnya Nona bertemu dengan Abi pada hari berikutnya, diceritakannya kepada Abi semua yang telah terjadi dan bagaimana sulitnya dia berjuang untuk membuat keputusan ini. Abi sangat marah atas apa yang telah dilakukan Nona dan dia mengusir gadis itu supaya tidak kembali lagi. Gadis malang itu berlutut dan merangkul Abi sambil menangis, memohon supaya Abi tidak meninggalkannya, tetapi MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI9 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo anak muda itu menghiraukannya. Maka Nona pergi kepada teman lainnya yang beranama Badi. Setelah diceritakannya kisahnya dari awal sampai akhir, Badi memutuskan untuk menemui Abi. Dia mengahajar Abi hAbishAbisan… Bagaimanapun juga, mengapa seseorang seperti Abi sampai hati memperlakukan gadis semanis Nona sedemikian itu? Pertanyaan untuk diskusi kelompok: 1. Dari kelima orang ini, siapakah yang anda anggap paling bersalah ? 2. Buatlah unrutan (ranking) dari kelima itu berdasarkan berat ringannya kesalahan masing-masing. 3. Ajukan alasan-alasan mengapa anda sampai pada urutan yang demikian? MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI10 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo B. PENDEKATAN SIKLUS HIDUP Identifikasi Permasalahan menurut Tahapan Siklus Kehidupan: Bayi dan Anak-anak (<10 tahun); pengutamaan jenis kelaimin, kurang gizi (malnutrisi), sunat perempuan dan kekerasan. Remaja (10-19); pelecehan dan kekerasan seksual, perdagangan anak dan perempuan, kehamilan usia dini, aborsi tidak aman, dan ISR/IMS/AIDS. Dewasa usia reproduksi (20-49 tahun; kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak aman, ISR/IMS/HIV/AIDS, dan kekerasan berbasis gender termasuk pelecehan/kekerasan seksual. Usia lanjut (50+ tahun); kehamilan usia lanjut, kekerasan, menopause, ISR/IMS/HIV/AIDS, dan masalah-masalah seksualitas. Hal-hal yang mempengaruhi permasalahan kesehatan reproduksi: Nilai-nilai sosial budaya; misalnya menganggap perempuan tidak berharga. Kemiskinan dan angka melek huruf laki-laki dan perempuan. Pendidik; prioritas diberikan kepada anak laki-laki. Hukum dan kebijakan yang sering kali tidak berpihak pada perempuan; misalnya UU no. 23/1992 tentang kesehatan dan amandemen UU no. 10/1992 tentang Kependudukan. Dampak kekerasan terhadap kesehatan fisik dan psikologis menurut siklus hidup. Lingkungan Informasi dan pelayanan. Kesimpulan : Perempuan mengalami kondisi tidak menguntungkan sepanjang hidupnya. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian kepada masalah kesehatan reproduksi perempuan sejak masih dalam kandungan hinga lanjut usia. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI11 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo C. ELEMEN-ELEMEN PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI 1. Elemen Kesehatan Reproduksi : a. Pelayanan dan konseling, informasi, edukasi dan komunikasi KB yang berkualitas; b. Pelayanan prenatal, persalinan dan postpartum yang sama, termasuk menyusui; c. Pencegahan dan penanganan Aborsi tidak aman. d. Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hokum; e. Pengobatan ISR/IMS dan kondisi lain dalam sitem reproduksi; f. Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua yang bertanggung jawab serta kesehatan reproduksi dan seksual; g. Penceganahan secara aktif praktik-praktik berbahay seperti sunat perempuan/ mutilasi kelaminan; h. Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, Kehamilan, persalinan dan aborsi, kemandulan, ISR,IMS dan HIV/AIDS, serta kanker Kandungan; i. (Jika mungkin) program kesehatan reproduksi dan KB harus meliputi fasilitas diagnosis dan pengobatan IMS seiring dengan meningkatnya penularan HIV. 2. Hak Asasi Dalam Hubungannya Dengan Hak Reproduksi a. Hak-hak Reproduksi menurut ICPD kairo 1994 : 1.) Hak pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggumg jawab jumlah dan jarak kelahiran anakanaknya 2.) Hak untuk mendapat pelayan dan informasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas; dan 3.) Hak untuk membuat keputusan yang terbebas dari diskriminasi, paksaan atau kekerasan. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI12 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo b. 12 hak-hak Reproduksi, menurut IPPF: 1. Hak untuk hidup; kehidupan perempuan tidak terancam risiko kehamilan/persalinan 2. Hak untuk mendapatkan kebebasan dan keamanan ; tidak menjadi objek mutilasi genital perempuan, pemaksaan kehamilan, sterilisasi, atau aborsi. 3. Hk atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi ; termasuk kehidupan seksual dan reproduksi seseorang. 4. Hak privasi ; seluruh pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi harus menjamin kerahasiaan dan perempuan memiliki hak memilih atas otonomi reproduksi 5. Hak kebebasan berpikir; kebebasan dari interprestasi teks agama, kepercayaan, filosofi dan budaya, yang menjadi alat untuk membatasi kebebasan berpikir tentang masalah seksualitas, kesehatan reproduksi dan isu lainnya. 6. Hak atas informasi dan edukasi; yang terkait dengan kesehatan seksual dan reproduksi bagi semua, termasuk akses untuk mendapatkan informasi tentang manfaat, risiko, dan efektifitas dan seluruh dan metode pengaturan kesuburan, sehingga seluruh keputusan didasarkan atas persetujuan (informed consent). 7. Hak memilih untuk menikah atau tidak dan untuk membentuk dan merencanakan sebuah keluarga. 8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak 9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan; hak klien untuk memperoleh standar kesehatan yang setinggi- tingginya, dan hak untuk terbebas dari praktik tradisional yang membahayakan kesehatan. 10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan; hak seksualitas dan kesehatan reproduksi klien untuk meniikmati MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI13 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo teknologi kesehatan reproduksi yang aman, efektif dan dapat diterima 11. Hak atas kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik. 12. Hak untuk terbebas dari penyiksaan dan salah pengobatan; hak perempuan, laki-laki dan remaja untuk dilindungi dari kekerasan, eksploitasi dan penyiksaan seksual dan salah pengobatan. c. Hak-hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah: 1. Hak-hak sipil dan politis (hak untuk memberikan suara, hak untuk hidup, hak bebas dari tekanan, hak untuk mendapatkan informasi) 2. