TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN (Resume tentang Product Liability) Oleh: Diana Limardi – 205070035 UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2010 I. PENGERTIAN Berbicara tentang perlindungan konsumen sama halnya dengan membicarakan tanggung jawab produsen/tangung jawab produk karena tanggung jawab produsen dimaksudkan untuk memberikan perlindungan konsumen. Tanggung jawab produk adalah terjemahan dari istilah asing yaitu: product liability, produkt aansprakelijkheid, serta produzenten-haftung yakni istilah Jerman yang sering juga diterjemahkan sebagai tanggung jawab produsen. Menurut Agnes M. Toar, tanggung jawab produk adalah tanggung jawab para produsen untuk produk yg telah dibawanya ke dalam peredaran, yang menimbulkan/menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk tersebut. Yang dimaksud dengan produk menurut Pedoman Dewan Masyarakat Eropa (European Council Directive-EC), adalah setiap barang bergerak, termasuk listrik, kecuali produk-produk agrikultur primair dan hasil buruan. Produk agrikultur primair terdiri dari produk pertanian, peternakan, dan perikanan, kecuali apabila produk tersebut mendapatkan proses tertentu (pasal 2, Pedoman Dewan Masyarakat Eropa; Putusan 85/374/EEC). Menurut Agnes M. Toar, produk adalah barang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak (tetap). Tim penyusun naskah akademis Badan Pembinaan Hukum Nasional-Departemen Kehakiman RI merumuskan produk cacat adalah setiap produk yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses produksinya maupun disebabkan hal-hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat-syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagai layaknya diharapkan orang. Menurut Pasal 3 Pedoman EC, dan pasal 1407 ayat (2) New BW, yang termasuk produsen dalam peraturan perundang-undangan tentang tanggung jawab produk adalah: a. Pembuat produk (cacat) bersangkutan b. Produsen bahan-bahan mentah atau komponen dari produk itu c. Setiap orang yang memasang nama, merek perusahaan, atau memberikan tanda khusus untuk pembeda produknya dengan prouk orang lain d. Tanpa mengurangi tanggung jawab pembuat produk, setiap pengimpor produk untuk dijual, disewakan, atau dipasarkan e. Setiap pemasok produk, apabila 1) pembuat tidak diketahui, atau 2) pembuat produk diketahui tetapi pengimpornya tidak diketahui. II. TUJUAN Tujuan peraturan perundang-undangan tentang tanggung jawab produk adalah untuk: a. Menekan tingkat kecelakaan karena produk cacat b. Menyediakan sarana ganti rugi bagi (korban) produk cacat yang tak dapat dihindari III. TANGGUNG JAWAB MUTLAK PRODUSEN Kata tanggung jawab yang dipergunakan pada pengertian tanggung jawab produk di atas karena dalam Bahasa Indonesia, kata tanggung jawab tersebut sudah dipakai secara umum oleh masyarakat untuk terjemahan responsibility dan liability dalam Bahasa Inggris. Namun demikian banyak juga kalangan sarjana hukum yang misahkan antara kata responsibility dengan liability, yaitu mnerjemahkan responsibility dengan tanggung jawab, sedang liability dengan tanggung gugat. Definisi tanggung jawab produk/produsen tersebut dapat dijabarkan atas bagian-bagian sebagai berikut a. Tanggung jawab meliputi baik tangung jawab kontraktual/berdasarkan suatu perjanjian, maupun tanggung jawab perundang-undangan berdasarkan perbuatan melanggar hukum b. Para produsen termasuk ini adalah produsen/pembuat, grosir (whole-saler), laveransir dan pengecer (detailer) profesional c. Produk; semua benda bergerak atau tidak bergerak/tetap d. Yang telah dibawa produsen ke dalam peredaran; yg telah ada dalam peredaran karena tindakan produsen e. Menimbulkan kerugian; segala