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (hak untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, standar hidup yang sehat fisik dan mental) Pemerintah mempunyai 3 tingkat peraturan dalam memenuhi hak : 1. Menghormati HAM yang berarti pemerintah tidak melakukan kekerasan 2. Melindungi HAM yang berarti pemerintah membuat suatu hukum yang mengatur mekanisme untuk melindungi kekerasan 3. Memenuhi HAM yang berarti pemerintah membuat suatu tindakan yang bertahap dan ditempatkan dalam suatu peraturan yang prosedural (sesuai prosedur) dalam suatu institusi. Komitmen pemerintahan indonesia di tingkat internasioal terhadap hak asasi perempuan: 1. Kebijakan untuk pemberdayaan mempertahankan perempuan pada keberadaan kementrian setiap periode kabinet pemerintah hingga saat ini. 2. Membentuk komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI14 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 3. Menerbitkan kebijakan negara untuk menerapkan pengarus Utamaan Gender (Gender Mainstreaming) dalam perencanaan pembangunan melalui intruksi presiden nomor 9 tahun 2000 3. Sejarah hak kesehatan reproduksi : < 1960 beberapa konseus PBB tentang populasi tapi tidak memfokuskan pada hak konveksi tentang perempuan, namun tidak fokus pada HAM atau isu yang mempedulikan reproduksi dan seksualitas. < 1960 Komferensi HAM I di teheran menyebutkan adanya hak untuk menentukan jumlah dan jarak anak. < 1993 Konferensi HAM II di viena mulai membuat tahapan mengenai hasil konvensi menegaskan hak di kairo dan beijing yang perempuan adalah HAM yang memangkas semua bentuk diskriminasi berdasarkan seks harus menjadi prioritas pemerintah Beberapa hak yang digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan gender dalam kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual: 1) Hak untuk hidup 2) Hak untuk aman 3) Hak untuk privacy 4) Hak untuk mendapatkan keuntungan dari perkembangan penelitian 5) Hak meminta, menerima dan memberi informasi 6) Hak untuk mendapatkan pendidikan 7) Hak untuk sehat 8) Hak untuk kesetaraan dalam perkawinan dan perceraian 9) Non diskriminasi MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI15 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo LEMBAR KASUS Mengapa Lena Meninggal ? Lena seorang perempuan berasal dari sebuah dusun nelayan pantai utara .Masyarakat dusun kecil itu mayoritas bekerja sebagai buruh nelayan yang pendapatannya tergantung pada laut , cuaca dan upah dari pemilik perahu . Di ujung kampung ada sebuah rumah kecil tempat seoang mantri memberikan layanan kesehatan . Menjelang matahari terbenam dikampung nelayan tersebut, suasana terasa menyenangkan bagi Lena. Ia bermain dan belajar mengaji bersama teman-temannya . ustadznya selalu mengajarkan kebaikan , bagi santri-santri belia itu. Kepada mereka ditanamkan nilai-noialai kebaikan,menjaga hubungan harmonis dengan tetangga, berbakti,taat tidak membantah orang tua. Khusus pada anakanak pada anak perempuan diajarkan agar menyiapkan diri untuk brumah tangga dan berbakti kepada suami. Suami adalah kepala rumah tangga sehingga kelak jika sudah berkeluarga harus tunduk pada perintahnya. Keluarga Lena tergolong miskin, ayahnya sakit encook,kakinya pegal-pegal sepanjang hari sehingga tidak bias dituntut untuk bekerja keras. Satusatunya sumber penghidupan berasal dari ibunya yang bekerja sebagai buruh cuci pada keluarga-keluarga pemilik perahu. Sebagai anank perempuan satu-satunya dari enam bersaudara, Lena diharapkan orang tuanya segera mendapatkan jodohagar tidak mendapat julukan perawan tua. Ayah Lena menganggap bahwa perkawinan anak perempuan berarti bias mengurangi beban keluarga karena hidup perempuan adalah tanggung jawab suaminya. Menjelang hari raya Idul Adha , Lena genap berusia 14 tahun .Ayahnyamenjodohkan Lena seorang pemuda yang baru dating dari perantaun.Pemuda bernama Badri kemudian menikahinya. Tahun pertama perkawinannya , Badri masih kerja merantau,hanya tiga bulan sekali iapulang. Pada akhir tahun Lena dinyatakan positif hamil. Mereka menyambut gembira, lengkaplah Lena sebagai perempuan , ia bias MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI16 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo memberikan anak kepada suami dan dan memmberikan cucu kepada orang tuanya. Selama hamil ia memeriksakan kandungannya kepada pak mantra, satusatunya tenaga kesehatan yang bias dijangkau. Menjelang kehamilannya berusia Sembilan bulan,Lena sakit,perutnyakejang,lemas tidak bertenaga. Ia mengalami pendarahan berkepanjangan. Suaminya kebetulan sedang berada di rumah,tetapi ia tidak memmbawa Lena ke tempat praktik bidan yang adanya hanya di kecamatan dan letaknya cukup jauh.Badri malah menyalahkan Lena yang tidak hati-hati menjaga diri dan menghabiskan banyak uang untuk periksa ke pak mantra. Ayah Lena juga mengatakan bahwa melahirkan adalah kejadian biasa, jadi tidak perlu rebut- ribut.Buktinya, istrinya telah melahirkan enam anak tanpa satu kalipun prtolongan dari bidan. Maka mereka memutuskan tidak membawa Lena kebidan, karena semua akan berjalan alamiah. Setiap perempuan pasti bias melahirkan tanpa harus dimanjakan. Selang dua hari sakit berlangsung,Lena sudah kehabisan darah dan meninggal. Semua berduka, diluar duka mereka tersimpan harapan terhadap Lena nantinya asuk surga karena mati melahirkan bayi diyakini oleh mereka adalah mati syahid. (Disarikan dari berbagai pengalaman di lapangan) MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI17 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo D. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN INDONESIA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI 1. Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRE) Komponen paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKRE): a. Kesehatan ibu dan anak (KIA) b. Keluarga berencana (KB) c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) / infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS (yang terpadu dengan (1) dan/ atau(2) d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR) e. Penyempurnaan paket pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif (PKRK) f. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi usia lanjut, terutama untuk deteksi gangguan gizi atau tanda-tanda keganasan (kanker) 2. Komponen Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRE) a. Komponen pertama; penting untuk menurunkan angka kematian/kesakitan ibu dan bayi. Namun tidak mudah diterapkan jika pengambil keputusan dikeluarga bukanlah orang yang memahami maslaha kesehatan maternal atau kebutuhan keluarga yang berkaitan dengan kesehatan maternal. b. Komponen kedua; kunci utama dalam penyelesaian permasalahan kesehatan reproduksi melalui kontrasepsinya. c. Komponen ketiga; pengobatan ISR/IMS/HIV/AIDS. Pelajanan ini sangat penting namun menjadi isu kontrofersial karena perempuan biasanya enggan memeriksakan organ genitalnya. Sedangkan kejadian ISR/PMS cenderung meningkat. d. Komponen kelima; banyak perempuan kelompok usia lanjut yang mengalami gangguan gizi serta menderita keganasan (kanker) akibat tidak terdeteksi sejak dini. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI18 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Kesehatan reproduksi remaja menjadi focus karena kelompok remaja merupakan kelompok yang terpinggirkan tidak adanya akses terhadap pelayanan daan informasi/konseling kesehatan reproduksi, akibatnya banyak remaja yang mengalami masalah kesehatan reproduksi (ISR/IMS/HIV/AIDS) atau mengalami kehamilan tidak diinginkan. E. SITUASI KESEHATAN REPRODUKSI DI INDONESIA a. Situasi Kesehatan Reproduksi di Indonesia Alokasi dana kesehatan: alokasi dana pemerintahan untuk pembiayaan kesehatan kecil sekali (<3% dari total APBD). Masih kurang dari batas minimal yang ditentukan oleh badan kesehatan sedunia (WHO) yaitu 5%. Sebagian besar dana digunakan untuk upaya-upaya pengobatan (kuratif). Dampak krisis ekonomi tahun 1998 berdampak pada penyediaan pelayanan kesehatan oleh pemerintah pusat dan daerah, serta meningkatkan kemiskinan. Kemiskinan semakin menurunkan derajat kesehatan perempuan dan anak karena tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Perbedaan gender juga mempengaruhi kesehatan reproduksi seseoran. Dalam kondisi ekonomi yang rendah, prioritas pendidikan diutamakan kepada anak laki-laki. Kebanyakan anak perempuan yang tidak duduk di bangku sekolah lagi, membantu keluarga mengurus anggota keluarga lainnya ataupun dinikahkan. Pernikahan tidak jarang dilakukan di usia dini saat tubuh belum siap melalui proses reproduksi. Hukum di Indonesia belum menjawab kebutuhhan perempuan dan memenuhi hak-hak reproduksinya. UU No. 10/1992 tentang kependudukan masih bersifat diskriminasi, perempuan lajang tidak bisa mendapatkan akses pelayanan KB. Undangundang No. 23/1992 tentang kesehatan tidak dapat MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI19 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo diimlementasikan karena banyak pasal-pasalnya yang penerapannya memerlukan peraturan pemerintah. Bidan sebagai pemberi layanan masyarakat terdepan menunjukan keprihatinan. Penghasilan yang tidak memadai sehingga diperkirakan akan banyak bidan yang meninggalkan posnya. b. Kendala dan Tantangan yang Dihadapi: Kematian ibu, dengan kematian ibu (AKI) 307 per 100.000kelahiran hidup, Indonesia menduduki tempat tertinggi di ASEAN (data SDKI 2002-2003). Angka ini tidak banyak berubah sejak sepuluh tahun terakhir padahal Indonesia memiliki komitmen internasional untuk menurunkan AKI ¾-nya-dari AKI tahun 1990 (MDG) Hanya 66% persalinan kesehatan,sementara yang dibantu oleh tenaga persentase mereka yang mendapatkan asuhan ante-natal minimal 4 kali sebesar 81% berdasarkan SDKI 2002-2003 (BPS, 2003). Artinya ada factor lain yang berperan dalam mengambil keputusan memilih penolong persalinan. Perdarahan merupakan penyebab tertinggi angka kematian ibu (AKI) (WHO, 2004). Di Negara berkembang khususnya Indonesia,sering terkait dengan keterlambatan (Depkes, FKMUI, dan WHO, 1997:17) baik dalam memutuskan mencari pelayanan,mencapai fasilitas kesehatan, dan menerima pelayanan yang tepat (Thaddeus dan Maine, 1994:1092). Aborsi tidak aman merupakan salah satu penyebab tingginya AKI (Depkes, 2000). Walaupun angka nasional menunjukan aborsi berkontribusi 11,1% (SKRT 1995) terhadap kematian ibu,namun angka sesungguhnya bisa lebih tinggi karena banyak kejadian yang tidak tercatat. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI20 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Masih dijumpai pernikahan usia belia (<16 tahun) yang meningkatkan remaja berisiko kepada kematian dan kesakitan 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan remaja yang menikah di usia 20 tahun. Walaupun usia nikah pertama meningkat dari 17,7 pada tahun 1991 menjadi 18,6 pada tahun 1997 (GOI & UNICEF 2000),ternyata belum menunjukkan dampak positif. Tidak adanya akses remaja terhadap informasi yang benar serta pelayanan kesehatan reprodusi sehingga banyak remaja yang mengalami resiko-resiko kesehatan reproduksi seperti tertular ISR/IMS/HIV/AIDS atau kehamilan tak diinginkan. Angka kesuburan total di Indonesia menurut dari 5,6 (1967/70) menjadi 2,6 (2002/03). Meskipun demikian, belum tersedia konseling dan pelayanan KB yang memadai. Sehingga tingkat kegagalan menjadi meningkat. Perempuan yang mengalami kegagalan KB dapat berakhir dengan tindakan aborsi apabila terjadi kehamilan. Fakta menunjukkan bahwa infeksi menular seksual ternyata juga ditemukan pada kelompok berisiko rendah (ibu rumah tangga). Sehingga penyakit “bukan perempuan baik-baik.” Banyak perempuan tidak menyadari penyakit ini hingga berkembang menjadi kronis. Hal yang sama ditemukan pada kasus HIV/AIDS. Menepis kepercayaan lama bahwa HIV/AIDS hanya ditemukan pada kelompok menunjukan homoseksual, angka data angka hingga terbanyak Desember akibat 2003 hubungan heteroseksual. Peningkatan juga pada kelompok pengguna narkoba jarum suntik dan penularan dari ibu ke anak. Belum adanya penapisan kanker rahim yang mudah diakses oleh perempuan di pedesaan dan masih mahalnya biaya untuk melakukan screening tersebut. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI21 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Sedikit sekali peran laki-laki dalam ber-KB. Peran laki-laki dapat ditingkat dengan berperan aktif menggunakan alat kontrasepsi, mendukung perempuan memilih metode KB terbaik dan meningkatkan komunikasi antara pasangan. Kekerasan terhadap perempuan merupakan isu kesehatan masyarakat yang sering terabaikan. Walaupun tidak ada data nasional tentang kekerasan terutama dalam lingkungan rumah tangga di Indonesia, namun database sejumlah pusat krisis perempuan (Women Crisis Center/WCC) dan pusat krisis rumah sakit menunjukkan peningkatan Masih ditemukannya kawin paksa terjodohkan. Hal ini menunjukkan perempuan tidak memiliki hak memilih, yang akan berdampak pada tindak memiliki kemampuan untuk menongtrol seksual dan bernegosiasi dengan pasangannya hingga bisa menimbulkan KDRT. Belum adanya pelayanan kesehatan reproduksi untuk perempuan di daerah konflik atau darurat, padahal dalam kondisi tersebut, perempuan sangat membutuhkan pelayanan kesehatan reproduksi seperti yang disepakati dalam konvensi penduduk di Kairo tahun 1994. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI22 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo KESEHATAN REPRODUKSI SEKSUALITAS DALAM KERANGKA PIKIR GENDER MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI23 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Pelajaran 2. Seksualitas Dalam Kerangka Pikir Gender 1. SEKSUALITAS DALAM KERANGKA PIKIR GENDER – DIXON MUELLER’S FRAMEWORK Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Sensitif gender Mengutamakan kepentingan klien Seksualitas Promosi Kesehatan Konseling Kesehatan Reproduksi a. Empat Dimensi Utama Kerangka Pikir Dixon-Mueller 1. Pasangan seksual; 2. Tindakan seksual; 3. Makna seksual; dan 4. Dorongan dan kenikmatan seksual b. Elemen-Elemen Seksualitas Dalam Pasangan Seksual 1. Jumlah pasangan seks; saat ini maupun di masa lampau, baik terikat pernikahan maupun tidak. 2. Lama suatu hubungan (seksual) terjadi dengan setiap partner, misalnya: hanya sekali, selama 3 bulan, selama 1 tahun, selama 3 tahun, dst. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI24 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 3. Identitas pasangan seksual; karakteristik sosio-ekonomi (kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, dll). 4. Latar belakang suatu hubungan; sukarela, dipaksa atau terpaksa. Dalam Tindakan Seksual 1. Naluri alamiah; hubungan sesama atau berbeda jenis; penetrasi, non-penetrasi, konvensional, anal, oral, dll. 2. Frekuensi (berapa sering) 3. Latar belakang suatu hubungan. Makna seksual, merupakan pemikiran, perilaku dan kondisi seksual yang diinterpretasikan menurut budaya setempat misalnya : 1. Perempuan tidak boleh agresif dan harus mempertahanka n keperawanannya sebelum menikah. 2. Laki-laki dikatakan jatan bila mampu menunjukkan dominasi terhadap perempuan. Dorongan dan Kenikmatan Seksual, sangat dipengaruhi oleh: 1. Identitas seksual (homoseksual, heteroseksual atau biseksual). 2. Konstruksi sosial; misalnya: keinginan seks perempuan lebih rendah dibandingkan laiki-laki. 3. Persepsi kenikmatan seksual; misalnya: laki-laki menyukai vagina yang “keset” c. Hak Seseorang Untuk Bebas Dari Diskriminasi Dan Kekerasan 1. Mencapai standar kesehatan yang tinggi dalam hubungannya dengan seksualitas, termasuk akses pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas 2. Mencari, menerima dan member informasi yang berhubungan dengan seksualitas 3. Pendidikan seks 4. Menghormati integritas tubuh 5. Memilih pasangan 6. Memutuskan untuk seksual aktif atau tidak MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI25 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 7. Persetujuan relasi seksual 8. Persetujuan perkawinan 9. Memutuskan atau tidak dan kapan memiliki anak 10. Mengejar kepuasan, keamanan dan kehidupan seksual yang menyenangkan 2. SEKSUALITAS DAN MITOS-MITOS Rambu-rambu pemikiran bahwa : a. Seksualitas dalam pengertian sederhana adalah kemampuan fisik dalam menanggapi rangsangan dan melakukan aktifitas seksual. b. Dalam seluru fase kehidupanya – dari lahir sampai mati – manusia dapat melakukan dan menikmati aktifitas seksuaknya. Ini mematahkan anggapan bahwa perempuan hanya bisa menikmati seksualitasnya sampai masa monopausenya. c. Rangsangan seksual di dalam tubuh manusia berada diseluru bagian tubuhnya, dari kepala sampai ujung kaki. Oleh karena itu, kenikmatan seksual tidak hanya didapat dari penetrasi penis laki-laki kedalam vagina perempuan dalam hubungan seksual. Ini mematahkan mitos bahwa satu-satunya cara melakukan hubungan seks hanya melalui penetrasi. Dalam konteks inilah menjadi penting untuk membicarakan sunat perempuan yang dapat mengurangi kemampuan vagina menerima rangsangan d. Tingkah laku dan ekspresi seksual sangat dipengaruhi oleh etika, agama, social dan budaya. Misalnya perempuan dan laki-laki dilarang mastrubasi dan onani, tidak boleh melihat alat vital pasangannya saat melakukan hubungan seksual, perempuan tidak boleh meminta hubungan seksual lebih dulu, dll. e. Orientasi seksual manusia tidak hanya satu heteroseksual, tetapi ada juga homoseksual dan bisseksual, dan trans-gender. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI26 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo f. Konsep Gender menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga,perempuan sebagai ibu rumah tangga berdampak pada relasi seksual antar laki-laki dan perempuan. g. Laki-laki menjadi dominan dalam memutuskan kapan melakukan hubungan seksual,menggunakan alat kontrasepsi atau tidak,dan menentukan posisi hubungan seksual. Hal-hal inilah yang menyulitkan perempuan untuk mengekpresikan seksualitasnya. h. Pentingya untuk mulai membicarakan seksualitas baik denan pasangan,anak,maupun anggota keluarga lainnya karena tindakan tersebut merupakan awal sari membongkar mitos seksualitas perempuan. 3. KAITAN PERAN GENDER DAN SEKSUALITAS SEKS (jenis kelamin biologis) ditentukan dari adanya penis (laki-laki) atau vagina (perempuan) GENDER ditentukan oleh masyarakat. Perilaku-perilaku mana saja yang pantas dilakukan oeh seorang laki-laki atau seorang perempuan. Identifikasi Kaitan Seksualitas dan Gender PERTANYAAN PANDUAN Alat kelamin PEREMPUAN Vagina Anatomi reproduksi Sel telur Tuba Rahim Ovarium LAKI-LAKI Penis (Ovum) Sperma falopii Vas Deferens Testis Scrotum Anatomi reproduksi Payudara Ganteng. Aktif pendukung (sekunder) Harapan ibu terhadap bayi Cantik, bulu mata lentik Dekorasi kamar Merah muda, Biru, kapal-kapalan, bunga, boneka mobil-mobilan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI27 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Benda/pakaian yang Gaun dikenakan bayi dan anak- Rok anak bila mereka … Pita Selop Bagaimana kita melekatkan Lemah karakteristik saat mereka Cengeng tumbuh besar Lembut Pasif Pilihan karir yang diinginkan Guru Pegawai Perpustakaan Sekretaris Perawat/Bidan Identifikasi pasangan untuk Laki-laki dinikahi Laki-laki usia lebih tua Celana (panjang,pendek) Sepatu Kaos Kuat Aktif Kasar Agresif Kepala sekolah Teknisi Pimpinan Dokter Istilah yang digunakan Lesbian untuk perempuan/laki-laki yang tertarik kepada sesama jenis. Bagaimana kita Seperti laki-laki mengkarakterkan? (tomboy) rambut pendek, dll. Gay, homo, banci/waria/wadang Jelaskan apa yang mereka Pakaian laki-laki kenakan? (kaus,celana) sepatu olahraga tidak berdandan Bagaimana gerak gerik Kasar mereka? gagah/maskulin Pakaian perempuan (gaun, rok) berdandan Perempuan Perempuan lebih muda usia Seperti perempuan berambut panjang Kemayu lembut/feminine MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI28 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Kesimpulan: 1. Seksualitas merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia tapi justru yang paling sering diabaikan karena dianggap tabu. 2. Jarangnya seksualitas dibicarakan mengakibatkan terjadinya ketikdakadilan terhadap prempuan. Perempuan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu seks mendapatkan Penyakit laki-laki Menular saja,perempuan rentan Seksual (PMS),dan hanya perempuan bertanggung jawab terhadap kehamilannya. 3. Masalah seksualitas ini sangat dipengaruhi oleh agama,etika,sosial budaya,dan poltik. Misalnya dalam kasus Inul;sebagian masyarakat menganggap goyang Inul mengobral seksualitas perempuan yang sengaja dilakukan untuk merangsang nafsu laki-laki. 4. Dalam konteks budaya patriarki,perempuan tidak memiliki hak untuk memutuskan hal-hal yang terbaik bagi tubuhnya sendiri;misalnya mau hamil atau tidak,dan perempuan tidak mempunyai hak untuk menentukan hal-hal yang verkenan degan hubungan seksual. Padahal otonomi politik permpuan di tingkat domestik maupun politik. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI29 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo LEMBAR CERITA Kisah Supinah Supinah adalah seorang gadis berusia 15tahun, masih duduk di kelas 1 SMU. Ia mempunyai pacar bernama yunus, seorang seorang pemuda berusia 20 tahun. Suatu hari, ketika kedua orang tuanya sedang pergi, yunus dating. Kondisi rumah yang sepi membuat Yunus berani merayu Supinah untuk melakukan hubungan seksual. Supinah semula menolak, tetapi karena diancam akan diputuskan bila menolak dan yunus berjanji menikahinya bila terjadi kehamilan, akhirnya Supinah bersedia menerima ajakan pacarnya itu. Ternyata Yunus tidak menepati janjinya. Dia menolak menikahi supinah dengan alasan bahwa janin dalam rahim Supinah bukan miliknya karena dia hanya sekali berbuat. Yunus meninggalkan Supinah tanpa kabar. Akibat rasa takut serta rasa malu bila kehamilannya diketahui orang lain, Supinah mencoba untuk menggugurkan kandungannya. Berbagai macam pil dan jamu peluntur sudah dicobanya, tapi tetap tidak berhasil menggugurkan kehamilannya. Ketika kehamilannya berusia 4 bulan, atas informasi seorang teman, Supinah mendatangi seorang dukun. Dukun mencoba menggugurkan kandungan supinah dengan cara memijatnya. Janin dalam kandunga Supinah berhasil dikeluarkan dukun, tetapi supinah mengalami pendarahan. Segera Supinah dibawa ke rumah sakit, sehingga nyawanya masih bisa terselamatkan. Akibat rasa malu, Supinah kemudian dititipkan dirumah neneknya. Ketika Supinah menginjak usia 17 tahun, orangyuanya menjemputnya. Seorang duda kaya bernama Babe Ali (43 tahun) ingin menikahinya. Babe Aliadala seorang pengusaha sukses yang mempunyai perusahaan di beberapa kota. Supinah terpaksa menerima perjodohan tersebut karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya, walaupun sebenarnya ia masih ingin melanjutkan sekolahnya yang tinggal beberapa bulan lagi. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI30 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Sejak menikah, Supinah tinggal di rumah yang dibelikan Babe Ali. Tidak jarang, suaminya meninggalkannya dalam untu jangka waktu yang lama, alasannya untuk mengurus keperluan usahanya. Beberapa bulan terakhir ini, Supinah mengalami keputihan yang tidak biasanya. Ia telah berusaha untuk mengobatinya dengan cara mandi menggunakan air sirih atau meminum jamu-jamuan seperti yang disarankan oleh ibunya, tapi keputihan ini tidak kunjung sembuh. Hal ini menyebabkan iatidak nyaman (rasa sakit), terutama saat bersenggama dengan suaminya. Pernah ia menolak bersenggama. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI31 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo KESEHATAN REPRODUKSI Kesehatan Reproduksi Remaja MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI32 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 1. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA Keadaan sehat jesmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Batasan usia remaja, yaitu 10-24 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan/ pertumbuhan secara fisik (tumbuh payudara, jakun,rambut di ketiak, atau di sekitar kemaluan),dan emosi/psikologis (ketertarikan pada lawan jenis). Perubahan dan perkembangan ini di pengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual. Dorongan seksual adalah suatu bentuk keinginan yang bersifat erotis yang mndorong seseorang untuk melakukan aktivitas seksual atau hubungan seksual. Dorongan seksual mulai muncul karena pengaruh hormon testosteron yang dipengaruhi oleh keadaan kesehatan tubuh, faktor psikis dan pengalaman seksual sebelumnya. Dorongan seks bisa muncul ddalam bentuk ketertarikan terhadap lawan jenis, keinginan untuk mendapatkaan kepuasan seksual, dsb. Dorongan sekssual timbul apabila : a. Memandang lawan jenis b. Membicarakan ide c. Berpegangan tangan d. Memeluk bahu e. Memeluk pinggang f. Ciuman bibir g. Ciuman bibir sambil berpelukan h. Meraba tubuh pasangan i. Mencium daerah erogen pasangan j. Saling menghelus daerah erogen k. Bersenggama Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkaan kesenangan organ seksualmelalui berbagai perilaku, misalnya fantasi, masturbasi, berpegangan tangan, cium pip, berpelukan, cium bibir, petting, dan berhubungan intim. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI33 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo BERMAIN PERAN “Say No To Sex.” SAY NO TO SEX Minta mahasiswa untuk berpikir bagaimana mereka menanggapi seandainya seseorang yang menggunakan argumen sebagai berikut: Jika kita melakukan hubungan seks,maka kita akan menjadi lebih populer/terkenal; Seks hanya untuk kesenangan fisik,jadi tidak harus ada cinta untuk melakukannya; Jika tidak melakukan hubungan seks,orang-orang berpikir kamu homoseks; Setiap orang merasakan seks,jadi kamu juga harus melakukan; Orang tuamu bilang kamu tidak boleh melakukan hubungan seks?seperti bayi saja mendengarkan omongan mereka[orang tua]; Tidak ada alasan menunda seks,jadi lakukan sekarang; Jika kamu cintai aku, lakukan seks denganku sekarang! Saat mendiskusikan skenario,pengajar memandu mahasiswi dengan mengatakan bahwa: a. Seks adalah keputusan yang sangat personal,pilihan untuk melakukan seks atau tergantung masing-masing ,tidak ada yang mempengaruhi; b. Suatu hal yang normal dan ilmiah ingin dicintai dan merasakan seks,biasa menunggu atau langsung melakukan; c. Hubungan seksmemiliki konsekuensi emosidan fisik dan tidak hanya satu yang bisa mengepresikan cinta; d. Ada alasan-alasan yang baik untuk menunggu melakukan hubungan seksual,misalnya ingin menyelesaikan sekolah,menghindari kehamilan ISR e. Remaja tidak harus merasa tertekan bila pacar/pasangan meminta imbalan hubungan seks dengan alasan untuk membayar kencan yang mahal,hadiah ataupun makanan; f. Orang dewasa dapat membatu remaja karena mereka bisa berbicara dengan orang tua, guru dan tokoh masyarakat. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI34 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo g. Harus disadari bahwa film,TV, radio dan majalah tidak selalu memberikan berita yang realistis sedangkan program/artikel menekankan bahwa seks itu menyenangkan dan tidak menjelaskan konsekuensi dari aktivitas seksual; h. Tidak boleh membuat keputusan bila sedang menggunakan alkohol atau obat-obatan; i. Untuk membantu mahasiswi belajar “SAY NO TO SEX”, gunakan 5 langkah berikut ini: Langkah 1 -> Buatlah pernyataan tentang minat anda Langkah 2 -> Katakan tidak dan identifikasi masalah atua isu Langkah 3 -> Katakan tidak dan identifikasi konsekuensi Langkah 4 -> Sarankan buat alternatif Langkah 5 -> Aktualisasi Contoh: Bila seseorang mempengaruhi untuk melakukan hubungan seksual karena “SETIAP ORANG MELAKUKAN ITU”. Lakukan respon berikut ini: Langkah 1 : Tidak, saya tidak ingin melkukan hubungan seksual! Langkah 2 : Tidak semua orang melakukan hubungan seksual, banyak orang bicara seks tapi tidak berarti meraka melakukan hubungan seksual secara aktif, banyak orang tidak jujur tentang pengalamannya! Langkah 3 : Tidak, jika saya melakukan melakukan hubungan seksual sekarang, saya bisa mengalami resiko hamil tidak direncanakan atau ISR dan HIV. Bila hamil akan menghambat saya untuk menyelesaikan sekolah, ISR akan mengarah ke masalah kesehatan yang serius, HIV dapat menumbuh saya! Langkah 4 : Saya akan pulang sekarang! Langkah 5 : Saya tidak siap utuk melakukan hubungan seksual sekarang MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI35 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo LEMBAR CERITA KASUS NANI Nani, seorang pelajar SMU kelas 2, memiliki 2 orang adik perempuan dan 1 adik laki-laki. Ayahnya bekerja di bengkel sebagai montir sedangkan ibunya berjualan kue basah yang disimpan di warung-warung sekitar rumahnya. Sudah dua minggu ini Nani terlihat murung dan pucat. Ibunya menyarankan Nani untuk pergi berobat tapi menolak dengan alas an hanya masuk angin dan sebentar lagi sembuh. Di sekolah pun Nani terlihat murung, sering ditegur oleh guru karena tidak memperhatikan pelajaran yang sedang diajarkan. Suatu hari nani muntah-muntah dan akhirnya pingsan. Keluarganya membawa Nani ke puskesmas. Setelah diperiksa, Dokter menyatakan bahwa Nani hamil 3 bulan. Berita itu bagaikan petir di siang hari di telinga Ibunya, rasanya dunia begitu gelap dan ia pun ambruk. Akhirnya, Nani mengaku bahwa laki-laki yang menghamilinya adalah Anton, pacarnya yang bersekolah di SMU lain, dan saat ini kelas 3. Orang tua Nani mendatangi orang tua Anton untuk meminta pertanggungjawaban dari perbuatan anaknya. Awalnya orang tua Anton menolak, namun akhirnya mau bertanggung jawab terhadap kehamilan Nani namun hanya sampai melahirnkan saja karena sebenarnya mereka tidak setuju hubungan antar Anton dengan Nani. Pernikahan antara Nani dan Anton pun dilangsungkan secara diamdiam. 