kerugian yang ditimbukan/disebabkan oleh produk dan kerusaan atau musnahnya produk f. Cacat yang melekat pd produk; kekurangan pada produk yg menjadi penyebab timbulnya kerugian Tanggung jawab produsen dapat bersifat kontraktual (perjanjian) atau undang-undang (gugatannya atas dasar perbuatan melawan hukum), namun dalam tanggung jawab produk penekanannya ada pada yang terakhir (tortuous liability). Tanggung jawab produk oleh para ahli dimasukan dalam sistematika hukum yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa tanggung jawab produk merupakan bagian dari hukum perikatan, hukum perbuatan melawan hukum (tort law), hukum kecelakaan (ongevallenrecht, casuality law), dan ada yang menyebutkannya sebagai bagian dari hukum konsumen. Pandangan yang lebih maju mengatakan tanggung jawab produk ini sebagai bagian hukum tersendiri (product liability law) Dasar gugatan untuk tanggung jawab produk dapat dilakukan atas landasan: a. Pelanggaran jaminan (breach of warranty) Berkaitan dengan jaminan pelaku usaha (khususnya produsen), bahwa barang yang dihasilkan atau dijual tidak mengandung cacat, baik cacat dalam konstruksi barag (construction defects), desain (design defects), dan/atau pelabelan (labeling defect) b. Kelalaian (negligence) Kelalaian adalah bila si pelaku usaha yang digugat itu gagal menunjukan bahwa ia cukup berhati-hati (reasonable care) dalam membuat, menyimpan, mengawasi, memperbaiki, memasang label, atau mendistribusikan suatu barang. c. Tanggung jawab mutlak (strict liability) Pasal 19 UUPK menyatakan, pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Pasal 1365 KUHPerdata menentukan bahwa tiap perbuatan melanggar hukum yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian tersebut kepada mereka yang menggugat ganti rugi. Tanggung jawab perdata berdasarkan perbuatan melawan hukum membebani penggugat kewajiban membuktikan kelalaian atau kesalahan pihak tergugat atas kerugian yang dideritanya, misalnya produk cacat. Hal ini, bukanlah hal yang mudah sehingga sering kali menyebabkan konsumen enggan maju menggugat ganti rugi. Dengan berlakunya tanggung jawab mutlak dalam bidang tanggung jawab produk, berlaku pembuktian terbalik, yakni produsenlah yang harus membuktikan bahwa ia tidak bersalah mengenai produk cacat bersangkutan. Beban pembuktian yang dipikulkan pada penderita kerugian hanyalah tentang besar kerugian yang dideritanya, adanya cacat produk, dan hubungan causa dari kerugian dan cacat produk yang mereka gunakan. IV. PROFESSIONAL LIABILITY Sama seperti dalam product liability, professional liability ini dapat timbul karena para penyedia jasa profesional tidak memenuhi perjanjian yang mereka sepakati dengan klien mereka, atau akibat kelalaian penyedia jasa tersebut mengakibatkan terjadinya perbuatan melawan hukum. Jenis jasa yang diberikan dalam hubungan antara tenaga professional dengan kliennya berbedabeda. Ada jasa yang diperjanjikan menghasilkan sesuatu (resultaat verbintenis), tetapi ada yang diperjanjikan mengupayakan sesuatu (inspannings verbintenis). Kedua jenis perjanjian ini member konsekuensi yang berbeda dalam tanggung jawab professional yang bersangkutan. Ukuran untuk menentukan apakah seuatu tindakan menyalahi tanggung jawab profesional tidak ditentukan dalam undang-undang, tetapi ditetapkan oleh asosiasi. Standar profesi ini bersifat sangat teknis, tetapi dapat pula berupa aturan-aturan kode etik. Dalam UUPK, ketentuan tanggung jawab profesi ini diatur dalam pasal 19. SUMBER Nasution, Az. 1995. Konsumen dan Hukum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: PT Grasindo. Miru, Ahmadi dan Sutarman Y. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.