1 bulan setelah itu, Nani pun mengundurkan diri dari sekolah dan memilih berdiam di rumah Neneknya di kampong. Ia tidak berani keluar rumah karena malu dengan tetangga sekitar yang sering melihat sinis pada dirinya. Berbeda dengan Nani, Anton dengan leluasa pergi ke sekolah dan sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI36 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Saat kelahiran pun tiba, dengan perasaan sedih dan sakit, Nani melahirkan di rumah hanya ditemani oleh Nenek dan Ibunya; tak ada Anton yang menemaninya, karena ia sudah kuliah di kota lain. Kini Nani sendirian merawat anaknya, tanpa ada bantuan dari pihak keluarga Anton. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI37 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo KESEHATAN REPRODUKSI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI38 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Kegiatan Belajar 4 : Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak A. PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK 1. Kekerasan Terhadap Perempuan Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologis, termasuk ancaman tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau didalam kehidupan pribadi. Segala bentuk kekerasan berasarkan gender merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan karena menyakiti tubuh, mental, dan integritas perempuan untuk bebas bergerak. Kekerasan terhadap perempuan sering disebut dengan kekerasan berbasis gender karena menyangkut posisi subordinasi perempuan di masyarakat. Perlu juga dicatat bahwa kepercayaan, norma dan institusi sosial seringkali melegalisasi sistem tersebut yang mendorong terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Saat kata gender digunakan, harus diingat bahwa perempuan sering menjadi korban utama kekerasan sedangkan pelakunya umumnya adalah laki-laki. 2. PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP ANAK Anak didefinisikan kelompok usia dibawah 19 tahun atau 24 tahun. Definisi anak bervariasi menurut situasi sosial-budaya. Batasan usia tersebut digunakan dengan pengertian bahwa pada usia tersebut seseorang anak belum mencapai kematangan mental, pribadi dan kedewasaan individu dan sosial. Walaupun secara biologis mereka telah matang (YLKI 1998; Van Dijik 1999). Dikatakan kekerasan pada anak bila seseorang melakukan halhal berikut : a. Kekerasan psikologis dan kekerasan fisik, penelantaran, berlaku kasar, kekerasan seksual dan perlakuan yang emosional MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI39 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo b. Segala perkataan yang merendahakan atau memalukan nilai dan harga diri sebagai makhluk hidup c. Tidak memenuhi keperluan dasar anak untuk hidup, seperti makan dan tempat tinggal d. Tidak segera memberikan / mencarikan pertolongan medis terhadap anak yang terganggunya mengalami luka pertumbuhan/ serius sehingga perkembangan menyebakan anak, mengalami kecacatan, atau kematian Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KTP-A) merupakan fenomena gunung es yang muncul dipermukaan hanya sebagian kecil dari pemasalahan keseluruhan. Masalah sebenarnyma mungkin lebih besar dari mengingat masih banyak anggota masyarakat yang mengganggap KTP-A sebagai masalah keluarga dan tidak perlu dieksplor keluar. Akibatnya tidak tereksplor besaran sesungguhnya, pemecahan masalah mengalami kesulitan. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI40 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Tugas DIskusi Berikan pendapat mengenai mitos dan fakta tentang KTP-A. Mitos dan fakta tentang KTP-A Waktu : 15 menit. Tujuan : klasifikasi pernyataan tentang mitos dan fakta mengenai KTP-A. Langkah-Langkah : 1. Bagi mahasiswa menjadi tiga kelompok. 2. Pengajar membagikan embaran tentang mitos dan fakta. 3. Pengajar meminta mahasiswa membedakan pernyataan menurut mitos dan fakta. MATRIX 1 MITOS DAN FAKTA TENTANG KTP-A MITOS FAKTA Seorang suami dapat melakukan Tidak ada seorangpun yang berhak apapunjuga terhadap istri atau memukuli istri. Tidak ada perna partnernya seorang istri yang memberikan hak kepada laki-laki untuk menyakitinya. Walaupun laki-laki tersebut berfikir perumpuan tersebut itu juga layak mendapatkannya. Laki-laki tidak akan memukul Memukul bukanlah tanda cinta, perempuan jika dia tidak sunggu- cinta adalah rasa saling sungguh mencintanya menghormati dan mngasihi. Hanya orang-orang yang miskin Kekerasan tidak hanya masalah dan tidak peduli yang memukuli dan kemiskinan dan ketidak istrinya pedulian. Kekerasan atau kurangnya pendidikan dikota atau di desa. Karena kekerasan terjadi karena Alkohol tidak menyebabkan laki-laki mabuk terjadinya kekerasan, tetapi sering membuat menjadi buruk. Kekerasan sering terjadi dimana orang-orang tidak meminum alkohol. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI41 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Kekerasan meruaka urusan pribadi mereka. Kita tidak mempunya hak untuk mencampuri urusan pribadi pasangan. Sudah biasa didalam rumah tangga terjadi pertengkaran anta suami istri. Karenaya hal ini tidak perlu dipermasalahkan Sangat baik bagi anak-anak jika Bu etap tinggal bersama suai. Dia tetap dapat menjadi ayah yang baik bagi mereka Penganiyaan terhadap perempuan bukanlah hal yangserius, hanya dialami oleh sebagian kecil perempuan dimuka bumi Perempuan senang diperlakukan kasar oleh pasanganya, kalau tidak mungkinsudah pergi dari dulu Kekerasan bukan hanya urusan keluarga. Banyak perempuan yang disakiti dan dibunuh. Kekerasan adlah masalah social dan kesehatan komunitas. Akibat sering terjadi pertengkaran dalam rumah tangga, pihak yang dirugikan biasanya istri, seperti diceraiakan, tidak dinafkahi, diusir dari rumah dll. Tidak selalu baik bagi keluarga ketika seorang istri tinggal bersama dengan laki-laki yang melakukan kekerasan. Dia akan mengajarkan anak-anak dengan hal-hal yang buruk ketika berhadapan dengan perasaan, dan memperlakukan perempuan. Dia tidak baik untuk anak-anak jika dia tetap memukuli ibu mereka atau mereka. Tidak ada yang pasti berapa banyak perempuan yang dianiaya, karena sanga jarang dilaporkan. Angka rata-rata menunjukan 20-50% perempuan dalam hubungan perkawinan atau hubungan erat lainnya mengalami kekerasan. Tidak mudah bagi perempuan untuk meninggalkan rumah tangganya. Faktornya adalah rasa malu, takut kepada si penganiaya, ketidak mampuan menghidupi diri dan anaknya, hukum agama dan budaya yang mengikat. Meninggalkan rumah tidak menjamin bahwa ia akan bebas dari si penganiaya. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI42 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Pelaku kekerasan adalah orang Perilaku yang keras kekerasan tidak selalu bertindak kasar, sesudah terjadinya kekerasan ian sering kali menyesal akan perbuatannya, sikap lembut dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kekerasan terjadi karena suami Kekerasan dapat terjadi dimana tidak bekerja saja. Suami bekerja juga dapat melakukan kekerasan MATRIX 2 MITOS DAN FAKTA TENTANG KEKERASAN TERHADAP ANAK MITOS Kekerasan hanya terjadi pada anak-anak orang lain FAKTA Korban kekerasan dpat terdiri dari siapa saja dan dimana saja, dari kelas social ekonomi mana saja, jenis kelamin, agama maupun tepat. Pelaku kejahatan terlihat bahaya, Pelaku biasanya dikenali oleh jahat dan tidak dikenali oleh korba korban meliputi teman, tetangga, guru, dll. Biasanya pelaku adalah laki-laki korban biasanya perempuan Pelaku biasanya menggunakan Cara-cara kekerasan jarang sekali cara-cara ekerasan digunakan. Pelaku biasanya menggunakan ancaman untuk memaksa dan meyakini korba bahwa orang lai tidak akan mempercayai jika dia menceritakan kepada orang lain. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI43 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Anak-anak cenderung berimajinasi Anak-anak jarang sekali berbohong tentang kekerasan yang tentang kekerasan yang dialaminya dialaminya. Anak-anak akan mengurungkan niatnya untuk memberitahukan ytentang kekerasan yang dialaminya karena tekanan dari keluarga. Pelaku biasanya adalah Hanya sebagian kecil pelaku yang Homosekual merupakan Homoseksual. Umumnya pelaku adalah heteroseksual tidak aktif dengan orang dewasa. Bila kekerasan tidak berhasil Trauma pada anak tetap terjadi dilakukan maka anak tidak akan sekalipun kekerasan tidak terjadi. mengalami trauma Korban akan tetap merasa tidak berdaya, terhin, marah, serba salah, malu, dan keliru. Kita boleh mempercayai yang tidak Pelaku tidak akan jera tanpa ada akan melakukan kekerasannya upaya terapi untuk kembali menghentikannya. Pendapat terdahulu menyatakan bahwa pelaku adalah anggota keliarga sendiri, namun temuan baru menunjuksn bahwa pelaku akan melakukan kekerasan terhadap orang lain(bukan keluarga sendiri). Orang-orang seperti ini harus dapat bantuan dari tenaga professional Ibu dari korban selalu mengetahui Sebagian besar ibu tidak langsung kekerasan yang dialami oleh mengetahui kekerasan yang korban dialami korban. Nemaun sering kali menyalahkan diri setelah mengetahui apa yang dialami korban. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI44 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo RANGKUMAN KEKERASAN PADA PEREMPUAN 1. Kekerasan fisik mengacu kepada pola menyakiti secara fisik yang digunakan untuk mengontrol perempuan. Mencangkup meninju, memukil, menendang, melempar dengan benda. Kekerasan fisik biasanya merupakan akumulasi perlakuan yang telah lama terjadi dan bisa berakhir dengan kematian. 2. Kekerasan seksual atau control terhadap sekualitas perempuan mencakup memaksa hubungan seksual, termasuk memaksa gaya seks tertentu, berhbungan seks dengan orang lain dan hubungan seks tidak aman. 3. Kekerasan emosi atau merendahkan perempuan, biaanya dengan katakata. Mencangkup kritikan pedas, mengancam, menyakiti, menyele, dll. 4. Kekerasan psikologi, biasanya menggunakan berbagai cara untuk mengisolasi dan merendahkan rasa percaya didi sehinggah membuat perempuan sangat tergantung pada suami karena takut disakiti. Mencangkup : Melarang perempuan bekerja diluar rumah. Membatasi akses terhadap keuangan. Melarang berhubungan dengan keluarga dan teman. Mengancam akan menyakiti orang yang disayangi. Terus-menerus memantau keberadaan perempuan. 5. KDRT, mencangkup pemukulan istri, pemerkosaan, kekerasan pada anak, incest, kekerasan pada saudara kandung, kekerasan pada orang tua dan kerabat yang cacat 6. Kekeraan terhadap mertua atau ipar dan pada pembantu 7. Kekerasan institusi biasanya dilakukan oleh Negara, berupa pengabdian pelayanan social dasar, diskriminasi, kekerasan seksual dll 8. Diskriminasi pekerjaan yang dimanifestasikan melalui kekerasan seksual, praktik-praktk kepegawaian yang bias gender MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI45 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo 9. Kekerasan media terjadi bila menempatkan perempuan sebagai objek seks 10. Kekerasan seksual diruang public, mencangkup prositusi dan dan penjualan anak perempuan KEKERASAN PADA ANAK 1. Kekerasan fisik atau pemukula anak adlah segala tidakan secara sengaja yang menyebabkan terjadiya luka sfisik. 2. Kekerasan psikologi atau menyakiti fungsi intelektual dengan menggunakan kata-kata, termasuk mengutuk, menyepelekan, menolak atau tindakan semacam lainnya. Menolak atau isolasi yang digunakan dengan cara terus menerus mengkritik anak, memarahi memarahi tanpa alasan atau menjauhkan dari kehidupan social dengan cara mengunci didalam rumah. Mengancam engan menggunakan kata-kata atau hukuman berat membuatnya takut dan tidak merasa aman. Berbohong dengan menyampaikan pemahaman konsep yang salah sehinggah menghalangi anakan mendapatkan pelajaan yang sebernanya. 3. Kekerasan seksual mencangkup menggoda, atau memaksa seksual,prostitusi, memperkerjakan, menggunakan, anak untuk terlibat incest dengan anak-anak. dalam aktifitas Kekerasan seksual mencakup meraba, masturbasi, kontak seksual juga meliputi prostitusi, pornografi, dan exhibitionsm MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI46 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo B. SEBAB DAN AKIBAT KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK Ketegangan Tekanan agama : Penganiayaan : menyalahkan pasangan dan seringkali cemburu masa bulan madu : penganiayaan : merasa brsalahdan sedih, mungkin menangis dan memohon maaf, berjanji untuk mengubah kelakuan, menunjukan rasa sayang Tekanan adat : Korban : menyabarkan diri, merasa was-was,merasa sudah selayaknya dilakukan seperti itu,merasa wajib menyelamakan RT. KONTROL Tekanan keluarga : Koran : merasa bahagia dan mempunyai harapan memberikan pengertian terhadapa pasangan. Tekanan keuangan : Korban : merasa ketakutan melepaskan rasa marahnya, dengan jalan melawan sesudahnya merasa tak berdaya dan depresi. Hubungan sosial komunitas Penganiayaan: Korban : kemarahan yang meledak, bermaksud mmberi pelajaran pada pasangan, kemungkinan untuk lupa akan ledakan amarah. Riwayat individu MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI47 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Penyebab TKP-A merupakan hasil interaksi faktor dari tingkatan yang berbeda di lingkungan social mulai dari riwayat pelaku itu sendiri, hubungan dengan pasangan, masyarakat hingga norma yang berlaku. Factor yang mempengaruhi kejadian KTP-A : a. Budaya : norma, kepercayaan, dan pandangan yang melestarikan kekerasan b. Ekonomi : tingkat ketergantungan perempuan kepada laki-laki, diskriminasi serta kurangnya akses perempuan terhadap sumber daya c. Hokum : kurangnya/tidak adanya perlindungan hukum yang berpihak kepada perempuan d. Politik : kurangnya representative perempuan dalam politik dan tidak adanya niat pemerintah untuk memperhatikan masalah ini secara serius Pola relasi keluarga meliputi : Dimensi kekuasaan dalam perkawinan : ditentukan oleh iapa yang paling berpengaruh dan memiliki otoritas. Konsep patriakis menjad akar terjadinya KTP-A dibentuk, diperkuat, dan diabadikan oleh lembaga-lembaga osil politik sehingga menjadi suatu keyakinan bahwa laki-laki memiliki kekuatan dan kendali atas perempuan dan anak-anak. Banyak penelitian menunjukan bahwa kekerasa berdampak serius pada kesehatan fisik perempuan dan anak. Akibat kekerasan yang teruss menerus dialaminya, perempuan dan anak tidak bisa mengalami berbagai macam kesakitan. Permasalahan kesehatan yang biasanya dialami perempuan dan anak korban kekerasan adalah: Permasalahan fisik. Permasalahan mental dan emosi. Permasalahan kesehatan reproduksi. Dampak KTP terhadap aspek lain : Konsekuensi kekerasan terhadap keluarga. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI48 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Dampak terhadap kemunitas. Dampak terhadap perkembangan social. TUGAS DISKUSI Identifikasi kebijakan pemerintah dalam KTP-A, meliputi : Kekerasan seksual. Perkosaan. Kekerasan dalam rumah tangga. Aborsi. Perdagangan perempuan. Pelecehan seksual. Undang-undang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI49 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo C. PENATALAKSANAAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK Manajemen kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yang di titikberatkan pada tempat pelayanan kesehatan: a. Menilai adanya bahaya yang mengancam “korban kekerasan” bila ditemukan perlu dibantu untuk melakukan upaya penyelamatan diri. Menyediakan tempat sementara untuk menyelamatkan diri. b. Memberikan pelayanan yang memadai “memberikan kontrasepsi darurat dan terapi terhadap korban pemerkosaan”. c. Mencatat keadaan korban secara lengkap. d. Menyusun rencana penyelamatan diri bagi korban. e. Memberitahu korban tentang hak-haknya “Seseorang Tidak Layak Untuk Mendapat Seseorang Perlakuan Berhak Buruk Mendapat Dengan Kekerasan Dan Pertolongan Bila Mengalami Kekerasan”. f. Merujuk korban ke pelayan kesehatan yang tersedia dilingkungan korban. Untuk mengeliminir dan menghapus kekerasan terhadap perempuan dan anak maka kita perlu mendukung deklarasi pemikiran negara dan masyarakat untuk penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Selain itu korban mempunyai hak untuk melindungi diri dan atau anakanaknya serta siapapun tidak pantas untuk mengalami kekerasan atau ancaman. Dengan adanya berbagai kekerasan yang terjadi maka setiap masyarakat harus mengetahui dan memahami jejaring atau networking KTP-A diantaranya: a. Guna memupuk kesadaran untuk melawan kekerasan perlu dijelaskan tentang hak-hak korban. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisisan, kejaksaan, pengadilan, advokat, dll. Pelayan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI50 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Penangan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan. Pelayanan bimbingan rohani. b. Pemerintah RI memiliki kewajiban sebagai negara hukum dalam rangka mencegah, merumuskan kebijakan, dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak demikian juga para gubernur, walikota/bupati, camat, kepala desa, sampai RT/RW. c. Mengetahui kewajian kepolisian sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pelindung masyarakat dalam rangka penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. d. Kewajiban pekerja sosial dalam memberikan pelayanan perlindungan, koordinasi guna mencoba, menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlindungan, dan kerjasama e. Kewajiban relawan pendamping dalam tingkat penyidikan, penuntunan dalam pemeriksaan keadilan. f. Women Crisis Centring (WCC) sebagai upaya mengatasi kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan dengan kejahatan yang bersifat penyadaran, penyembuhan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI51 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo DAFTAR PUSTAKA Budiharsana, Meiwita Dan Herna Lestari. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN, Yayasan AIDS Indonesia, The World Bank, 2001. Center for population and policy Studies, Gadjah mada Universty (CCPSUGM). Factsheet. Female Genital Cuting: reflection of A Social Construction of sexuality among Javanese and madurese. CCPSUGM, 2003). Cottingham, jane et.al. transforming Health system: Gender and Rights in Reproductive Health. A Training curriculum for health managers. Switzerland: WHO,2001. Departeman Kesehatan RI. Pedoman dan Pencengahan kekerasan perempuan di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta :2002. Departemen Kesehatan RI. Program kesehatan Reproduksi dan Pelayanan Integratif di tingkat pelayanan Dasar . Jakarta: RI,2001. Departemen Kesehatan RI. Survei kesehatan Rumah tangga (SKRT) 2001 dalam Soemantri S., Setyowati, Titiek. “Tinjauan kembali Angka kematian ibu Indonesia.” Disajikan dalam pertemuan Ditjen Binkesmas 10 maret 2003. Departemen Kesehatan, Materi pelatihan Bimbingan dan Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Petugas kesehatan (pegangan Bagi pelatih), Departemen Kesehatan RI,2000 Depkes dkk. Kebijakan dan strategi Nasional Reproduksi di Indonesia. Jakarta: Depkes, MenegPP, Depdiknas, Depsos, BKKBN, UNFPA, WHO, 2005. Dixon-Mueller, R. “The sexuality Connection in Reproductive Health” in Zeidenstein & Moore. In Learning About Sexuality: A practical Beginning. New York: The Population Council, 1996. Djajadilaga, .A.B. Saifudin , S.F. Daili, dkk. Langkah-Langkah Praktis Paket Pelayanan Kesehatan Djauzi, Samsuridjal dan Z.Djoerban (eds). MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI52 Prodi D-III KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES GORONTALO Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Penatalaksanaan infeksi HIV di pelayanan Kesehatan Dasar-Edisi kedua. Jakarta: Balai penerbitan FKUI, Jakarta, 2003. Felix, Maria Leny E and R. Dela Paz-Ingente, Protecting women and Children : A Handbook on Community-Based Response to Violence. Philiphines : Center of Reproductive Health Leadership and Development, Inc, 2003. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia (Meneg PP RI). Paduan Perkembangan Pusat Kritis Berbasis Masyarakat. Jakarta:Meneg PP RI 2002. Komala, Leila Ratna. Program Nasional bagi Anak Indonesia 2012. Buku I Ringkasan eksekutif. Jakarta : Kelompok Kerja Penyusun PNBI 2012. Komnas Perempuan, Dampak Kelembanan Pengesahan RUU A-KDRT : 303 Lembaga Membantu Perempuan Korban Kekerasan Tanpa Dukungan Landasan Hukum.jakarta Komnas Perempuan 2004. Komnas Perempuan. Peta kekerasan: Pengalaman Perempiuan Indonesisa . Jakarta : Komnasa Perempuan, 2002. LPK2 Fatayat NU, Ford Fundation. “ Buku Panduan Konseler tentang Kekerasan Dalam Rumah tangga”. Jakarta, 2003. MOH – RI and WHO. Indonesia Reproductive Health Profile 2003. Jakarta: MOH and WHO, 2003. WHO. Transforming health systems: gender and rights in reproductive health. Geneva: WHO, 2001 Widjarnako, Mochammad. Seksualitas Remaja. Jogjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Yayasan Mitra Inti (YMI). Kekerasan Terhadap Perempuan (Violence Againts Women). Fact Sheet. Jakarta: YMI,2003 Yayasan Mitra Inti (YMI). Tujuan Pembangunan Milenium. Fact Sheet. Jakarta: YMI, 2005 MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM KESEHATAN REPRODUKSI53